Edu – Physic Vol. 3, Tahun 2012
IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI DALAM PEMBELAJARAN FISIKA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA KONSEP INTERFERENSI DAN DIFRAKSI GELOMBANG Tanti, S.Si., M.Si Program Studi Pendidikan Fisika IAIN STS Jambi Abstrak Rendahnya kualitas pembelajaran fisika dapat dilihat dari kegiatan pembelajaran yang kurang bervariasi, sedangkan kualitas produk pembelajaran fisika salah satunya dapat dilihat dari perolehan nilai ujian akhir nasional fisika SMU yang dari tahun ke tahun masih berkategori rendah. Pengemasan pembelajaran tidak sejalan dengan hakikat orang mengajar menurut kaum kontruktivis. Salah satu kemasan pembelajaran berbasis kontruktivis yang memberikan peluang kepada isswa untuk mengkonstruksi pengetahuannya sendiri adalah model pembelajaran inkuiri. Penggunaan model pembelajaran inkuiri memberikan kebaikan-kebaikan antara lain meningkatkan potensi intelektual siswa, pengajaran menjadi lebih berpusat pada anak. Proses belajar inkuiri memberikan waktu pada siswa untuk mengasimilasi dan mengakomodasi informasi. Kata kunci : inkuiri, interferensi dan difraksi gelombang A. Pendahuluan Dalam 20 tahun terakhir, pemahaman tentang bagaimana siswa belajar telah mengalami perubahan drastis. Belum lama ini, para pendidik dan psikolog mempercayai bahwa siswa belajar seperti bejana kosong yang menunggu untuk diisi pengetahuan yang diberikan oleh guru. Namun kemajuan dalam penelitian kognitif dan perkembangan psikologi, serta dikombinasikan dengan kebutuhan masyarakat akan teknologi mengubah paradigma pendidikan terutama di bidang pengajaran sains khususnya dalam bidang fisika. Hari ini, pendidik dan peneliti memahami bahwa kebanyakan siswa belajar dengan baik melalui pengalaman pribadi serta menghubungkan informasi yang sudah mereka ketahui (konsepsi) dengan apa yang mereka pelajari di sekolah. Mengajarkan fisika tidaklah mudah, karena fakta menunjukkan banyak peserta didik mengalami kesulitan belajar dalam mempelajari fisika. Kualitas proses pembelajaran fisika dewasa ini dapat dilihat dari kegiatan 1
Tanti, Implementasi ….
pembelajaran yang kurang bervariasi, sedangkan kualitas produk pembelajaran fisika salah satunya dapat dilihat dari perolehan nilai ujian akhir nasional Fisika SMU yang dari tahun ke tahun masih berkategori rendah dan nilai raport dalam mata pelajaran Fisika juga relatif masih rendah. Dari studi pendahuluan yang dilakukan diperoleh temuan-temuan sebagai berikut : 1. Pembelajaran fisika yang dilakukan selama ini masih didominasi metode konvensional yaitu metode ceramah dan hanya sekali-sekali diterapkan metode diskusi. 2. Dalam pembelajaran fisika, guru selama ini kurang memperhatikan konsepsi atau pengetahuan siswa. 3. Unjuk kerja siswa dalam mengikuti pelajaran fisika masih kurang yang ditandai dengan masih kurang aktifnya siswa dalam menjawab pertanyaan yang dikemukakan oleh guru, dan kurang aktif mengajukan pertanyaan. 4. Strategi pembelajaran yang dilakukan oleh guru selama ini yaitu siswa terlebih dahulu diberikan sejumlah konsep atau prinsip, setelah itu baru siswa diberi beberapa pertanyaan atau masalah. 