MEMBANGUN MORALITAS BANGSA DENGAN TASAWUF
Dr. H. Mustadi, M.Pd
Abstrak Bangsa Indonesia sejak dahulu dikenal oleh sebagai bangsa yang ramah dan sangat menjunjung tinggi adat ketimuran dengan moralitasnya yang sangat beradab, namun realitanya saat ini bangsa Indonesia telah mengalami kemerosotan moral bahkan sudah sangat memprihatinkan. Hal ini tampak jelas pada banyaknya kasus-kasus yang telah terjadi, seperti tawuran antar pelajar, pencurian, perampokan, pemerkosaan, narkoba, miras, seks bebas, menjamurnya korupsi dan trend maraknya pembakaran hutan. Berbagai upaya sudah banyak dilakukan oleh kaum cerdik pandai untuk mencarikan solusi alternatif, seperti kurikulum berbasis karakter, training spiritual, management qolbu dan lainnya, ternyata semuanya belum mampu merubah anak bangsa menjadi bermoral dan berkarakter, bahkan gerakan gevolusi mental yang dicanangkan Presiden RI juga belum membuahkan hasil, bahkan kemerosotan moral semakin menggurita melanda bangsa Indonesia. Solusi alternatif yang ditawarkan Penulis untuk membangun moralitas bangsa adalah dengan pendidikan berbasis tasawwuf. Pendidikan yang diterapkan di Indonesia selama ini hanya menitik beratkan pada aspek lahiriyah (eksoteris) meninggalkan aspek batiniyah (esoteris), hanya mengedepankan rasionalitas dan meninggalkan aspek spiritualitas. Jika pendidikan di Indonesia ke depan memprioritaskan aspek esoteris, yaitu pendidikan modern yang sarat nilai-nilai spiritual, seperti tumbuhnya sikap jujur, sabar, tawakkal, qana‟ah, amanah, disiplin, tanggung jawab, dan lainnya, maka bangsa yang bermoral dan bermartabat akan menjadi kenyataan. Kata kunci : Tasawuf, membangun, moralitas, bangsa
ketimuran
Pendahuluan
dengan moralitasnya yang
sangat beradab. Kita boleh bangga dengan Islam adalah agama kasih
sayang
sebutan tersebut, namun realitanya saat ini
(rahmah) yang kehadirannya sangat
bangsa
diharapkan dapat
dekadensi moral atau krisis moral yang
bangsa.
membangun moralitas
Kehadiran
Islam
dengan
Indonesia
meresahkan,
bahkan
telah
mengalami
sudah
sangat
seperangkat nilai-nilai moral (akhlak)
memprihatinkan. Hal ini nampak jelas
sebenarnya sudah lama mengkristal dan
pada banyaknya kasus-kasus yang telah
menjadi budaya bangsa, karenanya tidak
terjadi, seperti tawuran antar pelajar,
salah jika bangsa Indonesia sejak dahulu
pencurian,
dikenal sebagai bangsa yang ramah,
narkoba, miras, seks bebas, menjamurnya
santun dan sangat menjunjung tinggi adat
korupsi,
perampokan, pemerkosaan,
kolusi dan
trend
maraknya
Jurnal Ilmu Pendidikan Islam, Volume 14, Nomor 2 Juli-Desember 2015
pembakaran hutan akhir-akhir ini dan lainnya. Disamping krisis
moral
tersebut,
21
belum mampu mencetak santri berakhlaq. Para
Muballigh
managemen
dengan
qolbunya
belum
berbagai mampu
bangsa Indonesia juga menghadapi krisis
menggugah nurani anak bangsa menjadi
globalisasi,
bermoral. Training spiritual yang banyak
sebagaimana dikemukakan
oleh Sayyid Hussein Nasr dalam bukunya
digelar dan diseminarkan di kampus-
Islam and the Challenge of the Century
kampus belum mampu merubah cara
bahwa, pada abad ke-21 ini dunia Islam
berfikir dan berperilaku santun, dan
termasuk Indonesia sedang menghadapi
berbagai gerakan moral termasuk gerakan
sejumlah tantangan serius yaitu: (1)
revolusi
globalisasi (2) krisis lingkungan (3) post
Presiden RI juga belum membuahkan
modernisme (4) sekulerisasi kehidupan (5)
hasil, bahkan nampaknya kemerosotan
krisis ilmu pengetahuan dan teknologi (6)
moral
penetrasi
bangsa Indonesia.
nilai-nilai
non
Islam
(7)
pengaburan citra Islam (8) sikap terhadap
mental
semakin
Dalam
yang
didengungkan
menggurita
pengamatan
melanda
penulis
peradaban lain (9) feminisme (10) hak
pendidikan yang diterapkan di Indonesia
asasi manusia dan (11) tantangan internal.
