GEMA REDAKSI
Para pembaca yang budiman,
A
KHIR bulan lalu keluarga Indonesia memperingati Hari Keluarga Nasional tahun 2015. Peringatan Hari Keluarga Nasional itu mengacu pada perjuangan bangsa Indonesia mengisi kemerdekaannya dengan terlebih dulu mengatur ukuran struktur keluarganya dengan mengurangi resiko melalui upaya memiliki jumlah anak yang tidak berlebihan. Jumlah anak-anak yang biasanya banyak diusahakan menjadi keluarga dengan jumlah anak sesuai kemampuan keluarga. Setiap keluarga dihimbau agar anak-anaknya diberdayakan menjadi sumber daya yang bermutu dan mempersiapkan dirinya dengan kemampuan ilmu dan teknologi yang tinggi agar bisa menangkap peluang yang terbuka. Pada tahun 1993 tanggal 29 Juni dijadikan simbul sebagai Hari Keluarga Nasional karena pada tanggal 19 Desember 1948, Negara Kesatuan RI yang diproklamirkan pada tanggal 17 Agustus 1945 diserbu oleh Belanda. Ibukota RI di Yogyakarta diduduki oleh Belanda. Tentara TNI RI bersama para pemuda bergerilya di sekitar ibukota itu dan di daerah-daerah lain untuk memberi tekanan agar Belanda segera meninggalkan Ibukota RI tersebut. Pertempuan demi pertempuran berlangsung, antara lain terkenal dengan serangan 1 Maret 1949 yang menduduki Ibukota RI selama enam jam. Kemampuan itu menggoncangkan Kolonial Belanda karena terus diikuti dengan serangan gerilya yang tidak ada putusnya. Akhirnya pada tanggal 22 Juni 1949 Belanda mengaku kalah dan ibukota RI Yogyakarta pada waktu itu diserahkan kembali sebagai Ibukota RI. Pada tanggal 29 Juni 1949 keluarga Indonesia yang tercerai berai di pengungsian kembali bersatu dengan anak-anak dan kerabatnya dengan kemenangan dan kebanggaan sebagai warga Negara dari NKRI yang bersatu dan merdeka. Simbul itulah yang mengikat keluarga Indonesia tidak hanya untuk diri sendiri atau untuk keluarganya, tetapi merupakan ikatan persatuan demi kemerdekaan. Ikatan persatuan itu kemudian menelorkan tekad merdeka yang disusul dengan bekerja cerdas dank eras mengisi kemerdekaan. Anak-anak muda kembali sekolah, biarpun ada juga yang masih pergi ke sekolah dengan membawa senjata atau pistol kebanggaannya. Tetapi anak-anak pada tahun 1950-an makin hari makin bekerja keras sebagai warga yang ingin maju mendahulukan sekolah dan belajar dengan sungguh-sungguh. Pembangunan politik di bawah kepemimpinan Bung Karno membawa dan mengangkat citra bangsa jauh melampaui kawasan nasional sampai ke mancanegara.
Membangkitkan Keluarga Indonesia
Mulai akhir tahun 1960-an pak Harto melanjutkan keagungan Indonesia itu dengan program-program pembangunan sumber daya manusia dengan mengembangkan sekolah, pelayanan kesehatan sampai ke desa-desa dan kesempatan mengatur ekonomi kerakyatan melalui koperasi, usaha micro dan usaha kecil serta sederetan program yang mengajak rakyat banyak bersatu dalam Negara yang didasarkan atas Pancasila. Setiap warga diberi kesempatan untuk berkarya dan maju bersama dalam kesatuan dan persatuan yang akrab. Di samping pembangunan dalam bidang pendidikan dan kesehatan itu, Presiden Soeharto mengajak keluarga Indonesia membudayakan kesadaran menabung melalui Tabungan Keluarga Sejahtera (Takesra). Mereka yang menabung diberi kesempatan meminjam dana dari Bank agar segera bisa membangun usaha ekonomi mikro yang akhirnya dibina menjadi usaha yang lebih besar. Upaya itu dilanjutkan oleh pemerintah berikutnya dengan berbagai insentif yang makin meluas. Dewasa ini, bekerja sama dengan sekitar 350 Perguruan Tinggi dan lebih dari 250 pemerintah daerah, Yayasan Damandiri melalui pembentukan Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya), melanjutkan pemberdayaan keluarga itu untuk mengentaskan kebodohan dan kemiskinan serta membawa keluarga Indonesia ke gerbang kebahagiaan dan kesejahteraan. Kita berdoa kiranya pada Hari Keluarga Nasional 2015, dan hari-hari mendatang, proses pemberdayaan keluarga itu dapat dilanjutkan oleh lebih banyak lembaga masyarakat dan pemerintah sampai akhirnya keluarga Indonesia yang bersatu dan saling peduli bisa tuntas mengangkat keluarga Indonesia menjadi keluarga yang bahagia dan sejahtera. Amin dan selamat membaca. Haryono Suyono Pemimpin Umum
Teriring doa semoga Harganas 2015 dan hari-hari mendatang, proses pemberdayaan keluarga dapat dilanjutkan oleh lebih banyak lembaga masyarakat dan pemerintah sampai akhirnya keluarga Indonesia yang bersatu dan saling peduli bisa tuntas mengangkat keluarga Indonesia menjadi keluarga yang bahagia dan sejahtera. [FOTO: MULYONO]
Gemari Edisi 174/Tahun XVI/Juli 2015
3
DAFTAR ISI
Pemimpin Umum: Prof. Dr. H. Haryono Suyono Wakil Pemimpin Umum: Dr. Subiakto Tjakrawerdaja dr. Loet Affandi, SpOG Penasehat: Sudwikatmono Bambang Trihatmodjo Pemimpin Perusahaan: Drs. TP Suparta, MBA Pemimpin Redaksi: Drs. Dadi Parmadi, MA Wakil Pemimpin Redaksi: Hari Setiyowanto Redaktur Pelaksana: Dede Haeruddin Redaktur Senior/Koordinator Liputan Daerah: H Harun Nurochadi Staf Redaksi: Rahmawati Haris Fadillah Irwan Riduan Fotografer: Tirto Andayanto, POV Kontributor Foto: Drs. Fajar Wiryono Naziruddin (Rudi) Lubis Designer: S Herman Ade Sudrajat H. M. Nizar
LAPORAN UTAMA
«Posdaya Berdoa» untukIndonesia Lebih Baik Doa menjadi kekuatan. Bahkan doa pun mampu merubah takdir. ‘Posdaya Berdoa’ mengajak semua umat menciptakan suasana menetramkan dan meneduhkan. Diawali dengan doa, secara mandiri gerakan mengajak membangun kebaikan dan kesejahteraan dimulai. Sejak awal hingga akhir Ramadhan 1436 H, kegiatan intervensi dukungan itu dimulai dengan mengajak seluruh anggota Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya) di seluruh tanah air, utamanya yang beragama Islam untuk berdoa. Menjadikan bulan penuh berkah ini sebagai gerakan ‘Posdaya Berdoa’ untuk Indonesia Lebih Baik.
Sekretaris Redaksi: Ari Yusnita, SE Gemari On-Line: Donni A Hanafie Abdurrahman Fadil Binnur, S. Kom Konsultan Ahli: Dr. Moch. Soedarmadi Dr. Mazwar Noerdin Dr. Sugito Suwito, MA Dr. Rohadi Haryanto, MSc Drs. Made Are Subrata Manajer Iklan dan Promosi: Dr. Mulyono D Prawiro Staf Tata Usaha dan Umum: Hendro B Setiadi, SE, Ak Irwan Febriansyah, SE Sandra Amelia, SE Produksi: Sidik Nurhidayat Sirkulasi dan Distribusi: Drs. FX Riswadi, Johari, Sulaeman. Alamat Redaksi: Jl. Pengadegan Barat No. 4 Jakarta Selatan 12770 Telp. (021) 794 3120 Fax. (021) 794 2802 E-Mail:
[email protected], http:// www.gemari.or.id. Penerbit: Yayasan Dana Sejahtera Mandiri Pelaksana Penerbitan: Yayasan Anugerah Kencana Buana Percetakan: PT. Citra Kharisma Bunda Isi di luar tanggung jawab percetakan
4
36
CERITA SAMPUL
39
Dr Subiakto Tjakrawerdaja Semangat Gotong Royong Ciri Khas Koperasi Indonesia Jadi Jiwa Posdaya Lelaki kelahiran Cilacap, Jawa Tengah, 30 Juli 1944 yang pernah dipercaya sebagai Menteri Koperasi dan Pembina Pengusaha Kecil Menengah ini mengaku sangat terinspirasi dengan keteladanan Presiden RI Soeharto dalam membangun tatanan per koperasian di Indonesia, sehingga koperasi Indonesia mencapai zaman kejayaan pada masa pemerintahan Pak Harto. Meski kualitas pembangunan koperasi Indonesia kini tidak lagi sehebat tahun 90-an, Dr Subiakto Tjakrawerdaja yakin ke depan bisa mengembangkan jiwa koperasi melalui Pos-pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya) yang sudah tersebar hingga 45.000 Posdaya di seluruh Indonesia.
Gemari Edisi 174/Tahun XVI/Juli 2015
LAPORAN DAERAH PENDIDIKAN
58
Dengan Persatuan Negara Tercinta Akan Jadi Kebanggaan Luar Biasa
44
STIKes MRH Jakarta Jadi Sekolah Tinggi Percontohan Kesehatan Keberadaan lembaga pendidikan kesehatan kerap menjadi pilihan mahasiswa baru di tanah air. Terutama pendidikan yang melahirkan ahli-ahli di bidang kebidanan. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) Mitra Ria Husada (MRH) Jakarta di antaranya yang yang fokus di bidang itu diharapkan mampu menjadi primadona bagi para calon mahasiswa di negeri ini. STIKes MRH diharapkan mampu jadi sekolah percontohan kesehatan di Indonesia.
Ketua Umum Pengurus Besar Persatuan Wredatama Republik Indonesia (PB PWRI) Prof Dr Haryono Suyono mengatakan, 29 Juni 2015 lalu kita semua merayakan Hari Keluarga Nasioanal. “Hari Keluarga Nasioanal ini dimulai dari Yogyakarta. Karena pada tanggal 19 Desember 1948 Belanda menyerbu kembali Republik tercinta ini. Agresi yang kedua. Ibukota dipindahkan ke Yogyakarta,” ucapnya semangat.
7
Gema Redaksi
3
Posdaya Kota Lama Desa Prunggahan Kulon, Kec Semanding, Tuban Angkat Bahan Lokal sebagai Produk Ekonomi Kreatif
Surat Pembaca
6
Posdaya Perguruan Tinggi
9
POSDAYA MASYARAKAT
Pandai memanfaatkan potensi lokal sebagai modal bahan baku usaha, menjadi banyak keluarga meningkat kesejahteraannya. Selain modal kebersamaan dan gotong royong, Posdaya Kota Lama, Desa Prunggahan Kulon, Kecamatan Semanding, Tuban, Jawa Timur, bisa mengembangkan usaha produktif ibu rumah tangga dan kader-kadernya.
Redaksi menerima artikel via Pos, Faximile atau E-mail:
[email protected] yang sesuai dengan misi Majalah Gemari. Artikel diketik 2 (dua) spasi di atas kertas folio, antara 1,5 - 3 halaman. Redaksi berhak merubah tulisan tanpa merubah isi artikel. Karya yang dimuat diberikan imbalan.
Posdaya Pemerintah
27
Posdaya Organisasi Sosial
32
Konvensi Posdaya
34
Kolom Khusus
42
Forum Kita
56
DNIKS
64
www.gemari.or.id F o t o S a m p u l : Sulaeman
Gemari Edisi 174/Tahun XVI/Juli 2015
5
SURAT PEMBACA Setiap surat yang dikirim harus disertai identitas diri antara lain KTP/SIM atau lainnya.
BATIK BUNGO MELANGLANG BUANA 4 NEGARA
L
AIN dulu lain pula sekarang. Dulu banyak anak-anak Bungo yang tidak sekolah sudah dinikahkan oleh orangtuanya. Tamat SMP tidak melanjutkan sekolah, hanya diam di rumah. Sejak ada Ibu Bungo banyak kemajuan yang dicapai. Para anak dan orangtua diberi pengajian sehingga anak-anak sekarang berbondong-bondong sekolah, bahkan banyak yang melanjutkan ke perguruan tinggi di Jakarta, Padan dan Sumut. Ini kata Hj Yuzimar Rasyid, SPd Sekretaris TP PKK Kabupaten Bungo saat mendampingi isteri Bupati Bungo bertandang ke Haryono Suyono Center (HSC) Jakarta guna mengikuti pelatihan Posdaya. Nah, ini baru luar biasa. Maka masyarakat di Kabupaten Bungo, Jambi, merasa bangga memiliki “Ibu Bungo”. Julukan ini diberikan kepada isteri Bupati Bungo, Drg Hj Eni Wardani Sudirman yang dikenal sangat merakyat namun tetap bersikap keras dan tegas. Pasalnya, banyak prestasi yang diraih Kabupaten Bungo sejak isteri bupati ini menjadi Ketua Tim Penggerak PKK Kabupaten Bungo. Sebagai Ketua TP PKK Kabupaten Bungo, Bu Eni mengaku cukup bangga dengan partisipasi kader PKK. Terutama melihat semangat sekretarisnya, Hj Yuzimar, yang telah 27 tahun mengabdi dan kini berusia 70 tahun
masih setia memompa semangatnya untuk ikut menggerakkan para kadernya memberikan penerangan kepada warga terutama ibu-ibu yang memiliki anak-anak usia sekolah harus sekolah. Untuk memotivasi mereka, tidak sedikit di antaranya diberikan beasiswa untuk melanjutkan sekolah bagi siswa kurang mampu. Apalagi, setelah adanya Program Daerah Pemberdayaan Masyarakat (PDPM), tidak ada lagi anak usia sekolah tidak sekolah. Pendidikan dini selalu diberi penghargaan bagaimana berkarya supaya tidak nakal, diadakan lomba karya tulis dan drama. Karenanaya, kata dia bapak bupati sangat perhatian terhadap dunia pendidikan. Ada 68 PAUD yang didirikan bapak selama aktif menjadi Bupati Bungo tahun 2011. Ini sangat dirasakan betul oleh anak-anak Bungo. Karena jarak Bungo ada yang jauhnya sampai 90 kilo bisa merasakan PAUD. Bahkan sampai ke dusun sekarang sudah ada SMA. Kalau dulu hanya di kabupaten saja, Bapak memang pemerhati pendidikan,” ungkap Eni bangga. Lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ini mengenal suaminya, Sudirman Zaini (Bupati Bungo) setelah selesai kuliah di Universitas Gadjah Mada lalu bekerja dan tinggal di Jakarta. Meski orangtua Eni berdarah Jawa (ibu dari Kranggan dan bapak
dari Rembang), namun suaminya justru sangat fasih bahasa Jawanya karena lama tinggal di Yogyakarta selama 10 tahun. Sebagai seorang dokter gigi, sebenarnya ia memiliki obsesi menjadi dokter gigi di desa. Tetapi seperti berita di Majalah Gemari edisi 172 yang lalu, bahwa orangtua melarang. Namun takdir berbicara lain, dia menikah dengan orang Bungo. Dan sekarang makin dikenal luas karena sikapnya yang luar biasa itu. Saya haturkan selamat atas prestasi tersebut bu isteri Bupati Bungo, Drg Hj Eni Wardani Sudirman yang dikenal sangat merakyat. Asmawati Muchtar, Muaro Bungo Jambi. Ralat teks foto Gemari Edisi 173/Tahun XVI/Juni 2015 halaman 65.
Seharusnya: Letnan Kolonel CPM (Purn) TNI I Gusti Nyoman Sweden (kiri) bersama Brigjen Pol (Purn) Dr Anton Tabah (kanan) saat menerima buku Pak Harto karya OC Kaligis.
Formulir Berlangganan
N a m a : ........................................................................................................ Alamat Lengkap : .............................................................................................................................................................. ............................................................ Kode Pos: ........................... Telp.: ....................................... Sebagai pelanggan tetap mulai nomor: ......... s/d. ........... Sebanyak: .............. eksemplar. Pembayaran dimuka melalui Yayasan Anugerah Kencana Buana Rekening Bank Central Asia (BCA) Irwan Febriansyah No. Rek.: 375 135 6941 Kantor Cabang Pembantu (KCP) Graha Inti Fauzi Pelanggan, (.....................…………….) 6
Gemari Edisi 174/Tahun XVI/Juli 2015
POSDAYA MASYARAKAT
Posdaya Kota Lama Desa Prunggahan Kulon, Semanding, Tuban
Angkat Bahan Lokal sebagai Produk Ekonomi Kreatif Pandai memanfaatkan potensi lokal sebagai modal bahan baku usaha, menjadi banyak keluarga meningkat kesejahteraannya. Selain modal kebersamaan dan gotong royong, Posdaya Kota Lama bisa mengembangkan usaha produktif ibu rumah tangga dan kader-kadernya.
C
EMILAN bukan saja menjadi teman mengasyikan saat berkumpul bersama keluarga maupun ling kungan lainnya. Ternyata cemilan juga bisa menjadi pundi-pundi kesejahteraan keluarga. Seperti yang dialami keluarga-keluarga Posdaya Kota Lama di Desa Prunggahan, Kabupaten Tuban, Jawa Timur. Kegiatan di pos pemberdayaan keluarga (Posdaya) bukan saja mengembangkan dan mengoptimalkan kegiatan Posyandu, BKB PAUD maupun lingkungan kebun bergizi, tetapi lebih dari itu. Dengan cara dan gagasan sederhana yang dibangun lewat kebersamaan dan gotong royong ternyata bisa menjadikan tumbuhnya pohon kesejahteraan. Pohon kesejahteraan ini bukan hanya tumbuh satu dan kuat tetapi justru satu pohon tetapi melahirkan banyak tunas-tunas baru potensial. Seperti yang terjadi di Posdaya Kota Lama, Desa Prunggahan Kulon, Kecamatan Semanding, Tuban, Jawa Timur. Suburnya tanah membawa berkah. Seperti warga Desa Prunggahan, Tuban yang mensyukuri anugerah Tuhan. Dari tanah subur di kebun pekarangannya menghasilkan pisang, singkong, ubi maupun ketan yang menjadi bahan utama pembuatan aneka makanan ringan. Seperti, kripik pisang, krupuk ubi, rempeyek, rengginang, kembang gula, cucur, dan lainnya. Dengan kemasan yang masih sederhana, tapi sudah menjadi buruan banyak orang. Langganan dari waktu ke waktu semakin bertambah. Bahkan, lingkupnya sudah menyebar hingga wilayah tetangga Kabupaten Tuban. Banyak pelanggan maupun supplier makanan ringan dari Lamongan, Gresik maupun Bojonegoro memesannya. “Menjelang ramadhan maupun lebaran selalu meningkat. Bermacam makanan ringan berbahan singkong, ubi, pisang maupun ketan,
seperti kripik, krupuk maupun rengginang dipastikan banyak pesanan,” kata Rasimah yang dipercaya mengelola bidang wirausaha di Posdaya Kota Lama. Bila menjelang ramadhan dan lebaran pesanan mulai dari kemasan 5 kilo, 10 kilo. Bahkan ada pula yang memesan 100 kilo dan 200 kilo. Bersama Ani Kamaria selaku Sekretaris dan Titin sebagai kader, Rasimah (Bidang Wirausaha) menuturkan kiprah kegiatan pemberdayaan keluarga Posdaya Kota Lama. Bu Ras demikian akrab disapa memang yang mengawali usaha makanan ringan di Prunggahan Kulon. Melihat cukup banyak kaum perempuan dan ibu rumah tangga yang menganggur, Bu Ras yang dijadikan pelopor oleh kader Posdaya Kota Lama ini pun dengan metode senyum dan keterbukaan mendekati serta mengajak mereka untuk ikut bergabung. “Sebelum bisa memproduksi sendiri, ibuibu itu diberikan pelatihan. Daripada menganggur tak ada kegiatan lebih baik saya ajak ikut pelatihan. Pelatihannya diberikan ketika anak-anak mereka mengikuti kegiatan BKB PAUD, ibu-ibunya mengikuti pelatihan ketrampilan cara membuat aneka makanan dengan bahan-bahan yang dihasilkan dari kebun mereka sendiri, seperti pisang, singkong, ubi dan lainnya,” tutur Bu Ras.
Kader Posdaya Kota Lama, Desa Prunggahan Kulon, Kecamatan Semanding, Tuban, Jawa Timur, dengan percaya diri tampil dalam gelar produk usaha ekonomi produktif di Pendopo Krido Manunggal Kabupaten Tuban, Jatim. [FOTO-FOTO: HARI]
Gemari Edisi 174/Tahun XVI/Juli 2015
7
Hasil pengembangan berbagai usaha ekonomi produktif Posdaya Kota Lama.
Kepala Desa Punggrahan Kulon, Darko sangat mendukung aktivitas Posdaya Kota Lama berikut berbagai kegiatan pemberdayaannya termasuk pengembangan usaha ekonomi produktif mendapat support.
8
Rasimah beruntung karena dengan tekun dan penuh kebersamaan ibu-ibu siswa PAUD itu dengan cepat menyerap hasil pelatihannya. Berbagai aneka makanan kecil pun mulai dibuat agak banyak, tentunya setelah melewati beberapa uji coba. Setelah dinyatakan lulus, baik dari segi rasa, tekstur, warna, tingkat kematangan serta ukuran dan kelayakannya, mereka pun diajak bergabung sekaligus menjadi anggota di tempat usahanya. “Mereka sekarang menyetor hasil produksinya ke saya. Saya senang mereka menjadi mitra kerja yang baik,” ujar Rasimah yang modal awal usahanya Rp 5 juta ini tersenyum. Kini omsetnya Rp 10 juta per bulan. Rasimah yang awalnya memproduksi kripik tempe dan kemudian beralih ke produk lainnya karena bahan baku kedelai harganya
Gemari Edisi 174/Tahun XVI/Juli 2015
semakin mahal dan tidak mudah dicari ini selalu menekankan mitra kerjanya untuk menjadikan hasil kebun pekarangan rumah sendiri sebagai bahan baku pembuatan berbagai aneka makanan ringan tersebut. Hal ini tidak terlepas dari maksud keinginannya mengajak masyarakat untuk lebih menghargai sekaligus bangga akan hasil bumi dari tanah Tuban. Selain mengajak untuk menjadikan potensi lokal sebagai bahan baku juga selalu mengajak ibu-ibu kader Posdaya yang ingin meningkatkan ekonomi usahanya untuk bergabung bersamanya. Berada di lingkungan Posdaya Kota Lama, membuat Rasimah ingin berbuat banyak untuk forum silaturahmi pemberdayaan keluarga ini. Meski Posdaya ini baru berdiri tahun 2013 lalu sebagai hasil karya nyata mahasiswa kuliah kerja nyata (KKN) Tematik Posdaya Universitas Ronggolawe Tuban I, tetapi mampu menjadi pusat kegiatan bagi seluruh masyarakat Desa Punggahan Kulon. Sehingga keberadaan Posdaya Kota Lama di Punggahan Kulon yang berpenduduk kurang lebih 15.000 jiwa ini menjadi rujukan wilayahn lainnya dalam bidang pemberdayaan dan silaturahmi pembangunan berbasis keluarga. Di Posdaya Kota Lama sudah ada lima BKB PAUD. Kelima BKB PAUD tersebut didirikan dari modal kebersamaan, seperti yang selalu dikedepankan dalam setiap kegiatan Posdaya. “Kebersamaan dan gotong royong yang ada di Posdaya ternyata bisa menyatukan banyak keluarga dengan berbagai latar belakang baik pendidikan, ekonomi maupun lainnya. Dengan bersatu kami bisa saling peduli dan membantu yang belum maju agar bisa maju, yang lemah menjadi lebih kuat dan sehat,” tegas Ani Kamaria selaku Sekretaris Posdaya Kota Lama. Aktifitas Posdaya Kota lama berikut berbagai kegiatan pemberdayaannya termasuk pengembangan usaha ekonomi produktif mendapat support Kepala Desa Punggrahan Kulon, Darko. Sebagai kepala desa, Darko merasa bangga dengan inovasi ibu-ibu di desanya yang mengolah bahan baku lokal untuk dijadikan makanan ringan siap saji. “Saya sungguh mengapresiasi dan mendukung ibu-ibu yang menjadikan produk lokal dengan mengolah bahan baku lokal sebagai produk siap saji. Hal ini sesuai dengan arahan dan keinginan pemerintah,” kata Kades Punggrahan Kulon. HARI
POSDAYA PERGURUAN TINGGI
5 Ajakan Prof Haryono pada Mahasiswa KKN
Untuk Bangun Keluarga Indonesia Mahasiswa selaku generasi muda yang peduli pada pembangunan keluarga di pedesaan, harus percaya diri, percaya teman sebagai tim, percaya pada institusi, percaya pada masyarakat, dan harus menjadi manusia yang laku jual. Lima syarat itulah yang harus dimiliki mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik Posdaya saat terjun di masyarakat untuk membangun keluarga Indonesia.
Disaksikan Bupati Malang dan Wakil Rektor serta Ketua P2M UIN Maulana Malik Ibrahim, Prof Dr Haryono Suyono menyampaikan lima ajakannya pada 2.847 mahasiswa KKN Tematik Posdaya Masjid UIN Malang. [FOTO-FOTO: HARI]
H
AL ini disampaikan Prof Dr Haryono Suyono pada kuliah umum dan pelepasan mahasiswa kuliah kerja nyata (KKN) Tematik Posdaya Berbasis Masjid Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang, di di Auditorium Gedung Jenderal Besar TNI (Purn) HM Soeharto, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim (UIN Maliki) Malang, Jawa Timur, pada Sabtu, 20 Juni 2015 lalu. Pada tahun 2015, UIN Maulana Malik Ibrahim melepas 2.847 mahasiswa KKN Tematik Posdaya Berbasis Masjid didampingi 180 Dosen Pendamping Lapangan (DPL). Hadir Bupati Malang Drs H Rendra Kresna, MM, Wakil Rektor Bidang Akademik dan Pengembangan UIN Malang Dr H Zaenuddin, MA, Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama UIN Malang Dr H Agus Maemun, MPd, pimpinan civitas akademik UIN, Deputi Direktur Bidang Kewirausahaan Yayasan
Damandiri Dr Mazwar Noerdin, Konsultan Yayasan Damandiri Hendar Sutisna Madjan, SE, MA, serta para DPL dan relawan Posdaya Berbasis Masjid. Di hadapan ribuan mahasiswa dan disaksikan Bupati Malang, wakil rektor dan civitas akademik UIN Maliki Malang, Ketua Yayasan Damandiri menegaskan, ada lima syarat untuk terjun ke masyarakat. Kelima syarat tersebut dijabarkan dengan singkat dan jelas oleh mantan Menko Kesra dan Kepala BKKBN ini. Syarat pertama, mahasiswa harus percaya pada diri sendiri. Para mahasiswa harus membawa ilmu kepada masyarakat di desa sebagai amal ibadah. Serta mengajak seluruh masyarakat desa, pada saatnya nanti berdoa kepada Tuhan Yang Maha Kuasa agar supaya keluarganya yang prasejahtera cepat menjadi sejahtera. Mahasiswa, kata Prof Haryono, harus beramal untuk seluruh masyarakat Indonesia, Gemari Edisi 174/Tahun XVI/Juli 2015
9
Seorang mahasiswa peserta KKN UIN Maulana Malik Ibrahim Malang mencium tangan Prof Dr Haryono Suyono sebagai rasa hormat dan mohon doa restu.
Relawan Posdaya pun dengan semangat menyambut lima ajakan Prof Dr Haryono Suyono.
