MEMBANGUN BANGSA YANG BERDAULAT MELALUI BROADBAND TEKNOLOGI *)
Assalamualaikum Warohmatullahi Wabarokatuh Selamat pagi dan Salam Sejahtera bagi kita semua Yth. Ketua Yayasan Sandhykara Putra Telkom, Yth. Direktur Akademi Teknik Telekomunikasi Sandhy Putra, Yth. Para Orang tua dan Wisudawan dan Wisudawati, Yth. Para Undangan khususnya para pejabat Pemerintah Daerah beserta Anggota Muspida.
Pertama-tama marilah kita haturkan puji syukur ke hadirat Allah SWT karena hanya berkat ridho dan karuniaNya pada pagi hari ini kita dapat berkumpul guna mengikuti acara Wisuda AKATEL Sandhy Putra yang ke VI. Saya diminta untuk menyampaikan orasi dengan judul Membangun
Bangsa
Yang
Berdaulat
Melalui
Broadband
Teknologi; sungguh merupakan judul yang sangat menantang terutama apabila kita menyimak perkembangan akhir-akhir ini yang terjadi di tanah air, ibarat sebuah kapal yang sedang berlayar tampaknya sedang oleng dan siap terdampar di tepian pantai yang belum diketahui dimana lokasi pantai tersebut. Saya mengajak para hadirin untuk keluar dari perangkap
*) Disampaikan oleh Dr. Setyanto P. Santosa, Ketua Umum Masyarakat TeleMatika Indonesia (MASTEL), Dosen pada Program Doktor Manajemen Business, Fakultas Ekonomi & Bisnis, Universitas Negeri Padjadjaran, mantan Direktur Utama PT. Telkom Tbk, 1992-1996, dalam acara Wisuda VI, AKATEL Sandhy Putera, Purwokerto, pada tgl 17 Desember 2011.
kekinian, marilah kita menatap kedepan dimana terdapat secercah harapan terbentang dihadapan bangsa ini yang rintisannya akan mulai digarap oleh generasi-generasi muda Indonesia, diantaranya yang pada hari ini akan diwisuda.
Para Hadirin Yth. Dalam dokumen Rencana Pembangunan Jangka Panjang sebagaimana dituangkan dalam Undang-undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025, masyarakat informasi Indonesia diproyeksikan akan terwujud pada periode jangka menengah ketiga, yaitu tahun 2015-2019. Penetapan sasaran ini didasarkan pada kenyataan bahwa kemampuan untuk mendapatkan, mengolah, dan memanfaatkan informasi mutlak dimiliki oleh suatu bangsa tidak saja untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan
daya
saing
bangsa
tersebut,
tetapi
juga
untuk
meningkatkan taraf dan kualitas hidup masyarakatnya.1)
Sebagai
upaya
menciptakan
masyarakat
informasi
Indonesia, pemerintah mengambil tiga langkah utama, yaitu: (a) meningkatkan ketersediaan dan kualitas informasi; (b) menjamin kelancaran arus informasi; dan (c) mendorong pemanfaatan informasi untuk kegiatan yang produktif. Terkait dengan hal tersebut, ketersediaan sarana dan prasarana serta layanan informasi dan komunikasi yang memadai, baik jumlah akses, kapasitas, kualitas, jangkauan, maupun tarif layanan,
2
merupakan
persyaratan
utama
dan
harus
dimanfaatkan
secara optimal, bukan saja sebagai alat komunikasi tetapi juga sebagai infrastruktur ekonomi yang menghasilkan peluang ekonomi. Dalam periode tahun 2005-2009, pembangunan difokuskan kepada upaya reformasi sektor, pembangunan sarana dan prasarana pos dan telematika yang meliputi pos, telekomunikasi,
informatika,
dan
penyiaran,
serta
pengembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK).
