No.21/Th.2/Jumadil Ula 1429H/Mei 2008
Jum’at - IV
PENJELASAN SURAT YAA SIIN (AYAT 9 dan 10) (Dikutip dari buku PANDUAN YAA SIIN dan TAHLIL MODERN di lengkapi dengan PENJELASAN SURAT YAA SIIN[diterbitkan secara nasional], penulis Ust.Ir.Al-Bahra,M.Kom)
∩∪ tβρçÅÇö7ムŸω ôΜßγsù öΝßγ≈oΨøŠt±øîr'sù #t‰y™ óΟÎγÏ ù=yz ôÏΒuρ #t‰y™ öΝÍκ‰É‰÷ƒr& È÷t/ .ÏΒ $uΖù=yèy_uρ Artinya: “Dan kami adakan di hadapan mereka dinding dan dibelakang mereka dinding (pula), dan Kami tutup (mata) mereka sehingga tidak dapat melihat.” (QS Yaa Siin: 9) Ayat ini turun menurut suatu riwayat adalah tetang Abu Jahal dan seorang temannya dari Bani Mahzun. Peristiwa tersebut ialah, bahwa Abu Jahal bersumpah: “Apabila aku melihat Muhammad sedang shalat, maka aku akan memecahkan kepalanya dengan batu.” Lalu keduanya mendatangi nabi Muahmmad SAW pada saat beliau sedang shalat. Ketika Abu Jahal mengangkat batu, maka tangannya menjadi lumpuh sampai ke lehernya, dan batu tersebut melekat pada tangannya. Maka tatkala ia kembali ke teman-temannya, dan memberitahukan apa yang mereka lihat, batu itu lepas. Lalu seseorang dari Bani Mahzun berkata: “Aku akan membunuhnya dengan batu ini.” Kemudian keduanya mendatangi beliau, disaat Nabi Muhammad SAW sedang shalat. Ketika dia hendak melempar beliau dengan batu tersebut, maka Allah membutakan penglihatannya. Dia mendengar suara Nabi SAW, namun tidak dapat melihatnya. Lalu dia kembali pada teman-temannya, dan dia tidak dapat melihat mereka sehingga mereka memanggilnya dan mereka bertanya: “Aku tidak dapat melihat Muhammad, tetapi aku mendengar suaranya. Antara aku dan dia terhalang sesuatu, tingkah polah anak sapi yang sedang menyambar-nyambar dengan ekornya. Andaikan aku mendekatinya, aku akan dimakannya. Dalam riwayat yang lain disebutkan, bahwa ayat ini turun mengenai sekelompok orang dari suku Quraisy. Peristiwa tersebut ialah, bahwa pada suatu hari Nabi SAW beserta sahabatnya sedang duduk-duduk disamping pintu Ka’bah. Seorang Quraisy berkata pada teman-temannya: “Kemarilah, kita akan menindak Muhammad beserta para sahabatnya, kita bawa mereka ke gunung Abu Qubais, lalu kita bunuh Muhammad dan para sahabatnya. Dan orang-orang diantara mereka yang tidak meridai agama Muhammad, maka kita bebaskan dia. “ sesudah musyawarah ini, mereka sepakat, lalu mereka mendatangi Muhammad SAW dan para sahabatnya. Maka Allah menjadikan di depan dan dibelakang mereka penutup, sehingga mereka tidak bisa melihat Rasulullah SAW dan para sahabatnya. ∩⊇⊃∪ tβθãΖÏΒ÷σムŸω öΝèδö‘É‹Ζè? óΟs9 ôΘr& öΝßγs?ö‘x‹Ρr&u öΝÍκön=tã í!#uθy™uρ “Waktu Shalat Dhuhur untuk daerah JADEBOTABEK adalah = 11:52”
