MEKANISME PEMBERIAN IMBALAN BAGI HASIL DAN IMPLEMENTASINYA PADA BANK SYARIAH MANDIRI CABANG DEPOK Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S. Kom.I)
Oleh: NONI NURAENI NIM : 107053002742
JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432 H/2011 M
MEKANISME PEMBERIAN IMBALAN BAGI HASIL DAN IMPLEMENTASINYA PADA BANK SYARIAH MANDIRI CABANG DEPOK
Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh:
NONI NURAENI NIM : 107053002742
Di bawah bimbingan
Drs. H. Hasanudin Ibnu Hibban, MA NIP : 1966 0605 199403 1005
JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432 H/2011 M
PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul: Mekanisme Pemberian Imbalan Bagi Hasil dan Implementasinya pada Bank Syariah Mandiri Cabang Depok Telah diujikan dalam sidang munaqasah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, pada hari Selasa tanggal 21 Juni 2011. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana Ilmu Komunikasi Islam (S. Kom.I) pada Jurusan Manajemen Dakwah. Jakarta, 21 Juni 2011 Sidang Munaqasah Ketua Merangkap Anggota
Sekretaris
Drs. H. Mahmud Jalal, MA NIP. 1952 0422 198103 1 002
Drs. Sugiharto Masruri, MA NIP. 1966 9896 199603 1001
Anggota
Penguji I
Penguji II
Drs. Cecep Castrawijaya, MA NIP. 196708181998031002
H. Mulkanasir. BA. S.Pd. MM NIP. 1955 0101 198302 1 001
Pembimbing
Drs. H. Hasanudin Ibnu Hibban, MA NIP. 1966 0605 199403 1 005
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa: 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar sarjana 1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini saya telah cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 18 Juni 2011
Noni Nuraeni
ABSTRAK
Noni
Nuraeni.
“Mekanisme
Pemberian
Imbalan
Bagi
Hasil
dan
Implementasinya Pada Bank Syariah Mandiri Cabang Depok”. Dibawah bimbingan: Drs. H. Hasanudin Ibnu Hibban, MA. Lembaga keuangan seperti perbankan, mempunyai peran yang penting bagi aktifitas perekonomian. Peran tersebut merupakan wahana yang mampu menghimpun dana dan menyalurkan dana kepada masyarakat kearah peningkatan taraf hidup rakyat. Berdasarkan prinsip dasar produk tersebut, sesungguhnya bank syariah memiliki core product pembiayaan berupa produk bagi hasil yang dikembangkan dalam produk pembiayaan mudharabah. Keadaan kinerja produk mudharabah menunjukkan adanya kesenjangan antara teori dan praktik pelaksanaan produk bank syariah. Kesenjangan antara teori dan realitas mekanisme operasi produk yang berbasis profit and loss sharing (PLS) dan revenue sharing (RS), tentunya sangat dipengaruhi oleh banyak sebab atau faktor. Faktor ini dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu faktor internal perbankan syariah dan faktor eksternal bank syariah. Faktor internal yaitu, kalangan perbankan belum memahami secara baik tentang konsep dan praktik produk mudharabah. Faktor eksternal yaitu, adanya kerja sama antara nasabah dan bank syariah dalam proses mudharabah, dan di dukung dengan kinerja yang jujur dan amanah. Berdasarkan data tersebut, maka penulis menjadi sangat menarik untuk mengetahui bagaimana mekanisme pemberian imbalan bagi hasil pada Bank Syariah Mandiri cabang Depok? dan bagaimana implementasinya produk bagi hasil pada Bank Syariah Mandiri cabang Depok? Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seperti apa mekanisme yang dilakukan oleh bank syariah mandiri, dalam pemberian imbalan bagi hasil dan implementasi produk bagi hasil pada bank syariah mandiri. Metode penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang menghasilkan data deskriptif, dengan sampel teoritis berdasarkan pemahaman teori yang sesuai dengan masalah dan tujuan. Kesimpulan yang diperoleh bank syariah mandiri bahwa sistem profit and loss sharing jika terjadi kerugian maka pemodal tidak akan mendapatkan pengembalian modal secara utuh, bagi pengelola tidak akan mendapatkan upah dari kerjanya. Dan sistem revenue sharing dihitung dari dari total pendapatan pengelolaan dan tanpa dikurangi dengan biaya pengelolaan. Sampai saat ini seluruh perbankan di Indonesia masih menggunakan sistem bagi hasil dengan konsep revenue sharing.
i
KATA PENGANTAR
بسم اهلل الرمحن الرحيم Alhamdulillah puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat hidayah dan inayah-Nya skripsi ini dapat terselesaikan. Penulis menyadari sepenuhnya, skripsi ini bukan semata-mata hasil kerja keras penulis sendiri, tetapi dukungan dari berbagai pihak, khususnya para pembimbing yang telah mendorong para peneliti untuk segera menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya dan penghargaan setulus hati kepada berbagai pihak, khususnya: 1. Prof. Dr. Komarudin Hidayat, selaku Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Dr. Arief Subhan, MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Drs. Wahidin Saputra, MA, selaku Pembantu Dekan I Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidatatullah Jakarta. 4. Drs. H. Mahmud Jalal, MA, selaku Pembantu Dekan II Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 5. Drs. Study Rizal, LK, MA, selaku Pembantu Dekan III Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 6. Drs. Cecep Castrawijaya, MA., selaku Ketua Jurusan Manajemen Dakwah yang selalu memberikan dukungan untuk penyelesaian skripsi ini. 7. H. Mulkanasir, BA, S.Pd, MM., selaku Sekretaris Jurusan Manajemen Dakwah yang selalu memberikan dukungan dan motivasi untuk penyusunan skripsi ini. 8. Drs. Hasanudin Ibnu Hibban, MA, selaku Dosen Pembimbing skripsi yang dengan besar hati dan sabar, meluangkan waktunya untuk memberikan
ii
saran, konsultasi, dan bimbingan terhadap skripsi ini hingga akhirnya bisa sampai ke meja munaqasyah. 9. Seluruh dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, khususnya Jurusan Manajemen Dakwah yang telah berbagi ilmu pengetahuan serta pengalaman berharga kepada peneliti. Semua amal kebaikan bapak dan ibu dibalas dengan pahala yang tidak terhingga. 10. Irfan Nur Muttaqin, Divisi Account Officer Bank Syariah Mandiri yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian. 11. Inggid, selaku Divisi Sumber Daya Insani (SDI) Bank Syariah Mandiri Cabang Depok yang telah memberikan kesempatan waktu, dan arahan kepada penulis. Ibu Eva, selaku Divisi Customer Service Officer Bank Syariah Mandiri Cabang Depok yang telah menjelaskan mengenai produk pendanaan Bank Syariah mandiri. Ka Hilda alumni Manajemen Dakwah 2010 yang tidak sengaja bertemu di Bank Syariah mandiri Cabang Depok. Ternyata oh ternyata…….ka2 tuh kerja di BSM cabang Depok…………, dan selalu bertanya kepada penulis. “ Sudah beres belum non skripsinya”?........... 12. Pimpinan dan staff Perpustakaan Utama dan Perpusatakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan fasilitas bagi peneliti untuk mengadakan studi kepustakaan. 13. Keluarga yang selalu mendukung baik secara moral maupun materil. Terutama kepada Hj. Siti Aisyah dan H. Syamsudin yang tak pernah lelah mendoakan dan memotivasi penulis selama ini dan seterusnya. Dan tak lupa kepada bapakku tercinta, tak henti-hentinya penulis mendoakan, mudah-mudahan cepet sembuh dan mudah-mudahan penyakitnya di angkat oleh Allah SWT. Dan bisa berkumpul, bercanda ria dengan istri, anak, menantu, terutama cucu-cucunya. 14. Kakak-kakak ku, kakak iparku dan adikku bontot Nina Amalia (bona), keponakanku Aldi Pratama (koldi) dan Nenk Salwa Assyifani (bule) yang selalu membuat ku tersenyum.
iii
15. Sahabat-sahabat Manajemen Dakwah angkatan 2007 khususnya kelas B, sahabatku Geng 7 (genk seven). Terutama Iin Irnawati, yang selalu membantu, memberikan motivasi, semangat kepada penulis, ”cepetan non beresin skripsinya.…biar cepet lulus semua genk seven”, Rohayati Khosidah, yang selalu setia mendengar curhat penulis, Fauziah, Lilis Muchlisoh, Eem Huzaimah, Atik Nurdiana yang tidak henti memberikan semangat, untuk selalu sabar menghadapi hambatan pembuatan skripsi ini. Kemudian terima kasih kepada saudara Agus Supriadi yang lagi pedekate dengan genk seven, tak henti-hentinya memberikan semangat, kepada penulis. Dan terima kasih kepada teman-teman Manajemen Dakwah B semua yang penulis tidak sebutkan satu persatu. 16. Kakak Sudirman yang selalu membantu dan memberikan semangat motivasi kepada penulis dengan hati yang ikhlas dan sabar. Kakak tau kejelekan dari sifat penulis, “kamu tuh orangnya suka ngedumel kalau lagi pusing….., egois gak mau mengalah, selalu memotong pembicaraan” hehehe…… Tanpa dukungan mereka semua skripsi ini tidak akan terwujud. Akhir kata, peneliti berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pembaca dalam memperkaya khasanah ilmu dibidang Manajemen Dakwah. Peneliti juga mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga segala bentuk bantuan yang diberikan dinilai ibadah oleh Allah SWT. Jazakumullah Khairal Jaza. Amiiin.
Jakarta, 18 Juni 2011
Noni Nuraeni
iv
DAFTAR ISI
ABSTRAK .........................................................................................................
i
KATA PENGANTAR .......................................................................................
ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................
v
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ........................................................
1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah....................................
4
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan ..............................................
5
D. Metode Penelitian..................................................................
5
E. Tinjauan Pustaka ...................................................................
7
F. Sistematika Penulisan ...........................................................
9
LANDASAN TEORITIS TENTANG MEKANISME DAN IMPLEMENTASINYA BAGI HASIL A. Teori Imbalan ....................................................................... 11 1. Pengertian Imbalan.......................................................... 11 2. Pengertian Bagi Hasil ...................................................... 11 3. Landasan Dasar Penerapan Bagi Hasil ........................... 12 4. Pengertian Mudharabah .................................................. 13 5. Landasan Syariah Mudharabah ...................................... 14 6. Rukun dan Syarat Mudharabah ...................................... 17 7. Perkara Yang Membatalkan Mudharabah ....................... 19 8. Jenis-jenis Mudharabah .................................................. 19 9. Pengakuan Laba atau Rugi Mudharabah......................... 20
v
10. Komponen Bagi Hasil Mudharabah ................................ 21 11. Teknik Mudharabah Dalam Perbankan .......................... 22 B. Mekanisme Bagi Hasil Mudharabah Pada Bank Syariah ..... 23 1. Mekanisme melalui Profit and Loss Sharing ................. 23 2. Mekanisme melalui Revenue Sharing ............................ 25 C. Pengertian Implementasi Produk Bagi Hasil Mudharabah Pada Bank Syariah ............................................................... 26 1. Tabungan Mudharabah.................................................... 27 2. Deposito Mudharabah ..................................................... 28 3. Giro Wadiah ................................................................... 29 BAB III
GAMBARAN UMUM
BANK
SYARIAH
MANDIRI
CABANG DEPOK A. Sejarah Berdirinya Bank Syariah Mandiri ............................ 31 B. Visi dan Misi ......................................................................... 34 C. Prinsip Operasional .............................................................. 34 D. Budaya Perusahaan ............................................................... 35 E. Nilai- nilai Perusahaan .......................................................... 36 F. Struktur Organisasi ............................................................... 37 G. Produk dan Jasa Bank Syariah Mandiri ................................ 38 BAB IV
MEKANISME PEMBERIAN IMBALAN BAGI HASIL DAN IMPLEMENTASINYA PADA BANK SYARIAH CABANG DEPOK A. Konsep Bagi hasil ................................................................. 42 1. Pengertian Profit and Loss Sharing (Pendapatan Bersih) 42
vi
2. Pengertian Revenue Sharing (pendapatan kotor) ............ 44 B. Perhitungan Nisbah Bagi Hasil Mudharabah Bank Syariah Mandiri .................................................................................. 48 C. Implementasi Produk Bagi Hasil Pada Bank Syariah Mandiri Cabang Depok ......................................................... 52 1. Tabungan Bank Syariah Mandiri .................................... 52 2. Deposito Bank Syariah Mandiri ...................................... 54 3. Giro Bank Syariah Mandiri ............................................. 56 BAB V
PENUTUP A. Kesimpulan ........................................................................... 59 B. Saran-saran ............................................................................ 61
