MATAKULIAH METODOLIGI PENELITIAN DAN STATISTIK DASAR 100 Menit
TINJAUAN MATA KULIAH
A. Deskripsi Singkat Mata Kuliah Mata Kuliah metodologi penelitian dan statistik dasar ini memberikan kemampuan mahasiswa untuk menyusun proposal danhasilpenelitiandenganpokokbahasan : konseppenelitian, sistematikapenelitian, langkah-langkahpenelitian, metodepenelitian, mengkritikjurnal / proposal orang lain, membuat proposal penelitian, seminar proposal,
menyajikan
data,
melakukanperhitunganujistatistikdanmenyimpulkanpenelitianpelayanankebidananpad akhususnyadanpelayanankesehatanpadaumumnya.
B. Kegunaan/Manfaat Mata Kuliah
Dengan adanya mata kuliah metodologi penelitian dan statistik dasar ini memberikan kemampuan mahasiswa untuk menyusun proposal danhasilpenelitian C. Standar Kompetensi Mata Kuliah
Standar kompetensi mata kuliah metodologi penelitian dan statistik dasar ini memberikan kemampuan mahasiswa untuk menyusun proposal danhasilpenelitian
D. Susunan Urutan Bahan Ajar 1. Menjelaskankonsepdasarpenelitian 2. Menjelaskansistematikapenelitian 3. Mengurangilangkah-langkahpenelitian 4. Menjelaskanmetodologidalampenelitian 5. Membuat proposal penelitian
6. Melaksanakan seminar proposal 7. Menyajikan data penelitian 8. Melakukanperhitunganujistatistik
E. Petunjuk Bagi Mahasiswa Mahasiswa dapat mempelajari bahan ajar ini dan menbaca referensi yang direkomendasikan sebagai buku acuan, membuka e-learning yang sudah ada.
BAB I PENELITIAN KEBIDANAN DALAM PERKEMBANGAN ILMU DAN TEHNOLOGI DIBIDANG KEBIDANAN
PENDAHULUAN A. KOMPETENSI DASAR DAN INDIKATOR NO 1.
KOMPETENSI DASAR Penelitian kebidanan dalam perkembangan ilmu dan tehnologi dibidang kebidanan
INDIKATOR a. Pengertian penelitian b. Tujuan dilakukan penelitian c. Implikasi penelitian dan ilmu pengetahuan serta kaitannya dengan perkembangan iptek d. Ruang lingkup penelitian kebidanan
B. DESKRIPSI SINGKAT MATAKULIAH Mata Kuliah metodologi penelitian dan biostatistika dasarini
memberikan
kemampuan kepada mahasiswa untuk memberikan kemampuan menyusun proposal dan hasil penelitian dengan pokok bahasan : konsep penelitian, sistematika penelitian, langkah-langkah penelitian, metode penelitian, mengkritik jurnal / proposal orang lain, membuat proposal penelitian, seminar proposal, menyajikan data, melakukan perhitungan uji statistik dan menyimpulkan penelitian pelayanan kebidanan pada khususnya dan pelayanan kesehatan pada umumnya dengan pokok bahasan penelitian kebidanan dalam perkembangan ilmu dan tehnologi dibidang kebidanan
URAIAN MATERI
A. Pengertian Penelitian Menurut Para Ahli| Penelitian adalah suatu penyelidikan terorganisasi, atau penyelidikan yang hati-hati dan kritis dalam mencari fakta untuk menentukan sesuatu.Kata penelitian adalah terjemahan dari kata research yang berasal dari bahasa Inggris.Kata Research terdiri dari dua kata yaitu re yang berarti kembali dan to search yang berarti mencari. Jadi dapat disimpulkan bahwa pengertian research (penelitian) adalah mencari kembali suatu pengetahuan. Tujuan penelitian adalah untuk mengubah kesimpulan Modul Pembelajaran Metodologi Penenlitian dan Biostatistik Dasar
1
yang telah diterima secara umum, maupun mengubah pendapat-pendapat dengan adanya aplikasi baru pada pendapat tersebut.Suatu penelitian dengan menggunakan metode ilmiah dinamakan sebagai penelitian ilmiah. Dari pengertian penelitian (research) secara umum tersebut, terdapat beberapa pengertian penelitian yang dikemukakan oleh para ahli antara lain sebagai berikut: Pengertian Penelitian Menurut Para Ahli 1.
Parson (1946): Menurut parson bahwa pengertian penelitian adalah pencarian atas sesuatu (inkuiri) secara sistematis dengan penekanan bahwa pencarian ini dilakukan terhadap masalah-masalah yang dapat dipecahkan.
2.
John (1949): Pengertian penelitian menurut John bahwa arti penelitian adalah pencarian fakta menurut metode objektif yang jelas untuk menemukan hubungan antara fakta dan menghasilkan dalil atau hukum tertentu.
3.
Woody (1972): Pengertian penelitian menurut woody adalah suatu metode untuk menemukan sebuah pemikiran kritis. Penelitian meliputi pemberian definisi dan redefinisi terhadap masalah, memformulasikan hipotesis atau jawaban sementara, membuat kesimpulan, dan sekurang-kurangnya mengadakan pengujian yang hatihati atas semua kesimpulan yang diambil untuk menentukan apakah kesimpulan tersebut cocok dengan hipotesis.
4.
Donald Ary (1982): Menurut Donald Ary, pengertian penelitian adalah penerapan pendekatan ilmiah pada pengkajian suatu masalah untuk memperoleh informasi yang berguna dan dapat dipertanggungjawabkan.
5.
Hill Way: Menurut Hill Way, pengertian penelitian adalah suatu metode studi yang bersifat hati-hati dan mendalam dari segala bentuk fakta yang dapat dipercaya atas masalah tertentu guna membuat pemecahan masalah tersebut.
6.
Winarno Surachmand: Pengertian penelitian menurut Winarno Surachamnd adalah kegiatan ilmiah mengumpulkan pengetahuan baru yang bersumber dari primerprimer, dengan tekanan tujuan pada penemuan prinsip-prinsip umu, serta mengadakan ramalan generalisasi di luar sampel yang diselidiki
Modul Pembelajaran Metodologi Penenlitian dan Biostatistik Dasar
2
7.
Soetrisno Hadi: Menurut Soetrisno hadi bahwa pengertian penelitian adalah usaha untuk menemukan, mengembangkan, dan menguji kebenaran suatu pengetahuan, usaha mana dilakukan dengan menggunakan metode ilmiah.
Sikap dan Cara Berpikir Seorang peneliti Seorang peneliti harus memiliki sikap yang khas dan kuat dalam penguasan prosedur dan prinsip-prinsip dalam penelitian. Sika-sikap yang harus dikembangkan seorang peneliti adalah sebagai berikut: Sikap-sikap Seorang Penelliti 1.
Objektif Seorag peneliti harus dapat memisahkan antara pendapat pribadi dan fakta yang ada. Untuk menghasilkan penelitian yang baik, seorang peneliti harus bekerja sesuai atas apa yang ada di data yang diperoleh di lapangan dan tidak memasukkan pendapat pribadi yang dapat mengurangi dari keabsahan hasil penelitiannya (tidak boleh subjektif).
2.
Kompeten Seorang peneliti yang baik memiliki kemampuan untuk menyelenggarakan penelitian dengan menggunakan metode dan teknik penelitian tertentu
3.
Faktual Seorang peneliti harus bekerja berdasarkan fakta yang diperoleh, bukan berdasarkan observasi, harapan, atau anggapan yang bersifat abstrak.
Syarat-Syarat Penelitian Adapun tiga syarat terpenting dalam melakukan penelitian yaitu sebagai berikut: 1. Sistematis, dilaksanakan berdasarkan pola tertentu dari hal yang paling sederhana hingga yang kompleks dengan tatanan yang tepat sampai dengan tercapainya tujuan yang efektif dan efisien. 2. Terencana, dilaksanakan karena terdapat unsur kesenjangan dan sebelumnya sudah terkonsep langkah-langkah pelaksanaannya. 3. Mengikuti konsep ilmiah, maksudnya adalah mulai dari awal hingga sampai akhir kegiatan penelitian mengikuti langkah-langkah yang sudah ditentukan atau Modul Pembelajaran Metodologi Penenlitian dan Biostatistik Dasar
3
ditetapkan yaitu dengan prinsip yang digunakan untuk memperoleh ilmu pengetahuan. B. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian adalah sebagai berikut: 1. Eksloratif (penjajagan) adalah penelitian yang tujuan untuk menemukan suatu pengetahuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. 2. Verifikatif (pengujian) adalah suatu penelitian yang bertujuan untuk melakukan pengujian terhadap teori ataupun hasil penelitian sebelumnya, sehingga dapat diperoleh hasil yang dapat menggugurkan atau memperkuat teori atau hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. 3. Development (pengembangan) adalah suatu penelitian yang bertujuan untuk mengembangkan, menggali dan memperluas lebih dalam mengenai suatu masalah atau teori kelimuan untuk menjadi Kriteria-Kriteria Seorang Peneliti Menurut Whitney (1960), bahwa ada beberapa kriteria yang harus dimiliki oleh seorang peneliti antara lain sebagai berikut.. 1. Daya nalar Seorang peneliti harus memiliki daya nalar yang tinggi, yaitu dapat memberi alasan dalam memecahkan masalah, baik secara induktif maupun secara deduktif 2. Orisnalitas Seorang peneliti harus mempunyai daya khayal ilmiah dan kreatif.Peneliti harus cemerlang, mempunyai inisiatif yang terencana, serta harus penuh dengan ide yang rasional dan menghindari peniruan atau jiplakan. 3. Daya ingat Seorang peneliti harus mempunyai daya ingat yang kuat, selalu ekstensif dan logis, serta dapat dengan sigap melayani serta menguasai fakta Modul Pembelajaran Metodologi Penenlitian dan Biostatistik Dasar
4
4. Kewaspadaan Peneliti harus secara cepat dapat melakukan pengamatan terhadap perubahan yang terjadi atas suatu variabel atau sifat suatu fenomena.Dia harus sigap dan mempunyai penglihatan yang tajam, serta tanggap (responsif) terhadap segala perubahan dan kelainan. Ini penting agar dia bisa dengan cepat mengantisipasi dampa faktor lain itu terhadap penelitiannya. 5. Akurat Peneliti harus mempunyai tingkat pengamatan serta perhitungan yang akurat, tajam serta beraturan. 6. Konsentrasi Seorang peneliti harus memiliki kekuatan untuk berkonsentrasi yang tinggi, kemauan yang besar, dan tidak cepat merasa bosan. 7. Dapat bekerja sama Seorang peneliti harus memiliki sifat kooperatif sehingga dapat bekerja sama dengan siapapun, serta harus mempunyai keinginan untuk bertemansecara intelektual dan dapat bekerja secara berkelompok (team work). Ini menunjuk pada adanya sifat kepemimpinan pada diri si peneliti. 8. Kesehatan Seorang peneliti harus sehat, baikt jiwa maupun fisiknya.selain itu, dia juga harus stabil, sabar, dan penuh vitalitas. Kesehatan ini diperlukan agar penelitian dapat berlangsung lancar dan mencapai hasil yang maksimal. 9. Semangat Peneliti harus memiliki semangat yang besar untuk meneliti.Peneliti juga harus memiliki daya cipta serta hasrat yang tinggi. 10.Pandangan moral Seorang peneliti harus mempunyai kejujuran intelektual kejujuran moral, beriman, dan dapat dipercaya.
Modul Pembelajaran Metodologi Penenlitian dan Biostatistik Dasar
5
BAB II SISTEMATIKA LANGKAH PENELITIAN
PENDAHULUAN
A. KOMPETENSI DASAR DAN INDIKATOR NO 2.
KOMPETENSI DASAR Sistematika langkah penelitian
INDIKATOR Langkah-langkah penelitian
B. DESKRIPSI SINGKAT MATAKULIAH Mata Kuliah metodologi penelitian dan biostatistika dasarini
memberikan
kemampuan kepada mahasiswa untuk memberikan kemampuan menyusun proposal dan hasil penelitian dengan pokok bahasan : konsep penelitian, sistematika penelitian, langkah-langkah penelitian, metode penelitian, mengkritik jurnal / proposal orang lain, membuat proposal penelitian, seminar proposal, menyajikan data, melakukan perhitungan uji statistik dan menyimpulkan penelitian pelayanan kebidanan pada khususnya dan pelayanan kesehatan pada umumnya dengan pokok bahasan sistematika langkah penelitian
URAIAN MATERI
LANGKAH-LANGKAH PENELITIAN Penelitian merupakan rangkaian langkah-langkah yang dilakukan secara terencana dan sistematis guna mendapatkan pemecahan masalah atau mendapatkan jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan tertentu. Langkah-langkah yang dilakukan itu harus serasi dan saling mendukung satu sama lain, sehingga penelitian yang dilakukan itu mempunyai bobot yang cukup memadai dan memberikan kesimpulan yang tidak meragukan. Adapun langkahlangkah penelitian itu pada umumnya sebagai berikut. 1.
Identifikasi, pemilihan, dan perumusan masalah
2.
Penelaahan kepustakaan
Modul Pembelajaran Metodologi Penenlitian dan Biostatistik Dasar
6
3.
Penyusunan hipotesis
4.
Identifikasi, klarifikasi, dan pemberian definisi operasional variabel-variabel
5.
Pemilihan atau pengembangan alat pengambil data
6.
Penyusunan rancangan penelitian
7.
Penentuan sampel
8.
Pengumpulan data
9.