Artinya: “Sama saja bagi mereka apakah kamu memberi peringatan kepada mereka ataukah kamu tidak membri peringatan, mereka tidak akan beriman.” (QS. Yaa Siin: 10) Hal tersebut telah ditetapkan dalam ilmu Allah SWT bahwa mereka tidak beriman, bahkan mereka mati di dalam keadaan kafir dan mereka masuk neraka. Berdasarkan takdir ini, maka peringatan tersebut merupakan penegas (hujjah) bagi keingkaran mereka. Pada ayat ini Allah mengingatkan kepada manusia tentang Su'ul Khatimah (Akhir Hidup Yang Buruk) yang dialami oleh orang-orang kafir yang tidak mau diberi peringatan oleh para rasul. Su’ul artinya jelek dan khatimah artinya penutup. Yang dimaksud dengan su’ul khatimah adalah penutup kehidupan dunia yang buruk, seperti seseorang meninggal dunia dalam keadaan menentang Allah Subhannahu wa Ta'ala yang Maha Agung dan Tinggi, berada dalam kemurkaan-Nya, serta menyepelekan perkara yang telah Allah wajibkan atasnya. Dan tidak diragukan lagi, bahwa akhir kehidupan orang yang seperti ini adalah akhir kehidupan yang sengsara lagi celaka, sehingga orang-orang yang bertaqwa senantiasa merasa takut kepada Allah Subhannahu wa Ta'ala, selalu mendekatkan diri kepada-Nya dan memohon agar dijauhkan dari su’ul khatimah. Tanda-tanda su’ul khatimah terkadang tampak pada orang yang sedang menghadapi kematian. Tanda-tanda yang menunjukkan kepada akhir hidup seseorang yang tidak baik, seperti: • Berpaling Dari Ucapan Kalimat Syahadah, yaitu persaksian, bahwa tiada illah yang berhak disembah selain Allah. • Membicarakan Perkara Yang Jelek Dan Haram Ketika Menjelang Kematian. Ia menampakkan keterikatan dengan perkara tersebut. Termasuk yang demikian juga adalah perkataan dan perbuatan yang menunjukkan pembangkangan terhadap agama Allah serta berpaling (tidak menerima) dari ketentuan-Nya. Di bawah ini akan kami berikan beberapa contoh yang diriwayatkan oleh para ulama: Ibnul Qayyim menyebutkan, “Bahwa ada salah seorang ketika kematian menjemputnya, dikatakan kepadanya untuk mengucapkan persaksian Laa ilaha illallah, maka dia mengatakan, “Tidak Ada Artinya Bagiku dan Aku Pun Tidak Tahu Sesungguhnya, Apakah Aku Pernah Melakukan Shalat Untuk Allah?” Dan diakhir hayatnya dia tidak bisa mengucapkan kalimah Laa ilaha illallah. Ibnu Rajab rahimahullaah telah menukil dari salah seorang ulama’ bernama ‘Abdul Aziz bin Abi Rawaad sesungguhnya beliau berkata, “Aku telah mendatangi seorang lelaki yang sedang menghadapi kematian, ia diajarkan untuk mengucapkan “Laa ilaha illallah (Tiada illah yang berhak di sembah melainkan Allah)”, namun di akhir ucapannya dia mengingkari ucapan itu (kalimat tauhid) dan meninggal dalam kekafiran”. Berkata Ibnu Rajab Rahimahullaah , “Maka saya bertanya perihal dirinya, ternyata dia adalah seorang peminum khamr (minuman keras), kemudian ketika itu “Waktu Shalat Dhuhur untuk daerah JADEBOTABEK adalah = 11:52”
pula Abdul Aziz berkata, “Hati-hatilah kamu sekalian dari perbuatan dosa, pada dasarnya perbuatan itulah yang menyebabkan su’ul khatimah.” Senada dengan kisah di atas, apa yang telah diceritakan oleh Adz Dzahabi , sesungguhnya ada seorang lelaki bersahabat dengan peminum khamr (minuman keras) dan ketika kematian akan menjemputnya, datang kepadanya seseorang lalu mentalqinnya dengan syahadah, namun dia justru berkata, “Minumlah Kamu Dan Berilah Minum Kepadaku,” kemudian ia meninggal. Beliau juga menyebutkan, “Sesungguhnya ada seorang lelaki dan dia adalah termasuk