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Ajaran Islam yang meliputi seluruh aspek kehidupan manusia. Dizaman Rasulullah SAW, belum terdapat institusi bank, namun sudah memberikan prinsip-prinsip dan filosofi dasar yang harus dijadikan pedoman dalam aktivitas perdagangan dan perekonomian. Dalam menghadapi permasalahan muamalah kontemporer yang harus dilakukan hanyalah mengidentifikasi prinsip-prinsip dan filosofi dasar ajaran Islam dalam bidang ekonomi dan kemudian mengidentifikasi semua yang dilarang dalam syariah Islam.1 Ketidakjelasan wujud dan bentuk ekonomi Islam atau sistem perekonomian di dunia Islam tersebut bukan saja karena langkanya informasi, akan tetapi kurang adanya pengkajian terhadap sistem perekonomian Islam. Tetapi memang besar kemungkinan jajahan pemikiran kapitalis dan sosialis, yang mungkin menjadi warisan tradisi konseptual ekonomi dunia Barat yang telah mewarnai bahkan meracuni sistem dan cara berpikir sebagian besar masyarakat muslim.2 Lembaga keuangan seperti perbankan, mempunyai peran yang penting bagi aktifitas perekonomian. Perang strategis perbankan tersebut merupakan wahana yang mampu menghimpun dana dan menyalurkan dana masyarakat 1
Adiwarman A. Karim, Bank Islam Analisis fiqih dan Keuangan, (Jakarta PT. Raja Grafindo Persada, 2007) h. 17 2 Hasanudin, Buku Ajar, Sistem Ekonomi Islam ( Jakarta: UIN Press, 2008), h.1
1
2
secara efektif dan efisien kearah peningkatan taraf hidup rakyat. 3 Berdasarkan prinsip dasar produk tersebut, sesungguhnya bank syariah memiliki core product pembiayaan berupa produk bagi hasil yang dikembangkan dalam produk pembiayaan mudharabah. Keadaan kinerja produk mudharabah menunjukkan adanya kesenjangan antara teori dan praktik pelaksanaan produk bank syariah, bank syariah berkeinginan mengembangkan produk pembiayaan bagi hasil, namun kondisi masyarakat belum menyediakan iklim yang diinginkan. Kesenjangan antara teori dan realitas mekanisme operasi produk yang berbasis profit and loss sharing (PLS) dan revenue sharing (RS) tentunya sangat dipengaruhi oleh banyak sebab atau faktor. Faktor ini dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu faktor internal perbankan syariah dan faktor eksternal bank syariah. Faktor internal yaitu, kalangan perbankan belum memahami secara baik tentang konsep dan praktik produk mudharabah. Faktor eksternal yaitu, adanya kerja sama antara nasabah dan bank syariah dalam proses mudharabah, dan didukung dengan kinerja yang jujur dan amanah.4 Tidak seperti bank konvensional, yang pada dasarnya berperan sebagai peminjam dana disatu pihak dan pemberi pinjaman dana dilain pihak, bank Islam pada hakikatnya adalah mitra bagi para deposannya kecuali dalam hal rekening lancar dan layanan-layanan bank yang tidak didanai, disatu sisi, dan
3
Y. Sri Susilo et.al, bank dan Lembaga Kauangan Lain,( Jakarta, Salemba Empat, 2000),
cet. 1 h. 6 4
Muhammad, Manajemen Pembiayaan Mudharabah di Bank Syariah,(Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada 2008) h. 2
3
juga mitra bagi para nasabahnya, disisi lain, sebagai pengelola dana para deposan. Bank menghimpun dana dari masyarakat melalui kontrak mudharabah yang dapat dibatasi oleh waktu, atau tujuan, atau keduanya, dan dengan demikian menjadi mitra kelola selama berlakunya perjanjian. Begitu bank Islam menjalin kontrak mudharabah dengan deposan, ia akan menggunakan dana-dana itu melalui berbagai macam perjanjian yang dibolehkan syariah: mudharabah, musyarakah, murabahah, ijarah, dan seterusnya.5 Pertumbuhan perbankan syariah di Indonesia cukup menggembirakan per Desember 2008, tercatat ada lima Bank Syariah (Bank Syariah Mandiri, Bank Muamalat Indonesia, Bank Syariah Mega Indonesia, Bank Syariah BRI, dan Bank Syariah Bukopin), 28 Unit Usaha Syariah (UUS) dan 131 Bank Perkreditan Syariah. Dari jumlah ini, terdapat 951 kantor jaringan, belum termasuk jaringan kantor Office channeling yang jumlahnya hampir mencapai 1500.6 Sebagai bagian dari industri perbankan nasional, bank syariah mandiri ternyata merupakan salah satu dari sedikit yang mampu survive di tengah krisis. Hal ini disebabkan bank syariah beroperasi berdasarkan sistem yang totally different dengan sistem perbankan konvensional. Bank syariah tidak beroperasi berdasarkan interest base banking system melainkan sharing system ( bagi hasil).7
5
Mervyn K. Lewis &Latifa M. Algaoud, Perbankan syariah, Prinsip, Praktik dan Prospek, (Jakarta: PT. Serambi ilmu Semesta, Anggota IKAPI 2001), h. 107. Cet- 1 6 A. Riawan Amin, Menata Perbankan Syariah di Indonesia (UIN Press, 2009 ), Cet. 1, h. 101 7 Iraprawirabisma dan Tunas Haryanto, Perbankan Syariah dan Persaingan Pelayanaan Jasa Perbankan,( Jakarta: tpen, 2008), h. 34
4
Mekanisme pemberian imbalan bagi hasil merupakan pembiayaan mudharabah yang ditawarkan oleh bank syariah mandiri dikenal dan diketahui oleh masyarakat luas, maka bank syariah mandiri perlu mengimplementasikan mekanisme pemberian imbalan bagi hasil yang mereka tawarkan agar sasaran pasar yang dituju serta tujuan perusahaan dapat tercapai. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk mengkaji masalah tersebut dalam sebuah karya ilmiah berupa skripsi dengan judul “MEKANISME
PEMBERIAN
IMBALAN
BAGI
HASIL
DAN
IMPLEMENTASINYA PADA BANK SYARIAH MANDIRI CABANG DEPOK.” bank syariah mandiri dipilih sebagai lembaga keuangan yang akan di teliti dengan pertimbangan bank syariah mandiri, berasal dari salah satu anak perusahaan dilingkup bank mandiri yang kemudian dikonversikan bank syariah secara penuh. Sehingga penulis sangat tertarik menjadikan bank syariah mandiri sebagai tempat penelitian
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan masalah Di sini penulis hanya membatasi masalah yang akan di bahas adalah pada mekanisme dan implementasi pemberian imbalan bagi hasil pada Bank Syariah Mandiri cabang Depok. 2. Perumusan Masalah a. Bagaimana mekanisme pemberian imbalan bagi hasil pada bank syariah mandiri cabang Depok?
5
b. Bagaimana impelementasi produk bagi hasil pada bank syariah mandiri cabang Depok?
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan 1. Tujuan Penulisan a. Untuk mengetahui seperti apa mekanisme yang dilakukan oleh bank syariah mandiri, dalam pemberian imbalan bagi hasil. b. Untuk mengetahui implementasi produk bagi hasil pada bank syariah mandiri cabang Depok. 2. Manfaat Penulisan a. Manfaat Akademik Sebagai tambahan untuk referensi bagi penulis ataupun untuk masyarakat umum, yang mungkin orang pada umumnya ingin mengetahui lebih jauh bank syariah mandiri cabang Depok. b. Manfaat Praktis Sebagai informasi tentang bank syariah mandiri yang akan dijadikan pertimbangan bahan untuk masyarakat berfikir ulang tentang pentingnya bank syariah mandiri cabang Depok.
D. Metode Penelitian 1. Subjek, Objek dan Sumber Data Penelitian a. Subjek dalam penelitian ini adalah tentang bank syariah mandiri kantor cabang Depok secara keseluruhan. b. Objek dalam penelitian ini adalah mekanisme pemberian imbalan bagi hasil dan implementasi oleh bank syariah mandiri cabang Depok.
6
c. Sumber data pada penelitian ini adalah data-data yang bersumber dari bank syariah mandiri kantor cabang Depok yang dapat menunjang penelitian. 2. Teknik Pengumpulan Data Metode yang digunakan adalah metode kualitatif. Metode kualitatif adalah prosedur sebuah penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata, baik lisan maupun tulisan dari orang maupun prilaku yang diamati.8 a. Wawancara Wawancara
dibutuhkan
untuk
memperoleh
informasi
tentang
mekanisme pemberian imbalan bagi hasil dan implementasi perbankan syariah (study analisis bank syariah mandiri cabang Depok) dari pihak terkait. b. Observasi Penulis menganalisa data-data yang akan diperoleh, hal-hal yang diperlukan dalam observasi adalah note book atau perihal lain yang dapat menunjang aktivitas selama observasi berjalan. c. Dokumentasi disini diartikan sebagai tertulis dari data hasil wawancara. 3. Tempat dan Waktu Penelitian a. Tempat penelitian Penelitian dilaksanakan Ruko Depok Mas Blok A1-2 Jl. Margonda Raya No. 42, Depok Jawa Barat. Telp. (021) 7765231-51-89 Fax. (021)77202905 8
Lexy Moeleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Karya, 1989), h. 3
7
b. Waktu penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 04 Mei-04 Juni 2011 4. Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan oleh penulis adalah analisis data kualitatif dengan pendekatan deskriptif analisis yaitu penulis melakukan analisa terhadap mekanisme pemberian imbalan bagi hasil dan implementasinya pada Bank Syariah Mandiri Cabang Depok dan menghubungkannya dengan data yang telah diperoleh agar menjadi satu kesimpulan. 5. Teknik Penulisan Teknik penulisan skripsi ini, adalah berpedoman pada buku. Pedoman penulisan karya ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi), yang disusun oleh tim penulis UIN JAKARTA dan di terbitkan oleh CEQDA UIN Jakarta pada tahun 2007.
E. Tinjauan Pustaka Sebelum mengadakan penelitian lebih lanjut, kemudian menyusunnya menjadi suatu karya ilmiah, langkah awal yang penulis tempuh dalam penyusunan skripsi ini adalah mengkaji lebih jauh skripsi-skripsi terdahulu yang mempunyai judul skripsi hampir sama dengan skripsi yang akan penulis susun. Oleh karena itu, untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan seperti menduplikat hasil karya orang lain, maka penulis perlu mempertegas antara masing-masing judul dan hasil penelitian yang dihasilkan dari penelitian tersebut, yaitu sebagai berikut:
8
1. Skripsi Andi Hastono, S1, Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 1430 H/2009 M. Dengan judul Nilai-nilai Islam Pada Budaya Organisasi Bank Syariah Mandiri Pusat. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan pendekatan deskriptif. Skripsi ini membahas tentang nilai-nilai Islam baik dari segi budaya ataupun organisasi pada bank syariah mandiri pusat. 2. Skripsi Novi Rofiani, S1, Fakultas Syariah Dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 1430 H/2009 M. dengan judul Perilaku Nasabah Dalam Memilih Produk Pembiayaan Pegadaian Pada PT. Bank Syariah Mandiri,Tbk. Skripsi ini mengkaji tentang profil dalam memilih produk pembiayaan pegadaian. Pada bank syariah mandiri. 3. Skripsi Zakwan Efendy, S1, Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 1430 H/2008 M, dengan judul Tingkat Kepuasan Nasabah Usaha Kecil Terhadap Pelayanan Pembiayaan Pada Bank Syariah Mandiri Cabang Warung Buncit Skripsi ini membahas tentang, tingkat kepuasan nasabah usaha kecil dalam memperoleh layanan pembiayaan pada bank syariah mandiri cabang warung buncit berdasarkan data dari hasil penelitian. Dalam skripsi ini, penulis membahas proses mekanisme bagi hasil dan impelemantasinya pada bank syariah mandiri cabang Depok, perbedaan dalam skripsi ini, penulis hanya membahas proses mekanisme bagi hasil dan implementasinya pada bank syariah mandiri cabang Depok.
9
F. Sistematika Penulisan Dalam skripsi ini, penulis membagi kedalam lima yang masing-masing memiliki sub- sub bab dengan penyusunan sebagai berikut: BAB I
PENDAHULUAN Dalam bab ini akan menguraikan dan menjelaskan, latar belakang masalah, perumusan dan pembatasan masalah, tujuan dan manfaat peneltian, tinjauan pustaka dan sistematika penulisan.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS Dalam bab ini akan menguraikan dan menjelaskan tentang: mekanisme pemberian imbalan bagi hasil yaitu: Pengertian imbalan, pengertian bagi hasil (mudharabah), landasan dasar penerapan bagi hasil, pengertian mudharabah, landasan syariah mudharabah, rukun dan syarat mudharabah, perkara yang membatalkan mudhrabah, jenis-jenis mudharabah, pengakuan laba atau rugi mudharabah, komponen bagi hasil mudharabah, profit
and
loss
sharing,
revenue
sharing,
pengertian
implementasi produk bagi hasil yaitu: tabungan mudharabah, deposito mudharabah, giro wadiah. BAB III
GAMBARAN UMUM TENTANG BANK SYARIAH MANDIRI CABANG DEPOK, Bab ini menggambarkan sejarah singkat berdirinya bank syariah mandiri cabang depok, visi dan misi bank syariah mandiri cabang depok, prinsip operasional bank syariah
10
mandiri, budaya perusahaan bank syariah mandiri, nilai-nilai perusahaan bank syariah mandiri, struktur organisasi bank syariah mandiri cabang depok, dan produk dan jasa bank syariah mandiri cabang depok. BAB IV
MEKANISME PEMBERIAN IMBALAN BAGI HASIL DAN IMPLEMENTASINYA PADA BANK SYARIAH MANDIRI CABANG DEPOK Bab ini menguraikan tentang mekanisme konsep bagi hasil dengan pengertian profit and loss sharing (pendapatan bersih) dan
pengertian
revenue
sharing
(pendapatan
kotor).
implementasinya produk bagi hasil pada bank syariah mandiri cabang depok, terdiri dari tiga sub bab yaitu: tabungan mudharabah bank syariah mandiri, deposito bank syariah mandiri, giro bank syariah mandiri. BAB V
PENUTUP Bab ini menggambarkan kesimpulan, dan saran-saran.