10
terutama rakyat di Kabupaten Malang. “Saudara siap?” Tanya Prof Haryono yang dijawab mahasiswa secara serentak, kompak dengan penuh semangat, “Siap!”. Syarat kedua untuk terjun ke masyarakat, mahasiswa harus percaya pada teman sejawat atau satu tim. Sebagai anak bangsa, mahasiswa harus percaya pada teman-teman sesama mahasiswa. “Mahasiswa harus yakin bahwa teman satu tim yang akan turun ke desa merupakan bagian dari supertim UIN Maulana Malik Ibrahim Malang,” ujarnya. Syarat ketiga, percaya pada institusi. Mahasiswa UIN harus percaya pada perguruan tinggi serta percaya seluruh civitas akademinya tempat di mana kuliah untuk menuntut
Gemari Edisi 174/Tahun XVI/Juli 2015
ilmu. “Mahasiswa harus percaya bahwa UIN tidak saja terakreditasi A, tetapi juga merupakan induk dan lembaga tempat mahasiswa dibuat dan diupayakan menjadi manusia yang luar biasa,” katanya. Syarat keempat, harus percaya pada masyarakat yang didatangi atau dikunjungi. Masyarakat tidak boleh dianggap bodoh. Masyarakat tidak boleh dianggap lebih rendah dari mahasiswa. “Mahasiswa harus percaya pada masyarakat yang didatanginya adalah masyarakat calon mahasiswa,” tuturnya. Syarat kelima, mahasiswa harus menjadi manusia yang laku jual. Mahasiswa harus percaya pada pasar. “Presiden Posdaya” ini meminta agar mahasiswa harus bertingkah laku begitu rupa, meskipun barangkali saat pertama kali datang, keluarga-keluarga di desa belum tersenyum tetapi setelah sehari, dua hari, ketiga hari dan selanjutnya hidup berdampingan dengan mereka akan mulai muncul senyum, kecintaan, dan akhirnya pada waktu tiba saatnya mahasiswa berpisah karena harus segera kembali ke kampus untuk melanjutkan perkuliahannya, akan berderailah air mata. Bahkan, tidak tertutup kemungkinan, bagi mahasiswa akan ada gadis-gadis desa membawakan bunga untuknya. Serta, bakal ada perjaka-perjaka desa membawakan pesan khusus kepada para mahasiswi. Bahkan, ada pesanan agar segera kembali ke desa. Jadi, kelima syarat yang disodorkan pakar kependudukan, KB dan sosiolog ini kepada mahasiswa adalah, percaya pada diri sendiri, percaya pada teman sejawat atau satu tim, percaya pada institusi, percaya pada masyarakat, dan harus menjadi manusia yang laku jual serta percaya pada pasar. Kelima ajakan yang disampaikan pada kuliah umum yang diikuti
sekitar 3.000 mahasiswa itu, dilakukan hanya tidak kurang dari sekitar 15 menit. Padahal, menurut Prof Haryono, materi tersebut mestinya disampaikan dalam tiga semester. Kelima syarat itulah, ujar Prof Haryono, itulah syarat bagi mahasiswa yang akan membangun bersama masyarakat di desa, membangun Keluarga Indonesia melalui kegiatan kuliah kerja nyata tematik Posdaya. Dengan penuh suka cita dalam pidato sambutannya, Prof Dr Haryono Suyono, sang penggagas model pembangunan melalui program Posdaya ini, menyatakan terima kasihnya, karena di bulan Ramadhan yang penuh berkah ini bisa menyaksikan secara langsung bertatap muka dalam kegiatan pelepasan mahasiswa KKN tematik Posdaya Berbasis Masjid UIN Maliki Malang di Gedung HM Soeharto yang berada di lingkungan Kampus UIN Maliki Malang. Pakar Kependudukan dan negarawan yang banyak menerima anugerah penghargaan baik di era Presiden HM Soeharto, BJ Habibie maupun Megawati Soekarnoputri ini juga menyatakan akan kecerahan, kegembiraan, kesiapan dan semangat yang terpancar dari wajah-wajah mahasiswa peserta kegiatan KKN yang akan segera melaksanakan tugas kegiatan kuliah kerja nyata ke desa di Kabupaten Malang dan Kota Malang sebagai bagian dari upaya sumbangsihnya dalam membangun bangsa. Sebelum mengajak mahasiswa dengan 5 ajakannya, terlebih dahulu Ketua Yayasan Da-
mandiri ini meminta seluruh ribuan mahasiswa yang hadir untuk memberikan tepuk tangnnya sebagai apresiasi dan kehormatan kepada Bupati Rendra Kresna yang berkenan hadir di tengah kesibukan kerjanya. Juga tepuka tangan untuk wakil-wakil rektor yang hadir. Selain itu mengajak berterima kasih pada Ketua DMI Kabupaten Malang yang juga hadir. Pada kesempatan tersebut, “Presiden Posdaya” meminta mahasiswa agar di desa nanti untuk mencatat, mendata keluarga-keluarga yang miskin maupun yang mamkmur atau kaya, serta bersama-sama membangun bangsa. “Siap?” Tanya Prof Haryono. Dijawab mahasiswa, “Siap”. Kemudian ditanya lagi, “Are you ready?”. Mahasiswa menjawab kompak. “Yes, We are ready”. “Terima kasih dan selamat bertugas caloncalon pemimpin masa depan,” tutup Prof Haryono dengan tetap semangat, yang dibalas tepuk tangan menggema memenuhi auditorium yang cukup luas tersebut. HARI
Prof Dr Haryono Suyono bersama Bupati Malang, H Rendra Kresna, Ketua LPPM UIN Maliki Malang Dr Hj Mufidah Ch, MAg dan Wakil Rektor Bidang Akademik dan Pengembangnan UIN Malang Dr H Zaenuddin, MA bergambar bersama Relawan Posdaya yang mendampingi mahasiswa KKN Tematik Posdaya Masjid.
Gemari Edisi 174/Tahun XVI/Juli 2015
11
POSDAYA PERGURUAN TINGGI
Unesa Lepas 2.825 Mahasiswa KKN Tematik Posdaya
Angkat Keluarga Prasejahtera Posdaya diharapkan benar-benar dapat meningkatkan partisipasi rakyat. Tanpa partisipasi rakyat tidak mungkin berbagai bantuan pemerintah yang begitu besar akan menghasilkan hasil yang maksimal di dalam rangka meningkatkan kesejahteraan mereka. Inilah yang menjadi perhatian besar Yayasan Damandiri bersama Universitas Negeri Surabaya saat melepas Mahasiswa KKN Tematik Posdaya Tahun 2015 Semester Genap Gelombang I pada 13 Juni 2015, di Halaman Rektorat Kampus Unesa Ketintang Surabaya, Jawa Timur.
Mahasiswa Unesa peserta KKN Tematik Posdaya siap terjun ke desa untuk mengangkat keluarga prasejahtera. [FOTO-FOTO: SULAEMAN]
12
H
ADIR pada acara tersebut Ketua Yayasan Damandiri yang diwakili Sekretaris Yayasan Damandiri Dr Subiakto Tjakrawerdaja, Rektor Universitas Negeri Surabaya (Unesa) Prof Dr Warsono, MS, Kepala Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Universitas Negeri Surabaya Prof Dr Ir I Wayan Susila, MT, Pembantu Rektor, Pimpinan Fakultas Unesa, para Dosen Pendamping Lapangan (DPL) dan para mahasiswa peserta KKN Tematik Posdaya. Sekretaris Yayasan Damandiri Dr Subiakto Tjakrawerdaja sangat gembira dan mengapresiasi acara Pelepasan KKN Tematik Posdaya Universitas Negeri Surabaya Gelombang I. “Hari ini kita semua sangat berbahagia dan bersyukur kepada Allah SWT karena dapat hadir di sini dalam rangka menghadiri suatu acara yang sangat penting. Mengapa saya katakan sangat penting? Karena acara ini diadakan pada bulan Juni. Mengapa bulan Juni dianggap sesuatu yang amat penting? Karena
Gemari Edisi 174/Tahun XVI/Juli 2015
banyak peristiwa-peristiwa penting yang telah kita hadiri bersama. Pertama adalah 1 Juni hari lahirnya Pancasila, kemudian 6 Juni dan 8 Juni lahir pemimpin-pemimpin besar kita yaitu Bung Karno dan Pak Harto,” urai Dr Subiakto. “Gagasan Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya) yang digagas oleh Prof Dr Haryono Suyono dan kawan-kawan dari Yayasan Dana Sejahtera Mandiri (Damandiri), dalam kesempatan ini kami menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Rektor dan seluruh civitas akademika Universitas Negeri Surabaya (Unesa) yang telah menerima konsep ini secara konsisten mencoba melaksanakan melalui KKN Tematik Posdaya,” imbuhnya. Lebih lanjut, mantan Menteri Koperasi era Presiden Soeharto mengatakan, “Bung Karno adalah penggagas Pancasila yang melahirkan Pancasila pada 1 Juni. Sedangkan Pak Harto adalah yang membangun bangsa ini sebagai pengamalan dari Pancasila. Apa kaitannya dengan hari ini? Karena pada hari ini diadakan
pelepasan KKN Tematik Posdaya, di mana tujuan Posdaya adalah membangun semangat gotong royong di masyarakat.” Dr Subiakto menegaskan, sasaran mahasiswa dalam melakukan KKN adalah membangun kembali, membangkitkan kembali semangat gotong royong. “Kita semua tahu bahwa semangat gotong royong adalah nilai utama dari Pancasila. Jadi berarti kalau anda nanti dalam KKN Tematik Posdaya, membangun Posdaya, membangkitkan kembali semangat gotong royong berarti anda semua telah berusaha untuk mengamalkan Pancasila secara riil dan konkret,” ucapnya. Pria kelahiran Cilacap, 30 Juli 1944 ini menjelaskan, tujuan utama dari Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya) adalah mendorong partisipasi masyarakat agar berbagai program pengembangan besar-besaran dari pemerintah dengan tujuan utama untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat yang sebagian besar masih dalam kondisi miskin (pra sejahtera) diharapkan dapat berjalan melalui program Posdaya ini. Posdaya diharapkan benar-benar dapat meningkatkan partisipasi rakyat. Tanpa partisipasi rakyat tidak mungkin berbagai bantuan pemerintah yang begitu besar akan menghasilkan hasil yang maksimal di dalam rangka meningkatkan kesejahteraan mereka. “Partisipasi ada dua unsur utama yaitu, bagaimana rakyat kita dorong untuk kerja lebih keras lagi dan kerja cerdas, di samping itu mereka kita dorong untuk berkelompok bekerja sama dan bergotong royong. Inilah dua unsur utama dari partisipasi yang ingin kita gerakkan di masyarakat, di pedesaan khususnya,” katanya. Dr Subiakto berharap program ini benarbenar dapat berhasil dilaksanakan bersamasama. “Karena hanya melalui upaya peningkatan partisipasi, melalui upaya gotong royong, kita benar-benar akan membawa mereka terutama kelompok-kelompok keluarga yang masih miskin dan prasejahtera mampu menghadapi tantangan-tantangan bangsa ke depan yang tidak bertambah ringan tetapi bertambah berat,” ujarnya. “Saya harapkan pada kesempatan yang baik ini, kesempatan KKN Tematik Posdaya ini tetap menggali kekayaan-kekayaan lokal,kearifan lokal, produk-produk lokal yang mampu diangkat menjadi produk-produk nasional yang dapat bersaing menghadapi persaingan-persaingan global. Kita pada tahun ini sudah harus menghadapi persaingan global di kawasan Asia Tenggara yang sebetulnya
kita semua sepakat kita belum siap menghadapi persaingan global itu. Namun saya yakin dengan semangat dan tekad yang kuat dari adik-adik mahasiswa melalui program Posdaya ini kita harus mempersiapkan mereka menghadapi persaingan global,” tutur Subiakto. Kearifan lokal, budaya-budaya lokal, produk-produk lokal harus dibangkitkan. “Saya kira kita sudah mengenal apa yang dikembangkan salah satu pengetahuan baru yaitu ekonomi biru. Bagaimana ekonomi biru ini kita kembangkan di pedesaan agar benar-benar produk lokal ini bisa kita tingkatkan menjadi produk-produk yang mampu bersaing menghadapi persaingan global,” tambahnya. “Saya berharap KKN Tematik Posdaya ini dikerjakan dengan sungguh-sungguh sehingga anda benar-benar dapat memanfaatkan KKN ini sebaik-baiknya untuk menambah kualitas anda sendiri. Pengetahuan yang anda peroleh di perguruan tinggi tidak cukup menghadapi tantangan-tantangan bangsa ke depan. Harus ditambah, harus disempurnakan dengan kemampuan-kemampuan untuk mempraktikkan pengetahuan-pengetahuan ini,” ucapnya seraya menambahkan, KKN Tematik Posdaya ini diharapkan dapat menambah kualitas agar mahasiswa punya keterampilan-keterampilan untuk bekerja di masyarakat. SUL/DH
Sekretaris Yayasan Damandiri Dr Subiakto Tjakrawerdaja saat memberikan arahan kepada mahasiswa KKN Tematik Posdaya dan DPL Universitas Negeri Surabaya.
Gemari Edisi 174/Tahun XVI/Juli 2015
13
POSDAYA PERGURUAN TINGGI
KKN Tematik Posdaya
Ajang Melatih Kepemimpinan dan Manajerial Pada kesempatan yang sama Rektor Unesa Prof Dr Warsono, MS dalam sambutannya di hadapan mahasiswa peserta KKN Tematik Posdaya mengatakan, “Saya ingin menegaskan dan sekaligus memberikan tantangan kepada saudara-saudara karena saudara-saudara yang sekarang ini berada pada usia muda adalah suatu usia yang sangat menentukan masa depan anda.”
Rektor Unesa Prof Dr Warsono, MS, disaksikan Sekretaris Yayasan Damandiri Dr Subiakto Tjakrawerdaja saat menyematkan topi kepada perwakilan mahasiswa yang mengikuti KKN Tematik Posdaya. [FOTO-FOTO: SULAEMAN]
M
ENURUTNYA, KKN ini merupakan suatu tempat untuk mengaktualisasikan mahasiswa Unesa sebagai orang-orang yang telah dididik di perguruan tinggi. “KKN Tematik Posdaya ini sebagai tempat untuk pengabdian saudara sebagai warga bangsa yang masuk kategori muda. Sekaligus KKN Tematik Posdaya ini sebagai tempat atau ajang untuk melatih kepemimpinan dan manajerial diri anda sendiri,” ujarnya. “Karena semua tiga proses itulah akan menentukan masa depan saudara. Kemampuan anda akan diuji masyarakat nanti. Apakah anda benar-benar memiliki kemampuan yang nantinya bisa diaplikasikan dalam kehidupan masyarakat untuk memberdayakan masyarakat dalam lima bidang tadi. Apakah anda yang memproklamirkan sebagai mahasiswa benar-benar memiliki keunggulan dan kompetensi seperti yang diharapkan masyarakat,” urai Prof Dr Warsono. Yang kedua, tentu saja sebagai warga bangsa yang muda, maka anda dituntut melakukan suatu pengabdian pada bangsa dan negara melalui pemberdayaan pada masyarakat. “Kita tahu bahwa masyarakat kita 14
Gemari Edisi 174/Tahun XVI/Juli 2015
sebagian besar masih berada dalam kondisi miskin dan tentu kita tidak nyaman dan tidak kita inginkan kalau kita memiliki warga yang miskin, yang kurang sejahtera. Oleh karena itu tugas dan tanggung jawab kita bersama untuk mengangkat saudara-saudara kita lepas dari kemiskinan,” cetusnya. Lebih lanjut Prof Dr Warsono memaparkan, KKN Tematik Posdaya yang didukung juga oleh program Yayasan Damandiri ini menjadi suatu bagian penting bagi program bangsa dan negara dan sekaligus merupakan pengabdian dari Universitas Negeri Surabaya dalam rangka membangun bangsa. “Oleh karena itu pengabdian saudara sangat ditunggu oleh bangsa, negara dan masyarakat. Kalau anda tidak pernah melakukan pengabdian pada bangsa dan negara maka akan sulit bagi anda meminta pada negara. Maka sesungguhnya inilah yang harus kita kedepankan bagaimana kita bisa memberi,” ucapnya. Dan yang ketiga adalah saatnya anda melatih kepemimpinan anda. Apakah anda mampu nanti menjadi pemimpin dari golongan yang paling kecil sampai ke golongan yang paling tinggi. Tentu di antara anda yang mahasiswa ini diharapkan menjadi calon-
calon pemimpin bangsa, namun kepemimpinan itu juga perlu diasah, dilatih dan perlu dipelajari. Dan saat-saat inilah saat yang tepat untuk melatih diri anda sebagai pemimpinpemimpin dalam lingkup masyarakat kecil. Apakah anda mampu menggerakkan partisipasi masyarakat dalam rangka membangun dan memberdayakan dirinya. Kepala Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Universitas Negeri Surabaya Prof Dr Ir I Wayan Susila, MT menjelaskan bahwa KKN Semester Genap 2014-2015 yang diikuti oleh mahasiswa Universitas Negeri Surabaya sebanyak 5.700 orang, terbagi menjadi dua gelombang. Gelombang I mulai tanggal 21 Juni sampai dengan 11 Juli 2015 dengan jumlah mahasiswa sebanyak 2.825 orang yang terbagi dalam berbagai disiplin ilmu dan jumlah Dosen Pembimbing Lapangan (DPL) yang terlibat dalam KKN Tematik Posdaya gelombang pertama ini sebanyak 48 orang. Tercatat, jumlah lokasi pada kegiatan KKN Tematik Posdaya gelombang I ini ada 93 desa sasaran yang terbagi dalam empat kabupaten yaitu, Kabupaten Gresik, Kabupaten Mojokerto, Kabupaten Sidoarjo dan Kabupaten Pasuruan. Sedangkan jumlah kecamatan ada 12 yaitu, untuk Kabupaten Gresik di Kecamatan Manyar, Kecamatan Benjeng, Kecamatan Balongpanggang, Kecamatan Kedamean dan Kecamatan Sidayu. Sedangkan Kabupaten Mojokerto di tiga kecamatan yaitu, Kecamatan Jetis, Kecamatan Dlanggu dan Kecamatan Dawarblandong. Di Kabupaten Sidoarjo tiga kecamatan yaitu, Kecamatan Sedati, Kecamatan Tulangan dan Kecamatan Wonoayu. Sedangkan di Kabupaten Pasuruan ada satu kecamatan yaitu, Kecamatan Prigen. Dan penerimaan mahasiswa di kecamatan masing-masing pada hari senin, 22 Juni 2015 jam 8 pagi. Kemudian juga mahasiswa harus membuat laporan setelah selesai kegiatan KKN ini. Prof Dr Ir I Wayan Susila juga menjelaskan, untuk gelombang II dimulai 21 Agustus sampai dengan 19 September 2015. Kurang lebih tiga minggu efektif. Jumlah mahasiswa yang mengikuti KKN Tematik Posdaya pada gelombang kedua sebanyak 2.875 orang. Lokasi KKN gelombang kedua sama dengan gelombang pertama sehingga ada kesinambungan untuk melihat apakah program-program mahasiswa itu bisa dilaksanakan dengan baik atau tidak. Menurut Prof Dr Ir I Wayan Susila, mahasiswa nanti dilokasi bertugas pertama adalah membentuk Posdaya baru, kedua memperkuat Posdaya yang sudah ada dan yang ketiga
Kepala LPPM Universitas Negeri Surabaya Prof Dr Ir I Wayan Susila, MT menjelaskan rencana pelaksanaan KKN Tematik Posdaya.
adalah maping Posdaya yang telah ada yaitu, untuk melihat apakah Posdaya itu terdiri dari keluarga prasejahtera, berapa KK yang perlu dilakukan para mahasiswa. “Kami berharap mahasiswa dapat melaksanakan kegiatan KKN ini dengan sebaik-baiknya,” ucapnya. Selain itu program pelaksanaan KKN ini identik dengan program yang telah disiapkan oleh Yayasan Damandiri yaitu bergerak dalam bidang pendidikan, ekonomi, kesehatan, lingkungan dan sosial budaya serta agama. Adapun tema KKN Tematik Posdaya pada semester genap 2014-2015 ini adalah “Melalui kegiatan KKN Tematik Posdaya, Kita Bangun Semangat Gotong Royong bersama Masyarakat.” SUL/DH
Rektor Unesa Prof Dr Warsono, MS bersama Sekretaris Yayasan Damandiri Dr Subiakto Tjakrawerdaja melepas secara resmi KKN Tematik Posdaya dengan melepas balon.
Gemari Edisi 174/Tahun XVI/Juli 2015
15
POSDAYA PERGURUAN TINGGI
Monitoring dan Evaluasi
Percepat Perkembangan Posdaya Berbasis Masjid Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang, Jawa Timur, bersama dengan Yayasan Damandiri terus bersinergi. Selain melakukan penyusunan langkah-langkah strategis bagaimana Posdaya Berbasis Masjid yang sudah dilatih di beberapa perguruan tinggi Islam di berbagai provinsi untuk mempercepat perkembangan Posdaya Masjid di perguruan tinggi tersebut.
Peserta Monitoring dan Evaluasi Diseminasi Posdaya Berbasis Masjid menyimak paparan yang disampaikan Prof Dr Haryono Suyono. [FOTO-FOTO: SULAEMAN]
16
I
NI dilakukan dengan menyelenggarakan Monitoring dan Evaluasi Diseminasi Posdaya Berbasis Masjid bagi Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI) Tahun 2015 pada 22 Mei 2015 di Hotel Savana, Malang, Jawa Timur yang diikuti oleh peserta dari LPPM Institut Sunan Giri Ponorogo, IAIN Palangka Raya, IAIN Palopo, STAIN Diponegoro, STAIN Jurai Siwo Metro Lampung, UIN Ar Raniry Aceh, UIN Raden Fatah Palembang, STAIN Watampone, UIN Alauddin Makassar dan Koarmatim Jawa Timur. Hadir pada acara tersebut Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono, Deputi Direktur Kewirausahaan Yayasan Damandiri Dr Mazwar Noerdin, Rektor UIN Maulana Malik Ibrahim Malang Prof Dr Mudjia Rahardjo, MSi, Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LP2M) UIN Maulana Malik Ibrahim Malang Dr Hj Mufidah, Ch, MAg, Koordinator Wilayah Jawa Timur II Prof Dr Agus Suprapto, Ketua Skim Tabur Puja Ir Sutarto Alimoeso, MM dan
Gemari Edisi 174/Tahun XVI/Juli 2015
Deputi Direktur Umum Yayasan Damandiri Dr Mulyono D Prawiro. Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono mengungkapkan, “Atas dasar Posdaya Berbasis Masjid ini, Posdaya secara kecil dijadikan satu unit analisis di mana kita membuat roadmap dari keluarga Pra Sejahtera sampai akhirnya nanti menjadi sejahtera, seperti Sejahtera III atau Sejahtera III Plus. Jadi kita membuat keluarga itu seakan-akan bertahap naik dari semester satu ke semester dua, dari semester dua ke semester tiga dan seterusnya.” Menurutnya, ini sebenarnya tujuan akhir dari Posdaya. Penilaiannya apakah Posdaya itu berhasil kalau penduduk dan keluarga di semester satu naik menjadi penduduk semester dua. “Kita mencoba lebih menukik bahwa Posdaya ini tujuan yang pertama tahun-tahun pertama ini memberikan contoh bahwa integritas itu tidak hanya untuk diri sendiri, tapi integritas dari karya nyata. Oleh karena itu saya beri judul Posdaya Masjid Mengangkat Keluarga Pra Sejahtera. Keluarga Pra Sejahtera itu bukan keluarga miskin tapi dengan mudah bisa jatuh miskin,” ujarnya. Kepala Badan Kependudukan dan BKKBN era Presiden Soeharto ini menjelaskan, “Berkat keberhasilan program Keluarga Berencana dan pembangunan pada umumnya di Indonesia ini terjadi perubahan yang sangat drastis dari struktur penduduk yang ada. Dulu penduduknya berusia sangat muda dan orang seperti saya ini hampir tidak ada yang usianya di atas 77 tahun. Orang yang seperti saya sekarang
jumlahnya mendekati 25 juta. Pada tahun 70 an hanya 2 juta, jadi berkembangnya lebih 10 kali.” Selama 20 tahun sebelum tahun 2000 tingkat kelahiran itu menurun tajam, dan setelah tahun 2000 naik lagi pelan-pelan. Sekarang ini jumlah anak yang dimiliki setiap keluarga sudah mencapai sekitar 3 anak. Apa yang terjadi? Menurutnya ada perubahan yang drastis keberhasilan pembangunan masa lalu dan KB menyebabkan penduduk di bawah 15 tahun itu sekarang jumlahnya hanya sekitar 70 an juta, jadi tidak banyak pertumbuhannya. Tetapi penduduk yang 15 sampai 65 tahun, dulu sekitar 65 an juta, sekarang sudah 175 juta. “Jadi ada ledakan penduduk usia 15 sampai 60 tahun dan penduduk 60 tahun ke atas. Pertumbuhan penduduk ini sekarang hanya dua kali dibandingkan tahun 70 tapi penduduk lansia seperti saya 10 kali lipat lebih, dan ini akan tetap seperti itu. Sehingga di Indonesia terjadi suatu gerakan yang drastis dari penduduk umur 15 sampai 60 tahun,” ucapnya. Lebih lanjut Prof Dr Haryono Suyono menguraikan, proses masuknya generasi muda itu berbeda-beda. Jawa Timur ini termasuk yang dinamakan dividen demografi itu lebih dulu dibandingkan provinsi seperti Nusa Tenggara Timur dan Papua. Papua itu mungkin tahun 2050 belum mempunyai dividen, NTT mungkin juga belum. Kenapa? Karena remaja-remaja NTT itu kalau belajar di Yogya atau di Malang nanti setelah lulus tetap saja di Malang, tidak kembali ke NTT. Sehingga generasi muda NTT itu akan tetap saja seperti ini kalau tidak ada pembangunan yang drastis di Provinsi seperti Ambon, Maluku, Papua maupun NTT dan NTB. Itu keadaannya adalah penduduk 15 sampai 60 tahun itu akan relatif sedikit. Itu yang dinamakan bonus demografi. Jadi bonus demografi keliru kalau dikatakan akan terjadi tahun 2020, karena tiap provinsi berbeda-beda bonus demografinya. Jadi ini adalah salah satu yang menjadi pembangunan nasional. Karena itulah perlu adanya roadmap. Oleh karena itu, saudara-saudara sebagai ilmuan di perguruan tinggi Islam, setidak-
tidaknya bisa memberi kepada pemimpin pemerintah daerah setempat dua opsi untuk meningkatkan keadaan dari posisi keluarga pra sejahtera menjadi Sejahtera I. Posisi yang pertama adalah bahwa keluarga-keluarga yang Pra Sejahtera atau keluarga yang levelnya baru semester satu pada umumnya pendidikannya rendah, keadaan ekonomi sosialnya rendah. Penduduk miskin itu juga miskin, sehingga kalau kita ingin menolong penduduk atau keluarga Pra Sejahtera adalah menolong keluarga yang rendah baik pendidikan maupun ekonominya. Jadi intervensi yang pertama adalah memihak keluarga sederhana. Pria kelahiran Pacitan, 6 Mei 1938 ini memaparkan, “Intervensi kedua adalah kelompok yang di atas harus kita masukkan integritas, bahwa dia menjadi manusia yang peduli terhadap keluarga Pra Sejahtera. Kita menggabungkan keluarga-keluarga dari semester kesatu, kedua, ketiga dan keempat ini menjadi satu. Yang rendah harus siap untuk dipercayakan, yang tinggi harus mempunyai perhatian kepada yang di bawah.” Posdaya itu menjadi bagian dari lingkaran besar. Di desa sudah ada LK3S, PKK, Perguruan Tinggi, Industri dan sebagainya. Posdaya itu adalah kumpulan di mana segala sesuatu yang ada di desa itu bersilaturahmi. Kalau basisnya masjid, silaturahmi awalnya di masjid. Sehingga dengan sendirinya masjid ini harus masuk ke desa. Forum bersama tersebut kemudian membentuk pengurus dan pengurus ini yang namanya menjadi pengurus Posdaya. Dan Posdaya ini tidak menghilangkan masjidnya, tidak menghilangkan PAUDnya, tidak menghilangkan koperasinya dan apa saja yang ada di desa. Tetapi menyatukan agar sa-
Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono saat menyampaikan paparan di hadapan peserta Monitoring dan Evaluasi Diseminasi Posdaya Berbasis Masjid.
Gemari Edisi 174/Tahun XVI/Juli 2015
17
Pimpinan Yayasan Damandiri bersama pimpinan UIN Maliki Malang saat bergambar bersama dengan peserta Monitoring dan Evaluasi Diseminasi Posdaya Berbasis Masjid.
saran pekerjaan berbagai lembaga atau organisasi pedesaan itu bersatu mengangkat keluarga Pra Sejahtera ke atas, dan menyadarkan keluarga yang sudah kaya supaya memberi perhatian kepada yang di bawahnya. Secara khusus, kata Prof Haryono, tahun 2015 ini akan ada aliran dana masuk ke desa. “Oleh karena itu bapak, ibu sekalian yang konsentrasinya Posdaya Masjid, jangan hanya dilaporkan kepada pimpinan masjid tetapi juga dilaporkan kepada kepala desa dan camat. Agar apa yang kita kerjakan ini ditiru dan kemudian kalau perlu didanai dari dana yang masuk ke desa,” imbuhnya. Ciri Posdaya Apa yang menjadi ciri dari Posdaya? Ciri Posdaya itu hampir sama dengan perguruan tinggi, yaitu bahwa proses pemberdayaan itu tidak boleh melompat-lompat. Misalnya, jelas Prof Haryono, keluarga Pra Sejahtera langsung dijadikan keluarga Sejahtera III Plus. Jadi proses ini haruslah tahap demi tahap persis seperti kuliah. Tidak boleh mahasiswa semester satu langsung ambil ujian sarjana, dia harus masuk semester kedua, semester ketiga sampai akhirnya semester ke delapan. Bahkan pada semester tujuh dan delapan dia harus pergi kuliah kerja nyata di desa-desa supaya nanti kalau lulus tidak terkejut. Keluarga yang ada di dalam lingkungan Posdaya itu di data dan untuk mendata ada beberapa kriteria dan indikator persis seperti orang kuliah. Misalnya keluarga sejahtera I itu bisa makan sehari dua kali. Kalau sejahtera I itu mempunyai pakaian untuk bekerja, ke masjid dan lain-lain lebih dari satu. Keluarga sejahtera I kalau sakit anaknya dibawa ke rumah sakit dan diobati. Kalau tidak bisa itu semua namanya Pra Sejahtera. Jadi keluarga Pra Sejahtera itu makan tidak bisa dua kali sehari, pakaian tidak lebih dari satu, lantai rumahnya belum dikeraskan dan
18
Gemari Edisi 174/Tahun XVI/Juli 2015
kalau anak-anaknya tidak sekolah. Jadi kalau salah satu saja dari indikator itu tidak maka dia Pra Sejahtera. Dan Pra Sejahtera ini dulu disamakan dengan keluarga miskin. Tapi sekarang keluarga miskin punya indikator sendiri sehingga karena sebagian indikator ini menjadi indikator BPS untuk keluarga miskin. Jadi keluarga seperti itu mudah saja menyelesaikannya tidak usah di kasih duit tetapi disuruh kerja, atau anaknya disuruh sekolah, itu selesai kemiskinannya. Pemetaan ini dilakukan begitu rupa dan sekarang banyak perguruan tinggi yang setelah LPPMnya mengadakan pendataan keluarga menjadi malu karena perguruan tinggi itu menghasilkan sarjana-sarjana ekonomi kerakyatan ternyata di sekitar kampusnya banyak keluarga-keluarga yang gambarnya merah. Pembuatan peta dilakukan oleh penduduk kampung anggota Posdaya dengan dukungan para mahasiswa. Jadi setiap penduduk itu tahu di mana tempatnya, di mana rumahnya dalam peta. Dan peta ini menjadi bagian yang dipertontonkan kepada rakyat, mahasiswa dan santri mengajak pengurus Posdaya untuk menyebarluaskan peta itu di dalam lingkungan kampung sehingga peta itu menjadi bagian dari kehidupan gotong royong di kampungnya. Salah satu yang menjadi inti kalau Posdaya sudah berkembang dan pemetaan sudah jadi, peta Posdaya ini dijadikan bahan untuk mengadakan sarasehan di lingkungan Posdaya dan desanya. Sarasehan ini “menjual” keluargakeluarga Pra Sejahtera pada para donatur yang ada di desanya. Kalau keluarga Pra Sejahtera habis, kita lihat yang kuning atau Keluarga Sejahtera I supaya naik menjadi coklat atau Keluarga Sejahtera II. Ini akan lebih sulit dan lebih mahal dari Pra Sejahtera. Selain itu inti dari program-program Posdaya adalah delapan fungsi keluarga. Fungsi keluarga yang pertama adalah agama. Oleh karena itu tepat sekali UIN ini masuk dalam gerakan Posdaya karena fungsi yang pertama adalah peranan keagamaan yaitu, bagaimana memperkuat keimanan dan ketakwaan dan mengembangkan agama dan budaya. SUL/DH
POSDAYA PERGURUAN TINGGI
Posdaya Inovasi Bagus bagi Pengabdian Masyarakat PTI Rektor UIN Maulana Malik Ibrahim Malang Prof Dr Mudjia Rahardjo, MSi mengemukakan, posisi Perguruan Tinggi Islam (PTI) baik negeri maupun swasta semakin hari makin dilematis. Di satu sisi masyarakat sebenarnya haus ilmu agama. Dibuktikan dengan meningkatnya orang yang ingin belajar agama. Begitupun banyak orangtua yang mengirimkan anaknya untuk sekolah di lembaga-lembaga pendidikan agama, mulai tingkat SD sampai Perguruan Tinggi. Itulah sebabnya, keberadaan Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya) bisa menjadi salah satu model inovasi yang bagus sekali dalam kegiatan pengabdian masyarakat PTI.