orang yang suka bermain catur sampai lupa beribadah kepada Allah, bahkan dia menjadikan permainan catur sebagai pengganti aktivitas ibadahnya kepada Allah sebagai pengganti shalat, pengganti mengkaji nilai-nilai Islam, pengganti membaca AlQur’an, dll. Saat ia sedang menghadapi kematian, kemudian dikatakan kepadanya laa ilaha illallah, maka dia berkata, “Skak!” Kemudian setelah itu dia meninggal. Perkataan lisannya lebih dominan dan sudah terbiasa dengan permainan dalam kehidupannya, akhirnya dia mengatakan ungkapan sebagai pengganti kalimat tauhid dengan ungkapan, “Skak! “. Ibnul Qayyim rahimahullah bercerita tentang seorang lelaki yang diketahui sangat cinta dengan nyanyian yang membangkitkan syahwat dan suka menirunya, maka ketika menyongsong kematian, dikatakan kepadanya, “Ucapkanlah persaksian bahwa tiada illah yang berhak disembah, melainkan Allah (laa ilaha illallah)”, maka dia mengigau dengan nyanyian dan berkata, “Tatana tana tana…”, ( jenis nyanyian pada saat itu -pen) sampai selesai, dan belum sempat mengucapkan kalimat tauhid. Ibnul Qayyim juga berkata, “Telah mengkabarkan kepadaku sebagian pedagang perihal salah seorang kerabatnya. Ketika itu ia sedang menjemput kematian dan dia berada disampingnya, para pedagang menuntunnya untuk mengucapkan persaksian bahwa tiada illah yang berhak di sembah melainkan Allah, namun dia berkata, “Yang Ini Murah Harganya, Dan Ini Adalah Barang Yang Bagus, Ini juga Murah”, sampai dia meninggal dan belum sempat mengucapkan kalimat tauhid . Senantiasa akan tampak di kalangan ummat manusia, di setiap zaman dan tempat tentang perkara akhir hidup yang jelek ini bagi orang yang terang-terangan melakukan kemaksiatan dan kejahatan. Marilah kita memohon kepada Allah agar memberikan ampunan dan keselamatan dari perkara-perkara demikian, marilah kita tinggalkan jauh-jauh perbuatan yang mengarah kepada kemasiatan dan kejahatan. Ibnul Qayyim Rahimahullaah dalam hal ini memberikan catatan penting, beliau memberikan komentar terhadap beberapa kisah atau cerita di atas dengan perkataannya, “Maha Suci Allah Subhannahu wa Ta'ala, berapa banyak di antara manusia yang melihat perkara ini dan dapat menjadikannya sebagai pelajaran? Dan kejadian lebih dahsyat yang tidak mereka ketahui dari keadaan orang-orang yang sedang menghadapi kematian sangatlah banyak dan banyak sekali.” “Waktu Shalat Dhuhur untuk daerah JADEBOTABEK adalah = 11:52”
Ketika seorang hamba sedang dalam kondisi kuat imannya, kuat dan sempurna pengetahuannya tentang berbagai ciptaan Allah, maka sungguh syaithan masih dapat mempengaruhi, dan mempermainkannya sesuai dengan apa yang dia kehendaki dari perbuatan maksiat, akhirnya hamba tersebut terjerumus kedalam jurang kemasiatan. Sehingga Allah melalaikan hati orang tersebut dari mengingat kepada Nya, menjadikan lisannya enggan untuk menyebut nama-Nya, dan anggota badannya tidak mau melakukan keta’atan. Maka bagaimana sebaliknya, jika terjadi pada saat seorang hamba yang kekuatannya (imannya) sedang turun/hilang, sementara