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
BAB II LANDASAN TEORITIS TENTANG MEKANISME PEMBERIAN IMBALAN DAN IMPLEMENTASINYA BAGI HASIL
A. Teori Imbalan 1. Pengertian Imbalan
Imbalan adalah upah sebagai pembalas jasa.1 Yaitu balas jasa yang adil dan layak diberikan kepada para pekerja atas jasa-jasanya dalam mencapai tujuan organisasi. Upah merupakan imbalan finansial langsung yang dibayarkan kepada karyawan berdasarkan jam kerja, jumlah barang yang dihasilkan atau banyaknya pelayanan yang diberikan. Jadi tidak seperti gaji yang jumlahnya relatif tetap, besarnya upah dapat berubahubah. Konsep upah biasanya dihubungkan dengan proses pembayaran bagi tenaga kerja lepas.2 2. Pengertian Bagi Hasil
Bagi hasil terdiri dari dua kata yaitu bagi dan hasil. Bagi artinya penggal, pecah, urai dari yang utuh. 3Sedangkan hasil adalah akibat tindakan baik yang disengaja maupun tidak, baik yang menguntungkan maupun yang merugikan.4 Kata hasil juga dapat disamakan dengan pendapatan yang pengertiannya adalah uang yang diterima oleh 1
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta, Balai Pustaka, 1988, hal. 326 cet 1 2 Veithzal Rivai, Ella jauvani Sagala, Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Perusahaan Dari Teori ke Praktik (Jakarta, Raja Grafindo Persada, 2009) h. 758. Edisi 2 3 Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta, Balai Pustaka, 2007), h. 86 4 Marbun B.N., Kamus Manajemen, (Jakarta, Pustaka Sinar Harahap, 2003). hal. 93
11
12
perorangan, perusahaan dan organisasi lain dalam bentuk upah, gaji, sewa, bunga, komisi, ongkos, dan laba.5 3. Landasan Dasar penerapan Bagi Hasil
Fatwa dewan syari’ah Nasional yang menetapkan tentang bagi hasil (Renenue Sharing) adalah fatwa No. 15/DSN-MUI/IX/2000 tanggal 7 Jumadil Akhir 1421 H atau 16 September 2000 M, tentang prinsip distribusi bagi-hasil dalam Lembaga Keuangan Syari’ah (LKS), fatwa tersebut menyatakan antara lain: Mekanisme perhitungan bagi-hasil dapat menggunakan prinsip profiit and loss sharing dan revenue sharing: a. Pembagian hasil usaha antara para pihak (mitra) dalam atau bentuk usaha kerjasama boleh didasarkan pada prinsip profit and loss sharing (bagi untung), yakni bagi-hasil yang dihitung dari pendapatan setelah dikurangi biaya pengelolaan dana, dan boleh pula didasarkan pada prinsip revenue sharing (bagi pendapatan), yakni bagi-hasil yang dihitung dari total pendapatan pengelolaan dana dan masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan. b. Kedua prinsip tersebut pada dasarnya dapat digunakan untuk keperluan distribusi bagi hasil dalam Lembaga Keuangan Syari’ah (LKS) c. Supaya para pihak yang berkepentingan memperoleh kepastian tentang prinsip mana yang boleh digunakan dalam Lembaga Keuangan Syari’ah (LKS), sesuai dengan prinsip agama Islam. Dewan syari’ah Nasiaonal (DSN) memandang perlu menetapkan fatwa tentang prinsip pembagian
5
Ibid. hal. 93
13
hasil usaha dalam Lembaga Keuangan Syariah (LKS) untuk dijadikan pedoman. 6 4. Pengertian Mudharabah
Mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara bank sebagai pemilik dana (shahibul maal) dan nasabah sebagai pengelola dana (mudharib) untuk melakukan kegiatan usaha dengan nisbah pembagian hasil (keuntungan atau kerugian) menurut kesepakatan dimuka.7 Secara teknis, Mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara dua pihak dimana pihak pertama (shahibul maal) menyediakan seluruh (100%) modal,
sedangkan
pihak
lainnya
menjadi
pengelola
(mudharib).
Keuntungan usaha secara Mudharabah dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak, sedangkan apabila rugi ditanggung oleh pemilik modal selama kerugian itu bukan akibat kelalaian si pengelola. Seandainya kerugian itu diakibatkan karena kecurangan atau kelalaian si pengelola, maka si pengelola harus bertanggung jawab atas kerugian tersebut.8 Mudharabah adalah akad yang telah dikenal oleh ummat muslim sejak zaman Nabi, bahwa telah dipraktikkan oleh bangsa Arab sebelum turunnya Islam. Ketika Nabi Muhammad SAW, berprofesi sabagai pedagang, beliau praktik Mudharabah antara Khadijah dengan Nabi, saat itu Khadijah mempercayakan barang dagangannya untuk dijual oleh Nabi Muhammad SAW keluar negeri. Dalam kasus ini, Khadijah berperan 6
Dewan Syariah Nasional, Himpunan Fatwa Dewan Syari’ah Nasional Untuk Lembaga Keuangan Syari’ah, Edisi II (Kerjasama Dewan Syari’ah Nasional dan Bank Indonesia, 2003), h. 93-96. 7 Tim Penyusun Pedoman Akuntansi Perbankan Syari’ah (IAI), Pedoman Akuntansi Syari’ah Indonesia, Jakarta: Ikatan Akuntansi Indonesia, 2003), cet. 1. hal.51. 8 Syafi’I Antonio, Bank Ssyari’ah Dari Teori ke Praktik, (Jakarta: Gema Insani Press, 2001). Hal. 95
14
sebagai pemilik modal (shahib al-maal) sedangkan Nabi Muhammad SAW, berperan sebagai pelaksana usaha (mudharib). 5. Landasan Syariah Mudharabah
Secara umum landasan syari’ah al-mudharabah diperbolehkan dalam Islam, karena bertujuan untuk saling membantu antara pemilik modal dengan seseorang yang ahli dalam mengelola dana. Dalil tentang kebolehan mudharabah diantaranya:9 a. Al-Quran Sebagaimana Allah berfirman dalam Surat al-Muzzamil ayat 20 sebagai berikut:
Artinya: “Sesungguhnya Tuhanmu mengetahui bahwasanya kamu berdiri (sembahyang) kurang dari dua pertiga malam, atau seperdua malam atau sepertiganya dan (demikian pula) segolongan dari orang-orang yang bersama kamu. dan Allah menetapkan ukuran malam dan siang. Allah mengetahui bahwa kamu sekali-kali tidak dapat menentukan batas-batas waktu-waktu itu, Maka Dia memberi keringanan kepadamu, 9
134
Ah. Azharuddin Lathif, Fiqh Muamalat, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005), cet. 1, h.
15
karena itu bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al Quran. Dia mengetahui bahwa akan ada di antara kamu orangorang yang sakit dan orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia Allah; dan orang-orang yang lain lagi berperang di jalan Allah, Maka bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al Quran dan dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat dan berikanlah pinjaman kepada Allah pinjaman yang baik. dan kebaikan apa saja yang kamu perbuat untuk dirimu niscaya kamu memperoleh (balasan)nya di sisi Allah sebagai Balasan yang paling baik dan yang paling besar pahalanya. dan mohonlah ampunan kepada Allah; Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” Makna dari surat al-Muzammil: 20 adalah adanya kata yadhribun yang sama dengan akat kata Mudharabah yang berarti melakukan suatu perjalanan usaha. b. Hadits
10
Artinya: ”Tiga bentuk usaha yang mendapat berkah dari Allah, yaitu: menjual dengan bayar tangguh, Muqaradhah (mudharabah), dan mencampuri gandum dengan tepung untuk keperluan rumah tangga, bukan untuk dijual”. (HR. Ibn Majah dari Shuhaib). Dari hadist diatas dapat kita lihat bahwa Mudharabah adalah salah satu satu dari tiga bentuk usaha yang sebutkan. c. Ijma Ijma Zailai dalam kitabnya Nasbu ar-Rayah (4/13) telah menyatakan bahwa para sahabat telah berkonsensus akan legitimasi 10
783
M. Nasharudin Al- Albani, Sunan Ibnu Majah, Riyadh: Dar al- Salam, 1997, Jilid 1, h.
16
pengolahan harta anak yatim secara Mudharabah. Kesepakatan para sahabat ini sejalan dengan spirit hadist yang dikutip oleh Abi Ubaid Al-Qasim Ibn Salam:
Artinya: “Rasulullah SAW, telah berkhotbah di depan kaumnya seraya berkata wahai para wali yatim, bergegaslah untuk menginvestasikan harta amanah yang ada ditanganmu janganlah didiamkan sehingga termakan oleh zakat”.(HR. Bukhari dan Muslim). 11 Indikasi dari hadist ini adalah menginvestasikan harta anak yatim secara Mudharabah sudah dianjurkan, apalagi Mudharabah dalam harta sendiri. Adapun pengertian zakat disini, seandainya harta tersebut diinvestasikan, maka zakatnya akan diambil dari return on investment (keuntungan) bukan dari return on investment (keuntungan) bukan dari modal. Dengan demikian harta amanat tersebut akan senantiasa berkembang, bukan berkurang.12 d. Qiyas Mudharabah
diqiyaskan
kepada
al-musaqah
(menyuruh
seseorang untuk mengelola kebun). Selain diantara manusia, ada yang miskin dan ada pula yang kaya. Di satu sisi, banyak orang kaya yang 11
Abi Ubaid Al-Qasim Ibn Salam, Kitab Al-Amwal, (Darul Kitab Al-Alamiah.1406 H/1986 M), hal, 454 12 Alaudin Al-Kasani Hanafi, Bada’I Ash-Shana’I fi Tartib Asy-Syara’I, juz II, (Darul Fikhi, 1417 H/ 1996 M), hal. 79
17
tidak dapat mengusahakan hartanya. Di sisi lain, tidak sedikit orang miskin yang mau bekerja, tetapi tidak memiliki modal. Dengan demikian, adanya mudharabah ditujukan antara lain untuk memenuhi kebutuhan kedua golongan di atas, yakni untuk kemaslahatan manusia dalam rangka memenuhi kebutuhan mereka.13 6. Rukun dan Syarat Mudharabah
Ada beberapa rukun dan syarat yang harus dipenuhi dalam mudharabah, diantaranya yaitu: a. Pelaku (pemilik modal maupun pelaksana usaha) Akad Mudharabah, harus ada minimal dua pelaku. Pihak pertama bertindak sebagai pemilik modal (shahibul maal), pihak kedua sebagai pelaksana usaha (mudharib). Syarat keduanya adalah pemodal dan pengelola harus mampu melakukan transaksi dan syah secara hukum.14 b. Objek Mudharabah Objek merupakan konsekuensi logis dari tindakan yang dilakukan oleh para pelaku. Pemilik modal menyerahkan modalnya sebagai objek mudharabah, sedangkan pelaksana usaha menyerahkan kerjanya sebagai objek mudharabah. Modal yang diserahkan berbentuk uang. Sedangkan kerja yang diserahkan bisa berbentuk keahlian, keterampilan, selling skill, manajement skill dan lain-lain.
13
Rahmat Syafe’I, Fiqih Muamalah untuk IAIN, STAIN, PTAIS, dan Umum, (Bandung: Pustaka Setia, 2001), hal. 226 14 Syafi’I Antonio, Bank Syari’ah Wacana Ulama dan Cendekiawan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004), h. 191
18
Syarat objek Mudharabah adalah: 1) Modal harus diketahui jumlah dan jenisnya (mata uang) 2) Modal harus tunai Para fuqaha tidak memperbolehkan modal Mudharabah berbentuk barang, ia harus uang tunai karena barang tidak dapat dipastikan taksiran harganya dan mengakibatkan ketidakpastian (gharar) besarnya modal Mudharabah. Para fuqaha telah sepakat tidak bolehnya Mudharabah dengan utang. Tanpa adanya setoran modal, berarti shahibul maal tidak memberikan kontribusi apapun padahal mudharib telah bekerja. Para ulama Syafi’I dan Maliki melarang hal itu karena merusak syahnya akad.15 c. Persetujuan Kedua Belah Pihak (ijab –qabul) Persetujuan kedua belah pihak merupakan konsekuensi dari prinsip “an-taraadhim minkum (sama-sama rela)”.16 Kedua belah pihak harus secara rela bersepakat untuk mengingatkan diri dalam akad mudharabah. Shahibul maal sepakat utuk mengeluarkan dananya untuk dikelola dan diinvestasikan dan mudharib rela mengelola dana tersebut. d. Nisbah Keuntungan Nisbah adalah rukun yang khas dalam akad mudharabah yang tidak ada dalam akad jual beli. Nisbah mencerminkan imbalan yang berhak diterima oleh kedua belah pihak yang bermudharabah.17 Mudharib mendapatkan hasil atas usahanya dan shahibul maal mendapatkan keuntungan dari penyertaan modal. 15
Ibid, h.194 Ibid, h.194 17 Muhammad, Teknik Perhitungan Bagi Hasil dan Profit Margin Pada Bank Syari’ah (Yogyakarta: UII Press, 2004), h. 73 16
19
Sedangkan syarat-syaratnya adalah: 1) Keuntungan harus dibagi untuk kedua pihak 2) Proporsi keuntungan masing-masing pihak harus diketahui pada waktu kontrak dan proporsi tersebut harus diambil dari keuntungan. 3) Nisbah keuntungan dapat disepakati untuk ditinjau dari waktu ke waktu 4) Kedua belah pihak juga harus menyepakati biaya-biaya apa saja yang ditanggung pemodal dan pengelola.18 7. Perkara Yang Membatalkan Mudharabah
Ada beberapa perkara
yang dapat
membatalkan transaksi
Mudharabah: a. Pembatalan, larangan berusaha dan pemecatan b. Salah seorang aqid meninggal dunia c. Salah seorang aqid gila d. Pemilik modal murtad e. Modal rusak ditangan pengusaha.19 8. Jenis-jenis Mudharabah
Secara umum, Mudharabah dibagi menjadi 2 jenis,20 Yaitu: a. Mudharabah Mutlaqah Mudharabah Muthlaqah adalah bentuk kerja sama antara shahibul maal dengan mudharib yang cakupannya sangat luas dan tidak dibatasi oleh
18
Ibid, Antonio Syafi’I, Bank Syari’ah Wacana Ulama dan Cendikiawan, h. 176 Ibid, Antonio Syafi’I, Bank Syari’ah Wacana Ulama dan Cendikiawan, h. 176 20 Sofyan S. Harahap, Dkk, Akuntansi Perbankan Syari’ah, (Jakarta: LPFE Usakti, 2007), 19
hal. 71
20
spesifikasi jenis usaha, waktu dan daerah bisnis.21 Investasi yang tidak terbatas ini dalam perbankan syari’ah diaplikasikan pada tabungan dan deposito b. Mudharabah Muqayyadah Mudharabah Muqayyadah yaitu pemilik dana membatasi/memberi syarat kepada mudharib dalam pengelolaan dana seperti hanya untuk melakukan mudharabah bidang tertentu, cara waktu dan tempat tertentu saja, bank dilarang mencampurkan rekening investasi terbatas dengan dana bank atau rekening lainnya pada saat investasi. Bank dilarang untuk investasi dananya pada saat transaksi penjualan cicilan, tanpa pinjaman atau jaminan. Bank diharuskan melakukan investasi sendiri (tanpa melalui pihak ketiga).22 9. Pengakuan Laba atau Rugi Mudharabah
a. Apabila pembiayaan mudharabah melewati satu periode pelaporan: 1) Laba pembiayaan mudharabah diakui dalam periode terjadinya hak bagi hasil sesuai nisbah yang disepakati. 2) Rugi yang terjadi diakui dalam periode terjadinya rugi tersebut dan mengurangi saldo pembiayaan mudharabah. b. Pengakuan laba atau rugi mudharabah dalam praktek dapat diketahui berdasarkan laporan bagi hasil dari pengelola dana yang diterima oleh bank.