M
ENURUT Prof Dr Mudjia Rahardjo, “Kalau tiga tahun yang lalu mahasiswa yang masuk di perguruan tinggi Islam itu kirakira 50.000 an, saat ini data laporan yang saya terima dua minggu yang lalu itu 350.000. Ini mengherankan bahkan perguruan tinggi yang baru didirikan di Sumatera Wilayah Aceh ada namanya STAI Lhokseumawe, STAI Meulaboh ini peminatnya sudah menggeliat. Sebagai bukti bahwa masyarakat itu haus dengan model-model pendidikan keagamaan.” “Tetapi di sisi yang lain masyarakat kita ini sedang sakit, hari-hari terakhir ini saja beras dipalsukan, belum lama ini formalin, daging celeng, belum lagi ijazah palsu, profesor palsu. Berbagai upaya dilakukan pemerintah mulai peningkatan kualitas melalui sertifikasi guru, dosen tapi hasilnya seperti ini. Ini tidak bisa dipandang ringan persoalan-persoalan kebohongan ini. Lalu orang bertanya di mana peran pendidikan agama. Lalu saya jawab pendidikan agama yang saat ini bagus justru Pondok Pesantren karena di Pondok Pesantren tidak ada pemalsuan-pemalsuan itu, tidak ada manipulasi data. Sementara itu pendidikan kita mengutamakan formalitas,” urainya. Lebih lanjut Rektor UIN Maliki Malang ini mengatakan, “Kita betul-betul prihatin kondisi negara ini, belum lagi kementerian-kementerian yang sampai hari ini belum bisa menyerap anggaran. Hampir setengah tahun ini baru dua persen anggaran yang diserap, kalau kementerian agama sudah 30 persen. Menggambarkan benar-benar karut marut komunikasi antar departemen lemah. Jauh berbeda dengan era Prof Dr Haryono Suyono tatkala menjadi pejabat negara.” “Saya optimis kalau pimpinan perguruan tinggi itu masih punya integritas, cinta pada profesinya dan mau bekerja keras kita masih
bisa menyelamatkan kondisi ini, belum terlambat. Karena itu kementerian menegaskan setidaknya ada empat nilai dasar. Pertama adalah integritas, artinya kita harus mencintai profesi yang ada di depan kita. Jadi siapa pun yang memiliki otoritas di level apa pun apakah rektor, wakil rektor, dekan, wakil dekan, LP2M ini dituntut membangun integritas,” ujar Prof Dr Mudjia Rahardjo. Yang kedua, menurut Prof Dr Mudjia Rahardjo adalah tuntutan peningkatan profesionalitas. “Lalu bagaimana sikap profesionalitas kita terkait dengan tugas-tugas kita. Jadi kalau integritas dibarengi dengan profesionalitas menjadi rohnya perjuangan setiap insan akademik di perguruan tinggi sudah hebat. Apalagi ditunjang ketika orang mau berinovasi. Termasuk sekarang, sebenarnya bentuk pengabdian masyarakat lewat Posdaya ini
Rektor UIN Maliki Malang Prof Dr Mudjia Rahardjo, MSi bersama Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono, Ir Sutarto Alimoeso, MM, saat menghadiri acara Monitoring dan Evaluasi Diseminasi Posdaya Berbasis Masjid. [FOTO-FOTO: SULAEMAN]
Gemari Edisi 174/Tahun XVI/Juli 2015
19
Rektor UIN Maliki Malang Prof Dr Mudjia Rahardjo, MSi, bersama Prof Dr Haryono Suyolno didampingi Ketua LPPM UIN Maliki Malang Dr Hj Mufidah Ch, MAg, saat memberikan sambutan pembukaan acara Monitoring dan Evaluasi Diseminasi Posdaya Berbasis Masjid.
20
salah satu model inovasi, kan bagus sekali,” katanya. Menurutnya, “Sekarang ini kita menunggu arahan, wejangan dari pejabat negara seperti dulu sudah tidak ada lagi. Tapi justru tumbuh dari bawah, dari perguruan tinggi kalau kita perguruan tinggi. Sekarang ini justru buttom up, kita berikan kesempatan lembaga, fakultas, unit sampai jurusan untuk berinovasi ternyata malah tumbuh.” Yang ketiga, lanjutnya, inovasi itu memang sedang ditunggu-tunggu di tengah-tengah masyarakat yang sedang sakit. “Sebab di perguruan tinggi kita ini masing-masing warganya inovatif. Berkreasi di dalam berbagai hal untuk memajukan perguruan tinggi kita ini yang berbasis tri dharma, saya kira indah sekali. Memang perguruan tinggi keagamaan Islam ini jumlahnya hampir 700, ini mulai sangat baik. Berikutnya orang yang bekerja di institusi keagamaan, perguruan tinggi Islam negeri atau swasta ada satu hal yang tidak boleh diabaikan yaitu fungsi keteladanan. Perguruan Tinggi Keagamaan Islam itu mempunyai dua sisi. Satu sisi perguruan tinggi sebagaimana layaknya mengembangkan tugas-tugas tri dharma tetapi ada lagi namanya tugas-tugas dakwah atau pengembangan agama. Setiap insan di Perguruan Tinggi Keagamaan Islam harus dituntut untuk mengembangkan misi dakwah apapun bidang studinya. Alhamdulillah Yayasan Damandiri ini sangat setia dan seperti gayung bersambut, memberikan dukungan penuh pada kegiatankegiatan. Tidak henti-hentinya dan tidak bosan-bosannya bahkan sekarang sudah melebar sampai wilayah timur. Sementara itu Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M) UIN
Gemari Edisi 174/Tahun XVI/Juli 2015
Maulana Malik Ibrahim Malang Dr Hj Mufidah, Ch, MAg menguraikan, peserta yang mengikuti acara Monitoring dan Evaluasi Diseminasi Posdaya Berbasis Masjid bagi Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Tahun 2015, dari sekian perguruan tinggi, ini yang masih belum bergerak jauh sedangkan dari beberapa yang sudah kami latih dan sudah berjalan antara lain UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, kemudian IAIN Solo, Purwokerto, UIN Walisongo dan lain-lain di Jawa Tengah itu sudah berjalan. “Di samping itu juga ada isu yang cukup bagus, tema-tema yang bagus untuk kita angkat antara lain pendataan dan pemetaan keluarga supaya teman-teman nanti bisa bergerak dengan Badan KB sebagaimana yang sudah kami laksanakan di Malang dan kemudian juga kita mengevaluasi kegiatan-kegiatan yang sudah ada untuk merumuskan langkah-langkah strategis apa saja yang bisa kita lakukan. Ini sangat memperhatikan kearifan lokal karena saya lihat dari berbagai provinsi ini nampaknya saya menemukan yang menarik untuk digarap dengan baik,” ucap Dr Hj Mufidah. Berikutnya, ungkap Dr Hj Mufidah yaitu, melakukan pendataan dan pemetaan keluarga Indonesia. Karena setelah dilatih dan mahasiswa juga siap diturunkan supaya juga bisa mengisi Posdaya yang sudah didirikan. Sehingga segera akan ada tindak lanjut dan juga ada lelang kepedulian untuk selanjutnya membuka berbagai jejaring dengan pemerintah daerah maupun dengan CSR dan dengan pihak-pihak terkait. Menurutnya, perkembangan Posdaya Berbasis Masjid kalau dari tahun sebelumnya, pemahaman terhadap Posdaya itu masih banyak yang belum sempurna. Tetapi sejak ada upaya-upaya yang dilakukan Yayasan Damandiri dengan LP2M antara lain adalah dilaksanakannya lomba Posdaya yang mendorong Posdaya-Posdaya itu kemudian makin ingin untuk belajar. Kemudian melihat dari hasil Posdaya yang sudah bagus, mereka kemudian terinspirasi untuk mengembangkan Posdaya Masjid. Sejak ada data dan peta yang sudah diambil secara benar, baik, kemudian dipublikasikan dan dilakukan lelang kepedulian. Ini merupakan intervensi baik yang dilakukan internal Posdaya
bersama dengan masyarakat sekitar maupun nantinya dengan pemerintah daerah terutama adalah di tingkat desa ini semakin bagus hasilnya sehingga misi Posdaya arahnya semakin jelas. “Kalau dulu mungkin sekenanya atau tidak fokus juga tidak sustainable, tetapi sejak ada peta ini betul-betul menggugah semua pihak bahwa data inilah yang tidak bisa kita pungkiri dan kita harus melakukan banyak hal untuk menyelesaikan terutama adalah pada masyarakat yang masih banyak stiker merahnya yang menandakan bahwa daerah itu adalah Pra Sejahteranya masih banyak,” tuturnya. Dr Hj Mufidah juga menjelaskan, “Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN) di seluruh Indonesia ini ada 53, itu insya Allah sudah hadir semua. Yang datang ke sini yang kami undang sudah pernah dilatih baik secara mandiri mereka melaksanakan kegiatan itu tapi isinya sama yaitu Posdaya atau mereka mengajukan kepada Yayasan Damandiri untuk minta bantuan narasumber. Setelah mengadakan workshop dan pertemuan pertama dulu itu, kami terus menerus saling menyapa, mengirimkan buku atau apa saja kepada mereka sehingga mendorong mereka untuk cepat karena Malang riil sudah bisa melakukan dan melihat contohnya itu untuk menginspirasi. Lebih-lebih ketika Posdaya Al Amin menjadi juara I membuktikan bahwa Posdaya Masjid itu tidak sulit buat mereka.” Sementara itu, untuk Aceh, kata Dr Hj Mufidah, “Sudah kami latih pada awal tahun, nanti akan ada peta atau semacam pola pengembangan. Hanya nanti ada kearifan lokal dan potensi lokal yang menjadi titik tekan. Bahwa mereka punya potensi yang tidak sama dengan kita tetapi ruhnya adalah sama-sama untuk pengentasan kemiskinan. Masingmasing perguruan tinggi harus
mampu untuk mengenali posisinya, mengenali potensinya dan bisa memprediksi jejaring-jejaring apa yang bisa di galang dengan pemerintah daerah.” Dr Hj Mufidah berharap, “Mudah-mudahan diskusi ini akan bisa menggali potensi itu dan nanti Posdaya benar-benar menjadi milik dari daerah-daerah. SUL/DH
Ketua LP2M UIN Maliki Malang Dr Hj Mufidah Ch, MAg berharap diskusi ini akan bisa menggali potensi dan Posdaya benar-benar berkembang dengan baik.
Gemari Edisi 174/Tahun XVI/Juli 2015
21
POSDAYA PERGURUAN TINGGI
Masyarakat Kecamatan Pancoran
Jadi Binaan Mahasiswa KKN Universitas Trilogi Sebanyak 120 mahasiswa Universitas Trilogi pada awal Juni 2015 lalu telah mulai melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik Posdaya. Mereka akan ikut berpastisipasi memberdayakan masyarakat di lingkar kampus dan mewujudkan keluarga sejahtera, sesuai dengan tema Pelepasan Mahasiswa KKN Tematik Universitas Trilogi 2015 di Auditorium Universitas Trilogi, Jakarta.
Ketua YPPIJ Dr Subiakto Tjakrawerdaja memberikan arahan kepada sejumlah mahasiswa Universitas Trilogi yang akan melakukan KKN di Jakarta. [FOTO-FOTO: RAHMA]
22
A
CARA pelepasan mahasiswa KKN Tematik yang juga dihadiri Prof Dr Haryono Suyono selaku Pembina Universitas Trilogi dan Ketua Yayasan Damandiri ini, dilakukan Dr Subiakto Tjakrawerdaja, Ketua Yayasan Pengembangan Pendidikan Indonesia Jakarta (YPPIJ), yayasan yang menaungi Universitas Trilogi. Dalam kata sambutan pelepasan KKN Tematik ini, Dr Subiakto menjelaskan, tantangan bangsa saat ini makin bertambah berat terutama dalam mengatasi masalah kemiskinan. Kondisi ini diperparah dengan masuknya era globalisasi dan tidak adanya perlindungan untuk orang miskin. “Secara sederhana kalau dia ingin berusaha pasti untuk meningkatkan pendapatannya harus bekerja sebagai wirausaha. Kalau tidak mampu bersaing, pasti mati. Untuk bisa bersaing, harus punya sumber daya manusia yang cukup baik. Karena itu, gagasan Posdaya merupakan upaya yang sangat strategis agar keluarga miskin ini diberdayakan, dimampukan, diperkuat di bidang kesehatan, ekonomi melalui kerja sama gotong royong membentuk
Gemari Edisi 174/Tahun XVI/Juli 2015
kelompok-kelompok Posdaya,” papar Dr Subiakto. Oleh karena itu, kata Dr Subiakto, lembaga pertama yang mampu melindungi keluarga miskin menghadapi globalisasi sebenarnya adalah Posdaya. Posdaya merupakan suatu gagasan sebagai satu solusi mengatasi kemiskinan dan tantangan globalisasi. “Intinya adalah anda nanti diharapkan dengan KKN Tematik ini mampu membangkitkan kembali partisipasi masyarakat untuk berpartisipasi dalam pembangunan,” pesan Subiakto kepada mahasiswa KKN. Mengapa perlu partisipasi dari masyarakat? Sedangkan sebetulnya kemiskinan ini menjadi tugas negara, sesuai dengan perintah Undang-Undang Dasar. “Karena, negara saja tidak cukup. Maka diperlukan partisipasi, keikutsertaan dari rakyat melalui gotong royong. Betapapun besarnya bantuan negara dan pemerintah, jika rakyatnya diam saja, maka hasilnya nol,” tegasnya. Menurut Subiakto, kata kunci menghadapi globalisasi adalah kerja keras, kerja cerdas dengan gotong oyong. r Mahasiswa yang ikut KKN harus melakukan pendataan dan pemetaan keluarga untuk mengetahui jumlah keluarga miskin di daerah itu. Di Kecamatan Pancoran Jakarta Selatan yang menjadi basis kegiatan KKN Tematik Universitas Trilogi, diketahui masih ada 10% keluarga miskin yang perlu ditolong. Pengabdian lingkar kampus Sementara itu, Rektor Universitas Trilogi
Prof Dr Asep Saifuddin mengatakan, dalam kaitan KKN Tematik, Universitas Trilogi membuat beberapa lingkar bagi pengabdian kepada masyarakat. “Lingkar pertama adalah di seputaran kampus yang disebut sebagai daerah atau desa lingkar kampus. Jadi masyarakat sekitar kampus adalah lingkaran pertama yang menjadi pembinaan kami, yang bekerja sama dengan kami. Lingkaran kedua adalah yang tidak terlalu jauh dari Jakarta, kita sebut lingkaran Jabodetabek. Sedang lingkaran ketiga yang berada di luar itu, termasuk Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur, ” jelasnya. Tahun 2014 lalu, Universitas Trilogi hanya melepas mahasiswa KKN sebanyak 80 mahasiswa di 20 titik pelaksanaan KKN di wilayah Jakarta Timur. “Sekarang bertambah lagi menjadi sekitar 120 mahasiswa. Dan diharapkan tahun depan menjadi 200 mahasiswa. Tidak mustahil nantinya KKN ini akan melibatkan 500 mahasiswa,” kata Prof Asep. Rektor Universitas Trilogi juga berharap lingkaran-lingkaran yang dikembangkannya bisa mencakup secara nasional, karena Yayasan Damandiri saat ini sudah mempunyai kurang lebih 45.000 titik Posdaya di seluruh Indonesia. “Titik yang sangat besar, karena melibatkan puluhan ribu orang untuk berdaya, meningkatkan kesejahteraannya, meningkatkan ekonomi sekitarnya dan lingkungan hidup di sekitar itu. Gerakan ini sudah mendapatkan sorotan positif. Tak hanya dari dalam negeri, tapi dari berbagai negara,” tegasnya. Mengenai titik pelaksanaan KKN, Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Universitas Trilogi Muhammad Rizal Taufiqurrahman mengatakan, KKN Tematik dilaksanakan para mahasiswa tingkat I semester II di 30 titik RW yang ada di Kelurahan Pancoran, Jakarta Selatan. “KKN ini bertujuan agar mahasiswa dapat mensinergikan antara teori di kelas dengan lapangan. Karena ternyata kondisi di lapangan dengan kondisi di masyarakat jauh berbeda dengan teori yang diajarkan di kelas,” ujarnya. KKN Tematik merupakan salah satu mata kuliah di Uni-
versitas Trilogi dan sebagai mata kuliah dari pengembangan komunitas. Sehingga KKN ini dibagi menjadi dua bagian, ada materi di kelas selama setengah semester dan setengah semester lainnya di lapangan. Dalam kesempatan itu hadir pula Camat Pancoran Amin Haji yang membawa enam lurah dari Kelurahan Pancoran, Kelurahan Duren Tiga Kelurahan Kalibata, Kelurahan Pengadegan, Kelurahan Rawajati, Kelurahan Cikoko dan sejumlah ketua RW yang menjadi wilayah binaan KKN Tematik Universitas Trilogi. “Kami sangat berharap besar dan bangga di Pancoran ini ada kampus yang bisa bersinergi derngan kami, baik di kecamatan ataupun kelurahan. Terimakasih. Kami juga berharap bisa mengembangkan Posdaya seperti yang ada di Pasar Minggu sudah mendapat kunjungan beberapa kali dari tiga kabupaten,” ungkap Camat Pancoran. RW
Bersama Ketua LPPM Universitas Trilogi Muhammad Rizal Taufiqurrahman (kiri) dan Camat Pancoran Amin Haji (kanan), Dr Subiakto Tjakrawerdaja memberikan tanda simbolis berupa topi Posdaya.
Camat Pancoran Amin Haji ikut memberikan arahan kepada sejumlah lurah dan ketua RW yang lokasinya menjadi ajang mahasiswa KKN.
Gemari Edisi 174/Tahun XVI/Juli 2015
23
POSDAYA PERGURUAN TINGGI
4.748 Mahasiswa UPI Bandung Terjun ke Desa Kuliah Kerja Nyata (KKN)Tematik Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya) masih menjadi pilihan favorit mahasiswa peserta KKN Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung, Jawa Barat. Dari enam tema KKN Tematik yang diikuti 4.748 mahasiswa peserta KKN UPI, ada sekitar 3.000 mahasiswa memilih KKN Tematik Posdaya.
Rektor UPI Prof Furqon, MA, PhD (dua dari kiri) berdialog bersama Prof Dr Haryono Suyono (kanan) dan para dosen pembimbing dalam rangka mempersiapkan mahasiswa KKN UPI terjun ke desa.
K
ECENDERUNGAN mahasiswa memilih KKN Tematik Posdaya sebagai basis garapan mahasiswa UPI, bisa jadi karena kian menjamurnya Pos-pos pemberdayaan keluarga (Posdaya) hasil garapan mahasiswa KKN di tahun-tahun sebelumnya. Apalagi, Posdaya Plamboyan yang menjadi Posdaya kebanggaan Kabupaten Bandung Barat merupakan salah satu Posdaya terbaik nasional. Pelepasan mahasiswa KKN Tematik UPI tahun 2015 ini dilakukan Rektor UPI Prof Furqon, MA, PhD di ruang stadion UPI disaksikan sejumlah civitas akademik dan tamu undangan. Di antara tamu undangan yang hadir, ada UNFPA Indonesia Representative Mr Jose Ferraris yang secara khusus datang menghadiri gebyar pelaksanaan KKN Tematik Posdaya. Hadir pula Ketua Majelis Wali Amanat Prof Dr Haryono Suyono yang ikut memanfaatkan moment tersebut dengan menggelar talk show GEMARI yang akan disiarkan pada 2 Juli 2015 melalui TVRI Jawa Barat. Mengangkat tema pemberdayaan masyarakat berbasis pendidikan menuju keluarga sejahtera, pelepasan mahasiswa KKN Tematik
24
Gemari Edisi 174/Tahun XVI/Juli 2015
ini juga ditandai dengan pelepasan balon di lapangan stadion berdasar kelompok wilayah binaan. Ada 14 kabupaten/kota yang menjadi lokasi binaan KKN. Mulai dari Kota Bandung, Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat, Kota Cimahi, Kabupaten Subang, Kabupaten Sumedang, Kabupaten Purwakarta, Kabupaten Indramayu, Kabupaten Garut, Kota Tasikmalaya, Kabupaten tasikmalaya, Kabupaten Ciamis, Kabupaten Sukabumi dan Kabupaten Pandeglang (Provinsi Banten). “Di tahun ini, mahasiswa yang mengikuti KKN berjumlah 4748, sedang yang hadir saat ini ada 3695 mahasiswa dari semua fakultas yang ada di kampus ini. Terbagi dalam enam tema dan mereka akan ditempatkan di 14 kabupaten/kota di Jabar dan Banten,” ungkap Drs Yadi Ruyadi, Sekretaris LPPM UPI Bandung yang juga Ketua Pelaksana KKN UPI Bandung. Selain KKN Tematik Posdaya, ada lima tema KKN Tematik lainnya yang diusung UPI, yaitu KKN Tematik Keaksaraan Fungsional, KKN Tematik Manajemen Berbasis Sekolah, KKN Tematik Lingkungan Hidup, KKN Tematik PAUD dan KKN Tematik Kearifan
Budaya Lokal. Para mahasiswa akan berada di lapangan selama 40 hari, mulai 1 Juli sampai 26 Agustus. “Karena terpotong lebaran, tanggal 11 – 26 Juli off dulu, dilanjutkan lagi 27 Juli sampai 26 Agustus. Ini variasi KKN kita supaya berjalan dengan baik,” jelas Yadi. Selama 40 hari itu, mereka akan menyebar di 70 kecamatan, 24 sekolah dan 360 desa. “Jadi tiap tahun lokasi KKN kita terus bertambah karena banyak eprmintaan dari pemerintah daerah kabupaten/kota. Setiap tahun, KKN kita selalu mendapat tempat yang baik di masyarakat. Karena itu saya menitipkan kepada peserta agar terus dipertahankan dan dikembangkan. Kami sangat yakin bisa, karena kita sudah sepakat mempersiapkan KKN ini dari awal sampai selesi,” jelasnya. Go internasional Selain menggelar KKN di sekitar wilayah Jawa Barat dan Banten, KKN Tematik UPI sejak 2011sudah go internasional sampai ke Jepang dan Australia. Pada 2015 ini, KKN Tematik UPI di Jepang mengambil tema KKN Tematik Kewirausahaan dan KKN Tematik PAUD. Sedang di Australia, ada KKN Tematik Manajemen Berbasis Sekolah. “Kami memang punya kerja sama yang sangat kuat dengan perguruan tinggi di Jepang dan Australia. Kebetulan di Osaka, ada kawan-kawan yang berhubungan dengan para pengusaha yang siap mendanai KKN di industri jepang. Mereka juga ada kepentingan, biasanya kalau ada yang bagus, mereka akan merekrut untuk ajdi karyawan di perusahaan di Indonesia,” jelas Rektor UPI Bandung, M Furqon. Perusahaan-perusahaan yang ikut bergabung dalam pelaksanaan KKN UPI juga terbilang cukup banyak dan berada dalam satu
UNFPA Indonesia Representative Mr Jose Ferraris (jas warna krem) terkagum-kagum dengan konsep KKN Posdaya yang dijelaskan Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono.
kesatuan, di bawah koordinator perusahaan yang ada di Osaka dan Tokyo. “Sebelumnya kami kirim guru-guru bantu, khususnya di bidang Bahasa Indonesia. ada juga sains dan matematika,” cetusnya. Karena program ini berhasil, UPI Bandung memiliki hubungan cukup akrab dengan perguruan tinggi dengan Australia yang terus dikembangkan. Dalam waktu dekat, mahasiswa KKN UPI juga akan dikirim ke Thailan Selatan untuk ber-KKN di sana di bidang pendidikan sekolah dasar. “Ke depannya, kami sudah mengembangkan dengan negara lain seperti Malaysia, Singapura dan Phipilina yang menjadi mitra perguruan tinggi kami.” RW
Ribuan mahasiswa KKN Tematik Posdaya dan tamu undangan memadati ruang Stadion UPI Bandung.
Gemari Edisi 174/Tahun XVI/Juli 2015
25
POSDAYA PERGURUAN TINGGI
Ketika Bupati Berterima Kasih pada Mahasiswa Kegiatan pemberdayaan Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya) Berbasis Masjid membantu mempercepat pencapaian pembangunan, khususnya yang berkaitan dengan Indek Pembangunan Manusia di Kabupaten Malang. Saat ini ada 346 Posdaya Masjid di Kabupaten Malang. Terima kasih kepada Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim (UIN Maliki) Malang, Jawa Timur, yang telah beberapa kali mengirim mahasiswanya untuk melaksanakan kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik Posdaya Berbasis Masjid di Kabupaten Malang.
Bupati Malang H Rendra Kresna dalam sambutannya saat melepas 2.847 mahasiswa peserta kuliah kerja nyata (KKN) tematik Posdaya Berbasis Masjid yang didampingi 180 DPL, di Auditorium Gedung Jenderal Besar TNI (Purn) HM Soeharto, Kampus UIN Maliki Malang, Jatim. [FOTO-FOTO: HARI]
H
AL itu disampaikan Bupati Malang, Drs H Rendra Kresna, MM dalam sambutannya saat melepas 2.847 mahasiswa peserta kuliah kerja nyata (KKN) tematik Posdaya Berbasis Masjid yang didampingi 180 Dosen Pendamping Lapangan (DPL), di Auditorium Gedung Jenderal Besar TNI (Purn) HM Soeharto, Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang. “Pemberdayaan masyarakat menjadi mutlak dilaksanakan dan digiatkan,” kata Bupati Kabupaten Malang ini. Karena pada dasarnya, lanjut dia, Indonesia, khususnya Kabupaten Malang dari sisi jumlah penduduk sangat besar. Menurutnya, persoalannya jumlah penduduk yang besar itu berdaya atau tidak. Kalau hanya besar dari segi jumlah tapi tidak memiliki keberdayaan. Maka tidak ada manfaatnya penduduk yang jumlahnya besar itu. Tetapi manakala jumlah penduduk yang besar tersebut diberdayakan, maka akan menjadi potensi pembangunan yang sangat besar dan berdampak pada peningkatan kesejahteraan
26
Gemari Edisi 174/Tahun XVI/Juli 2015
masyarakat, percepatan-percepatan pencapain pembangunan yang bertujuan akhir pada kemakmuran dan kesejahteraan. Baik atas nama pemerintah dan masyarakat Kabupaten Malang, Bupati Rendra mengucapkan terima kasih kepada UIN Maulnana Malik Ibrahim yang telah beberapa kali mengirim mahasiswanya untuk melaksanakan kegiatan KKN Tematik Posdaya Berbasis Masjid di Kabupaten Malang. Di Kabupaten Malang, kata Bupati Rendra, masih butuh banyak sentuhan tangan-tangan banyak pihak terutama mahasiswa untuk bisa mempercepat capaian-capaian pembangunan, khususnya yang ada kaitannya Indek Pembangunan Manusia (IPM) di Kabupaten Malang. “Saya tahu bahwa tentunya mahasiswa memiliki beberapa keunggulankeunggulan yang nantinya bisa membantu percepatan-percepatan pembangunan di Kabupaten Malang dengan kegiatan-kegiatan kuliah kerja mahasiswa tahun 2015 ini,” ujarnya. Bupati juga menyampaikan terima kasih
untuk yang kesekian kalinya karena sangat banyak program kegiatan dari UIN ini yang ditempatkan atau pun yang langsung mengena masyarakat Kabupaten Malang. “Selain itu saya juga berterima kasih kepada Prof Dr Haryono Suyono yang selama ini melalui Yayasan Damandirinya terus menggelorakan semangat pemberdayaan masyarakat melalui Posdaya-Posdaya yang ada, terutama Posdaya Berbasis Masjid yang bersinergi dengan UIN Maulana Malik Ibrahim khususnya melalui kegiatan KKN Mahasiswa Tematik Posdaya berbasis Masjid ini,” tuturnya. Lebih lanjut, Rendra Kresna mengungkapkan, bahwa pemberdayaan masyarakat menjadi mutlak dilaksanakan dan digiatkan. Karena pada dasarnya, Indonesia, khususnya Kabupaten Malang dari sisi jumlah penduduk sangat besar. Persoalannya jumlah penduduk yang besar itu berdaya atau tidak. Kalau hanya besar dari segi jumlah tapi tidak memiliki keberdayaan. Maka menurutnya, tidak akan ada manfaatnya penduduk yang jumlahnya besar itu. Tetapi manakala jumlah penduduk yang besar tersebut diberdayakan, maka akan menjadi potensi pembangunan yang sangat besar dan berdampak pada peningkatan kesejahteraan masyarakat, percepatan-percepatan pencapaian pembangunan yang bertujuan akhir pada kemakmuran dan kesejahteraan. KKN Posdaya Masjid Lebih Efektif dan Tepat “Pemberdayaan masyarakat melalui KKN mahasiswa ini khususnya dengan Posdaya Masjidnya lebih efektif dan lebih tepat,” ujar Bupati Rendra Kresna. Mengapa? Karena, kata Bupati kelahiran Pamekasan, 22 Maret 1962 silam ini, pusatpusat pemberdayaan di masjid kesekretariatannya sudah jelas. Setiap masjid mempunyai kesekretariatan. Karena ada banyak program pemberdayaan tetapi lembagalembaga yang melaksanakan tersebut tidak memiliki kesekretariatan. “Tetapi lain halnya dengan Posdaya Masjid sudah pasti memberikan tempat yang leluasa bagi semua unsure pemberdayaan tersebut karena ada di masjid-masjid,” tuturnya. Maka, ujar Rendra Kresna, disini pula, mahasiswa-mahasiswa KKN Tematik Posdaya berbasis Masjid, diisi juga dengan kegiatan
yang membuka wawasan masyarakat bahwa masjid tidak hanya semata-mata sebagai tempat beribadah tetapi masjid juga dapat dimanfaatkan sebagai pusat, sentra daripada kegiatan pemberdayaan masyarakat. “Masjid sebagai pusat, sentra perjuangan untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia dari sisi pembangunan yang bisa dilakukan,” jelasnya. Sehingga, lanjut Bupati Malang ini, mahasiswa melalui tangan-tangan terampil peserta KKN tematik Posdaya Berbasis Masjid yang akan diterjunkan di wilayahnya tersebut selain membuka wawasan tentang bagaimana memanfaatkan seoptimal mungkin keberadaan masjid sebagai pusat perjuangan kesejahteraan masyarakat dalam mencapai kemakmuran seperti yang diharapkan. Serta di situlah pula bisa menjadikan masyarakat itu memiliki keleluasaan untuk kemudian mengembangkan diri berbagai macam potensi yang ada di desanya maupun pada masyarakat itu sendiri. “Masjid sebagai pusat perjuangan kesejahteraan masyarakat dalam mencapai kemakmuran seperti yang diharapkan,” ujar Bupati Rendra Kresna lagi. Bupati mengutip laporan Ketua P2M UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, Dr Hj Mufidah Ch, MAg, dari 3.000 masjid di Kabupaten Malang, 15 persen di ataranya sudah ada Posdaya Berbasis Masjid. “Saat ini di Kabupaten Malang sudah 15 persen masjid yang ada sudah menjadi pusatpusat pemberdayaan yang bernama Posdaya Berbasis Masjid. Semua itu terjadi berkat adanya sinergi yang baik antara perguruan tinggi UIN Maulana Malik Ibrahim, Dewan Masjid
H Rendra Kresna memberi ucapan selamat dan terima kasih kepada salah seorang mahasiswi peserta KKN.
