1 MEMBANGUN MOTIVASI DIRI MELALUI IQ, EQ, AQ DAN SQ (Dalam Diklat Teknis Substantif DI Bdk Padang) Oleh: Drs. H. ELDISON, M.Pd.I
Abstaksi Pembelajaran IQ, EQ, AQ dan SQ adalah merupakan pembelajaran inti bagi peserta diklat substantif di seluruh Balai Diklat Keagamaan di Indonesia. Pembelajaran ini dilaksanakan dalam upayanya mensinergiskan potensi fitrah insani yang meliputi IQ, EQ, AQ dan SQ, dirasa masih perlu adanya peningkatan wawasan terhadap pengetahuan psichologi, upaya pensinergisan dalam mengaktualisasikan potensipotensi insaniah yang dimiliki melalui peningkatan kualitas memanaj diri dalam mengelola potensi, serta adanya kemampuan mengatasi masalah-masalah psichologi yang timbul agar pemahaman dan pengimplementasian tentang IQ, EQ, AQ dan SQ menjadi maksimal dan sinergis sehingga kualitas diri dapat diwujudkan secara optimal (personal mastery). Kenyataan dalam upaya manusia, tidaklah selalu menunjukkan pada aktualisasi dan kesinergisan yang maksimal namun lebih cenderung pada aktualisasi yang minimal sehingga tingkat kesinergisan potensipun menjadi terbatas dan kualitas diripun menjadi tidak seimbang, sehingga kualitas memanaj diri terhadap olah karsa, olah rasa, olah daya dan olah taqwa dalam mensinergiskan potensi IQ, EQ, AQ dan SQ menuju terciptanya Personal Mastery”. Dalam perkembangannya kemudian pemaknaan ini terpaksa harus diperluas untuk dapat diletakkan dalam konteks yang lebih fundamental, karena pada dasarnya kecerdasan dan aspek kognisi tak terpisahkan dari aktivitas pikiran/perasaan/kesadaran manusia seutuhnya yang belum terjamah, serta interaksinya dengan lingkungan di sekelilingnya. Hanya melalui konteks yang lebih substansial dan integral inilah kita boleh berharap untuk mendekat fenomena kecerdasan (sekaligus juga pikiran/aktivitas kecerdasan) secara lebih komprehensif. Materi ini masih diberlakukan sebagai materi inti di Balai Diklat Keagamaan di seluruh Indonesia. Kata Kunci : Motivasi, diri, IQ, EQ, AQ dan SQ. A. PENDAHULUAN Manusia sebagai makhluk Tuhan yang paling sempurna dengan segala karuniaNya memiliki berbagai kecerdasan atas fitrahnya sebagai potensi diri yang menjadi modal dasar diri manusia dalam mengembangkan dan meningkatkan kualitas dirinya untuk menjadi manusia paripurna, apabila manusia mau berusaha mengaktualisasikan secara sinergis potensi insaniahnya agar potensi-potensi yang dimiliki menjadi optimal sehingga tercipta sebagai sosok manusia yang berkualitas. Dalam upayanya mensinergiskan potensi fitrah insani yang meliputi IQ, EQ, AQ dan SQ, dirasa masih perlu adanya peningkatan wawasan terhadap pengetahuan psichologi, upaya pensinergisan dalam mengaktualisasikan potensi-potensi insaniah
2 yang dimiliki melalui peningkatan kualitas memanaj diri dalam mengelola potensi, serta adanya kemampuan mengatasi masalah-masalah psichologi yang timbul agar pemahaman dan pengimplementasian tentang IQ, EQ, AQ dan SQ menjadi maksimal dan sinergis sehingga kualitas diri dapat diwujudkan secara optimal (personal mastery). Tingkat pemahaman Teori-teori psichologi yang minim mengakibatkan lemahnya penguasaan cara mensinergiskan potensi-potensi insaniah terhadap kualitas memanaj diri dalam olah karsa, olah rasa, olah daya dan olah taqwa. Lemahnya kualitas dalam memanaj diri terhadap olah karsa, olah rasa, olah daya dan olah taqwa, pada akhirnya membawa pada minimnya penguasaan cara atau metode pemecahan masalah secara ilmiah terhadap problema-problema