selama ini masih menitik beratkan pada
(Muhaimin, 2005). Jika berbagai krisis
aspek
moral yang melanda negeri ini tidak
meninggalkan aspek batiniyah (esoteris),
segera dicarikan solusinya, maka bangsa
hanya mengedepankan rasionalitas dan
Indonesia dalam bahaya besar yang bukan
meninggalkan aspek spiritualitas. Hal
hanya mengalami keterpurukan tetapi
inilah
bahkan kemunduran, berada diambang
dekadensi moral di negeri ini. Solusi
kehancuran.
alternatif yang ditawarkan Penulis untuk
Sebenarnya
sudah
banyak
upaya
lahiriyah
yang
membangun
(eksoteris)
menjadi
moralitas
bangsa
dilakukan oleh kaum cerdik pandai untuk
dengan
mencarikan solusi dari berbagai problem
pendidikan berbasis tasawuf.
tersebut,
seperti
kurikulum
revolusi
pemicu
spiritual
telah
utama
adalah melalui
berbasis
karakter yang diintruksikan kemendikbud,
Tasawuf dan Hubungannya dengan
tetapi ternyata belum bisa menjadikan
Moral
peserta
didik
dan
Perlu difahami bahwa istilah tasawuf
berkarakter. Banyaknya ulama, kyai dan
memang tidak pernah dikenal pada masa
ustadz
Rasulullah, khulafa‟ ar-rasyidin, maupun
di
menjadi
pondok
santun
pesantren
dengan
berbagai kurikulum kitab kuningnya
masa tabi‟in . Istilah tasawuf baru muncul
22
Jurnal Ilmu Pendidikan Islam, Volume 14, Nomor 2 Juli-Desember 2015
dan dikenal pada pertengahan abad III
(dzikrullah), menempuh jalan kembali
hijriyah,
Abu
kepada Allah sampai kepada pengetahuan
Hasyim al-Kufi (wafat 250 H) dengan
yang hakiki tentang Allah (ma`rifatullah).
meletakkan
yang dicetuskan al-sufi
dibelakang
(Nasrullah, 1996). Dari kedua pengertian
secara
substansial
di atas dapatlah difahami bahwa orang
kehidupan Rasulullah dan para sahabatnya
yang menempuh hidup tasawuf berarti
sudah mencerminkan kehidupan sufi yang
orang yang berusaha untuk mensucikan
indentik dengan, zuhud, wara, qana‟ah,
dirinya di hadapan Allah Swt, sehingga
tawakkal, faqir dan lainnya.
akan muncul seseorang yang bermoral
namanya.
kata
oleh
Tapi
Untuk lebih mengenal tasawuf, akan kami paparkan pengertian tasawuf baik
atau berperilaku baik (akhlaq al-karimah). Sedangkan
pengertian
secara
secara etimologi maupun terminologinya.
terminologi dirumuskan oleh para sufi di
Secara etimologi kata tasawuf diambil dari
antaranya yang terpenting adalah:
beberapa
Pertama,
Pertama, menurut Sahal al-Tustury (wafat
tasawuf berasal dari kata “suf” yang
283 H), tasawuf adalah seseorang yang
berarti “wol”, yaitu untuk menunjukkan
hatinya
penggunaan jubah wol. Kata suf (kain
berhubungan baik dengan sesama manusia
wol) menggambarkan orang yang hidup
dan memandang sama antara emas dengan
sederhana dan tidak mementingkan dunia.
kerikil. (Amin Syukur, 2002). Kedua,
Dari segi linguistic (kebahasaan) dapat
menurut Abu Muhammad al-Jariri (wafat
dipahami bahwa tasawuf adalah sikap
311 H). Ketika ditanya tentang tasawuf
mental yang selalu memelihara kesucian
beliau
diri, beribadah, hidup sederhana, rela
memasuki akhlak yang mulia (bermoral)
berkorban untuk kebaikan dan selalu
dan keluar dari setiap akhlak yang tercela.
bersikap kebajikan. Sikap jiwa yang
(Halim Mahmud, 2002). Ketiga, menurut
demikian itu pada hakikatnya adalah
Abu Husain an-Nuri (wafat 295 H)
akhlak mulia. (Nasution, 1973).