Gemari Edisi 174/Tahun XVI/Juli 2015
27
H Rendra Kresna secara simbolis mengenakan topi pada salah seorang mahasiswa peserta KKN.
28
Indonesia Kabupaten Malang, Yayasan Damandiri,” katanya. Pemerintah, ujar Rendra Kresna, hanya berterima kasih, belum bisa berbuat banyak. Karena memang pemerintah memiliki berbagai macam keterbatasan, terutama keterbatasan di sumber daya manusia, sumber daya financial maupun sumber daya peralatan. Sehingga, dengan adanya mahasiswa yang turun ke desa-desa melalui KKN ini, Bupati Malang mengucapkan terima kasihnya.
Gemari Edisi 174/Tahun XVI/Juli 2015
Bupati menyampaikan pada mahasiswa peserta KKN Tematik Posdaya berbasis Masjid UIN Maulana Malik Ibrahim yang tahun 2015 ini menurunkan mahasiswa sebanya 2.847 orang ini, bahwa berjuang itu tidak mengenal usia. Tetapi seusia mahasiswa adalah usia paling produktif dan itu menjadi kebanggaan rakyat Indonesia. Karena di berbagai momentum-momentum sejarah Indonesia, mahasiswa selalu tampil terdepan untuk memberdayakan negara ini melalui berbagai macam perjuangannya. Pada masa perjuangan, mahasiswa dan pemuda berjuang dengan perjuangan fisik. Pada masa kemerdekaan, mahasiswa dan pemuda berjuang dengan berbagai macam program pembangunan oleh mahasiswa. Pada kesempatan tersebut, Bupati Rendra Kresna juga menyampaikan, bahwa ada informasi terkini dari WHO (World Health Organisation – Organisasi Kesehatan Dunia) mengeluarkan realese terbarunya yang menyatakan tentang klasifikasi usia. Usia 0-18 tahun masuk kategori anak usia dini. Usia 1965 dikategorikan usia pemuda. Usia 66-80 dikategorikan sebagai usia dewasa. Sedangkan usia 81-90 usia manula. Selanjutnya seratus tahun ke atas itu panjang umur. “Alhamdulillah, Kabupaten Malang berkat bantuan termasuk KKN-nya Posdaya Berbasis Masjid UIN Maulana Malik Ibrahim ini derajat kesehatan masyarakat Kabupaten meningkat setiap tahunnya,” kata Bupati Rendra. Tahun 2014, derajat kesehatan Kabupaten Malang sudah mencapai 74. Artinya, rata-rata angka usia harapan hidup masyarakat Kabupaten Malang itu 74 tahun. Menurutnya, itu juga merupakan bagian dari sumbangsih mahasiswa KKN Tematik Posdaya Berbasis Masjid dalam setiap kegiatannya telah membuat masyarakat di Kabupaten Malang lebih sadar akan pola hidup sehat dan sebagainya. “Berkat kegiatan mahasiswa KKN Tematik Posdaya Berbasis Masjid dalam setiap kegiatannya telah membuat masyarakat di Kabupaten Malang lebih sadar akan pola hidup sehat dan sebagainya,” kata Bupati Rendra Kresna. HARI
POSDAYA PEMERINTAH
Pemkab Garut Kembangkan Posdaya Atasi Kemiskinan Keberadaan Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya) terus mendapat sambutan positif dari berbagai kalangan di tanah air. Pasalnya, program itu bukan saja mampu menyegarkan kembali hidup gotong royong dan peduli sesama, namun telah memberikan kontribusi dalam meningkatkan kesejahteraan dan kemandirian masyarakat. Kondisi itulah, yang mendorong Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Garut, Jawa Barat, menggelar acara Sosialisasi Posdaya pada Senin pagi 8 Juni 2015 lalu. Pemkab Garut pun optimis Posdaya salah satu solusi untuk mengatasi kemiskinan di wilayahnya.
A
CARA yang terselenggara atas kerja sama Pemkab Garut bersama Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM) Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung, LPPM Sekolah T inggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Garut, Universitas Garut (Uniga) dan Yayasan Damandiri ini menarik perhatian berbagai pihak. Tercatat tidak kurang dari 400 peserta mulai dari jajaran pemerintah hingga masyarakat Garut antusias mengikuti kegiatan ini. Apalagi dihadiri langsung Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono dan Bupati Garut. Tak heran, bila acara yang berlangsung di Pendopo Kabupaten Garut, Jl Kian Santang, Garut, ini tampak semarak dan berkesan. Pada kesempatan itu, Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono mengungkapkan rasa bangga atas antusias yang begitu tinggi dari seluruh lapisan masyarakat Garut terhadap Posdaya. Dirinya pun bersyukur atas respon positif Bupati Garut H Rudy Gunawan, SH, MH, MP, yang segera mengirimkan timnya ke Jakarta untuk mengikuti pelatihan Posdaya. “Alhamdulillah, kita bersyukur Bupati Garut, Pak Rudy Gunawan telah memberikan persetujuannya. Insya Allah, dalam waktu dekat ini satu tim yang terdiri dari sekitar 120 pejabat Kabupaten Garut hingga tingkat kecamatan akan dikirim ke Jakarta untuk mengikuti pelatihan pemberdayaan keluarga melalui Posdaya,” tutur penggagas Posdaya ini bangga atas semangat masyarakat Garut. Pada saat bulan puasa, lanjut Prof Haryono, para kepala desa, para camat, bisa menyiapkan lapangan, sehingga bulan Agustus atau September dirinya akan menerjukan mahasiswa
untuk memperkokoh atau memperkuat serta meresmikan pembentukan Posdaya di seluruh Kabupaten Garut. “Inysa Allah, itu nanti akan diisi mulai dari tingkat PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini, red) hingga tingkat dewasa,” tegas pria kelahiran Pacitan, Jatim, 6 Mei 1938 ini . “Dengan izin dari Bapak Bupati, saya dengan Rektor Universitas T rilogi Prof Dr Asep Saefuddin, MSc, mendapat janji dari Kemenetrian Riset dan Pendidikan Tinggi. Garut satu-satunya kabupaten di Indonesia yang akan didukung Kementerian Riset dan Pendidikan Tinggi dalam pelaksanaan KKN mahasiswa yang di Kabupaten Garut,” ungkap Prof Haryono. Oleh karena itu, lanjutnya, keberhasilan KKN mahasiswa di tempat ini akan disor ot langsung Menteri Riset dan Dikti Muhammad Nasir. “Untuk menyukseskan hal itu, Prof Sumarto dari UPI dan Ibu Katiah telah mendatangkan dosen PAUD dari UPI. Dimulai dari PAUD karena pendidikan itu harus dimulai dari anak usia dini,” tegas Prof Haryono. Langkah itu dilakukan, tambah Prof Haryono, karena ternyata tingkat pendidikan di Kabupaten Garut masih rendah. “Banyak anak-anak hingga dewasa yang tidak mengenyam pendidikan SD, SMP dan SMA secara komplit. Partisipasi PAUD baru sekitar 30 persen, sehingga dengan sendirinya anak-anak
Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono selain menyampiakan paparan tentang Posdaya juga mengajak seluruh peserta untuk menyanyi Mars Posdaya. [FOTO-FOTO: ADE S]
Gemari Edisi 174/Tahun XVI/Juli 2015
29
Dari kiri ke kanan: Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono, Bupati Garut H Rudy Gunawan, SH, MH, MP, dan Ketua LPPM UPI Bandung Prof Dr Sumarto, MSIE.
Suasana acara sosialisasi Posdayayang antusias diikuti masyarakat Garut.
keluarga miskin kita harapkan akan masuk ke PAUD dan keluarganya akan mengikuti pelatihan-pelatihan keterampilan,” imbuh Menko Kesra dan Taskin era Presiden Soeharto dan BJ Habibie ini prihatin. “Kita berharap, dalam kurun waktu dua atau tiga tahun ini Posdaya akan mulai melembaga di tingkat pedesaan, sehingga bisa ditingkatkan dengan bantuan para mahasiswa dari beberapa perguruan tinggi yaitu UPI Bandung, STKIP Garut dan Universitas Garut. Itu akan mengisi Posdaya-Posdaya di Kabupaten Garut,” jelas Prof Haryono seraya menegaskan pihaknya pun akan mendukung program Bupati Garut dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan warga Garut melalui pembuatan jamban keluarga. Oleh karena itu, lanjut Prof Haryono, dirinya akan memberi kepada para mahasiswa KKN Tematik Posdaya bekal berupa leher angsa dalam mengupayakan pembuatan jamban keluarga. Sedangkan untuk pasir, semennya, dan bahan lainnya bisa dilakukan secara gotong royong di tingkat pedesaan. “Dan kita akan membantu antara seribu, dua ribu sampai tiga ribu sesuai dengan kegiatan para mahasiswa KKN tersebut, sebelum bantuan
dari Qatar atau Jepang itu sampai” cetusnya. “Jadi, kita tidak akan menunggu bantuan itu, tetapi kita akan mewujudkan keinginan Pak Bupati untuk segera meningkatkan kesehatan masyarakat dengan membuat jamban keluarga. Dan dengan sendirinya anak-anak keluarga prasejahtera ini akan tertolong. Karena kalau sudah ada jamban keluarga, insya Allah, anak-anaknya tidak perlu kena sakit karena berhubungan dengan kesehatan kebersihan lingkungan,” tegas Prof Haryono. Dirinya menganjurkan, para guru PAUD se-Kabupaten Garut yang turut serta dalam acara Sosialisasi Posdaya itu agar mengajari anak-anak balita itu untuk menanam tanaman kebun bergizi, seperti, tanaman bayam, kangkung, cabe, tomat dan jenis sayuran lainnya. “Sehingga kalau bibit tanaman itu sudah ada di sekolahnya bisa di bawa ke rumah lalu ditanam oleh orangtuanya di halaman rumah. Kalau ini bisa dilakukan, tentu dengan sendirinya akan memperbaiki gizi keluarga,” ujar Prof Haryono. Selain itu, Prof Haryono juga menyiapkan tidak kurang dari 2.500 bibit pisang Cavendish untuk keluarga prasejahtera di Garut. “Bibit ini setelah ditanam selama dua bulan pisang akan beranak 2-3 bibit. Diharuskan dari anak bibit pisang itu 1 bibit harus disumbangkan kepada keluarga miskin lainnya dan 2 bibit boleh dijual atau ditanam kembali ditanah kosong lainnya,” tukasnya seraya megingatkan agar kegiatan itu juga bisa melibatkan para lansia seperti mengantar cucunya ke PAUD sementera orangtuanya mengikuti pelatihan keterampilan dan budidaya pisang Cavendish. Peserta membludak Sosialisasi Posdaya yang digelar di Pendopo Kabupaten Garut mendapat antusias yang luar biasa dari seluruh lapisan masyarakat Garut. Bukan saja seluruh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Kabupaten Garut yang turut serta mengikuti
30
Gemari Edisi 174/Tahun XVI/Juli 2015
kegiatan ini, namun berbagai eleman masyarakat lainnya, mulai dari para guru PAUD, kader Posdaya, sejumlah mahasiswa, dan para tokoh masyarakat Garut antusias mengikuti acara ini. Tak pelak, bukan saja Bupati yang merasa terkejuk dengan antusias warganya dalam merespon kegiatan ini. Namun Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono dan seluruh rombongan Yayasan Damandiri dari Jakarta pun mengungkapkan kekagumannya. “Saya termasuk terkejut hari ini, Pak Bupati tadi juga kaget. Kita undang dengan persiapan jumlah kursi yang biasa, namun ternyata peserta membludak. Sehingga panitia terpaksa harus menyediakan kursi tambahan. Ini artinya, baik kepala desa, camat maupun rakyat biasa yang merasa dirinya sebagai pemimpin tertarik kepada pengembangan Posdaya ini,” ungkap Prof Haryono kagum. “Harapan saya cukup besar, karena di Garut ini batu saja sudah bisa jadi uang, apalagi kalau tanahnya bisa digarap dengan maksimal tentu akan lebih menghasilkan uang,” pungkas Prof Haryono optimis melalui Posdaya masyarakat Garut bisa meningkat kesejahteraannya. Hadir dalam acara ini Bupati Garut H Rudy Gunawan, SH, MH, MP, Rektor Universitas Trilogi Prof Dr Ir Asep Saefuddin, MSc, Ketua LPPM UPI Bandung Prof Dr Sumarto, MSIE, Guru Besar Ilmu Geografi Lingkungan UPI Prof Dr Wanjat Kastolani, pimpinan STKIP Garut, Panitia Pelaksana KKN UPI Bandung Dra Katiah, MPd, Asisten Deputi Informasi dan Advokasi Yayasan Damandiri Drs Dadi Parmadi, MA, pimpinan Universitas Garut (Uniga), seluruh SKPD Garut, para camat dari seluruh Kabupaten Garut, para kepala desa, para guru PAUD se-Kabupaten Garut, para mahasiswa, para tokoh masyarakat dan undangan lainnya. Sedangkan Bupati Garut Bupati Garut H Rudy Gunawan, SH, MH, MP, menyampai apresiasi dan penghargaan yang tinggi terhadap berbagai pihak yang peduli terhadap kondisi masyarakat Garut. “Saya berterima kasih kepada para mahasiswa KKN, para tokoh dan kaum intelektual yang langsung terjun ke Kabupaten Garut membantu penanggulangan kemiskinan,” tutur alumnus Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran (Unpad) Bandung lulusan 1988 ini saat menyampaikan sambutannya, seraya menyampaikan terima kasih secara khusus kepada Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono atas kesempatan yang diberikan kepada jajaran Pemerintah Kabupaten Garut yang berjumlah tidak kurang
dari 100 orang untuk mengikuti pelatihan Posdaya di Jakarta. Melalui kegiatan itu, dirinya bertekad, untuk melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat Garut. Demi masa depan masyarakat Garut yang sejahtera. pihaknya akan melakukan pemberdayaan keluarga, penguatan tutor PAUD melalui gerak dan lagu, kerja sama dengan LPPM UPI Bandung, LPPM STKIPGarut, Universitas Garut dan Yayasan Damandiri. “Semua itu sebagai usaha untuk pengentasan kemiskinan di Kabupaten Garut,” tegas Bupati Garut masa bakti 20142019 ini yang mulai menjabat pada 23 Januari 2014 lalu bersama wakilnya dr H Helmi Budiman. Diakuinya, Kabupaten Garut, sudah 20 tahun menyandang daerah tertinggal. Ketertinggalan kabupaten Garut akibat kemiskinan. “Kemiskinan itu, menurut Data dari Badan Pusat Statistik (BPS, red) melebihi kemiskinan yang ada di Jawa Barat. Garut mempunyai angka kemiskinan hampir 13 % sedangkan di Jawa Barat berada di angka 9%,” ungkap pria kelahiran Garut, 4 Agustus 1964 di hadapan ratusan peserta sosialisasi Posdaya. Selaku Bupati Garut, cetusnya, dirinya akan melakukan langkah apapun untuk mening katkan kesejahteraan masyarakat di mulai dari menciptakan lapangan pekerjaan. “Kita menginginkan laju pertumbuhan penduduk hanya 1,5% artinya disetiap kelahiran tidak lebih dua anak disetiap rumah tangga. Bukan hanya itu tetapi juga kualitas anak di rumah tangga itu,” ujar ayah tiga anak (M Rangga Bisma, Rinestya Medina, Ahmad Rafi Gunawan) buah pernikahannya dengan Diah Kurniasari ini serius. Di hadapan 42 camat yang mengikuti acara itu, dirinya mengingatkan, di Kabupaten Garut masih ada 700 ribu umah r miskin dan 300 ribu rumah tidak punya MCK. “Ini harus menjadi perhatian kita bersama,” tegas H Rudy Gunawan, seraya menyampaikan terima kasih hal itu akan segera diatasi selain dari APBD Provinsi juga Yayasan Damandiri yang juga turut membantu sebelum bantuan dari pemeintah Qatar dan Jepang tiba. ADE S
Bupati Garut H Rudy Gunawan, SH, MH, MP, bertekad untuk melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat Garut, salah satunya melalui Posdaya.
Gemari Edisi 174/Tahun XVI/Juli 2015
31
POSDAYA ORGANISASI SOSIAL
Masyarakat Luar Negeri Mulai Lirik Posdaya Jumlah Posdaya kini sudah mencapai 45.000. Tersebar di ratusan kabupaten dan kota di hampir seluruh Indonesia. Yang menarik, para kepala daerah pun menilai Posdaya membantu upaya pengentasan kemiskinan serta menumbuhkan kembali semangat gotong royong dan kebersamaan. Tak pelak, Posdaya pun telah menarik perhatian masyarakat mancanegara.
Prof Kym Davis dan Dr Raymond Ash dari PT Scope Global Nusantara saat berbincang dengan Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono disaksikan Dr Moch Soedarmadi, Dr Mazwar Noerdin danDr Srihartati P Pandi, MPH. [FOTO: MULYONO]
G
ERAKAN pemberdayaan masyarakat melalui pos-pos pemberdayaan keluarga (Posdaya) yang digagas awalnya oleh Yayasan Damandiri bersama perguruan tinggi negeri maupun swasta, baik perguruan tinggi umum maupun keagamaan semakin diraakan manfaatnya oleh masyarakat. Keberadaannya telah membantu upaya pengentasan kemiskinan serta menumbuhkan kembali semangat gotong royong dan kebersamaan. Nilai-nilai gotong royong dan tujuan baik program Posdaya pun telah dibawa mahasiswa-mahasiswa asal mancanegara yang menuntut ilmu di perguruan tinggi tanah air. Tidak sedikit mahasiwa asal Malaysia yang kuliah di perguruan-perguruan tinggi di Sumatera Barat membawa dan mempraktekkan pengetahuannya mengenai Posdaya dengan mendirikan Posdaya di tempat asalnya. Posdaya tidak hanya mulai diadopsi mahasiswa mancanegara, tetapi masyarakat Australia pun mulai melirik Posdaya. Sebenarnya bukan saja masayarakat asal negeri kanguru
32
Gemari Edisi 174/Tahun XVI/Juli 2015
itu saja, tetapi sudah beberapa Negara di Afrika maupun Timur Tengah dan Asia Selatan mengirimkan dutanya mengikuti kunjungan observation study tour ke lokasi kegiatan Posdaya di berbagai tempat baik di Jawa maupun di Sumatera. Sebentar lagi siap menyusul, Posdaya berbasis Banjar di Bali pun akan segera dikunjungi duta-duta masyarakat dari mancanegara. Hal itu seperti diungkapkan Ketua Yayasan Damandiri, Prof Dr Haryono Suyono dalam sambutannya pada kegiatan penandatanganan MoU antara Yayasan Damandiri dengan PT Scope Global Nusantara. Penandatanganan MoU kemitraan antara Yayasan Damandiri dengan PT Scope Global Nusantara yang sebelumnya bernama PT Austraining Nusantara ini dalam kerangka kesepakan membantu menciptakan kesejahteraan masyarakat melalui pr ogram volunteering dan peningkatan kapasitas sumber daya manusia melalui pemberdayaan keluarga. Penandatanganan kerja sama dilakukan oleh KetuaYayasan Damandiri, Prof Dr
Haryono Suyono dan Sekretaris Dr Subiakto Tjakrawerdaja dengan Direktur PT Scope Global Nusantara Raymond Ash. Penandatanganan berlangsung di ruang rapat kantor Yayasan Damandiri, di Gedung Granadi, Jakarta pada 23 Juni 2015 lalu. Usai penandatanganan Prof Haryono Suyono mengatakan dirinya dan Sekretaris Yayasan Damandiri Dr Subiakto Tjakrawerdaja sangat berterima kasih dengan apa yang sudah disiapkan dan bersama-sama ke daerah Padang untuk melihat apa yang di kerjakan di sana. Padang, kata Prof Haryono, adalah koin kecil apa yang kami lakukan diseluruh Indonesia. Dengan kerjasama ini kami berharap mempunyai jaringan lebih dari 45.000 Posdaya di desa. Selain itu juga bekerjasama dengan tidak kurang dari 325 perguruan tinggi dan 250 pemerintah daerah. “Ini adalah permulaan yang kami punya untuk diujicobakan dalam MoU ini untuk mendapatkan konsultan dari United States Agency for Internastional Development (USAID) untuk meningkatkan pendapatan awal dari jaringan radio dan majalah internasional. Saat ini Radio kami (Radio DFM 103,4 Jakarta) sudah didengar oleh banyak orang di Hongkong, Taiwan dan kota besar lainnya karena kita mempunyai banyak pekerja Indonsia yang bekerja di negara-negara dan kota-kota tersebut,” paparnya. Prof Haryono juga berharap mempunyai akses link radio, universitas di Australia dan New Zealand, khususnya untuk belajar bahasa Indonesia yang ditampilkan oleh Radio DFM. “Dengan adanya permulaan ini kami berharap dapat mengembangkan sesegera mungkin kerja sama universitas untuk beasiswa pertukaran mahasiswa dan staf pengajar di semua universitas di Indonesia khususnya bersama Damandiri siap untuk menerima mahasiswa dari Australia. Mereka dapat belajar bahasa Indonesia dan mendapatkan dua gelar (dual degree) dari univesistas di Indonesia dan Australia atau New Zealand,” paparnya lagi. Lebih lanjut Prof Haryono mengatakan, pihaknya juga memberikan semua industri
kecil dan bisnis khususnya bagi mereka yang siap dengan institusi dengan jaringan atau community. “Di negara-negara berkembang kerajinan atau produksi rumah tangga sangat terkenal terutama untuk jaringan pemasaran yang besar. Kami yakin dapat bekerjasama sepanjang ada kepercayaan dari kedua belah pihak,” katanya. Turut hadir dalam penandatanganan MoU ini, antara lain Dr Moch Soedarmadi, Dr Mazwar Noerdin, Soenarto, MA, Dr Mulyono D Prawiro, Drs FX Riswadi, Ir Anna Munijati, MMA dan Hadiyono dari Yayasan Damandiri. Nampak pula, Rektor Universitas Trilogi Jakarta Prof Dr Asep Saefuddin serta Konsultan Posdaya perwakilan Provinsi Gorontalo Dr Rini Luawo. Hadir pula Tim dari PT Scope Global Nusantara yang didampingi dr Sri Hartati P Pandi, MPH dan tim. Pada sambutannya, Reymond Ash mengatakan sangat berkesan dengan pekerjaan yang anda lakukan di desa-desa. Untuk itu, dia berharap MoU ini adalah tahap awal latihan perorganisasian dan perencanaan. Direktur PT Scope Global Nusantara ini menambahkan pihaknya juga bekerja sama dengan pemerintah Selatan Australia dalam jangka panjang secara global dan juga bekerjasama dengan organisasi dunia. “Itu yang kami lakukan di Indonesia untuk mendukung pembangunan. Sekali lagi MoU ini tahap awal untuk mendukung satu dengan yang lain. Kami berharap akan ada banyak pertemuan perjalanan dan juga hasil,” ujarnya. HARI
Direktur PT Scope Global Nusantara Dr Raymond Ash di antara Prof Dr Haryono Suyono dan Dr Subiakto Tjakrawerdaja, memberikan sambutannya usai menandatangani MoU berlangsung di ruang rapat kantor Yayasan Damandiri, di Gedung Granadi, Jakarta pada 23 Juni 2015 lalu. [FOTO: HARI]
Gemari Edisi 174/Tahun XVI/Juli 2015
33
KONVENSI POSDAYA
Berkah Ramadhan di Hari Keluarga Nasional Acara syuting Plengkung Gading garapan TVRI Yogyakarta bekerja sama Yayasan Damandiri menyambut bulan suci Ramadhan 1436 H kali ini, boleh jadi demikian semarak. Selain dihadiri para pakar dan tokoh dari sejumlah universitas di DI Yogyakarta dan Jawa Tengah, para mahasiswa pun sejumlah “artis” tampil membawakan tembang religi, sesuai tema yang sedang digarap menyambut Ramadhan, bulan yang penuh berkah. Apalagi acara itu juga menyambut Hari Keluarga Nasional.
Acara Hari Keluarga Nasional bulan Juni 2015 lalu yang bertepatan dengan bulan suci Ramadhan tahun 1436 Hijriah. Tampak Prof Dr Haryono Suyono mewawancarai keluarga yang berbahagia saat syuting di TVRI Yogyakarta. [FOTO-FOTO: DEDE H]
34
M
AKA tak heran jika para pakar yang tampil pada hari itu juga mengucapkan “Selamat Hari Keluarga Nasional” (Harganas), yang jatuh di bulan Juni 2015. Salah satunya antara lain Kepala Pusat KKN Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta Dr Unggul Priyadi, MSi pun menyampaikan Selamat Hari Keluarga Nasional. “Sebelumnya saya ingin mengucapkan selamat Hari Keluarga Nasional yang bertepatan dengan bulan suci Ramadhan dan selamat menunaikan ibadah puasa di bulan suci Ramadhan tahun 1436 Hijriah,” paparnya. Terkait dengan pertanyaan bagaimana peran mahasiswa, yang sebelumnya ditanyakan oleh host Prof Dr Haryono Suyono, Dr Unggul Priyadi, MSi mengatakan, memang kewajiban bagi mahasiswa untuk terjun di tengah-tengah masyarakat. “Jadi mahasiswa itu tidak boleh hanya ada di menara gading, yaitu menikmati dunianya sendiri. Tetapi, mahasiswa harus berkiprah sesuai dengan tugas perguruan tinggi itu. Kalau di UII bukan hanya Tri Darma perguruan tinggi, UII punya Catur Darma Prof Haryono,” jelasnya. “Apa satu lagi? Darma keempat?” tanya Prof Haryono singkat. “Darma keempat yaitu Dakwah Islamiyah,” jawabnya juga singkat.