5. Respon siswa terhadap model pembelajaran yang diimplementasikan oleh guru kurang positif yang ditandai dengan banyak siswa yang merasa bosan dan merasa pelajaran Fisika sangat sulit. Pengemasan pembelajaran di atas tidak sejalan dengan hakikat orang belajar dan hakikat orang mengajar menurut pandangan kontruktivisme. Belajar menurut kaum kontruktivis merupakan proses aktif artinya peserta didik mengkonstruksi arti entah teks, dialog, pengalaman fisis, dan lain-lain. Belajar juga merupakan proses mengasimilasi dan menghubungkan pengalaman atau bahan yang dipelajari dengan pengertian yang sudah dipunyai seseorang sehingga pengertian dikembangkan. Mengajar berarti partisipasi dengan peserta didik dalam membentuk pengetahuan, membuat makna, mencari kejelasan, dan bersikap kritis (Suparno, 1997:65). Salah satu kemasan pembelajaran berbasis kontruktivis yang memberikan peluang kepada siswa untuk mengkontruksi pengetahuannya sendiri adalah model pembelajaran inkuiri. Dalam model pembelajaran ini selama kegiatan berlangsung hendaknya siswa dibiarkan mencari atau menemukan sendiri makna segala sesuatu yang dipelajari. Mereka perlu diberikan kesempatan berperan sebagai pemecah masalah seperti yang dilakukan oleh para ilmuwan, dengan cara tersebut diharapkan mereka mampu memahami konsep-konsep dalam bahasa mereka sendiri. Penggunaan model pembelajaran inkuiri memberikan kebaikankebaikan sebagai berikut. Pendekatan inkuiri meningkatkan potensi 2
Edu – Physic Vol. 3, Tahun 2012
intelektual siswa. Siswa memperoleh suatu kepuasan intelektual yang datang dari dalam sebagai suatu hadiah intrinsik dan memperpanjang proses ingatan karena siswa diberikan waktu untuk mengasimilasi dan mengakomodasi informasi sehingga akan terjadi proses belajar yang sejati (Sund dan Trowbridge, 1973:64-65). Lebih jauh dikatakan model pembelajaran inkuiri memberikan kebaikan-kebaikan sebagai berikut : 1. Pengajaran menjadi lebih berpusat pada anak (Instruction becomes student-centered) 2. Proses belajar inkuiri dapat membentuk dan mengembangkan konsep diri pada siswa ( Inquiry learning build the self-concept of the student). 3. Tingkat pengharapan bertambah (Expectancy level increases). 4. Dapat mengembangkan bakat (Inquiry learning develops talent) 5. Proses belajar inkuiri dapat menghindari siswa belajar dengan cara menghafal. 6. Proses belajar inkuiri memberikan waktu pada siswa untuk mengasimilasi dan mengakomodasi informasi. B. Pengertian Inkuiri Menurut National Research Council in National Science Education Standards, inkuiri didefensikan sebagai berikut : Inkuiri mengacu kepada cara seorang ilmuan mempelajari hakekat alam dan penjelasannya yang didasarkan pada buktibukti temuannya. Inkuiri juga mengacu pada aktivitas siswa dalam mengembangkan pengetahuan dan pemahamannya, sebagaimana pemahaman ilmuan dalam mempelajari hakekat alam. (NRC, 1996, p.23 dalam Wenning, 2011). Selain itu, National Science Teachers Association (NSTA), memberikan pengertian inkuiri sebagai : cara terbaik dalam memahami konten IPA. Siswa belajar bagaimana mengajukan pertanyaan dan menggunakan bukti-bukti untuk menjawabnya. Dalam proses belajar, dengan menggunakan strategi inkuiri, siswa mengelola penyelidikan dan mengumpulkan bukti-bukti dari berbagai sumber, mengembangkannya dan memberikan penjelasan dari data yang diperoleh, selanjutnya mengkomunikasikan kesimpulannya (NSTA, 2004, p.1). Sementara itu menurut Sagala (2004:34) yang mendefenisikan metode inkuiri sebagai berikut : Metode Inkuiri merupakan metode pembelajaran yang berupaya menanamkan dasar-dasar berfikir ilmiah pada diri siswa yang berperan sebagai subjek belajar, sehingga dalam proses pembelajaran ini siswa lebih banyak belajar sendiri, mengembangkan kreativitas dalam memecahkan masalah. 3
Tanti, Implementasi ….