tasawuf bukanlah suatu bentuk ilmu, tetapi
kata
diantaranya:
Kedua, dari kata “sufi” yang artinya
bersih
dari
menjawab,
kotoran
tasawuf
dosa,
adalah
ia adalah akhlak mulia, sekiranya ia hanya
suci. Seorang sufi adalah orang yang
sekedar
bentuk
tulisan
disucikan dan kaum sufi adalah orang-
diusahakan
orang yang telah mensucikan dirinya
seandainya ia ilmu tentu akan bisa
melalui latihan spiritual. Dengan kata lain,
diperoleh dengan belajar. Namun tasawuf
sufi merupakan orang yang mensucikan
adalah berakhlak dengan akhlak Allah.
dirinya dengan banyak mengingat Allah
Keadaan ini tidak dapat diperoleh dengan
dengan
maka
bisa
sungguh-sungguh,
23
Jurnal Ilmu Pendidikan Islam, Volume 14, Nomor 2 Juli-Desember 2015
tulisan dan ilmu.(Halim Mahmud,20002). Dari berbagai definisi tersebut di atas,
atau metode untuk membersihkan dan
dapatlah difahami bahwa tasawuf adalah
suci bersih membuahkan moral yang
ajaran Islam yang mengajarkan bagaimana
beradab
seharusnya sikap mental (moral) seorang
hubungan antara tasawuf dengan moral
muslim dalam berhubungan baik dengan
menjadi sangat erat, karena satu sama lain
Tuhannya (vertikal) dan berhubungan baik
saling
dengan sesama manusia (horisontal) dan
mempengaruhi. Dengan kata lain, tasawuf
dengan makhluk lainnya yang didasarkan
berbanding lurus dengan moral, sehingga
atas petunjuk al-Qur‟an dan al-Hadits. Dari
sangat
pengertian
terbentuk
amunisi yang manjur untuk membangun
manusia sempurna akhlaknya (insan kamil),
moralitas bangsa, dan para sufi harus
dan itulah sejatinya misi utama diutusnya
berada
Rasulullah Muhammad Saw, yaitu untuk
mewujudkannya.
ini
diharapkan
menyempurnakan
akhlak
mensucikan hati, dan dari hati yang telah
(akhlaq
al-karimah).
mendukung,
tepat
jika
di
dan
saling
tasawuf
garda
Maka
dijadikan
depan
untuk
manusia,
Ajaran Tasawuf dalam Sorotan
sebagaimana sabdanya, yng artinya:
Tasawuf ”Tidaklah Aku diutus kecuali hanya untuk menyempurnakan akhlak yang luhur”.
mendapatkan
memang sorotan,
sering
kritikan
dan
tuduhan menyakitkan. Beberapa orientalis
Dari penjelasan di atas dapatlah
barat dan pemikir Muslim sendiri tidak
dimengerti bahwa tasawuf sebenarnya
sedikit yang menuduh tasawuf menjadi
identik dengan moral Islam itu sendiri,
biang kemunduran peradaban Islam.
dengan
tasawuf
Tasawuf dituduh sebagai “virus” yang
merupakan proses pendekatan diri kepada
menghambat kemajuan dan menyebabkan
Allah dengan cara mensucikan hati
ketertinggalan
(tashfiyat al-qalbi), jika hatinya bersih dan
kancah
suci maka yang akan keluar adalah
Aqil,2004). Ajaran dan doktrin tasawuf
perbuatan perilaku moral yang baik dan
seperti, zuhud, qanaah, tawakkal, wirid,
mulia (al-akhlaq al-karimah), hati yang
dzikir dan lainnya, membuat seseorang
suci bukan hanya bisa dekat dengan Allah
menjadi
tapi malah dapat mengenal Allah (al-
terbelakang.
ma‟rifatullah).
menyakitkan,
Jadi hubungan tasawuf dengan moral (akhlaq), adalah tasawuf merupakan cara
kelompok Islam puritan (salafi-wahabi)
pemahaman
bahwa
dunia
peradaban
malas,
muslim
dalam
modern.
(Said
bodoh,
Bahkan tuduhan
miskin yang
dan lebih
kelompok-
menganggap tasawuf sebagai bid‟ah dan
24
Jurnal Ilmu Pendidikan Islam, Volume 14, Nomor 2 Juli-Desember 2015
khurafat yang menyesatkan, karena tidak
lupa
ada tuntunanya dari Rasulullah dan para
mengeluarkan zakat atau meninggalkan
Sahabatnya.
shalat
Pemahaman di atas sangat tidak benar
pada
Allah,
dengan
seperti
alasan
tidak
sibuk
kerja.