Pengolahan dan analisis data
10. Interpretasi hasil analisis 11. Penyusunan laporan
1. Identifikasi, Pemilihan, dan Perumusan Masalah Masalah adalah suatu kesulitan yang dirasakan, konkrit, dan memerlukan solusi.Masalah juga dapat diartikan suatu kesenjangan antara harapan (das sollen) dengan kenyataan (das sein).Suatu masalah tidak harus menuntut/menimbulkan suatu penelitian tetapi penelitian dilakukan oleh karena ada masalah. Seseorang yang akan melakukan penelitian harus menentukan terlebih dahulu apa masalahnya (Kerlinger, 2004). Bagi orang yang belum berpengalaman dalam penelitian, menentukan dan memilih masalah bukanlah hal yang mudah, bahkan dapat dikatakan sangat sulit. Masalah yang akan dipecahkan atau dijawab melalui penelitian selalu ada. Peneliti hanya mengidentifikasi, memilih, dan merumuskannya.Pencarian masalah dapat dilakukan melalui sumber-sumber masalah, seperti bacaan, pengalaman pribadi, pertemuan Ilmiah (seminar, diskusi, lokakarya, dll), dan perasaan intuitif pribadi (Suryabrata, 2006).Selain itu Margono (2007) juga menambahkan bahwa masalah juga dapat diperoleh melalui pernyataan atau pengamatan sepintas/fakta di lapangan. Setelah masalah diidentifikasi, belum menjadi jaminan bahwa masalah tersebut layak dan sesuai untuk diteliti.Identifikasi masalah dapat dilakukan dengan mengungkap jawaban terhadap pertanyaan “apa kesenjangan yang terjadi” dan “apa yang menyebabkan terjadinya kesenjangan” (Santyasa, 2008).Biasanya, dalam usaha mengidentifikasi atau menemukan masalah penelitian ditemukan lebih dari satu masalah.Dari masalah-masalah tersebut perlu dipilih salah satu, yaitu mana masalah yang paling layak dan sesuai untuk diteliti.Jika yang ditemukan sekiranya hanya satu masalah, masalah tersebut juga harus dipertimbangkan layak dan tidaknya serta sesuai dan tidaknya untuk diteliti.Pertimbangan untuk memilih atau Modul Pembelajaran Metodologi Penenlitian dan Biostatistik Dasar
7
menentukan apakah sesuatu masalah layak dan sesuai untuk diteliti, pada dasarnya dilakukan dari dua arah, yaitu dari arah masalahnya dan dari arah peneliti.Jika ditinjau dari pertimbangan arah masalahnya, menentukan suatu masalah layak untuk diteliti perlu dibuat pertimbangan-pertimbangan dari arah masalahnya atau dari sudut objektif.Sedangkan pertimbangan dari arah peneliti,pertimbangan masalah didasarkan atas kelayakan dan kesesuaian peneliti yang menyangkut kelayakan biaya, waktu, sarana, dan kemampuan keilmuan (Suryabrata, 2006). Masalah yang baik diteliti mempunyai beberapa karakteristik yaitu 1)mempunyai nilai dan kelayakan penelitian dari segi manfaat/kontribusi, 2) dapat dipecahkan (ada data dan metode pemecahannya), 3) menarik bagi peneliti yang didukung kemampuan keilmuan, 4) spesifik mengenai bidang tertentu (jelas ruang lingkup pembahasannya), dan 5) berguna untuk mengembangkan suatu teori (Anonim, 2007). Senada dengan hal itu Kerlinger (2004) menambahkan tiga kriteria penting permasalahan yang diteliti yaitu 1) permasalahan sebaiknya merepleksikan dua variabel atau lebih, 2) masalah dinyatakan dalam bentuk pertanyaan yang jelas dan tidak meragukan, dan 3) masalah hendaknya dapat diuji secara empiris. Setelah masalah diidentifikasi dan dipilih, maka perlu dirumuskan. Tujuannya agar permasalahan jelas dan tidak menimbulkan keragu-raguan atau tafsir yang berbeda-beda, sebab masalah tersebut nantinya akan digunakan sebagai dasar pengajuan teori dan hipotesis, pengumpulan data, pemilihan metode analisis, dan penarikan kesimpulan. Menurut Sukardi (2003) rumusan masalah yang baik harus dapat mencangkup dan menunjukkan semua variabel maupun hubungan antara satu variabel dengan variabel yang lainnya.Ada beberapa teknik yang dapat digunakan dalam merumuskan masalah yaitu 1) masalah hendaklah dirumuskan dalam bentuk kalimat tanya, 2) rumusan masalah hendaklah padat dan jelas, dan 3) rumusan masalah hendaklah memberi petunjuk tentang mungkinnya mengumpulkan data guna menjawab pertanyaan-pertanyaan yang terkandung dalam rumusan itu. 2. Penelaahan Kepustakaan Setelah masalah dirumuskan, maka langkah selanjutnya adalah mencari teori-teori, konsep-konsep, dan generalisasi-generalisasi yang dapat dijadikan landasan teoretis bagi penelitian yang akan dilakukan. Tujuannya yaitu 1) untuk mencari teori/konsep/generalisasi yang dapat digunakan sebagai landasan teori/kerangka bagi penelitian yang akan dilakukan, Modul Pembelajaran Metodologi Penenlitian dan Biostatistik Dasar
8
2) untuk mencari metodologi yang sesuai dengan penelitian yang akan dilakukan, dan 3) untuk membandingkan antara fakta di lapangan dengan teori yang ada (Sukardi, 2003). Telaah pustaka sangat penting agar penelitian itu mempunyai dasar yang kokoh, dan bukan sekedar perbuatan coba-coba (trial and error).Pada umumnya lebih dari lima puluh persen kegiatan dalam seluruh proses penelitian itu adalah membaca. Karena itu sumber bacaan merupakan bagian penunjang penelitian yang esensial. Menurut Sukardi (2003), telaah kepustakaan merupakan kegiatan yang diwajibkan dalam penelitian, khususnya penelitian akademik yang tujuan utamanya adalah mengembangkan aspek teoretis maupun aspek manfaat praktis. Secara garis besar, sumber bacaan itu dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu a) sumber acuan umum (kepustakaan yang berwujud buku-buku teks, ensiklopedia, monograp, dan sejenisnya), dan b) sumber acuan khusus (kepustakaan yang berwujud jurnal, buletin penelitian, tesis, disertasi, makalah seminar, hasil penelitian, internet, dan lain-lain) (Suryabrata, 2006).Mencari sumber bacaan hendaknya peneliti bersikap selektif, artinya tidak semua yang diketemukan kemudian ditelaah.Sumber pustaka yang baik adalah relevan dengan tema dan topik penelitian, uptodate (bukan sumber pustaka yang sudah usang). Menurut Ary et al., (dalam Sukardi, 2003), langkah-langkah mengorganisasi materi yang diperoleh dari berbagai sumber yaitu 1) mulai dengan materi hasil penelitian yang secara konsekuensi diperhatikan dari yang paling relevan, relevan, dan cukup relevan, 2) membaca abstrak dari setiap penelitian lebih dahulu untuk memberikan penilaian apakah permasalahan yang dibahas sesuai dengan yang hendak dipecahkan dalam penelitian, 3) mencatat bagian-bagian penting dan relevan dengan permasalahan penelitian, dan 4) membuat catatan, kutipan, atau salinan informasi yang disusun secara sistematis. 3. Perumusan Hipotesis Setelah selesai menyusun landasan teori, seorang peneliti biasanya akan sampai pada suatu kesimpulan tentang permasalahan penelitian. Bertolak dari apa yang telah dilakukan dalam mencari landasan teori, para peneliti akan mempunya jawaban sementara terkait dengan permasalahan penelitian (Sukardi, 2003). Menurut Kerlinger (2004), Jawaban yang masih bersifat sementara dan bersifat teoretis ini disebut sebagai hipotesis, yang kebenarannya masih harus diuji secara empiris. Fungsi adanya hipotesis adalah 1) untuk memberikan batasan serta memperkecil ruang lingkup penelitian, 2) untuk mempermudah Modul Pembelajaran Metodologi Penenlitian dan Biostatistik Dasar
9
pengumpulan dan pengolahan data, 3) untuk mengetahui macam, jumlah, dan hubungan variabel penelitian, serta 4) untuk mengetahui variabel tak bebas yang harus di kontrol (Anonim, 2007). Menurut Sukardi (2003), hipotesis memiliki peranan penting karena dapat menunjukkan harapan dari si peneliti yang direfleksikan dalam hubungan variabel dalam permasalahan penelitian. Secara teknis, hipotesis dapat didefinisikan sebagai pernyataan mengenai populasi yang akan diuji kebenarannya berdasarkan data yang diperoleh dari sampel penelitian. Secara statistik, hipotesis merupakan pernyataan mengenai keadaan parameter yang akan diuji melalui statistik sampel. Secara implisit, hipotesis menyatakan prediksi. Taraf ketepatan prediksi itu akan sangat bergantung kepada taraf kebenaran dan taraf ketepatan landasan teoretis yang mendasarinya. Dasar teori yang kurang sehat akan melahirkan hipotesis yang prediksinya kurang tepat, dan sebaliknya. Hipotesis yang baik yaitu 1) dirumuskan dari teori/konsep yang sudah ada, sehingga relevan dengan fakta, 2) dirumuskan dalam bentuk pernyataan (statement) singkat dan sederhana, 3) berlaku dalam tingkat populasi sehingga mempuyai daya ramal yang tinggi, 4) mencerminkan tentang hubungan antar variabel, dan 5) dapat diuji untuk membuktikan kebenaran/kesalahannya (Anonim, 2007). Hipotesis dapat disusun/dirumuskan dari telaah teori, fakta berdasarkan pengamatan atau pengalaman peneliti, dugaan dan pengetahuan peneliti, hasil penelitian terdahulu/sebelumnya yang relevan. Salah satu contoh hipotesis adalah terdapat hubungan yang berarti antara perbedaan gender dengan IP mahasiswa jurusan pendidikan fisika. Secara garis besar, hipotesis dibedakan menjadi 2 macam yaitu hipotesis tentang hubungan dan hipotesis tentang perbedaan.Hipotesis tentang hubungan yaitu hipotesis yang menyatakan saling hubungan antara dua variabel atau lebih dan mendasari berbagai penelitian korelasional.Hipotesis tentang perbedaan yaitu hipotesis yang menyatakan perbedaan dalam variabel tertentu pada kelompok yang berbeda-beda.Perbedaan itu seringkali disebabkan karena pengaruh perbedaan yang terdapat pada satu atau lebih variabel yang lain (Anonim, 2007). Menurut Suryabrata (2006) Konsep lain mengenai hipotesis adalah hipotesis nol atau Ho. Hipotesis nol adalah hipotesis yang menyatakan tidak adanya hubungan antara dua variabel atau lebih, atau hipotesis yang menyatakan tidak adanya perbedaan antar kelompok yang satu dengan yang lainnya. Analisis statistic dan uji statistik biasanya mempunyai sasaran untuk menolak kebenaran hipotesis nol tersebut. Hipotesis yang lain adalah hipoteis Modul Pembelajaran Metodologi Penenlitian dan Biostatistik Dasar
10
alternatif, yang dilambangkan dengan HA. Hipotesis ini menyatakan adanya hubungan antara dua variabel atau lebih, atau menyatakan adanya perbedaan dalam hal tertentu pada kelompok-kelompok yang berbeda.Teknik pengujian hipotesis dapat dilakukan menggunakan uji-uji statistik (uji t, uji F, uji χ2, uji Z dll). 4. Identifikasi, klarifikasi, dan pemberian definisi variabel-variabel Variabel penelitian didefinisikan sebagai segala sesuatu yang menjadi obyek penelitian dan bersifat spesifik serta faktor-faktor yang berperan dalam peristiwa/gejala yang akan diteliti. Adapun kegunaan dari variabel penelitian adalah: 1) untuk mempersiapkan alat dan metode pengumpulan data, 2) untuk mempersiapkan metode analisis/pengolahan data, dan 3) untuk pengujian hipotesis (Anonim, 2007). Variabel penelitian yang baik harus relevan dengan tujuan penelitian dan dapat diamati atau dapat diukur.Dalam suatu penelitian, variabel perlu diidentifikasi, diklarifikasi, dan didefinisikan secara operasional dengan jelas dan tegas sehingga tidak menimbulkan kesalahan dalam pengumpulan dan pengolahan data serta dalam pengujian hipotesis. Tujuan diadakannya pengidentifikasian variabel yaitu untuk mendata variabel-variabel yang ada dalam penelitian dan untuk menetapkan variabel-variabel utama yang akan dibahas. Misalny suatu penelitian untuk mempelajari faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi peningkatan prestasi belajar fisika siswa kelas X. Variabel penelitian yang berpengaruh ditetapkan, seperti motivasi belajar, proporsi belajar, gaya belajar, dan keadaan sosial siswa. Variabel yang telah diidentifikasi perlu diklarifikasi sesuai dengan jenis dan peranannya dalam penelitian. Klarifikasi ini sangat perlu untuk penentuan alat pengambil data apa yang akan digunakan dan metode analisis mana yang sesuai untuk diterapkan. Berkaitan dengan proses kuantifikasi, variabel dapat digolongkan menjadi empat jenis yaitu 1) variabel nominal, yaitu variabel yang ditetapkan berdasarkan proses penggolongan. Contohnya jenis kelamin dan jenis pekerjaan. 2) variabel ordinal yaitu variabel yang disusun berdasarkan jenjang dalam atribut tertentu. Jenjang tertinggi biasa diberi angka 1, jenjang di bawahnya angka 2, begitu seterusnya.Contoh hasil perlombaan inovatif produktif di antara para mahasiswa. 3) variabel interval yaitu variabel yang dihasilkan dari pengukuran, yang di dalam pengukuran itu diasumsikan terdapat satuan pengukuran yang sama. Contoh prestasi belajar, sikap terhadap program dinyatakan dalam skor. 4) variabel ratio, adalah variabel yang dalam kuantifikasinya mempunyai nol mutlak (Suryabrata, 2006).