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli yang telah dikemukakan sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan bahwa metode inkuiri adalah metode yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran melalui percobaan maupun ekperimen sehingga melatih siswa berkreativitas dan berpikir kritis untuk menemukan sendiri pengetahuan yang pada akhirnya mampu menggunakan pengetahuannya tersebut dalam memecahkan masalah yang dihadapi. Dalam penerapannya di bidang pendidikan, ada beberapa jenis metode inkuiri. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Sund and Trowbridge (Mulyasa, 2006:109) bahwa jenis-jenis metode inkuiri adalah sebagai berikut: 1. Inkuiri terpimpin (Guide inquiry) Inkuiri terpimpin digunakan terutama bagi siswa yang belum mempunyai pengalaman belajar dengan metode inkuiri. Dalam hal ini guru memberikan bimbingan dan pengarahan yang cukup luas. Dalam pelaksanaannya, sebagian besar perencanaan dibuat oleh guru dan para siswa tidak merumuskan permasalahan. 2. Inkuiri bebas (free inquiry) Pada inkuiri bebas siswa melakukan penelitian sendiri bagaikan seorang ilmuwan. Pada pengajaran ini, siswa harus dapat mengidentifikasikan dan merumuskan berbagai topik permasalahan yang hendak diselidiki. Metodenya adalah inquiry role approach yang melibatkan siswa dalam kelompok tertentu, setiap anggota kelompok tugas memiliki tugas sebagai, misalnya koordinator kelompok, pembimbing teknis, pencatatan data, dan pengevaluasi proses. 3. Inkuiri bebas yang dimodifikasi (Modefied free inquiry) Pada inkuiri ini guru memberikan permasalahan atau problem dan kemudian siswa diminta untuk memecahkan permasalahan tersebut melalui pengamatan, eksplorasi, dan prosedur penelitian. C. Karakteristik Metode Inkuiri Menurut Sanjaya (2006:197) ada beberapa hal yang menjadi karakteristik utama dalam metode pembelajaran inkuiri, yaitu : 1. Metode inkuiri menekankan kepada aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan. Dalam proses pembelajaran, siswa tidak hanya berperan sebagai penerima pelajaran melalui penjekasan guru secara verbal, tetapi mereka berperan untuk menemukan sendiri inti dari materi pelajaran itu sendiri. 2. Seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan jawaban sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan, sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri (self belief). Dengan demikian, metode pembelajaran inkuiri menempatkan 4
Edu – Physic Vol. 3, Tahun 2012
guru bukan sebagai sumber belajar akan tetapi sebagai fasilitator dan motivator belajar siswa. 3. Tujuan dari penggunaan metode inkuiri dalam pembelajaran adalah mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis, logis dan kritis atau mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental. Dengan demikian, dalam metode inkuiri siswa tidak hanya dituntut agar menguasai materi pelajaran, akan tetapi bagaimana mereka dapat menggunakan kemampuan yang dimilikinya secara optimal. Seperti yang dapat disimak dari penjelasan di atas, maka metode inkuiri merupakan bentuk pendekatan pembelajaran yang berorientasi kepada siswa (student centered approach) yang memiliki perbedaan dengan metode konvensional. D. Komponen-Komponen Metode Inkuiri Metode pembelajaran inkuiri memiliki beberapa komponen. Sebagaimana yang dikemukakan Garton (2003:23) bahwa pembelajaran dengan metode inkuiri memiliki 5 komponen yang umum yaitu : 1. Question Pembelajaran biasanya dimulai dengan sebuah pertanyaan pembuka yang memancing rasa ingin tahu siswa dan atau kekaguman siswa akan suatu Fenomena. 2. Student Engagement Dalam metode inkuiri, keterlibatan aktif siswa merupakan suatu keharusan dalam menciptakan sebuah produk dalam mempelajari suatu konsep. 3. Cooperative Interaction Siswa diminta untuk berkomunikasi, bekerja berpasangan atau dalam kelompok, dan mendiskusikan berbagai gagasan 4. Performance Evaluation Dalam menjawab permasalahan, biasanya siswa diminta untuk membuat sebuah produk yang dapat menggambarkan pengetahuannya mengenai permasalahan yang sedang dipecahkan. Melalui produk-produk ini guru melakukan evaluasi. 5. Variety of Resources Siswa dapat menggunakan bermacam-macam sumber belajar, misalnya buku teks, website, televisi, video, poster, wawancara dengan ahli, dan lain sebagainya. E. Prinsip-Prinsip Metode Inkuiri Dalam pelaksanaan metode inkuiri dalam pembelajaran di kelas, ada beberapa prinsip-prinsip yang perlu menajdi fokus perhatian bagi seorang 5
Tanti, Implementasi ….
