Lanjutan PERSEPSI
Pengalaman disadari bila terjadi transduksi (energi stimulus diubah menjadi energi neural) dan diteruskan ke otak. A. threshold : intensi energi minimal agar stimulus disadari (mampu membangkitkan aktivitas neural) B. subliminal : intensi energi yang besarnya tidak cukup untuk membangkitkan aktivitas neural C. supraliminal : intensi energi yang mampu membangkitkan aktivitas neural TEORI DETEKSI SINYAL (Tanner & Swets - ambang penginderaan dipengaruhi : a. Kekuatan Sinyal b. Sifat Tugas/pekerjaan c. Harapan Pengamat d. Konsekuensi (reward/punishment) e. Norma/standar/ukuran yang digunakan pengamat
RENTANG PERSEPSI (PERCEPTUAL SPAN) seberapa banyak pengalaman yg didapat dari tampilan singkat, tergantung pada : a. Proses persepsi atau pendataan/registrasi sinyal penginderaan b. Pemanggilan kembali/recall yaitu kemampuan melaporkan kembali apa yang didata sebelum menghilang
KESAN VISUAL YANG MEMUNGKINKAN PEMROSESAN LEBIH LANJUT Menyimpan input visual yang tidak dipengaruhi oleh kontrol subjek (ex. perhatian) ICON = Kesan visual Batasan kapasitas penyimpanan = 9 item dan durasi 250 mili detik (1/4 dtk) Faktor yg mempengaruhi batasan = cues output inferences (gangguan recall item yg lain)
PENYIMPANAN ECHOIC
Menyimpan input auditori yang tidak kurang ada maknanya karena tidak ditempatkan dalam konteks suara yang lain. Bedanya dgn short term • waktu penyimpanan pendek (250 mili detik sampai 4 detik) • waktu penyimpanan dalam short term relatif lama (10 - 30 detik)
PATTERN RECOGNITION (REKOGNISI POLA) DETEKSI SINYAL INDRAWI (Lower Order Processing)
Higher Order Processing REKOGNISI POLA POLA = Komposisi kompleks dari stimulus sensoris yang direkognisi individu sebagai bagian dari objek tertentu (yang sudah dialami sebelumnya) REKOGNISI POLA = Proses pengenalan kembali suatu pola yang pernah dikenal
Perbedaan REKOGNISI POLA dan DETEKSI SINYAL • •
Deteksi sinyal bersifat DATA DRIIVEN PROCESSING (proses dimulai dengan datangnya data penginderaan (informasi dari indera) Rekognisi Pola (selain data driven) bersifat CONCEPTUALLY DRIIVEN PROCESSING (proses dimulai dengan pembentukan konsep atau harapan individu tentang informasi yang mungkin dijumpai (informasi dari memori)
PENDEKATAN DALAM PENGENALAN POLA VISUAL (GESTALT, CANONIC PERSPECTIVE, PEMROSESAN BOTTOM-UP DAN TOPDOWN, TEMPLATE MATCHIN, FEATURE ANALYSIS, PROTOTYPE RECOGNITION DAN PATTERN RECOG.AMONG EXPERT)
GESTALT PSCHOLOGY Persepsi terhadap keseluruhan pola stimulus
MIND’S EYE : Mencari alternatif organisasi persepsi (stimulus yang masuk sama tapi interpretasi berbeda)
PERSPEKTIF CANONIC Perluasan ide GESTALT views yang paling baik dalam merepresentasikan objek atau image yang pertama kali datang di pikiran pada saat individu merecall sesuatu. Disebabakan oleh pengalaman umum dengan berbagai objek, individu mengembangkan ingatan permanen yang paling representasional dari objek (bagian yg tdk terlihat paling sedikit, sudut padang yang paling sering dilihat dan paling ideal)
BOTTOM-UP/TOP-DOWN PROCESSING Dimulai dari bagian pola sehingga mengenali keseluruhan (????…..) CONTOH??……... Dimulai dari keseluruhan sehingga mengantar pada pengenalan komponen (????……) CONTOH??…….. Bisa berlangsung bersamaan bila dikaitkan dengan konteks yang familiar
TEMPLATE MATCHING Interpretasi yang terjadi karena adanya Kecocokan antara konstruk internal (terbentuk dari pengalaman-pengalaman) dengan stimulus penginderaan yang mengantar pada rekognisi suatu objek. KEUNGGULAN : 1. Ketepatan konfigurasi informasi pengeinderaan dengan “konfigurasi” pd otak (dikembangkan dalam teknologi barcode dan komputer) 2. Penting dalam pengenalan bentuk visual (huruf, bentuk, dsb) KELEMAHAN : 1. Jika ada perbedaan sedikit saja antara eksternal objek dan internal objek, maka TIDAK AKAN DIKENALI (membuat otak kewalahan)
FEATURE ANALYSIS Sebelum informasi visual dimengerti secara penuh, terlebih dulu dianalisanya komponennya secara minimal. Ex. P A N A H Pendekatan dalam memahami feature analysis antara lain dilekukan melalui gerakan bola mata dan fiksasi mata, makin lama memandang suatu feature, maka makin banyak informasi yang didapat.