Modul Pembelajaran Metodologi Penenlitian dan Biostatistik Dasar
11
Setelah variabel diidentifikasi dan diklarifikasi, maka variabel-variabel tersebut perlu didefinisikan secara operasional. Penyusunan definisi operasional ini perlu, karena definisi operasional itu akan menunjuk alat pengambil data mana yang cocok untuk digunakan. Definisi operasional adalah definisi yang didasarkan atas sifat-sifat yang dapat diamati. Konsep dapat diamati atau diobservasi ini penting, karena hal yang dapat diamati itu membuka kemungkinan bagi orang lain selain peneliti untuk melakukan hal yang serupa, sehingga apa yang dilakukan oleh peneliti terbuka untuk diuji kembali oleh orang lain. Cara menyusun definisi operasional bermacam-macam, cara itu dikelompokkan menjadi tiga jenis yaitu 1) menekankan kegiatan apa yang perlu dilakukan, 2) menekankan bagaimana kegiatan itu dilakukan, dan 3) menekankan sifat-sifat statis hal yang didefinisikan. Contoh pendefinisian variable misalnya prestasi akademik mahasiswa adalah ukuran keberhasilan studi mahasiswa yang dinyatakan dengan Indeks Prestasi (IP) Mahasiswa. 5. Pemilihan atau pengembangan alat pengambilan data Alat pengumpulan data (instrumen penelitian) dalam suatu penelitian sangat menentukan kualitas data yang dapat dikumpulkan sekaligus akan menentukan kualitas penelitian itu sendiri (Margono, 2007). Suryabrata (2006) menambahkan kriteria alat pengumpulan data yang baik adalah reliabilitas (keterandalan) dan validitas. Reliabilitas alat pengumpulan (pengukuran) data menunjukkan keajegan hasil pengukuran (konsistensi) apabila digunakan untuk pengukuran pada waktu yang berbeda dan tidak tergantung siapa yang menggunakannya tetapi dilihat dari besarnya simpangan baku dari hasil pengukuran yang berulang-ulang atau dari besarnya tingkat kesalahan (error) pengukuran. Validitas adalah alat pengumpulan (pengukuran) data menunjukkan kesesuaian atau kecocokan antara alat ukur dengan apa yang diukur. Keputusan mengenai alat pengambil data yang akan digunakan tergantung variabel yang akan diamati atau diambil datanya. Dengan kata lain, alat yang digunakan harus disesuaikan dengan variabelnya. Pertimbangan selanjutnya adalah pertimbangan dari segi kualitas alat, yaitu dari segi taraf reliabilitas dan validitas. Pertimbangan-pertimbangan lain biasanya dari sudut praktis, misalnya besar kecilnya biaya dan mudah sukarnya menggunakan alat tersebut. Jika peneliti mengembangkan sendiri atau mengadaptasikan alat pengambil datanya, maka peneliti harus melakukan uji coba untuk memperoleh keyakinan tentang kualitas alat pengambil data yang dikembangkannya itu, sebelum benar-benar digunakan pada penelitian yang sebenarnya (Mardalis, 2006). Modul Pembelajaran Metodologi Penenlitian dan Biostatistik Dasar
12
6. Penyusunan Rancangan Penelitian Desain eksperimen adalah suatu rancangan percobaan dengan setiap langkah tindakan yang terdefinisikan, sehingga informasi yang diperlukan atau berhubungan dengan persoalan yang akan diteliti dapat dikumpulkan secara faktual. Dengan kata lain, desain sebuah eksperimen merupakan langkah-langkah lengkap yang perlu diambil jauh sebelum eksperimen dilakukan agar data yang semestinya diperlukan dapat diperoleh sehingga akan membawa ke analisis obyektif dan kesimpulan yang berlaku dan tepat menjawab persoalan yang dibahas. Rancangan penelitian mengatur sistematika yang akan dilaksanakan dalam penelitian. Memasuki
langkah
ini
peneliti
harus
memahami
berbagai
metode
dan
teknik
penelitian.Metode dan teknik penelitian disusun menjadi rancangan penelitian.Mutu keluaran penelitian ditentukan oleh ketepatan rancangan penelitian. Agar rancangan penelitian dapat diperkirakan, maka ada tiga hal yang harus diperhatikan yaitu 1) rancangan mencangkup semua kegiatan yang akan dilakukan, 2) disusun secara sistematis untuk mempermudah langkah selanjutnya, dan 3) dapat memprediksi sejauh mana hasil penelitian yang akan diperoleh (Margono, 2007) 7. Penentuan Sampel Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, maka peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi (karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu), maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Apa yang dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya akan dapat diberlakukan untuk populasi. Ada beberapa Kelebihan dan Kelemahan apabila populasi dan sampel dijadikan objek penelitian.Jika melibatkan populasi kelebihannya yaitu data yang diperoleh dijamin lebih lengkap dan dalam pengambilan kesimpulan lebih akurat.Namun kelemahannya yaitu membutuhkan banyak sumber daya (biaya, tenaga, dan waktu), serta tidak ada jaminan bahwa semua anggota populasi dapat didata/dilacak di lapangan.Sedangkan jika melibatkan sampel sebagai penelitian kelebihannya yaitu efisien penggunaan sumber daya (tenaga, biaya, dan waktu), anggota sampel lebih mudah didata/dilacak di lapangan.Kelemahannya adalah membutuhkan ketelitian dalam menentukan sampel dan pengambilan kesimpulan/generalisasi perlu analisis yang teliti dan dilakukan secara hati-hati.Dalam prakteknya, sangat jarang Modul Pembelajaran Metodologi Penenlitian dan Biostatistik Dasar
13
penelitian yang menerapkan sensus dalam upaya pengumpulan datanya karena keterbatasan dalam operasionalnya.Sehingga penelitian lebih sering menggunakan teknik sampling. Menurut Suryabrata (2006) hal-hal penting yang harus diperhatikan berkaitan dengan pemilihan sampel yang baik yaitu: 1) Representatif (harus dapat mewakili populasi atau semua unsure sampel), 2) batasan sampel harus jelas, 3) dapat dilacak di lapangan, 4) tidak ada keanggotaan sampel yang ganda (didata dua kali atau lebih), 5) harus uptodate (terbaru dan sesuai dengan keadaan saat dilakukan penelitian). Menurut Kerlinger (2004), dalam menentukan sampel yang baik harus diperlukan metode pemilihan atau pengambilan sampel (sampling) yang baik pula. Untuk menentukan sampel yang akan digunakan dalam penelitian, terdapat berbagai teknik sampling yang digunakan. Teknik sampling pada dasarnya dapat dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu Probability Sampling dan NonprobabilitySampling.Probability sampling meliputi, simple random, proportionate stratified random, disproportionate stratified random, dan area random.Non-probability sampling meliputi, sampling sistematis, sampling kuota, sampling aksidental, purposivesampling, sampling jenuh, dan snowballsampling. Secara umum metode pengambilan sampel yang baik adalah 1) prosedurnya sederhana dan mudah dilakukan, 2) dapat memilih sampel yang representatif, 3) efisien dalam penggunaan sumber daya, dan 4) dapat memberikan informasi sebanyak-banyaknya mengenai sampel. Jumlah sampel yang baik tidak ada ketentuan yang baku mengenai ukuran sampel, tetapi perlu diperhatikan dalam menentukan besarnya sampel yaitu derajat keseragaman/heterogenitas dari populasi, metode analisis yang akan digunakan, ketersediaan sumber daya, dan presisi yang dikehendaki (Suryabrata, 2006). Sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul representatif (mewakili).Bila sampel tidak refresentatif, maka ibarat orang buta disuruh meyimpulkan karakteristik gajah. Satu orang memegang telinga gajah, maka ia menyimpulkan gajah itu seperti kapas. Orang kedua memegang badan gajah, maka ia menyimpulkan gajah itu seperti tembok besar. Satu orang lagi memegang ekornya, maka ia akan menyimpulkan gajah itu kecil seperti seutas tali. Begitulah kalau sampel yang dipilih tidak representatif, maka ibarat 3 orang buta itu yang membuat kesimpulan salah tentang gajah (Arikunto, 2006). Menurut Kerlinger (2004), kaedah yang paling gampang dalam menentukan sampel penelitian terkait dengan jumlah sampel yaitu gunakan sampel yang sebesar mungkin. Modul Pembelajaran Metodologi Penenlitian dan Biostatistik Dasar
14
Suryabrata (2006) menambahkan syarat yang paling penting dalam mengambil sampel ada dua macam, yaitu jumlah sampel yang mencukupi dan profil sampel yang dipilih harus mewakili.Tujuan adanya berbagai teknik penentuan sampel adalah untuk mendapatkan sampel yang paling mencerminkan populasinya.Dalam penelitian terhadap sampel, ciri representativeness sampel itu tidak pernah dapat dibuktikan, melainkan hanya dapat didekati secara metodelogis melalui parameter-parameter yang diketahui dan diakui baik secara teoretis mauptun secara eksperimental.Parameter-parameter yang sebagai berikut. a.
Besar sampel. Makin besar sampel yang diambil akan makin tinggi taraf
representativeness sampelnya (berlaku jika populasinya tidak homogen secara sempurna). Namun untuk populasi homogen secara sempurna besar sampel tidak mempengruhi taraf representatifnya sampel. b. Teknik penentuan sampel.Makin tinggi tingkat rambang dalam penentuan sampel maka makin tinggi pula tingkat representatifnya sampel (berlaku jika populasinya tidak homogen secara sempurna). c.
Variabilitas populasi.Peneliti harus menerima sebagaimana adanya, dan tidak dapat
mengatur atau memanipulasikan sampel. d.
Kecermatan memasukkan ciri-ciri populasi. Makin lengkap ciri-ciri populasi yang
dimasukkan ke dalam sampel, akan makin tinggi tingkat representatifnya sampel. 8. Pengumpulan Data Terdapat dua hal utama yang mempengaruhi kualitas data hasil penelitian, yaitu kualitas instrumen penelitian dan kualitas pengumpulan data. Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai setting, berbagai sumber, dan berbagai cara. Bila dilihat dari segi cara atau teknik pengumpulan data, maka teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan interview (wawancara), kuesioner (angket), observasi (pengamatan), dan gabungan ketiganya (Suryabrata, 2006). Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila penelitian ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit. Kuesionermerupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang efesien Modul Pembelajaran Metodologi Penenlitian dan Biostatistik Dasar
15
bila peneliti tahu dengan pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan dari responden. Selain itu, kuesioner juga cocok digunakan bila jumlah responden cukup besar dan tersebar di wilayah yang luas. Observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Teknik pengumpulan data dengan observasi digunakan bila peneliti berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan bila responden yang diamati tidak terlalu besar. Dari segi proses pelaksanaan pengumpulan data, observasi dapat dibedakan menjadi partisipan observation (observasi berperan serta) dan non partisipan observation, selanjutnya dari segi instrumenasi yang digunakan, maka observasi dapat dibedakan menjadi observasi terstruktur dan tidak terstruktur. Sukardi (2003) menambahkan bahwa cara lain untuk mengumpulkan data dari responden yaitu menggunakan teknik dokumentasi. 9. Pengolahan dan Analisis Data Setelah data dikumpulkan, selanjutnya dilakukan pengolahan dan analisis data.Kegiatan analisis data bertujuan untuk memberi arti dan makna pada data serta berguna untuk memecahkan masalah dalam penelitian yang sudah dirumuskan. Menurut Sukardi (2003), sebelum analisis data dilakukan maka data perlu diolah terlebih dahulu. Secara garis besarnya ada dua langkah yang harus dilakukan, yaitu: a. Persiapan (Editing) Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam persiapan penelitian yaitu melengkapi data yang kurang/kosong, memperbaiki kesalahan-kesalahan atau kekurangjelasan dari pencatatan data, memeriksa konsistensi data sesuai dengan data yang diinginkan, memeriksa keseragaman hasil pengukuran (misalnya keseragaman satuan dsb), dan memeriksa reliabilitas data (misalnya membuang data-data yang ekstrim dsb).Dalam langkah ini peneliti memilih/menyortir data sedemikian rupa sehingga data yang terpakai saja yang tinggal.Tujuan merapikan data, agar data bersih, rapi, dan tinggal mengadakan pengolahan lanjut (menganalisis). b. Tabulasi Setelah melakukan persiapan/editing, peneliti melakukan tabulasi data.Kegiatan ini bertujuan untuk membuat tabel data (menyajikan data dalam bentuk tabel) untuk memudahkan analisis data maupun pelaporan.Tabel data dibuat sesederhana mungkin Modul Pembelajaran Metodologi Penenlitian dan Biostatistik Dasar
16
sehingga informasi mudah ditangkap oleh pengguna data maupun bagi bagian analisis data. Termasuk dalam kegiatan ini meliputi memberikan skor terhadap item yang perlu diberikan skor, memberikan kode terhadap item yang tidak diberi skor, mengubah jenis data (disesuaikan dengan teknik analisis yang digunakan), dan memberikan kode dalam hubungan dengan pengolahan data (jika menggunakan komputer). Kegiatan analisis data merupakan bagian yang sangat penting dan merupakan langkah yang sangat kritis dalam penelitian. Peneliti harus memastikan pola analisis mana yang akan digunakan, apakah analisis statistik ataukah non-statistik. Pemilihan ini tentunya tergantung pada jenis data yang dikumpulkan.Analisis statistik sesuai dengan data kuantitatif, yaitu data dalam bentuk bilangan.Sedangkan analisis non-statistik sesuai untuk data deskriptif (Suryabrata, 2006). Pemecahan masalah penelitian dan penarikan kesimpulan dari suatu penelitian sangat tergantung dari hasil analisis data ini.Sehingga perlu dilakukan dengan teliti dan hati-hati sehingga tidak memberikan salah penafsiran terhadap hasil penelitian.Seorang peneliti (bagian analisis data) harus menguasai kemampuan keilmuan secara teknis dalam menerapkan metode analisis yang cocok.Metode analisis data yang dipilih harus disesuaikan dengan jenis penelitiannya.Pertimbangan pemilihan metode analisis dapat dilihat dari 1) tujuan dan jenis penelitian, 2) model/jenis data, dan 3) tingkat/taraf kesimpulan. Sebagai contoh misalnya pengaruh model problem based learning terhadap peningkatan berpikir kritis siswa kelas X SMA Negeri 1 Panca. Analisis statistik yang cocok yaitu desain eksperimen. 10. Penafsiran Hasil Analisis Menafsirkan hasil analisis penelitian selalu harus didasarkan atas semua data yang diperoleh dalam kegiatan penelitian. Dengan kata lain, penarikan kesimpulan harus berdasarkan atas data, bukan atas angan-angan atau keinginan peneliti. Salah apabila kelompok peneliti membuat kesimpulan yang bertujuan menyengkan hati pemesan, dengan cara memanipulasi data. Pada penelitian yang menggunakan pengujian hipotesis penelitian, kesimpulan dapat ditarik dari hasil pengujian hipotesis. Apabila kesimpulan penelitian merupakan jawaban dari problematik yang dikemukakan, maka isi maupun banyaknya kesimpulan yang dibuat juga harus sama dengan isi dan banyaknya problematik. Kesimpulan yang diambil dalam Penelitian harus sesuai dengan 1) tema, topik, dan judul penelitian, 2) Modul Pembelajaran Metodologi Penenlitian dan Biostatistik Dasar
17
pemecahan permasalahan penelitian, 3) hasil analisis data, 4) pengujian hipotesis (bila ada), 5) teori/ilmu yang relevan, dan 6) singkat, jelas, dan padat (Anonim, 2007). Peneliti
mengharapkan
hipotesis
penelitiannya
tahan
uji,
yaitu
terbukti
kebanarannya.Jika yang terjadi memang demikian, bahasan itu mungkin tidak terlalu menonjol peranannya. Tetapi jika hipotesis penelitian itu tidak tahan uji, yaitu ditolak maka peranan bahasan itu menjadi sangat penting, karena peneliti harus dapat menjelaskan mengapa hal itu terjadi. Peneliti wajib mengeksplorasi segala sumber yang mungkin menjadi sebab tidak terbuktinya hipotesis penelitian itu. Beberapa sumber tidak terbuktinya hipotesis itu dapat dicari antara lain dari: 1) landasan teori, 2) sampel, 3) alat pengambilan data, 4) rancangan penelitian, 5) perhitungan-perhitungan, dan 6) variabel-variabel luaran (Suryabrata, 2006). Suatu hipotesis tidak terbukti kebenarannya itu tidak berarti bahwa penelitiannya gagal sama sekali. Suatu penelitian sering menguji sejumlah hipotesis dan tidak terbukti satu atau dua hipotesis memang tidak jarang terjadi. Walaupun penelitian hanya menguji satu hipotesis dan kemudian ternyata tidak terbukti kebenarannya itupun tidak berarti bahwa penelitian itu gagal sama sekali. Yang terpenting di sini adalah peneliti memberikan keterangan dan alasan yang jelas dan kuat mengenai tidak terbuktinya hipotesis penelitian itu.Keenam sumber tersebut dapat dieksplorasi untuk menjelaskan tidak terbuktinya hipotesis itu. 11. Penyusunan Laporan Tahapan akhir dalam kegiatan penelitian adalah pembuatan laporan penelitian.Laporan ini berguna untuk kegiatan publikasi hasil penelitian maupun untuk pertanggungjawaban secara ilmiah kegiatan penelitian yang telah dilakukan. Walaupun si peneliti sudah melakukan semua langkah-langkah penelitian akan salah jika peneliti tidak melaporkan secara tertulis hasil penelitiannya. Penelitian sebelumnya akan dijadikan sumber dan bahan evaluasi untuk penelitian selanjutnya. Menurut Sukardi (2003), evaluasi terhadap pembuatan laporan penelitian
mempunyai
beberapa
macam
fungsi,
yaitu
1)
menunjukkan
adanya
pertanggungjawaban peneliti kepada diri sendiri maupun sponsor, 2) memberikan informasi kepada peneliti lain (yang berupa pendekatan, proses, dan metode penelitian yang dilakukan), dan 3) memberikan kesempatan peneliti lain untuk melakukan penelitian yang sejenis. Laporan penelitian harus dituliskan secara sistematis artinya semua tahapan yang telah Modul Pembelajaran Metodologi Penenlitian dan Biostatistik Dasar
18
dilakukan mulai dari tahap perencanaan hingga penarikan kesimpulan penelitian (termasuk di dalamnya lampiran-lampiran yang diperlukan harus dicantumkan). Sistematika pelaporan disesuaikan dengan ketentuan yang telah ditetapkan oleh lembaga/institusi/sponsor yang akan mengelola hasil penelitian tersebut.
