ANALISIS NILAI EKONOMI USAHA TAMBAK NILA, BANDENG DAN UDANG WINDU TERHADAP KESEJAHTERAAN PETAMBAK DI KAWASAN MANGROVE KELURAHAN NELAYAN INDAH, MEDAN LABUHAN (Analysis of the Economic value of the venture of farmer tilapia, milkfish and shrimps tiger Welfare of Farmers In The Mangrove Region Village Nelayan Indah, Medan Labuhan) Meia Ester Sela Ginting1), Yunasfi2), Febrina Arli2) 1) Mahasiswa Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, (Email :
[email protected]) 2) Staf Pengajar Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara
ABSTRACT Village Nelayan Indah is community conduct farming in mangrove areas that affect the welfare of farmers. The focus of research are to see mangrove population, economic value analysis of the level of tilapia (Oreochromis niloticus), milkfish (Chanos chanos), and tiger shrimp (Penaeus monodon) with welfare of farming. The method used purposive sampling (intentionally). Based on the research object are the society with the primary livelihood as farmers from one of these commodities in the mangrove areas of Village Nelayan Indah in April until May 2015. Mangrove populations were analyzed by the method of line transect 2 census pioneered. Economic value analysis are based on a detailed questionnaire to see income, benefit cost ratio (BCR) and the payback period (PP) and the level of welfare in quantitative and descriptive. The results of the study indicates that are mangrove population in lines 1, 2 are Rhizophora apiculata mangrove populations and the lowest result in the lines 1, 2 are Avicennia alba. Analysis of the economic value of the tilapia ponds income Rp.261.149.000 hectares per year with a value of BCR 7,61 and 0,11 years of PP grades. Milkfish revenue of Rp.192.215.617 hectares per year with a value of 11,04 and PP 0,17 BCR Year. Shrimp farm income of Rp.125.183.133 hectares per year as well as the BCR 7 with PP of 0,39 years. The level of welfare of tilapia farmers more prosperous than the two other commodities Keywords: fishpond economic, welfare, mangrove
PENDAHULUAN Hutan mangrove yang tersebar di sepanjang pesisir Indonesia serta menyediakan hutan pantai yang sangat kokoh (Ghufran dan Kordi, 2012). Secara umum hutan mangrove
memiliki tiga fungsi utama yaitu fungsi fisik yang mampu menjaga keseimbangan lingkungan pesisir. fungsi biologis yang dimanfaatkan flora dan fauna untuk kelangsungan hidupnya dan fungsi ekonomi sebagai penunjang kehidupan
masyarakat di sekitar hutan mangrove diacu dari Suryono (2013). Mengingat berbagai fungsi penting hutan mangrove maka salah satu pemanfaatan hutan mangrove yang dilakukan masyarakat di pesisir yaitu kegiatan usaha tambak ikan. Kegiatan usaha tambak ikan telah lama dilakukan oleh masyarakat Kelurahan Nelayan Indah dikarenakan kegiatan usaha tambak ini merupakan salah satu cara yang dapat meningkatkan pendapatan masyarakat. Jenis ikan yang dibudidayakan dalam tambak dominan di Kelurahan Nelayan indah adalah ikan bandeng (Chanos chanos), ikan nila (Oreochromis niloticus) dan udang tiger (Penaeus monodon) karena mempunyai nilai harga yang tinggi di pasaran serta relatif tidak sulit dalam pembudidayaan dan banyak digemari. Berdasarkan pertimbangan tersebut maka besar potensi ekonomi tambak bagi kehidupan masyarakat yang sangat berkaitan dengan pemberdayaan masyarakat yang menggantungkan kesejahteraan hidupnya dengan usaha tambak. Pemanfaatan hutan mangrove menjadi usaha tambak dianggap sebagai salah satu usaha peningkatan fungsi lahan secara ekonomi. Berdasarkan pertimbangan tersebut maka dilihat populasi mangrove di Kelurahan Nelayan Indah yang dianggap berkaitan dengan usaha tambak berdasarkan fungsi ekologi dan ekonomi mangrove. Besarnya nilai ekonomis dari tambak akan mempengaruhi besar kecilnya pendapatan dan indikator kondisi ekonomi masyarakat sehingga upaya pemberdayaan ekonomi masyarakat menjadi penting untuk mengetahui tingkat kesejahteraan.
METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian telah dilaksanakan di Kelurahan Nelayan Indah, Medan Labuhan pada bulan April sampai Mei 2015. Lokasi penelitian dengan titik koordinat 98040'56'' BT dan 3045'17'' LU. Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalam penelitian yaitu kamera digital, parang, tali rafia, jangka sorong, gunting, kompas, Global Positioning System (GPS), alat tulis, kuisioner, laptop dan kalkulator. Bahan yang digunakan dalam penelitian yaitu kertas label, spidol dan data non-spasial. Data nonspasial berupa jenis pekerjaan masyarakat Kelurahan Nelayan Indah, Medan Labuhan dan data luas wilayah dan fungsi lahan keluarahan Nelayan Indah Metode Pengumpulan Data Penelitian menggunakan metode purposive sampling. Adapun pertimbangan yakni pemilihan lokasi penelitian berlandaskan obyek penelitian dengan mata pencaharian utama sebagai pembudidaya tambak di kawasan mangrove Kelurahan Nelayan Indah, Medan Labuhan. Penelitian menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari transect vegetasi mangrove dan analisis nilai ekonomi tambak. Data sekunder diperoleh dari instansi dan literatur yang menunjang keadaan kesejahteraan petambak diperoleh melalui studi pustaka. Morissan (2012), populasi adalah himpunan keseluruhaan karakteristik dari objek yang diteliti. Populasi kuisioner adalah semua petambak di
Kelurahan Nelayan Indah, Medan Labuhan. Jumlah populasi ditentukan berdasarkan jumlah keseluruhan petambak di Kelurahan Nelayan Indah. Prosedur Penelitian Prosedur penelitian diawali dengan penentuan daerah penelitian di kawasan mangrove yang terdapat kegiatan usaha tambak menjadi mata pencaharian utama oleh petambak nila, bandeng dan udang windu.. Kondisi dan keadaan lingkungan mangrove diamati untuk mengetahui populasi mangrove yang terdapat di Kelurahan Nelayan Indah untuk mengetahui hubungan ekologi mangrove dengan kegiatan usaha tambak. Persiapan dan penyebaran kuisioner merupakan satu usaha untuk mendapatkan data primer nilai ekonomi tambak sebagai data primer. Kuisioner disusun untuk mengetahui nilai ekonomi kegiatan usaha tambak. Kuisioner disebarkan kepada petambak nila, bandeng dan udang windu. Kuisioner yang telah disebar kemudian dikumpulkan kembali untuk dianalisis dengan Microsoft excel. Kriteria atau keadaan kesejahteraan petambak Kelurahan Nelayan Indah perlu diperhatikan yang mengacu pada rata-rata pendapatan perbulan petambak. Analisis Data Analisis data yang digunakan pada penelitian ini secara umum mengkaji kondisi sosial ekonomi masyarakat yang ada di suatu tambak adalah analisis kuantitatif dan deskriptif. Analisis kuantitatif merupakan suatu kajian yang berusaha menampilkan nilai ekonomi dari kegiatan usaha tambak dengan
menggunakan Microsoft excel. Sedangkan analisis deskriptif adalah metode analisis yang berusaha menyelesaikan pola pemanfaatan tambak dan analisis usaha serta tingkat pendapatan dan kesejahtraan masyarakat sehingga bisa memberi gambaran yang sesungguhnya dari status kondisi sosial ekonomi pendapatan di kelurahan Nelayan Indah. Analisis vegetasi mangrove untuk mengetahui tingkat populasi mangrove di kelurahan Nelayan Indah. Mangrove dianalisis dengan analisis transect mangrove:
Analisis Vegetasi Mangrove Analisis Pengambilan Contoh Vegetasi Mangrove Metode yang digunakan adalah Purposive Sampling yang dibagi menjadi 2 jalur. Pengamatan dilakukan dengan cara sensus semua mangrove yang ada di kelurahan Nelayan Indah.. Pada masing-masing jalur ditentukan 100 meter lokasi pengamatan dengan jarak pandang sensus 10 meter. Masing-masing jalur memiliki jarak sekitar 300 meter. Identifikasi jenis mangrove dapat ditentukan jenisnya diidentifikasi dengan mengacu pada buku identifikasi Noor, dkk (2006). Analisis Kondisi Ekosistem Mangrove Analisis data yang dilakukan menurut prosedur Kusmana (1997) mencakup nilai kerapatan jenis dan kerapatan relatif. 1. Kerapatan Jenis (K) adalah jumlah tegakan jenis i dalam suatu unit area:
K=
Jumlah Individu Luas petak Contoh
Kerapatan relatif (KR) adalah perbandingan antara jumlah kerapatan jenis i dan jumlah total Kerapatan seluruh jenis :
Kerapatan suatu jenis KR = x 100 % Kerapatan total seluruh jenis 2. Analisis Indeks Keanekaragaman dapat dihitung dengan menggunakan rumus Shannon dan Wiener (Ledwig and Reynolds, 1988) sebagai berikut: H = -Σ {(ni/n) ln (ni/n)} Keterangan: H : Indeks keanekaragaman Ni : Jumlah individu N : Jumlah total individu Dengan kriteria: H’< 1 : Menunjukkan tingkat keanekaragaman jenis yang rendah 1>H’>3 : Menunjukkan tingkat keanekaragaman jenis yang sedang H’>3 : Menunjukkan tingkat keanekaragaman jenis yang tinggi
Analisis Nilai Ekonomi Usaha Tambak Analisis Pendapatan Analisis pendapatan merupakan kemampuan suatu usaha dalam mencari keuntungan. dari besaran pengeluaran (modal) yang digunakan untuk menghasilkan pendapatan tersebut menurut Wullur dkk., (2013).