(Sudirman Teba, 2003).
dan perlu diluruskan. Memang dalam
Sedangkan tawakkal adalah upaya
tasawuf memiliki ajaran seperti itu, tetapi
berserah diri dan ridla dalam menerima
tidak bermaksud menjadikan seseorang
keputusan Allah. Apabila keputusan Allah
supaya menjadi malas, tidak disiplin dan
sesuai dengan usaha dan permohonan,
tidak bekerja keras. Ajaran tasawuf
berarti kesuksesan yang diraih, maka
tersebut bertujuan agar seseorang yang
diharuskan untuk mensyukurinya. Namun
mencari uang atau harta itu tidak memiIih
apabila ternyata keputusan Allah tidak
cara-cara yang haram, lupa pada ajaran
sesuai dengan yang diharapkan, maka ia
agama dan sombong setelah kaya atau
harus
prasangka
mengahadapinya.
jelek
pada
Tuhan
ketika
bersabar
dan Ajaran
tabah tawakkal
hidupnya miskin. Oleh karenanya yang
tersebut apabila dijadikan pegangan hidup,
salah bukanlah tasawuf, tetapi persepsi
akan tenang dalam menghadapi segala
orang terhadap ajaran tasawuf itulah yang
situasi dan kondisi. Jika sukses tidak
keliru.
sombong
dan
gagalpun
tidak
akan
Tentang zuhud misalnya, tidaklah
berputus harapan. Sikap syukur apabila
diartikan dengan meninggalkan kehidupan
sukses dan sabar apabila gagal merupakan
dunia atau membenci dunia, akan tetapi
mutiara yang dicari oleh seorang muslim
yang
yang
tepat
adalah
hidup
sederhana,
mendalami
kehidupan
spiritual
maksudnya orang yang hidup secara wajar
dengan memasuki kehidupan tasawuf.
sesuai dengan keperluan, tidak boleh
(Imam al-Qusyairi: tt).
boros,
menghamburkan
harta
yang
Adapun
qana‟ah
berarti
merasa
dimilikinya atau menggunakan harta untuk
cukup dan merasa puas dengan apa yang
perbuatan yang dilarang Allah (maksiat).
sudah diberikan Allah kepadanya. Harta
Dengan demikian, zuhud bukan berarti
yang diperoleh diusahakan cukup untuk
tidak perlu kerja keras mencari uang.
memenuhi keperluan hidup, walaupun
Bekerja keras itu boleh, bahkan wajib
sebenarnya
apabila diniatkan mencari nafkah untuk
Pengeluaran
memenuhi kebutuhan hidup keluarga.
pendapatannya atau tidak besar pasak dari
Tetapi satelah uang diperoleh tidak boleh
pada tiang. Kalau orang hidap lebih besar
dihamburkan atau membuat
pasak dari pada tiang, maka akan timbul
pendapatannya tidak
kecil. melebihi
Jurnal Ilmu Pendidikan Islam, Volume 14, Nomor 2 Juli-Desember 2015
25
banyak kesulitan yang merepotkan diri
mungkin berbeda dengan metode lainya,
sendiri. Misalnya berhutang atau minta
apalagi
uang pada yang lain, mencuri, melakukan
umumnya (orang awam).
dengan
orang
Islam
pada
korupsi dan perbuatan tercela lainnya
Sedangkan fakir menurut tasawuf
untuk memenuhi keperluan hidupnya.
adalah bukan fakir harta tetapi maksudnya
(Halim Mahmud:2002)
adalah fakir hati, yaitu seseorang yang
Jadi qana‟ah bukan berarti tidak perlu
selalu menggantungkan dirinya kepada
bekerja keras. Orang tidak bekerja keras
Allah. Hakekat harta kekayaan yang
atau beretos kerja tinggi, tetapi berapapun
sebenarnya adalah harta kekayaan yang
hasilnya diusahakan cukup agar tidak timbul
ada di hati dan bukan yang ada di tangan.
efek samping yang negatif. Sikap qana‟ah
(Abdul Qodir al-Jailani: 1996). Oleh
dimaksudkan agar seseorang tidak mencari
karenanya, sangatlah tidak benar apabila
uang dengan jalan haram hanya karena
seseorang mengukur bahkan mengklaim
pekerjaan halalnya tidak mencukupi atau
seseorang itu termasuk kategori orang
tidak menghasilkan uang sebanyak yang
kaya atau miskin hanya baik dari harta
diperlukan.
kekayaannya. Realita menunjukkan bahwa
Dan
adanya
anggapan
bahwa
masih
banyak orang memiliki
harta
mengamalkan ajaran tasawuf seperti wirid
kekayaan berlimpah, tetapi batinnya masih
dan dzikir yang banyak menyita waktu
rakus, serakah dan selalu merasa kurang.
sehingga menyebabkan orang menjadi
Sebaliknya, tidak sedikit orang yang
malas bekerja adalah asumsi yang tidak
kehidupan dunianya serba kekurangan,
benar, karena ritual dzikir tidak harus
tetapi
dilakukan di siang hari (pada jam kerja).