21 22
Ibid, Antonio Syafi’I, hal. 97 Ibid, h. 97
21
c. Bagi hasil mudharabah dapat dilakukan dengan dua metode, yaitu bagi hasil (profit sharing) atau bagi pendapatan (revenue sharing). Bagi laba, dihitung dari pendapatan setelah dikurangi beban yang berkaitan dengan pengelolaan dana mudharabah. Sedangkan bagi pendapatan, dihitung dari total pengelolaan mudharabah. d. Rugi
pembiayaan
mudharabah
yang
diakibatkan
penghentian
mudharabah sebelum masa akad berakhir diakui sebagai pengurang pembiayaan mudharabah. e. Rugi pengelolaan yang timbul akibat kelalaian atau kesalahan mudharib dibebankan pada pengelola dana. f. Bagian laba bank yang tidak dibayarkan oleh pengelola dana (mudharib) pada saat mudharabah selesai atau dihentikan sebelum masanya selesai diakui sebagai piutang jatuh tempo kepada pengelola dana (mudharib). 10. Komponen Bagi Hasil Mudharabah
Beberapa hal yang yang terkait dengan perhitungan bagi hasil pembiayaan mudharabah adalah sebagai berikut: a. Saldo Pembiayaan b. Jangka waktu Pengembalian c. Sistem pengembalian, apakah mengangsur atau ditangguhkan d. Hasil yang diharapkan oleh BMT e. Nisbah bagi hasil
22
f. Proyeksi pendapatan dari calon peminjam. Berdasarkan pengalaman usaha sebelumnya, proyeksi ini lebih mudah diketahui g. Realisasi pendapatan yang sesungguhnya. Berdasarkan laporan keuangan peminjam, besar kecilnya laba aktual menjadi dasar dalam pengambilan tingkat bagi hasil. h. Tingkat persaingan harga dengan lembaga keuangan lainnya 11. Teknik Mudharabah Dalam Perbankan
a. Jumlah modal yang diserahkan kepada nasabah selaku pengelola modal, harus diserahkan tunai, dapat berupa uang. Apabila modal diserahkan secara bertahap harus jelas tahapannya dan disepakati bersama b. Hasil
pengelolaan
modal
pembiayaan
mudharabah
dapat
diperhitungkan dengan dua cara: 1) Dari pendapatan Proyek (revenue sharing) 2) Perhitungan dari keuntungan proyek (profit sharing) c. Hasil usaha dibagi sesuai dengan persetujuan dalam akad, pada setiap bulan atau waktu yang telah disepakati. Bank selaku pemilik modal menanggung
seluruh
kerugian
kecuali
akibat
kalalaian
dan
penyimpangan pihak nasabah, seperti penyelewengan, kecurangan dan penyalahgunaan dana d. Bank berhak melakukan pengawasan terhadap pekerjaan namun tidak berhak mencampuri urusan pekerjaan/usaha nasabah
23
e. Jika nasabah cidera janji dengan sengaja, misalnya tidak mau membayar kewajiban atau menunda pembayaran kewajiban dapat dikenakan sanksi administrasi.23
B. Mekanisme Pemberian Imbalan Bagi Hasil Mudharabah Pada Bank Syariah Bagi hasil mudharabah pada bank syariah dapat ditempuh dengan menggunakan dua metode, yaitu Profit Sharing dan Revenue Sharing. 1. Mekanisme melalui Profit and Loss Sharing Profit Sharing secara etimologi adalah bagi keuntungan. Dalam kamus ekonomi diartikan pembagian laba.24 Profit secara istilah adalah perbedaan yang timbul ketika total pendapatan (total revenue) suatu perubahan lebih besar dari biaya total (total cost).25 Secara definitif profit sharing diartikan distribusi beberapa bagian dari laba pada para pegawai dari beberapa perusahaan.26 Dalam istilah lain profit sharing adalah perhitungan bagi hasil didasarkan pada hasil bersih dari
total pendapatan setelah dikurangi
dengan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan tersebut.27 Pada perbankan syari’ah istilah yang sering dipakai adalah 23
Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syari’ah Deskripsi dan Ilustrasi, (Yogyakarta: Ekonisia, 2004), h. 70 24 Christopher Pass & Briyan Lowes, Kamus Lengkap Ekonomi, (Jakarta:Erlangga, 1994), Ed.II, h. 534 25 Ibid. 534 26 Muhammad, Manajemen Bank Syari’ah,( Yogyakarta: UUP AMP YKPN, 2002), h. 102 27 Tim Pengembangan Perbankan Syari’ah Institut Bankir Indonesia, Konsep, Produk dan Implementasi Operasional Bank Syari’ah, (Jakarta: Djambatan, 2001), h. 264
24
profit and loss sharing, dimana hal ini dapat diartikan sebagai pembagian untung dan rugi dari pendapatan yang diterima atas hasil usaha yang telah dilakukan. Mekanisme profit and loss sharing dalam pelaksanaanya merupakan bentuk dari perjanjian kerja sama antara pemodal (investor) dan pengelola modal (entrepreneur) dalam menjalankan kegiatan usaha, dimana antara keduanya terikat kontrak bahwa dalam usaha tersebut jika mendapat keuntungan akan dibagi antara kedua pihak sesuai nisbah kesepakatan diawal perjanjian, dan begitu pula jika mengalami kerugian akan ditanggung bersama sesuai porsi masing-masing.28 Keuntungan yang dapat dari usaha tersebut akan dilakukan pembagian setelah dilakukan perhitungan terlebih dahulu atas biaya-biaya yang telah dikeluarkan selama proses usaha. Keuntungan usaha dalam dunia bisnis bisa negatif, artinya usaha merugi, positif berarti ada angka lebih sisa hasil pendapatan dikurangi biaya-biaya, dan nol artinya antara pendapatan dan biaya menjadi balance. Keuntungan yang dibagikan adalah keuntungan yang bersih (net profit) yang merupakan kelebihan dari selisih atas pengurangan total cost terhadap total revenue. Pembagian dalam profit sharing, modal usaha dipisahkan terlebih dahulu, modal tidak termasuk ke dalam pembagian tersebut. Dan pendapatan yang dibagikan oleh bank adalah seluruh pendapatan, baik
28
Muhammad, Manajemen Bank Syaria’ah, Op. Cit., h. 105
25
hasil investasi dana maupun pendapatan fee atas jasa-jasa yang diberikan oleh bank setelah dikurangi biaya-biaya operasional bank.29 2. Mekanisme melalui Renvenue Sharing Revenue sharing berasal dari bahasa Inggris yang terdiri dari dua kata yaitu, revenue yang berarti hasil, penghasilan, pendapatan. Sharing bentuk kata kerja dari share, yang berarti bagi atau bagian.30 Revenue sharing berarti pembagian hasil, penghasilan atau pendapatan. Revenue (pendapatan) dalam kamus ekonomi adalah hasil uang yang diterima oleh suatu perusahaan dari penjualan barang-barang (goods) dan jasa-jasa (services) yang dihasilkannya dari pendapatan penjualan (sales revenue).31 Dalam arti lain, revenue merupakan besaran yang mengacu pada perkalian antara jumlah out put yang dihasilkan dari kegiatan produksi dikalikan dengan harga barang atau jasa dari suatu produksi tersebut.32 Revenue dapat juga disamakan dengan kata income yang merupakan penerimaan oleh seseorang dan perusahaan dalam bentuk gaji (wages), upah (salaries), sewa (rent), bunga (interest) dan laba (profit).33 Dalam revenue terdapat unsur-unsur yang terdiri dari total biaya (total cost) dan laba (profit). Laba bersih (net profit) merupakan laba kotor (gross profit) dikurangi distribusi penjualan, admisistrasi dan keuangan.34 29
Zainul Arifin, Dasar-Dasar Manajemen Bank Syari’ah, (Jakarta: Alvabet, 2002), cet. Ke-1, h. 66-67 30 Jhon M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggris- Indonesia, (Jakarta: PT Gramedia, 1995), cet. Ke-21, h. 518 31 Christopher Pass & Briyan Lowes, Kamus Lengkap Ekkonomi, OP. Cit., h. 583 32 Ibid, h. 584 33 Ibid, h. 588 34 Christopher Pass & Briyan Lowes, Kamus Lengkap Bisnis, (Jakarta: Erlangga, 1994), Edisi ke-II, h. 473
26
Berdasarkan definisi diatas, dapat diambil kesimpulan arti revenue pada prinsip ekonomi dapat diartikan sebagai total penerimaan dari hasil usaha dalam kegiatan produksi, yang merupakan jumlah dari total pengeluaran atas barang ataupun jasa dikalikan dengan harga barang tersebut. Unsur tersebut terdapat dalam revenue meliputi total harga pokok penjualan. Sharing dalam arti perbankan syari’ah adalah perhitungan bagi hasil didasarkan pada total seluruh pendapatan yang diterima sebelum dikurangi dengan biaya-biaya yang telah dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan tersebut. 35
C. Pengertian Implementasi Produk Bagi Hasil Mudharabah Pada Bank Syariah Dalam kamus besar bahasa indonesia, pengertian implementasi yaitu, pelaksanaan, penerapan.36 Implementasi adalah proses untuk memastikan terlaksananya
suatu
kebijakan
dan
tercapainya
kebijakan
tersebut.
Impelementasi juga dimaksudkan menyediakan sarana untuk membuat sesuatu dan memberikan hasil yang bersifat praktis terhadap sesama.37 Dalam implementasi produk bagi bank syariah pada bank syariah terbagi tiga yaitu:
35
Tim Pengembangan Perbankan Syari’ah Institut Bankir Indonesia, Konsep, Produk dan Implementasi Operasional Bank Syari’ah, Op. Cit., h. 264 36 Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta, Balai Pustaka, 2007), h. 427 37 Diakses pada situs http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/487/jbptunikompp-gdldewioktavi-24319-2-babii.pdf pada tanggal 8 Agustus 2011
27
1. Tabungan Mudharabah Tabungan
mudharabah
adalah
tabungan
yang
dijalankan
berdasarkan akad mudharabah. Mudharabah mempunyai dua bentuk, yakni mudharabah mutlaqah dan mudharabah muqayyadah, yang perbedaan utama di antara keduanya terletak pada atau tidak adanya persyaratan yang diberikan pemilik dana kepada bank dalam mengelola hartanya. Dalam hal ini, bank syariah bertindak sebagai mudharib (pengelola dana), sedangkan nasabah bertindak sebagai shahibul mal (pemilik dana). Bank syariah dalam kapasitasnya mudharib, mempunyai kuasa untuk melakukan berbgai macam usaha yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah serta mengembangkannya, termasuk melakukan akad mudharabah dengan pihak lain. Namun. Di sisi lain, bank syariah juga memiliki sifat seorang wali amanah (trustee), yang berarti bank harus berhati-hati atau bijaksana serta beritikad baik dan bertanggung jawab atas segala sesuatu yang timbul akibat kesalahan atau kelalaiannya. Dari hasil pengelolaan dana mudharabah, bank syariah akan membagihasilkan kepada pemilik dana sesuai dengan nisbah yang telah disepakati dan dituangkan dalam akad pembukaan rekening. Dalam mengelola dana tersebut, bank tidak bertanggung jawab terhadap kerugian yang bukan disebabkan oleh kelalaiannya. Namun, apabila yang terjadi adalah mis management (salah urus), bank bertanggung jawab penuh terhadap kerugian tersebut.
28
Dalam mengelola harta mudharabah, bank menutup biaya operasional tabungan dengan menggunakan nisbah keuntungan yang menjadi haknya. Di samping itu, bank tidak diperkenankan mengurangi nisbah
keuntungan
nasabah
penabung
tanpa
persetujuan
yang
besangkutan. Sesuai dengan ketentuan yang berlaku, PPH bagi hasil tabungan mudharabah dibebankan langsung ke rekening tabungan mudharabah pada saat perhitungan bagi hasil.
2.