PROTOTYPE MATCHING Alternatif template matching dan feature analysis. Mengatasi kekurangan template karena dengan prototype tetap bisa dikenali pola yang serupa (similar) dengan melakukan featuring dari pola yang berbeda-beda. PROSES : Abstrasi dalam LTM menjadi dasar (prototype). Hasil sensor dicocokkan dengan prototype sehingga dapat direkognisi. PSEUDOMEMORY : Kesalahan prototype krn pengaruh pengalaman yg sering tjd TEORI PROTOTYPE : a. Central Tendency (rerata dari serangkaian feature) b. Attribute-frequency (mode/pengalaman yg sering
FEATURE ANALYSIS Sebelum informasi visual dimengerti secara penuh, terlebih dulu dianalisanya komponennya secara minimal. Ex. P A N A H Pendekatan dalam memahami feature analysis antara lain dilekukan melalui gerakan bola mata dan fiksasi mata, makin lama memandang suatu feature, maka makin banyak informasi yang didapat.
PANDEMONIUM Referensi : Lindsay, P.H. & Norman, D.A. 1977. Human Information Processing. An Introduction to Psychology. New York : Academic Press.
PENGERTIAN Salah satu metode dalam rekognisi pola (pattern recognition) yang menggunakan feature analysis dengan mengimajinasikan adanya serangkaian HANTU/DEMON yang berperan menganalisis pola-pola yang diindera
A. TUGAS-TUGAS DEMON 1. IMAGE DEMONS . Mencatat gambaran/citra (image) sinyal ekstwernal 2. FEATURE DEMONS. Menganalisa masing-masing demon dengan melihat ciri-ciri khusus pada pola (misalnya garis-garis tertentu (sudut, vertikal, horizontal, kuve, dsb)
3. COGNITIVE DEMONS. Mengamati respon-respon feature demons sehingga memiliki tanggungjawab mengenali pola. Tiap satu Cognitive Demon (CD) digunakan untuk mengenali satu pola dan bila featurenya cocok; maka CD akan berteriak. Misal. Satu CD mengenali A, Cd lain mengenali B, CD lain mengenali C; sehingga sama-sama berteriak tetapi bila kecocokannya sangat tinggi/akurat maka teriakannya akan lebih keras.
4. DECISION DEMON. Mendengar hasil pandemonium dari CD lalu DD memilih CD yang berteriak paling keras sebagai pola yang paling besar kemungkinan terjadinya.
B. KEMIRIPAN PANDEMONIUM DAN TEMPLATE MATCHING PERSAMAAN
Menemukan kecocokan antara feature tertentu dengan item tertentu yang direkognisi.
Pandemonium mengamati keseluruhan pola pada waktu yang sama seperti halnya pada skema template
PERBEDAAN
Pandemonium mengintepretasi feature berdasarkan konteks. Sehingga ada dukungan dari CONTEXTUAL DEMONS yang memperkuat seruan untuk pandemonium.