pemberian
Membaca amalan-amalan tersebut banyak
dirinya untuk mensyukurinya.
mereka
cukup
Allah
dan
kaya
dengan
mengharuskan
dilakukan pada malam hari dan atau pada hari libur, sehingga tidak mengganggu
Berdasarkan paparan di atas dapatlah
pekerjaan. Walaupun pada hakikatnya
Penulis jelaskan bahwa semua tuduhan di
para pengamal tasawuf juga mengamalkan
atas salah, tidak benar dan sangat tidak
dzikir rahasia (dzikir sirrî) yang dapat
beralasan, jikalau umat Islam ini ada yang,
diamalkan setiap waktu, termasuk pada
malas, bodoh, miskin dan klaim lainnya,
saat bekerja sekalipun. Jadi bekerja dan
itu bukanlah disebabkan oleh ajaran
berdzikir dapat dilakukan berlama-lama,
tasawuf, tapi sangat dimungkinkan adanya
tanpa harus berhenti bekerja. (Saifulloh,
faktor lain sebagai pengebabnya. Jika kita
2009). Inilah kelebihan tasawuf yang
melihat sejarah masa lalu, banyak para
26
Jurnal Ilmu Pendidikan Islam, Volume 14, Nomor 2 Juli-Desember 2015
sufi yang justru memajukan peradaban
menelusuri
Islam.
dengan
Muhammad yang tampak di permukaan
keilmuannya yang ensiklopedis. Kita bisa
saja. Shahib Khaja Khan mengatakan
sebutkan seperti Syekh Sahl At-Tasturi,
juga, kalau Islam dipisahkan dari aspek
seorang sufi yang ahli tafsir. Syekh Ibnu
esoteriknya (tasawuf), maka ia hanya akan
Arabi, seorang sufi yang mengedepankan
menjadi kerangka formalitas yang gersang
tasawuf-falsafi dikenal pula sebagai ahli
dari sentuhan ilahiyah, yang akhirnya
tafsir dan hadits. Syekh Ibnul Farid dan
melahirkan manusia-manusia yang tidak
Syekh Fariduddin Al-Aththar adalah dua
bermoral. (Asmaran, 1994: 9).
Para
sufi
dikenal
figur sufi yang dikenal luas sebagai sastrawan. (Said Aqil, 2004).
kehidupan
keagamaan
Menurut Komarudin Hidayat yang dikutip oleh Abudin Nata, sufisme perlu untuk dimasyarakatkan dengan tujuan :
Jadi di jaman modern dan era global
Pertama,
turut
serta
terlibat
dalam
yang serba materialistik yang gersang dari
berbagai peran dalam menyelamatkan
nilai-nilai
kemanusiaan dari kondisi kebingungan
tasawuf
spiritualitas justru
Menurut
ini,
sangat
Penulis
kehadiran dibutuhkan.
kejumudan
dan
akibat
hilangnya
nilai-nilai
spritual.
Kedua, memperkenalkan literatur atau pemahaman
tentang
aspek
disebabkan doktrin dan ajaran tasawuf,
(kebatinan
Islam),
baik
melainkan justru akibat umat Islam
masyarakat
meninggalkan nilai-nilai tasawuf dan
melupakannya
terjebak dalam kubangan fitnah duniawi
khususnya terhadap masyarakat Barat.
yang materialistis, sehingga pudarlah nilai
Ketiga, untuk memberikan penegasan
kemanusiaan, persatuan, dan solidaritas,
kembali
yang pada akhirnya bangsa ini mudah
esoteris Islam, yakni sufisme, adalah
dimasuki oleh pengaruh asing, seperti
jantung
kapitalisme, liberalisme, radikalisme, dan
wilayah ini kering dan tidak berdenyut,
terorisme.
maka keringlah aspek-aspek yang lain
kemunduran
umat
Islam
bukan
Tasawuf seperti dikatakan Reynold
Islam
bahwa
ajaran
maupun
esoteris terhadap
yang non
sesungguhnya
Islam,
sehingga
mulai Islam,
aspek
bila
ajaran Islam (Nata : 293).
A. Nicholson merupakan salah satu unsur yang vital dalam Islam, sehingga tanpa
Tasawuf Solusi Membangun Moralitas
adanya pemahaman mengenai gagasan
Bangsa
dan bentuk-bentuk sufistik yang mereka kembangkan, kita bersusah payah
Telah di jelaskan sebelumnya bahwa tasawuf sebenarnya adalah moral Islam itu
27
Jurnal Ilmu Pendidikan Islam, Volume 14, Nomor 2 Juli-Desember 2015
sendiri. Makanya Solusi alternatif yang
kaitannya dengan pemahaman keagamaan,
ditawarkan Penulis untuk membangun
ia lebih menekankan aspek esoterik
moralitas bangsa adalah dengan to return
ketimbang eksoterik, lebih menekankan
to god through religion (kembali kepada
penafsiran batiniyah ketimbang lahiriyah.
