Media Keluarga Bijak Vol. 003-AFI-2012
Utamakan yang Paling Utama ! Salam Keluarga! Apakah Saudara-i merasakan seperti yang saya rasa, begitu cepatnya waktu berjalan? Menantang kita untuk mempertanyakan, apa saja yang sudah kita lakukan, dan apa yang masih belum kita lakukan? Bila pertanyaan ini (juga) hadir di benak Saudara-i, menurut saya hal ini sangat baik, karena pertanyaan ini menuntun kita untuk melakukan apa yang paling penting, mengutamakan yang paling utama. Pernahkah Saudara-i mendampingi seseorang dalam sakratul maut (menjelang kematian)? Apa yang menjadi pesan terakhir dari sahabat atau kerabat menjelang meninggalkan dunia ini? Tentu hal-hal yang penting dalam hidupnya. Ia tidak akan berbicara tentang rekening
listrik atau telepon yang belum dibayar, atau tetangga yang baru saja membeli kulkas baru, atau sofa di ruang tamu yang sudah mulai pudar warnanya butuh diganti yang baru, atau agen asuransi yang 3 hari lalu mampir menawarkan asuransi pendidikan. Tetapi, ia akan mengungkapkan betapa ia rindu bertemu dengan orang yang dikasihinya, ia ingin meminta maaf kepada orang yang dicintai namun pernah disakiti hatinya, ia ingin memulihkan relasi mendalam yang kemudian retak/ rusak, ia ingin merasa bahwa dirinya dicintai, ia ingin mengungkapkan cintanya, ia ingin mengutarakan pesan untuk kebahagiaan orang yang dicintainya.
mengutamakan yang paling utama.
Intinya, dalam keterbatasan waktu yang dimilikinya, ia ingin
Managing Director Ad Familia Indonesia
Saudara-i ku, apa yang utama dalam hidup Anda? Apakah karir Anda yang sedang menanjak, apakah stabilitas keuangan, apakah studi Anda, apakah keluarga Anda?
Ad Familia Indonesia Pusat Layanan Keluarga Edisi: 15 Juli - 15 September
Bijaksana bila kita mulai merenungkannya dari sekarang…. Selamat mengutamakan yang paling utama, selamat mencintai, dan selamat berkarya. Love, Mona Sugianto, M.Psi, Psikolog
Daftar Menu: Salam Keluarga
1
Inspirasi Keluarga
Insiprasi Keluarga: Pita Kuning
1
Pita Kuning
Edukasi Keluarga :
2
Mengenal Family Therapy
Sebuah kisah nyata dari kehidupan yang menceritakan sebuah pertobatan seorang suami dan pengampunan dari sang istri. John adalah orang yang begitu tidak peduli dan tidak bertanggung jawab. Ketika ia menikahi Merry, istrinya, ia bersikap
kasar dan sangat tidak menghargai apapun yang dilakukan Merry. Bahkan ketika mereka sudah memiliki anak, John juga tidak berubah. Selanjutnya di P.3 ……..
ZOOM : Hanya Orang GILA
3
Info Ad Familia : Home Visit
5
What Next
6
Embun Hati
3
Edukasi Keluarga : Mengenal Experiential Family Therapy Sudah sering mendengar ‘terapi keluarga’? Keluarga sangat mempengaruhi kondisi para anggota-anggotanya dalam hampir semua aspek kehidupan. Oleh karena itu, perubahan yang terjadi pada keluarga akan membawa perubahan pada tiap-tiap anggotanya (Nichols, 2009). Dengan demikian, para ahli terapi keluarga berupaya mempengaruhi sistem keluarga, dengan harapan agar kemajuan dan perubahan yang terjadi bisa lebih permanen karena masing-masing anggota keluarga berubah dan secara konsisten terus saling mempengaruhi satu sama lain
Kekuatan Pendekatan Family Therapy Kekuatan dari pendekatan family therapy (Nichols, 2009) adalah: Membawa suami, istri, orang tua dan anak secara bersama-sama mentransformasikan interaksi mereka, lebih daripada secara spesifik mengisolasi individu pada kondisi emosi, konflik, dan masalah mereka sendiri-sendiri. Melihat keluarga sebagai sebuah sistem dan dengan pola berpikir sistemik melakukan intervensi terhadap keluarga. Tujuan ExperientialFamily Therapy Malone, Whitaker, Warkentin & Felder (1961) dalam Nichols (2006) secara eksplisit menyatakan bahwa tujuan dari experiential family therapy adalah peningkatan integritas personal berupa kesehatan emosi sebagai penemuan yang lebih mendalam dari pengalaman. Perubahan yang ingin diwujudkan dalam sistem keluarga melalui terapi ini adalah:
Masing-masing anggota keluarga mampu mengungkapkan secara baik, lengkap dan Page 2
jujur tentang apa yang dilihat, didengar, dirasakan dan dipikirkan tentang dirinya dan tentang anggota keluarga lainnya, tanpa ataupun dengan kehadiran anggota keluarga lainnya
Dasar pendekatan terapi keluarga: keluarga sangat mempengaruhi kondisi pada anggota -anggotanya dalam hampir semua aspek kehidupan. Oleh karena itu, perubahan yang terjadi pada keluarga akan membawa perubahan pada tiap -tiap anggotanya (Nichols, 2009).