π = TR-TC Keterangan: TR :Total hasil produksi π :Total pendapatan TC :Total pengeluaran
Analisis Benefit Cost Ratio (BCR) Benefit cost ratio juga merupakan metode yang menguji kelayakan ekonomis dengan nilai perbandingan antara aspek manfaat (Hafidh, 2010). Rumus BCR secara matematik dapat dituliskan sebagai berikut: BCR =
Benefit = Cost
∑Benefit ∑Cost
Keterangan: BCR : Besaran manfaat dari besaran biaya yang dikeluarkan suatu usaha Benefit : Besaran manfaat suatu usaha Cost : Besaran biaya yang dikeluarkan suatu usaha Kategori: - BCR besar dari 1 maka harga usaha menguntungkan atau layak - BCR kecil dari 1 maka harga usaha tidak menguntungkan atau tidak layak Analisis Payback Period Payback period merupakan jangka waktu yang diperoleh untuk membayar kembali atau mengembalikan semua biaya-biaya yang telah dikeluarkan dalam suatu usaha. Rumus payback period secara matematik menurut Diatin dkk.,
(2007) dapat berikut: PP =
dituliskan
sebagai
Investasi x 1 Tahun Pendapatan
Kategori: - Jika Payback period < maksimum. maka usulan tersebut dapat diterima. - Jika Payback period > maksimum. maka usulan tersebut ditolak.
waktu usaha waktu usaha
Pendapatan Petambak Pendapatan petambak dianalisis dengan pengamatan berdasarkan nilai ekonomi dari besaran pendapatan dan pengeluaran petambak setiap bulannya dan secara visual dilapangan yang disajikan dalam bentuk deskriptif. Untuk mengetahui tingkat kesejahteraan petambak di kategorikan dari besaran rata-rata pengeluaran petambak setiap bulan dengan pendapatan dari kegiatan usaha kemudian dibandingkan dengan petambak lain yaitu antara tambak udang, nila dan bandeng (Arli, 2013).
HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Wilayah Penelitian Kelurahan Nelayan Indah memiliki luas wilayah ± 389.7 ha dan terbagi menjadi 7 (tujuh) fungsi lahan. Penggunaan lahan terbesar terdapat pada sektor tambak budidaya ± 294 ha serta seterusnya rinciannya dapat dilihat pada Tabel 1. Penduduk pada tahun 2010 berjumlah 10.532 jiwa. Jumlah penduduk laki-laki sebanyak 5.904 jiwa dan penduduk perempuan sebanyak 4.628 jiwa. Secara umum,
mata pencaharian utama (dominan) masyarakat adalah wiraswasta, buruh tambak dan nelayan. Tabel 1. Luas Wilayah Pemanfaatan Kelurahan Nelayan Indah No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Jenis Pemanfaatan Wilayah Pemukiman Penduduk Tambak Budidaya Kuburan Mangrove Perkantoran Sekolah Luas Prasarana Umum Total
Luas (Ha)
Persentase
63
16,16
294
75,44
1 17 0,7 5
0,25 4,36 0.17 1,28
9
2,30
389,7
100
Sumber: Kelurahan Nelayan Indah (2015) Analisis Vegetasi Mangrove Analisis vegetasi mangrove ada 3 jenis mangrove yang ditemukan dari hasil pengamatan populasi mangrove di Kelurahan Nelayan indah Pada jalur I ditemukan jenis A. alba, dan R. apiculata. Jalur II ditemukan jenis A. alba, Nypa fruticans, dan R. apiculata. Rinciannya dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Data Analisis Vegetasi Mangrove Kelurahan Nelayan Indah No.
Jenis
Kerapatan Relatif S*
Pa**
Po***
1. 2.
Jalur I A. alba R. apiculata
0,09 0,13
0,82 0,81
0,09 0,06
1. 2. 3.