Gemari Edisi 174/Tahun XVI/Juli 2015
“Ooh,” ucap Prof Haryono tampak kagum dengan Dakwah Islamiyah-nya. “Kebetulan lembaga itu sedang saya urusi pada periode ini Prof,” jawab Dr Unggul lagi. “Jadi tepat itu, kebetulan sekarang kan bulan Ramadhan, jadi Posdayanya berdoa begitu,” ucap Prof Haryono. “Alhamdulillah Prof,” timpalnya. “Jadi mahasiswa harus punya Sense of crisis dari berbagai macam yang tengah mereka hadapi, dari warga masyarakat pada umumnya. Sehingga, ikut bertanggung jawab untuk menjadi problem solver dalam segala aspek kehidupan,” paparnya. “Dikembalikan pada yang tertuang dalam Al-Quran dan Al Hadis, bagitu kira-kira?” tanya Prof Haryono kemudian. “Betul Prof Haryono,” jawabnya lagi. “Sesuai dengan bulan Ramadhan, maka mahasiswa punya peran juga. Di samping pengabdian pada masyarakat, juga kebetulan kita ini kaum muslimin semua yang berada di bulan Ramadhan maka juga punya peran untuk menyampaikan dakwah Islamiyah itu. Sehingga, Ramadhan itu betul-betul momentum yang bisa merekatkan keluarga Indonesia, dan sesuai firman Allah itu sendiri “Ku anfusikum wa ahlikum naaro” yang artinya: “Jagalah diri kalian dan keluarga kalian dari siksaan api neraka”. “Dan itu semua dipesankan kepada mahasiswa bapak?” tanya Prof Haryono, yang ke Yogyakarta didampingi Deputi Direktur Umum Yayasan Damandiri Dr Mulyono D Prawiro. “Betul pak,” jawabnya. “Boleh saya tanya pada mahasiswa Bapak?” tanya Prof Haryono. “Mahasiswa yang baju merah atau biru pak?” “Biru pak, ada di sana,” jawabnya spontan. Prof Haryono lalu melambaikan tangannya memanggil seorang mahasiswa UII
Yogyakarta berjaket biru. “Mari sini, di sini. Di situ agak gelap supaya di sini kelihatan,” pinta prof Haryono pada seorang mahasiswa UII Yogyakarta yang maju ke depan mimbar. “Ya menghadap ke kamera ya.” “Wajah boleh gelap tapi masa depan harus terang ya,” ujar seorang host pria yang humoris itu saat menemani Prof Haryono yang juga tampil sebagai host TVRI Yogyakarta, ketika syuting di dalam studio itu. Spontan pun para tamu yang hadir di acara itu tertawa bersamaan mendengar kelakarnya. “Kamera di sebelah sana, kalau ngga kuat lambaikan tangan ya,” ucap host yang piawai melawak itu. Tak pelak, para hadirin pun tertawa kembali. Seusai ditanya siapa namanya dan dari jurusan apa, mahasiswa berjaket biru itu pun memperkenalkan namanya, juga mengaku dari jurusan Statistik. “Oh jurusan Statistika?” tanya Prof Haryono. “Statistik pak,” jawabnya. “Oh sama dengan saya, statistika. Saya ini Statistika, hati-hati kamu,” ujar Prof Haryono mengajak bercanda, meskipun memang Prof Haryono seorang pakar Kependudukan yang ahli statistika. “Rata-rata nilai berapa? A atau B?” tanya Prof Haryono lagi. “Alhamdulillah di atas B pak,” jawab pemuda itu. “Harus disyukuri ya. Semester berapa sekarang?” tanya Prof Haryono lagi “Saya semester akhir pak, semester delapan,” jawabnya. “Jadi sarjananya nanti sarjana UII, Statistika ya? “Ya, betul pak.” Jawabnya. “Senangmu apa? Sampling? Profibillity, atau apa?“ tanya Prof Haryono seraya tertawa. “Produk moment bisa ngga?” tanya host dadakan ini ambil tertawa. “Kalau untuk data besar, sudah tidak dengan data itu pak. Tidak mampu lagi menangani itu pak,” jawabnya. “Terus pakai apa?” tanya Prof Haryono “Kalau metode paling baru Lars, begitu pak, metode Lars.” “Metode Lars. Kalau kamu masuk desa apa kamu bilang Lars Lars,” ujar Prof Haryono berkelakar yang disambut gemuruh tertawa para mahasiswa yang ikut menonton.
“Tidak pak,” jawabnya seraya tertawa. “Kamu percaya ngga kalau masyarakat Indonesia curvanya tidak normal?” tanya Prof Haryono serius. “Ya saya yakin pak.” “Yakin ya? Banyak yang miskin, banyak yang bodoh, dan sedikit yang kaya, sehingga rumusan-rumusan statistik tidak bisa begitu saja bisa diterapkan,” urai Prof Haryono. “Sedia ngga kamu ke desa agar masyarakat desa rada memper, normal begitu?” “Insya Allah pak, kita teman-teman dari UII siap, baik risikonya atau tantangannya. Kita dari awal sudah dibina banyak pak, mulai dari belajar ngaji, sholat, sholat jenazah dan segala macam. Jadi Insya Allah ketika kita terjun ke masyarakat sudah siap pak,” jawabnya. “Tidak normal itu kecednderungannya miring ke kiri, betul kan?” tanya Prof Haryono lagi. “Ya pak,” jawabnya singkat. “Ke kiri? Padahal memihak yang kiri kan tidak populer? Siap ndak kalau tidak populer?” tanya Prof Haryono lagi. “Insya Allah siap pak,” jawab mahasiswa itu singkat. “Wow, mari tepuk tangan, betul-betul ahli Statistik ini pak. Mudah-mudahan kamu nanti lulus ya,” harap Prof Haryono. Setelah tanya-jawab dengan mahasiswa berakhir, kemudian diselingi lagu-lagu religi menyambut bulan suci Ramadhan 1436 H, yang dinyanyikan oleh para mahasiswa. Sebelum akhirnya host dari TVRI Yogyakarta mengatakan, “Masih ada dua Posdaya lagi ini pak, binaan dari Universitas Jayabadra.” Akhirnya acara dilanjutkan dengan tanyajawab kepada pengurus Posdaya binaan dari Universitas Janabadra dan UII Yogyakarta, juga wawancara dengan dosen pembimbing KKN Posdaya sejumlah universitas lain. DH
Lagu religi menghiasi acara Plengkung Gading TVRI Yogyakarta. Acara Talkshow yang digelar dalam rangka menyambut Ramadhan 1436 H itu pun semakin semarak dan menghibur.
Gemari Edisi 174/Tahun XVI/Juli 2015
35
LAPORAN UTAMA
«Posdaya Berdoa» untuk Indonesia Lebih Baik Doa menjadi kekuatan. Bahkan doa pun mampu merubah takdir. ‘Posdaya Berdoa’ mengajak semua umat menciptakan suasana menetramkan dan meneduhkan. Diawali dengan doa, secara mandiri gerakan mengajak membangun kebaikan dan kesejahteraan dimulai. Sejak awal hingga akhir Ramadhan 1436 H, kegiatan intervensi dukungan itu dimulai dengan mengajak seluruh anggota Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya) di seluruh tanah air, utamanya yang beragama Islam untuk berdoa. Menjadikan bulan penuh berkah ini sebagai gerakan ‘Posdaya Berdoa’ untuk Indonesia Lebih Baik.
Ribuan mahasiswa KKN Posdaya Masjid UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta siap mengajak kader Posdaya Masjid berdoa. [FOTO-FOTO: HARI]
36
K
ETUA Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono mengatakan, bahwa perjuangan pengguliran program Posdaya telah mendapatkan tempat yang sangat terhormat dari tingkat pedesaan. Tidak kurang dari 45.000 Posdaya telah berdiri. Variasi pembentukan Posdaya sudah tidak saja dari Kuliah Kerja Nyata (KKN). T etapi juga banyak pemerintah daerah sekarang mulai mengadakan inisiasi dan mengambil oper di samping mendapat doa yang cukup besar dari Posdaya berbasis Masjid. “Perjuangan kita telah mendapatkan tempat yang sangat terhormat dari tingkat pedesaan. Tidak kurang dari 45.000 Posdaya telah berdiri. Fariasi pembentukan Posdaya sudah tidak saja dari Kuliah Kerja Nyata (KKN), tetapi banyak pemerintah daerah mulai mengadakan inisiasi dan mengambil oper disamping kita mendapat doa yang cukup besar dari Posdaya Berbasis Masjid,” katanya. Ke depan, ujar Ketua Yayasan Damandiri, dengan giatnya mahasiswa KKN Tematik
Gemari Edisi 174/Tahun XVI/Juli 2015
Posdaya Berbasis Masjid akan menjadikan Posdaya Masjid akan menjadi lebih marak. “Oleh karena itu saya sampaikan kepada pengurus dan pengelola masjid serta perguruan tinggi Islam baik negeri maupun swasta untuk mengajak tidak saja masjid secara ter us menerus memanjatkan, melantunkan, menggemakan doa-doa, tetapi juga Posdaya Berbasis Masjid selama bulan Puasa ini mendoakan agar rakyat Indonesia mendapatkan semacam dorongan bisa bekerja cerdas dan keras agar semua kemelut yang terjadi akhir akhir ini segera dapat diselesaikan,” tutur Menko Kesra di era dua Presiden – HM Soeharto dan BJ Habibie ini. Selain itu penerima anugerah penghargaan Bintang Republik Indonesia dari Negara ini, menyatakan sudah mengirim surat kepada keseluruh jajaran koordinator Posdaya baik Posdaya Berbasis Masjid maupun Posdaya Berbasis Pergruruan Tinggi untuk menyampaikan kepada seluruh anggota Posdaya yang beragama Islam agar selama bulan puasa
Ramadhan, tidak saja diikuti dengan ibadah puasa atau do’a untuk keluarganya sendiri, tetapi secara khusus mendoakan bangsa ini agar segera dibebaskan dari berbagai kemelut yang akhir-akhir ini menyerang Indonesia, baik dalam bidang sosial, ekonomi, kemiskinan, kebodohan maupun ketertinggalan segera dapat dientaskan. “Dan seluruh anak bangsa kembali bersatu, kembali menjadi keluarga besar bersama-sama tanpa berpikiran curiga,” imbuhnya. Di bulan Ramadhan ini, kata Prof Haryono, banyak perguruan tinggi menerjunkan ribuan mahasiswanya melakukan kegiatan kuliah kerja nyata (KKN) Tematik Posdaya Berbasis Masjid maupun berbasis masyarakat. sehingga akan menambah gegap gempita berdirinya Posdaya. Menurut pakar kependudukan ini, Posdaya sebagai gerakan masyarakat merupakan suatu garapan yang gegap gempita yang luar biasa. Dengan banyak Posdaya Berbasis Masjid akan banyak pula jamaah bersama masyarakat melantunkan doa-doa untuk bangsa ini. Karena pada akhir-akhir ini suatu proses untuk lebih menyatukan bangsa ini dari penyakit-penyakit lama, ganjalan pelanggaran hak asasi manusia atau tuduhan hak asasi manusia. Karena bulan Juni itu, kata Prof Haryono, merupakan bulan kelahiran kedua pemimpin kita, Bung Karno (Ir Soekarno, Pr esiden RI pertama) dan Pak Harto (HM Soeharto, Presiden RI kedua). “Untuk mendoakan kedua pemimpin bangsa kita itu, banyak masyarakat maupun pemimpin saat ini ada yang berkunjung ke makam Bapak HM Soeharto di Giri Bangun, Karanganyar, Jawa Tengah atau ke makam Bung Karno di Blitar, Jawa Timur,” tuturya. Kedua tokoh bangsa ini, kata Menteri Negara Kependudukan era Kabinet Pembangunan itu, mempunyai cita-cita membangun persatuan dan kesatuan dalam wadah Pancasila yang dilihat secara positif, kalau diperas adalah gotong royong. Pakar sosilogi ini mengatakan, Bung Karno melahirkan gagasan-gagasan dari serapan ma -
Prof Dr Haryono Suyono selalu menghimbau dan mengajak mahasiswa beserta DPL KKN Tematik Posdaya Berbasis Masjid untuk mengajak kader dan jamaah di Posdaya Masjid selama bulan Ramadhan selalu berdoa.
syarakat yang kemudian muncul sebagai go tong rooyong. “Sedangkan Pak Harto konsekuen selama 32 tahun berusaha keras bagaimana mewujudkan gotong royong,” imbuhnya. Presiden RI kedua tersebut, dengan sabar mengajak semua anak bangsa tetap bergotongroyong dan membangun bangsa. Untuk itu, imbau Prof Haryono, pandangan terhadap kedua pemimpin bangsa kita itu perlu disegarkan kembali. “Bung Karno itu bukan pencipta Pancasila tetapi penggali dari apa yang hidup di masyarakat kemudian diperas menjadi Pancasila. Dan Pancasila intinya bangsa Indonesia itu hanya bisa mencapai kemerdekaan kar ena gotong royong pengorbanan dari berbagai pihak yang tadinya berbeda untuk mencari persamaan,” paparnya. Tokoh nasional asal Pacitan, Jawa Timur ini mengingatkan pula dalam menterjemahkan Pancasila itu hendaknya dalam suasana negara ini mencari jati dirinya dilihat dari keadaan masyarakat yang masih menghormati kedua pemimpin bangsa itu. “Semoga ini muncul menyertai doa bagi yang beragama Islam selama bulan Puasa,” ujarnya. Menurutnya, ini merupakan sumbangan kita untuk menyegarkan kembali kehidupan bangsa yang penuh kedamaian persatuan dan kesatuan. “Dalam proses itulah maka kita turun sampai ketingkat pedesaan dalam wujud Posdaya. Sehingga seusai Bulan Puasa kita akan melakukan pengisian Posdaya dengan gegap gempita,” tuturnya. Dan dalam pengisian itu, kata Prof Haryono, tentu ada pembentukan Posdaya baru tetapi proses pengisiannya adalah pr oses yang menGemari Edisi 174/Tahun XVI/Juli 2015
37
jadi awalan dari gerakan yang dapat dipadukan dengan kementerian dan pemerintah daerah, sehingga wajah dari gerakan ma syarakat tidak banyak berbeda dengan gerakan di zaman orde baru, tetapi lebih luas di masyarakat pedesaan. “Setelah lebaran kita lebih gegap gempita mengisi Posdaya,” imbuhnya.
untuk memasak. Bila ketiganya bersatu, maka akan masaklah segala sesuatunya. “Nah, jika tiga unsur yang ada di masyarakat, seperti kaum cerdik pandai, ulama dan masyarakatnya bersatu seperti halnya dalam Posdaya, maka akan dapat mewujudkan rakyat mandiri dan sejahtera,” jelasnya. Demikian pula support dari Ketua LPPM UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Dr Soehadha, SSos, Mhum, juga sangat mendukung Posdaya Berdoa. UIN Sunan Kalijaga pada kegiatan Sangat mendukung KKN Tematik Posdaya berbasis Masjid tahun Ajakan agar selama bulan ini menurunkan mahasiswanya di bulan Ramadhan digiatkan kegiatan Ramadhan ke Kabupaten Kulonprogo. Posdaya Berdoa untuk Indonesia “Mahasiswa KKN Tematik Posdaya mulai Prof Dr H Imam Suprayogo lebih baik memperoleh sambutan melakukan kegiatan sejak 15 Juni 2015 dengan positif. Banyak yang mendukung ajakan baik tema Posdaya Berdoa, Dengan Posdaya Berpenggagas Posdaya tersebut. basis Masjid, melakukan pembangunan di Adalah Prof Dr H Imam Suprayogo, Rektor daerah pedesaan dengan warung warung UIN Maulana Malik Ibrahim Malang periode Posdaya,” ungkapnya. 2004-2008 dan 2009-2013 yang pengukuhanSelain itu, di sela kegiatan KKN tersebut, nya saat itu dilakukan Menteri Agama Dr kata Soehadha, juga akan mengikuti penyeMuhammad Maftuh Basyuni. lenggaraan Festival Duren. “Ajakan Prof Haryono Suyono yang meDiharapkan, semoga Posdaya binaan UIN ngajak seluruh anggota Posdaya, utamanya dapat mengikuti Festival ini dengan kemasan yang beragama Islam, untuk menjadikan bu- yang memikat. lan suci ini sebagai gerakan ‘Posdaya Berdo’a,” “Posdaya Berdoa, semoga di bulan suci tutur guru besar kelahiran Trenggalek, Jawa bulan mulia penuh pengampunan ini kita Timur, 2 Januari 1951 silam. Doa, kata Prof dapat semakin bergotong royong penuh kasih Imam, itu sesuatu yang baik. kepedulian membangun bangsa,” katanya. Dukungan lainnya juga diungkapkan, KeKebersamaan dan persatuan ini sangat tua LPM IAIN Imam Bonjol Padang, Sumatera penting bagi bangsa ini. terlebih, bangsa ini Barat, Drs Syafrial N Datuk Bandaro Itam, MAg masih harus bekerja keras dan bekerja cerdas menyatakan kesetujuannya agar mahasiswa untuk secara bersama mengentaskan kemisKKN Tematik Posdaya mengajak jamaah kinan. Jumlah penduduk miskin pada tahun masjid dan masyarakat untuk menggiatkan 2015 diprediksi mencapai 30,25 juta orang atau kegiatan berdoa di masjid-masjid. sekitar 12,25 persen dari jumlah penduduk Lebih lanjut, Syafrial menginfokan, pada Indonesia. Kenaikan jumlah penduduk miskin tahun 2015 ini IAIN Imam Bonjol Padang, telah ini disebabkan beberapa faktor, termasuk melakukan pembekalan untuk dosen pem- kenaikan harga BBM (bahan bakar minyak) bimbing lapangan sebanyak 60 dosen agar yang fluktuatif, selain inflasi dan pelemahan dapat mendampingi mahasiswa dalam KKN dolar. Akibat kolaborasi ketiga faktor tersebut Tematik Posdaya, yang akan turun mulai 27 bisa menambah angka kemiskinan sebesar Juli. satu persen. Menurutnya, dosen dan mahasiswa yang turun Jika berdasarkan data BPS, jumlah pendukemasyarakat bak kampus tanpa dinding. Data di duk miskin pada tahun 2014, presentase lapangan telah diinput sehingga dapat langsung penduduk miskin di Indonesia mencapai 11,25 membentuk Posdaya bersama mahasiswa. “Maha- persen atau 28,28 juta jiwa, maka pada 2015 siswa yang turun sejumlah 1.431 orang untuk ada tambahan penduduk miskin sekitar 1,9 diterjunkan ke 5 kabupaten di Sumatera Barat,” juta jiwa. ujarnya seraya berharap kehadiran Prof Dr Posdaya dengan elemen masyarakat lainHaryono Suyono selaku penggagas Posdaya dan nya bersama-sama mendukung tekad pemeKetua Yayasan Damandiri. rintah menurunkan angka kemiskinan dan Syafrial mengungkapkan perumpamaan meningkakan kesejahteraan masyarakat. yang ada di masyarakat Padang, ”Tungku tigo Sehingga akan bisa menghilangkan momok sajarangan”. Tungku dengan tiga buah batu kemiskinan dalam masyarakat. HARI 38
Gemari Edisi 174/Tahun XVI/Juli 2015
CERITA SAMPUL
Dr Subiakto Tjakrawerdaja
Semangat Gotong Royong Ciri Khas Koperasi Indonesia Jadi Jiwa Posdaya Lelaki kelahiran Cilacap, Jawa Tengah, 30 Juli 1944 yang pernah dipercaya sebagai Menteri Koperasi dan Pembina Pengusaha Kecil Menengah ini mengaku sangat terinspirasi dengan keteladanan Presiden RI Soeharto dalam membangun tatanan per koperasian di Indonesia, sehingga koperasi Indonesia mencapai zaman kejayaan pada masa pemerintahan Pak Harto. Meski kualitas pembangunan koperasi Indonesia kini tidak lagi sehebat tahun 90-an, Dr Subiakto Tjakrawerdaja yakin kedepan bisa mengembangkan jiwa koperasi melalui Pos-pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya) yang sudah tersebar hingga 45.000 Posdaya di seluruh Indonesia.
“P
AK Harto mendapat gelar Bapak Pembangunan Koperasi dari Dewan Koperasi Indonesia pada Hari Ulang tahun ke 50 tahun 1997 itu sangat tepat. Karena meski gagasan atau konsep koperasi oleh Pak Hatta (Wakil Presiden Muhammad Hatta), tetapi yang mendapat kesempatan sejarah untuk membangun koperasi itu Bapak Haji Muhammad Soeharto. Selama 32 tahun lebih membangun koperasi dan berhasil,” kenangnya. Konsep besar yang dibawa Wapres Muhammad Hatta ini, kata Subiakto, gagasannya memang dibawa dari Eropa, tetapi konsepnya kemudian di Indonesia diberi nama Koperasi Indonesia. Cirinya, Koperasi Indonesia sebagai jiwa dan semangat kekeluargaan serta semangat gotong royong. “Jiwa ini harus ada di semua pelaku ekonomi. Bukan saja di koperasi tetapi juga perusahaan negara dan perusahaan swasta. Ini sifat khas Indonesia-nya.” Itu sebabnya, tiap perusahaan ditekankan membentuk koperasi karyawan. Di samping itu Koperasi harus menjalin kemitraaan dengan perusahaan negara dan perusahaan swasta. Dari hasil kemitraan ini diharapkan tiaptiap perusahaan itu nantinya akan menjual sahamnya secara bertahap ke koperasi. Menurut Subiakto, Koperasi Indonesia sebagi badab usaha merupakan pengamalan dari Pancasila.
Koperasi menjadi wadah gerakan ekonomi untuk pengentasan kemiskinan di Indonesia. “Gerakan rakyat untuk mengentaskan kemiskinan ini penting sekali, karena ini khas Indonesia. Jadi kalau koperasi tidak cepat
Sekretaris Yayasan Damandiri Dr Subiakto Tjakrawerdaja. [FOTO: DOK GEMARI]
Gemari Edisi 174/Tahun XVI/Juli 2015
39
Sekretaris Yayasan Damandiri Dr Subiakto Tjakrawerdaja bersama Gubernur Sumbar Prof Dr H Irwan Prayitno, Psi, MSc didampingi Ketua LKKS Provinsi Sumbar Hj Nevi Irwan Prayitno saat peresmian Peluncuran Senkudaya Provinsi Sumbar, disaksikan Kepala Dinas Sosial Provinsi Sumbar, Kepala Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi Sumbar serta pejabat lainnya. [FOTO-FOTO: DEDE H]
maju itu wajar saja. Namanya orang miskin, diajak maju kan tidak bisa cepat,” ungkap pria yang mendapat anugerah gelar Doktor Honoris Causa bidang Ilmu Manajemen Sumber Daya Manusia dari Universitas Negeri Semarang pada 30 Juli 2009 lalu tepat pada usianya yang ke 65 tahun. Koperasi Indonesia sebagai lembaga ekonomi, badan usaha harus menjadi bagian integral dari pembangunan ekonomi nasional dan menjadi salah satu saka guru ekonomi rakyat. “Menariknya, dalam kongres koperasi pertama tahun 1947 salah satu keputusannya adalah bahwa pembangunan koperasi diprioritaskan ke pedesaan.” Dalam upaya membangun koperasi pedesaan ini, kata Subiakto, koperasi-koperasi unit desa (KUD) dikembangkan Pak Harto untuk mencukupi kebutuhan rakyat yang ingin membangun pertanian. Selama 32 tahun menjalankan amanah ini, koperasi dikaitkan dengan program swa sembada pangan. Mulai dari semua penyaluran, sarana produksi, sampai pada pemasaran hasil produksi dilakukan oleh koperasi,Untuk itu koperasi bekerja sama dengan BUMN seperti Badan Usaha Logistik (BULOG) dan BRI. Jadi, arsitektur ekonomi rakyat itu terdiri dari unsur koperasi, Perusahaan negaranya Bulog dan BRI sebagai lembaga pendukung pemasaran dan modalnya. “Tidak ada kekuatan ekonomi di pedesaan pada waktu itu yang lebih besar dari koperasi. Artinya, tidak ada perusahaan swasta atau perusahaan negara pada level desa yang bisa
menyaingi Koperasi. Dulu, hampir ribuan desa termasuk di luar Jawa tidak ada kekuatan ekonomi dipedesaan yang melebihi koperasi. Ini fakta,” tegasnya. Ketika itu, koperasi berperan dengan benar, mulai dari penyaluran pupuk ditangani oleh koperasi, kredit pertanian oleh koperasi dan koperasi berfungsi sebagai pemasaran hasil produksi. Semua itu karena adanya komitmen dari presiden. Itu sebabnya mengapa Pak Harto mendapat anugerah Bapak Pembangunan Koperasi. Pada awal-awal pembangunan, masalah kemiskinan sangat ditentukan oleh komitmen pemimpin negara. Tanpa komitmen pemimpin negara tidak mungkin kemiskinan dapat diatasi melalui koperasi. Selanjutnya tentang pendekatan pembangunan koperasi Indonesia, Subiakto mengakui peran negara sangat besar pada awal pembangunan koperasi. Sementara banyak yang mengatakan bahwa koperasi harus dari bawah. Tidak boleh ada peranan negara. “Koperasi adalah wadah untuk pengentasan kemiskinan, tidak mungkin tanpa bantuan negara. Tugas pokok koperasi adalah melayani anggotanya yang miskin.Melalui Koperasi keluarga miskin bisa lebih mudah mengakses kepada sumber daya ekonominya. Cuma peran negara itu ada waktunya dimulai dan ada waktunya berakhir. Karena pada akhirnya koperasi itu harus mandiri, tidak tergantung kepada negara lagi.” “Saat ini masih dapat kita temui koperasikoperasi yang sudah mandiri dan bertambah besar, seperti Koperasi susu di Pangalengan,” dalih Biakto semangat. “Bahkan di Lombok Barat, saya menemukan lima koperasi besar yang anggotanya sekitar 6000 orang. Yang sangat menarik menurut cerita pengurusnya, waktu panen mereka menitipkan hasilnya di koperasi. Kalau petani butuh uang, baru padi digiling, dijual dan petani membayar ongkos gilingnya. Sisa yang dijual, disimpan dulu di koperasi penggilingan padi.” Posdaya Jiwanya Koperasi Semangat gotong royong yang menjadi ciri khas koperasi Indonesia ini, lanjut Subiakto, sekaligus menjadi jiwa Posdaya. Posdaya adalah wadah untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan. Partisipasi sangat di-
40
Gemari Edisi 174/Tahun XVI/Juli 2015
perlukan karena betapapun besarnya bantuan dari pemerintah, kalau tidak diikuiti partisipasi dari masyarakat tidak akan memperoleh hasil maksimal. “Maka Pak Prof Haryono Suyono selalu mengatakan secara sederhana, berapa pun jumlah bilangan kalau dikalikan nol, hasilnya pasti nol. Demikian juga Posdaya tanpa partisipasi bantuan pemerintah begitu besar tidak akan ada, hasilnya akan kosong artinya tidak akan maksimal,” tandas ayah tiga orang dari pernikahannya dengan Siti Milangoni, dan kini dikaruniai enam orang cucu. Sejak awal Posdaya dibentuk, kata Subiakto, jiwa koperasi sudah ada di dalamnya, hanya belum berbadan hukum. Dan secara bertahap akan menjadi badan hukum koperasi. Tetapi semangat jiwanya itu sudah ditanamkan sejak awal. “Pak Haryono Suyono selalu menekankan bahwa pembentukan Posdaya itu landasannya gotong royong,” ucap Sekretaris Yayasan Damandiri ini. Terkait Hari Koperasi yang diperingati setiap 12 Juli, Yayasan Damandiri melalui Posdaya akan lebih mengintensifkan pengembangan Tabur Puja dan Senkudaya yang merupakan lembaga koperasi yang diinisiasi Yayasan Damandiri. “Dan mungkin nanti peranan koperasi itu akan lebih kita perdalam lagi dengan cara, kelompok kelompok Posdaya ini lebih kita perkuat secara kelembagaannya. Ada semacam capacity building. Yang sebelumnya semacam forum silaturahmi atau forum koordinasi, sekarang akan menjadi lembaga yang modern tetapi tetap semangat dan jiwa gotong royongnya tetap tinggi. Di Hari Koperasi yang akan datang mungkin akan kita jadikan momentum untuk mencanangkan program tersebut,” jelasnya. Pengembangan koperasi itu nantinya juga akan diperdalam lagi dengan pelatihan dalam bentuk bisnis sederhana dan administrasi sederhana untuk anggotanya. “Artinya kalau sebelumnya orang jualan tempe, jualan kripik, jualan pecel masih serabutan, tanpa hitungan, sekarang mempunyai pembukuan minimal
atau berapa hari ini uang keluar dan berapa uang masuk. Jadi tahu uang masuk dan uang keluar,” harapnya. Setelah sekian lama berkiprah di Yayasan Damandiri, tak sengaja melahirkan pemikiranpemikiran baru dalam diri bapak tiga anak ini. “Bahwa ternyata koperasi itu mempunyai dimensi sosial. Bukan hanya dimensi ekonomi, tapi dimensi sosial yang dalam bahasa dulunya berwatak sosial. Mengapa? Karena koperasi itu badan ekonomi yang dimiliki oleh rakyat banyak. Sebagai dimensi sosial, saya dan Pak Haryono Suyono sepakat, pemahaman itu diperluas. Bukan sekedar karena anggotanya orang banyak, tetapi dia juga berfungsi di bidang sosial, pendidikan, kesehatan, bukan hanya ngurusi ekonomi,” ungkapnya. Ada satu kebiasan menarik yang bisa dicontoh oleh generasi muda. Sejak muda, Subiakto memiliki kebiasan senang shalat tahajud. Dalam keadaan susah, senang, ia selalu meluangkan waktu jam 2 pagi untuk banun dan berkomunikasi langsung dengan Allah. “Dulu waktu muda, tidak tiap malam. Alhamdulilah shalat tahajud itu sangat bermanfaat. Saya memang mengalami masamasa sulit, tapi saya sendiri kadang heran. Kok bisa saya lewati.” Masa sulit dan berat dalam hidupnya di antaranya adalah dalah ketika berhenti mendadak menjadi menteri. Padahal saat itu ia sedang semangat-semangatnya, tinggal selangkah lagi menjadikan koperasi sebagai saka guru kekuatan pembangunan ekonomi rakyat. “Tetapi semua itu kan sudah kehendak Allah. Pasti ada hikmahnya,” tandasnya. RW/SUL/ HNUR/HARI/DH
Sekretaris Yayasan Damandiri Dr Subiakto Tjakrawerdaja saat meninjau Posdaya Galangang Buekdi Nagari Tarung-Tarung, Kecamatan IX Koto Sungai Lasi, Kabupaten Solok, Sumatera Barat.