Masing-masing anggota keluarga ditempatkan dan berelasi sesuai dengan keunikan masing-masing. Sehingga keputusan mengenai peran dan rencana keluarga dibuat berdasarkan eksplorasi dan negosisasi dan bukan karena kekuasaan dan keharusan Keunikan dan perbedaan masing-masing anggota bersifat terbuka dalam keluarga dan digunakan untuk pertumbuhan bersama.
Teknik dalam Experiential Family Therapy Tidak ada teknik khusus yang digunakan dalam experiential family therapy, seperti yang diungkapkan oleh Walter Kempler (1986) dalam Nichols (2009), yang ada hanyalah orangnya (the person). Namun demikian, bahkan Virginia Satir dan Carl Whitaker yang dikenal sangat spontan dalam terapipun memiliki caracara tertentu dalam terapi. Beberapa teknik yang kerap digunakan dalam experiential family therapy (Nichols, 2009) adalah: Family Sculpting; dimana terapis meminta
keluarga bekerja sama membuat tableau (living picture/ tablo) yang dapat menjadi potret persepsi m asing-masing anggota keluarga mengenai keluarga mereka. Family Art Therapy/ Family Drawing; dimana terapis meminta keluarga untuk memproduksi beberapa gambar yang berseri (conjoint family drawing). Diberitahukan kepada keluarga untuk menggambarkan keluarga mereka seperti yang mereka lihat dan alami. Family Puppet Interviews; masing-masing anggota keluarga diminta untuk membuat cerita menggunakan puppet (boneka tangan). Boneka ini pada kasus-kasus tertentu mampu menjadi simbol komunikasi dalam keluarga. Animal Attribution Story-Telling Technique; masing-masing anggota keluarga memilih jenis binatang tertentu untuk mewakili tiap-tiap anggota keluarga dan kemudian diminta untuk menceritakan kepada terapis.
Penggunaan sentuhan; yang terutama bagi Satir merupakan bahasa kelembutan Role Playing; digunakan untuk menggambarkan ulang kejadian dari kehidupan sehari-hari dalam keluarga. Gestalt’s Empty Chair Technique; digunakan bila ada seseorang yang berhubungan dengan keluarga tetapi sudah meninggal. Mengapa experiential family therapy perlu diterapkan di Indonesia? Pada masyarakat Indonesia yang bersifat komunal (Winarno, 2009), pendekatan terapi kelompok (termasuk terapi keluarga) Selanjutnya di P. 6 ….
Media Keluarga Bijak
ZOOM :
Hanya Orang GILA !!!
“Sabtu-sabtu kok macet…” keluhku ketika lewat di salah satu jalan utama di ibu kota… Semua orang berkumpul dan memandang ke satu titik dekat trotoar jalan. Motor-motor berhenti dan mobil melambatkan lajunya untuk turut menyaksikan. Di bawah pohon, tergantung tubuh pria kurus berambut kriting yang mati gantung diri. Beberapa pejalan kaki menyempatkan diri mengeluarkan HP dan memotret wajah si mati yang tergantung. Pikir mereka “kapan lagi bisa motret orang gantung diri langsung begini?”. Dengan masih cukup terguncang, menyaksikan pemandangan yang mengerikan, sampai di rumah aku segera mencari di berita TV maupun internet…ingin tahu,
siapakah gerangan yang nekat gantung diri di pinggir jalan di tengah keramaian? Apa pesannya untuk dunia? Apa makna kematiannya? Yang dicari tidak ketemu. Tidak ada di surat kabar, TV, maupun internet. Yang bisa dilakukan adalah bertanya pada kenalan yang tinggal di sekitar daerah itu. “Siapakah yang mati gantung diri itu?” tanyaku. “Oh, itu… hanya orang gila,” jawabnya.