guru. Dengan memperhatikan prinsip-prinsip tersebut, pembelajaran yang menggunakan metode inkuiri diharapkan dapat berjalan secara maksimal sesuai dengan apa yang telah direncanakan. Menurut Sanjaya (2006:199) ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan oleh setiap guru dalam penggunaan metode inkuiri, yaitu : 1. Berorientasi pada pengembangan intelektual Tujuan utama dari metode inkuiri adalah pengembangan kemampuan berpikir. Dengan demikian, metode ini selain berorientasi kepada hasil belajar juga berorientasi pada proses belajar. Karena itu, kriteria keberhasilan dari proses pembelajaran dengan metode inkuiri bukan ditentukan oleh sejauh mana siswa dapat menguasai materi pelajaran, akan tetapi sejauh mana siswa beraktivitas mencari dan menemukan sesuatu. 2. Prinsip interaksi Pembelajaran adalah proses interaksi, baik interaksi antara siswa dengan guru, bahkan interaksi antara siswa dengan lingkungan. Pembelajaran sebagai proses interaksi berarti menempatkan guru sebagai pengatur lingkungan yang mengarahkan agar siswa mengembangkan kemampuan berpikirnya melalui interaksi mereka. 3. Prinsip bertanya Kemampuan guru dalam bertanya pada pembelajaran yang menggunakan metode inkuiri sangat diperlukan. Sebab dengan memberikan pertanyaan kepada siswa akan melatih kemampuan berpikirnya. Oleh sebab itu, kemampuan guru untuk bertanya dalam setiap langkah inkuiri sangat diperlukan, baik bertanya untuk melacak maupun bertanya untuk menguji kemampuan. 4. Prinsip belajar untuk berpikir Belajar bukan hanya mengingat sejumlah fakta, akan tetapi belajar adalah proses berpikir (learning how to think), yakni proses mengembangkan potensi seluruh otak, baik otak kiri maupun otak kanan, baik otak reptil, otak limbik maupun neokortek. 5. Prinsip keterbukaan Pembelajaran yang bermakna adalah pembelajaran yang menyediakan berbagai kemungkinan sebagai hipotesis yang harus dibuktikan kebenarannya. Dalam metode inkuiri, tugas guru adalah menyediakan ruang untuk memberikan kesempatan kepada siswa mengembangkan hipotesisnya dan secara terbuka membuktikan kebenaran hipotesis yang diajukan. Berdasarkan pendapat di atas, maka seorang guru perlu memperhatikan prinsip-prinsip tersebut sehingga pembelajaran yang telah 6
Edu – Physic Vol. 3, Tahun 2012
dirancang untuk diterapkan dalam pembelajaran di kelas dapat berjalan secara optimal. F. Langkah-Langkah Metode Inkuiri Menurut Sanjaya (2006:201) mengemukakan secara umum bahwa proses pembelajaran yang menggunakan metode inkuiri dapat mengikuti langkah-langkah sebagai berikut : 1. Orientasi Langkah orientasi adalah langkah untuk membina suasana atau iklim pembelajaran yang responsif sehingga dapat merangsang dan mengajak siswa untuk berpikir memecahkan masalah. Keberhasilan metode inkuiri sangat tergantung pada kemauan siswa untuk beraktivitas menggunakan kemampuannya dalam memecahkan masalah. 