Modul Pembelajaran Metodologi Penenlitian dan Biostatistik Dasar
19
BAB III CARA PENYUSUNAN PROPOSAL PENELITIAN
PENDAHULUAN
A. KOMPETENSI DASAR DAN INDIKATOR NO 1.
KOMPETENSI DASAR Cara penyusunan proposal penelitian
INDIKATOR a. Cara penyusunan proposal penelitian yang baik b. Berbagai contoh model penyusunan proposal penelitian
B. DESKRIPSI SINGKAT MATAKULIAH Mata Kuliah metodologi penelitian dan biostatistika dasar ini
memberikan
kemampuan kepada mahasiswa untuk memberikan kemampuan menyusun proposal dan hasil penelitian dengan pokok bahasan : konsep penelitian, sistematika penelitian, langkah-langkah penelitian, metode penelitian, mengkritik jurnal / proposal orang lain, membuat proposal penelitian, seminar proposal, menyajikan data, melakukan perhitungan uji statistik dan menyimpulkan penelitian pelayanan kebidanan pada khususnya dan pelayanan kesehatan pada umumnya dengan pokok bahasan Cara penyusunan proposal penelitian
URAIAN MATERI
PROPOSAL PENELITIAN Proposal penelitian merupakan sebuah usulan yg dibuat dalam rangka mengadakan penelitian yg dirancang dan disesuaikan dengan kebutuhan proses penelitian. Tujuan Proposal adalah untuk memberikan gambaran secara singkat terhadap rencana kegiatan penelitian yang akan dilakukan, melalui proposal peneliti akan memahami segala kebutuhn yang direncanakan. Dalam menyusun proposal penelitian, hendaknya mengikuti aturan Modul Pembelajaran Metodologi Penenlitian dan Biostatistik Dasar
20
penulisan proposal yang ada di institusi. Di bawah ini adalah contoh sistematika proposal penelitian yang umumnya dipakai pada institusi pendidikan kesehatan : JUDUL DAFTAR ISI BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang B.
Rumusan Masalah
C.
Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian E. Keaslian Penelitian BAB II
TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori ( Berisi teori yang Disesuaikan dg. Variable penelitian) B.
Kerangka Teori
C.
Kerangka Konsep
D. Hipotesis / Pertanyaan Penelitian BAB III
METODE PENELITIAN A. Desain / Rancangan Penelitian B.
Lokasi Penelitian
C.
Populasi, Sample dan Teknik Sampling
D. Variable Penelitian E.
Definisi Operasional
F.
Pengumpulan Data dan Teknik Analisa Data
G. Keterbatasan Penelitian DAFTAR PUSTAKA RENCANA JADWAL PENELITIAN LAMPIRAN : Instrument & Alat Ukur Penelitian Surat – surat / Dokumen Penelitian Dalam menyusun proposal penelitian ada 3 kemampuan yang harus dimiliki peneliti, diantaranya adalah: KEMAMPUAN BAHASA, METODOLOGI & MATERI ILMU. Untuk menghasilkan Proposal Penelitian yang baik, ada beberapa Persyaratan tang harus diperhatikan, yaitu:
Modul Pembelajaran Metodologi Penenlitian dan Biostatistik Dasar
21
1. SISTEMATIS Proposal penelitian harus disusun secara sistematis menurut pola tertentu dari yang paling sederhana hingga kompleks.Proposal yang diajukan hendaknya dapat memberikan gambaran secara sistematis tentang rencana penelitian yang diajukan secara efektif dan efisien serta konsisten sehingga memudahkan pembaca. 2. BERENCANA Yaitu harus sudah dipikirkan langkah – langkah pelaksanaannya. Hendaknya memiliki rencana jadwal yang akan dilakukan dalam penelitian secara berencana seperti ; jadwal pengumpulan data, analisis data hingga penyajian untuk laporan. 3. MENGIKUTI KONSEP ILMIAH Yaitu mengikuti cara – cara atau metode ilmiah yang sudah ditentukan untuk mencari kebenaran ilmiah. Selanjutnya akan diuraikan lebih rinci tentang teknik penulisan proposal penelitian serta beberapa bagian yang harus terdapat di dalamnya. JUDUL PENELITIAN Judul merupakan cermin dari keseluruhan isi karya ilmiah. Judul penelitian harus jelas, menarik, sehingga pembaca langsung dapat menduga apa materi dan masalah yang dikaji dalam penelitian tersebut. Syarat – syarat judul yang baik diantaranya adalah : 1. MENARIK MINAT PENELITI. Judul yang menarik dan diminati oleh peneliti akan memberikan motivasi tersendiri bagi peneliti untuk melakukan penelitian selanjutnya. 2. MAMPU DILAKSANAKAN OLEH PENELITI. Judul yang mudah dilaksanakan oleh peneliti akan memperlancar proses penelitian, sehingga hambatan yang ada selama penelitian dapat diatasi dengan mudah. 3. MENGANDUNG KEGUNAAN PRAKTIS DAN PENTING UNTUK DITELITI. Judul seharusnya mengacu pada aspek yang bermanfaat untuk pengembangan ilmu dan hasilnya dapat memberikan manfaat bagi masyarakat. Modul Pembelajaran Metodologi Penenlitian dan Biostatistik Dasar
22
4. TERSEDIA CUKUP DATA. Judul hendaknya memungkinkan tersedianya data yang dapat memudahkan para peneliti. 5. HINDARI DUPLIKASI DENGAN JUDUL LAIN. Judul tidak boleh sama dengan judul lain. Namun untuk pengembangan penelitian, sebaiknya menggunakan judul yang lebih spesifik. 6. BERISI VARIABLE YANG JELAS YANG AKAN DITELITI. Judul hendaknya mengandung satu atau dua variable yang akan diteliti, mengingat judul merupakan bagian dari keseluruhan isi penelitian. 7. BERUPA KALIMAT PERNYATAAN. Judul sebaiknya menggunakan kalimat pernyataan karena akan lebih mudah dipahami oleh pembaca. 8. JELAS, SINGKAT DAN TEPAT. Judul sebaiknya mengandung kejelasan isi, singkat dan tepat terhadap masalah yang akan diteliti. Sehingga akan lebih memudahkan dalam memahami secara keseluruhan tentang apa yang akan diteliti.
LATAR BELAKANG Latar belakang dalam suatu proposal penelitian merupakan pengantar informasi tentang materi keseluruhan dari penelitian yang ditulis secara sistematis dan terarah dalam kerangka logika yang memberikan justifikasi terhadap dasar pemikiran, pendekatan, metode analisis dan interpretasi untuk sampai pada tujuan dan kegunaan penelitian. Dalam pembuatan proposal penelitian kebidanan, latar belakang harus dapat mengemukakan dengan jelas argumentasi tentang pentingnya melakukan penelitian tersebut. Selain itu juga harus dapat menjelaskan tentang : Proses Identifikasi Masalah ; Kejelasan Masalah Yang Akan Diteliti ; Derajat Pentingnya Masalah ; Bagaimana Keberadaan Masalah Hingga Saat Ini ; Apakah Masalah Tersebut Sudah Terpecahkan Atau Belum ; dan Bagaimana Solusinya. Modul Pembelajaran Metodologi Penenlitian dan Biostatistik Dasar
23
Pada umumnya, terdapat 4 unsur pokok yang tersirat dalam perumusan latar belakang dalam rangka pengembangan gagasan / masalah, yaitu : 1. Unsur Pentingnya Masalah. Secara umum pentingnya sebuah masalah ini ditulis pada awal gagasan atau pemikiran pertama yang dapat mengemukakan arti pentingnya sebuah masalah dan seberapa besar masalah itu penting untuk diteliti. 2. Unsur Skala Masalah Unsur ini ditulis setelah mengemukakan gagasan adanya masalah dan itu penting untuk diteliti. Selanjutnya diberikan penegasan atau penguraian tentang derajat pentingnya masalah itu untuk diteliti atau bila tidak diteliti bagaimana dampaknya. 3. Unsur Kronologis Masalah. Merupakan unsure yang menjelaskan proses terjadinya masalah atau relevansi penelitian yang terdahulu/telah ada yang harus ditunjang dengan data empiris dari permasalahan penelitian yang akan diteliti. 4. Unsur Solusi Masalah. Unsure ni digunakan sebagai alternative dalam memberikan solusi atas masalah yang timbul serta alternative lain yang akan dilakukan dalam penelitian. RUMUSAN MASALAH Dalam menuliskan proposal penelitian kesehatan, rumusan masalah hendaknya memiliki konsekuensi terhadap relevansi maksud dan tujuan dari penelitian, kegunaan penelitian, kerangka konsep penelitian dan metode penelitian. Selain itu harus jelas permasalahan yang ingin diteliti, kemudian diuraikan pendekatan dan konsep yang digunakan untuk menjawab masalah yang diteliti, hipotesis atau dugaan yang akan dibuktikan.
Modul Pembelajaran Metodologi Penenlitian dan Biostatistik Dasar
24
Penulisan rumusan masalah dapat berupa pernyataan masalah atau juga dapat berupa pertanyaan masalah. Pernyataan masalah pada umumnya merupakan hasil identifikasi masalah yang ada, berupa asumsi dasar, dan nilai yang ada dalam penelitian. Contoh 1 : Masih tingginya angka kematian ibu post partum di daerah X disebabkan oleh berbagai factor, diantaranya adalah status gizi, sarana dan prasarana kesehatan, budaya dan status ekonomi. Contoh 2 : Factor – factor apa sajakah yang mempengaruhi tingginya angka kematian ibu post partum di daerah X ? Adakah hubungan antara status ekonomi dengan tingginya angka kematian ibu post partum di daerah X ? Bagaimanakah factor – factor yang berperan dalam tingginya angka kematian ibu post partum di daerah X ? TUJUN PENELITIAN Tujuan penelitian merupakan tindak lanjut dari masalah yang telah dirumuskan. Tujuan penelitian mencakup langkah – langkah dari penelitian yang akan dilakukan. Dalam pembuatan proposal penelitian, tujuan dapat dilakukan secara singkat seperti untuk menjajaki, menguraikan, menerapkan, mengidentifikasi, menganalisis, membuktikan atau membuat prototype. Penulisan tujuan dapat dilakukan dalam 2 jenis, yaitu Penulisan Tujuan Umum dan Penulisan Tujuan Khusus. Penulisan Tujuan Umum dilakukan untuk mempelajari atau menjelaskan tujuan yang hendak dicapai secara umum. Penulisan Tujuan Khusus dilakukan sebagai langkah – langkah untuk mencapai tujuan umum. Modul Pembelajaran Metodologi Penenlitian dan Biostatistik Dasar
25
Contoh : Tujuan umum Mempelajari factor – factor yang mempengaruhi tingginya angka kematian ibu post partum di daerah X. Tujuan khusus 1. Mengidentifikasi angka kematian ibu post partum di daerah X 2. Mengidentifikasi status ekonomi di daerah X 3. Mengidentifikasi pengaruh status ekonomi terhadap tingginya angka kematian ibu post partum di daerah X. MANFAAT PENELITIAN Uraikan manfaat hasil penelitian secara singkat dan jelas untuk pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi kesehatan, seni pemecahan masalah, pengembangan institusi, profesi kesehatan tertentu dan kesehatan klien. TINJAUAN PUSTAKA Usahakan pustaka yang digunakan adalah terbaru, relevan dan asli, selanjutnya uraikan dengan jelas kajian yang menimbulkan gagasan penelitian. Tinjauan pustaka menguraikan teori, temuan, dan bahan penelitian lain yang diperoleh dari acuan untuk selanjutnya dijadikan landasan untuk melakukan penelitian yang diusulkan. Landasan Teori memberikan uraian yang sistematik tentang teori dasar yang relevan, fakta, hasil penelitian sebelumnya, konsep atau pendekatan terbaru yang ada hubungannya dengan topik penelitian yang dilakukan.Materi-materi dalam tinjauan pustaka dapat diangkat dari berbagai sumber seperti buku-buku, jurnal penelitian, skripsi, tesis, atau disertasi yang telah dipublikasikan serta terbitan-terbitan resmi pemerintah dan lembaga-lembaga resmi lainnya. Dalam menuliskan landasan teori, peneliti harus menunjukkan kemampuan intelektualnya dalam mengidentifikasi dan mengenal informasi yang relevan, mensitesis dan mengevaluasi berdasarkan hipotesis yang akan dikembangkan dalam penelitiannya
Modul Pembelajaran Metodologi Penenlitian dan Biostatistik Dasar
26
KERANGKA TEORI: Kerangka Teori merupakan hasil dari proses reduksi, sintesis, ataupun abstraksi dari berbagai teori atau fakta ilmiah yang telah diuraikan dalam Landasan Teori. Kerangka Teori penelitian disajikan dalam bentuk bagan dan harus mencantumkan sumber atau referensi-referensi yang digunakan atau dipilih untuk digunakan dalam merumuskan Kerangka Teori tersebut. Langkah-langkah membuat Kerangka Teori dapat dilakukan dengan terlebih dahulu menentukan variabel-variabel yang akan diteliti, menguraikan konsep masing-masing variabel yang akan diteliti, dan mengaitkan masalah penelitian dengan konsep yang telah diuraikan secara skematis. (Link Materi terkait: Tinjauan Pustaka, Kerangka Teori & Kerangka Konsep) KERANGKA KONSEP: Kerangka Konsep merupakan pemilihan terhadap aspekaspek yang ada dalam Kerangka Teori yang berhubungan dengan masalah penelitian yang spesifik. Kerangka Konsep dibuatdalam bentuk bagan yang merupakan satu rangkaian konsep yang secara sistematis menggambarkan variabel-variabelpenelitian dan hubungan antar variabel tersebut. HIPOTESIS/PERTANYAAN PENELITIAN: Hipotesis dirumuskan dalam bentuk kalimat pernyataan.Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap permasalahan yang dihadapi yang dapat diuji kebenarannya berdasarkan fakta empiris dan dapat memberikan arah penelitian. Pada penulisan hipotesa, peneliti menentukan apakah akan menetapkan hipotesis nol (H0) atau hipotesis alternatif (Ha), tergantung dari prediksi peneliti terhadap hasil penelitian yang akan dilakukan. Jika penelitian yang akan dilakukan bersifat eksploratif dan menggunakan desain kualitatif, maka pada bagian ini yang dirumuskan bukan hipotesis tetapi Pertanyaan Penelitian yang akan dijawab oleh penelitian yang akan dilaksanakan. JENIS DAN DESAIN PENELITIAN: Pada bagian ini menjelaskan tentang jenis penelitian yang akan dilakukan yang dapat dibedakan atas penelitian kuantitatif berupa penelitian deskriptif, analitik observasional, eksperimental maupun kualitatif. Bagian ini juga menjelaskan tentang penggunaan rancangan penelitian yang disesuaikan dengan tujuan penelitian hendak dicapai serta dapat dengan tepat membuktikan kebenaran hipotesis yang telah ditegakkan.