Gemari Edisi 174/Tahun XVI/Juli 2015
41
KOLOM KHUSUS
Prof Dr Haryono Suyono*)
Mempersiapkan SDM Terampil Detik-detik menjelang Hari Kemerdekaan RI 2015, kita merenung kembali betapa nenek moyang berjuang keras mengantar bangsa ini menuju ke pintu gerbang kemerdekaan dengan tujuan luhur untuk sebesar-besar kesejahteraan seluruh anak bangsanya. Belum lama ini kita membaca berita adanya kesepakatan pemerintah Indonesia dan Cina untuk saling tukar menukar tenaga antar bangsa untuk pembangunan. Belum kering berita itu, belum kita buang surat kabar yang memuat berita itu, sudah kita baca lagi berita tentang ribuan pekerja Cina sudah memenuhi Banten dan Papua. Ada kesan bahwa aparat dan masyarakat Indonesia belum banyak menindak lanjuti pernyataan pemerintah itu tetapi pemerintah lainnya spontan telah mengirim ribuan orangnya ke tanah air Indonesia. Masyarakat desa masih nampak tenang dan terkesan belum banyak melakukan persiapan yang dibutuhkan ikut mengadu nasib. Apabila limpahan tenaga muda yang disiapkan jajaran Kementerian PUPR untuk menjadi tenaga muda yang terampil ke provinsi lain, hampir pasti anak-anak muda itu bisa mengembangkan pembangunan dan menggali kekayaan alam yang melimpah. [FOTO: MULYONO]
42
K
ESAN itu sesungguhnya belum tentu betul. Pertengahan bulan lalu Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Dr Ir M Basuki Hadimuljono, MSc mengadakan Focus Group Discussion yang tidak umum tetapi mengandung tujuan yang sangat mulia. Menteri dan seluruh jajarannya bukan membahas teknik pengembangan infrastruktur, tetapi mempelajari masuknya Indonesia dalam Era Bonus Demografi yang kita ketahui merupakan ledakan tenaga muda yang diharapkan dengan pendidikan, pelatihan dan ketrampilan yang memadai, dapat
Gemari Edisi 174/Tahun XVI/Juli 2015
disiapkan menjadi pendorong pembangunan nasional. Tenaga muda yang terampil dapat menjadi asset yang bisa menghasilkan sumbangan yang besar terhadap pembangunan dan kemakmuran bangsa. Menyambut Era Bonus Demografi itu terlihat Kementerian PUPR memiliki dua peranan besar. Yang pertama dapat memfasilitasi daerah-daerah dengan limpahan tenaga muda sebagai sumber daya manusia yang diperlukan untuk pembangunan infrastruktur nasional. Tenaga-tenaga yang melimpah dapat disulap dan dipersiapkan menjadi tenaga ahli dan tenaga terampil yang dapat menghasilkan kreasi yang luar biasa guna mendorong kecepatan pembangunan dan kemakmuran bangsa. Bahkan limpahan anak muda itu dapat dipersiapkan untuk membantu pembangunan di negara-negara lain yang penduduknya makin menua dan memerlukan tenaga ahli serta tenaga tehnisi lapangan yang siap menjamin kemakmuran tetapi kekurangan tenaga kerja. Pada bagian lain, dengan persiapan pelatihan yang memadai, luapan tenaga kerja yang terjadi di wilayah dengan keberhasilan program KB yang menakjubkan dan perbaikan kesehatan yang berakibat penurunan kematian yang tinggi, bisa disumbangkan ke provinsi atau kabupaten/kota lain yang masih merasakan kekurangan tenaga kerja terampil untuk menggali sumber daya
alam yang melimpah. Mereka dipersiapkan dengan relatif murah dibandingkan potensi sumbangan yang dapat diberikan untuk mengantar keluarga di daerah yang belum maju tersebut. Pandangan pengisian kekurangan tenaga kerja terampil harus melalui transmigrasi tidak seluruhnya benar. Investor-investor dapat diundang dengan fasilitasi yang menjanjikan. Kementerian PUPR dapat menghasilkan tenaga terlatih dari wilayah yang telah menikmati Bonus Demografi. Luapan Bonus Demografi tidak seluruhnya berupa tenaga berpendidikan tinggi. Banyak, bahkan jutaan yang tingkat pendidikannya di bawah SD atau SMP. Mereka terlalu miskin untuk menyelesaikan pendidikannya atau terlalu miskin untuk melaju ke tingkat pendidikan tinggi. Tenaga-tenaga itulah yang dapat dipersiapkan dengan baik. Alhamdulillah, Kementerian PUPR mengantisipasi kemungkinan ini. Pada waktu ini sudah tersedia pusat-pusat pelatihan tenaga ahli dan tenaga terampil di banyak daerah. Sistem Pendidikan dan Pelatihan tersebut ditambah lagi dengan 22 Mobil Unit yang dalam waktu segera akan ditambah lagi dengan 15 Mobil Unit yang baru. Ketiga puluh tujuh Mobil Unit itu akan siap melayani berbagai jenis pelatihan tenaga di daerah-daerah yang memerlukannya. Yayasan Damandiri, melalui kerja sama dengan Kementerian PUPR, dengan 45.000 Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya) di seluruh Indonesia, yang setiap saatnya dikembangkan dan dibina oleh sekitar 350 Perguruan Tinggi di seluruh Indonesia dan ratusan Pemerintah Kabupaten/Kota, akan menyiapkan tenaga muda untuk berlatih keterampilan itu. Daerah-daerah padat penduduk akan menjadi prioritas utama di mana tenaga muda yang telah dilatih nanti, dapat dikerahkan menampung berbagai proyek atau kegiatan masyarakat melanjutkan pembangunan secara besar-besaran. Sebagian lain dapat ditawarkan pada daerah-daerah yang memerlukan tenaga terampil guna membantu membangun infrastruktur untuk sebesar-besar kemakmuran keluarga dan daerahnya. Pemerintah daerah yang miskin tenaga muda terampil akan dirangsang untuk mefokuskan diri mengundang investor dengan jaminan tenaga terampil dari daerah dengan luapan bonus tenaga terampil yang dibutuhkan. Sebagian lainnya, tenaga muda hasil Bonus Demografi bisa diajak dan ditawarkan sebagai tenaga ahli terampil ke berbagai Negara lain.
Mereka bisa menjadi duta bangsa yang dapat dibanggakan karena ikut membangun berbagai proyek infrastruktur di negara sahabat. Tenaga kerja terampil menjadi duta bangsa yang membanggakan karena mampu menjadi tenaga kerja dengan hasil kerja yang bermutu dan dibayar mahal. Seolah-olah seperti atlit yang menghasilkan medali emas dan mengibarkan Sang Saka Merah Putih ke puncak tiang dengan iringan lagu kebangsaan Indonesia Raya yang membanggakan. Bonus Demografi Indonesia dipersiapkan menjadi pahlawan bangsa. Apabila limpahan tenaga muda yang disiapkan oleh jajaran PUPR itu disiapkan untuk menjadi tenaga muda yang terampil ke provinsi lain, utamanya ke provinsi seperti NTT, NTB, Papua dan lainnya, hampir pasti anakanak muda itu bisa mengembangkan pembangunan dan menggali kekayaan alam yang melimpah di daerah itu. Tenaga terampil akan menjadi kekuatan pendongkrak yang luar biasa dengan nilai produktifitasnya yang tinggi. Tenaga ahli dan terampil itu bisa menjadi intruktur untuk melatih tenaga lokal menjadi tenaga ahli dan sama terampilnya seperti guru atau tutornya. Tenaga ahli itu akan menciptakan kerja sendiri. Mereka akan menjadi entrepreneur yang dengan keahlian dan ketrampilannya itu akan menghasilkan produk bermutu dan laku jual serta untung. Dengan contoh tontonan dan tuntunan seperti itu akan memberi keyakinan kepada para investor bahwa daerah yang disebutkan itu akan menjadi daerah rebutan investasi yang baru. Suatu investasi yang akan berkembang karena sudah ada contoh nyata yang perlu perluasan belaka. Investasi sumber daya manusia dengan contoh keberhasilan akan menjadi daya tarik tersendiri. *) Penulis adalah Ketua Umum DNIKS, Ketua Umum PB PWRI, mantan Menko Kesra dan Taskin, Menteri Negara Kependudukan dan Kepala BKKBN, sangat mencintai anak bangsanya – www.haryono.com.
Yayasan Damandiri, melalui kerja sama dengan Kementerian PUPR, dengan 45.000 Posdaya di seluruh Indonesia, yang setiap saatnya dikembangkan dan dibina oleh sekitar 350 Perguruan Tinggi di seluruh Indonesia dan ratusan Pemerintah Kabupaten/Kota, akan menyiapkan tenaga muda untuk berlatih keterampilan.
Gemari Edisi 174/Tahun XVI/Juli 2015
43
PENDIDIKAN
STIKes MRH Jakarta
J adi Sekolah Tinggi Percontohan Kesehatan Keberadaan lembaga pendidikan kesehatan kerap menjadi pilihan mahasiswa baru di tanah air. Terutama pendidikan yang melahirkan ahli-ahli di bidang kebidanan. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) Mitra Ria Husada (MRH) Jakarta di antaranya yang yang fokus di bidang itu diharapkan mampu menjadi primadona bagi para calon mahasiswa di negeri ini. STIKes MRH diharapkan mampu jadi sekolah percontohan kesehatan di Indonesia.
Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono mendapat sambutan hangat dari Ketua Pembina STIKes Mitra Ria Husada Ny Tuti Try Sutrisno disaksikan pengurus STIKes Mitra Ria Husada lainnya. [FOTO-FOTO: MULYONO]
D
EMIKIAN disampaikan Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono saat memberi sambutan dalam pertemuannya dengan anggota Ibu Ria Pembangunan (IRP) di kampus STIKes MRH Cibubur Jakarta pada Rabu pagi 1 Juli 2015 lalu. Dirnya meminta STIKes MRH segera menjadi sekolah percontohan kesehatan di Indonesia. “Sekolah tinggi yang melahirkan bidan ini, harus mampu menjadikan para bidan berbaur dan menjadi bagian dari keluarga di pedesaan,” tegas Menteri Kependudukan/Kepala BKKBN era Presiden HM Soeharto ini di hadapan anggota IRP. Dalam upaya mewujudkan hal itu, pihaknya menggandeng IRP sebagai organisasi perempuan yang didirikan oleh Ibu Tien Soeharto. Diharapkan langkah itu mampu mengembangkan pusat-pusat pendidikan sekaligus berbagai pusat pelatihan khususnya yang berkaitan dengan lansia. “Melalui kerja sama ini kita akan menggelar berbagai 44
Gemari Edisi 174/Tahun XVI/Juli 2015
pelantihan ketrampilan bagi keluarga yang memiliki lansia,” tutur pria kelahiran Pacitan, Jatim, 6 Mei 1938 ini. “Bagi keluarga yang memiliki Lansia diberikan ketrampilan secara profesional bagaimana ‘mengur us’ Lansia. Termasuk bagi para calon lansia diberikan pelatihan dalam menghadapi lansia. Sebab, lansia sekarang hidupnya semakin lama karena itu harus diberi kegiatan yang prioduktif, tidak hanya bengong menunggu panggilan ilahi,” kata Ketua Umum Pengurus Besar Persatuan Wredatama Republik Indonesia (PB PWRI) ini di hadapan anggota IRP di kampus STIKes MRH Jl Karya Bakti No 3 Cibubur, Jakarta Timur. Dalam upaya mempopulerkan STIKes MRH dan asset-aset IPR, lanjut Prof Haryono, pihaknya merencanakan akan menggelar dua even besar. yaitu seminar tentang kebidanan dan reproduksi sehat dan tentang lansia. Hal itu dilakukan untuk mendapat perhatian publik, sebab pasca reformasi organisasi ini tampak
seperti tidak dilirik pemerintah. “Semoga dengan dua even besar tersebut, eksistensi Ibu Ria Pembangunan kembali dilihat orang. Sebab, saya tahu Ibu Ria Pembangunan sudah sejak lama, bahkan bertahun-tahun telah berperan sangat besar dalam pembangunan,” tegas Menko Kesra dan Taskin era Pak Harto dan Presiden Habibie ini. Hadir dalam acara ini Ketua Pembina STIKes MRH Ny Tuti Try Sutrisno, Ketua Yayasan STIKes MRH Ny Etty Mari’e Muhammad, SH, Nina Akbar Tandjung, Ny Erna Soekardi Teo L Sambuaga, Ny Siti Milangoni Subiakto Tjakrawerdaja, Dr H Hakim Sorimuda Pohan, SpOG, Direktur Pelaksana Yayasan Damandiri Dr Moch Soedarmadi, Deputi Direktur Umum Yayasan Damandiri Dr Mulyono D Prawiro dan undangan lainnya. Melalui kerja sama itu, para anggota IRP akan kembali mendata aset organisasi yang pernah dipimpin Ibu Tien Soehreato itu, seperti gedung pertemuan, gedung PAUD dan sebagainya serta merencanakan berbagai program pemberdayaan keluarga di masa mendatang. Sedangkan Ketua Pembina STIKes MRH Ny Tuti Try Sutrisno menyambut baik ajakan tersebut. Usai Idul Fitri, pihaknya akan segera membentuk tim guna mempersiapkan dua even besar tersebut. “Ini sebuah ajakan yang sangat menarik. Tentu kami segera mempersiapkan segala sesuatunya,” kata Istri mantan Panglima ABRI itu serius. Namun demikian, Ny Tuti Try Sutrisno mengeluhkan banyaknya aset IRP yang sudah mulai rapuh di makan jaman. Misalnya, Balai Pendidikan Kewanitaan (BPK) RIA Pembangunan di Pasar Rebo, Jakarta Timur. Balai yang dire smikan Presiden HM Soeharto itu butuh perawatan dan perbaikan bila ingin terus berfungsi. “Gedung tersebut masih sering disewa untuk pelatihan. Tapi ya fasilitasnya sangat minimalis. Kalau mampu dir ehap ke-
Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono yang juga Dewan Penyantun STIKes Mitra Ria Husada tengah berbincang dengan Ketua STIKes Mitra Ria Husada Dr H Hakim Sorimuda Pohan, SpOG (kedua dari kiri) disaksikan antara lain Direktur Pelaksana Yayasan Damandiri Dr Moch Soedarmadi (ketiga dari kiri).
gunaanya masih dapat ditingkatkan untuk meneruskan cita-cita Pak Harto saat meresmikan gedung tersebut, yaitu menjadi pusat pelatihan keterampilan bagi kaum wanita sebab tanpa ikut sertanya kaum wanita dalam pembangunan maka pembangunan pasti akan berjalan lambat,” kata istri mantan Wapres RI Tri Sutrisno ini seraya menambahkan pihaknya telah menjalin kerja sama dengan Pemerintah Kota Jakarta Timur. Saat ini, lanjut Hj Tuti Tri Sutrisno, bersama Pemkot Jakarta Timur tengah melakukan kegiatan semacam sensus wilayah kemiskinan serta kesehatan dan wilayah padat penduduk. “Terutama di wilayah rumah susun yang padat penduduk. Kami sensus gaya hidup dan kesehatan keluarga penghuni rumah susun,” pungkasnya. ADE S
Suasa rapat bersama pengurus IRP, persatuan isteri mantan Menteri jaman pak Harto untuk membahas pengembangan upaya sosial dan pendidikan untuk keluarga kurang mampu sebagai pesan khusus almahumah ibu Tien Soeharto.
Gemari Edisi 174/Tahun XVI/Juli 2015
45
PENDIDIKAN
Kepala BKKBN dr Surya Chandra Surapaty, MPH, PhD
Optimalkan Kembali Program Kependudukan dan KB Program Keluarga Berencana yang dulu pernah berhasil perlu diteruskan kembali dengan membangun kesadaran masyarakat, keluarga-keluarga di seluruh Indonesia. Kepala BKKBN yang baru dr Surya Chandra Surapaty, MPH, PhD mengajak seluruh komponen bangsa, termasuk para politikus, pengamat serta masyarakat dan para sesepuh untuk ikut bersama-sama membantu mengoptimalkan program-program BKKBN.
Kepala BKKBN yang baru dr Surya Chandra Surapaty, MPH, PhD tengah berbincang dengan seniornya, Kepala BKKBN era Kabinet Pembangunan Prof Dr Haryono Suyono, di Kantor BKKBN, Jakarta. [FOTO-FOTO: HARI]
S
URYA Chandra yang dilantik sebagai Kepala BKKBN periode 2015-2020 oleh Menteri Kesehatan Nila Djuwita Farid Moeloek pada 26 Mei lalu ini mengungkapkan, kesadaran masyarakat dalam menjalankan program KB dengan kontrasepsi sesuai pilihannya sudah bagus. Keadaan tersebut harus dipertahankan dan ditingkatkan terus. Sehingga dengan adanya pengaturan dari keluarga-keluarga dengan kesadaran KB yang baik itu pertumbuhan penduduk akan lebih terkendali. “Program Keluarga Berencana yang dulu pernah berhasil perlu diteruskan kembali dengan membangun kesadaran masyarakat, keluarga-keluarga di seluruh Indonesia,” katanya usai pertemuannya dengan Kepala BKKBN kedua, Prof Dr Haryono Suyono di Gedung BKKBN, Halim Perdanakusuma, Jakarta, Rabu, (17/6), setelah menghadiri kegiatan-kegiatan TNI Manunggal KB dan Kesehatan di Daerah Istimewa Yogyakarta, kemarin. Mengembalikan performa BKKBN Sebagai Kepala BKKBN yang baru saja dilantik, politikus dan pengamat yang lama ber-
46
Gemari Edisi 174/Tahun XVI/Juli 2015
kecimpung sebagai anggota DPR RI ini, Surya Chandra ketika ditanyakan akan dibawa ke mana dan seperti apa membangun kemitraan institusi yang pernah sukses membawa program KB Indonesia mendunia ini dengan berbagai pihak, dengan sedikit diplomatis mengungkapkan, BKKBN yang sekarang mempunyai tugas dalam mensukseskan Nawacita nomor lima, yaitu meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia. “Jadi BKKN dengan program kependudukan, KB dan pembangunan keluarga sesuai UU No 52/2009. Dengan demikian, tugas BKKN ini berat kalau tanpa melibatkan seluruh komponen masyarakat,” ujar Surya Chandra. Lebih lanjut, mantan anggota DPR RI Komisi IX ini menambahkan, kemitraan dengan berbagai pihak baik swasta maupun pemerintah, serta tokoh masyarakat maupun tokoh agama, termasuk orang-orang seperti Prof Dr Haryono Suyono yang pakar akan masalah kependudukan, KB maupun pembangunan keluarga itu sangat penting dalam mengembalikan performa BKKBN sebagai institusi yang menangani program kependudukan, KB dan
pembangunan keluarga. “Makanya saya senang, Bapak Prof Dr Haryono Suyono sebagai sesepuh dalam bidang kependudukan, KB maupun pembangunan keluarga mau turun tangan dan terus berpatisipasi membantu pemerintah untuk mengembangkan BKKBN ini. Sehingga intensinya BKKBN akan terus berjalan, tumbuh sesuai yang diharapkan dalam menjalankan tugasnya dalam menangani program kependudukan, KB dan pembangunan keluarga ke depan,” paparnya. Sebagai Kepala BKKBN yang baru, selain mengemban tugas berat BKKBN dipundaknya, Surya Chandra juga harus sesegera mungkin menjalankan tugasnya membenahi internal BKKBN. Dua tugas dan tanggungjawab tersebut harus dijalankan mantan pengamat yang dulu rajin mengkritik dan mengkritisi institusi yang saat ini justru harus dipimpinnya. “Dulu saat saya masih jadi pengamat saya banyak mengkritik dan mengkritisi BKKBN ini, demikian juga ketika saya menjadi anggota Dewan di DPR RI. Tetapi ketika Negara memberi amanah untuk saya memimpin lembaga ini rasanya terasa sekali beratnya,” aku lelaki kelahiran Palembang, 23 Juni 1951 silam. Surya Chandra Surapaty sebagai kepala BKKBN sepertinya sudah cukup memiliki bekal untuk memimpin institusi BKKBN ini. Pasalnya, selain lama berkecimpung di DPR RI yang menangani bidang kesehatan, kependudukan, tenaga kerja dan transmigrasi, peraih gelar PhD dalam Population Planning & International Health, University of Michigan, Ann Arbor, Michigan, USA (1984 – 1987) ini, jauh sebelumnya juga aktif dalam beberapa organisasi profesi, seperti menjadi pengurus Ikatan Peminat dan Ahli Demografi Indonesia ( IPADI ) pada tahun 1983-2003, anggota dan pengurus Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) pada tahun 1988-1999,dan anggota Majelis Pakar Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) tahun 2003-2006, serta anggota dan pengurus Koalisi Indonesia untuk Kependudukan dan Pembangunan (Koalisi Kependudukan) sejak tahun 2005. Surya Chandra Surapaty merupakan salah satu pengusul terbentuknya amandemen UU 23/1992 tentang Kesehatan serta UU 10/1992 tentang Kependudukan dan Keluarga Sejahtera. Di samping berperan
aktif dalam pembentukan sejumlah RUU, ia juga melakukan beberapa kegiatan politik lain, di antaranya, memelopori berdirinya Forum Parlemen Indonesia untuk Kependudukan dan Pembangunan yang dasar pembentukannya adalah Keputusan Pimpinan DPR 16/PIMP/ I/2001-2002 pada 22 Oktober 2001. Bahkan, ia juga menjadi ketua dalam forum tersebut. Sebagai Kepala BKKBN, Surya Chandra juga menggandeng kemitraan seperti yang selama ini sudah berjalan, di antaranya program kerja sama dengan TNI dalam Manunggal TNI, KB, Kesehatan yang telah dirintis seniornya, Prof Dr Haryono Suyono sejak puluhan tahun silam. Selain itu, Surya Chandra juga rajin memenuhi undangan dari kalangan perguruan tinggi sebagai salah satu tempat banyak generasi muda dan calon pemimpin menuntut ilmu. Dalam setiap kesempatan dengan mahasiswa perguruan tinggi, Surya Chandra juga mengajak generasi muda sebagai salah satu komponen bangsa untuk bersama-sama mempersiapkan kualitas sumber daya manusia menghadapi masyarakat ekonomi asean (MEA). Menurut dia, bonus demografi bisa berkah bisa pula bencana. Berkah kalau bonus SDM usia produktif berkualitas dan terserap lapangan kerja, bencana kalau mayoritas masih berpendidikan rendah menjadi pengangguran. “Bonus demografi ini sebuah tantangan bagi, namun kita harus optimis melalui revolusi mental kita pasti bisa,” ungkapnya. Dijelaskannya, bonus demografi adalah bonus yang dinikmati suatu negara sebagai akibat dari besarnya proporsi penduduk produktif, yaitu rentang usia 15-64 tahun dalam evolusi kependudukan.
Dua mantan Sekretaris Utama (Sestama) BKKBN, Dr Moch Soedarmadi dan Dr Mazwar Noerdin Nampak hadir dalam pertemuan Prof Dr Haryono Suyono dengan Kepala BKKBN dr Surya Chandra Surapaty, MPH, PhD, di BKKBN, Jakarta.
Gemari Edisi 174/Tahun XVI/Juli 2015
47
Kendaraan bus yang selama ini menjadi salah satu sarana pelaksanaan program KB untuk masyarakat.
48
Bersaing di dunia internasional Saat ini Indonesia mengalami bonus demografi dikarenakan proses transisi demografi yg berkembang sejak beberapa tahun yg lalu yang dipercepat dengan keberhasilan program KB menurunkan tingkat fertilitas dan meningkatnya kualitas kesehatan serta suksesnya program-program pembangunan lainnya. “Untuk itu kualitas SDM harus ditingkatkan agar kita bisa bersaing di dunia internasional,” imbuhnya. Dalam pertemuan selama 60 menit itu, Kepala BKKBN periode 1983-1993 ini didampingi dua mantan Sekretaris Utama (Sestama) BKKBN, Dr Moch Soedarmadi dan Dr Mazwar Noerdin yang saat ini aktif menggiatkan gerakan kegiatan pemberdayaan keluarga melalui pos-pos pemberdayaan keluarga (Posdaya) bersama Prof Dr Haryono Suyono di Yayasan Damandiri. Sebagai orang baru di BKKBN, Surya Chandra tak canggung mengakui bila selama ini BKKBN seperti kehilangan arah mau ke mana institusi ini bergerak. Untuk itu dengan mengajak seluruh komponen bangsa, Kepala BKKBN yang baru ini mengajak untuk bersama-sama memfokuskan kembali tugas dan kewenangan lembaga ini ke depan sesuai dengan pembangunan negara ini, pembangunan manusia. Memang banyak hal dihadapi, BKKBN, termasuk struktur. “Tetapi dengan komitmen bersama melibatkan seluruh komponen masyarakat, saya yakin semua bisa akan kembali pada jalurnya sesuai yang diharapkan selama ini,” tutur Surya Chandra. Sementara itu Prof Dr Haryono Suyono sebagai orang yang konsisten dan tetap peduli serta memberikan perhatian serius pada
Gemari Edisi 174/Tahun XVI/Juli 2015
lembaga yang selama sepuluh tahun dipimpinnya hingga mendapat berbagai penghargaan di tingkat dunia dan Perserikatan Bangsa Bangsa yang menangani Bidang Kesehatan (WHO) menyatakan, siap mendukung dan membantu Kepala BKKBN baru. “Kami dengan senang hati akan memenuhi permintaan dan ajakan Bapak Surya Chandra sebagai Kepala BKKBN baru untuk bersama-sama komponen masyarakat lainnya membenahi lembaga ini sehingga program kependudukan, KB dan pembangunan keluarga bisa kembali sesuai harapan seperti diharapkan pembangunan yang dijalankan pemerintah saat ini di bawah kepemimpinan Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla,” tutur Prof Haryono yang juga Ketua Yayasan Damandiri dan telah berhasil menumbuhkan 45.000 Posdaya bersama 300 perguruan tinggi baik negeri maupun swasta di 250 kabupaten/ kota di hampir seluruh Indonesia. Kepada Kepala BKKBN baru, Prof Haryono ke depan unuk mengembangkan program BKKBN menganjurkan dan siap bersama untuk menjalin kemitraan dengan kementriankementrian sesuai bidang dan jalurnya. Seperti sosialisasi kepada pelajar maupun perguruan tinggi, BKKBN perlu bermitra dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan serta Kementerian Pendidikan Tinggi dan Riset. “Selain itu untuk ke desa-desa maupun pesisir, BKKBN perlu bermitra dengan Kementerian Desa dan Transmigrasi maupun Kementerian Koordinator Kemaritiman arau Kementrian Perikanan dan Kelautan, demikian pula perlu menjalin kemitraan dengan Kementerian Tenaga Kerja, dan sebagainya,” tutur sesepuh BKKBN yang dulu akrab dijuluki Bapak KB Indonesia. Sebagai sesepuh yang selalu menjaga kecintaannya membantu Negara dan juga BKKBN, Prof Haryono berharap lembaga ini bisa menjadi lembaga yang benar-benar menjalankan program kerjanya dalam bidang kependudukan, KB dan pembangunan keluarga sesuai treknya. Sehingga program KB berjalan dengan optimal, laju pertumbuhan penduduk terkendali dengan baik, dan kecintaan masayarakat terhadap program KB dan BKKBN kembali pulih. HARI
Seluruh Pimpinan, Staf Redaksi dan Karyawan Majalah Gemari Mengucapkan:
Selamat Menunaikan Ibadah Puasa Ramadhan 1436 H Semoga Allah SWT menerima seluruh amal ibadah kita. Aamiin Gemari Edisi 174/Tahun XVI/Juli 2015
49
PENDIDIKAN
Bung Karno dan Pak Harto di Mata Para Tokoh Nama Bung Karno dan Pak Harto tak pernah lepas dari kebangkitan bangsa ini. Keduanya telah mengharumkan bangsa Indonesia dengan kehebatan masing-masing. Tapi, keduanya juga pernah dihujat segelintir orang, meskipun nama mereka tetap harum. Lalu, bagaimanakah Proklamator Bung Karno di mata Bupati Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Drs H Sri Purnomo Yusgiantoro, Msi dan Drs YB Jarot Budihardjo, Kepala Biro Organisasi Setda DI Yogyakarta? Bagaimana pula Presiden kedua RI Pak Harto di mata beliau?