Permasalahan utama yang akan dihadapi dalam tahuntahun mendatang adalah belum optimalnya penyediaan dan pemanfaatan sarana, prasarana dan layanan informasi dan komunikasi
untuk
kegiatan
yang
produktif
sehingga
mengakibatkan rendahnya tingkat daya saing. Sebagai salah satu pilar knowledge based economy, sarana dan prasarana TIK memberikan kontribusi sebesar 17 persen terhadap peningkatan indeks daya saing. Pada kenyataannya, indeks sarana dan prasarana TIK Indonesia mengalami penurunan tajam yaitu dari 3,50 di tahun 1995 menjadi 2,94 di tahun 2006, sedangkan indeks sarana dan prasarana TIK regional (Asia Timur dan Pasifik) di tahun 2006 sudah mencapai 7,04. Prasarana
TIK
merupakan
bagian
dari
unsur
kesiapan
teknologi yang menjadi komponen dalam perhitungan tingkat daya saing bangsa. Tingkat daya saing sarana dan prasarana TIK Indonesia, tergolong masih rendah terutama sarana dan prasarana internet dan broadband, dibandingkan dengan
3
negara lain. Walaupun secara umum Indonesia mempunyai peringkat daya saing yang lebih baik dari Vietnam, Philipina, dan Sri Lanka, namun peringkat sarana dan prasarana TIK jauh tertinggal.
Permasalahan tersebut di atas disebabkan antara lain oleh faktor-faktor sebagai berikut: 1. Belum meratanya ketersediaan sarana, prasarana dan layanan
informasi
terbatasnya
dan
sarana
komunikasi,
dan
prasarana
serta
masih
broadband.
Penyediaan sarana, prasarana dan layanan informasi dan komunikasi saat ini belum dapat memenuhi kebutuhan masyarakat
secara
optimal.
Masih
terfokusnya
penyebaran sarana, prasarana dan layanan pada wilayah komersial dan masih tingginya biaya layanan TIK untuk sebagian besar masyarakat mengakibatkan terjadinya ketimpangan
(asimetris)
informasi.
Pengembangan
sarana dan prasarana broadband nasional, saat ini masih didominasi
wireless
broadband,
jangkauannya
baru
mencapai sekitar satu persen, perlu dilakukan secara intensif
dan
merata
mengingat
perannya
dalam
peningkatan daya saing bangsa, yaitu meningkatkan PDB hingga 6,25 kali. 2. Belum optimalnya pemanfaatan spektrum frekuensi radio. Hal ini terlihat dari masih banyaknya penggunaan spektrum frekuensi radio secara ilegal, baik yang tidak
4
memiliki
izin,
tidak
sesuai
dengan
peruntukannya,
maupun penggunaan alat atau perangkat yang tidak sesuai dengan perencanaan frekuensi dan ketentuan teknis di Indonesia. 3. Masih terbatasnya kemampuan adopsi dan adaptasi teknologi.
Kondisi
ketergantungan
ini
mengakibatkan
terhadap
industri
luar
tingginya negeri
dan
teknologi/aplikasi proprietary. Perubahan TIK yang cepat menuntut kemampuan yang tinggi baik dari pemerintah dan
regulator
pendukung
maupun
penyelenggara
(manufaktur)
untuk
dan
industri
mengantisipasi,
mengadopsi, dan mengadaptasi teknologi. 4. Rendahnya tingkat e-literasi aparatur pemerintah dan masyarakat pemanfaatan
memperlambat TIK
dalam
pemahaman
kegiatan
dan
pemerintahan,
perekonomian, dan kehidupan masyarakat sehari-hari. Permasalahan ini terkait erat dengan masih tingginya biaya layanan internet, terbatasnya fasilitas TIK seperti komputer dan jaringan internet, daya beli masyarakat, dan tingkat pendidikan masyarakat. 5. Terbatasnya
pengembangan
industri
manufaktur
dalam negeri, aplikasi, dan konten lokal sebagai pembangkit demand. Masih tingginya ketergantungan kepada industri manufaktur luar negeri terlihat dari rendahnya kontribusi/porsi industri dalam negeri dalam belanja
modal
sarana
dan
5
prasarana
TIK
nasional
khususnya telekomunikasi. Perhatian perlu diberikan kepada upaya meningkatkan kemampuan dan kapasitas industri tersebut.