KEMATIAN Umumnya, peristiwa KEMATIAN selalu membawa pesan khusus bagi manusia yang masih hidup, apapun penyebab kematiannya. Apakah karena memang sudah lanjut usia, penyakit, kecelakaan, bencana,
ataupun bunuh diri. Minimal orang menyadari bahwa ada yang disebut MATI, yang menjadi pertanda bahwa kita ada di sini hanyalah sementara.
Yang mati gantung diri itu HANYA ORANG GILA, tidak perlu dibahas panjang -panjang dan tidak layak diberitakan
Para ahli psikoanalisa mengakui adanya insting kematian, seperti juga adanya insting kehidupan. Apa yang memicu insting ini muncul? Ketika kita berada dalam bahaya, maka insting untuk bertahan hidup membuat kita melakukan aksi untuk membela diri dan menyelamatkan diri kita. Sambungan di P.4...
Sambungan ...Insipirasi Keluarga : Pita Kuning Kebiasaannya menghamburkan uang dan mabuk-mabukkan membuatnya buta dan melakukan berbagai hal yang menyakiti Merry. Pada satu waktu, John memutuskan untuk pergi meninggalkan Merry dan anaknya. Ia menjual harta dan pergi ke luar kota. Di kota tersebut ia habiskan uangnya dan hidup bersenang-senang. Akhrinya ia kehabisan uang dan dia melakukan banyak tindakan kriminal. Ketika ia melakukan perampokan bank, ia tertangkap dan dimasukan penjara. Ia dipenjara 10 tahun. Di penjara, kehidupan John berubah, ia melihat begitu banyak kesalahan yang sudah dilakukannya terhadap istri dan keluarganya. Ia sangat menyesal dan sangat ingin memperbaiki. Ledakan emosi penyesalan ini membuatnya resah dan terus dihantui rasa bersalah. Di akhir masa tahanan ia memutuskan menulis sebuah surat kepada Merry. “Merry, aku tahu aku banyak bersalah
kepadamu. Aku menyesal telah melakukan perbuatan-perbuatan keji yang menyakiti hatimu. 10 tahun aku dipenjara dan hari minggu ini adalah hari pembebasanku. Aku akan melintasi kota, dan melewati taman di mana kita dulu berkencan. Jika engkau masih mau menerimaku kaitkanlah sehelai pita kuning di pohon. Tapi jika tidak ,aku mengerti, karena aku pantas mendapatkan hukuman ini. Aku akan terus pergi dan tidak akan mengganggumu lagi. Sekali lagi maafkan aku”. Hari minggu tiba, John menuju kota di mana Merry tinggal. Dalam perjalanan tersebut ia menceritakan pengalamannya kepada rekan-rekan seperjalanannya. Ketika bis sudah mulai mendekati kota dan taman, semua orang di dalam bis mulai berdiri dan mencari-cari adakah pita kuning yang dimaksud John. Sementara John hanya bisa duduk diam dan berharap-harap cemas. Ketika bis mulai menikung dan mendekati
taman, rekan seperjalanan John berseruseru… “John…John…. Lihat, pita kuning ada di taman. Pita kuningnya begitu indah dan begitu banyak bukan cuma 1, tapi banyakkkk….” Seketika John mencucurkan air mata dengan derasnya dan berteriakteriak, “ampuni aku… ampuni aku”. Segera ia turun di taman itu dan melihat Merry dengan tenang menunggu… (Levine & Brown, Tie A Yellow Ribbon Round The Old Oak Tree)
Having a place to go - is a home. Having someone to love - is a family. Having both - is a blessing. Dona Hedges Vol. 3 Year 2012
Page 3