2. Merumuskan masalah Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa pada suatu persoalan yang mengandung teka-teki. Persoalan yang disajikan adalah persoalan yang menantang siswa untuk berpikir dalam mencari jawaban yang tepat. Proses mencari jawaban itulah yang sangat penting dalam metode inkuiri, siswa akan memperoleh pengalaman yang sangat berharga sebagai upaya mengembangkan mental melalui proses berpikir. Mengutip dari pendapat Sanjaya (2006:202) yang mengemukakan bahwa ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam merumuskan masalah, diantaranya : a. Masalah hendaknya dirumuskan sendiri oleh siswa, dengan demikian, guru hendaknya tidak merumuskan sendiri masalah pembelajaran, guru hanya membrikan topik yang akan dipelajari, sedangkan bagaimana rumusan masalah yang sesuai dengan topik yang telah ditentukan sebaiknya diserahkan kepada siswa. b. Masalah yang dikaji adalah masalah yang mengandung jawaban yang pasti. Artinya, guru perlu mendorong agar siswa dapat merumuskan masalah yang menurut guru jawabannya sudah ada, tinggal siswa mencari dan mendapatkan jawabannya secara pasti. c. Konsep-konsep dalam masalah adalah konsep-konsep yang sudah diketahui terlebih dahulu oleh siswa. Artinya, sebelum masalah itu dikaji melalui proses inkuiri, terlebih dahulu bahwa siswa sudah memiliki pemahaman tentang konsep-konsep yang ada dalam rumusan masalah. 3. Mengajukan Hipotesis Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang sedang dikaji. Sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu diuji kebenrannya. Dalam langkah ini, guru memberikan kesempatan 7
Tanti, Implementasi ….
kepada siswa untuk mengemukakan pendapatnya sesuai dengan permasalahan yang telah diberikan. Salah satu cara yang dapat dilakukan guru untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam memberikan hipotesis adalah dengan mengajukan jawaban sementara. Selain itu, kemampuan berpikir yang ada pada diri siswa akan sangat dipengaruhi oleh kedalaman wawasan yang dimiliki serta keluasan pengalaman. Dengan demikian, setiap siswa yang kurang mempunyai wawasan akan sulit mengembangkan hipotesis yang rasional dan logis. 4. Mengumpulkan data Mengumpulkan data adalah aktivitas menjaring informasi yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Kegiatan mengumpulkan data meliputi percobaan atau eksperimen. Dalam metode inkuiri, mengumpulkan data merupakan proses mental yang sangat penting dalam mengembangkan intelektual. Oleh sebab itu, tugas dan peran guru dalam tahap ini adalah mengajukan pertanyaanpertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk berpikir mencari informasi yang dibutuhkan. 5. Menguji Hipotesis Menguji hipotesis adalah proses menentukan jawaban yang dianggap diterima siswa sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data. Yang terpenting dalam menguji hipotesis adalah mencari tingkat keyakinan siswa atas jawaban yang diberikan siswa. Disamping itu, menguji hipotesis juga berarti mengembangkan kemampuan bebrpikir secara rasional. 