Bupati Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Drs H Sri Purnomo Yusgiantoro, MSi (duduk di tengah) saat syuting Plengkung Gading TVRI Yogyakarta. [FOTO: DEDE H]
B
ULAN Juni baru lalu banyak momen yang sangat menarik. Misalnya, hari lahir Proklamator kita Bapak Ir Sukarno, kemudian Bapak Suharto yang keduanya pernah memimpin negeri ini. Seperti apa beliau-beliau ini menurut Bapak Bupati Sleman? “Pak Sukarno (Bung Karno) sebagai presiden pertama adalah tokoh proklamator. Beliau adalah pendiri negara kita, Republik Indonesia. Beliau bergerak di masa
Bung Karno bersama Presiden AS John F Kennedy. [FOTO-FOTO: ISTIMEWA]
50
Gemari Edisi 174/Tahun XVI/Juli 2015
sebelum merdeka atau masa revolusi sampai masa tumbuh di era Pak Karno berjalan bagus,” jawab Bupati Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Drs H Sri Purnomo Yusgiantoro, MSi. “Kemudian dilanjutkan di era Pak Harto, di mana di era Pak Harto itu adalah periode pembangunan, dimulai dengan pembangunan yang telah dilaksanakan periode Pak Harto sampai sekarang sudah kita rasakan dengan kemajuankemajuan yang ada,” tambahnya. “Kita harapkan berikut ini periodisasi Republik Indonesia dari Pak Karno, Pak Harto, kemudian Pak Habibie sebentar, kemudian Bu Megawati sebentar, kemudian Pak SBY, kemudian Pak Jokowi. Ini semua akan terus berlanjut, bersambung saling menguatkan, saling mengisi, saling melengkapi, sehingga di orde era reformasi berikutnya, sekarang “bekerja-bekerja” oleh Pak Jokowi semoga membawa Indonesia lebih maju lagi,” harap Drs H Sri Purnomo. Ketika ditanya adakah kenangan manis dengan kepemimpinan Pak Harto dulu, ia menjawab, ”Di masa Pak Harto, dulu saya masih kecil, masih masa SMP/SMA bisa kita rasakan semua. Pembangunan-pembangunan di awal Pak Harto sampai sekarang banyak
saya lihat, pertaniannya semakin maju, juga peternakan dan juga pembangunan di sektor-sektor perdagangan juga maju. Tentu saja tidak pernah kita lupakan. Semuanya adalah memberikan andil kontribusi di Pembangunan Nasional.” Angkat topi Lalu bagaimana kedua tokoh besar itu di mata Drs YB Jarot Budihardjo, Kepala Biro Organisasi Setda DI Yogyakarta? “Kalau saya melihat Pak Karno sebagai Proklamator dan Pak Harto sebagai Bapak Pembangunan, itu memang kami akui luar biasa. Dengan segala keterbatasan beliau, beliau bisa membangun bangsa ini menjadi bangsa yang merdeka. Pak Harto membangun bangsa ini dengan mengisi pembangunan. Kita harus angkat topi menghormati beliau,” paparnya semangat. “Ya semua itu kita tidak melihat dari sisi negatifnya tetapi sisi positifnya. Karena beliau berjuang itu semata-mata tidak untuk diri beliau. Tetapi semata-mata semuanya dipersembahkan untuk bangsa dan negara ini menjadi bangsa yang merdeka, bangsa yang maju, bangsa yang sejahtera,” jelasnya lugas. Ditanya mungkinkah ada kenang-kenangan beliau (kedua tokoh tersebut) di masa lalu, kepemimpinan beliau yang sampai sekarang di Yogyakarta dan sekitarnya masih merasakan, “Kalau saya kebetulan jamannya Pak Karno mengalami sekalipun saya masih Balita. Kemudian Pak Harto saya sangat merasakan pembangunan ketika tahun 60-an kemudian tahun 70-an, tahun 80-an bahkan 90-an. Itu sangat luar biasa percepatannya, sehingga bagi saya posisi positif beliau bahwa mewujudkan kesejahteraan masyarakat itu sangat sangat terbukti.” Lalu, apa yang bisa kita teruskan? “Yang harus kita teruskan, tentunya adalah bagaimana membangun bangsa itu bisa lebih baik. Pertama, dari kesehatannya, juga dari pendidikannya. Setelah itu tentunya dari kemajuan teknologi itu dimanfaatkan secara positif. Karena orang punya pendidikan yang tinggi tentunya diharapkan punya moral yang baik. Memanfaatkan pembangunan, apalagi yang sekarang masalah teknologi harus dimanfaat secara positif bahwa teknologi itu untuk kemajuan dan pembangunan bangsa,” jawab
Drs YB Jarot Budihardjo, Kepala Biro Organisasi Setda DI Yogyakarta. Terkait dengan ziarah, Bung Karno yang dimakamkan di Blitar atau Pak Harto di Astana Giri Bangun mungkin bermanfaat atau ada impak ziarah-ziarah yang dilakukan oleh masyarakat sekitar Pak Bupati? “Kalau ziarahziarah memang itu untuk mendorong, memotivasi, orang ziarah kubur itu tidak sekedar nengok makam, tetapi mencoba akan mewarisi nilai-nilai positif yang beliau wujudkan, yang beliau persembahkan untuk bangsa dan negara,” ungkap Drs YB Jarot Budihardjo. “Dan yang diwariskan itu tentunya akan memotivasi seperti saya sebagai generasi penerus bagaimana untuk mengisi negara ini dengan pembangunan yang lebih baik. Bagaimana mewujudkan kesejahteraan masyarakat yang lebih baik,”tambahnya. Kalau di sekitar lokasi pemakaman, apakah masyarakat merasakan manfaatnya atau tidak Pak? Mungkin Peningkatan ekonominya? “Kalau ketika masyarakat mengunjungi di tempat pemakaman, pasti ada multiplier efek secara ekonomi. Pertama, yang pasti penginapan; kedua pemanfaatan ekonomi dari makan dan minum. Belum lagi souvenir-souvenir. Karena souvenir itu bukan sekedar oleh-oleh,” dalihnya. Yang pasti, katanya, hal itu justru mendorong masyarakat yang belum pernah berkunjung, dengan melihat souvenir itu akan termotivasi ingin mengunjungi juga. HNUR/DH
Alamrhum Presiden RI kedua HM Soeharto didampingi almarhumah Ibu Hj Tien Soeharto saat panen padi di sebuah desa bersama dengan rakyat. Pak Harto sebagai Bapak Pembangunan, memang diakui luar biasa.
Gemari Edisi 174/Tahun XVI/Juli 2015
51
PENDIDIKAN
Prof Haryono Ajak Ahli Gizi Turun ke Desa Guna meningkatkan kualitas gizi seluruh keluarga Indonesia, para ahli gizi yang tergabung dalam Perhimpunan Pakar Gizi dan Pangan (Pergizi Pangan) Indonesia diajak terjun ke desadesa memberikan pendidikan dan pembelajaran bagaimana keluarga miskin mampu memproduksi sendiri pangan yang bergizi tinggi, sehingga kesejahteraan mereka meningkat.
Penghargaan Bakti Gizi membuktikan bahwa kepedulian Prof Haryono Suyono menyeluruh tidak hanya aspek Keluarga Berecana. [FOTO-FOTO: RAHMA]
Penandatanganan kerja sama antara Yayasan Damandiri, Universitas Trilogi, Pergizi Pangan Indonesia untuk meningkatkan kualitas gizi anak bangsa.
52
A
JAKAN tersebut disampaikan Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono usai menerima penghargaan Bakti Gizi 2015 dari Pergizi Pangan di Gedung Balai Kartini, Jakarta, awal Juni lalu. “Setelah menerima penghargaan ini kita akan bekerja sama dengan Pergizi Pangan Indonesia untuk terjun ke desa membuat kebun bergizi dan membangun pos kesehatan bersama masyarakat desa,” ungkap Prof Haryono Suyono penuh semangat.
Gemari Edisi 174/Tahun XVI/Juli 2015
Selain itu, Prof Haryono Suyono juga akan mengajak keluarga produktif untuk mengikuti Keluarga Berencana (KB), membangun jamban keluarga, mengajak keluarga untuk giat olahraga dan kegiatan-kegiatan pemberdayaan yang tujuannya meningkatkan kesejahteraan mereka. “Kerja sama ini bagian dari pengabdian kepada bangsa dan negara,” tandasnya. Prof Haryono Suyono meraih penghargaan Bakti Gizi 2015 karena dinilai telah berhasil mendorong jutaan orang yang tergabung dalam 45.000 Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya) di seluruh Indonesia, mampu membangun kebun bergizi, dan peningkatan pangan, sehingga masyarakat lebih sejahtera. Selain Prof Haryono, Prof Hidayat Syarif Guru Besar Institut Pertanian Bogor (IPB) juga meraih penghargaan serupa. Penyerahan penghargaan kepada kedua tokoh berjasa ini dilakukan oleh Ketua Umum Pergizi Pangan Indonesia Prof Herdiansyah disela-sela International Symposium on Food and Nutrition (ISFAN) 2015.
Menurut Ketua Panitia ISFAN 2015 Dr Rimbawan, tujuan dari kegiatan ini adalah untuk memahami permasalahan pangan dan gizi terkini, menyebarluaskan perkembangan ilmu dan inovasi pangan dan gizi terbaru. ”Mempelajari kisah sukses dan tantangan dari program pangan dan gizi serta pendidikan tinggi gizi di berbagai negara Asia. Kemudian membangun jejaring global dan peluang kerja sama antar akademisi, peneliti, dan praktisi pangan, gizi dan kesehatan,” jelasnya. ISFAN diikuti lebih kurang 1000 peserta, dari mahasiswa IPB, Politeknik Kesehatan (Poltekes) dari Bengkulu, Jambi, Lampung, DKI Jakarta dan dari daerah lain. ASFAN 2015 merupakan hasil kerja sama Pergizi Pangan Indonesia bersama South East Asia Public Health Nutrition Network (SEA-PHN), Federation of Asian Nutrition Societies (FANS) dan International Union of Nutritional Sciences (IUNS) dan dengan beberapa mitra penyelenggara antara lain Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM), Asosiasi Institusi Pendidikan Tinggi Gizi Indonesia (AIPGI), Gabungan Asosiasi Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (GAPMMI), Forum Tempe Indonesia (FTI) dan Institut Pertanian Bogor (IPB). Tidak sekadar KB Saat berbicara di hadapan peserta simposium internasional ini, Prof Haryono Suyono sempat mengenang kembali upayanya memperkenalkan program Keluarga Berencana dan pentingnya perbaikan gizi bagi masyarakat, terutama di pedesaan. “Saya ingat kembali ke tahun 1970-an, ketika saya diberi amanah oleh pemerintah untuk memperkenalkan Keluarga Berencana (KB). Setiap orang saya ajak, supaya hanya punya dua anak, anak lelaki atau perempuan sama saja,” ungkap mantan Menteri Kependudukan dan Kepala BKKBN era Presiden RI Soeharto ini. Namun ketika ia datang ke desa-desa, kenangnya lagi, begitu banyak anak Indonesia yang membutuhkan gizi. Itu sebabnya, tidak hanya memperkenalkan soal KB, kedatanganya ke desa-desa juga memperkenalkan pentingnya soal gizi kepada masyarakat di pedesaan. “Saya bersama-sama dengan menteri kesehatan, bersama-sama dengan semua teman dari kalangan perguruan tinggi,
memperkenalkan soal gizi ini ke desa-desa seluruh Indonesia,” kata Prof Haryono yang disambut aplaus peserta simposium. Ia juga menyadari, kalau sekadar memperkenalkan saja tidaklah cukup. Rakyat Indonesia itu butuh contoh. Jadi, kemudian ia memberi contoh di desa-desa itu, dengan mengembangkan kelompok pemberdayaan masyarakat yang disebut Posdaya. Dan saat ini jumlahnya telah lebih dari 45.000 Posdaya di seluruh Indonesia. Selamat ! RW
Prof Dr Haryono Suyono usai menerima penghargaan Bakti Gizi.
POSDAYA KITA Lingkaran kecil, lingkaran kecil, lingkaran kecil. Lingkaran kecil, lingkaran kecil, lingkaran besar. Ada Posyandu, ada BKB, ada PAUD-nya Ada Koperasi, ada BKL, Kebun Bergizi Posdaya, Posdaya, Posdaya milik kita Posdaya, Posdaya, Keluarga Sejahtera.
Gemari Edisi 174/Tahun XVI/Juli 2015
53
PENDIDIKAN
International Symposium on Human’s Health and Aging Sciences
Tempatkan Lansia sebagai bagian Keluarga Saat ini banyak negara berkembang termasuk Indonesia memasuki apa yang disebut era bonus demografi, dimana piramida penduduk negara-negara ini telah menjadi lebih dewasa. Perubahan struktur penduduk dan karakteristik penduduk yang terjadi secara alami ini menjadi fenomena menarik di beberapa negara berkembang.
Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono di dampingi Direktur Pelaksana Yayasan Damandiri Dr Moch Soedarmadi (kiri) bersama panitia simposium internasional usai pemaparan. [FOTO-FOTO: RAHMA]
P
APARAN tersebut disampaikan Ketua Yayasan Damandiri Prof Haryono Suyono saat menyampaikan makalah yang berjudul “Dimensi baru untuk penempatan orang tua dalam pembangunan, melalui pengembangan keluarga berdasarkan target MDGs” dalam acara Simposium yang digelar Fakultas Kedokteran Universitas Sultan Agung, Semarang, beberapa waktu lalu. International Symposium on Human’s Health and Aging Sciences, yang menghadirkan Menteri Lingkungan Hidup sebagai pembicara kunci ini juga menghadirkan sejumlah narasumber ahli dari Thailan dan Australia. “Simposium yang diadakan hari ini tepat waktu, karena beberapa negara berkembang kini berhadapan dengan dua fenomena demografis yang menarik. Di negara maju, pergeseran struktur penduduk dan karakteristik telah terjadi secara alami selama ratusan tahun. Kemajuan dalam dunia berkembang karena tidak hanya untuk pengembangan industri dan perdagangan tetapi juga pembangunan besar-besaran dari upaya 54
Gemari Edisi 174/Tahun XVI/Juli 2015
pendidikan yang sukses dan prestasi mereka di pembangunan nasional,” paparnya. Menurut Guru Besar Universitas Airlangga ini, jumlah penduduk lanjut usia di tahun 1970-an hanya sekitar 2 juta. Sementara saat ini, jumlahnya telah mencapai lebih dari 24 juta orang. Angka ini akan meningkat relatif cepat dan bahkan diperkirakan mencapai sekitar 30 juta pada tahun 2020 dan sekitar 80 juta pada tahun 2050. “Diperkirakan bahwa sekitar 4 juta dari senior Indonesia ini sudah dapat tetap aktif dalam kegiatan pembangunan. Sisanya sekitar 12 -16 juta populasi lansia dengan pelatihan yang tepat dan pemberdayaan akan menjadi kelompok siap untuk terus memberikan kontribusi ke negara mereka,” ujarnya. Ditambahkannya, pada 1945 - 1970 karakteristik populasi Indonesia masih muda, hanya dua juta di luar 60 tahun. Hal ini didukung dengan adanya tingkat pertumbuhan sangat tinggi, tingkat kelahiran yang tinggi dan tingkat kematian yang tinggi serta kondisi ekonomi yang rendah. Meskipun begitu, keluarga
indonesia baru dengan tingkat pendidikan yang meningkat dan cara hidup yang baru serta permintaan untuk standar hidup yang lebih tinggi, memerlukan layanan praktis. “Bisa dibayangkan, pemuda telah meningkat tiga kali, sedang usia tua telah meningkat sepuluh kali,” ungkapnya. Populasi lansia muda yang berusia antara 60 - 70 tahun, lanjut Prof Haryono Suyono, umumnya masih mampu memberikan kontribusi hampir seefektif mereka yang berusia antara 50 -60 tahun. “Tidak semua lansia tua, usia 70 - 80, harus tinggal di rumah atau dilarang aktif bergabung dalam pembangunan bangsa. Sedang populasi lansia usia lebih dari 80 tahun, yang cocok fisiknya dapat bertindak sebagai mentor atau penasihat untuk berbagai organisasi sosial,” jelasnya. Itu sebabnya, Prof Haryono Suyono mencoba mempromosikan jaringan antara masyarakat umum, pemerintah daerah, perguruan tinggi, organisasi masyarakat, lembaga keuangan untuk berpartisipasi dalam pembangunan sosial lokal. Dalam hal kesejahteraan orang tua yang tidak lagi mampu mengurus diri sendiri (pasal 1 ayat 7 UU No. 13 Tahun 1999) , pemerintah dan masyarakat berusaha untuk memberikan perlindungan dan pelayanan sosial sehingga orang tua dapat mewujudkan dan menikmati standar hidup. Orang tua dari segala usia didorong untuk bergabung dalam kegiatan masyarakat melalui Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya), jumlah yang telah mencapai 45.000 dan tersebar di seluruh Indonesia. Berbeda dengan pembicara lainnya, dalam paparannya Prof Dr Haryono Suyono memang lebih memperkenalkan satu program aksi. Bukan pendekatan pemerintah yang diwakili dokter memakai pendekatan masalah. “Pendekatan yang saya perkenalkan adalah pen-
Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sultan Agung (Unissula) Semarang dr Iwang Yusuf , MKes menjabattangan Prof Dr Haryono Suyono atas partisipasinya menjadi salah satu narasumber.
dekatan komunitas. Dimana masalah lansia tidak bisa dipisahkan dengan generasi dewasa dan anak-anak. Tetapi menjadi satu bagian dari pendekatan keluarga. Sehingga lansia harus memiliki perhatian terhadap tiga generasi. Tidak saja anak-anak memperhatikan lansia tetapi lansia memperhatikan anak-anak dan penduduk dewasa. Itu bedanya,” jelasnya. Oleh karena itu, kata Prof Haryono Suyono, komunitas diperankan untuk menempatkan lansia sebagai bagian dari keluarga. Dan hanya yang memang tidak bisa apa-apa itu dilayani, baik oleh pemerimntah maupun oleh komunitas. “Tetapi seluruh keluarga dianjurkan mengopeni lansia (orangtua). Kalau tidak ada, komunitas itu harus mengopeni orangtuanya,” jelasnya lagi. RW
Simposim International on Human’s Health and Aging Sciences menghadirkan Kementerian Lingkungan Hidup sebagai pembicara kunci.
Gemari Edisi 174/Tahun XVI/Juli 2015
55
FORUM KITA
Dr Mulyono D Prawiro *)
Mahasiswa Harapan Rakyat Desa Menjelang pergantian semester, banyak perguruan tinggi terutama yang telah bermitra dengan Yayasan Damandiri, menerjunkan para mahasiswanya ke desa-desa untuk melakukan kegiatan KKN. Banyak perguruan tinggi yang selama ini melakukan kegiatan KKN hanya terbatas pada satu atau dua fakultas saja, tetapi akhir-akhir ini sudah mulai muncul perguruanperguruan tinggi melakukan KKN untuk semua fakultas, dan tidak jarang yang memfokuskan kegiatan KKN tersebut dalam KKN Tematik Posdaya. Kegiatan ini dilakukan, bukan semata-mata untuk memenuhi persyaratan akademik mahasiswa saja, melainkan kegiatan tersebut adalah kegiatan yang utamanya membantu memberdayakan masyarakat yang dikunjunginya, agar masyarakat bisa maju dan lebih sejahtera.
Kehadiran para mahasiswa di desa bukan sebagai beban masyarakat desa, melainkan sebagai pelopor pembangunan dan pendorong bangkitnya budaya gotong-royong yang handal serta munculnya perubahan sosial yang menguntungkan rakyat desa yang berusaha melepaskan diri dari ketertinggalan. [FOTO: DOK GEMARI]
56
S
EBELUM para mahasiwa diterjunkan ke lapangan, biasanya mereka diberikan pembekalan oleh dosen pembimbing lapangan (DPL) dan diberikan petunjuk-petunjuk mengenai tujuan, sasaran dan hasil akhir yang diharapkan dalam KKN Tematik Posdaya. Untuk terjun ke lapangan, menurut Prof Dr Haryono Suyono, para mahasiswa harus memiliki 5 trust atau kepercayaan. Pertama, para mahasiswa harus percaya pada diri, sehingga apabila berbaur dengan masyarakat tidak canggung dan yakin akan kemampuannya sebagai mahasiswa yang handal serta mampu menunjukan kepada masyarakat bahwa mahasiswa adalah calon pemimpin bangsa yang bisa dihandalkan. Kedua, mahasiswa harus saling percaya mempercayai satu
Gemari Edisi 174/Tahun XVI/Juli 2015
teman dengan teman lainnya dan tidak saling curiga satu sama lain, sehingga kekompakan dan kebersamaan dalam melaksanakan tugas KKN dalam membentuk maupun membina Posdaya yang sudah ada bisa berjalan secara bersama-sama dan mendapat keuntungan bersama pula. Ketiga, para mahasiswa diharapkan membawa nama baik institusi dalam hal ini perguruan tinggi, di mana mahasiswa tersebut menuntut ilmu, sehingga di mana pun mereka berada nama institusi selalu melekat di hati dan dijunjungi tinggi oleh mahasiswa yang bersangkutan. Keempat, para mahasiswa harus dipercaya oleh masyarakat, karena memiliki kredibilitas tinggi dan segala tingkah lakunya dapat menjadi contoh maupun teladan yang baik bagi masyarakat sekitar, masyarakat menaruh harapan besar kepada mahasiswa, karena mereka adalah harapan masyarakat. Kelima, para mahasiswa dengan kemampuan, pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki, diharapkan laku jual, artinya dengan mudah bisa diperebutkan, baik tenaga maupun pikirannya oleh masyarakat luas. Bagi mahasiswa yang secara khusus melakukan KKN Tematik Posdaya, maka tugas pokok para mahasiswa tersebut adalah
pertama-tama membentuk kelompokkelompok Posdaya dan para pengurusnya didorong untuk menyegarkan kembali budaya bangsa, yaitu gotong-royong, dengan mengajak keluarga yang lebih mampu untuk peduli kepada keluarga miskin atau keluarga prasejahtera yang ada di desa-desa. Selain itu para mahasiswa diajak untuk mendorong keluarga-keluarga mampu mengulurkan tangannya guna membantu saudaranya yang masih tertinggal dengan melakukan pelatihan keterampilan agar keluarga prasejahtera bisa mandiri dan bisa memanfaatkan peluang yang ada dan yang masih terbuka. Bila di desa yang dikunjungi belum ada PAUD, para mahasiswa dibantu oleh tokoh masyarakat membentuk PAUD, dengan tujuan agar anak-anak usia dini di wilayah itu bisa mengikuti pendidikan dan pengajaran sejak saat dini dan ibunya yang biasanya hanya mengantar anaknya ke PAUD, diberi kesempatan untuk berlatih keterampilan yang tempat pelatihannya tidak jauh dari PAUD, sehingga selesai pelatihan bisa langsung kembali bersama anaknya yang ikut dalam pendidikan di PAUD. Ibu-ibu muda di desa yang dilatih keterampilan oleh para mahasiswa yang melakukan KKN, nantinya diharapkan bisa membuka usaha kecil-kecilan, sehingga dengan demikian para mahasiswa yang datang ke desa memiliki andil besar dalam membangun dan memberdayakan masyarakat serta membantu pengentasan kemiskinan secara nyata dan pada sasaran yang tepat. Dengan membuka usaha kecilkecilan tersebut, maka ibu-ibu desa mampu dengan bantuan mahasiswa bisa meningkatkan kesejahteraan keluarganya secara mandiri. Dalam mempraktekan ilmu yang didapat di kampus, sebagai bentuk pengabdian kepada masyarakat, para mahasiswa juga belajar memberikan pencerahan kepada masyarakat yang dikunjunginya dan mendorong keluargakeluarga yang memiliki anak usia sekolah agar bersekolah. Pengalaman mahasiswa membaur dan hidup di desa bersama masyarakat melakukan kegiatan gotong royong, serta ikut merasakan bagaimana rakyat di desa membangun keluarga, mahasiswa secara nyata akan mendapat pengalaman yang luar biasa yang bisa dijadikan pedoman apabila kelak menjadi seorang pemimpin bangsa. Dalam praktek ini, mahasiswa diberikan kesempatan untuk menjadi pemimpin yang handal, bagaimana menggerakan rakyat desa agar bisa bangkit membangun keluarga dan membangun kebersamaan.
Selain membangun kebersamaan, para mahasiwa juga melakukan pendataan dan pemetaan keluarga dalam lingkup Posdaya, guna mengetahui kondisi riil keluarga dalam Posdaya tersebut. Apakah ada keluarga miskin atau prasejahtera di kelompok Posdaya tersebut atau tidak. Diyakini bahwa pendataan keluarga tersebut hasilnya akan akurat dan bisa dipertanggungjawabkan, tanpa ada rekayasa. Selesai pendataan para mahasiswa biasanya mengadakan “sarasehan” atau “pertemuan” dengan seluruh Dr Mulyono D Prawiro anggota keluarga dan melakukan pembahasan tentang hasil pendataan dan pemetaan keluarga yang dijalankannya. Kemudian dilakukan analisis tentang keluarga prasejahtera serta bagaimana membantu keluarga prasejahtera tersebut agar bisa berkembang menjadi keluarga yang lebih sejahtera dan bisa melepaskan diri dari kemiskinan. Dalam KKN Tematik Posdaya, para mahasiswa juga mendapat kesempatan untuk membangun kelompok masyarakat agar masyarakat terutama masyarakat miskin ikut berpartisipasi dalam pembangunan, bukan sekedar penonton pembangunan, tetapi masyarakat didorong sebagai pelaku pembangunan yang handal. Kehadiran para mahasiswa di desa bukan sebagai beban masyarakat desa, melainkan sebagai pelopor pembangunan dan pendorong bangkitnya budaya gotong-royong yang handal serta munculnya perubahan sosial yang menguntungkan rakyat desa yang berusaha melepaskan diri dari ketertinggalan. Masyarakat desa merasa terbantu dengan hadirnya para mahasiswa ke desanya, karena kehadirannya telah membawa angin segar bagi kehidupan masyarakat desa dan membawa perubahan yang membanggakan. Mahasiswa juga bisa sebagai pahlawan pembangunan karena kehadirannya di desa selalu dinantikan oleh masyarakat dan diharapkan kelak bisa menjadi pemimpin yang dicintai dan didambakan oleh masyarakat, karena sejak jadi mahasiswa pikiran dan tenaganya selalu dicurahkan untuk rakyat banyak di desa. Mahasiswa merupakan calon pemimpin bangsa yang menjadi harapan dan dambaan seluruh rakyat Indonesia. *) Penulis adalah Dosen Pascasarjana dan Anggota Senat Universitas Satyagama, Jakarta. Gemari Edisi 174/Tahun XVI/Juli 2015
57
LAPORAN DAERAH
Hari Keluarga Nasional Dimulai dari Yogyakarta:
Dengan Persatuan Negara Tercinta Akan Jadi Kebanggaan Luar Biasa Ketua Umum Pengurus Besar Persatuan Wredatama Republik Indonesia (PB PWRI) Prof Dr Haryono Suyono mengatakan, tanggal 29 Juni 2015 ini kita semua merayakan Hari Keluarga Nasioanal. “Hari Keluarga Nasioanal ini dimulai dari Yogyakarta. Karena pada tanggal 19 Desember 1948 Belanda menyerbu kembali Republik tercinta ini. Agresi yang kedua. Ibukota dipindahkan ke Yogyakarta,” ucapnya semangat.
Ketua Umum PB PWRI Prof Dr Haryono Suyono saat menyampaikan paparannya di hadapan para pengurus dan anggota Pengda PWRI DIY. [FOTO-FOTO: DEDE H]
58
“D
AN bapak ibu sekalian sebagai pemuda pada tahun 1948 ikut berjuang dan menjadi pahlawan yang hampir tidak dikenal. Karena ibu dan bapak di Yogyakarta ini menjadi markas-markas tentara yang tidak mempunyai fisik, tidak mempunyai senjata, tidak mempunyai kekuatan,” jelas Menko Kesra dan Taskin era Presiden BJ Habibie ini pada Musyawarah Daerah Persatuan Wredatama Republik Indonesia (PWRI) DI Yogyakarta, 13 Juni 2015 lalu. Para tentara muda pada tahun 1948 mengungsi ke Yogyakarta, ke seluruh pedesaan di Daerah Istimewa Yogyakarta. Di desa-desa berubah menjadi petani, pedagang, dan menjadi orang desa. “Pada siang hari para tentara Republik Indonesia, para pemimpin Republik Indonesia yang mengungsi ke desa itu menjadi penduduk desa. Sukar dibedakan dari penduduk biasa,” ungkapnya di aula Dinas Pendidikan dan Olah Raga jl Cendana
Gemari Edisi 174/Tahun XVI/Juli 2015
No 9 Yogyakarta. Namun demikian, lanjutnya, “Logistiknya diberikan oleh banyak sekali para orangtua kita, sesepuh kita di Yogyakarta. Jadi, walaupun para TNI tidak mempunyai biologistik tetapi tidak ada satu pun tentara yang kelaparan. Tidak ada tentara satu pun yang kemudian dilaporkan kepada patroli Belanda. Setiap kali Belanda masuk desa bertanya: “Di mana para TNI?” Dijawab: “Di sini tidak ada TNI.” Padahal yang ngomong “Tidak ada TNI” adalah orang TNI,” ujar Prof Haryono. “Begitu rupa setianya bangsa Indonesia yang baru saja merdeka. Dan mereka-mereka itu adalah mungkin bapak saudara-saudara sekalian. Mungkin kakek saudara-saudara sekalian. Dan mungkin juga kakek buyut dari anakanak kita. Dan sekarang, terus terang, anakanak kita itu semuanya tidak menyadari bahwa nenek-kakeknya adalah pejuang-pejuang yang luar biasa,” paparnya yang pada acara itu
didampingi Deputi Direktur Umum Yayasan Damandiri Dr Mulyono D Prawiro. “Kita beri tepuk tangan kepada pejuang-pejuang kita,” ucap Prof Haryono yang langsung disambut gemuruh tepuk tangan yang riuh. Diakui, sebagian sudah meninggal dunia dan sebagian lagi sekarang ini sudah menjadi lansia paripurna. “Lansia paripurna tidak memegang jabatan politik, tidak memegang jabatan pemerintahan, sehingga para lansia paripurna ini, termasuk sebagaian dari kita, dianggap laskar-laskar yang tidak berguna,” keluh Prof Haryono. “Kadang-kadang lewat di depan kita, tidak lagi seperti waktu kita muda. Melewati dan menyamperi orangtua, kita menundukkan kepala. Mereka justru mengangkat tangannya dipindah, dan seakan-akan tidak tahu bahwa kita adalah orangtua yang tidak saja membesarkan anak-anak kita, tetapi kita mengorbankan segalanya untuk kemerdekaan nusa dan bangsa,” bebernya. “Oleh karena itulah saya mohon kepada bapak-ibu sekalian pada Hari Keluarga Nasional yang akan datang dijadikan momentum untuk memberikan semacam hikmah kepada anakanak muda, bahwa perjuangan dan kemerdekaan ini bukan semata-mata datang dari langit, bukan semata-mata pemberian atau hadiah dari Belanda. Tetapi, perjuangan sejak zaman dahulu kala, dan utamanya mulai tanggal 19 Desember 1948 sampai 22 Juni tahun 1949, di mana segala-galanya kita korbankan, nyawa kita korbankan, harta benda kita korbankan juga kehormatan kita korbankan karena kita selalu berkata tidak benar kepada koloni Belanda dan tentaranya yang datang ke desa,” tegasnya. “Selalu kita berkata: “Di desa ini tidak ada tentara. Di desa ini tidak ada pejuang. Semuanya rakyat biasa. Barangkali sudah ke Solo, Magelang atau tempat lain, tidak ada di Yogyakarta.” Di situlah Yogyakarta membuktikan bahwa kebohongan untuk kebenaran dan kejayaan bangsa. Bukan merupakan dosa, tetapi merupakan kebaktian kita kepada nusa dan bangsa. Kita beritepuk tangan yang meriah untuk para sesepuh kita,” ucapnya disambut tepuk tangan serempak dari para hadirin yang memadati ruang pertemuan itu. “Marilah kita jadikan Hari-hari Keluarga Nasional yang bertepatan dengan bulan Ramadhan kita ajak sekitar kita di pedesaan, sekitar kita di Posdaya-Posdaya di desa, kita jadikan bulan Ramadhan ini sekaligus sebagai bulan untuk berjumpa kepada Tuhan Yang
Maha Kuasa. Berdoa untuk kesejahteraan keluarga kita. Berdoa untuk kesejahteraan dan keselamata bangsa. Karena akhir-akhir ini, perjuangan kita yang penuh kesatuan dan persatuan, ternyata setelah kita tinggal pensiun sekarang berubah menjadi musyawarah bukan untuk mufakat tetapi musyawarah untuk saling mencaci maki, musyawarah untuk saling menyalahkan seakan-akan dia sendiri yang paling benar, seakan-akan dirinya sendiri yang paling hebat,” paparnya. “Saya bersama-sama dengan pak Prapto yang datang dari Jakarta, disertai salam hangat, dan Sekjen PWRI yang pada hari ini terpaksa berisatirahat karena saking semangatnya. Biasa, kadang kita lupa bahwa “infrastrukturnya” mulai kendur. Pada waktu pidato teriak-teriak ternyata jantungnya ketinggalan. Pada waktu tangannya mengangkat ternyata kakinya bengkok dan lain sebagainya. Sehingga saya bilang pada pak Jek, biarlah istirahat, biarlah saya dengan teman-teman yang sama tuanya – bukan lebih muda – kita berjuang untuk PWRI,” ujar Prof Haryono bernada kelakar. “Di situlah kita harus mempergunakan kesempatan Hari Keluarga Nasional untuk meyakinkan tiap keluarga kita, para lansia bukannya sisa-sisa yang harus dicampakkan. Tetapi dijadikan satu momentum di mana para lansia untuk memelihara tiga generasi, generasi sesama lansia, generasi yang lebih muda, anak dan mantu-mantu kita, serta generasi balita yang suatu hari nanti mewarisi wajahwajah yang kita perjuangkan di masa lalu de-
Ketua Umum PB PWRI Prof Dr Haryono Suyono saat memukul gong tanda diresmikannya Munas yang digelar Pengda PWRI DIY dimulai.