Deposito Mudharabah Deposito syariah adalah deposito yang dijalankan berdasarkan prinsip syariah. Dalam hal ini, Dewan Syariah Nasional MUI telah mengeluarkan fatwa yang menyatakan bahwa deposito yang dibenarkan adalah deposito yang berdasarkan prinsip mudharabah. Bank syariah bertindak sebagai mudharib (pengelola dana), sedangkan nasabah bertindak sebagai shahibul mal (pemilik dana). Dalam kapasitasnya sebagai mudharib, bank syariah dapat melakukan berbagaia macam usaha yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah serta mengembangkannya, termasuk melakukan akad mudharabah dengan pihak ketiga. Dengan demikian, bank syariah dalam kapasitasnya sebagai mudharib memiliki sifat sebagai seorang wali amanah (trustee), yakni harus berhati-hatiatau bijaksana serta beritikad baik dan bertanggung jawab atas segala sesuatu yang timbul akibat kesalahan atau kelalaiannya. Di samping itu, bank syariah juga bertindak sebagai kuasa bisnis pemilik
29
dana yang diharapkan dapat memperoleh keuntungan seoptimal mungkin tanpa melanggar berbagai aturan syariah. Dari
hasil
pengelolaan
mudharabah,
bank
syariah
akan
membagihasilkan kepada pemilik dana sesuai dengan nisbah yang telah disepakati dan dituangkan dalam akad pembukaan rekening. Dalam mengelola dana tersebut, bank tidak bertanggng jawab terhadap kerugian yang bukan disebabkan oleh kelalaiannya. Namun, apabila yang terjadi adalah mis management (salah urus), bank bertanggung jawab penuh terhadap kerugian tersebut. 3. Giro Wadiah Giro wadiah adalah giro yang dijalankan berdasarkan akad wadiah, yakni titipan murni yang setiap saat dapat diambil jika pemilik menghendaki. Dalam konsep wadiah yad al-dhamanah, pihak yang menerima titipan boleh menggunakan atau memanfaatkan uang atau barang yang dititipkan. Hal ini berarti wadiah yad dhamanah mempunyai implikasi hukum yang sama dengan qard, yakni nasabah bertindak sebagai pihak yang meminjamkan uang dan bank bertindak sebagai pihak yang dipinjami. Dengan demikian, pemilik dana dan bank tidak boleh saling menjanjikan
untuk
memberikan
imbalan
atas
penggunaan
atau
pemanfaatan dana atau barang titipan tersebut. Dalam kaitannya dengan produk giro, bank syariah menerapkan prinsip wadiah yad dhamanah, yakni nasabah bertindak sebagai penitip yang memberikan hak kepada bank syariah untuk menggunakan atau memanfaatkan uang atau barang titipannya, sedangkan bank syariah
30
bertindak sebagai pihak yang dititipi yang disertai hak untuk mengelola dana titipan dengan tanpa mempunyai kewajiban memberikan bagi hasil dari keuntungan pengelolaan dana tersebut.38
38
Adiwarman A. Karim, Bank Isalm, Analisis Fiqih dan Keuangan, (PT. Raja Grafindo Persada, 2007), Edisi Ke-3, h. 299
BAB III GAMBARAN UMUM BANK SYARIAH MANDIRI CABANG DEPOK
A. Sejarah Berdirinya Bank Syariah Mandiri1 Fenomena hadirnya bank syariah telah ada sekitar tahun 1999-an Nilainilai perusahaan yang menjunjung tinggi kemanusiaan dan integritas telah tertanam kuat pada segenap insan Bank Syariah Mandiri (BSM) sejak awal pendiriannya. Sesungguhnya merupakan hikmah sekaligus berkah pasca krisis ekonomi dan moneter 1997-1998. Sebagaimana diketahui, krisis ekonomi dan moneter sejak Juli 1997, yang disusul dengan krisis multidimensi termasuk di panggung politik nasional, telah menimbulkan beragam dampak negatif yang sangat hebat terhadap seluruh sendi kehidupan masyarakat, tidak terkecuali dunia usaha. Dalam kondisi tersebut, industri perbankan nasional yang didominasi oleh bank-bank konvensional mengalami krisis luar biasa. Pemerintah akhirnya mengambil tindakan dengan merestrukturisasi dan merekapitalisasi sebagian bank-bank di Indonesia. Salah satu bank konvensional, PT Bank Susila Bakti (BSB) yang dimiliki oleh Yayasan Kesejahteraan Pegawai (YKP) PT Bank Dagang Negara dan PT Mahkota Prestasi juga terkena dampak krisis. BSB berusaha keluar dari situasi tersebut dengan melakukan upaya merger dengan beberapa bank lain serta mengundang investor asing. 1
http://www.syariahmandiri.co.id/category/info-perusahaan/profilperusahaan/sejarah/pada tanggal 11 april 2011.
31
32
Pada saat bersamaan, pemerintah melakukan penggabungan (merger) empat bank (Bank Dagang Negara, Bank Bumi Daya, Bank Exim, dan Bapindo) menjadi satu bank baru bernama PT Bank Mandiri (Persero) pada tanggal 31 Juli 1999. Kebijakan penggabungan tersebut juga menempatkan dan menetapkan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. sebagai pemilik mayoritas baru BSB. Sebagai tindak lanjut dari keputusan merger, Bank Mandiri melakukan konsolidasi serta membentuk Tim Pengembangan Perbankan Syariah. Pembentukan tim ini bertujuan untuk mengembangkan layanan perbankan syariah di
kelompok perusahaan Bank Mandiri, sebagai respon atas
diberlakukannya UU No. 10 tahun 1998, yang memberi peluang bank umum untuk melayani transaksi syariah (dual banking system). Tim
Pengembangan
Perbankan
Syariah
memandang
bahwa
pemberlakuan UU tersebut merupakan momentum yang tepat untuk melakukan konversi PT Bank Susila Bakti dari bank konvensional menjadi bank syariah. Oleh karenanya, Tim Pengembangan Perbankan Syariah segera mempersiapkan sistem dan infrastrukturnya, sehingga kegiatan usaha BSB berubah dari bank konvensional menjadi bank yang beroperasi berdasarkan prinsip syariah dengan nama PT Bank Syariah Mandiri sebagaimana tercantum dalam Akta Notaris: Sutjipto, SH, No. 23 tanggal 8 September 1999. Perubahan kegiatan usaha BSB menjadi bank umum syariah dikukuhkan oleh Gubernur Bank Indonesia melalui SK Gubernur BI No.
33
1/24/ KEP.BI/1999, 25 Oktober 1999. Selanjutnya, melalui Surat Keputusan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia No. 1/1/KEP.DGS/ 1999, BI menyetujui perubahan nama menjadi PT Bank Syariah Mandiri. Menyusul pengukuhan dan pengakuan legal tersebut, PT Bank Syariah Mandiri secara resmi mulai beroperasi sejak Senin tanggal 25 Rajab 1420 H atau tanggal 1 November 1999. PT Bank Syariah Mandiri hadir, tampil dan tumbuh sebagai bank yang mampu memadukan idealisme usaha dengan nilai-nilai rohani, yang melandasi kegiatan operasionalnya. Harmoni antara idealisme usaha dan nilai-nilai rohani inilah yang menjadi salah satu keunggulan Bank Syariah Mandiri dalam kiprahnya di perbankan Indonesia. BSM hadir untuk bersama membangun Indonesia menuju Indonesia yang lebih baik. Penulis wawancara dengan Bu Inggid divisi Sumber Daya Insani. Bank Syariah Mandiri cabang Depok telah diresmikan pada tanggal 10 Mei 2004. Keberadaannya memberikan kemudahan bagi para nasabah, karena aksesnya sangat strategis tepat berada di pusat kota Depok. PT Bank Syariah Mandiri hadir sebagai Bank yang mengkombinasikan idealisme usaha dengan nilai-nilai rohani yang melandasi operasinya. Harmoni antara idealisme usaha dan nilai-nilai rohanialah yang menjadi salah satu keunggulan PT Bank Syariah Mandiri sebagai alternatif jasa perbankan di Indonesia.
34
B. Visi dan Misi2 1. Visi Menjadi Bank Syariah Terpercaya Pilihan Mitra Usaha. 2. Misi a. Mewujudkan pertumbuhan dan keuntungan yang berkesinambungan. b. Mengutamakan penghimpunan dana konsumer dan penyaluran pembiayaan Pada segmen UMKM c. Merekrut dan mengembangkan pegawai profesional dalam lingkungan Kerja yang sehat d. Mengembangkan nilai-nilai syariah universal. e. Menyelenggarakan operasional bank sesuai standar perbankan yang sehat.
C. Prinsip Operasional 3 Bank syariah menganut prinsip-prinsip sebagai berikut: 1. Prinsip keadilan Prinsip ini tercermin dari penerapan imbalan atas dasar bagi hasil dan pengambilan margin keuntungan yang disepakati bersama antara bank dan nasabah.
2
.http:/tunas63.wodpress.com/2010/06/23/visi-misi-dan-sejarah-bankmandirisyariah/artikel di akses pada 11 April 2011 3 .Bank Syariah Mandiri,” Bank Syariah” artikel diakses pada 11 april 2011 dari hhtp://www.syariahmandiri.co.id/syariah/banksyariah.php
35
2. Prinsip kemitraan Bank syariah menempatkan nasabah penyimpanan dana, nasabah pengguna dana, maupun bank pada kedudukan yang sama dan sederajat dengan mitra usaha. Hal ini tercermin dalam hak, kewajiban, resiko dan keuntungan yang berimbang diantara nasabah penyimpan dana, nasabah penguna dana maupun bank. Dalam hal ini bank berfungsi sebagai intermediary institution lewat skim-skim pembiayaan yang dimilikinya. 3. Prinsip Keterbukaan Melalui
laporan
keuangan
bank
yang
terbuka
secara
berkesinambungan, nasabah dapat mengetahui tingkat keamanan dana dan kualitas manajemen bank 4. Universalitas Bank dalam mendukung operasionalnya tidak membeda-bedakan suku, agama, ras dan golongan agama dalam masyarakat, dengan prinsip Islam sebagai rahmatan lila’lamin.
D. Budaya Perusahaan4 Bank syariah mandiri sebagai bank yang beroperasi atas dasar prinsip syariah Islam yang menetapkan budaya perusahaan yang mengacu kepada sikap akhlaqul karimah (budi pekerti mulia), yang terangkum dalam sikap dasar tersebut SIFAT, yaitu:
4
Buku Agenda kecil Bank Syariah mandiri, 2009
36
1. Siddiq (Integritas) Menjaga martabat yang integritas. Awali dengan niat dan hati tulus, berpikir jernih, bicara benar, sikap terpuji dan perilaku teladan. 2. Istiqomah (konsistensi) Konsisten adalah kunci menuju sukses, pegang teguh komitmen, sikap optimis, pantang menyerah, kesabaran dan percaya diri. 3. Fathonah (Profesionalisme) Profesional adalah gaya kerja kami. Semangat belajar berkelanjutan, cerdas, inovatif, terampil dan adil. 4. Amanah (Tanggung-jawab) Terpercaya karena penuh tanggung jawab. Menjadi terpercaya, cepat tanggap, obyektif, akurat dan disiplin. 5. Tabligh (Kepemimpinan) Kepemimpinan
berlandaskan
kasih
sayang.
Selalu
transparan,
membimbing, visioner, komunikatif dan memberdayakan.
E. Nilai- nilai Perusahaan5 Setelah melalui proses yang melibatkan seluruh jajaran pegawai sejak pertengahan 2005, lahirlah nilai-nilai perusahaan yang baru yang disepakati bersama untuk dishared oleh seluruh pegawai bank syariah yang disebut shared values bank syariah mandiri. Shared bank syariah mandiri di singkat “ETHIC”. 5
Laporan Tahun Bank Syariah mandiri 2008. www.syariahmandiri.co.id Diakses pada tanggal 19 April 2011
37
1. Excelance
: Berupaya mencapai kesempurnaan melalui parbaikan yang terpadu dan berkesinambungan.
2. Teamwork
: Mengembangkan lingkungan kerja yang saling bersinergi.
3. Humanity
: Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan dan religius.
4. Integrity
: Menaati kode etik profesi dan berfikir serta berprilaku terpuji.
5. Customer focus : Memahami dan memenuhi kebutuhan pelanggan untuk menjadikan Bank Syariah Mandiri sebagai mitra yang terpercaya dan menguntungkan.
F. Struktur Organisasi Stuktur organisasi Bank Syariah Mandiri terdiri dari Dewan Komisaris, Dewan Direksi, Dewan Pengawas Syariah, penasehat Direksi, Divisi dan Kantor Cabang. Dewan Direksi terdiri dari Presiden Direktur dan Direktur Bidang Pemasaran Korporasi, Direksi Bidang Pemasaran Menengah-Ritel, serta Direktur Bidang Operasi, kepatuhan dan Manajemen Cabang. Sebagai bank syariah, pada struktur organisasinya terdapat Dewan Pengawas Syariah yang bertugas mengarahkan, memeriksa dan mengawasi kegiatan bankguna menjamin bahwa bank telah beroperasi sesuai dengan aturan dan prinsip-prinsip syariah Islam.
38
Adapun Susunan Personalia Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Depok adalah sebagai berikut: Kapala Kantor Cabang Depok
: Anton Sukarno
Manajer Marketing
: Siti Sjafriah
Account Officer
: Irfan Nur Muttaqin, Rachmat, Ivan Mediawan
Manajer Operasional
: Andri wijaya
Funding Officer
: Maul Ziandra
Kepala Warung Mikro (KWM)
: Jumbadi
Administrasi
: Nurman
Sumber Daya Insani (SDI)
: Inggid
Accounting
: Edi Astuti
Customer Service Officer
: Septhya C.