Tuhan melalui agama), yaitu revolusi
(Kartanegara, 2006). Akan tetapi tasawuf
spiritual melalui pendidikan berbasis
bukan berarti mengabaikan nilai-nilai
tasawuf, yaitu pendidikan yang fokus
syari‟at (nilai- nilai formalistik dalam
membersihkan jiwa dari segala noda dosa
Islam). Tasawuf yang benar adalah adanya
dengan dibawah bimbingan seorang guru
tawazun (keseimbangan) antara keduanya
spiritual yang disebut Mursyid. Dalam
yaitu unsur lahir (formalistik) dan batin
pengamatan penulis pendidikan
(substansialistik).
yang
diterapkan di Indonesia selama ini masih
Nurcholis
Madjid
mengemukakan
menitik beratkan pada aspek lahiriyah
bahwa
(eksoteris)
aspek
penghayatan
hanya
spritual. Contohnya, kalau para ahli fiqh
dan
membahas mengenai sholat, maka yang
meninggalkan aspek spiritualitas. Hal
dibicarakan adalah bagaimana pakaiannya,
inilah
utama
tempatnya, suci apa tidak, bagaimana
dekadensi moral di negeri ini. ( Sudirman
wudhu‟nya sudah benar apa belum dan
Teba, 2004). Jika pendidikan di Indonesia
bagaimana
ke depan memprioritaskan aspek esoteris,
Kesemuanya itu dalam pandangan sufi
yaitu pendidikan modern yang sarat nilai-
sebagai “trivial things”
nilai spiritual, seperti tumbuhnya sikap
(suatu hal yang lumrah sekali). Bagi para
jujur, sabar, tawakkal, qana‟ah, amanah,
sufi, sholat itu sebagai suatu peristiwa
disiplin, tanggung jawab, dan lainnya,
dialog
maka
peristiwa mengintenskan kesadaran akan
telah
batiniyah
meninggalkan (esoteris),
mengedepankan
yang
rasionalitas
menjadi
bangsa
yang
pemicu
bermoral
dan
substansi
tasawuf
adalah
yang
bersifat
esoteris
kiblatnya
dengan
Allah,
dan
serta
lainnya.
sebagai
bermartabat akan menjadi kenyataan.
kehadiran seorang makhluk di depan
Dengan pemahaman lain,
bahwa
khaliknya dan khalik dalam kehidupan
dengan
seseorang. Maka para sufi ini suka
aspek
mengatakan bahwa sholat ini merupakan
rohaninya ketimbang jasmaninya, dalam
eskalasi atau mi‟raj bagi hambanya yang
kaitannya dengan kehidupan, ia lebih
beriman. (Nurcholis Madjid, 1998).
spritualitas manusia,
dalam lebih
kaitannya menekankan
menekankan kehidupan akhirat daripada dunia yang fana, sedangkan dalam
WR Suprtaman dalam syair lagu Indonsia raya yang berbunyi: “Bangunlah
28
Jurnal Ilmu Pendidikan Islam, Volume 14, Nomor 2 Juli-Desember 2015
jiwanya, bangunlah badannya, untuk
keberadaannya bermanfaat kepada orang
Indonesia raya”. Dalam syair lagu tersebut
lain. Secara social, spiritualitas mampu
mengandung filosofi pendidikan yang
membangun masyarakat Islam mencapai
dalam,
puncak
strategi
dalam
membangun
peradaban,
mampu
Indonesia ke depan, terutama dalam
predikat
membangun moralitas bangsa ini. Strategi
keberadaannya mebawa kebahagiaan serta
utama adalah bangunlah jiwanya, artinya
kemaslahatan untuk semua. (rahmatan lil
bangunan yang harus diprioritaskan dan
alamin). (Muhaimin, 2009).
utamakan
adalah
membangun
jiwa
khairah
mencapai
Ada
ummat
beberapa
strategi
dan
yang
(spiritualitas) dan strategi kedua adalah
ditawarkan para sufi dalam mencerdaskan
bangunlah badannya artinya membangun
ruhani
material
analog
moralitas bangsa, diantaranya: Pertama,
membangun gedung, jembatan, jalan dan
adalah dengan penyucian jiwa (tazkiyat
lainnya itu penting tapi yang lebih penting
an-nafs)
lagi adalah membangun jiwa, ruhani,
manhiyat,
moral (akhlak) yang membangun gedung,
larangan Allah. Semua larangan Allah
jembatan tersebut. Hal ini yang sering
wajib
diabaikan, pendidikan selama ini hanya
kemampuannya, tidak boleh pilih-pilih. 2.
transfer ilmu dan melupakan moral,
Ada‟ul
sehingga
kewajiban-kewajiban
(lahiriyah).
di
negeri
Dengan
ini
banyak
sebagai
yang ialah
upaya
meliputi:1.