ZOOM : Hanya orang GILA Kalau dalam keadaan bahaya, ada sinyal untuk mempertahankan hidup, lalu sinyal apa yang menghidupkan insting kematian? Dalam perjalanan hidup saya, siapapun orangnya dan bagaimana ia menjalani hidupnya, umumnya orang ingin agar hidupnya bermakna dan kematiannya diingat/ dikenang. BUNUH DIRI Pernahkah Anda bertanya, kenapa orang yang mati bunuh diri umumnya meninggalkan pesan (baik lisan maupun lewat surat)? Bahkan orang yang mati bunuh diripun tidak ingin moment penting kematiannya lewat begitu saja tanpa makna. Ada pesan yang ingin disampaikan, ada harapan untuk dipahami atau dipedulikan. Mengapa orang bunuh diri? Banyak alasan dan banyak peristiwa bisa menjadi pemicu. Ada yang karena patah hati, ada yang karena gagal berbisnis, ada yang karena terlilit hutang, ada yang karena kehancuran dalam keluarga, ada yang karena penyakit yang diderita tak kunjung sembuh, ada yang karena malu akibat gagal ujian, ada yang karena tidak punya uang, ada yang karena diejek dihina, dan ada sejuta karena lainnya. Bertanya tentang penyebab bunuh diri, kita berhadapan dengan variabel tak terkontrol yang sangat banyak jumlahnya. Pasti ada kerentanan individu, pergulatan dan konflik-konflik internal, dan tekanan dari luar, yang tidak pernah single factor. Tetapi satu hal yang pasti, orang bunuh diri karena BERANI MATI tetapi TAKUT HIDUP. Kenapa orang takut hidup? KEHIDUPAN Ingatkah lagu ucapan selamat ulang tahun? “Panjang umurnya, panjang umurnya, panjang umurnya serta mulia, serta mulia, serta mulia” Dalam kondisi normal, umumnya orang Page 4
berharap bisa PANKenapa orang JANG UMUR dalam yang mati keadaan MULIA. bunuh diri Kondisi mulia umumnya mungkin bisa dimeninggalkan gambarkan dengan pesan ? kondisi sejahtera lahir dan batin. Dalam bahasa psikologi pertumbuhan dikatakan kondisi di mana seseorang bisa mengaktualisasikan diri dan mencapai pemenuhan dirinya. Dalam istilah saya, MULIA adalah kondisi di mana manusia bisa hidup dengan mengedepankan hati nuraninya, merasakan kebebasannya, dan bisa mencintai. Jadi pada dasarnya manusia ingin MULIA, bertindak dengan landasan moral dan bernilai/ bermakna bagi sesamanya. Membaca The Art of Loving karya Erich Fromm, saya merasa ‘bertemu’ secara pribadi dengan seorang yang penuh dengan pergolakan sekaligus penuh dengan ide (seperti peternakan ide), yang kreativitasnya muncul dari inspirasi yang diperoleh dari pengalaman hidupnya. Dasar cintanya terhadap manusia membuat Fromm dalam keprihatinannya melihat permasalahan-permasalahan kemanusiaan akhirnya kembali kepada hal yang paling dasar, yaitu CINTA. Kemanusiaan manusia diulas begitu indah ketika Fromm menyebutkan bahwa manusia dianugerahi hal yang luar biasa, yaitu kesadaran tentang dirinya, tentang sejarahnya, tentang pikiran dan
kelemahan manusia. Menjadi kekuatan karena mampu mendorong manusia melakukan tindakan-tindakan heroik, membangun, mencipta, mencinta. Tetapi sekaligus menjadi kelemahan, karena membawa perasaan cemas, merasa bersalah, malu, menuntut, merasa kesepian. Bagi Fromm, kemampuan mencintai (bukan menuntut untuk dicintai) menunjukkan karakter yang matang dan produktif, manusia yang mulia. Tetapi sayangnya, kehidupan saat ini apakah mendukung manusia menjadi mulia? REFLEKSI Harkat dan martabat serta ukuran keMULIAan manusia, dilihat dari mana? Dari harta, dari tahta, dari gelar, dari koneksinya? Sehingga saat ini anak SD mati bunuh diri karena dikata-katai sebagai ‘anak si tukang bubur’. Sehingga saat ini orang rela menyogok besar-besaran untuk menjadikan anaknya PNS atau masuk ke aparatur negara. Sehingga orang