Jalur II A. alba N. fruticans R. apiculata
0,65 0,17
0,06 0,78
1 0,29 0,06
Keterangan: * = Semai ** = Pancang *** = Pohon
R. apiculata merupakan jenis mangrove dengan jumlah dominan pada kedua jalur penelitian. A. alba merupakan jenis mangrove dengan jumlah terendah di kedua jalur. Jenis
mangrove A. alba tumbuh pada substrat yang agak lunak, zonasi yang tumbuh pada tanah kuat dan cukup keras serta dicapai oleh pasang laut. Avicennia spp. tumbuh pada substrat yang keras. Sedangkan R. apiculata tumbuh pada zonasi lebih tinggi dibandingkan avicennia spp. ke arah daratan dengan kondisi yang agak basah dan lumpur yang agak dalam (Talib, 2008). Keanekaragaman yang ditemukan pada jalur I 0,37 dan jalur II 0,56 keanekaragaman mangrove semai, pancang dan pohon dikategorikan rendah karena memiliki nilai H’ < 1 berdasarkan ketetapan Ludwig and Reynolds (1988). Keanekaragaman terhadap mangrove rendah disebabkan karena mangrove alih fungsi lahan secara liar dan pemanfaatan hasil mangrove yang tidak terkendali. Hasil nilai kerapatan kedua jalur transect dengan luas 100 m2 di ketahui bahwa pada jalur I ditemui kerapatan A. alba 11 ind/m2, dan R. apiculata 77 ind/m2. Sedangkan pada jalur II ditemui kerapatan A. alba 2 ind/m2, N. fruticans 17 ind/m2, R. apiculata 54 ind/m2. Menurut KepMenLH No. 201 (2004), menyatakan bahwa kriteria baku kerapatan mangrove, apabila kerapatan mangrove < 1000 (pohon/ha) termasuk rendah atau jarang, apabila kerapatan mangrove ≥ 1000 - < 1500 (pohon/ha) termasuk sedang dan apabila kerapatan mangrove ≥ 1500 (pohon/ha) termasuk sangat padat. Pemanfaatan mangrove di Kelurahan Nelayan Indah lebih tertuju kepada fungsi ekologi dari
mangrove. Mangrove merupakan salah satu ekosistem dengan karekteristik unik ditandai dengan adanya penyesuaian subtrat berlumpur sedikit berpasir serta sebagai pemasok makanan alami (plankton) dan benih alam terhadap tambak. Pada dasarnya teknologi budidaya tambak yang dilakukan adalah teknik semi intensif. Penurunan vegetasi mangrove disebabkan berbagai faktor antara lain terjadi penebangan secara liar oleh masyarakat setempat atau pelaku tambak (Ningsih, 2008). Saat ini, petambak Kelurahan Nelayan Indah mulai melakukan perawatan untuk mendukung tambaknya bekerjasama dengan pemerintah daerah dengan melakukan penanaman mangrove serta mengembangkannya. Pemanfaatan mangrove menjadi lahan tambak yang optimal sebaiknya diikuti dengan pengelolaan lingkungan pesisir (mangrove) dengan mengembangkan sistem silvofishery. Usaha perbaikan mangrove di Kelurahan Nelayan Indah akan memberikan manfaat terhadap eksistensi dengan berkontribusi besar terhadap usaha tambak. Menurut Marpaung (2013), silvofishery merupakan pola pendekatan teknis yang terdiri atas rangkaian kegiatan terpadu antara kegiatan budidaya ikan atau udang dengan kegiatan penanaman, pemeliharaan, pengelolaan dan upaya pelestarian hutan mangrove. Menurut Suryono (2013), tambak ramah lingkungan terdapat banyak manfaat diantaranya kontruksi pematang tambak menjadi lebih kuat karena akan dipegang akar-akar mangrove, keanekaragaman hayati akan meningkat (termasuk bibit ikan alam dan kepiting), yang akan
meningkatkan juga pendapatan petani ikan, kualitas air tambak menjadi lebih baik, karena fungsi perakaran mangrove dapat menyaring limbah padat dan mikroba akan terdapat pada lantai mangrove dan dapat mendekomposisi bahan organik yang berasal dari kegiatan budidaya. Kegiatan Usaha Tambak Kegiatan usaha tambak di Kelurahan Nelayan Indah memanfaatkan lahan hasil penebangan mangrove dan dibentuk tambak tanah dengan ukuran rata-rata 20 x 50 m jadi setiap satu hektar lahan terdapat maksimal 4 tambak. Pemanfaatan lahan ini diharapkan dapat meningkatkan fungsi ekonomi dari mangrove. Pengelolaan dan pengembangan usaha tambak ikan nila, ikan bandeng dan udang windu berbasis rumah tangga. Pengelolaan tambak dipimpin oleh kepala keluarga namun pemeliharaan tambak masih