Head Teller
: Rully Syahmia
Office Boy
: Ade Ruhama
G. Produk dan Jasa Bank Syariah Mandiri Produk dan jasa bank syariah mandiri terdiri dari: 1. Pendanaan a. Tabungan 1) Tabungan Berencana BSM 2) Tabungan Simpatik BSM 3) Tabungan BSM 4) Tabungan BSM Dollar
39
5) Tabungan Mabrur BSM 6) Tabungan Kurban BSM 7) Tabungan BSM Investa Cendikia b. Deposito 1) Deposito BSM 2) Deposito BSM Valas c. Giro 1) Giro BSM EURO 2) Giro BSM 3) Giro BSM Valas 4) Giro BSM Singapore Dollar d. Obligasi 1) Obligasi BSM 2. Pembiyaan a. BSM Customer Network Financing b. Pembiayaan Resi Gudang c. PKPA d. Pembiyaan Edukasi BSM e. BSM Implan f. Pembiayaan Dana Berputar g. Pembiyaan Griya BSM h. Pembiyaan Griya BSM Optima i. Pembiyaan Griya Bersubsidi
40
j. Pembiyaan Umroh k. Pembiyaan BSM DP 0% l. Gadai Emas Syariah Mandiri m. Pembiyaan Mudharabah BSM n. Pembiyaan Musyarakah BSM o. Pembiyaan Murabahah BSM p. Pembiyaan Talangan Haji BSM q. Pembiyaan Dengan Agunan Investasi Terikat BSM r. Pembiyaan Kepada Pensiunan s. Pembiyaan Peralatan Kedokteran t. Pembiyaan Istishna BSM u. Qardh v. Ijarah Muntahiyah Bitamliik w. Hawalah x. Salam 3. Jasa a. Jasa Produk 1) BSM Card 2) Sentra Bayar BSM 3) BSM SMS Banking 4) BSM Mobile Banking GPRS 5) BSM Net banking 6) Pembayaran melalui menu pemindahbukuan di ATM (PPBA)
41
7) Jual Beli Valas BSM 8) Bank Garansi BSM 9) BSM Electronic Payroll 10) SKBDN BSM (Surat Kredit Berdokumen Dalam Negeri) 11) BSM Letter of Credit 12) BSM SUHC (Saudi Umrah & Haj Card) b. Jasa Operasional 1) Transfer Lintas Negara BSM Western Union 2) Kliring BSM 3) Inkaso BSM 4) BSM Intercity Clearing 5) BSM RTGS (Real Time Gross Settlement) 6) Transfer Dalam Kota (LLG) 7) Tranfer Valas BSM 8) Pajak Online BSM 9) Pajak Import BSM 10) Referensi Bank BSM 11) BSM Standing Order c. Jasa Investasi 1) Reksadana
BAB IV MEKANISME PEMBERIAN IMBALAN BAGI HASIL DAN IMPLEMENTASINYA PADA BANK SYARIAH CABANG DEPOK
A. Mekanisme Pemberian Imbalan Bagi Hasil 1. Konsep Bagi Hasil a. Pengertian Profit and Loss Sharing (Pendapatan Bersih) Sistem profit and loss sharing dalam pelaksanaannya merupakan bentuk dari perjanjian kerja sama antara pemodal (investor) dan pengelola modal (enterpreneur) dalam menjalankan kegiatan usaha ekonomi, dimana diantara keduanya akan terikat kontrak bahwa didalam usaha tersebut jika mendapat keuntungan akan dibagi kedua pihak sesuai nisbah kesepakatan di awal perjanjian, dan begitu pula bila usaha mengalami kerugian akan ditanggung bersama sesuai porsi. Jadi, dalam sistem profit and loss sharing jika terjadi kerugian maka pemodal tidak akan mendapatkan pengembalian modal secara utuh, bagi pengelola tidak akan mendapatkan upah dari kerjanya. Sedangkan keuntungan yang akan dibagikan adalah seluruh pendapatan setelah dikurangi dengan biaya
operasional selama proses usaha. Dalam
konsep bagi hasil profit and loss sharing ini bank syariah membuat dua laporan yaitu sebagaiberikut: 1) Laporan hasil usaha mudharabah (bank sebagai mudharib) Disini bank sebagai mudharib yang dipercayakan oleh shahibul maal untuk mengelola dana yang disimpan. Dalam laporannya akan
42
43
dihitung
pendapatan
dikurang
dengan
seluruh
biaya-biaya
pengelolaan dana, keuntungan dari inilah yang akan distribusikan sebagai bagi hasil. 2) Laporan laba/rugi bank syariah (bank sebagai lembaga keuangan syariah). Dalam prinsip profit and loss sharing, selain membuat laporan laba-rugi Mudharabah yang akan disampaikan kepada pemilik modal, bank juga dituntut untuk membuat laporan labarugi pertanggungjawaban bank sebagai lembaga keuangan. Laporan laba-rugi yang dibuat untuk nasabah tidaklah dapat digunakan sebagai laporan laba-rugi bank sebagai lembaga keuangan. Data-data yang ada pada laporan ini yaitu data-data untuk kepentingan bank syariah sendiri dalam mengelola lembaga keuangan syariah, data beban-beban yang dikeluarkan oleh bank syariah dan datadata yang diperhitungkan dalam pembuatan laporan pengelolaan dana mudharabah. yaitu perhitungan bagi hasil didasarkan kepada hasil bersih dari total pendapatan setelah dikurangi dengan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan tersebut. Profit and loss sharing disini, belum dapat diterapkan oleh seluruh bank syariah yang ada di Indonesia.1 Ulama Hizaz menamakan mudharabah sebagai qiradh. Menurut jumhur ulama, mudharabah adalah bagian dari musyarakah. Dalam 1
Wawancara Langsung Dengan Bpk. Irfan Nur Muttaqin, Selaku Account Officer Pada BSM Cabang Depok. Pada tanggal 23 Mei 2011 Pukul 17:00 WIB
44
merumuskan pengertian mudharabah, bahwa pemilik modal menyerahkan hartanya kepada pengusaha untuk diperdagangkan dengan pembagian keuntungan yang disepakati dengan ketentuan bahwa kerugian ditanggung oleh pemilik modal, sedangkan pengusaha tidak dibebani kerugian sedikitpun, kecuali kerugian berupa tenaga dan kesungguhannya. Mudharabah dapat didenifisikan sebagai sebuah perjanjian diantara paling sedikit dua pihak, dimana satu pihak, pemilik modal (shahib al-mal atau rabb al-mal) mempercayakan sejumlah dana kepada pihak lain, yaitu pengusaha (mudharib) untuk menjalankan suatu aktivitas atau usaha. Sirkah mudharabah atau qiradh, yaitu berupa kemitraan terbatas adalah
perseroan
antara
tenaga
dan
harta,
seseorang
(pihak
pertama/supplier/pemilik modal/mudharib) memberikan hartanya kepada pihak lain (pihak kedua/pemakai/pengelola/dharib) yang digunakan untuk bisnis, dengan ketentuan bahwa ketentuan (laba) yang diperoleh akan dibagi oleh masing-masing pihak sesuai dengan kesepakatan. Bila terjadi kerugian, maka ketentuannya berdasarkan syarat bahwa kerugian dalam mudharabah dibebankan kepada harta, tidak dibebankan sedikitpun kepada pengelola, yang bekerja.2
b. Pengertian Revenue Sharing (pendapatan kotor) Sistem revenue sharing merupakan hasil yang diterima oleh bank dari penyaluran dana (investasi) kedalam bentuk aktifa produksi, yaitu
2
Adrian Sutedi, Perbankan Syariah Tinjauan dan Beberapa Segi Hukum, (PT. Ghalia Indonesia), h. 9 cet. 1
45
penempatan dana bank pada pihak lain. Hal ini merupakan selisih atau angka lebih dari aktiva produktif dengan hasil penerimaan bank. Bank syariah memperkenalkan sistem bagi hasil kepada masyarakat dengan istilah reveinue sharing yaitu sistem bagi hasil yang dihitung dari total pendapatan pengelolaan dan tanpa dikurangi dengan biaya pengelolaan. Sampai saat ini seluruh perbankan di Indonesia masih menggunakan sistem bagi hasil dengan konsep revenue sharing.3 Mekanisme distribusi hasil usaha dengan prinsip revenue sharing dalam perbankan syariah: 1) Pendapatan Operasi Utama Pendapatan utama bank syariah adalah pendapatan dari penyaluran dana nasabah yang di investasikan kedalam usaha-usaha yang sesuai denga syariah. Dalam bank syariah Penyaluran dana nasabah dapat dilakukan dengan beberapa prinsip berikut ini: a) Prinsip jual-beli yaitu dengan akad murabahah, istisna, istishna paralel, salam, dan salam paralel. b) Prinsip bagi hasil yaitu dengan akad pembiayaan mudharabah dan pembiayaan musyarakah c) Prinsip ujrah yaitu dengan akad ijarah dan ijarah muntahiya bittamlik Dari pendapatan hasil penyaluran dana ini lah yang akan dibagikan kenasabah yang menyimpan dana dibank (shahibul maal). 3
Wawancara langsung dengan Bpk. Irfan Nur Muttaqin selaku divisi Account Officer pada BSM cabang Depok. Pada tanggal 23 Mei 2011 pukul 17.00 WIB.
46
Dalam prinsip revenue sharing besarnya pendapatan yang akan dibagikan adalah pendapatan (revenue) dari penyaluran dana tanpa pengurangan beban-beban yang dikeluarkan oleh bank. Sedangkan besarnya porsi bagi hasil kepada shaibul maal adalah sesuai dengan nisbah yang telah disepakati diawal akad. 2) Hak Pihak ketiga atas bagi hasil investasi tidak terikat Adalah porsi bagi hasi yang diberikan oleh bank kepada pemilik dana mudharabah muthlaqah (investasi tidak terikat) penentuan besarnya bagi hasil dari hasil usaha (pendapatan) yang diserahkan kepada pemilik dana investasi tidak terikat tersebut dilakukan dalam perhitungan distribusi hasil usaha yang sering disebut dengan profit distribution 3) Pendapatan Operasional lainnya Selain sumber pendapatan dari kegiatan penyaluran dana nasabah, pendapatan bank syariah juga dapat diperoleh dari fee jasa-jasa yang telah diberikan bank syariah. Bank syariah mengenakan biaya administrasi terhadap pengelola dana yang besarnya telah disepakati. Dana yang dipeoleh dari biaya-biaya ini sebagai pendapatan bank syariah yang tidak akan didistribusikan sebagi bagi hasil. Pendapatan dari sumber operasi lain ini dapat berupa imbalan atas pemberian jasa keuangan dan jasa lainnya. Seperti imbalan atas jasa inkaso, jasa transfer, jasa LC dan jasa lainnya. 4) Beban Operasi Dalam prinsip revenue sharing bank syariah sebagai Mudharib yaitu sebagai pengelola dana, sehingga beban-beban yang dikeluarkan akan
47
ditanggung oleh bank syariah sendiri, baik beban untuk untuk kepentingan bank syariah atau untuk pengelolaan dana nasabah. Dalam prinsip ini semua beban ditanggung oleh bank syariah tanpa mengurangi pendapatan yang akan didistribusikan kepada shahibul maal. Dengan konsep bagi hasil, maka biaya yang harus dikenakan sangat adjustable karena sistem bagi hasil tidak menggunakan sistem bunga sebagai biaya dana melainkan diterapkan dengan pola bagi hasil. Dengan kata lain yang dibagi adalah persentase keuntungan, kalau pengusaha mengalami penurunan hasil usaha, pemberi dana dapat menurunkan
pendapatannya,
sementara
meningkatkan keuntungan, pemberi dana
kalau
pengusaha
dapat
juga dapat meningkatkan
keuntungannya sesuai dengan persentase bagi hasil yang disepakati sebelumnya.4 Dalam bagi hasil mudarabah, salah satu pihak berfungsi sebagai shahibul maal (pemilik modal/penyedia dana) dan pihak yang lain berperan sebagai sebagai mudarib (pengelola) dengan nisbah bagi hasil menurut kesepakatan dimuka. Mudharib merupakan orang yang diberi amanah dan juga sebagai agen usaha. Sebagai orang yang diberi amanah, ia dituntut untuk bertindak hati-hati dan bertanggung jawab terhadap kerugian yang terjadi karena kelalaiannya. Sebagai agen usaha, ia diharapkan mempergunakan dan mengelola modal sedemikian rupa untuk 4
Artikel diakses pada situs http://adheyoen.blogspot.com/2011/03/tinjauan-mengenaimudharabah-dalam.html pada tanggal 25 Mei 2011
48
menghasilkan laba optimal bagi usaha yang dijalankan tanpa melanggar nilai-nilai syariah Islam. Perjanjian mudharabah dapat juga dilakukan antara beberapa penyedia dana dan pelaku usaha. Jika usaha mengalami kerugian, maka seluruh kerugian ditanggung oleh pemilik dana, kecuali ditemukan adanya kelalaian atau kesalahan oleh pengelola dana, seperti penyelewengan, kecurangan, dan penyalahgunaan dana. Adapun mekanisme bagi hasil produk pendanaan mudharabah sebagai berikut: 1) Saldo rata-rata pernasabah 2) Total dana pihak ketiga 3) Total pendapatan 4) Total dana perproduk 5) Nasabah (bagi hasil nasabah) 6) Bank (bagi hasil bank). 5
2. Perhitungan Nisbah Bagi Hasil Mudharabah Bank Syariah Mandiri a. Prinsip dasar transaksi pembiayaan mudharabah bank syariah mandiri 1) Cash Basis, semua pendapatan yang dibagihasilkan adalah pendapatan yang
diterima
setelah
pembiayaan
direalisasikan.
Meskipun
pendapatan tersebut kemungkinan diperoleh bukan dari pembiayaan Bank BSM;
5
Wawancara Langsung Dengan Bpk. Irfan Nur Muttaqin, Selaku Account Officer Pada BSM Cabang Depok. Pada tanggal 23 Mei 2011
49
2) Periode perhitungan revenue dihitung berdasarkan bulan kalender dan tidak berdasarkan tanggal realisasi. Prinsip ini memungkinkan pembebanan bagi hasil dilakukan secara seragam pada tanggal 10 setiap bulannya; 3) Perhitungan nisbah didasarkan pada asumsi penggunaan dana pembiayaan secara full sepanjang masa pembiayaan. b. Dasar Perhitungan Pendapatan Nasabah Bank Syariah Mandiri 1) Laporan intern nasabah, seperti: laporan penjualan, laporan posisi piutang, laporan piutang tertagih, laporan kas harian, laporan keuangan (Neraca dan Laba/Rugi); 2) Voucher-voucher transaksi, seperti: invoice penjualan. Kuitansi, bukti D/O, bukti setoran bank, copy warkat debet (Cek/Bilyet Giro, bukti penerimaan kas); 3) Dokumen bank, seperti: account statement (rekening koran), bukti transfer jual beli valuta asing (bila revenue diterima dalam bentuk valas); c. Prosedur Pelaksanaan Bagi Hasil Bank Syariah Mandiri 1) Bank menerima laporan penjualan bulanan dan nasabah. Kewajiban penyampaian laporan ini telah disyaratkan dalam SP3/SKKP; 2) Account Officer melakukan perhitungan awal pedapatan dan nisbah bagi hasil sesuai laporan yang disampaikan oleh nasabah; 3) Account Officer melakukan pengecekan sebagai berikut:
50
a) Mengecek kesesuaian laporan dengan bukti/bukti voucher-voucher transaksi; b) Menghitung nilai pendapatan yang diterima; c) Menghitung nisbah bagi hasil yang harus dibagihasilkan; d) Menyusun hasil perhitungan kedalam Berita Acara Perhitungan Bagi Hasil (BAPBH); e) Menanadatangi berita acara perhitungan bagi hasil antara petugas bank
dengan
petugas
nasabah
yang berwenang.