Gemari Edisi 174/Tahun XVI/Juli 2015
59
Suasana Munas sekaligus perayaan Hari Keluarga Nasioanal yang digelar Pengda PWRI Daerah Istimewa Yogyakarta.
ngan pembaruan-pembaruan tetapi tetap di dalam koridor satu bangsa, satu nusa, satu pembela dari satu keluarga dan keluarga lainnya, persatuan dari individu dan individu lainnya. Karena dengan persatuan negara tercinta ini akan kita jadikan kebanggan yang luar biasa,” harapnya semangat. “Saudara setuju?” tanya Prof Haryono. Semua menjawab: “SetujuuuÖ” “Are you ready?” tanya Prof Haryono lagi. “ReadyÖ,” jawab semuanya serentak, “Coba, bukan main semangatnya. Saya melihat wajah semua tua, tapi saya teropong hatinya seperti semangat hati remaja,” ujarnya yang disambut tepuk tangan meriah. Pengembangan organisasi Terkait Musyawarah Daerah (Musda) PWRI Pengda Yogyakarta, bagaimanakah Musyawarah Daerah (Musda) PWRI Pengda Yogyakarta bagi Ketua PWRI DI Yogyakarta KRT Prodjoharjono, SH? “Musda PWRI tentunya sangat baik, dalam rangka untuk pengembangan. Pengembangan yang pertama, adalah peningkatan dan pengembangan organisasi dengan penggantian pengurus. Sebagaimana diketahui pengurus adalah penggerak organisasi. Kalau pengurus sangat akomodatif tentunya organisasi akan bisa berkembang sebagaimana yang diharapkan oleh anggota,” jawabnya. Yang kedua, lanjut KRT Prodjoharjono, SH, pengurus baru itu tentunya harus bisa menyusun program kegiatan. “Harapannya program kegiatan itu bisa sebagai wahana aktifitas bagi bapak-ibu anggota, apalagi mereka sudah purna, sudah pensiun, itu bisa menggerakkan aktifitas yang bisa menyejahterakan. Yang biasanya punya aktifitas padat, setelah purna biasanya - mohon maaf ya - menjadi kurang,
60
Gemari Edisi 174/Tahun XVI/Juli 2015
sehingga lewat organisasi PWRI ini bisa memberikan aktifitas positif, bisa meningkatkan kesejahteraaan, ujungujungnya usianya bisa menjadi lebih panjang,” dalihnya. Ditanya tentang keberadaan panti sosial, sekarang dengan keberadaan panti tidak bisa mencakup keseluruhan, bagaimana agar ini bisa dikembalikan kepada masyarakat? Apa ada program dari Pemda atau Pemkot? “Kaitannya urusan Panti Sosial adalah kebijakan pemerintah bahwa panti sosial itu harapannya tidak seluruh permasalahan lansia itu masuk panti. Sebaiknya Lansia itu hidup bersama sama dengan masyarakat, terutama keluarganya. Sehingga panti itu harapannya yang mempunyai keterbatasan-keterbatasan,” harap KRT Prodjoharjono, SH. “Mungkin kekuarganya atau masyarakatnya tidak bisa memberdayakan lebih optimal, sehingga masuk panti itu untuk aktifitas yang positif juga, tidak semata-mata yang sakitsakitan atau jompo. Jadi, harapannya Panti itu untuk menyambut rumah masa depan yang lebih baik, Kira-kira begitu,” paparnya. Disinggung terkait Hari Keluarga Nasional, bagaimana kalau keluarga direkatkan kembali, kalau sekarang mungkin ada kesenjangan generasi, ia menjawab, tentunya Hari Keluarga itu merupakan momentum yang baik untuk menyambung dan memberdayakan keluarga lebih optimal. Karena keluarga itu tidak sematamata Lansia, tetapi ada Bapak-Ibu, anak, mungkin menantu, dan cucu. Itu tentunya bagaimana membangun keluarga yang sakinah mawaddah, warohmah, wa barokah,” ujarnya. KRT Prodjoharjono, SH berharap, tidak hanya semata-mata omongan saja tetapi memang melalui Hari Keluarga Nasional ini bisa mendorong sebuah keluarga itu bisa mewujudkan keluarga Sakinah, mawaddah, warohmah wa barokah. “Sebagaimana harapan Ketua Umum PWRI Nasional, Pengurus Besar PWRI (PB PWRI) Prof Haryono yang menyampaikan bahwa Hari Keluarga Nasional itu merupakan momentum yang sangat baik, yang bisa dioptimalkan peran keluarga menjadi Aktor Pembangunan Bangsa, aktor pembangunan untuk generasi mewujudkan bangsa menuju sejahtera,” ujarnya mengutip ucapan Prof Dr Haryono Suyono. DH
LAPORAN DAERAH
Mengenang Nilai-nilai Baik HM Soeharto Setiap perjalanan sejarah bangsa, selalu melahirkan sosok pemimpin dengan segala kisahnya. Nilai-nilai baik dari tokoh itupun seringkali menjadi kenangan rakyatnya. Seiring era pembangunan saat ini, bulan Juni selalu dikenang sebagai kelahiran sosok Presiden RI ke-2 Bapak HM Soeharto. Tak pelak, nilai-nilai baik yang diperjuangkannya selama memimpin bangsa ini kerap disampaikan masyarakat. Mulai dari program swasembada pangan, SD Inpres, Satelit Palapa, IPTN, Program KB, Klompencapir, Koperasi Unit Desa (KUD) dan lainnya. Semoga nilainilai baik itu bisa menjadi inspirasi sehingga rakyat Indonesia semakin makmur dan sejahtera.
P
ERJALANAN sebuah bangsa dimulai dari setapak. Demikian pula perjalanan bangsa Indonesia. Perjalanan panjang telah dilalui sejak zaman kerajaankerajaan, zaman perjuangan membebaskan diri dari penjajahan yang berlangsung selama kurang lebih 350 tahun oleh penjajah Belanda, kemudian dilanjutkan penjajahan oleh Jepang kurang lebih selama 3 tahun. Indonesia merupakan bangsa besar. Pembangunan berkelanjutan di Indonesia berlangsung mulai dari kepemimpinan Presiden pertama RI Ir soekarno sampai presiden ke-7 saat ini Ir Joko Widodo, diperuntukkan untuk tercapainya kesejahteraan dan kemakmuran Rakyat Indonesia secara bertahap. Seiring era pembangunan saat ini, di Bulan Kelahiran Bapak HM Soeharto, Presiden ke 2 RI, beberapa nilai-nilai baik disampaikan masyarakat, seperti penuturan berikut ini, baik mengenai program swasembada pangan, SD Inpres, Satelit Palapa, IPTN, Program KB, Kelompencapir, KUD. Bahkan, kata bijaknya, salah satunya, mikul dhuwur mendhem jero (menghormati orang tua dan menjunjung tinggi nama baik orang tua, segala kekurangan dan kesalahan orang tua tidak perlu ditonjol-tonjolkan, apalagi ditiru, karena kekurangan itu harus dikubur sedalam-dalamnya supaya tidak kelihatan, serta harus ada rasa maaf yang teramat tulus. Pak Harto bukan saja hanya menjadi milik bangsa Indonesia tetapi juga menjadi milik dunia. Selain memimpin Negara-negara non blok di bagian era pemerintahannya Pembangunan yang terarah bukan saja akan terjadi perubahan kemajuan tetapi juga
penurunan angka kemiskinan dan peningkatan derajat kesejahteraan, seperti halnya yang pernah dilakukan oleh Bapak Haji Mohammad Soeharto di era kepemimpinannya. Apa kata mereka? KH Imam Subaweh, Ketua Pengurus Daerah Dewan Masjid Indonesia (DMI) Kabupaten Malang, Jawa Timur. Karena terkait tugas keseharian saya sangat dekat dan berkaitan dengan masjid, maka yang teringat pada sosok Pak Harto adalah Masjid Yayasan Muslim Amalbhakti Pancasila (YAMP). Pak Harto dulu selalu membantu umat muslim dengan membangunkan masjid. Masjid pemberian Pak Harto yang pelaksanaan pengadaannya dilakukan melalui Yayasan Amalbhakti Muslim Pancasila itu, maka masjid bantuannya pun diberi nama Masjid YAMP. Jumlah Masjid YAMP itu mencapai 999 sesuai yang direncanakan oleh mantan Presiden RI kedua tersebut.
Nama HM Soeharto diabadikan sebagai salah satu nama gedung di Kampus UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, yang sering dipergunakan melaksanakan berbagai kegiatan mahasiswa. [FOTO-FOTO: HARI]
Gemari Edisi 174/Tahun XVI/Juli 2015
61
Jika dulu ketika Pak Harto masih ada, YAMP membangun masjid tetapi sepeninggal beliau, sepertinya Yayasan tersebut hanya melakukan pemberian bantuan renovasi pada masjid-masjid YAMP. Pembangunan masjid oleh Pak Harto tersebut sangat membantu kaum muslim menjalankan ibadah dan berkumpul melakukan berbagai kegiatan ibadah dan pemberdayaan masyarakat, KH Imam Subaweh khususnya jamaah di mana masjid itu berada. Masjid pemberian bantuan Pak Harto itu hingga saat ini terus dirawat dan dipergunakan selain untuk beribadah sebagaimana mestinya, tetapi juga menjadi pusat-pusat kegiatan khususnya setelah ada Posdaya Berbasis Masjid. Hal itu terjadi karena masyarakat itu cerdas. Masjid itu tempat umat muslim menjalankan ibadah kepada Allah SWT. Jadi, masjid tidak dikaitkan dengan hal-hal yang politis atau kepartaian. ”Masyarakat tahu itu Masjid YAMP bantuan dari Pak Harto, bukan malah anti tetapi justru berterima kasih. Dan masjid itulah jamaah selalu mendoakan beliau seperti halnya mendoakan pemimpin-pemimpin bangsa ini lainnya,” ujar KH Imam Subaweh. Seluruh Dewan Masjid Indonesia sepakat bahwa masjid tidak boleh untuk tempat kampanye. Tapi masjid boleh dipergunakan untuk semua anggota partai untuk beribadah pada Allah SWT. ”Prakarsa Pak Harto dengan Yayasan Muslim Amalbhakti Pancasila itu sangat baik sekali. Kami, serta kaum muslim sangat berterima kasih dengan adanya masjid-masjid YAMP,” tuturnya. Prof Dr H Imam Soeprayogo, Rektor UIN Maulana Malik Ibrahim Malang periode 2004-2008 dan 2009-2013 Dirinya melihat program pembangunan Pak Harto itu sampai ke ujung. Sampai ke rakyat. Hingga rakyat itu memperoleh perhatian. Waktu diberi contoh. Dikontrol. Lalu kemudian disapa. “Itu yang selalu dilakukan Pak Harto, dan saya yakin banyak yang merindukan hal seperti untuk dilakukan oleh pemimpin-pemimpin bangsa ini selanjutnya,” ujar Prof Imam, demikian akrab disapa. Pak Harto begitu dekat dengan Prof Dr H Imam Soeprayogo rakyat, apalagi dengan kalangan petani. 62
Gemari Edisi 174/Tahun XVI/Juli 2015
“Mungkin masih ingat betapa dekat dan ngemongnya Pak Harto pada petani, seperti terlihat dalam kegiatan Klompencapir yang selalu disiarkan TVRI saat itu. Petani bertanya, Pak Harto menjawab. Pak Harto bukan saja piawai menguasai dunia pertanian tapi juga begitu gampang menjawab setiap pertanyaan yang diajukan petani. Dan perlu dingat, Pak Harto selalu dengan senyum khasnya dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan itu,” imbuhnya. Belum lagi, banyak dalam kesempatan kunjungan kerjanya Pak Harto bersama Ibu Tien Soeharto begitu dekat dengan rakyatnya hingga sampai ke ujung (grassroot). Karena kedekatan, kehangatan dan kebapakan Pak Harto bersama Ibu Tien itulah yang belum terlihat pada para pemimpin setelahnya. Itulah barangkali yang membuat banyak rakyat, masyarakat, merindukan Pak Harto. Sehingga muncul striker yang kalimatnya, antara lain berbunyi, “Piye Kabare, dan sebagainya. Sebagai pemimpin dan Presiden, Pak Harto bukan saja memikirkan urusan ekonomi, pendidikan, kesehatan, tetapi juga pertanian dan bahkan menjadikan Indonesia Swasembada Pangan. Yang juga didukung dengan pendirian koperasi unit desa (KUD). KUD-KUD di setiap desa menyediakan pupuk untuk petani dan menampung hasil panen petani, dan sebagainya, semua berkaitan dengan petani. Selain itu, Pak Harto juga memikirkan persoalan sosial kemanusiaan, serta keagamaan. Di era Pak Harto ada program pengiriman dai-dai muda ke daerah-daerah transmigrasi. Di era Pak Harto pula ada bantuan pembangunan masjid baru yang dinamakan Masjid YAMP. Jumlahnya bahkan mencapai 999 buah masjid, termasuk Masjid YAMP di luar negeri, seperti di Bosnia. “Pak Harto selain sebagai pemimpin formal tetapi bapak bagi bangsa dan rakyat Indonesia saat itu. Itu yang selalu dirindukan, dikangeni banyak orang,” ujarnya. Sebagai elemen bangsa, Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang, yang ingin mengenang sekaligus menghormati pemimpinnya, melalui instusi yang selama ini bekerja dan berkarya, Prof Imam mengungkapkan, beberapa gedung di insitusinya diberi nama, nama-nama Presiden RI mulai dari Gedung Ir Soekarno, Jenderal Besar TNI (Purn) HM Soeharto, Prof Dr BJ Habibie dan Megawati Soekarnoputri. Gedung HM Soeharto, kata Prof Imam,
seringkali digunakan mahasiswa untuk melakukan berbagai kegiatan, termasuk dalam kegiatan pelepasan mahasiswa kuliah kerja nyata, dan sebagainya. “Semua itu menjadi sarana sekaligus pembelajaran dan pendidikan bagi mahasiswa agar selalu mengenang para pemimpin bangsanya, termasuk HM Soeharto,” katanya. H Tumin Wartawan TVRI yang pernah mendapat penugasan peliputan di Istana Negara di era Pak Harto ini menuturkan pengalamannya. Menurutnya, Pak Harto itu humanis. Sangat kebapakan. Selalu memperhatikan para jurnalis yang mengikuti perjalanan kerjanya. Dalam setiap kunjungan kerjanya, ketika di pesawat, misalnya, wartawan didatangi satu persatu sambil ditanya tentang kondisi kesehatan. Sebagai seorang Presiden dari sebuah negara besar seperti Indonesia, Pak Harto orangnya bersahaja. Pak Harto itu murah senyum. “Pak Harto selalu menyapa kami. Pak Harto itu suka menegur kami dengan akrab ketika kami bertugas di Istana Negara maupun Cendana,” katanya. “Apa kabar? Keluarga bagaimana, sehat?” tuturnya. Budi Atmodjo Yang saya tahu tentang Pak Harto. Ketika saya masih sekolah SMP waktu itu, melalui media televise, Pak Harto selalu memberikan info pada rakyatnya, seperti harga-harga cabai, gabah, maupun hal lainnya, termasuk proyekproyek pembangunan yang diperuntukkan kesemuanya bagi rakyat. Tentu, info-info itu seperti tampak pada kegiatan dialog antara Pak Harto dengan masyarakat serta didampingi pejabat terkait. Dengan senyum khasnya melakukan dialog-dilaog dengan rakyatnya itu. Melalui info-info itu, rakyat jadi tahu akan kondisi perkembangan yang terjadi, yang dicapai saat itu. sekaligus mengetahui rencana apa selanjutnya yang akan dilakukan pemerintah bagi upaya peningkatan kesejahteraan rakyatnya. Yang saya tahu lainnya, beliau itu merakyat. Beliau begitu dekat dengan petani-petani dan juga nelayan. Sehingga saya kalau teringat itu saat ini. “Beliau itu sebetulnya pahlawan bagi para petani. Beliau sangat memperhatikan dan memperjuangkan petani. Mungkin benar ya, tanpa petani dengan rakyat kita yang jumlahnya cukup besar tidak akan bisa makan secara optimal. Jika tak ada petani, Indonesia
harus impor pangan,” tutur Budi. Beliau juga sangat memperhatikan keamanan, baik nasional hingga kondisi keamanan di daerah. Semua itu untuk menjaga stabilitas keamanan Negara. Saya juga masih ingat, di acara Kelompencapir, yang biasanya ditayangkan di TVRI selepas acara siaran Dunia. Pak Harto berdialog dengan berbagai kalangan masyarakat dan profesi. Melalui acara temu muka seperti itu menjadi ruang maupun wadah yang tepat dilakukan bagi seorang pemimpin rakyat dengan rakyatnya yang dipimpin. Serta melalui dialog seperti itu, seorang pemimpin rakyat akan tahu kondisi rakyatnya hingga saat itu. Sehingga dalam setiap pengambilan keputusan akan selalu dilandaskan pada hal-hal yang rakyat butuhkan. Iptiah, Mahasiswa S3 Fakultas Kedokteran Kebetulan saya penggemar Pak Harto. Sehingga kadang-kadang saya itu kangen. Kangenya itu, karena waktu saya SMP tahun 1987, ada program namanya Supra Insus dengan menanam padi bersama. Makanya, ketika melihat Majalah Gemari dengan cover gambar Pak Harto sedang memanen padi, langsung saja saya ambil. Setidaknya untuk mengobati kekangenan saya. Zamannya Pak Harto itu ngangeni. Dalam program Supra Insus di era Pak Harto tersebut petani-petani diajak menanam varitas padi yang sama. Sehingga harapannya waktu itu hama wereng itu tidak menyerang. Selain itu hasil panennya berlimpah. Beras pun menjadi murah. Kebetulan saya ingat sekali karena ibu saya jualan (pedagang) beras. Namun saat ini harga beras selalu tinggi dan cenderung naik. ”Sehingga saya selalu bertanya-tanya, kenapa ya kok program model Pak Harto tidak dilanjutkan. Tentu sangat baik, toh itu baik dan sudah terbukti hasilnya, masyarakat pun sudah merasakan manfaatnya. Padahal, tidak semua program Pak Harto itu harus ditinggal. Eman gitu, lho,” tuturnya dengan mimik prihatin. Program pembangunan di zaman Pak Harto banyak yang bagus. Di bidang pendidikan, ada SD Inpres. Di bidang kesehatan ada Posyandu, program keluarga berencana (KB), plesterisasi (lantainisasi). Dibidang pertanian ada Supra Insus. Dibidang luar negeri, Pak Harto dipercaya sebagai Pemimpin Negara-Negra Non Blok. HARI
H Tumin
Iptiah
Gemari Edisi 174/Tahun XVI/Juli 2015
63
DNIKS
GAUN Indonesia sebagai Negara Poros Maritim Program Nawacita Presiden Joko Widodo ingin menjadikan Indonesia sebagai Negara Poros Maritim Dunia yang diharapkan bisa dinikmati seluruh rakyat Indonesia. Termasuk, penyandang disabilitas dan warga lansia. Sehingga perlu akrab dengan Gerakan Aksesibilitas Umum Nasional (GAUN).
Prof Dr Haryono Suyono selaku Ketua Umum DNIKS didampingi Wakil Ketua Umum DNIKS, Siswadi, MBA beraudiensi kepada Menteri Koordinator (Menko) Bidang Kemaritiman Dr Ir Indroyono Soesilo. [FOTO-FOTO: HARI]
T
EKAD Pemerintahan Presiden Joko Widodo menjadikan Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia yang merupakan salah satu dari program Nawacitanya. Keinginan itu tentu punya dasar dan alasan dengan kondisi geografis Indonesia. Sebagian besar wilayah Indonesia berupa perairan laut. Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari 13.667 pulau yang dikelilingi lautan luas. Luas perairan laut mencapai 3.257.483 km2. Luas daratan 1.922.570 km2. Indonesia mempunyai panjang garis pantai 81.497 km2, merupakan garis pantai terpanjang di dunia. Apabila ditambah dengan Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE), luas perairan Indonesia sekitar 7,9 juta km atau sepadan dengan 81 persen dari total luas keseluruhan. Agar ke depan, keinginan sebagai negara poro s maritim dunia, maka Indonesia dinilai perlu mempunyai beberapa karakter agar dilihat sebagai negara maritim yang kuat. Selain harus mempunya kemampuan untuk memfasilitasi kegiatan maritim, kemampuan untuk mengelola dan mengembangkan sumber daya kelautan, kemampuan untuk menjaga stabilitas dan keamanan,juga kemampuan 64
Gemari Edisi 174/Tahun XVI/Juli 2015
untuk menegakkan dan mengerahkan kedaulatan. Indonesia sudah mempunyai beberapa kriteria negara poros maritim dunia. Salah satunya adalah dengan posisi negara Indonesia yang sangat strategis, berada di antara dua benua dan samudera. Antara epicentrum global pertumbuhan ekonomi Asia Pasifik dan juga sumber daya daerah yang berlimpah di antara Asia, Timur Tengah dan Afrika. Sejak dulu, Indonesia juga mempunyai gravitasi ekonomi yang cukup bagus dikarenakan Indonesia merupakan salah satu negara yang mempunyai jalur pelayaran tersibuk di dunia. Banyak kapal lalu lalang di perairan Indonesia. Sedangkan gravitasi ekonomi dalam perjuangan sumber daya ekonomi Indonesia dominan di Asia, terutama di laut Indonesia sendiri dan Laut China Selatan, serta ekspansi dari trans Pasifik serta perdagangan antar Asia. Dengan menjadi Negara Poros Maritim Dunia diharapkan akan semakin mendorong pertumbuhan perekonomian makro maupun pun mikro, maupun meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Lantas apakah sebagai Negara Poros Maritim Dunia, berbagai akses dan fasilitas pendu-
kungnya juga akan akrab dengan pemberian akses yang manusiawi bagi penduduk disabilitas maupun warga lanjut usia (Lansia)? Adalah Dewan Nasional Indonesia untuk Kesejahteraan Sosial (DNIKS) sebagai lembaga yang selama ini mempunyai fungsi dan tugas koordinator dalam bidang kesejahteraan sosial merasa memiliki kepentingan agar penduduk disabilitas maupun warga lansia diberikan akses yang memudahkan. Untuk itu, dipimpim Prof Dr Haryono Suyono selaku Ketua Umum DNIKS bersama beberapa jajaran pengurusnya beraudiensi kepada Menteri Koordinator (Menko) Bidang Kemaritiman Dr Ir Indroyono Soesilo. Dalam pertemuan tersebut, Kementrian Koordinator Kemaritiman dan Tim dari DNIKS, bersama-sama ingin memperkuat upaya meningkatkan aksesbilitas bagi disabelitas dan lansia. “Kami berharap bersama-sama dengan DNIKS ingin memperkuat upaya-upaya meningkatkan aksesibilitas untuk saudarasaudara kita yang disabilitas dan warga lansia dengan berbagai upaya yang nanti diharapkan bisa segera terlihat wujudnya seperti apa,” papar Menko Kemaritiman Dr Ir Indroyono Soesilo usai pertemuan dengan Tim DNIKS, di Kantor Kemenko Kemaritiman, Jakarta. Lebih lanjut Menko Kemaritiman menjelaskan, upaya-upaya meningkatkan aksesibilitas tersebut, di antaranya, aksesibiltas pelayan yang sejalan dengan Gerakan Aksesibilitas Umum Nasional (GAUN) di bandara-bandara, pelabuhan-pelabuhan, terminal-terminal maupun stasiun-stasiun kereta api. “Kami bersama ingin memberikan akses lebih mandiri bagi para disabilitas dan lansia ini,” ujar Prof Dr Ir Indroyono. Dari DNIKS yang hadir dalam audiensi tersebut, selain Prof Dr Haryono Suyono, Dr Moch Soedarmadi, nampak pula Siswadi, MBA, Dr Rohadi Haryanto, MSc, Parni Hadi, Dra Sri Haryanti, Drg Sri Utama Soedarsono. Terlihat juga, Alam Anggota Persatuan Penyandang Disabilitas Indonesia (PPDI), serta Humas DNIKS Heru.
GAUN dikukuhkan lewat SK Sementara itu Ketua Umum Dewan Nasional Indonesia untuk Kesejahteraan Sosial (DNIKS) menyampaikan, organisasi yang dipimpinnya (DNIKS) bersama anggotanya terutama organisasi sosial dan organisasi disabilitas meluncurkan kampanye Gerakan Aksesibilitas Umum Nasional (GAUN) 2015. Soft launching gerakan ini telah dilaksanakan pada tanggal 18 April 2015 bersamaan dengan pembukaan Konferensi Nasional Kesejahteraan Sosial (KNKS) VIII di Padang oleh Gubernur Sumatera Barat dan Ketua Umum DNIKS. Kenapa diberikan nama “GAUN 2015”? “Karena gerakan ini sebelumnya sudah dicanangkan pada zaman Presiden Abdurrahman Wahid di stasiun Gambir tanggal 4 Juni 2000, namun hingga kini dampaknya nyaris tak terdengar. Begitu pula beberapa fasilitas kemudahan bagi penyandang disabilitas yang telah dibangun sudah banyak yang tidak berfungsi lagi. Oleh karena itu DNIKS sebagai organisasi koordinasi kesejahteraan sosial tingkat nasional bersama anggotanya bertekad untuk mewujudkan gerakan tersebut, yang dikukuhkan melalui Surat Keputusan Ketua Umum DNIKS,” tutur Prof Haryono Suyono, Surat Keputusan Ketua Umum DNIKS itu dengan Nomor: 1/565/SLL/2015. Lebih lanjut dikatakan Menko Kesra era Presiden HM Soeharto dan Presiden BJ Habibie ini, bahwa gerakan GAUN ini bertujuan mewujudkan aksesibilitas bagi penyandang disabilitas dan kaum rentan lainnya pada masyarakat. Dalam tahapan awal GAUN 2015 difokuskan pada aksesibilitas transportasi umum yang memberikan fasilitas kemudahan bagi
Dr Ir Indroyono Soesilo, disaksikan Tim DNIKS tengah memperhatikan buku dari DNIKS yang berisi tentang GAUN.
Gemari Edisi 174/Tahun XVI/Juli 2015
65
Gerakan GAUN 2015, merupakan inspirasi dan bentuk nyata kepedulian masyarakat kepada saudara-saudara kita penyandang disabilitas dan kaum rentan lainnya.
penyandang disabilitas dan lansia untuk bepergian dalam melakukan berbagai aktivitas sebagai wujud peningkatan kesejahteraan sosial. “Fasilitas trasfortasi menjadi prioritas, karena sarana ini sangat penting dalam beraktivitas, mencari nafkah, bersekolah, berobat, berekreasi, mengunjungi keluarga, dan aktivitas lainnya bagi semua manusia termasuk penyandang disabilitas, lansia, dan kaum rentan lainnya,” ujarnya. Menurut Ketua Umum DNIKS, GAUN 2015 diharapkan mengundang banyak perhatian berbagai pihak terkait yang diarahkan pada langkah-langkah operasional nyata penyediaan fasilitas tersebut. Adapun target sasaran GAUN 2015 adalah mulai dari pemerintah Presiden RI, selain Menko Kemaritiman, Menteri Perhubungan dan Menteri Pekerjaan Umum, kepala daerah, anggota dewan pusat dan daerah, para kontraktor sarana dan prasarana perhubungan, dunia usaha, masyarakat, dan pihak terkait
66
Gemari Edisi 174/Tahun XVI/Juli 2015
lainnya. Oleh karena itu, Prof Haryono berharap, gerakan GAUN 2015 ini dapat menjadi gerakan nasional dalam mewujudkan pelayanan transportasi umum dan fasilitas akses bagi Penyandang Disabilitas dan Lansia. Selanjutnya diharapkan aksesibilitas bagi kaum disabilitas dan kaum rentan lainnya dapat terwujud dalam semua aspek kehidupan di masyarakat, termasuk rumah sakit, puskesmas, sekolah, perguruan tinggi, tempat ibadah, gedung perkantoran, mall, pasar, sarana hiburan dan lain-lain. Gerakan GAUN 2015, ujar Prof Haryono, merupakan inspirasi dan bentuk nyata kepedulian masyarakat kepada saudarasaudara kita penyandang disabilitas dan kaum rentan lainnya. Mereka hakekatnya sama dengan kita memiliki potensi dan kemampuan untuk berkembang serta hidup layak. “Oleh karena itu kesempatan dan kemudahan aksesibilitas fasilitas umum bagi mereka perlu diwujudkan. Oleh karena itu gerakan ini perlu didukung oleh banyak pihak, terutama: pemerintah (pusat dan daerah), dunia usaha, media massa, organisasi sosial, anggota legislatif, pekerja sosial, relawan, serta masyarakat umum lainnya,” paparnya. Baik Menko Kemaritiman maupun Ketua Umum DNIKS berharap bersama semoga dengan adanya GAUN 2015 ini, kepedulian aksesibilitas fasilitas umum sebagai wujud kesamaan hak dalam hidup bagi penyandang disabilitas dan lanjut usia (lansia) dapat terwujud di negara Indonesia tercinta ini. HARI