menggunakan jasa pekerrja harian. Pengembangan lahan menggunakan lahan sendiri ataupun lahan sewa. Secara pengelolaan tambak setiap hektar tambak membutuhkan 1-2 orang setiap panen untuk memperbaiki dan mengawasi perkembangan tambak. Menurut Rahim dan Hasmin (2008), menyatakan bahwa usaha tani perorang dilakukan secara perorangan dan faktor produksi dimiliki secara perorangan. Pada umumnya dalam melakukan kegiatan usaha tambak di Kelurahan Nelayan Indah komoditas dilakukan selama 3 musim panen dalam setahun tanpa mempertimbangkan cuaca dan iklim. Berat ikan yang di panen berkisar antara 500 gram sampai 100 gram (size 1 dan 2)
hasilnya tiga sampai empat kali panen dalam setahun. Teknik dalam kegiatan tambak di Kelurahan Nelayan Indah adalah teknologi semi intensif. Rusmiyati (2014), tambak semi intensif ditndai dengan adanya pemasukan dan pengeluaran air tidak bergantung sepenuhnya pada pasang surut. Bentuk petakan umumnya teratur dengan bentuk empat persegi. pemberian pakan suplemen. Pada kegiatan tambak semi intensif hasil produksinya dicapai lebih tinggi dari tambak sederhana. Analisis Nilai Ekonomi Tambak Hasil analisis usaha tambak nila, bandeng dan udang diperoleh dari petambak di Kelurahan Nelayan Indah. Jumlah responden terbagi atas tambak nila sebanyak 15 orang, untuk responden tambak bandeng 13 orang dan responden tambak udang sebanyak 12 orang. Biaya Investasi Investasi merupakan penanaman modal dalam suatu kegiatan yang memiliki jangka waktu relatif panjang dalam berbagai bidang usaha. Menurut Arli (2013), menyatakan Biaya investasi awal ditanggung oleh petambak atau sering disebut modal awal kegiatan usaha tambak. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa biaya investasi total untuk komoditas tambak di Kelurahan Nelayan Indah sangat berbeda. Pada komoditas udang Rp. 48.647.000 merupakan nilai tertinggi, kemudian diikuti oleh kegiatan usaha tambak bandeng Rp. 32.735.000. dan terendah adalah kegiatan usaha tambak nila Rp. 31.110.000. Nilai biaya investasi paling besar untuk kontruksi lahan yang ditandai
dengan pembuatan bentuk tambak tanpa inlet dan outlet. Berdasarkan pengeluran biaya investasi dari kegiatan usaha tambak di Kelurahan Nelayan Indah ditemukan beberapa komponen yang mengeluarkan biaya sedikit namun memiliki nilai penting dalam kegiatan usaha tambak. Biaya Tetap dan Variabel Hasil pengamatan nilai biaya tetap setiap komoditas usaha tambak di Kelurahan Nelayan Indah diketahui memiliki perbedaan pada nilai penyusutan. Nilai biaya penyusutan tertinggi adalah komoditas nila Rp. 4.305.000 /ha/tahun. Nilai ketiganya berbeda karena perbedaan pada biaya penyusutan yang berasal dari nilai investasi dari setiap komponen dibagi dengan umur teknis setiap komponen namun pada biaya lahan memiliki nilai yang sama. Biaya variabel dari ketiga komoditas tambak yang mengeluarkan biaya terbesar adalah tambak nila. Sedangkan biaya variabel terendah adalah usaha tambak bandeng. Namun biaya tersebut dapat berubah nilainya sesuai dengan keadaan dan jumlah produksinya. Nilai tertinggi biaya variabel banyak dikeluarkan untuk sewa lahan satu hektar setiap tahun dibandingkan nilai komponen lain. Sewa lahan masuk biaya variabel karena mempengaruhi jumlah produksi dan adanya perubahan nilai setiap tahun. Menurut Wullur dkk., (2013), menyatakan bahwa tinggi rendahnya produksi dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain adalah padat penebaran, jumlah makanan yang diberikan serta cara pemeliharaan.
Penerimaan Hasil pengamatan nilai penerimaan tertinggi adalah usaha tambak nila Rp. 300.636.000 /ha/tahun kemudian diikuti oleh penerimaan usaha tambak bandeng Rp. 192.215.167 /ha/tahun. Sedangakan penerimaan terendah adalah usaha tambak udang Rp. 147.000.000 /ha/tahun. Rinciannya dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Nilai Produksi Tambak Berdasarkan Penerimaan Kelurahan Nelayan Indah (Ha/tahun) No. 1. 2. 3.