Ijtinabul
menjauhi
larangan-
ditinggalkan
wajibat,
membangun
dengan
ialah
segala
melaksanakan
Allah.
Semua
bermunculan orang pinter tetapi sulit
perintah Allah wajib dilaksanakan, sesuai
mencari orang yang benar dan bermoral.
kemampuannya tapi dalam batas yang
Karenanya jika ingin membangun moral
telah ditentukan 3. Ada‟un nafilat, ialah
bangsa, maka dalam pendidikan modern
melaksanakan hal-hal yang disunahkan
ke depan wajib memprioritaskan aspek
Allah,
spiritualitas yaitu pendidikan yang sarat
ibadah wajib dan 4. Ar-Riyadlah, ialah
nilai-nilai tasawuf, seperti tumbuhnya
latihan spiritual agar dapat istiqamah
sikap jujur, amanah, disiplin, tanggung
dalam menjalankan seluruh ajaran Islam
jawab, sabar dan lainnya.
dan mendekatkan diri kepada Allah
Dalam perspektif sejarah Islam dunia dan Indonesia, spiritualitas telah terbukti
dengan
sebagai
banyak
ibadah
penyempurna
dzikir-Nya
(dzikran
katsira).
menjadi kekuatan yang luar biasa dalam
Strategi kedua, adalah Mujahadah an-
menciptakan individu yang suci, memiliki
Nafs, adalah latihan pembersihan jiwa,
integritas dan akhlakul karimah yang
sehingga membuahkan moral yang baik,
29
Jurnal Ilmu Pendidikan Islam, Volume 14, Nomor 2 Juli-Desember 2015
dilakukan dalam tiga tingkatan, yaitu:
ini akan segera terobati.
Pertama Takhalli, yaitu suatu usaha mengosongkan diri dari sifat- sifat yang
Kesimpulan
tercela dan maksiat lahir maupun batin,
Tasawuf adalah proses pendekatan
seperti: sikap gampang marah, mudah
diri kepada Allah dengan cara mensucikan
tersinggung, buruk sangka, senang pamer,
hati (tashfiyat al-qalbi), jika hati sudah
gila
pangkat,
gila
dunia,
banyak
bersih dan suci maka yang muncul adalah
banyak
bicara.
Selama
perbuatan baik dan mulia (al-akhlaq al-
manusia belum membenci, membuang
karimah), hati yang suci bukan hanya bisa
kebiasaan jelek tesebut, maka nafsu akan
dekat dengan Allah tapi malah dapat
senantiasa memperbudak manusia. Kedua
mengenal Allah (al-ma‟rifatullah). Jadi
Tahalli, yaitu suatu usaha untuk mengisi
tasawuf identik dengan moral Islam itu
diri dengan sifat-sifat yang terpuji dan taat
sendiri. Mempelajari dan mengamalkan
secara lahir dan batin, seperti: jujur, sabar,
tasawuf seperti yang ditawarkan oleh para
ikhlas,
khusnudhan,pemaaf,
sufi sepertinya merupakan salah satu jalan
pemurah, syukur, sabar, ridha, tawakkal
untuk membangkitkan Islam seperti pada
dan lainnya. Ketiga Tajalli, yaitu suatu
zaman keemasan Islam.
mengumpat,
amanah,
tingkatan di mana ia merasakan rasa
Di jaman modern dan era global yang
ketuhanan dengan mencapai kenyataan
serba materialistik yang gersang dari nilai-
hakikat mengenal Allah, seperti: perasaan
nilai spiritualitas ini, kehadiran tasawuf
tenang, tentram, bahagia, ceria, dinamis,
justru
istiqamah, selalu rindu cinta tertuju pada
multidimensi, kejumudan dan kemunduran
Allah, apa saja yang menimpa dirinya
umat Islam bukan disebabkan doktrin dan
baik
musibah
ajaran tasawuf yang salah, melainkan
dirasakannya sebagai kasih sayang Allah
justru akibat umat Islam meninggalkan
kepada
nilai-nilai tasawuf. Dekadensi moral yang
nikmat
maupun
hamba-Nya.