(Link Materi terkait: Rancangan Penelitian)
POPULASI, SAMPEL dan TEKNIK SAMPLING: Bagian ini memberikan penjelasan tentang batasan populasi dan batasan sampel yang menjadi subyek penelitian yang kan dilakukan. Bagian ini juga memberikan gambaran tentang teknik pengambilan sampel yang Modul Pembelajaran Metodologi Penenlitian dan Biostatistik Dasar
27
digunakan serta jumlah atau besar sampel termasuk konsep dan formula atau rumus-rumus yang digunakan dalam menentukan besar sampel. (Link Materi terkait: Populasi dan Sampel) LOKASI & WAKTU PENELITIAN: Yang dimaksud lokasi disini adalah tempat dimana penelitian akan dilakukan. Penetapan tempat penelitian atau lokasi penelitian ini harus disertai dengan alasan pemilihan lokasi tersebut. Sedangkan waktu penelitian yang dimaksud adalah perkiraan waktu yang dibutuhkan untuk proses penelitian mulai dari persiapan, pelaksanaan dan penyusunan laporan. VARIABEL PENELITIAN: Bagian ini memberikan gambaran tentang variabel-variabel yang diamati dalam penelitian yang akan dilakukan. Identifikasi terhadap variabel ini dapat dikelompokkan menjadi 2, yaitu Variabel Bebas (Independent Variable) dan Variabel Terikat (Dependent Variable). ==>Link materi terkait: Variabel Penelitian Definisi Operasional Variabel: Definisi operasional yang dimaksudkan disini bukanlah definisi teoritik. Definisi operasional variabel merupakan penjelasan yang dititikberatkan pada pengertian tentang variabel yang dibuat oleh peneliti, yang dapat menjelaskan tentang bagaimana variabel itu dapat diukur dan alat ukur apa yang bisa digunakan. Oleh karena itu definisi operasional ini harusmemberikan implikasi praktis dalam proses pengumpulan data. Tidak semua variabel perlu didefinisikan secara operasional, tetapi hanya variabel-variabel yang mempunyai lebih dari satu cara pengukuran, variabel yang mempunyai cara pengukuran tersendiri yang lebih spesifik, atau variabel yang alat ukurnya perlu dibuat dan dikembangkan sendiri oleh peneliti.
(Link Materi Terkait: Definisi Operasional Variabel)
Instrumen Penelitian: Bagian ini menguraikan tentang instrument atau alat ukur yang digunakan dalam pengumpulan data. Instrumen yang berupa kuesioner yang belum baku, harus dilakukan uji validitas dan reliabilitas dengan melakukan uji coba (Try Out). Pada bagian ini perlu dijelaskan pula bagaimana uji coba tersebut dilakukan yang mencakup waktu dilakukannya uji coba, subyek yang dilibatkan dalam uji coba, cara melakukan uji coba, bagaimana analisis data hasil uji coba (pemilihan teknik Uji Validitas dan Reliabilitas) dan bagaimana hasilnya. Prosedur Pengumpulan Data: Bagian ini menguraikan tentang langkah-langkah yang ditempuh dan teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data, serta jadwal waktu pelaksanaan pengumpulan data yang akan dilakukan. Modul Pembelajaran Metodologi Penenlitian dan Biostatistik Dasar
28
Analisa Data: Pada bagian ini dapat diperoleh gambaran tentang bagaimana seorang peneliti mengubah data hasil penelitian menjadi suatu informasi yang dapat digunakan untuk menarik kesimpulan hasil penelitian tersebut. Bagian ini memberikan penjelasan tentang jenis analisis statistik yang digunakan (Univariat, Bivariat, Multivariat, Analisis Spasial, dsb).Pemilihan jenis analisa data sangat ditentukan oleh jenis data yang dikumpulkan dan tetap berorientasi pada tujuan yang hendak dicapai atau hipotesis yang hendak diuji. Etika Penelitian: Pada bagian ini peneliti menguraikan langkah-langkah atau prosedur yang dilakukan dalam penelitian yang terkait dengan etika penelitian, terutama yang berkaitan dengan perlindungan terhadap subyek penelitian dan kerahasiaan data dan informasi dari responden (informed concent), termasuk perijinan untuk melaksanakan penelitian. Hasil dan Pembahasan: Hasil penelitian merupakan bagian utama dalam laporan penelitian yang dapat disajikan dalam bentuk teks, tabuler atau grafik dengan tujuan agar lebih jelas. Bagian ini berisi penjelasan umum tentang Bab hasil penelitian, penjelasan tentang karakteristik sampel termasuk data demografi bila diperlukan, penjelasan tentang hasil untuk setiap tujuan, pertanyaan penelitian atau hipotesis penelitian, serta memberikan jawaban untuk setiap hipotesis penelitian atau pertanyaan penelitian. Selanjutnya pada bagian Pembahasan, peneliti memberikan penjelasan tentang makna hasil penelitiannya secara rinci yang dikaitkan dengan tujuan penelitian.Pada bagian ini, peneliti juga harus membandingkan hasil penelitian dengan hasil penelitian sebelumnya yang telah dipublikasikan, apakah kemungkinan memperkuat, berlawanan, ataukah memberikan hasil yang baru.Tiap pernyataan tersebut harus dijelaskan dan didukung oleh literatur.Isi pembahasan ini sebaiknya minimal 50% dari jumlah halaman tinjauan pustaka. Kesimpulan dan Saran: Pada bagian ini penulis menarik kesimpulan hasil pembahasan penelitian secara sistematis yang berkaitan dengan upaya menjawab tujuan penelitian dan menyampaikan saran-saran yang berkaitan dengan kesimpulan penelitian yang telah dilakukan. Saran tersebut harus berkait dengan hasil penelitian yang dilakukan, dapat berupa bentuk kebijakan, upaya praktis pemecahan masalah yang dihadapi dan aspek yang dapat diteliti lebih lanjut.Saran tersebut hendaknya dibuat secara operasional sehingga bermanfaat bagi mereka yang menerima saran tersebut.
Modul Pembelajaran Metodologi Penenlitian dan Biostatistik Dasar
29
BAB IV PERUMUSAN MASALAH PENELITIAN
PENDAHULUAN
A. KOMPETENSI DASAR DAN INDIKATOR NO
KOMPETENSI DASAR
1. Perumusan masalahmasalah Penelitian
INDIKATOR a. Pengertian masalah penelitian b. Merumuskan masalah penelitian yang benar
B. DESKRIPSI SINGKAT MATAKULIAH Mata Kuliah metodologi penelitian dan biostatistika dasar ini
memberikan
kemampuan kepada mahasiswa untuk memberikan kemampuan menyusun proposal dan hasil penelitian dengan pokok bahasan : konsep penelitian, sistematika penelitian, langkah-langkah penelitian, metode penelitian, mengkritik jurnal / proposal orang lain, membuat proposal penelitian, seminar proposal, menyajikan data, melakukan perhitungan uji statistik dan menyimpulkan penelitian pelayanan kebidanan pada khususnya dan pelayanan kesehatan pada umumnya dengan pokok bahasan Perumusan masalah-masalah Penelitian
URAIAN MATERI A. Pengertian Stonner (1982) mengemukakan bahwa masalah-masalah dapat diketahui atau dicari apabila terdapat penyimpangan antara pengalaman dengan kenyataan, antara apa yang direncanakan dengan kenyataan, adanya pengaduan, dan kompetisi. Menurut Suryabrata (1994 : 60) masalah merupakan kesenjangan antara harapan (das sollen) dengan kenyataan (das sein), antara kebutuhan dengan yang tersedia, antara yang seharusnya (what should be) dengan yang ada (what it is) (Suryabrata, 1994: 60).
Modul Pembelajaran Metodologi Penenlitian dan Biostatistik Dasar
30
Penelitian dimaksudkan untuk menutup kesenjangan (what can be). John Dewey dan Kerlinger secara terpisah memberikan penjelasan mengenai masalah berupa kesulitan yang dirasakan oleh orang awam maupun seorang peneliti.Kesulitan ini menghalangi tercapai sebuah tujuan baik itu tujuan individu maupun sebuah kelompok. Masalah dalam penelitian diekspresikan dalam bentuk kalimat tanya bukan kalimat pernyataan. Masalah dalam ini selanjutnya dijawab melalui penelitian.
Sumber Masalah dalam Penelitian Permasalahan dapat berasal dari berbagai sumber. Menurut James H. MacMillan dan Schumacher (Hadjar, 1996 : 40 – 42), masalah dapat bersumber dari : 1. Observasi Masalah dalam penelitian dapat diangkat dari hasil observasi terhadap hubungan tertentu yang belum memiliki penjelasan memadai dan cara-cara rutin yang dalam melakukan suatu tindakan didasarkan atas otiritas atau tradisi. 2. Dedukasi dari teori Teori merupakan konsep-konsep yang masih berupa prinsip-prinsip umum yang penerapannya belum dapat diketahui selama belum diuji secara empiris. Penyelidikan terhadap masalah yang dianggap dari teori berguna untuk mendapatkan penjelasan empiris praktik tentang teori. 3. Kepustakaan Hasil penelitian mungkin memberikan rekomendasi perlunya dilakukan penelitian ulang (replikasi) baik dengan atau tanpa variasi.Replikasi dapat meningkatkan validitas hasil penelitian dan kemampuan untuk digeneralisasikan lebih luas. Laporan penelitian sering juga menyampaikan rekomendasi kepada peneliti lain tentang apa yang perlu diteliti lebih lanjut. Hal ini juga menjadi sumber untuk menentukan masalah yang menentukan masalah yang perlu diangkat untuk diteliti. 4. Masalah sosial Masalah sosial yang ada di sekitar kita atau yang baru menjadi berita terhangat (hot news) dapat menjadi sumber masalah penelitian. Misalnya : Adanya perkelahian antar sekolah menimbulkan berbagai dampak bagi sekolah dan warga sekitar. Penggalakan program 3 M (menguras, mengubur, menimbun) sebagai upaya pencegahan penyakit demam berdarah.Dalam pembuatan keputusan tertentu, sering
Modul Pembelajaran Metodologi Penenlitian dan Biostatistik Dasar
31
mendesak untuk dilakukan penelitian evaluatif.Hasil sangat diperlukan untuk dijadikan dasar pembuatan keputusan lebih lanjut. 5. Pengalaman pribadi Pengalaman pribadi dapat menimbulkan masalah yang memerlukan jawaban empiris untuk mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam. (Purwanto 2010:109-111).
Masalah dalam penelitian pendidikan dapat diperoleh dari berbagai sumber yang terkait dengan bidang pendidikan, Sukardi (2009:22-24) dalam, antara lain : 1. Pengalaman seseorang atau kelompok. Pengalaman orang yang telah lama menekuni bidang profesi pendidikan dapat digunakan untuk membantu mencari permasalahan yang signifikan diteliti.Contoh : pengalaman mengajar di kelas. 2. Lapangan tempat bekerja. Para peneliti dapat melihat secara langsung, mengalami dan bertanya pada satu, dua, atau banyak orang dalam pekerjaannya. Seorang guru misalnya, akan merasakan bahwa sekolah dan komponen yang berkaitan dengan tercapainya tujuan sekolah dpat dijadikan sebagai sumber penelitian. 3. Laporan hasil penelitian. Dari hasil penelitian, yang biasanya dalam bentuk jurnal, biasanya disamping ada hasil temuan yang baru juga ada kemungkinan penelitian yang direkomendasikan. 4. Sumber-sumber yang berasal dari pengetahuan orang lain. Perkembangan ilmu pengetahuan lain di luar bidang yang dikuasai seringkali memberikan pengaruh munculnya permasalahan penelitian. Misalnya, gerakan reformasi yang muncul setelah Orde Baru, ternyata telah memunculkan dan mempengaruhi sikap dan tuntutan para guru untuk memperoleh gaji dan status profesi yang lebih baik.