dalam
negeri
Dengan
dalam
demikian,
memenuhi
kebutuhan
kebijakan
yang
telah
ditetapkan dapat dilaksanakan secara optimal dan tidak menjadi kontra-produktif. 6. Meningkatnya
cyber
crime
(mis-use
dan
abuse
pemanfaatan TIK). Sejalan dengan makin meningkatnya kegiatan berbasis TIK (cyber activity) dalam kehidupan sehari-hari, tingkat kejahatan berbasis TIK (cyber crime) juga
meningkat
seperti
penipuan,
pemalsuan
dan
pencurian identitas, pelanggaran privasi, penyebarluasan informasi palsu melalui pesan layanan singkat dan surat elektronik, serta posting yang menimbulkan keresahan masyarakat di situs elektronik, dan bahkan terorisme dan pornografi. Kejahatan ini tidak saja dapat menimbulkan kerugian finansial dan keresahan masyarakat, tetapi juga mengancam keamanan dan persatuan nasional.
Dalam
upaya
menciptakan
masyarakat
informasi
Indonesia, pemerintah mengambil tiga langkah utama, yaitu: (a) meningkatkan ketersediaan dan kualitas informasi; (b) menjamin kelancaran arus informasi; dan (c) mendorong pemanfaatan informasi untuk kegiatan yang produktif. Terkait dengan hal tersebut, ketersediaan sarana dan prasarana serta layanan komunikasi dan informatika yang memadai, baik
6
jumlah akses, kapasitas, kualitas, jangkauan, maupun tarif layanan,
merupakan
persyaratan
utama
sebagai
alat
komunikasi serta sebagai sarana dan prasarana ekonomi yang mampu menghasilkan peluang ekonomi. Dalam periode tahun 2005-2009, pembangunan difokuskan pada upaya reformasi penyelenggaraan komunikasi dan informatika, pembangunan sarana dan prasarana pos dan telematika yang meliputi pos, telekomunikasi,
informatika,
dan
penyiaran,
serta
pengembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK).
Peran TIK dalam Perekonomian Profesor Heater E Hudson dari Universitas San Fransico menyatakan
bahwa
telekomunikasi
sangat
diperlukan
walaupun tidak menjadi obat mujarab untuk keberhasilan suatu pembangunan karena masih diperlukan ketersediaan infrastruktur lainnya seperti listrik,
jalan, pelabuhan dan
sarana-sarana transportasi lainnya.2) Jika informasi menjadi sangat penting
bagi pembangunan,
maka telekomunikasi, sebagai sarana berbagi informasi, tidak sekedar
untuk
menyalurkan
informasi
diantara
anggota
masyarakat, tetapi lebih dari itu, karena kemampuannya dapat memberikan sumbangan yang besar terhadap sektor-sektor lainnya terutama pendidikan di pedesaan, perekonomian yang dapat menghubungkan antar sentra produksi dengan sumber bahan mentah serta pasar tempat menjual hasil industrinya. Pada 1970-an, beberapa studi mencatat korelasi yang tinggi
7
antara pertumbuhan ekonomi dan investasi telekomunikasi, namun penelitian ini tidak menjawab permasalahan “ayam dan telur”.
Apakah investasi telekomunikasi yang memberikan
kontribusi
terhadap
pertumbuhan
ekonomi
pertumbuhan yang
ekonomi,
menyebabkan
atau investasi
telekomunikasi menjadi meningkat? Penelitian
berikutnya
dilakukan
untuk
menjawab
masalah kausalitas yang mendasari korelasi antara investasi telekomunikasi dan pertumbuhan ekonomi menemukan bahwa investasi telekomunikasi memang meningkat ketika terjadi pertumbuhan ekonomi, tetapi
terdapat pula fakta bahwa
walaupun kecil angkanya tetapi cukup sektor
telekomunikasi
kepada
signifikan kontribusi
pembangunan
ekonomi.