psichologi yang dihadapi, yang berakibat pada rendahnya kualitas diri. Manusia, yang dilahirkan dengan segala fitrahnya yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan didikan dan lingkungan yang mempengaruhi dan membentuknya telah mengaktualisasikan segala potensi insaniah antara IQ, EQ, AQ dan SQ, guna menuju kedewasaan baik secara jasmani maupun rohani serta menuju keseimbangan kematangan dalam kualitas diri. Terhadap karunia Tuhan atas fitrah insaniah tersebut, wajiblah bagi manusia untuk selalu berusaha mengaktualisasikannya, mengelola atau memanaj diri agar senantiasa dapat bersinergis menuju kualitas diri secara optimal untuk membawa kemaslahan umat. Diharapkan dengan penguasaan secara teoritis tentang wawasan psichologi yang terkait dengan kecerdasan inteligence (IQ), kecerdasan emosi (EQ), kecerdasan daya motivasi (AQ) dan kecerdasan spiritual (SQ) ini pada akhirnya kita mampu mengatasi segala problema yg dihadapi dengan bijak. B. KAJIAN TEORI TENTANG IQ, EQ , AQ dan SQ 1. Sejarah Penemuan IQ, EQ, AQ dan SQ Memasuki abad ke-20 kita mengenal sebuah istilah populer yang berkaitan dengan kecerdasan Intelligence Quotient (IQ). Sekarang ini hampir sulit menemukan ada istilah lain selain IQ yang demikian sangat mempengaruhi seseorang dalam memandang diri mereka sendiri dan orang lain. Adalah psikolog berkebangsaan Prancis, Alfred Binet, yang pada tahun 1905 menyusun suatu test kecerdasan terstandarisasi untuk pertama kalinya. Berbeda dengan bagaimana IQ diposisikan kini dalam cara masyarakat memandang dan mengklasifikasikan individu-individu. Dalam awal tahun 1990-an kita mengenal istilah Emotional Quotient (EQ) diusulkan oleh Daniel Goleman. Gerald Pepper ( 2001 ) mengemukakan : Teori yang ampuh, sekaligus ukuran yang bermakna dan merupakan seperangkat instrumen yang telah di asah untuk membantu kita supaya tetap gigih melalui saat-saat yang penuh dengan tantangan. Gerald Pepper ( 2001 ) mengemukakan : Teori yang ampuh, sekaligus ukuran yang bermakna dan merupakan seperangkat instrumen yang telah di asah untuk membantu kita supaya tetap gigih melalui saat-saat yang penuh dengan tantangan. Selanjutnya mengenai Adversity Quotient (AQ) merupakan logika untuk bergerak maju, menjadikan diri kita lebih daripada sekarang dan memegang kendali kemana kita akan pergi. Keberhasilan seseorang bukan
3 hanya tergantung pada potensi, dan kecerdasan yang dimilikinya, tetapi banyak faktor lain yang berpengaruh, salah satunya adalah jenis kecerdasan daya juang atau daya motivasi "Adversity Quotient (AQ)" adalah merupakan kecakapan dalam daya juang menghadapi masalah kehidupan sehari-hari ( Stoltz, 2000 ) Belakangan ini menjadi populer pula istilah Spiritual Quotient (SQ) yang diusulkan oleh pasangan Danah Zohar dan Marshall. Meski secara esensial tidak terdapat sebuah terobosan ilmiah yang betulbetul baru dalam gagasan-gagasan mereka ini, namun para pakar ini telah berhasil mensintesakan, mengemas dan mempopulerkan sekian banyak studi dan riset terbaru di berbagai bidang keilmuan ke dalam sebuah formulasi yang cukup populer untuk menunjukkan bahwa aspek kecerdasan manusia ternyata lebih luas dari sekedar apa yang semua biasa kita maknai dengan kecerdasan. 