Jenis-Jenis Masalah Dalam Penelitian Masalah penelitian dapat diklasifikasikan ke dalam tiga jenis menurut Sugiyono (1994 : 3639 dalam afidburhanuddin.wordpress.com, antara lain :
Modul Pembelajaran Metodologi Penenlitian dan Biostatistik Dasar
32
1. Permasalahan Deskriptif Permasalahan deskriptif merupakan permasalahan dengan variabel mandiri baik hanya pada satu variabel atau lebih (variabel yang berdiri sendiri). Dalam penelitian ini, peneliti tidak membuat perbandingan variabel yang satu pada sampel yang lain, hanya mencari hubungan variabel yang satu dengan variabel yang lain. Contoh permasalahan deskriptif : Seberapa tinggi minat baca dan lama belajar rata-rata per hari murid-murid sekolah di Indonesia? Seberapa besar efektivitas model pembelajaran jigsaw terhadap prestasi belajar siswa ? 2. Permasalahan Komparatif Permasalahan ini merupakan rumusan masalah penelitian yang membandingkan keberadaan satu variabel atau lebih pada dua atau lebih sampel yang berbeda pada waktu yang berbeda.Contoh : Adakah perbedaan prestasi belajar antara murid dari sekolah A dan sekolah B ? (variabel penelitian adalah prestasi belajar pada dua sampel sekolah A dan sekolah B). Adakah perbedaan pemahaman terhadap materi listrik antara siswa di sekolah formal dengan siswa homeschooling? 3. Permasalahan Asosiatif Merupakan rumusan masalah penelitian yang bersifat menanyakan hubungan antara dua variabel atau lebih. Terdapat tiga bentuk hubungan, yaitu : a) Hubungan simetris adalah suatu hubungan antara dua variabel atau lebih yang kebetulan munculnya bersama. Contoh perumusan masalahnya adalah sebagai berikut: Adakah hubungan antara warna rambut dengan kemampuan memimpin negara? Adakah hubungan antara jumlah payung yang terjual dengan jumlah murid sekolah? b) Hubungan kausal Hubungan kausal adalah hubungan yang bersifat sebab akibat. Jadi disini ada variabel independen (variabel yang mempengaruhi) dan dependen (dipengaruhi), contoh: Adakah pengaruh pendidikan orang tua terhadap prestasi belajar anak? (pendidikan orang tua variabel independen dan prestasi belajar variabel dependen). Seberapa besar pengaruh kurikulum, media pendidikan dan kualitas guru terhadap kualitas SDM yang dihasilkan dari suatu sekolah? (kurikulum, media, dan kualitas guru sebagai variabel independen dan kualitas SDM sebagai variabel dependen). c) Hubungan interaktif/ resiprocal/ timbal balik Hubungan interaktif adalah hubungan yang saling mempengaruhi. Di sini tidak diketahui mana variabel independen dan dependen, contoh: Hubungan antara motivasi dan prestasi belajar anak SD di Modul Pembelajaran Metodologi Penenlitian dan Biostatistik Dasar
33
kecamatan A. Di sini dapat dinyatakan motivasi mempengaruhi prestasi tetapi juga prestasi dapat mempengaruhi motivasi. Hubungan antara makan di pagi hari dengan kecerdasan siswa. Kriteria Masalah Dalam Penelitian Ada tiga kriteria untuk menentukan permasalahan yang baik dan pernyataan masalah yang baik (Kerlinger, 2006 : 29-30), yaitu : 1. Masalah harus mengungkapkan suatu hubungan antara dua variabel atau lebih. Dengan demikian, masalah-masalah itu mengajukan pernyataan-pernyataan seperti : Apakah A terkait dengan B ? Apakah motivasi belajar mempengaruhi hasil belajar ? 2. Masalah harus dinyatakan secara jelas dan tidak ambigu dalam bentuk pertanyaan. 3. Masalah dan pernyataan masalah harus dirumuskan dengan cara tertentu yang menyiratkan adanya pengujian yang empiris. Cara Mengidentifikasi Permasalahan Mengidentifikasi masalah penelitian dilakukan untuk menentukan masalah mana yang perlu segera dicari penyelesaiannya. Mengidentifikasi permasalahan-permasalahan dapat dilakukan dengan cara mengelompokkan sekaligus memetakan masalah-masalah tersebut secara sistematis berdasarkan keahlian bidang peneliti. Menurut Ahmad nursanto dalam mengidentifikasi masalah perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut : Esensial, masalah yang akan diidentifikasi menduduki urutan paling penting diantara masalah-masalah yang ada. Urgen, masalah yang akan dipecahkan mendesak untuk dicari penyelesaiannya. Masalah mempunyai manfaat apabila dipecahkan.
Modul Pembelajaran Metodologi Penenlitian dan Biostatistik Dasar
34
BAB V MERUMUSKAN TUJUAN PENELITIAN
PENDAHULUAN
A. KOMPETENSI DASAR DAN INDIKATOR NO 1.
KOMPETENSI DASAR Dapat merumuskan tujuan penelitian
INDIKATOR Pentingnya tujuan penelitian Cara merumuskan tujuan penelitian
B. DESKRIPSI SINGKAT MATAKULIAH Mata Kuliah metodologi penelitian dan biostatistika dasarini
memberikan
kemampuan kepada mahasiswa untuk memberikan kemampuan menyusun proposal dan hasil penelitian dengan pokok bahasan : konsep penelitian, sistematika penelitian, langkah-langkah penelitian, metode penelitian, mengkritik jurnal / proposal orang lain, membuat proposal penelitian, seminar proposal, menyajikan data, melakukan perhitungan uji statistik dan menyimpulkan penelitian pelayanan kebidanan pada khususnya dan pelayanan kesehatan pada umumnya dengan pokok bahasan merumuskan tujuan penelitian
URAIAN MATERI Cara Merumuskan Tujuan Penelitian Setiap melakukan penelitian pasti ada tujuan yang hendak dicapai. Beberapa tujuan penelitian, antara lain, sebagai berikut. a. Memperoleh Informasi Baru Jika fakta atau teori tersebut baru diungkap dan disusun secara sistematis oleh seorang peneliti, dapat dikatakan bahwa data tersebut baru, contohnya, teori relativitas Einstein, teori geosentris, dan teoriteori yang ditemukan peneliti untuk pertama kalinya. b Mengembangkan dan Menjelaskan Teori yang Sudah Ada Modul Pembelajaran Metodologi Penenlitian dan Biostatistik Dasar
35
Ketika para peneliti berusaha memecahkan masalah, perlu dipertimbangkan agar tidak terjadi pengulangan kerja atau penggunaan tenaga yang sia-sia. Hal ini dapat dilakukan dengan cara mencari fakta-fakta penunjang yang dapat digali dari sumber-sumber hasil penelitian yang telah dilakukan oleh para peneliti terdahulu, dihubungkan dengan kegiatan penelitian saat ini, kemudian dilakukan pendalaman terhadap permasalahan yang hendak dipecahkan sehingga akan diperoleh perkembangan wawasan pengetahuan. Merumuskan Masalah Pertimbangan untuk memilih atau menentukan apakah suatu masalah layak dan sesuai untuk diteliti pada dasarnya dilakukan dari dua arah. a. Pertimbangan dari Arah Masalahnya Dalam hal ini, pertimbangan dibuat atas dasar sejauh manapenelitian mengenai masalah tersebutakan memberi sumbangan kepada dua hal berikut ini: 1)pengembangan
teori
dalam
bidang
yang
berhubungan
dengan
dasar
kelayakan
suatu
teoritis penelitian; 2) pemecahan masalah keputusan
masalah untuk
diteliti
tergantung
praktis. Ini
berarti
bahwa
sifatnya
relatif,
tidak
kepada
ketajaman
calon
ada
kriteria, peneliti
dan untuk
melakukan evaluasi secara kritis, menyeluruh, dan menjangkau ke depan. b. Pertimbangan dari Arah Calon Peneliti Pertimbangan kelayakan sebuah masalah dalam penelitian yang didasarkan pada arah calon peneliti dibuat atas dasar empat hal, yaitu sebagai berikut. 1) Biaya yang cukup untuk melakukan penelitian. 2) Waktu yang dapat digunakan. Seorang siswa yang waktunya terbatas sebaiknya tidak melakukan penelitian yang memerlukan waktu bertahun-tahun. 3) Bekal kemampuan teoritis. Modul Pembelajaran Metodologi Penenlitian dan Biostatistik Dasar
36
Mampukah peneliti melakukan penelitian tersebut?Misalnya, penelitian tentang makhluk hidup yang diberi perlakuan radioaktif.Jika peneliti belum pernah belajar radioaktif, tentu akan sulit mengerjakan penelitian tersebut. 4) Alat-alat
dan
perlengkapan
yang
memiliki
peralatan
laboratorium
melakukan
penelitian
yang
tersedia.
Seorang
yang
memadai
memerlukan
alat
dan
siswa
yang
tidak
sebaiknya
tidak
perlengkapan
yang
rumit dan tidak terjangkau.Jadi, setiap calon peneliti perlu menanyakan kepada diri sendiri, ”Apakah masalah yang hendak diteliti sesuai baginya?” Jika tidak, sebaiknya dipilih masalah lain atau masalah itu dimodifikasi sehingga menjadi sesuai bagi
Modul Pembelajaran Metodologi Penenlitian dan Biostatistik Dasar
37
BAB I KONSEP DASAR ASUHAN MASA NIFAS
PENDAHULUAN
A. KOMPETENSI DASAR DAN INDIKATOR NO 1.
KOMPETENSI DASAR Dapat mengembangkan kerangka konsep penelitian
INDIKATOR a. Kerangka teoritis b. Kerangka konsep
B. DESKRIPSI SINGKAT MATAKULIAH Mata Kuliah metodologi penelitian dan biostatistika dasarini
memberikan
kemampuan kepada mahasiswa untuk memberikan kemampuan menyusun proposal dan hasil penelitian dengan pokok bahasan : konsep penelitian, sistematika penelitian, langkah-langkah penelitian, metode penelitian, mengkritik jurnal / proposal orang lain, membuat proposal penelitian, seminar proposal, menyajikan data, melakukan perhitungan uji statistik dan menyimpulkan penelitian pelayanan kebidanan pada khususnya dan pelayanan kesehatan pada umumnya dengan pokok bahasan mengembangkan kerangka konsep penelitian
URAIAN MATERI
Pengertian Kerangka Teori Dan Konsep Menurut Beberapa Ahli Kerangka Teori dimaksudkan untuk memberikan gambaran atau batasan – batasan tentang teori – teori yang dipakai sebagai landasan penelitian yang akan dilakukan. Menurut kamus Bahasa Indonesia Poerwadarminta, TEORI adalah “Pendapat yang dikemukakan sebagai suatu keterangan mengenai sesuatu peristiwa (kejadian), dan asas – asas, hukum – hukum umum yang menjadi dasar sesuatu kesenian atau ilmu pengetahuan; serta pendapat cara – cara dan aturan – aturan untuk melakukan sesuatu”.
Modul Pembelajaran Metodologi Penenlitian dan Biostatistik Dasar
38
Theory is a set of interelated construct or concept, definition,andproposition that presents a systematic view of phenomena by specifying relations among variables with the purpose of explanation and predicting the phenomena. Teori adalah satu set konstruk, konsep, definisi, dan proposisi yang saling berhubungan, yang menyajikan suatu pandangan yang sistematik mengenai suatu fenomena dengan menspesifikkan hubungan antar variabel dengan tujuan untuk menjelaskan dan memprediksi fenomena; Teori merupakan unsur informasi ilmiah yang paling luas bidang cakupnya.Melalui unsur metodologis, teori dapat diubah menjadi hipotesa yaitu informasi ilmiah yang lebih spesifik dan lebih sempit bidang cakupannya.Hipotesa dapat diubah menjadi data dengan menginterpretasikan hipotesa tersebut menjadi sesuatu yang bisa diamati, dengan penyusunan instrument (alat ukur) termasuk skala dan penentuan sample. Hasil observasi atau data ini merupakan informasi ilmiah yang sangat spesifik dan hanya menyangkut sample tertentu dan variable tertentu. Dengan dikemukakannya teori dalam kerangka teori suatu proposal penelitian, akan sangat membantu peneliti dan orang lain untuk lebih memperjelas sasaran dan tujuan penelitian yang dilakukan. Peranan Kerangka Teori dlm Penelitian : • Memberi kerangka pemikiran bagi penelitian; • Membantu peneliti dalam menyusun hipotesis penelitian; • Memberikan landasan yang kuat dalam menjelaskan dan memaknai data dan fakta; • Mendudukkan permaslahan penelitian secara logis dan runtut; • Membantu dalam membangun ide-ide yg diperoleh dari hasil penelitian; • Memberikan acuan dan menunjukkan jalan dalam membangun kerangka pemikiran; • Memberikan dasar-dasar konseptual dlm merumuskan difinisi operasional; • Membantu mendudukkan scr tepat dan rasional dalam mensitesis dan mengintegrasikan gagasannya Modul Pembelajaran Metodologi Penenlitian dan Biostatistik Dasar
39
Prosedur Penyusunan Kerangka Teori : • Melakukan kajian pustaka; • Melakukan sintesa atau modifikasi antara teori yg satu dg yg lain; • Menyusun sendiri kerangka pemikiran secara logis, runtut, dan rasional; Kerangka Konsep juga berperan untuk mengidentifikasi jaringan hubungan antar variable yang dianggap penting bagi masalah yang sedang diteliti. Dengan demikian, sangatlah penting untuk memahami apa arti variable dan apa saja jenis variable yang ada yang berkaitan dengan konsep dari masalah yang ditelit tersebut.
Berdasarkan KERANGKA KONSEP tersebut, ada 4 (empat) konsep utama, yaitu : Konsep tentang Faktor Predisposisi, Faktor Pendukung dan Faktor Pendorong terjadinya perilaku serta konsep tentang Perilaku Pemberian ASI. Setiap konsep mempunyai variable sebagai indikasi pengukuran dari konsep itu sendiri.Pengukuran terhadap Factor Predisposisi dilakukan melalui variable tingkat pendidikan dan pengetahuan. Factor Pendukung diukur dengan vaiabel tingkat pendapatan keluarga dan ketersediaan waktu, dan FactorPendorong diamati melalui variable sikap ibu dan sikap petugas kesehatan. Sedangkan Perilaku Pemberia ASI (sebagai Variabel Dependent) dapat diukur melalui variable Praktek Pemberian ASI/Menyusui.
Modul Pembelajaran Metodologi Penenlitian dan Biostatistik Dasar
40
BAB VII KONSEP DASAR ASUHAN MASA NIFAS
PENDAHULUAN
A. KOMPETENSI DASAR DAN INDIKATOR NO 1.
KOMPETENSI DASAR Penelitian kebidanan dalam perkembangan ilmu dan tehnologi dibidang kebidanan
INDIKATOR a. Pengertian variable dan konsep b. Jenis-jenis variable c. Hubungan variable d. Definisi operasional variable
B. DESKRIPSI SINGKAT MATAKULIAH Mata Kuliah metodologi penelitian dan biostatistika dasarini
memberikan
kemampuan kepada mahasiswa untuk memberikan kemampuan menyusun proposal dan hasil penelitian dengan pokok bahasan : konsep penelitian, sistematika penelitian, langkah-langkah penelitian, metode penelitian, mengkritik jurnal / proposal orang lain, membuat proposal penelitian, seminar proposal, menyajikan data, melakukan perhitungan uji statistik dan menyimpulkan penelitian pelayanan kebidanan pada khususnya dan pelayanan kesehatan pada umumnya dengan pokok bahasan Penelitian kebidanan dalam perkembangan ilmu dan tehnologi dibidang kebidanan
URAIAN MATERI
Pengertian Variabel Penelitian Variabel merupakan sesuatu yang menjadi objek pengamatan penelitian, sering juga disebut sebagai faktor yang berperan dalam penelitian atau gejala yang akan diteliti. Menurut Kerlinger (2006: 49), variabel adalah konstruk atau sifat yang akan dipelajari yang mempunyai nilai yang bervariasi. Kerlinger juga mengatakan bahwa variabel adalah simbol/lambang yang padanya kita letakan sebarang nilai atau bilangan.