Implikasinya adalah bahwa investasi telekomunikasi di tahap awal pembangunan akan dapat mempercepat pertumbuhan ekonomi. Sebuah analisis lebih lanjut menunjukkan bahwa tidak hanya kenaikan output atau tingkat pertumbuhan
GNP
mengarah pada peningkatan investasi di telekomunikasi, tetapi pandangan sebaliknya juga benar,
peningkatan investasi
telekomunikasi merangsang terjadinya pertumbuhan ekonomi secara menyeluruh. Studi pada tahun 1993 menunjukkan bahwa
investasi
infrastruktur
telekomunikasi
memiliki
hubungan kausal positif dengan total produktivitas nasional maupun produktivitas sektor dan kontribusi terhadap tingkat pertumbuhan produktivitas ini secara
8
agregat oleh karena
tingkat
kemajuan
kuantitatif
dan
telekomunikasi memang
sangat
dapat berarti
diukur
secara
bagi
proses
pertumbuhan ekonomi. Dalam kajian yang dilakukan, Hudson mengelompokan manfaat
telekomunikasi kedalam beberapa kategori, yakni
mampu : 1. menyebarkan informasi pasar untuk keputusan membeli dan menjual; 2. mewujudkan efisiensi kegiatan transportasi dan mampu menunjang pembangunan daerah; 3. membuka keter-isolasi-an suatu daerah dan memabntu kelancaran dalam keadaan darurat; 4. memperlancar berbagai kegiatan internasional, termasuk bisnis, pariwisata dan pemerintahan. Secara singkat, terlekomunikasi bermanfaat untuk : Efisiensi, dapat menghemat biaya Efektivitas, dapat meningkatkan kualitas produk, jasa atau layanan Equity,
dapat
memberikan
manfaat
kepada
masyarakat.
Para Hadirin Yth, Sesuai judul yang disepakati, kata kuncinya adalah teknologi broadband. Yang dimaksud broadband atau jaringan pita lebar yakni
internet berkecepatan-tinggi minimal 512 kbps, yang
merupakan bagian dari teknologi Informasi dan Komunikasi
9
atau TIK. Organisasi ITU (International Telecommunication Union)
mendefinisikan
broadband
sebagai
kapasitas
pengiriman yang lebih cepat dari kecepatan utama pada 1,5 sampai 2 Mbps. Sementara itu Leonard Waverman dari London Business School, Universitas Calgary menyatakan bahwa pada saat ini pemikiran ilmu ekonomi sampai pada suatu kesimpulan bahwa
angka
produktivitas
pertumbuhan suatu
negara
yang didorong
tinggi
dan
oleh
tingkat
ketersediaan
Teknologi Informasi dan Komunikasi atau TIK di negara tersebut. Dan ditegaskan pula bahwa sebenarnya semua kegiatan ekonomi adalah ekonomi informasi (all economies are information economies). Karena kelancaran dan ketersediaan informasi mampu untuk menurunkan hambatan yang dialami oleh berbagai kegiatan ekonomi sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan
dan
meningkatkan
bahkan pada kondisi dimana
produktivitas
nasional,
perekonomian tidak bisa
berkembang, TIK akan dapat merangsang sehingga dapat tumbuh serta berkembang. Waverman memilih kata pengganti dari TIK dengan Konektivitas atau Connectivity.3) Konektivitas biasanya dipahami sebagai
hubungan
melalui kawat tembaga, serat optik dan jaringan komputer, telepon selular dan Base Transceivers Station (BTS)
yang
memungkinkan penyaluran informasi secara cepat tanpa batas. Biaya yang dikeluarkan sangat jelas dibandingkan dengan
jauh lebih rendah
biaya perjalanan fisik, dan jauh lebih
10
rendah pula
dibandingkan biaya pada lima belas atau dua
puluh tahun yang lalu.