BAPBH
ditandatangani di atas materai. 4) Account Officer menyampaikan hasil perhitungan kepada unit kerja. Selanjutnya kepala unit kerja memberikan disposisi menyetujui nilai bagi hasil, menolak atau rekomendasi lain yang harus ditinjaklanjuti.6 d. Mekanisme Perhitungan Bagi Hasil bank syariah Mandiri Saldo awal bulan sampai dengan saldo akhir bulan Jumlah hari dalam bulan yang bersangkutan Bagi hasil bank
: Nisbah bank x total pendapatan
Bagi hasil Nasabah
: Nisbah nasabah x total pendapatan
Bagi hasil/nasabah
: Saldo rata-rata x bagi hasil nasabah (pendapatan) Total dana perproduk Deposito/tabungan/giro7
PT. Bank Syariah Mandiri (BSM) melakukan pertumbuhan yang signifikan pada kuartal pertama 2011. Bank syariah dengan asset terbesar 6
Buku Panduan Account Officer BSM 2009, h. 40 Wawancara langsung dengan Bpk. Irfan Nur Muttaqin selaku Divisi Account Officer pada BSM cabang Depok. Pada tanggal 23 Mei 2011 pukul 17.00 WIB. 7
51
di Tanah Air tersebut mencatat peningkatan laba bersih 54,35 persen atau menjadi Rp 134,89 miliar pada Maret 2011 dari periode yang sama pada tahun sebelumnya Rp 87,39 miliar. Menurut Direktur Utama bank syariah mandiri, Yuslam Fauzi, pendapatan margin dana bagi hasil mendominasi kenaikan laba. “pendapatan margin dan bagi hasil bank syariah mandiri pada akhir Maret 2011 mencapai Rp 861,5 miliar atau naik 42,83 persen dibandingkan posisi Maret 2010 yang sebesar Rp 603,16 miliar,” Hingga kini, outlet bank syariah mandiri mencapai 520 terdiri atas 120 kantor cabang, 264 kantor cabang pembantu, 31 kantor kas, 51 konter layanan syariah , dan 54 payment point. Yuslam mengatakan, memasuki kuartal kedua ini, bank syariah mandiri tetap fokus pada sektor UMKM dengan porsi 68,06 persen. Maret lalu, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk sebagai pemegang saham mayoritas bank syariah mandiri menyuntikkan modal bank syariah mandiri sebesar Rp 200 miliar sehingga modal disetor bank yariah mandiri meningkat dari Rp 658,24 miliar menjadi Rp 858,24 miliar. Sebelumnya, bank syariah mandiri tengah menggodok kemungkinan meminta tambahan modal lagi ke bank mandiri. Pertumbuhan bank tersebut yang pesat di tiga bulan terakhir membuat bank syariah mandiri tersebut.
harus melakukan hal
52
Penambahan modal bakal mempermudah langkah bank syariah mandiri kedepan. Apalagi, jika akhir 2011, bisnis bank syariah mandiri terus menunjukkan pertumbuhan signifikan.8 Menurut
penulis,
dari
hasil
penelitian
yang
dilakukan,
perkembangan yang di alami oleh bank syariah mandiri dari tahun ke tahun sangat signifikan, itu terbukti dengan meningkatnya laba terbersih se tanah air. Hal ini menjadi bukti bahwa, keberadaan bank syariah mandiri di Indonesia bisa menyaingi bank-bank lain yang menggunakan sistem konvensional.
3. Implementasi Produk Bagi Hasil Pada Bank Syariah Mandiri Cabang Depok Secara umum, produk bagi bagi hasil yang ditawarkan bank syariah mandiri cabang Depok kepada nasabahnya dapat dibagi menjadi tiga bagian: a. Tabungan Bank Syariah Mandiri Produk tabungan bank syariah mandiri merupakan tabungan dalam mata uang rupiah yang penarikan dan setorannya dapat dilakukan setiap saat selama jam kas dibuka di konter bank syariah mandiri atau melalui ATM. Bank syariah mandiri mempunyai motto” Tabungan Syariah Yang Lengkap dan Memudahkan”. Kemudian tabungan bank syariah mandiri mempunyai beberapa manfaat kepada para nasabahnya:
8
Artikel Diakses Pada Media Massa Republika, Pada Hari Rabu, Tanggal 25 Mei 2011
53
1) Aman dan terjamin 2) Online diseluruh outlet bank syariah mandiri 3) Bagi hasil yang kompetitif 4) Fasilitas bank syariah mandiri card yang berfungsi sebagai kartu ATM Mobile Banking dan BSM Net Banking 5) Kemudahan dalam penyaluran zakat, infaq dan sedekah. Tidak hanya manfaat yang yang diberikan kepada nasabahnya, tetapi bank syariah mandiri mempunyai persyaratan yang tidak sulit kepada para nasabanya, hanya memberikan Kartu Identitas (KTP/SIM/Paspor) nasabah. Tabungan bank syariah mandiri mempunyai karakteristik kapada nasabahnya: 1) Berdasarkan prinsip syariah dengan akad mudharabah mutlaqah 2) Minimum setotan awal Rp. 80.000 3) Minimum setoran berikutnya Rp. 10.000 4) Saldo minimum Rp. 50.000 5) Biaya tutup rekening Rp. 20.000 6) Biaya administrasi Rp. 6.000 per-bulan Adapun contoh perhitungan bagi hasil tabungan bank syariah mandir sebagai berikut: Saldo rata-rata tabungan Pak Sarman bulan Maret 2010 adalah Rp. 10.000.000. Perbandingan bagi hasil (nisbah) antara bank dan nasabah adalah 60;40. Bila saldo rata-rata tabungan seluruh nasaban bank syariah
54
mandiri pada bulan Maret 2010 adalah sebesar Rp. 2.000.000.000 dan pendapatan Bank yang dibagihasilkan untuk nasabah tabungan adalah Rp. 123.000, maka bagi hasil yang diperoleh Pak Sarman adalah: : Rp. 10.000.000 Rp. 2.000.000.000
x Rp. 123.000.000 x 40%
: Rp. 246.000 (sebelum dipotong pajak).9 Menurut penulis, tabungan bank syariah mandiri merupakan tabungan dengan menggunakan prinsip mudharabah mutlaqah. Dengan prinsip ini, tabungan diperlakukan sebagai investasi. Bank syariah mandiri memanfaatkan dana tabungan secara produktif, dana disimpan oleh nasabah dalam bentuk tabungan dan sepakat dana tersebut dapat atau akan dikelola oleh bank dan akan disalurkan dalam aktifitas pembiayaan. Keuntungan dari pembiayaan tersebut akan diberikan kepada nasabah sesuai porsi (nisbah) bagi hasil yang telah disepakati bersama. b. Deposito Bank Syariah Mandiri Deposito bank syariah mandiri merupakan investasi berjangka waktu tertentu dalam mata uang rupiah yang dikelola berdasarkan prinsip mudharabah mutlaqah. Deposito bank syariah mandiri mempunyai motto ”Investasi Yang Aman, Menenteramkan dan Menguntungkan”. Ada beberapa manfaat dari deposito bank syariah mandiri: 1) Dana aman dan terjamin. 2) Pengelolaan dan secara syariah. 3) Bagi hasil yang kompetittif. 9
Brosur bank syariah mandiri,www.syariahmandiri.co.id
55
4) Dapat dijadikan jaminan pembiayaan. 5) Fasilitas Automatic Roll Over (ARO). Deposito
bank
syariah
mandiri
ini
dipeuntukan
bagi:
Individu/Perorangan & Perusahaan/Badan Hukum. Deposito tersebut melayani persyaratan dalam bentuk perorangan: KTP/SIM/Paspor nasabah. Perusahaan: KTP Pengurus, Akte Pendirian, SIUP & NPWP. Ada beberapa karakteristik dalam deposito bank syariah mandiri: 1) Jangka waktu yang fleksibel:1, 3, 6 dan 12 bulan. 2) Dicairan pada saat jatuh tempo. 3) Setoran awal minimum Rp. 2.000.000 4) Biaya Materai Rp. 6.000 Adapun contoh perhitungan bagi hasil dalam deposito bank syariah mandiri yaitu sebagai berikut: Deposito Ibu Fitri Rp. 2.000.000 berjangka waktu 1 bulan. Perbandingan bagi hasil (nisbah) antara bank dan nasabah adalah 48:52. Bila total saldo deposito (1 bulan) semua deposan adalah Rp. 200.000.000.000 dan pendapatan bank yang dibagihasilkan untuk deposan (1 bulan) adalah Rp. 3.000.000 maka bagi hasil yang didapat Ibu Fitri adalah: :Rp. 2.000.000 x Rp. 3.000.000x52% Rp. 200.000.000.000 :Rp. 15.600 (sebelum dipotong pajak).10
10
Brosur bank syariah mandiri.www.syariahmandiri.co.id
56
Menurut
penulis
produk
deposito
bank
syariah
mandiri
menerapkan bagi hasil dengan menggunakan prinsip mudharabah mutlaqah. Serta memenfaatkan dana deposito secara produktif dalam bentuk pembiayaan kepada masyarakat atau dalam bentuk harta produktif lainnya secara professional dan sesuai syariah. Dana yang disimpan nasabah hanya dapat ditarik berdasarkan jangka waktu yang telah ditentukan. Pembayaran bagi hasil deposito dilakukan secara bulanan, yaitu pada tanggal yang sama dengan tanggal pembukaan deposito. Bagi hasil bulanan yang diterima nasabah dapat diafiliasikan ke rekening lainnya sesuai dengan permintaan deposan. Hasil usaha ini dibagi antara para nasabah dan bank syariah mandiri sesuai porsi (nisbah) yang disepakati di muka.
3. Giro Bank Syariah Mandiri Giro bank syariah mandiri adalah simpanan dana dengan pengelolaan berdasarkan prinsip wadiah Yadh Dhammah. Dengan prinsip ini, giro dapat diberlakukan sebagai titipan yang dijaga oleh bank syariah mandiri dengan keamanan dan ketersediaannya setiap saat guna membantu kelancaran transaksi usaha para nasabah. Deposito bank syariah mandiri mempunyai motto “Titipkanlah Dana Anda Kepada Kami Guna Keamanan dan Kelancaran Transaksi Usaha Anda”. Ada beberapa manfaat dalam deposito bank syariah mandiri: a. Kemudahan transaksi b. Aman dan terjamin
57
c. Bank sesuai dengan kebijakannya dapat memberikan bonus. Deposito bank syariah mandiri mempunyai fasilitas kepada para nasabahnya: a. Memperoleh buku cek atau bilyet giro kecuali giro bank syariah mandiri valas. b. Internet Banking (BSM Net). c. Bagi nasabah giro perorangan akan mendapatkan bank syariah mandiri Card sebagai sarana penarikan uang tunai dimesin ATM Bank Syariah Mandiri, ATM Mandiri dan ATM Bersama di seluruh Indonesia. d. Layanan inter city clearing untuk kemudahan dan kecepatan inkaso. Ada beberapa persyaratan dalam giro bank syariah mandiri:11 Tabel 4.1 Persyaratan Giro Bank Syariah Mandiri
Syarat/biaya 1 Dokumen 2 Setoran awal minimal 3 Biaya administrasi 4 Biaya tutup rekening 5 Biaya tutup rekening karena pelanggan 6 Biaya cetak Warkat cek/bilyet giro
11
Perorangan
Perusahaan
Rp SGD USD KTP/SIM/Paspor Nasabah (asli dan copy) 500.000
100
200
Rp USD SGD KTP/SIM/Paspor/Siup/Ak te Pendirian/NPWP (asli dan copy) 1000.000,- 1.000 200
10.000
0,5
2
15000
5
2
20.000
5
5
20.000
10
5
30.000
-
-
30.000
-
-
100.000,/25lembar
-
-
100.000,/25 lembar
-
-
Bosur bank syariah mandiri,www.syariahmandiri.co.id
58
Berdasarkan uraian diatas menurut penulis. Giro bank syariah mandiri merupakan giro dengan prinsip wadiah yad dhammah, yaitu: titipan (dana) dari satu pihak (nasabah) kepada pihak lainnya (bank), dalam hal ini penerima titipan (dana) dapat memanfaatkan titipan tersebut atas izin pemiliknya. Keuntungan atau kerugian dari penyaluran dana menjadi hak milik atau ditanggung bank, sedang pemilik dana tidak dijanjikan imbalan dan tidak menanggung kerugian. Pada produk giro wadiah bank syariah
mendiri,
nasabah
akan
mendapatkan
bonus
keuntungan
pemanfaatan dana tersebut oleh bank. Besarnya bonus ditetapkan dimuka tetap atas kebijakan bank.s
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang penulis lakukan di Bank Syariah Mandiri Cabang Depok. Penulis dapat menyimpulkan dalam mekanisme pemberian imbalan bagi hasil sebagai berikut: 1. profit and loss sharing dalam pelaksanaannya merupakan bentuk dari perjanjian kerja sama antara pemodal (investor) dan pengelola modal (enterpreneur) dalam menjalankan kegiatan usaha ekonomi, dimana diantara keduanya akan terikat kontrak bahwa didalam usaha tersebut jika mendapat keuntungan akan dibagi kedua pihak sesuai nisbah kesepakatan di awal perjanjian, dan begitu pula bila usaha mengalami kerugian akan ditanggung bersama sesuai porsi. yaitu keuntungan yang akan dibagikan adalah seluruh pendapatan setelah dikurangi dengan biaya operasional selama proses usaha. 2. Revenue Sharing adalah sistem yang diterima oleh bank dari penyaluran dana (investasi) kedalam bentuk aktifa produksi, yaitu penempatan dana bank pada pihak lain. Hal ini merupakan selisih atau angka lebih dari aktiva
produktif
dengan
hasil
penerimaan
bank.
Bank
syariah
memperkenalkan sistem bagi hasil kepada masyarakat dengan istilah revenue sharing yaitu sistem bagi hasil yang dihitung dari total pendapatan pengelolaan dan tanpa dikurangi dengan biaya pengelolaan dan tanpa
59
60
dikurangi dengan biaya pengelolaan dan sampai saat ini seluruh perbankan di Indonesia masih menggunakan sistem bagi hasil dengan konsep revenue sharing. Dari mekanisme pemberian bagi hasil yang di pakai oleh bank syariah mandiri, hadir pula implementasinya dalam produk pendanaan bagi hasil sebagai berikut: 1. Tabungan mudharabah Tabungan mudharabah merupakan produk tabungan dalam mata uang rupiah yang penarikan dan setorannya dapat dilakukan setiap saat selama jam kas dibuka di konter bank syariah mandiri atau melalui ATM. 2. Deposito mudharabah Deposito bank syariah mandiri merupakan investasi berjangka waktu tertentu dalam mata uang rupiah yang dikelola berdasarkan prinsip mudharabah mutlaqah. 3. Giro wadiah Giro bank syariah mandiri adalah simpanan dana dengan pengelolaan berdasarkan prinsip wadiah Yadh Dhammah. Dengan prinsip ini, giro dapat diberlakukan sebagai titipan yang dijaga oleh bank syariah mandiri dengan keamanan dan ketersediaannya setiap saat guna membantu kelancaran transaksi usaha para nasabah.