Tambak Nila Bandeng Udang
Penerimaan (Rp.) 300.636.000 211.356.000 147.000.000
Pendapatan (Rp) 261.149.000 192.215.167 125.183.133
Menurut Yulianda (2012), menyatakan bahwa besarnya nilai penerimaan yang diperoleh oleh petambak dipengaruhi dengan banyaknya hasil produksi benih dan harga setiap ukuran benih. Penerimaan diperoleh dari perkalian antara produksi tambak 1 ha/tahun yang dikalikan dengan harga jual komoditas per bobot (kg). Sementara asumsi harga jual setiap komoditas disesuaikan dengan harga pasar eceran 3 tahun terakhir. Pendapatan Dari hasil pengamatan diketahui bahwa Penerimaan dan harga produk mempengaruhi nilai pendapatan petambak. Hal ini dapat dilihat dalam usaha tambak nila dimana dengan harga penjualan setiap kilogram ikan dihargai sebesar Rp. 28.000 dengan nilai pendapatan Rp. 5.440.604 perbulan. Namun hal ini tidak berlaku pada usaha tambak udang dimana dengan harga penjualan setiap kilogram udang
dihargai sebesar Rp. 100.000 dengan nilai pendapatan sebesar Rp. 2.607.981 perbulan karena ada faktor jumlah produksi yang rendah. Pendapatan dipengaruhi oleh biaya dan harga penjualan komoditas. Sementara biaya total dipengaruhi oleh banyaknya kebutuhan dan perawatan yang dibutuhkan usaha tambak. Menurut Yulianda (2012), mengatakan bahwa laba dipengaruhi oleh 3 faktor, yaitu (a) biaya-biaya, (b) harga jual produk, dan (c) volume penjualan. Menurut Yulianda (2012), menyatakan bahwa semakin banyak hasil produksi maka semakin besar pula penerimaan yang akan diterima oleh petambak. Demikian juga dengan tingkat harga, semakin tinggi harga dari satu jenis komoditas maka semakin besar pula penerimaan yang akan diperoleh petambak. Nilai Ekonomi Tambak Nilai pendapatan yang diterima petambak nila Rp. 5.440.604 perbulan dengan pengeluaran Rp. 3.103.000 perbulan, petambak bandeng dengan pendapatan Rp. 4.004.482 perbulan dengan pengeluaran Rp. 2.498.000 perbulan dan persentase pendapatan ketiga merupakan petambak udang dengan pendapatan Rp. 2.607.981 perbulan dengan pengeluaran sebesar Rp. 1.839.500 perbulan. Rinciannya dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Pendapatan dan Pengeluaran Petambak Kelurahan Nelayan Indah (Perbulan) No.
Tambak
1. 2. 3.
Nila Bandeng Udang
Pendapatan Pengeluaran (Rp) (Rp) 5.440.604 3.103.000 4.004.482 2.498.000 2.607.981 1.839.500
Dari hasil nilai ekonomi untuk valuasi BCR maka tambak bandeng
11,04, tambak udang 7 dan tambak nila 7,61. Secara keseluruhan nilai BCR tambak nila, bandeng dan udang memiliki nilai > 1 sehingga usaha layak untuk dijalankan namun nilai BCR paling tinggi merupakan tambak bandeng. Menurut Rahim dan Hasmin (2008), menyatakan jika nilai BCR > 1 maka usaha menguntungkan (tambahan manfaat/ penerimaan lebih besar dari tambahan biaya). Rinciannya dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Nilai Ekonomi Tambak Kelurahan Nelayan Indah No. 1. 2. 3.
Tambak Nila Bandeng Udang
BCR 7,61 11,04 7
PP (Tahun) 0,11 0,17 0,39
Menurut Alfian (2004), menyatakan bahwa teknik analisis biaya dan manfaat dapat membantu dalam pengambilan keputusan untuk perencanaan dan pengelolaan lingkungan. Dalam hal ini digunakan untuk mengukur semua manfaat (benefit) dan biaya (cost) suatu usaha dari awal sampai akhir. Hasil penelitian dari tiga komoditas diketahui bahwa nilai PP melewati waktu maksimum pengembalian modal. Pada usaha tambak nila memiliki nilai PP 0,11 tahun, tambak bandeng memiliki nilai PP 0,17 tahun dan tambak udang windu memiliki nilai PP 0,39 tahun. Menurut Amaliya (2007), menyatakan bahwa payback periode bertujuan untuk mengetahui berapa lama waktu yang diperlukan (dalam tahun atau bulan) untuk menutupi investasi. Menurut Yulianda (2012), menyatakan bahwa semakin tinggi nilai PP usaha tambak, maka semakin lama pengembalian modal usahanya.