Konektivitas adalah sarana utama
(key-enabler) arus informasi, yang juga telah menjadi ciri dari ekonomi moderen, dan inilah pula yang menjadi key-enabler (walaupun
sering
diabaikan)
dari
program
transformasi
ekonomi di berbagai negara-negara di Asia dan Afrika. Waverman mendefinisikan "Konektivitas" secara lebih luas untuk menjangkau liputan yang sekedar
tentang
infrastruktur
dan
lebih, tidak hanya perangkat
keras.
Konektivitas harus mencakup pula perangkat lunak dan keterampilan
-
yang
semuanya
terdapat
pada
unsur
pemerintah, bisnis dan individu - yang dapat mengukur dan menilai seberapa produktif perangkat keras dan infrastruktur yang digunakan atau dimilikinya. Jadi Konektivitas merujuk kepada
totalitas
interaksi
infrastruktur
telekomunikasi
nasional, perangkat keras, perangkat lunak, jaringan, dan pengguna jaringan, perangkat keras dan perangkat lunak. Dengan demikian
jaringan pita lebar atau broadband,
Personal Computer (PC), jaringan TIK moderen termasuk jaringan
nirkabel
(wireless)
adalah
sekedar
alat
untuk
konektivitas, tetapi yang lebih penting serta menentukan pemanfaatannya adalah keterampilan manusia penggunanya (yang
tentunya
sangat
ditentukan
pula
oleh
tingkat
pendidikannya). Oleh karena itu pengetahuan tentang TIK harus sudah mulai ditanamkan sedini mungkin sejak taman anak-anak,
sekolah
dasar,
sekolah
11
lanjutan
sampai
ke
perguruan tinggi tidak hanya pada disiplin tehnik saja tetapi juga
disiplin
ilmu
lainnya
yang
pasti
akan
sangat
membutuhkan adanya TIK untuk kegiatan sehari-harinya. Apabila tidak ingin menjadi orang yang ”jamuren” karena menolak keberadaan TIK, kita harus mampu mengubah tata cara kegiatan berkehidupan keluarga dan lingkungan kita dengan
memanfaatkan
mengoptimalkan
TIK
untuk
kepentingan keluarga dan masyarakat, tentunya dengan tetap memperhatikan nilai-nilai budaya bangsa yang harus kita junjung tinggi.
Bagaimanakan kondisi broadband saat ini di Indonesia ? Penggunaan Internet di Indonesia sangat bervariasi, yang mencerminkan perbedaan jangkauan, ukuran pasar
dan
kondisi infrastruktur. Berdasarkan data Kementrian Kominfo pada triwulan IV tahun 2011, terdapat k.l. 50 juta pengguna internet di Indonesia dari 7 juta pelanggan yang ada. Pengguna tertinggi adalah di Jakarta, diikuti oleh kota-kota besar lainnya di
Pulau
Jawa,
Sumatra,
Kalimantan
dan
Sulawesi.
Kemampuan yang lebih sederhana terdapat di pedesaan yang lebih banyak mengandalkan jaringan satelit dan fasilitas warung internet atau warnet (Internet café). Pada umumnya pengguna internet di Indonesia adalah menggunakan jaringan GSM (2G dan 3G) dan CDMA. Hanya sebagian kecil yang dapat memperoleh jaringan fisik (baik ADSL maupun serat optik).
12
Dari segi ekonomi, internet menyumbang 1,6% dari produk
domestik
bruto
(PDB)
Indonesia.
Angka
ini
diperkirakan akan tumbuh tiga kali lipat dari seluruh kegiatan ekonomi
dalam
lima
menyumbang minimal
tahun
ke
depan
dan
diharapkan
2,5% dari PDB pada tahun 2016.