2. Definisi IQ, EQ, AQ dan SQ a. Pengertian Intelligence Quotient (IQ) Intelligence Quotient adalah potensi yang sangat berperan besar dalam mempengaruhi tingkat kecerdasan , tingkah laku dan pola kepribadian seseorang terhadap pengembangan dirinya. Howard Gardner selama bertahun-tahun telah melakukan penelitian tentang perkemabangan kognitif manusia. Dia telah mendobrak tradisi umum teori kecerdasan yang menganut dua asumsi dasar, yaitu : bahwa kognisi manusia itu bersifat satuan dan bahwa setiap individu dapat dijelaskan sebagia mahluk yang memiliki kecerdasan yang dapat diukur dan tunggal. Dalam studinya tentang kapasitas manusia. Gardner mengembangkan criteria untuk mengukur apakah bakat itu benar-benar suatu kecerdasan. Setiap kecerdasan semestinya memiliki ciri perkembangan, dapat diamati dalam populasi tertentu, misalnya pada anak yang sangat pandai (jenius) atau “pelajar yang idiot” dan memberian beberapa bukti lokalisasi diotak yg mendukung sistem simbol/rotasi. b. Pengertian Emosional Quotient (EQ) Berasal dari bahasa latin “Motus Anima” Jiwa yang menggerakkan Dari kata latin “Movere” berarti “Menggerakkan, bergerak. Awalan “E” berarti bergerak menjauh. Menurut Oxford English Dictionary. “Emosi adalah setiap kegiatan atau pengolahan pikiran, perasaan, nafsu, setiap keadaan mental yang hebat dan meluap-luap. Kecerdasan Emosi adalah kemampuan merasakan atas timbulnya tuntutan/ gejolak jiwa sehingga dapat teratasi secara kondusif dan harmonis. Kecerdasan emosional merupakan gabungan dari semua kemampuan emosional dan kemampuan sosial untuk menghadapi seluruh aspek kehidupan. Kecerdasan Emosional adalah Kemampuan merasakan, memahami dan secara efektif menerapkan daya serta kepekaan emosi sebagai sumber energi, informasi, koneksi, dan pengaruh yang manusiawi. Kemampuan emosional meliputi sadar akan keadaan emosi diri sendiri, kemampuan mengelola emosi, kamampuan motivasi diri, kemampuan merasakan perasaan orang lain, dan pandai dalam menjalin hubungan dengan
4 orang lain. Kecerdasan emosi dibagi dalam 5 wilayah utama, masing-masing wilayah ini meliputi sekelompok kemampuan emosional atau kemampuan sosial yang turut berperan dalam kecerdasan emosional. Kelima wilayah kecerdasan emosional tersebut adalah : 1). Kesadaraan diri atau kemampuan mengenal diri sendiri. Kesadaran diri sendiri merupakan kemampuan memantau perasaan diri sendiri dari waktu kewaktu. Kesadaran diri adalah kepekaan perasaan maupun pikiran untuk mengenal emosi diri sendiri. Kesadaran diri merupakan landasan untuk ketrampilan emossi lainnya. 2). Kemampuan mengelola emosi Kemampuan mengelola emosi adalah kemampuan menangani emosi diri sendiri agar dapat terungkap secara tepat dan mengatasi emosi yang tidak menyenangkan. Kemampuan ini meliputi kemampuan megungkapkan perasaan, mengatasi kecemasan, kemarahan, kemurungan, kesedihan dan menghibur diri. 3). Kemampuan Memotivasi diri Motivasi diri adalah usaha yang memungkinkan seseorang tergerak melakukan sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang dikehendaki atau mendapatkan kepuasan atas perbuatan tersebut. Dalam hal motivasi diri, rasanya masih banyak kesenjangan atau ketidak maksimalan dalam mengaplikasikan terhadap apa yang sebenarnya kita memiliki kemampuan tetapi rendah dalam kemauan, sehingga sering menjadikan diri kita menjadi kurang berkualitas atau tidak mampu mensinergiskan potensi-potensi yang dimilki secara optimal. 4). Kemampuan Berempati Empati adalah kemampuan dalam perasaan seseorang unutk dapat ikut merasakan yang dirasakan oleh orang lain, sehingga dapat memahami pikiran, perasaan dan pelakunya. 