Kegiatan usaha tambak di Kelurahan Nelayan Indah layak untuk dikembangkan (diteruskan) dan teknologi harus di perbaharui yang ramah lingkungan. Apabila petambak mampu meningkatkan teknologi budidaya maka bisa meningkatkan produksi, misalnya pemanfaatan lahan yang efisien, penambahan pengetahuan mengenai tambak dan pemanfaatan sarana budidaya tambak lainnya. Tingkat Kesejahteraan Petambak Tingkat kesejahteraan petambak di Kelurahan Nelayan Indah diperoleh dari 40 orang. Asumsi 4 orang dalam satu keluarga petambak yang terdiri atas ayah, ibu dan 2 anak. Tingkat kesejahteraan banyak dipengaruhi oleh faktor internal, eksternal dan unsur manajemen. (Iskandar dkk., 2009). Tingkat pendapatan masih menjadi indikator utama tingkat kesejahteraan masyarakat, disamping berbagai indikator sosial ekonomi lainnya. Nilai pendapatan yang diterima petambak nila Rp. 5.440.604 perbulan dengan pengeluaran Rp. 3.103.000 perbulan, petambak bandeng dengan pendapatan Rp. 4.174.315 perbulan dengan pengeluaran Rp. 2.498.000 perbulan dan persentase pendapatan ketiga merupakan petambak udang dengan pendapatan Rp. 2.607.981 perbulan dengan pengeluaran sebesar Rp. 1.839.500 perbulan. Nilai rata-rata pengeluaran dan pendapatan dari ketiga komoditas usaha tambak tersebut usaha tambak nila dan usaha tambak bandeng yang paling sejahtera dibandingkan dengan usaha tambak udang. Petambak dinyatakan sejahtera bahwa indikator yang paling
berpengaruh adalah pendapatan dan pengeluaran. Namun kedua indikator tidak berdiri sendiri karena semua indikator saling mempengaruhi, misalnya pengeluaran keluarga di pengaruhi oleh jumlah keluarga yang dimiliki. Semakin banyak jumlah anggota keluarga maka semakin banyak pula pengeluaran yang dibutuhkan. Apabila pendapatan tidak dapat mencukupi kebutuhan pokok maka keluarga akan berada pada kondisi kekurangan atau sering disebut miskin (Nuraini, 2010). Tingkat kesejahteraan petambak nila, bandeng dan udang dapat dilihat berdasarkan keadaan di Kelurahan Nelayan indah. Tingkat kesejahteraan usaha tambak nila dan usaha tambak bandeng memiliki tempat tinggal yang mayoritas dari bangunan permanen, memiliki alat transportasi pribadi. Sedangkan petambak usaha udang memiliki tempat tinggal tidak permanen (gubuk) dan hanya sedikit yang memiliki kendaraan pribadi. Tingkat kesejahteraan petambak apabila dilihat dari nilai upah minimum regional (UMR) kota Medan Tahun 2015 sebesar Rp 2.037.000 perbulan, semua petambak termasuk kategori sejahtera. Petambak dinyatakan sejahtera karena memiliki pendapatan lebih besar dari nilai UMR bulanan kota Medan. Menurut Marpaung (2013), Tingkat kesejahteraan petambak mengacu pada pemenuhan kebutuhan rata-rata dari keluarga petambak setiap bulan berdasarkan pendapatan rata-rata setiap setiap bulan dari setiap komoditas usaha kemudian dibandingkan dengan petambak.
KESIMPULAN DAN SARAN
DAFTAR PUSTAKA
Kesimpulan 1. Populasi mangrove yang dominan adalah jenis R. apiculata. Sedangkan nilai populasi rendah adalah jenis A. alba. 2. Analisis nilai ekonomi kegiatan usaha tambak di Kelurahan Nelayan Indah yakni usaha tambak nila dengan pendapatan Rp. 261.149.000 hektar pertahun dan nilai BCR 7,61 dan nilai PP 0,11 tahun. Tambak bandeng dengan pendapatan Rp. 192.215.167 hektar pertahun dan nilai BCR 11,04 dan nilai PP 0,17. Tambak udang windu dengan pendapatan Rp. 125.183.133 hektar pertahun serta BCR 7 dan nilai PP 0,39 tahun. 3. Tingkat kesejahteraan tertinggi pada usaha tambak nila secara nilai ekonomi keseluruhan. Tingkat kesejahteraan petambak udang windu paling rendah berdasarkan kemampuan memenuhi kebutuhan keluarga setiap bulan.