Makna dari angka-angka tersebut adalah bahwa : Kontribusi Internet sebesar 1,6% dari PDB Indonesia, melebihi nilai ekspor gas alam cair (1,4%) dan tiga kali lipat kontribusi sektor listrik (0,5%). Penelitian lain, misalnya yang dilakukan oleh BCG dan MGI menunjukkan bahwa ukuran Internet dalam perekonomian Indonesia mirip dengan Brasil (1,5%) dan Rusia (1,6%), tetapi lebih kecil dibanding beberapa negara Asia seperti Cina (2,6%), India (3,2%) dan Hong Kong (5,9%).4)
Disamping itu, terdapat penggunaan jejaring sosial yang meluas, yang
telah mendorong dengan pesat pertumbuhan
Internet di Indonesia. Jumlah pengguna Facebook sebanyak 45 juta yang menempatkan Indonesia di posisi kedua negara pengguna Facebook terbesar di dunia setelah Amerika Serikat; sedangkan untuk Twitter terdapat 1,5 juta pengguna Twitter di Indonesia yang merupakan negara ketiga terbesar pengguna Twitter di Asia (setelah Jepang dan India). Keterjangkauan ponsel, akibat terjangkaunya biaya telepon dan paket layanan, telah mempercepat pertumbuhan jejaring sosial. Sebagian besar pengguna jejaring sosial menggunakan ponsel atau
13
smart phone sederhana melalui jaringan GSM 2G (data jumlah ponsel
aktif
sebanyak
210
juta
SIM
card).
Tetapi, seiring dengan turunnya harga handset dan bandwdith, smart phone yang menggunakan jaringan 3G menjadi lebih terjangkau
dan
tambahan
penggunaannya
makin
dari makin besarnya
meningkat. serta
bandwidth
canggihnya perangkat akan makin memperluas mesin
pencarian
(search
engine)
dan
Fitur makin
penggunaan
berbagai
aplikasi,
sehingga diharapkan akan dapat meningkatkan manfaat dari Internet bagi perekonomian dan masyarakat Indonesia. Dalam beberapa tahun ke depan, perubahan juga akan didorong
oleh
pengguna
yang
makin
terbiasa
dengan
banyaknya konten yang tersedia di Internet. Menciptakan konten
lokal
akan
menjadi
pendorong
utama
dalam
merealisasikan potensi Internet di Indonesia dan memperkecil kesenjangan standar hidup rakyat yang
lebih
berkembang
karena
melalui
perekonomian
meningkatkan
kegiatan
ekonomi kreatif sebagai dampak dari tersedianya infrastruktur broadband yang makin andal dan berkualitas.
Para Hadirin Yth. Sebagaimana di bagian awal pidato saya sampaikan, broadband atau jaringan pita lebar pada saat ini sudah sangat diperlukan oleh sebagian besar pelaku ekonomi, pendidik, pemerintahan singkat
ini
dan saya
masyarakat. tidak
akan
14
Dalam
kesempatan
membahas
perlu
yang
tidaknya
broadband di Indonesia agar tidak terjebak kepada suatu diskusi semacam ini pada tahun 1960-an yang
membahas
perlu tidaknya aliran listrik ke rumah-rumah kita, dan beberapa dekade kemudian
dirasakan pentingnya listrik
bahkan jika terjadi pemutusan aliran listrik terasa ada yang kurang atau hilang dalam hidup kita ini. Demikian pula dengan
broadband
dalam
lima
tahun
mendatang
jika
broadband tidak tersedia maka akan hambar kehidupan kita di dunia yang moderen ini. Pengertian jaringan broadband di Indonesia pun berbedabeda,
misalnya
pemerintah
memberikan
batasan
bahwa
jaringan dengan kecepatan 512 kbs sudah bisa dikategorikan sebagai broadband, sementara di beberapa kota khususnya di lokasi-lokasi pusat kegiatan bisnis yang dimaksud broadband adalah internet dengan kecepatan minimal 1 Mbs bahkan ada membutuhkan
5 Mbs sampai ke minimal 20 Mbs. Jadi
pengertian broadband tidak bisa di batasi secara kata-kata melainkan harus disesuaikan dengan kebutuhan kita masingmasing. Oleh karena itu Pemerintah dan para Penyedia Jasa TIK di Indonesia harus lebih teliti dan berhati-hati dikala membuat perencanaan jaringan broadband di suatu lokasi, harus dibedakan cluster-cluster nya
untuk menghindari
adanya pemborosan biaya investasi atau capital expenditure, yang pada akhrinya akan dibebankan kepada konsumen atau penggunan layanan jasa TIK.