5). Kemampuan melakukan Hubungan Sosial Kemampuan melakukan hubungan sosial sesamanya baik dalam interaksinya untuk menjalin hubungan kekerabatan maupun dalam interaksi untuk saling mendapatkan kemanfaatan. c. Pengertian Adversity Quotient (AQ) Adversity Quotient (AQ) merupakan konsep baru yang dikemukakan oleh Paul G. Stoltz pada tahun 1997 di Amerika Stoltz (2000) mendefinisikan AQ dalam tiga bentuk yaitu : 1. Suatu kerangka kerja konseptual yang baru untuk memahami dan meningkatkan semua segi kesuksesan. 2. Suatu ukuran untuk mengetahui respons terhadap kesulitan. 3. Serangkaian peralatan yang memiliki dasar ilmiah untuk memperbaiki respons terhadap kesulitan, yang akan berakibat memperbaiki efektifitas pribadi dan profesional acara keseluruhan(STOLTZ,2000: 9). Secara konseptual, Adversity Quotient (AQ ) adalah kecerdasan yang dimiliki seseorang dalam mengatasi kesulitan dan sanggup untuk bertahan
5 hidup. Berdasarkan uraian di atas, dapat dikatakan bahwa Adversity Quotient (AQ) merupakan suatu daya juang dalam meraih keberhasilan di berbagai bidang. Lebih lanjut dapat disimpulkan bahwa Adversity Quotient (AQ) merupakan kecerdasan seseorang berkaitan dengan kemampuannya dalam mengetasi kesulitan yang dihadapinya sehingga ia dapat bertahan dan hidup dalam keadaan lebih baik. d. Pengertian Spiritual Quotient (SQ) Kecerdasan Spiritual (SQ) dapat didefinisikan sebagai kecerdasan dalam menghadapi persoalan makna dan nilai-nilai kehidupan yang dilakukan dengan jalan menempatkan perilaku dan hidup dalam konteks makna yang lebih luas yang bersifat transedental yaitu menuju kepada keberadaan suatu zat yang di sebut “Allah” SQ merupakan landasan untuk memfungsikan IQ dan EQ secara optimal sehingga manusia dapat memahami makna yang ada di belakang kesuksesan dan kegagalan yang dialaminya. Kecerdasan Spiritual adalah Kemampuan memberi makna puncak spiritual (ultimate meaning). Zohar dan Marshall mengikutsertakan aspek konteks nilai sebagai suatu bagian dari proses berfikir/ berkecerdasan dalam hidup yang bermakna, untuk ini mereka mempergunakan istilah kecerdasan Spiritual (SQ). indikasi-indikasi kecerdasan spiritual ini dalam pandangan mereka meliputi kemampuan untuk menghayati nilai-nilai dan makna-makna, memiliki kesadaran diri, fleksibel dan adaptif, cenderung untuk memandang sesuatu secara holistik, serta berkecenderungan untuk mencari jawabanjawaban fundamental atas situasi-situasi hidupnya, dll. 3. Peranan IQ, EQ, AQ dan SQ terhadap Kesuksesan a. Peranan Intelligence Quotient (IQ) Dalam risetnya di Stanford, Terman memberikan usulan yang kemudian diterima secara luas di US saat itu bahwa test IQ selayaknya digunakan untuk melakukan seleksi populasi sehingga para pemuda dapat ditempatkan berdasarkan nilai IQ-nya di dalam sistem akademik dengan derajat-derajat kelas tertentu, yang pada akhirnya akan mengarahkan mereka pada posisi dan status sosial-ekonomi yang setaraf pula di masa depannya. Orang-orang dengan IQ tinggi di sana tidak selalu memimpin jabatan penting dalam pemerintahan, namun dapat dipastikan mereka memiliki akses atas posisiposisi istimewa dan hak-hak khusus lainnya. b. Peranan Emosional Quotient (EQ) 1). Peranan kesadaran diri Kesadaran diri merupakan landasan untuk keterampilan emosi lainnya. Tanpa kemampuan mengenali emosi diri sendiri, tentu akan sulit juga untuk mengenali emosi orang lain. Ketidakmampuan memahami perasaan orang lain akan mengakibatkan terjadinya hambatan dalam hubungan dengan sesama manusia.