Situasi keseluruhan yang melatarbelakangi suatu peristiwa yang menjadi informasi ekstra bagi proses rekognisi
Peran Konteks A) memberikan aturan-aturan sepanjang penyusunan persepsi kita B) membantu prediksi c) memberikan interpretasi yang rasional terhadap hal-hal yang kita persepsi
DATA DRIVEN DAN CONCEPTUALLY DRIVEN DALAM PANDEMONIOUM Data driven pemrosesan yang diawali dengan datangnya data dari penginderaan dapat berlangsung bersamaan dengan conceptually driven yang datanya berasal dari pembentukan konsep atau harapan individu; dengan bantuan
SPECIALIST DEMONS (yang mampu bekerja hanya untuk 1 set data dibantu oleh penyimpanan informasi penginderaan atau memori jangka pendek yang memiliki keterbatasan durasi dan kapasitas penyimpanan; dibantu dengan
SUPERVISOR yang memandu hantu spesialis agar bekerja secara
kooperatif sehingga mampu memberikan interpretasi logis terhadap sinyal penginderaan yang baru muncul dengan menggunakan sluruh sumber pengetahuan yang dapat diakses. Papan tulis -> penyimpan informasi penginderaan/STM
PERHATIAN (ATTENTION) sebagai komponen pemrosesan informasi manusia
DEFINISI
Konsentrasi usaha mental terhadap peristiwa-peristiwa sensorik dan mental (Solso, 1991) Proses mental ketika stimuli atau rangkaian stimuli menjadi menonjol dalam kesadaran pada saat stimuli lainnya melemah (Anderson, 1972) Proses konsentrasi diri pada salah satu indera dan mengesampingkan masukan dari alat indera yang lain (Rakhmat, 1996) Hasil sistem pemrosesan informasi yang kapasitasnya terbatas (Broadbent, 1958)
KAPASITAS PEMROSESAN DAN PERHATIAN SELEKTIF MODEL PERHATIAN SELEKTIF DARI KAHNEMAN (1973) A. FILTER MODEL - EARLY PROCESSING STIMULUS 1 STIMULUS 2
SENSORY REGISTRATION AND STORAGE
PERCEPTUAL ANALYSIS
RESPONSE SELECTION
PERCEPTUAL ANALYSIS
RESPONSE SELECTION
FILTER B. FILTER MODEL - LATER PROCESSING STIMULUS 1
STIMULUS 2
SENSORY REGISTRATION AND STORAGE
FILTER
MODEL PERHATIAN SELEKTIF A. Model Filter (Broadbent) The Single Channel : Pemrosesan informasi dibatasi oleh kapasitas saluran/CHANNEL CAPACITY (pengembangan teori Shanon & Weaver). Berkaitan dengan berbedanya serabut
syaraf yang menyampaikan sinyal berfrekuensi tinggi dan rendah. Pada saat menerima stimulasi, beberapa saraf sensorik dapat menerima rangsang pada waktu yang sama. Sinyal yang berFREKUENSI TINGGI TERJADI KARENA SALURAN SENSORIK YANG PARALEL MENDAPAT STIMULASI. Oleh karena itu meskipun beberapa saraf sensorik dpt menerima rangsang pada saat yang sama; namun pemrosesan informasi lebih lanjut hanya terjadi bila FREKUENSI SINYAL CUKUP TINGGI dan mampu MELEWATI FILTER yang berfungsi menyeleksi karena kapasitas saluran yang terbatas. DALIL : Untuk mencegah overload filter selektif dapat berpindah diberbagai saluran sensorik.
B. Model Attenuation (Treisman) Model Attenuation : Sinyal frekuensi rendah juga dapat dideteksi (terutama informasi yang sensitif/penting bagi subjek lebih mudah diaktifkan daripada sinyal yang lain meskipun lebih kuat) karena ada PENYARINGAN AWAL UNTUK MENGEVALUASI SINYAL ATAS DASAR KARAKTERISTIK FISIKNYA (ex. Suara, cahaya, dsb) BARU KEMUDIAN SARINGAN LANJUT UNTUK EVALUASI MAKNANYA. Filter ini adalah ATTENUATOR
RISET SINYAL AUDITORI & VISUAL
SHADOWING : Kemampuan berfokus pada satu pesan sembari mengurangi pemrosesan informasi yang lain adalah ciri manusia yang memungkinkan individu untuk memproses sejumlah informasi yang terbatas asalkan tidak terlalu memadati kapasitas pemrosesan informasi (penelitian Morey : paradigma pemrosesan informasi menerangkan pesanpesan yang diperhatikan dan yang kurang diperhatikan)
SELECTIVE READING : Sejalan dengan model ATTENUATION PERSEPSI EVENT : Persepsi event diorganisasikan sedemikian rupa sehingga arus informasi khusus yg terstruktur akan disimak (disusun representasi khusus); sedang informasi yang tidak berkaitan tidak akan dpt diikuti