yang tidak layak menyandang atribut master dan doktor dengan membeli gelar. Sehingga seorang ibu memutuskan bunuh diri setelah membunuh anak-anaknya karena merasa miskin dan sudah tidak ada harapan lagi. Sehingga kita bisa katakan ‘hanya’ bila yang mati orang gila? Tetapi kita tidak akan katakan ‘hanya’ bila yang mati adalah anak pejabat, pengusaha, atau artis terkenal. Tidakkah dunia ini sudah GILA atau ‘hanya’ si gila itu yang gila? EPILOG Siapa peduli? Mati atau hidup? Gila , setengah gila, atau gila? Jakarta, 27 Maret 2012 Mona Sugianto Psikolog Klinis
perasaannya, tentang harapannya, tentang waktu, tentang cinta. Kesadaran bahwa ada kekuatan-kekuatan sekaligus keterbatasan-keterbatasan dalam hidup inilah yang menjadi kekuatan sekaligus Media Keluarga Bijak
Info Ad Familia Indonesia: TEROBOSAN LAYANAN HOME VISIT Kalau makanan banyak yang instan, dan bahan pendidikan sudah ikut mulai menerapkan sistem instan, apakah MENCINTAI bisa menggunakan cara instan? Saya penganut ajaran kuno, yang meyakini bahwa memang mencintai berarti kita bersedia REPOT. Misalnya mengasuh anak, sejujurnya bukankah sangat merepotkan? Tetapi itulah cinta. Bersedia repot, ingin memberi (bukan menuntut), dan rela berkorban. Pada bulan Juli 2012 ini, Ad Familia Indonesia berhasil melakukan terobosan dalam melakukan pelayanan terhadap keluarga-keluarga. Beberapa keluarga yang memang mengalami kesulitan untuk mengajak Opa/ Oma atau anak-anak yang memiliki kebutuhan dan permasalahan khusus, merasa sangat terbantu karena LAYANAN HOME VISIT dari tim psikolog Ad Familia Indonesia. Jakarta macet? YA! Seringkali untuk menghadiri sesi terapi atau konseling yang hanya 60 menit, keluargakeluarga berjuang menghabiskan waktu 5 jam (4 jamnya untuk perjalanan pulang dan pergi). Dengan LAYANAN HOME VISIT, Ad familia Indonesia bisa menyapa dan memberikan layanan kepada keluarga-keluarga langsung di kediaman mereka. Bila Saudara-i membutuhkan atau mengenal keluarga yang memerlukan LAYANAN HOME VISIT, please feel free to contact us at: 021-44595192/ 0817 133 238
Cinta yang Bersedia REPOT Survey Banyak sahabat dan Saudara Ad Familia yang bertanya (secara langsung maupun tidak langsung),: Tanya: Untuk apakah Ad Familia Indonesia secara rutin menyelenggarakan survey via web site Ad Familia di www.adfamiliaindonesia.com? Jawab: Hasil survey Ad Familia Indonesia digunakan untuk: 1.
Pembuatan artikel bagi keluargakeluarga Saudara Ad Familia, dimaksudkan dapat menjadi wawasan tambahan, edukasi, dan refleksi
Cerita Lucu : Keluarga Abnormal Di suatu hari ada seorang laki-laki masuk ke subuah pub. Setelah, duduk, ia segera memesan ke bartender, “Hai, Bung, tolong beri aku 4 botol bir,” kata laki-laki tersebut. “Wah, kok banyak sekali, Tuan, apa sedang banyak masalah?” kata bartender. “Ya. Aku pusing. Aku baru tahu kalau anak pertamaku itu seorang gay,” kata dia.
2.
Sarana curah ide, pendapat, opini, dan harapan bagi sahabat dan saudara Ad Familia
Esok harinya laki-laki tersebut datang lagi ke pub yang sama, dan kemudian langsung memesan ke bartender, “Hai, Bung, tolong beri aku 6 botol bir,” kata laki-laki tersebut.
3.
Tumbuh kembangnya semangat belajar, dinamika, dan kesediaan saling berbagi antar keluarga.
“Wow, segitu banyaknya. Ada masalah apa lagi yang Anda hadapi saat ini?” tanya bartender.