15
Dari sisi permintaan atau demand, kebutuhan broadband yang meningkat dirasakan di Indonesia terutama pada tiga tahun terakhir ini sejak 2009, dan atas desakan berbagai organisasi profesional antara lain TeleMatika
Indonesia)
merencanakan
dan
MASTEL
kemudian menaruh
(Masyarakat
Pemerintah
perhatian
untuk
mulai ikut
membangun jaringan pita lebar, sebagai mana disampaikan pada bagian pendahuluan. Karena sebelumnya Pemerintah selalu beranggapan bahwa Pemerintah tidak perlu ikut campur dalam pembangunan TIK karena semua sarana TIK
sudah
dapat dipenuhi oleh sektor bisnis dan hal ini tampak dari hasil pencapaiannya terutama di sektor jasa telepon selular yang sangat menakjubkan. Memang hal ini benar jika hanya memandang
pembangunan
TIK
di
Indonesia
dari
permukaannya saja. Jika disimak memang benar pemenuhan kebutuhan
rakyat
akan
TIK
dilakukan oleh dunia bisnis,
khususnya
telekomunikasi
tetapi hanya dalam bentuk
layanan jaringan nirkabel (wireless) yakni jaringan GSM (termasuk 3-G) dan CDMA, yang secara teknologi kecepatan dan kapasitasnya mengelola lalu lintas percakapan masih terbatas. Karena pada umumnya konfigurasi dan desain teknik jenis
pelayanan
nirkable
adalah
diperuntukan
untuk
percakapan atau lalu lintas data yang rendah (low-traffic), sedangkan lalu lintas segmen menengah dan tinggi atau hightraffic harus dilayani melalui ketersediaan jaringan fisik baik melalui kabel tembaga maupun serat optik. Hal inilah yang
16
selama ini dilakukan di negara-negara maju baik di Amerika, Eropah maupun Asia, sehingga minimal enam puluh persen trafik akan dilayani dan dilewatkan melalui jaringan fisik; sedangkan
jaringan
nirkabel
(wireless)
digunakan
untuk
pengguna yang memiliki mobilitas tinggi (mobile), alokasi trafik yang dilewatkan melalui nirkabel maksimal empat puluh persen. Oleh karena itu kedua jenis jaringan ini saling mengisi dan berdampingan untuk memelihara kualitas jaringan dan pelayanan
yang
andal
serta
pelayanan yang ditetapkan.