(Asep
Zaenal
Ausop,2014). Jika
beberapa
sangat
dibutuhkan.
Krisis
melanda masyarakat modern saat ini, metode
tersebut
dijadikan gerakan revolusi spiritual oleh
diakibatkan
keringnya
penghayatan
terhadap nilai-nilai spritual.
masyarakat khususnya peserta didik dan berkomitmen untuk diimplementasikan
Solusi alternatif yang ditawarkan
dalam kehidupan modern yang gersang
Penulis
akan spiritual ini, maka dalam waktu
bangsa adalah dengan pendidikan yang
cepat berbagai krisis yang melanda bangsa
memprioritaskan dan mengedepankan
untuk
membangun
moralitas
30
Jurnal Ilmu Pendidikan Islam, Volume 14, Nomor 2 Juli-Desember 2015
nilai-nilai tasawuf, seperti: tazkiyatun
Tasawuf,
nafs, mujahadah, muraqabah, muhasabah
Delhi,1978
lainnya, dalam kehidupan masyarakat terutama
lembaga
pendidikan
di
pendidikan.
Indonesia
Jika
ke
depan
Komarudin
Idarah-I
Hidayat,
kegalauan
Adabiyat-I,
Agama
Masyarakat
dan
Modern,
dalam Nurcholish Madjid et.al.,
memprioritaskan aspek esoteris, yaitu
Kehampaan Spritual Masyarakat
pendidikan modern yang sarat nilai-nilai
Modern, Mediacita, Jakarta, 2000
spiritual, seperti tumbuhnya sikap jujur, sabar,
qana‟ah,
tawakkal,
Mahmud, Abdul Halim. Membebaskan
amanah,
Manusia dari Kesesatan, ter. Abdul
disiplin, tanggung jawab, dan lainnya,
Munip. Yogyakarta: Mitra Pustaka,
maka
2005,
bangsa
yang
bermoral
dan
bermartabat akan menjadi kenyataan
Maksum,
Ali.
Pembebasan
Manusia
Sebagai Modern.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003.
DAFTAR PUSTAKA Abudin Nata, Akhlak tasawuf, Raja
Azra, Azyumardsi, Tradisionalisme Nasr: Refleksi
Nursi,
Badiuzzaman Said. Al-Ahad;
Menikmati Ekstase Spiritual Cinta
Grafindo Persada, Jakarta, 1997
Eksposisi dan
Tasawuf
dalam
Ilahi. Jakarta: Prenada Media, 2003. Nurcholis Madjid, Dialog Keterbukaan,
Ulumul Qur‟an, Vol. IV No. 4, th.
Ed. Edy A.Efendi, Paramadina,
1993.
Jakarta, 1998
Dawam
Rahardjo,
Inteligensia,
Intelektual,
Nasser, Sayyed Hussein. Man and Nature:
dan prilaku politik
the Spiritual Crisis of Modern Man. London: Allen and Unwin, 1967.
bangsa, Mizan, Bandung, 1993 Fazlur Rahman, Islamic Methodology In
Sayyed Hossein Nasr, Sufi Essays, Second
History, Ed. Terjemah oleh
Anas
Edition,State University Of New
Mahyuddin,
Pintu
York Press, Albany, USA, 1991
Membuka
Saifullah, Mohammad, Tesis: Etos Kerja
Ijtihad, Pustaka, Bandung,1984 Hamka, Tasawuf; Perkembangan Pemurniannya.Jakarta:
dan
Pustaka
Pelajar, 1993.
Aspeknya,
Jilid
II,
Universitas Indonesia, Jakarta, 1986 Khan Sahib Khaja Khan, Studies in
Sunan Ampel, Surabaya, 2009. Simuh, Tasawuf dan Perkembangannya Dalam Islam,Raja Grafindo Persada,
Harun Nasution, Islam Ditinjau Dari Berbagai
daam Kehidupan Tasawuf, IAIN
Siroj, Said Aqil. Tasawuf sebagai Kritik Sosial. Bandung: Mizan, 2006.
Sudirman Tebba. Tasawuf Positif. Jakarta:
Jurnal Ilmu Pendidikan Islam, Volume 14, Nomor 2 Juli-Desember 2015
Prenada Media, 2003. Sugeng Wanto, Jurnal At-Tafkir Vol. VII No. 1, IAIN Sumut,2014 Syukur,
Amin.
Tasawuf
Kontekstual;Solusi Manusia
Modern.
Problem Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2002. —————. Menggugat Tasawuf . Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002. Zaenal Ausop, Asep, Islamic Charachter Building, Membangun Insan Kamil, Cendekia berakhlak Qur‟ani, Salamadani, Bandung, 2014.
31