6. Merumuskan Kesimpulan Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Merumuskan kesimpulan merupakan hal yang utama dalam pembelajaran. Biasanya yang terjadi dalam pembelajaran, karena banyaknya data yang diperoleh menyebabkan kesimpulan yang dirumuskan tidak fokus terhadap masalah yang hendak dipecahkan. Oleh karena itu, untuk mencapai kesimpulan yang akurat sebaiknya guru mampu menunjukkan pada siswa data mana yang relevan. G. Interferensi dan Difraksi Gelombang Siahaan (2011) menjelaskan bahwa interferensi merupakan gejala superposisi gelombang. Interferensi ada yang bersifat konstruktif dan ada yang bersifat destruktif. Pola interferensi ini dapat diamati di dalam laboratorium nyata, misalnya dengan menggunakan percobaan tangki riak (ripple mark). Interferensi konstruktif terjadi jika kedua gelombang mempunyai fasa yang sama, sedangkan interferensi destruktif terjadi jika 8
Edu – Physic Vol. 3, Tahun 2012
kedua gelombang memiliki fasa yang berbeda sebesar π. Untuk menghasilkan dua gelombang yang sefasa (koheren), diguankan satu sumber gelombang yang dilewatkan pada dua celah sempit. Kedua celah (S1 dan S2) masing-masing bertindak sebagai sumber yang koheren. Pola interferensi konstruktif – destruktif yang bergantian dapat diamati pada layar, misalnya pada alat tangki riak. Difraksi adalah peristiwa pembelokkan gelombang saat melewati suatu objek (misalnya berupa rintangan atau celah). Berdasarkan prinsip Huygen, gelombang yang melewati celah dapat dipandang sebagai terdiri dari banyak sumber. H. Sekuensi Pembelajaran Inkuiri dalam Konsep Interferensi dan Difraksi Gelombang Sekuensi berikut ini dilakukan pada model pembelajaran inkuiri laboratorium terbimbing (Guided Inquiry Lab), yakni untuk menemukan hubungan kualitatif dari variabel kontrol maupun variabel ekperimen yang digunakan (Siahaan: 2012) : 1. Observasi – Guru mereview kegiatan pembelajaran berbasis inkuiri. Siswa mengamati fenomena terjadinya riak air pada suatu permukaan wadah air ketika diberi gangguan atau usikan. Siswa menggambarkan apa yang terjadi jika pada permukaan air dicelupkan dua benda secara bersamaan. Siswa membicarakan analogi dan contoh-contoh lain dari fenomena ini. Pertanyaannya adalah apakah fenomena ini juga dapat terjadi pada gelombang lainnya? Jika iya bagaimana menelitinya? 2. Manipulasi – guru memperkenalkan alat Tangki Riak kepada siswa. Siswa mengusulkan untuk menggunakan alat tersebut dan mendiskusikan atau memperdebatkan ide-ide yang akan diteliti dan mengembangkan pendekatan yang akan digunakan untuk mempelajari fenomena tersebut. Ide-ide tersebut misalnya penggunaan penghalang dan celahnya pada dua sumber gelombang. 3. Generalisasi – siswa mengkonstruk prinsip atau hukum perambatan gelombang yang dibutuhkan untuk memahami fenomena tersebut. Siswa mempelajari konsep rambatan gelombang melalui celah sempit (difraksi gelombang), serta konsep interferensi gelombang. Selain dengan mempelajari konsep teoritis, juga mengamati fenomena interferensi dan difraksi gelombang dengan menggunakan multimedia interaktif. 4. Verifikasi – siswa membuat prediksi dan mengujicobakan hukumhukum yang digunakan dalam tahap generalisasi terdahulu. Uji coba ini dilakukan dengan menggunakan alat Tangki Riak. Hasil pengamatan dengan alat tangki riak ini selain difoto juga dapat direkam dengan menggunakan video. Dalam uji coba ini, siswa menggunakan jarak antar sumber gelombang serta lebar celah sebagai variabel terikatnya. 9
Tanti, Implementasi ….
I.
J.