6 Mengenali perasaan diri sendiri akan memberikan informasi keadaan dalam diri sendiri dan dengan demikian kita dapat mengembangkan kecerdasan emosional lainnya sesuai dengan perasaan tersebut. 2). Peranan mengelola emosi Mengelola emosi adalah menangani perasaan diri sendiri agar dapat terungkap secara tepat, dan mampu mengatasi perasaan hati yang tidak wajar. Mengelola emosi bukan berarti menjauhi perasaan yang tidak menyenangkan agar selalu bahagia, tetapi tidak membiarkan perasaan sedih berlangsung tak terkendali. Orang yang pandai mengelola emosi secara pas akan menciptakan hubungan harmonis dengan orang lain. Seseorang yang tidak mampu megelola emosinya akan mengalami gangguan fisik maupun psikis. Gangguan fisik antara lain : cemas, gugup, tegang, rasa tak aman, takut, kuatir, mudah terkejut, merasa tak berguna, hampa, rasa susah, tak ada harapan putus asa, menyesali diri secara berlebihan sampai dengan depresi atau gangguan jiwa. 3). Peranan memotivasi diri Motivasi diri adalah usaha atau dorongan dalam dri seseorang yang menyebabkan seseorang tergerak melakukan sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang dikehendaki atau mendapatkan kepuasan atas perbuatan tersebut. Orang yang termotivasi akan mengerjakan sesuatu pekerjaan dengan sungguh-sungguh dan penuh semangat sehingga pekerjaan tersebut akan diusahakan sampai selesai. Dari beberapa penulisan menunjukkan bahwa motivasi diri jauh lebih berperan dalam kesuksesan dibandingkan dengan IQ. Seseorang yang mempunyai IQ tinggi tetapi motivasi dirinya rendah sering mendapatkan hasil yang jelek, sedangkan seseorang yang mempunyai IQ biasa dapat mencapai sukses yang gemilang bila motivasi dirinya tinggi. 4). Peranan berempati Empati adalah kemampuan dalam perasaan seseorang untuk menempatkan perasaan dirinya ke dalam alam perasaan orang lain, sehingga dapat memahami pikiran, perasaan dan perilakunya, dengan kata lain seseorang dapat memahami perasaan orang lain dan merasakan keadaan yang dialami orang lain. Fondasi empati adalah kesadaran diri. Semakin seseorang memahami perasaan sendiri, ia makin mampu memahami perasaan orang lain (empati). Dua komponen terpenting dari empati adalah kemampuan memahami perasaan dan keterampilan menghayati. Keterampilan menghayati (berempati) adalah mampu membaca pesan-pesan non verbal, seperti nada bicara, gerak-gerik tubuh, dan ekspresi wajah orang yang berbicara. 5). Peranan melakukan Hubungan Sosial Kemampuan hubungan sosial adalah kemampuan menjalin hubungan dengan orang lain secara lancar, sanggup memimpin dan mengorganisasi serta pandai menangani permasalahan yang muncul dalam pergaulan antar manusia.