Ayo ikutan survey di www.adfamiliaindonesia.com !!!
Vol. 3 Year 2012
“Aku baru tahu kalau anak laki-lakiku
yang kedua juga suka sesama jenisnya,” kata dia. Esok lagi, laki-laki tersebut datang ke pub yang sama juga, dan seperti biasa langsung memesan, “Tolong beri aku 10 botol bir.” “Hah, sebanyak itu? Wah ini pasti masalah yang super berat. Memangnya di keluarga Anda tidak ada yang suka wanita selain Anda sendiri?” tanya bartender amat keheranan. “Ada, “kata laki-laki tersebut. “siapa?” tanya bartender penasaran. “Istri saya,” kata laki-laki tersebut sambil menenggak minuman di depannya.”
(forumjualbeli.net/showthread.php?=158275)
Page 5
Ad Familia Indonesia Home of Family Kompleks Ruko Gading Bukit Indah Q/ 15 Kelapa Gading—Jakarta Utara 021-44595192 Www.adfamilia-indonesia.com
Utamakan yang Paling Utama
What Next Dalam edisi Media Keluarga Bijak berikutnya (terbit Oktober 2012), kita akan membahas tentang KELUARGA PANTI ASUHAN. Ya, panti asuhan anak maupun lansia, adalah sebuah keluarga juga. Bahkan keluarga besar. Kita mulai dari keluarga kita, dan bersama-sama kita bahu membahu menggarami keluarga-keluarga di sekitar kita. Selamat mencintai, selamat berkarya. Pengiriman artikel/ opini dan saran, silakan via email ke:
[email protected]
Sambungan Edukasi Keluarga : Mengenal Experiential Family Therapy diduga mampu membawa dampak yang Penerapan experiential famly lebih signifikan dibantherapy di Indonesia dingkan dengan menjadi sangat pendekatan individual. penting, terutama Hal ini disebabkan karena masyarakat karena umumnya locus membutuhkan of control sebagian pendekatan terapi besar masyarakat terlekeluarga yang memberikan tak eksternal. Jadi interkebebasan bagi vensi terhadap sistem anggotanya untuk keluarga akan lebih baik mengekpresikan dibandingkan pendekaperasaan demi tan individual. tercapainya Dalam masyarakat keaslian . Indonesia yang majemuk / multicultural, nilai-nilai seperti toleransi dan apresiasi menjadi sangat penting. Oleh karena itu pendekatan terapi keluarga yang bersifat lebih fleksibel, terbuka, bebas,
dan disesuaikan dengan ritme serta proses klien akan lebih baik dibandingkan dengan terapi yang bersifat sangat terstruktur, dituntut cepat dan berorientasi hasil. Sepertinya kurang adil bila menjadikan budaya jawa untuk menggambarkan masyarakat Indonesia yang begitu beragam. Tetapi sebagai acuan, Magnis Suseno (1988) dalam Jauhari mengemukakan bahwa prinsip kerukunan dan rasa hormat menjadi keutamaan. Masyarakat Jawa cenderung untuk menghindari tindakan yang rawan konflik. Sehingga dalam kehidupan berkeluarga sehari-hari, strategi yang paling aman dan paling jitu dipilih dalam menghadapi konflik keluarga adalah diam saja. Meski tindakan diam saja (do nothing) dianggap aman karena tidak menimbulkan konflik, tetapi dampaknya bisa sangat merusak karena menekan emosi yang
sesungguhnya dan menjadi sangat ‘berpura’pura’. Ditambah lagi Koentjaraningrat (dalam Jauhari) juga mengemukakan bahwa struktur masyarakat yang bersifat hierarkis, membuat orang yang berada dalam posisi bawah dan lemah, lebih tidak berdaya lagi dalam mengungkapkan pendapat mereka yang sebenarnya. Keadaan ini tentu memprihatinkan bila kita melihat dalam konteks kehidupan berkeluarga. Oleh karena itu, diperlukan pendekatan terapi keluarga yang memberikan kebebasan bagi masing-masing anggotanya untuk mengekpresikan perasaan dan membongkar defense demi tercapainya keaslian dan dengan demikian timbul relasi yang lebih sehat dalam keluarga. Mona Sugianto, M.Psi, Psi