10
5. Aplikasi – siswa menyusun sejumlah analogi dan terapan interferensi dan difraksi gelombang pada jenis gelombang lainnya. Misalnya interferensi dan difraksi gelombang bunyi, interferensi dan difraksi cahaya, interferensi dan difraksi gelombang elektromagnetik serta interferensi dan difraksi gelombang mikro. Inkuiri Eksperimen dalam Pembelajaran Fisika Melalui pembelajaran berorientasi inkuiri, didapatkan : 1. Siswa belajar IPA sebagai proses dan produk 2. Siswa belajar membangun basis pengetahuan yang akurat dengan berdialog 3. Siswa belajar IPA dengan pemahaman yang cukup 4. Siswa belajar bahwa IPA adalah sebuah proses dinamis, kooperatif, dan akumulatif 5. Siswa mempelajari isi dan nilai-nilai IPA dengan bekerja seperti ilmuwan 6. Siswa belajar tentang hakikat IPA dan pengetahuan ilmiah 7. Siswa secara bersama-sama dalam kelompok bekerjasama mengembangkan operasi mental dan kebiasaan berpikir untuk mengembangkan pengetahuan konten yang kuat, sesuai disposisi ilmiah, dan memahami hakekat ilmiah dan pengetahuan ilmiah. 8. Siswa mendapatkan motivasi dalam belajar IPA dan mengejar ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan karier. Guru sebagai pendidik begitu juga calon guru, perlu menyadari bahwa inkuiri cocok digunakan dan sebagai subyek penelitian di semua tingkatan. Ketika seorang guru sains memahami konsep-konsep penting, metode inkuiri, penggunaan teknologi, struktur ilmu pengetahuan dan disiplin ilmu dapat membuat kegiatan pembelajaran menjadi lebih bermakna bagi siswa. Guru tidak bisa berbagi apa yang mereka sendiri tidak memilikinya. Selain itu, guru harus menyadari bahwa siswa sering tidak memahami proses inkuiri imiah hanya melalui contoh. Guru dapat membantu siswa belajar tentang proses inkuiri ilmiah baik secara implisit maupun eksplisit menggunakan inkuiri berorienatsi instruksi “misalnya”. Siswa akan belajar lebih banyak jika bisa secara langsung berbicara dengan guru dan seorang siswa dengan siswa lainnya tentang hakikat inkuiri, prinsip-prinsip dan asumsi, proses dan produk. Tingkatan Inkuiri Dalam Model Pembelajaran IPA Wenning (2010) memperkenalkan tingkatan inkuiri untuk model pembelajaran sains. Tingkatan inkuiri tersebut adalah : discovery learning, interactive demonstration, inquiry lessons, inquiry labs, and hypothetical inquiry (collectively known as the inquiry spectrum) – guru membantu
Edu – Physic Vol. 3, Tahun 2012
siswa mengembangkan ketrampilan proses dan intelektualitas siswa. Saat ini spektrum inkuiri meliputi aplikasi dunia nyata dalam dua varian yakni memecahkan soal-soal yang ada di akhir bab setiap buku dan memecahkan permasalahan-permasalahan autentik. K. Sekuensi Pembelajaran Untuk Lesson Plan Sekuensi pembelajaran dalam menerapkan inkuiri dalam pembelajaran, bisa menggunakan 5 tahapan sebagaimana tahapan pembelajaran yang ada pada siklus belajar. Namun demikian inkuiri tidak harus tunduk menghamba pada lima tahapan model pembelajaran yang ada pada siklus belajar. Kelima tahapan dalam siklus belajar adalah : observasi, manipulasi, generalisasi, verifikasi dan aplikasi.
DAFTAR PUSTAKA Garton, Janneta. (2005). Inquiry-Based Learning. Williard R-II School District. Technology Integration Academy National Science Teacher Association (2004). Position statement on scientific inquiry.Downloaded 8/1/2011 from http://www.nsta.org/about/positions/inquiry.aspx. Sagala, Syaiful. (2004). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung : Alfabeta Sanjaya, Wina. (2009). Kurikulum Pembelajaran. Prenada Media Jakarta Siahaan, S.M. (2012). Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Pembelajaran Fisika. Proceeding Seminar Nasional Fisika FMIPA Unsri. Suparno, Paul. (1997). Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius. Sund & Trowbridge. (1973). Teaching Science by Inquiry in the Secondary School. Ohio: Charles E. Merrill Publishing Company. Trowbridge & Bybee, (1990). Becoming a Secondary School Science Teacher. Ohio: Merrill Publishing Company. Wenning, C.J. (2010). Levels of inquiry : Using inquiry spectrum learning sequences to teach science. Journal of Physics Teacher Education Online, Summer 2010. Wenning, C.J. (2011). The levels of Inquiry Model of Science Teaching. Journal of Physics Teacher Eduaction Online, 6, Summer 2011. Winatapura. (1993). Strategi Belajar Mengajar IPA. Jakarta : Universitas Terbuka Depdikbud Jakarta 11