61
B. Saran-saran Adapun saran-saran yang penulis berikan kepada Bank Syariah Mandiri
cabang
Depok
yaitu
dengan
upaya
mengembangkan
dan
memasyarakatkan perbankan syariah khususnya bank syariah mandiri, perlu didorong dengan tetap memperhatikan hal-hal berikut: 1. Bank Syariah Mandiri Cabang Depok sebaiknya mempertahankan standar pelayanan yang dimiliki bahkan harus lebih ditingkatkan lagi. Karena pelayanan merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi nasabah memakai jasa pada bank tersebut. 2. Agar bank Syariah Mandiri Cabang Depok tidak kalah bersaing dengan bank-bank yang lainnya dalam hal perolehan nasabah, Bank Syariah Mandiri Cabang Depok harus lebih mengerti apa yang diinginkan oleh para nasabah. 3. Bank Syariah Mandiri Cabang Depok, sebaiknya bisa mensosialisasikan mekanisme bagi hasil (mudharabah) kepada para nasabah, agar lebih dimengerti oleh para nasabah.
DAFTAR PUSTAKA
Hanafi, Alaudini, Al-Kasani, Bada’I Ash-Shana’I fi Tartib Asy-Syara’I, (Darul Fikhi 1417 H/1996 M), juz II Ibn Salam, Al-Qasim Abi Ubaid, Kitab Al-Amwal, (Darul Kitab Al-Alamiah, 1406 H/1986 M) Amin, Riawan A, Menata Perbankan Syariah di Indonesia (UIN Press, 2009) Buku Agenda kecil Bank Syariah mandiri, 2009 Christopher Pass & Briyan Lowes, Kamus Lengkap Ekonomi, (Jakarta:Erlangga, 1994), Ed.II Dewan Syariah Nasional, Himpunan Fatwa Dewan Syari’ah Nasional Untuk Lembaga Keuangan Syari’ah, Edisi II (Kerjasama Dewan Syari’ah Nasional dan Bank Indonesia, 2003) Harahap, Sofyan S, Dkk, Akuntansi Perbankan Syari’ah, (Jakarta: LPFE Usakti, 2007) Hasanudin, Buku Ajar, Sistem Ekonomi Islam ( Jakarta: UIN Press, 2008) Hassan, Shadily dan Jhon, Echols M, Kamus Inggris- Indonesia, (Jakarta: PT Gramedia, 1995), cet. Ke-21 Karim, Adiwarman A, Bank Isalm, Analisis Fiqih dan Keuangan, (PT. Raja Grafindo Persada, 2007), Edisi Ke-3 --------, -----------------, Bank Islam Analisis fiqih dan Keuangan, (Jakarta PT. Raja Grafindo Persada, 2007) Latief, Azharuddin, Fiqh Muamalat, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005), cet. 1 Latifa, Algaoud M & Mervyn, Lewis K, Perbankan syariah, Prinsip, Praktik dan Prospek, (Jakarta: PT. Serambi ilmu Semesta, Anggota IKAPI 2001). Cet1 Marbun B.N, Kamus Manajemen, (Jakarta, Pustaka Sinar Harahap, 2003) Moeleong, Lexy, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Karya, 1989) Muhammad, Manajemen Bank Syari’ah,( Yogyakarta: UUP AMP YKPN, 2002) --------------, Manajemen Pembiayaan Mudharabah di Bank Syariah,(Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada 2008)
62
63
--------------, Teknik Perhitungan Bagi Hasil dan Profit Margin Pada Bank Syari’ah (Yogyakarta: UII Press, 2004) Pusat Bahasa Departemen Pendidikan nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta, Balai Pustaka, 2007) Rivai, Veithzal, Sagala, Jauvani, Ella, Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Perusahaan Dari Teori ke Praktik (Jakarta, Raja Grafindo Persada, 2009) Edisi 2 Sri, Susilo Y, et.al, bank dan Lembaga Kauangan Lain,( Jakarta, Salemba Empat, 2000), Cet. 1 Sudarsono, Heri, Bank dan Lembaga Keuangan Syari’ah Deskripsi dan Ilustrasi, (Yogyakarta: Ekonisia, 2004) Sunan Ibnu Majah, M. Nasharudin Al- Albani, Riyadh: Dar al- Salam, 1997, Jilid 1 Sutedi, Adrian, Perbankan Syariah Tinjauan dan Beberapa Segi Hukum, (PT. Ghalia Indonesia), Cet. 1 Syafe’I, Rahmat, Fiqih Muamalah untuk IAIN, STAIN, PTAIS, dan Umum, (Bandung: Pustaka Setia, 2001) Syafi’I, Antonio, Bank Ssyari’ah Dari Teori ke Praktik, (Jakarta: Gema Insani Press, 2001) --------, ----------, Bank Syari’ah Wacana Ulama dan Cendekiawan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004) Tim Pengembangan Perbankan Syari’ah Institut Bankir Indonesia, Konsep, Produk dan Implementasi Operasional Bank Syari’ah, (Jakarta: Djambatan, 2001) Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Besar Bahasa Indonesia, Jakarta, Balai Pustaka, 1988, cet 1
Kamus
Tim Penyusun Pedoman Akuntansi Perbankan Syari’ah (IAI), Pedoman Akuntansi Syari’ah Indonesia, Jakarta: Ikatan Akuntansi Indonesia, 2003), cet. 1 Tunas Haryanto & Iraprawirabisma, Perbankan Syariah dan Persaingan Pelayanaan Jasa Perbankan,( Jakarta: tpen, 2008) Zainul, Arifin, Dasar-Dasar Manajemen Bank Syari’ah, (Jakarta: Alvabet, 2002), cet. Ke-1 Rivai, Veithzal, Sagala, Ella Jauvani, Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Perusahaan Dari Teori ke Praktik, Jakarta, Raja Grafindo Persada, 2009, Edisi II
64
Artikel Artikel Diakses Pada Media Massa Republika, Pada Hari Rabu, Tanggal 25 Mei 2011 http://www.syariahmandiri.co.id/category/infoperusahaan/profilperusahaan/sejarah/pada tanggal 11 april 2011. Brosur bank syariah mandiri. www.syariahmandiri.co.id. Laporan Tahun Bank Syariah mandiri 2008. www.syariahmandiri.co.id Diakses pada tanggal 19 April 2011 Bank Syariah Mandiri,” Bank Syariah” artikel diakses pada 11 april 2011 dari hhtp://www.syariahmandiri.co.id/syariah/banksyariah.php Wawancara Langsung Dengan Bpk. Irfan Nur Muttaqin, Selaku Account Officer Pada BSM Cabang Depok. Pada tanggal 23 Mei 2011 Pukul 17:00 WIB http:/tunas63.wodpress.com/2010/06/23/visi-misi-dan-sejarah-bankmandirisyariah/artikel di akses pada 11 April 2011 Artikel
diakses pada situs http://adheyoen.blogspot.com/2011/03/tinjauanmengenai-mudharabah-dalam.html pada tanggal 25 Mei 2011
Diakses pada situs http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/487/jbptunikomppgdl-dewioktavi-24319-2-babii.pdf pada tanggal 8 Agustus 2011
LAMPIRAN-LAMPIRAN
WAWANCARA
Kepada Bapak: Irfan Nur Muttaqin Divisi
: Account Officer Bank Syariah Mandiri Cabang Depok
1. Kapan diresmikannya Bank Syariah Mandiri cabang Depok? Jawab: Bank syariah mandiri cabang Depok telah diresmikan pada tanggal 10 Mei 2004. 2. Bagaimana mekanisme pemberian imbalan bagi hasil mudharabah pada Bank Syari’ah Mandiri kantor cabang Depok? Jawab: mekanisme bagi hasil mudharabah dalam produk pendanaan sebagai berikut: a. Saldo rata-rata per-nasabah b. Saldo dana pihak ketiga c. Total pendapatan d. Total dana perproduk e. Nasabah (bagi hasil nasabah) f. Bank (bagi hasil bank) 3. Bagaimana implementasi produk bagi hasil mudharabah pada bank syariah mandiri cabang Depok? Jawab: Implementasi produk bagi hasil pendanaan dalam bank syariah mandiri sebagai berikut: a. Tabungan mudharabah b. Deposito mudharabah c. Giro wadiah 4. Bagaimana konsep bagi hasil mudharabah dalam skema profit sharing (pendapatan bersih) pada bank syariah mandiri cabang Depok? Jawab: Sistem profit and loss sharing dalam pelaksanaannya merupakan bentuk dari perjanjian kerja sama antara pemodal (investor) dan pengelola
modal (enterpreneur) dalam menjalankan kegiatan usaha ekonomi, dimana diantara keduanya akan terikat kontrak bahwa didalam usaha tersebut jika mendapat keuntungan akan dibagi kedua pihak sesuai nisbah kesepakatan di awal perjanjian, dan begitu pula bila usaha mengalami kerugian akan ditanggung bersama sesuai porsi. Jadi, dalam sistem profit and loss sharing jika terjadi kerugian maka pemodal tidak akan mendapatkan pengembalian modal secara utuh, bagi pengelola tidak akan mendapatkan upah dari kerjanya. 5. Bagaimana konsep bagi hasil mudharabah dalam skema revenue sharing (pendapatan kotor) pada bank syariah mandiri cabang Depok? Jawab: Sistem revenue sharing merupakan hasil yang diterima oleh bank dari penyaluran dana (investasi) kedalam bentuk aktifa produksi, yaitu penempatan dana bank pada pihak lain. Hal ini merupakan selisih atau angka lebih dari aktiva produktif dengan hasil penerimaan bank. Bank syariah memperkenalkan sistem bagi hasil kepada masyarakat dengan istilah revenue sharing yaitu sistem bagi hasil yang dihitung dari total pendapatan pengelolaan dan tanpa dikurangi dengan biaya pengelolaan. Sampai saat ini seluruh perbankan di Indonesia masih menggunakan sistem bagi hasil dengan konsep revenue sharing.
6. Komponen apa yang membedakan mekanisme pemberian imbalan bagi hasil mudharabah pada bank syariah mandiri cabang Depok dengan tempat lain? Jawab: Saya tidak tahu 7. Bagaimana cara menghitung secara bank syari’ah, jika seorang pedagang yang memerlukan modal untuk berdagang dapat mengajukan permohonan untuk pembiayaan bagi hasil seperti Mudharabah, dimana bank bertindak selaku shahibul maal dan nasabah selaku mudharib? Jawab: Perhitungan bagi hasilnya sebagai berikut: Bagi Hasil:
Expexted Rate of Return (%) x Pembiayaan Bank
Nisbah Bagi Hasil:
Bagi Hasil Bank x 100% Poyeksi Penjualan
Nisbah Nasabah: 100% - Nisbah Bank Realisasi Bagi Hasil:
Nisbah Bank x Realisasi Sales
Contoh: Pembiayaan:
Rp 1.000.000.000,00
Expected Return: 12% eff.p.a Proyeksi Sales:
Rp 300.000.000,00 per bulan
Realisasi Sales:
Rp 400.000.000,00 per bulan
Nisbah Bank:
Rp 1.000.000.000,00 x
12 % 12
300.000.000,00 8. Berapa % proyeksi keuntungan yang ditetapkan BSM kantor cabang Depok dalam pemberian imbalan bagi hasil (mudharabah)? Jawab: Bank Mandiri Syariah menggunakan alat scoring. Alat scoring adalah alat sebuah informasi tentang kondisi nasabah. Yang dilihat dari aspek perusahaan atau perndirianya. Ada empat aspek alat scoring sabagai berikut: a. Aspek manajemen, nasabah dilihat dari professional pengurus dan corporate image nasabah b. Aspek untuk keuangan c. Aspek legalitas jaminan d. Aspek likuiditas jaminan Jadi di akhir akan ketahuan angka.proyeksi keuntungannya.
PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Depok
Irfan Nur Muttaqin Account Officer
TABEL DISTRIBUSI BAGI HASIL PADA LAPORAN KEUANGAN BANK SYARIAH MANDIRI DISTRIBUSI BAGI HASIL Priode Maret 2011 (Dalam Ribuan Rupiah) PORSI PEMILIK DANA JENIS PENGHIMPUNAN
1.Simpanan Wadiah a. Bank b. Non Bank 2.Tabungan Mudharabah a. Bank b. Non Bank 3.Deposito Mudharabah a. Bank - 1 bulan - 3 bulan - 6 bulan - 12 bulan b. Non bank - 1 bulan - 3 bulan - 6 bulan - 12 bulan TOTAL
SALDO RATARATA A 3.725. 789.634 12.654.380 3.713.135.254 9.673.757.540 84.436.143 9.589.321.397 413.188.456 376.254.127 6.467.742 25.282.258 5.184.329 16.591.755.674 11.314.079.859 2.728.662.297 1.424.601.306 .124.412.212 30.404.491.304
PENDAPATAN YANG HARUS DI BAGI HASIL B 33. 405. 868 113.461 33.292.407 86.736.047 757.064 85.978.983 3.704.696 3.373.539 57.991 226.684 46.483 148.763.631 101.443.370 24.465.507 12.773.143 10.081.612 272.610.242
Artikel di akses pada Media Massa Republika, pada hari Rabu, 25 Mei 2011
NISBAH C
34,00% 32,60%
51,00% 52,00% 53,00% 54,00% 51,64% 53,63% 57,23% 56,96%
JUMLAH BONUS DAN BAGI HASIL D 2. 429.650 9.077 2.420.573 27.892.756 257.402 27.635.354 1.895.903 1.720.505 30.115 120.142 25.101 78.557.013 52.382.452 13.121.944 7.309.986 5.742.630 110.775.322
INDIKASI RATE OF RETURN E 0,86% 0,78% 3,66% 3,46%
5,49% 5,59% 5,70% 5,81% 5,56% 5,77% 6,16% 6,13%