Alfian, M. 2004. Valuasi Ekonomi Konversi Hutan Mangrove untuk Budidaya Tambak di Kecamatan Tinanggea Sulawesi Tenggara. Tesis. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Arli, F. 2013. Valuasi Ekonomi Dampak Abrasi Terhadap Usaha Tambak Menurut Pendekatan Parsial. Tesis. Universitas Padjajaran. Bandung. Amaliya, R. W. 2007. Analisis Finansial Usaha Tambak Garam di Desa Pinggir Papas, Kecamatan Kelianget Kabupaten Sumenep, Provinsi Jawa Timur. Tesis. Institut Pertanian Bogor. Bogor Bustami, B., Bernadien., Nurlela., A. Sandra dan F. N. Idroes. 2007. Membangun Usaha Mandiri Pedoman Praktis Bagi Unit Kegiatan Mahasiswa. Graha Ilmu. Yogyakarta. Diatin, I., M. P. Sobri dan R. Irianni. 2007. Analisis Kelayakan Finansial Budiaya Ikan Nila Wayasana pada Kelompok Pembudidayaan Mekarsari. Jurnal Akuakultur Indonesia. 6(1):97-102. Ghufran, M. H. dan Kordi, K. M. 2012. Ekosistem Mangrove: Potensi, Fungsi dan Pengelolaan. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta. Hafidh, A. A. 2010. Cost-Benefit Analysis. Fakultas Ilmu Sosial dan Ekonomi. Universitas Negeri Yogyakarta.
Saran Kelestarian mangrove harus dijaga di Kelurahan Nelayan Indah untuk menjamin kondisi lingkungan selalu baik sehingga akan mendukung keberlanjutan usaha tambak. Adapun usaha tambak nila merupakan usaha tambak yang disarankan untuk terus dikembangkan secara tradisional dan silvofishery.
Iskandar., Hartoyo., U. Sarifuddin., dan A. Kusmana. 2009. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesejahteraan Keluarga. Universitas Sumatera Utara. 133-141. Keputusan Menteri Nomor 201 Tahun 2004. Tentang Kriteria Baku Kerapatan Mangrove. Kementrian Lingkungan Hidup. Jakarta. Kusmana, C. 1997. Metode Survey Vegetasi. IPB, Bogor. Ledwig, J. A. And J. F. Reynolds. 1988. Statistical Ecology a Primer on Methods and Computing. A Wiley Interscience Publication. New York. Marpaung, A. A. F. 2013. Keanekaragaman Makrozoobenthos di Ekosistem Mangrove Silvofishery dan Mangrove Alami di Kawasan Ekowisata Pantai Boe Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar. Tesis. Universitas Hassanuddin. Makassar. Morissan. 2012. Metode Penelitian Survei. Prenadamedia Group. Jakarta. Ningsih, S. S. 2008. Inventarisasi Hutan Mangrove sebagai Bagian dari Upaya Pengelolaan Wilayah Pesisir Kabupaten Deli Serdang. Tesis. Universitas Sumatera Utara. Medan. Noor, Y. R., M. Khazali dan I. N.N. Suryadiputra. 2006. Panduan pengenalan mangrove di Indonesia. PHKA/WI-IP. Bogor.
Nuraini, N. 2010. Analisis Kualitas Hidup Petani Tambak di Desa Dringu Kecamatan Dringu Kabupaten Probolinggo. Jurnal. Jurnal Akuakultur. 6(2):30-45 Rahim, A. dan D. Hasmin. 2008. Ekonomika Pertanian (Pengantar, Teori, dan Kasus). Penebar Swadaya. Jakarta Rusmiyati, S. 2014. Pintar Budidaya Udang Windu. Pustaka Baru Press. Yogyakarta. Suryono, A. 2013. Sukses Usaha Pembibitan Mangrove Sang Penyelamat Pulau. Pustaka Baru Press. Yogyakarta Talib, M. F. 2008. Stuktur dan Pola Zonasi Mangrove Serta Makrozoobenthos Yang Berkoeksistensi, di Desa Tanah Merah dan Oebelo Kecil Kabupaten Kupang. Tesis. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Wullur, F. F., V. Florence. Longdong dan M. Wasak. 2013. Eksistensi Petani Budidaya Ikan Nila (Oreochromis niloticus) di Desa Warukapas Kabupaten Minahasa Utara Provinsi Sulawesi Utara. Jurnal Ilmiah Akulturasi. 1(1):110118. Yulianda, E. 2012. Analisis Finansial Pembenihan Ikan Lele Dumbo di Kelurahan Lembah Sari Kecamatan Rumbai Pesisir Kota Pekan Baru Provinsi Riau. Jurnal Perikanan dan Kelautan. 17(1):38-55