hati serta jiwanya sibuk dengan apa yang menunjukkan akhir hidup yang jelek? Dan di lain pihak, syaithan telah mengumpulkan kekuatan dan daya upayanya, serta berusaha membinasakannya, dengan segala cara mengambil kesempatan, karena ketika sakaratul maut merupakan akhir perbuatan seseorang. Pada waktu menjelang ajal itulah sangat kuatnya keadaan syaithan dan selemah-lemahnya keadaan manusia, lalu siapakah yang bisa selamat jika dalam kondisi seperti ini?” Allah Ta’ala berfirman: ª!$# ‘≅ÅÒãƒuρ ( ÍοtÅzFψ$# †Îûuρ $u‹÷Ρ‘‰9$# Íο4θuŠptø:$# ’Îû ÏMÎ/$¨V9$# ÉΑöθs)ø9$$Î/ (#θãΖtΒ#u šÏ%©!$# ª!$# àMÎm6sVム∩⊄∠∪ â!$t±tƒ $tΒ ª!$# ã≅yèø tƒuρ 4 šÏϑÎ=≈©à9$# Artinya: “Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat; dan Allah menyesatkan orang-orang yang zalim dan memperbuat yang Dia kehendaki.” (Q.S:Ibrahim[14] : 27) Yang dimaksud ucapan-ucapan yang teguh di sini ialah kalimatun thayyibah “Laa ilaha illallah (Tiada illah yang berhak di sembah melainkan Allah)”. Maka bagaimana mungkin seseorang bisa mendapatkan akhir hidup yang baik, sedangkan Allah telah melalaikan hatinya dari mengingat kepada Nya, lalu dia mengikuti hawa nafsunya, dan apa yang dia lakukan telah melampaui batas? Bagi orang yang hatinya jauh dari Allah Ta’ala, melalaikan-Nya, menuhankan hawa nafsunya, berjalan demi syahwatnya, dan lisannya kering dari mengingat kepada-Nya, serta anggota tubuhnya telah berhenti dari ketaatan kepada-Nya, dan sibuk dengan kemaksiatan, sangatlah jauh baginya untuk mendapatkan akhir hidup yang baik. Kategori Su’ul Khatimah (Akhir hidup yang jelek) digolongkan menjadi dua: 1. Seburuk-buruk keadaan, hal ini terjadi manakala hati dalam kondisi kalah(lemah) di saat kematian datang, dan ia telah dikuasai oleh dua kemungkinan; Keraguan atau Pengingkaran, sehingga ruh dicabut dalam keadaan seperti itu. Telah terdapat hijab/penghalang antara dia dan Allah, hal ini menunjukkan kebinasaan dan kekalnya siksaan. 2. Keadaan yang lebih ringan, manakala ketika datang kematian hatinya condong dan cinta kepada perkara dunia dan syahwat yang terlarang. Perkara-perkara tersebut senantiasa tergambar di dalam hatinya, dan seseorang akan meninggal “Waktu Shalat Dhuhur untuk daerah JADEBOTABEK adalah = 11:52”
sesuai dengan perjalanan hidupnya. Jika dia termasuk orang yang sibuk dengan masalah riba, maka di akhir hidupnya akan disibukkan dengan perkara riba, jika dia termasuk orang yang gemar mengerjakan perkara yang haram (terlarang) semisal minuman yang memabukkan, nyanyian-nyanyian yang membangkitkan syahwat, melihat gambar-gambar yang terlarang dan berbuat dholim/aniaya terhadap manusia dan yang sejenisnya, maka di akhir kematiannya terkadang mengalami su’ul khatimah. Apabila pada diri seseorang ada pijakan tauhid (keimanan), maka dia akan terbebas dari siksa dan hukuman, atau paling tidak mendapatkan keringanan siksa dan hukuman saat yaumil hisab kelak. Semoga Allah Subhannahu wa Ta'ala menjauhkan diri kita dari sifat-sifat seperti ini.
“Waktu Shalat Dhuhur untuk daerah JADEBOTABEK adalah = 11:52”