7 Kemampuan melakukan hubungan sosial merupakan salah satu bidang kecerdasan emosional yg menyangkut kemampuan antar pribadi. Seseorang yang pandai melakukan hubungan sosial akan disukai orang lain. Mereka sering dikatakan sebagai pribadi yang menyenangkan, sopan, penuh pengertian, setia kawan, ramah dan pintar menyesuaikan diri. Mereka adalah bintang pergaulan dalam masyarakat. c. Peranan Adversity Quotient (AQ) Pentingnya AQ sebagai penunjang keberhasilan siswa yang menjadi latar belakang para ahli mengemukakan teori-teori tentang AQ dimana hal ini menunjang kebutuhan masyarakat tentang berbagai informasi tentang AQ. Kesuksesan adalah hal yang ingin dicapai oleh setiap orang, pada mulanya orang percaya bahwa penentu sukses adalah intelegensi Qoutient (IQ) sebuah konsep kecerdasan yang terukur secar ilmiah dan dipengaruhi oleh keturunan. Narnun ternyata tidak semua orang yang memiliki IQ tinggi mampu mencapai sukses ( Stoltz, 2003 ). Pada tahun 1996, Daniel Goleman dalam bukunya tentang Emotional Qoutient membahas panjang lebih tentang besarnya pengaruh kecerdasan emosional yang dimiliki untuk mencepai sukses, lebih besar dari pada pengaruh IQ. d. Peranan Spiritual Quotient 1). Sebagai tuntunan & pedoman hidup 2). Sebagai landasan moral spiritual 3). Penuntun hidup berilmu, arif dan bijak 4). Sebagai sumber inspiratif & kreatifitas 5). Pemberi motivasi dan sugesti kehidupan 6). Penuntun keperdulian sosial /kemaslahatan umat 7). Sebagai landasan dinamisasi kehidupan 8). Sebagai sandaran kesempurnaan hidup 9). Sebagai sandaran kebahagiaan hakiki didunia dan akhirat. D. PENUTUP 1. Kesimpulan Dari uraian tersebut diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa diklat IQ, EQ dan AQ dan SQ yang dilaksanakan di Balai Diklat Keagamaan di seluruh Indonesia sangat mendukung terhadap potensi-potensi peserta diklat teknis substantif sbb: a. Mengakomodir potensi kecerdasan-kecerdasan yang dimiliki yang terkait dengan 4 (empat kecerdasan) yang ada pada diri kita yang meliputi IQ, EQ, AQ dan SQ adalah merupakan upaya fitrah manusia sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas karunia yang diberikan, sekaligus sebagai pelaksanaan amanah untuk membawa fadhilah dalam kemaslahatan umat melalui produktifitas kualitas diri kita. b. Mensinergiskan potensi fitrah insaniah yang dimiliki manusia yang meliputi IQ, EQ, AQ dan SQ adalah menciptakan kualitas diri secara optimal dalam upayanya mewujudkan sosok manusia yang kamil atau paripurna ( Personal
8 Mastery). c. Keseimbangan atau Sinergisitas dalam menumbuh kembangkan (mengaktualisasikan) fitrah potensi insaniah mampu membawa pada usia produktif mencapai Prestasi Kehidupan sebagai Personal Mastery, dan dimasa lanjut usia mampu membawa Prestise Kehidupan yang kental dengan nilai-nilai Spiritual). d. Potensi Insaniah mewujudkan Personal Mastery yang mendorong pembentukan pribadi yang mantap yaitu pribadi yang dewasa secara mental dan mampu tampil sebagai pemenang dan pembawa kesuksesan dengan mengalahkan semua unsur negatif didalam dirinya. DAFTAR PUSTAKA Agustian Ginanjar Ary, (2001) ESQ , Jakarta, Penerbit; Arga Goleman, Daniel. 1997. Emotional Intelligence. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. Hidayat, Hubertus Kasar. 1998. Memahami Kecerdasan Emosional. Jakarta. Stoltz, Paul G ( 2000 ), Adversity Quotient : Mengubah Hambatan Menjadi Peluang, Jakarta : Grasindo. Miqdad Yaljan, Dr. Kecerdasan Mental (Aspek Pendidikan yang Terlupakan), Pustaka fahima, Yogyakarta, Tahun 2004 Muhammad Al Mighwar, Mengenal Gerak gerik Kalbu, Pustaka Hidayah, Bandung, Tahun 2001 Panduan Fasilitator Diklat Kepemimpinan Tingkat IV, Kecerdasan Emosional, Lembaga Administrasi Negara RI, Tahun 2001 Suharsono, Melejitkan IQ, IE dan IS , Anisiasi Press, Depok Jabar, tahun 2002 Wahyu Suprapti, Hj. Dra. Pengembangan Potensi Diri. Badan Litbang Agama dan Diklat Keagamaan, Departemen Agama RI, Jakarta Tahun 2004.