Pemrosesan otomatik (Automatic Processing) Terjadinya aktivitas (pemrosesan informasi) namun dilakukan dengan sedikit atau sama sekali tanpa membutuhkan kesadaran (pemikiran) ex. Mendengarkan lagu sambil menyetir dan menggaruk kepala
Bukti terjadi kegiatan kognitif di luar pengalaman sadar (LaBarge dan Samuels (1974) & LaBarge (1975, 1976, 1990) Kinerja yang sudah sangat baik dan terbiasa dapat membebaskan kesadaran untuk memperhatikan sehingga dapat memperhatikan serangkaian tugas yang lebih berat tuntutannya untuk diperhatikan
KARAKTERISTIK PEMROSESAN INFORMASI OTOMATIK Posner & Snyder (1974, 1975)
Pemrosesan otomatik terjadi tanpa adanya intensi (niat) Pemrosesan otomatik tersembunyi dari kesadaran kita (tidak berpikir) Pemrosesan otomatik hanya sedikit atau sama sekali tidak memerlukan sumber-sumber kesadaran (tanpa ada usaha)
KESADARAN (Consciousness) Respectable, useful, necessary. Bukti terjadinya pemrosesan informasi tanpa adanya/sedikit sekali atensi membuat para ahli kembali mengungkap konsep kesadaran yang sudah mulai diungkap sejak zaman William James (1890) yang menyatakan bahwa KESADARAN adalah agen yang memilih satu dari sekian banyak stimulus dan selanjutnya stimulus yang dipilih ditonjolkan dan diperjelas sementara event-event yang lain ditekan. KESADARAN = Topik EPIFENOMENAL karena meskipun tampak pada perilaku namun sangat dipengaruhi oleh proses tidak sadar.
Tulving (model yg menjelaskan tentang kesadaran) Ada 3 jenis kesadaran ANOETIC, NOETIC, ANTONOETIC yang masing-masing berkait dengan EPISODIC, SEMANTIC, PROSEDURAL. A. Memori Prosedural. Ingatan tentang bagaimana segala sesuatu dilakukan (akuisisi, retensi, ketrampilan) berkait dengan kesadaran ANOETIC yg disebut nonknowing krn diikat oleh situasi yg berlaku dan memungkinkan seseorang mencatat tanda-tanda dlm lingkungan & memberi respon perilaku yang sesuai dengan lingkungan saat itu.
B. Memori Semantik. Ingatan tentang pengetahuan yang ada di lingkungan disekeliling individu, berkait dengan kesadaran NOETIC yang disebut knowing krn sangat berkait dengan hal-hal simbolis sehingga kesadaran akan suatu objek/peristiwa dapat terjadi karena ketidakadaan objek/peristiwa tersebut.
C. Memori Episodik. Mencakup ingatan tentang event yang dialami secara pribadi, berkait dengan kesadaran AUTONOETIC yang disebut self-knowing karena merupakan bentuk kesadaran paling canggih yang memungkinkan individu mengingat peristiwa-peristiwa pribadinya yang dianggap sebagai fakta hidup di masa lalu.
DIAGRAM SKEMATIK HUBUNGAN SISTEM MEMORI DAN MACAM KESADARAN
SISTEM MEMORI
KESADARAN
EPISODIC
AUTONETIC
SEMANTIC
NOETIC
PROCEDURAL
ANOETIC
KESADARAN = SPESIALISASI HEMISFERIK Teori TULVING mendorong Broca (1869) seorang ahli fisika Perancis meneliti bahwa belahan otak kanan dan kiri berfungsi secara asimetris (SPLIT BRAIN). Kesadaran dan pemrosesan bahasa di hemisfer kiri dan fungsi spasial di hemisfer kanan. TINGKAT KESADARAN juga mempengaruhi terjadinya ATENSI A. Tingkat Kesadaran pada indera. Bila individu lost in thought umumnya perhatian akan terfokus pada salah satu indera akibatnya tidak semua sensasi merebut perhatian. B. Tingkat Kesadaran pada fenomena internal (memori, dsb). Sesuatu yang diindera maka akan dimasukkan dalam kondisi preconscious (preconscious state). Saat mengingat kembali maka yg ada dalam preconscious akan dibawa ke kesadaran (conscious state) tetapi ada memori yang kurang dapat diakses dan disebut gagasan-gagasan tak sadar (unconscious ideas) Hal yang dimaksud Freud sebagai hal yang ditekan karena mengancam kepribadian.
NEUROKOGNISI PERHATIAN
Terjadi karena RAF (reticular activating formation) bagian kompleks ditengah otak dan berhubungan dengan sebagian besar wilayah korteks (kumpulan neuron yang terlibat dalam aktivasi neuron di bagian otak yang lain). Seperti tombol ON/OFF pada CPU.