Modul Pembelajaran Metodologi Penenlitian dan Biostatistik Dasar
41
Menurut Sugiyono (2009: 60), variabel adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya. Selanjutnya menurut Suharsimi Arikunto (1998: 99), variabel penelitian adalah objek penelitian atau apa yang menjadi perhatian suatu titik perhatian suatu penelitian. Bertolak dari pendapat para ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa variabel penelitian adalah suatu atribut dan sifat atau nilai orang, faktor, perlakuan terhadap obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Jenis-Jenis Variabel Penelitian Variabel dapat dikelompokkan menurut beragam cara, namun terdapat tiga jenis tiga jenis pengelompokkan variabel yang sangat penting dan mendapatkan penekanan. Karlinger, (2006: 58) antara lain: Variabel bebas dan variabel terikat Variabel bebas sering disebut independent, variabel stimulus, prediktor, antecedent. Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat. Variabel terikat atau dependen atau disebut variabel output, kriteria, konsekuen, adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Variabel terikat tidak dimanipulasi, melainkan diamati variasinya sebagai hasil yang dipradugakan berasal dari variabel bebas. Biasanya variabel terikat adalah kondisi yang hendak kita jelaskan.Dalam eksperimeneksperimen, variabel bebas adalah variabel yang dimanipulasikan (“dimainkan”) oleh pembuat eksperimen.Misalnya, manakala peneliti di bidang pendidikan mengkaji akibat dari berbagai metode pengajaran, peneliti dapat memanipulasi metode sebagai (variabel bebasnya) dengan mengggunakan berbagai metode.Dalam penelitian yang bersifat tidak eksperimental, yang dijadikan variabel bebas ialah yang “secara logis” menimbulkan akibat tertentu terhadap suatu variabel terikat.Contohnya, dalam penelitian tentang merokok dan kanker paru-paru, merokok (yang memang telah dilakukan oleh banyak subyek) merupakan variable bebas, Modul Pembelajaran Metodologi Penenlitian dan Biostatistik Dasar
42
sementara kangker paru-paru merupakan akibat dari merokok atau sebagai variabel terikat.Jadi variabel bebas adalah variabel penyebab, sadangkan variabel terikat yang menjadi akibatnya.Dalam bidang pendidikan variabel terikat yang paling lazim adalah, misalnya prestasi, atau “hasil belajar”. Untuk mengetahui prestasi belajar peserta didik, peneliti memiliki sejumlah besar kemungkinan variabel bebasnya, antara lain: kecerdasan, kelas sosial, metode pembelajaran, tipe kepribadian, tipe motivasi (imbalan/hadiah dan hukuman), sikap terhadap sekolah, suasana kelas dan seterusnya. Variabel aktif dan variabel atribut Variabel aktif adalah variabel bebas yang dimanipulasi.Sebarang variabel yang dimanipulasikan merupakan variabel aktif. Misalnya peneliti memberikan penguatan positif untuk jenis kelakuan tertentu dan melakukan hal yang berbeda terhadap kelompok lain atau memberikan instruksi yang berlainan pada kedua kelompok tersebut atau peneliti menggunakan metode pembelajaran yang berbeda, atau memberikan imbalan kepada subyeksubyek dalam kelompok lain, atau menciptakan kecemasan dengan instruksi-instruksi yang meresahkan, maka peneliti secara aktif memanipulasi variabel metode, penguatan, dan kecemasan. Variabel atribut adalah yang tidak dapat dimanipulasi atau kata lain variabel yang sudah melekat dan merupakan ciri dari subyek penelitian. Misalnya: Intelegensi, bakat jenis kelamin, status sosial-ekonomi, sikap, daerah geografis suatu wilayah, dan seterusnya. Ketika kita melakukan penelitian atau kajian subyek-subyek penelitian kita sudah membawa variabel-variabel (atribut-atribut) itu.Yang membentuk individu atau subyek penelitian tersebut adalah lingkungan, keturunan, dan situasi-situasi lainnya.Perbedaan variabel aktif dan variabel atribut ini bersifat umum.Akan tetapi variabel atribut dapat pula menjadi variabel aktif. Ciri ini memungkinkan untuk penelitian relasi “yang sama” dengan cara berbeda. Misalnya kita dapat mengukur kecemasan subyek.Jelas bahwa dalam hal ini kecemasan merupakan atribut.Akan tetapi kita dapat pula memenipulasi kecemasan. Kita dapat menumbuhkan kecemasan dengan tingkat yang berbeda, dengan mengatakan kepada subyek-subyek yang termasuk dalam kelompok eksperimen (kelompok yang diteliti) bahwa yang harus mereka kerjakan sulit, maka tingkat kecerdasan mereka akan diukur dan masa depan mereka tergantung pada skor tes itu. Sedangkan kepada subyek lainya dipesan bahwa kerja sebaik-baiknya tetapi santai saja; hasil tes tidak terlalu penting dan sama sekali tidak mempengaruhi hari depan mereka.
Modul Pembelajaran Metodologi Penenlitian dan Biostatistik Dasar
43
Variabel kontinu dan variabel kategori Variabel kontinu memiliki sehimpunan harga yang teratur dalam suatu cakupan (range) tertentu. Arti defenisi ini ialah: Harga-harga suatu variabel kontinu mencerminkan setidaknya suatu urutan peringkat. Harga yang lebih besar untuk variabel itu berarti terdapatnya lebih banyak sifat tertentu (sifat yang dikaji) yang dikandungnya, dibandingkan dengan variabel dengan harga yang lebih murah. Misalnya, harga-harga yang diperoleh dari suatu skala untuk mengukur ketergantungan (depedensi) mengungkapkan ketergantungan dengan kadar yang berbeda-beda, yakni mulai dari tinggi, menengah/sedang, sampai rendah. Ukuran-ukuran kontinu dalam penggunaan nyata termuat dalam suatu range, dan tiap individu mendapatkan skor yang ada dalam range tersebut. Misalnya suatu skala untuk mengukur ketergantungan mungkin memiliki range dari 1 hingga 7. Secara teoritis terdapat himpunan harga atau nilai yang tak berhingga banyaknya dalam range itu. Demikianlah maka skor seseorang individu mungkin sekali adalah 4,72 dan bukan 4 atau 5. Variabel kategori variabel yang berkaitan dengan suatu jenis pengukuran yang dinamakan pengukuran nominal.Dalam pengukuran nominal terdapat dua himpunan bagian (subset) atau lebih yang merupakan bagian dari himpunan (set) obyek yang diukur.Individu-individu dikategorisasikan berdasarkan pemilikan ciri-ciri tertentu yang merupakan penentu suatu himpunan bagian.Jadi persoalah variabel ini adalah antara “ya” atau “tidak”. Contoh paling mudah adalah variabel kategori dikotomis: jenis kelamin, republik-demokrat, kulit putih-kulit hitam, dan sebagainya. Politomi, yakni pilihan (partisi) cukup lazim terdapat khususnya dalam sosiologi dan ilmu ekonomi: anutan agama, pendidikan, kewarganegaraan, pilihan pekerjaan, dan seterusnya. Syarat-syarat yang dituntut variabel kategori dan variabel nominal, adalah semua anggota himpunan bagain dipandang sama. Misalnya, kalau variabel itu adalah anutan agama, semua penganut protestan adalah sama; semua penganut katolik adalah sama; dan semua penganut “lain-lain” pun sama. Jika seorang agama katolik, dia dimasukan dalam kategori “katolik” dan diberi angka (nomor) “1” dalam katergori tersebut. Variabel ini bersifat “demokratis” artinya, tidak mengenal tatanan peringkat atau ungkapan “lebih besar” maupun “lebih kecil” daripada di antara kategorinya. Semua anggota kategori memiliki nilai atau harga sama, yakni: Ungkapan variabel kualitatif kadang-kadang digunakan untuk menunjuk variabel-variabel kategori ini, khusunya dikotomi, barangkali juga untuk mengkontraskanya dengan variabel kuatitatif (variabel kontinu). Penggunaan ungkapan itu Modul Pembelajaran Metodologi Penenlitian dan Biostatistik Dasar
44
mencerminkan adanya gagasan yang agak menyimpang mengenai hakikat variabel.Variabel selalu dapat dikuantisasikan; jika tidak demikian, tentunya bukanlah variabel.Sebelummnya dijelaskan bahwa konstruk adalah hal-hal yang tak teramati (non observable) sedangkan defenisi variabel secara operasional adalah hal-hal yang teramati (observable). Kerlinger (2006: 66) menambahkan bahwa hal yang dimaksud adalah “variabel laten”. Variabel laten adalah suatu utuhan obyek (entity) tak teramati yang diduga melandasi variabel amatan. Peneliti cenderung lebih berminat pada variabel-variabel laten, daripada relasi antara variabel-variabel amatan; sebab peneliti berupaya menjelaskan fenomena dan relasinya. Istilah-istilah lain untuk mengungkapkan gagasan yang kira-kira sama misalnya konstruk disebut dengan variabel intervensi (intervening variabel). Variabel intervensi adalah istilah yang dibuat untuk menunjuk pada proses-proses psikologis yang internal dan tak teramati, yang pada gilirannya mengacu pada perilaku.suatu variabel intervensi ini “hanya ada di otak peneliti” tidak dapat dilihat, didengar, atau diraba; disimpulkan dari perilaku. Kegunaan dan Kriteria Variabel Penelitian 1. Kegunaan Variabel Untuk mempersiapkan alat dan metode pengumpulan data Untuk mempersiapkan metode analisis/pengolahan data Untuk pengujuian hipotesis 2.Variabel penelitian yang baik Relevan dengan tujuan penelitian Dapat diamati dan dapat diukur Dalam suatu penelitian, variabel perlu diidentifikasi, diklasifikasi, dan didefenisikan secara operasional dengan jelas dan tegas agar tidak menimbulkan kesalahan dalam pengumpulan dan pengolahan data serta dalam pengujian hipotesis.
Modul Pembelajaran Metodologi Penenlitian dan Biostatistik Dasar
45
BAB VIII MERUMUSKAN HIPOTESIS PENELITIAN
PENDAHULUAN
A. KOMPETENSI DASAR DAN INDIKATOR NO 1.
KOMPETENSI DASAR Dapat merumuskan hipotesis penelitian
INDIKATOR a. Pengertian hipotesis b. Ciri hipotesis yang baik c. Jenis-jenis hipotesis
B. DESKRIPSI SINGKAT MATAKULIAH Mata Kuliah metodologi penelitian dan biostatistika dasarini
memberikan
kemampuan kepada mahasiswa untuk memberikan kemampuan menyusun proposal dan hasil penelitian dengan pokok bahasan : konsep penelitian, sistematika penelitian, langkah-langkah penelitian, metode penelitian, mengkritik jurnal / proposal orang lain, membuat proposal penelitian, seminar proposal, menyajikan data, melakukan perhitungan uji statistik dan menyimpulkan penelitian pelayanan kebidanan pada khususnya dan pelayanan kesehatan pada umumnya dengan pokok bahasan Dapat merumuskan hipotesis penelitian
URAIAN MATERI
Teknik dan Cara Penyusunan Hipotesis Penelitian Definisi Hipotesis Margono (2004: 80) menyatakan bahwa hipotesis berasal dari perkataan hipo (hypo) dan tesis (thesis).Hipo berarti kurang dari, sedangkan tesis berarti pendapat.Jadi hipotesis adalah suatu pendapat atau kesimpulan yang sifatnya masih sementara.Hipotesis merupakan suatu kemungkinan jawaban dari masalah yang diajukan. Hipotesis timbul sebagai dugaan yang bijaksana dari peneliti atau diturunkan (deduced) dari teori yang telah ada.