bermutu
sesuai
standar
Sebagai gambaran saat ini,
hampir sembilan puluh lima persen trafik dilewatkan melalui jaringan nirkabel, sehingga apa yang terjadi dapat kita perkirakan;
yakni
kualitas
pelayanan
menjadi
sangat
memprihatinkan dan berada dibawah standar yang ditetapkan oleh badan regulasi. Apabila kita menggunakan telepon genggam hanya sekedar untuk mengirimkan pesan singkat atau SMS atau percakapan singkat, maka rendah ini nyaris tidak dirasakan. Namun
kualitas yang apabila kita
mengunduh atau melakukan download suatu informasi maka akan sangat terasa betapa lambannya dan seringkali terputus atau gagal. Atas dasar pemikiran tersebut diatas, dalam menghadapi tahun 2012 dan seterusnya para penyedia jasa layanan TIK atau
khususnya
jasa
telekomunikasi,
perlu
menerapkan
strategi Back to Basic, artinya kembali ke hal-hal yang mendasar dari bisnis utama masing-masing penyedia jasa,
17
kembali ke khitah sebagai pelayan jasa telekomunikasi dengan lebih memperhatikan dan mengedepankan kualitas
jaringan
dan perangkat sehingga dapat disediakan layanan sesuai standar mutu pelayanan yang diharapkan. Yang lebih penting lagi adalah sebagaimana yang diungkapkan oleh Leonard Waverman, kualitas sumber daya manusia atau kualitas pekerja dibidang ini harus pula ditingkatkan sejalan dengan kemajuan teknologi dan pelayanan yang makin meningkat. Kita harus meyakini bahwa dengan tersedianya jaringan pita lebar dengan kecepatan yang tinggi maka akan mampu menciptakan industri kreatif sebagai penggerak perekonomian nasional. Laporan OECD mengingatkan kita bahwa broadband menjadi
syarat
mutlak
untuk
mendapatkan
kesempatan
berusaha baik untuk perorangan maupun untuk UKM dan masyarakat. broadband menguasai
Mereka atau
yang
tidak
broadband
tidak
mempunyai
mempunyai akan
akses
kemampuan
menjadi
terisolir
ke
untuk dari
perekonomian modern (broadband is becoming a prerequisite to economic opportunity for individuals, small businesses and communities. Those without broadband and the skills to use broadband-enabled technologies are becoming more isolated from the modern economy). Jika
bangsa
Indonesia
mampu
mengoptimalkan keberadaan TIK,
memanfaatkan
dan
lebih khusus lagi jaringan
pita lebar atau internet, sehingga masing-masing pengguna mampu memperoleh nilai ekonomi,
18
maka bangsa ini akan
dapat mandiri. Hanya bangsa yang mampu mandiri lah yang dapat mempunyai kedaulatan ditengah pergaulan bangsabangsa di dunia, apalagi jika daya saing bangsa dapat meningkat secara berarti sehingga mampu bersaing dengan bangsa lain terutama di kawasan Asia. Laporan Bank Dunia pun menegaskan bahwa jaringan pita lebar harus dipertimbangkan sebagai infrastruktur dasar, sebagai konsekuensi bahwa ini akan mengubah bentuk dunia pada
abad
ke-21
dan
mengubah
cara
kegiatan
bisnis
dilakukan- diawali dari e-education,e-health sampai ke ecommerce
dan
considered
as
e-government basic
national
(broadband
needs
infrastructure,
as
to it
be will
fundamentally reshape the world in the 21st century and change the way services are delivered – from e-health to e-education to e-commerce to e-government). Akhirnya saya sampaikan ucapan selamat kepada para wisudawan dan wisudawati juga kepada para orang tua yang telah membesarkan dan mendidik putera puterinya sehingga dapat mencapai jenjang pendidikan tinggi dan terlebih lagi di bidang ilmu yang membanggakan, yang pada saat ini sangat digemari oleh kaum muda. Harapan saya para wisudawan akan mampu menciptakan lapangan kerja untuk diri sendiri dan juga untuk orang lain. Selamat datang di medan berkarya dan semoga sukses selalu. Ucapan selamat saya sampaikan pula kepada para pengajar beserta seluruh staf akademis dan kepada Ketua
19
Yayasan Sandhykara menggembleng
Putra
Telkom, yang telah berhasil
putera-putera
bangsa
pembawa
bendera
kemajuan Indonesia di masa yang akan datang. Semoga usaha Bapak & Ibu serta Saudara-saudara mendapat ridho dari Allah SWT.
Wassalamualaikum Warohmatullahi Wabarokatuh
Purwokerto, 17 Desember 2011.
Referensi : 1) Undang-undang
No. 17 tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005 – 2025. 2) Hudson E. Heather, Director Telecommunications Management and Policy Program McLaren School of Business University of San Francisco, Economic and Social benefits of Rural Telecommunications, World bank 1995. 3) Waverman, Leonard, London Business School, University of Calgary, Connectivity Scorecard 2009. 4) Deloitte, Nusantara Terhubung, Peran Internet dalam Pemmbangunan Ekonomi Indonesia, Jakarta 2011. +++
20
21