Modul Pembelajaran Metodologi Penenlitian dan Biostatistik Dasar
46
Selain itu, Sugiyono (2013: 96) menyatakan bahwa hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Hal tersebut juga didukung oleh pertanyaan Kerlinger (2006: 30), hipotesis adalah pernyataan dugaan (conjectural) tentang hubungan antara dua variabel atau lebih. Hipotesis selalu mengambil bentuk kalimat pernyataan (declarative) dan menghubungkan secara umum maupun khusus-variabel yang satu dengan variabel yang lain. Teknik dan Cara Penyusunan Hipotesis Penelitian Berdasarkan pendapat ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis adalah pernyataan dugaan tentang hubungan antara dua variabel atau lebih yang dinyatakan berdasarkan pemikiran peneliti atau diturunkan dari teori yang telah ada. Ciri-ciri Hipotesis Penelitian yang Baik Pernyataan hipotesis yang baik memiliki beberapa kriteria.Berikut ini dua kriteria pernyataan hipotesis baik (Kerlinger, 2006: 30). Hipotesis adalah pernyataan tetang relasi antara variabel-variabel . Hipotesis mengandung implikasi-implikasi yang jelas untuk pengujian hubungan-hubungan yang dinyatakan tersebut. Bersadarkan dua kriteria tersebut disimpulkan bahwa pernyataan hipotesis mengandung dua variabel atau lebih yang dapat diukur serta menunjukkan secara jelas dan tegas cara variabelvariabel tersebut berhubungan (Kerlinger, 2006 : 30). Selain itu, Nazir (2005: 152) juga mengemukakan ciri-ciri hipotesis yang baik, yaitu: Hipotesis harus menyatakan hubungan antar variabel Hipotesis harus sesuai dengan fakta Hipotesis harus berhubungan dengan ilmu dan sesuai dengan berkembangnya ilmu pengetahuan Hipotesis harus dapat diuji dengan nalar ataupun dengan alat-alat statistika Hipotesis harus dinyatakan dalam bentuk sederhana dan terbatas untuk mengurangi timbulnya kesalahpahaman pengertian Hipotesis harus bisa menerangkan hubungan fakta-fakta dan dapat dikaitkan dengan teknik pengujian Secara umum, berdasarkan pendapat ahli tersebut, hipotesis yang baik harus
Modul Pembelajaran Metodologi Penenlitian dan Biostatistik Dasar
47
menyatakan hubungan antar variabel, sesuai dengan fakta dan ilmu pengetahuan, harus masuk akal dan dapat diuji. Jenis-jenis Hipotesis Penelitian
Hipotesis
dapat
diklasifikasikan
berdasarkan
rumusannya
dan
proses
pemerolehannya. a. Ditinjau dari rumusannya, hipotesis dibedakan menjadi : Hipoteis kerja, yaitu hipotesis sintesis dari hasil kajian teoritis. Hipotesis kerja biasanya disingkat H1 atau Ha.Hipotesis nol atau hipotesis statistik, merupakan lawan dari hipotesis kerjadan sering disingkat Ho. Ada kalanya peneliti merumuskan hipotesis dalam bentuk H1 dan Ho untuk satu permasalahan penelitian. Hal ini didasari atas pertimbangan bahwa Ho sengaja dipersiapkan untuk ditolak sedangkan H1 dipersiapkan untuk diterima (Sudarwan Danim dan Darwis, 2003 : 171). b. Ditinjau dari proses pemerolehannya, hipotesis dibedakan menjadi Hipotesis induktif, yaitu hipotesis yang dirumuskan berdasarkan pengamatan untuk menghasilkan teori baru (pada penelitian kualitatif). Hipotesis deduktif, merupakan hipotesis yang dirumuskan berdasarkan teori ilmiah yang telah ada (pada penelitian kuantitatif).Hubungan antara hipotesis dengan observasi dan teori ilmiah pada hipotesis induktif dan deduktif dapat divisualisasikan sebagai berikut (Trochim, 2005). Bentuk Rumusan Hipotesis Penelitian Bentuk-bentuk hipotesis penelitian sangat terkait dengan rumusan masalah penelitian. Bila dilihat dari tingkat eksplanasinya, maka bentuk rumusan masalah penelitian ada tiga yaitu: rumusan masalah deskriptif (variabel mandiri), komparataif (perbandingan) dan asosiatif (hubungan). Oleh karena itu bentuk hipotesis penelitian juga ada tiga macam yaitu hipotesis deskriptif, komparatif, dan asosiatif (Sugiyono, 2013: 100). a. Hipotesis Deskriptif Menurut Sugiyono (2013: 100) hipotesis deskriptif merupakan jawaban sementara terhadap masalah deskriptif, yaitu yang berkenaan dengan variabel mandiri. Contoh: Rumusan masalah deskriptif: Berapa lama daya tahan berdiri karyawan toko lulusan SMK? Hipotesis deskriptif: Daya tahan berdiri karyawan toko lulusan SMK sama dengan 6 jam/hari (H0). Hipotesis alternatifnya (H¬a) daya tahan karyawan toko Modul Pembelajaran Metodologi Penenlitian dan Biostatistik Dasar
48
lulusan SMK ≠ 6 jam/hari. “tidak sama dengan” ini bisa berarti lebih besar atau lebih kecil dari 6 jam/hari. Hipotesis statistik H0 : µ = 6 jam/hari Ha : µ ≠ 6 jam/hari µ : adalah nilai rata-rata populasi yang dihipotesiskan atau ditaksir melalui sampel. b. Hipotesis Komparatif Hipotesis komparatif merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah komparatif (Sugiyono, 2013: 102). Pada rumusan ini variabelnya sama tetapi populasinya atau sampelnya yang berbeda, atau keadaan itu terjadi pada waktu yang berbeda. Contoh: Rumusan masalah komparatif: Bagaimanakah prestasi belajar mahasiswa perguruan tinggi X bila dibandingkan dengan perguruan tinggi Y? Hipotesis komparatif: Berdasarkan rumusan masalah komparatif tersebut dapat dikemukakan tiga model hipotesis nol dan alternatif sebagai berikut: Hipotesis nol: 1) H0 : Tidak terdapat perbedaan prestasi belajar mahasiswa perguruan tinggi X dengan perguruan tinggi Y; atau terdapat persamaan prestasi belajar antara mahasiswa perguruan tinggi X dan Y 2) H0 : Prestasi belajar mahasiswa Perguruan tinggi X lebih besar atau sama dengan (≥) perguruan tinggi Y (“lebih besar atau sama dengan” = paling sedikit) c. H0 : Prestasi belajar mahasiswa perguruan tinggi X lebih kecil atau sama dengan (≤) perguruan tinggi Y (“lebih kecil atau sama dengan” = paling besar) Hipotesis alternatif: 1) Ha : Prestasi belajar mahasiswa perguruan tinggi x lebih besar (atau lebih kecil ) dari perguruan Y. 2) Ha : Prestasi belajar mahasiswa perguruan tinggi X lebih kecil daripada (<)perguruan tinggi Y. 3) Ha : Prestasi belajar mahasiswa Perguruan tinggi X lebih besar daripada (>) perguruan tinggi Y. Hipotesis statistik 1) H0 : µ1 = µ2 Ha : µ1 ≠ µ2 2) H0 : µ1 ≥ µ2 Ha : µ1 < µ2 3) H0 : µ1 ≤ µ2 Ha : µ1 > µ2
Modul Pembelajaran Metodologi Penenlitian dan Biostatistik Dasar
49
d.
Hipotesis Asosiatif Hipotesis asosiatif menurut Sugiyono (2013: 103) adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah asosiatif, yaitu menanyakan hubungan antara dua variabel atau lebih. Contoh: Rumusan Masalah Asosiatif: Adakah hubungan yang positif dan signifikan antara kepemimpinan kepala sekolah dengan iklim kerja sekolah? Hipotesis Penelitian: Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara kepemimpinan kepala sekolah dengan iklim kerja sekolah. Hipotesis statistik: H0 : p = 0, 0 berarti tidak ada hubungan. Ha : p ≠ 0, “tidak sama dengan nol” berarti lebih besar atau kurang dari nol ada hubungan. P = nilai korelasi dalam formulasi yang dihipotesiskan.
Fungsi dan Peranan Hipotesis Dalam penelitian kuantitatif, keberadaan hipotesis dipandang sebagai komponen penting dalam penelitian. Furchan (2004: 115) mengungkapkan kegunaan hipotesis penelitian, yaitu: Hipotesis memberikan penjelasan sementara tentang gejala-gejala serta memudahkan perluasan pengetahuan dalam suatu bidang. Hipotesis memberikan suatu pernyataan hubungan yang berlangsung dapat diuji dalam penelitian Hipotesis memberikan arah kepada penelitian Hipotesis memberikan kerangka untuk melaporkan kesimpulan penyelidikan.Halhal yang Perlu Dilakukan untuk Mengkaji Hipotesis Nazir (2005: 154) menyatakan bahwa menemukan suatu hipotesis merupakan kemampuan peneliti dalam mengaitkan masalahmasalah dengan variabel-variabel yang dapat diukur dengan menggunakan suatu kerangka analisis yang dibentuknya.Peneliti harus memfokuskan permasalahan sehingga hubunganhubungan yang terjadi dapat diterka. Menurut Nazir (2005: 154) dalam menggali hipotesis penelitian, peneliti harus: Mempunyai banyak informasi tentang masalah yang ingin dipecahkan dengan jalan banyak membaca literatur-literatur yang ada hubungannya dengan penelitian yang sedang dilaksanakan; Mempunyai kemampuan untuk memeriksa keterangan tentang tempat-tempat, objek-objek serta hal-hal yang berhubungan satu sama lain dalam fenomena yang sedang diselidiki; Mempunyai kemampuan untuk menghubungkan suatu keadaan dengan keadaan lainnya yang sesuai dengan kerangka teori ilmu dan bidang yang bersangkutan.
Modul Pembelajaran Metodologi Penenlitian dan Biostatistik Dasar
50
BAB IX JENIS PENELITIAN
PENDAHULUAN
A. KOMPETENSI DASAR DAN INDIKATOR NO 1.
KOMPETENSI DASAR Jenis Penelitian
INDIKATOR a. Menurut tujuan b. menurut sifat dasar c. Menurut pendekatan d. Menurut metode
B. DESKRIPSI SINGKAT MATAKULIAH Mata Kuliah metodologi penelitian dan biostatistika dasarini
memberikan
kemampuan kepada mahasiswa untuk memberikan kemampuan menyusun proposal dan hasil penelitian dengan pokok bahasan : konsep penelitian, sistematika penelitian, langkah-langkah penelitian, metode penelitian, mengkritik jurnal / proposal orang lain, membuat proposal penelitian, seminar proposal, menyajikan data, melakukan perhitungan uji statistik dan menyimpulkan penelitian pelayanan kebidanan pada khususnya dan pelayanan kesehatan pada umumnya dengan pokok bahasan jenis penelitian
URAIAN MATERI JENIS-JENIS PENELITIAN BERDASAR FUNGSINYA Penelitian Dasar Penelitian dasar (basic research) disebut juga penelitian murni (pure research) atau penelitian pokok (fundamental research) adalah penelitianyang diperuntukan bagi pengembangan suatu ilmu pengetahuan sertadiarahkan pada pengembangan teori-teori yang ada atau menemukan teoribaru.Peneliti yang melakukan penelitian dasar memiliki tujuanmengembangkan ilmu pengetahuan tanpa memikirkan pemanfaatan secaralangsung Modul Pembelajaran Metodologi Penenlitian dan Biostatistik Dasar
51
dari hasil penelitian tersebut. Penelitian dasar justru memberikansumbangan besar terhadap pengembangan serta pengujian teori-teori yangakan mendasari penelitian terapan. Penelitian dasar lebih diarahkan untuk mengetahui, menjelaskan, dan memprediksikan fenomena-fenomena alam dan sosial. Hasil penelitian dasar mungkin belum dapat dimanfaatkan secara langsung akan tetapi sangat berguna untuk kehidupan yang lebih baik. Tujuan penelitian dasar adalah untuk menambah pengetahuan dengan prinsip-prinsip dasar, hukum-hukum ilmiah, serta untuk meningkatkan pencarian dan metodologi ilmiah (Sukmadinata, 2005). Tingkat generalisasi hasil penelitian dasar bersifat abstrak dan umum serta berlaku secara universal. Penelitian dasar tidak diarahkan untuk memecahkan masalah praktis akan tetapi prinsip-prinsip atau teori yang dihasilkannya dapat mendasari pemecahan masalah praktis. Dengan kata lain, hasil penelitian dasar dapat mempengaruhi kehidupan praktis. Contoh penelitian dasar yang terkait erat dengan bidang pendidikan adalah penelitian dalam bidang psikologi, misalnya penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi sikap dan perikalu manusia. Hasil penelitian tersebut sering digunakan sebagai landasan dalam pengembangan sikap untuk merubah perilaku melalui proses pembelajaran/pendidikan. Penelitian Terapan Penelitian terapan atau applied research dilakukan berkenaan dengan kenyataan-kenyataan praktis, penerapan, dan pengembangan ilmu pengetahuan yang dihasilkan oleh penelitian dasar dalam kehidupan nyata. Penelitian terapan berfungsi untuk mencari solusi tentang masalah-masalah tertentu.Tujuan utama penelitian terapan adalah pemecahan masalah sehingga hasil penelitian dapat dimanfaatkan untuk kepentingan manusia baik secara individu atau kelompok maupun untuk keperluan industri atau politik dan bukan untuk wawasan keilmuan semata (Sukardi, 2003). Dengan kata lain penelitian terapan adalah satu jenis penelitian yang hasilnya dapat secara langsung diterapkan untuk memecahkan permasalahan yang dihadapi. Penelitian ini menguji manfaat dari teori-teori ilmiah serta mengetahui hubungan empiris dan analisis dalam bidang-bidang tertentu.Implikasi dari penelitian terapan dinyatakan dalam rumusan bersifat umum, bukan rekomendasi berupa tindakan langsung. Setelah sejumlah studi dipublikasikan dan dibicarakan dalam periode waktu tertentu, pengetahuan tersebut akan mempengaruhi cara berpikir dan persepsi para praktisi. Penelitian terapan lebih difokuskan pada pengetahuan teoretis dan praktis dalam bidang-bidang tertentu Modul Pembelajaran Metodologi Penenlitian dan Biostatistik Dasar
52
bukan pengetahuan yang bersifat universal misalnya bidang kedokteran, pendidikan, atau teknologi.Penelitian terapan mendorong penelitian lebih lanjut, menyarankan teori dan praktek baru serta pengembangan metodologi untuk kepentingan praktis.Penelitian terapan dapat pula diartikan sebagai studi sistematik dengan tujuan menghasilkan tindakan aplikatif yang dapat dipraktekan bagi pemecahan masalah tertentu.Hasil penelitian terapan tidak perlu sebagai suatu penemuan baru tetapi meupakan aplikasi baru dari penelitian yang sudah ada (Nazir, 1985).Akhir-akhir ini, penelitian terapan telah berkembang dalam bentuk yang lebih khusus yaitu penelitian kebijakan (Majchrzak, 1984).Penelitian kebijakan berawal dari permasalahan praktik dengan maksud memecahkan masalah-masalah sosial.Hasil penelitian biasanya dimanfaatkan oleh pengambil kebijakan. Penelitian Evaluatif Penelitian evaluatif pada dasarnya merupakan bagian dari penelitian terapan namun tujuannya dapat dibedakan dari penelitian terapan.Penelitian ini dimaksudkan untuk mengukur
keberhasilan
suatu
program,
produk
atau
kegiatan
tertentu
(Danim,
2000).Penelitian ini diarahkan untuk menilai keberhasilan manfaat, kegunaan, sumbangan dan kelayakan suatu program kegiatan dari suatu unit/ lembaga tertentu.Penelitian evaluatif dapat menambah pengetahuan tentang kegiatan dan dapat mendorong penelitian atau pengembangan lebih lanjut, serta membantu para pimpinan untuk menentukan kebijakan (Sukmadinata, 2005).Penelitian evaluatif dapat dirancang untuk menjawab pertanyaan, menguji, atau membuktikan hipotesis.Makna evaluatif menunjuk pada kata kerja yang menjelaskan sifat suatu kegiatan, dan kata bendanya adalah evaluasi.Penelitian evaluatif menjelaskan adanya kegiatan penelitian yang sifatnya mengevaluasi terhadap sesuatu objek, yang biasanya merupakan pelaksanaan dan rencana. Jadi yang dimaksud dengan penelitian evaluatif adalah penelitian yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi tentang apa yang terjadi, yang merupakan kondisi nyata mengenai keterlaksanaan rencana yang memerlukan evaluasi. Melakukan evaluasi berarti menunjukkan kehati-hatian karena ingin mengetahui apakah implementasi program yang telah direncanakan sudah berjalan dengan benar dan sekaligus memberikan hasil sesuai dengan harapan. Jika belum bagian mana yang belum sesuai serta apa yang menjadi penyebabnya. Penelitian evaluatif memiliki dua kegiatan utama yaitu pengukuran atau pengambilan data dan membandingkan hasil pengukuran dan pengumpulan data dengan standar yang digunakan. Berdasarkan hasil perbandingan ini maka akan didapatkan kesimpulan bahwa Modul Pembelajaran Metodologi Penenlitian dan Biostatistik Dasar
53
suatu kegiatan yang dilakukan itu layak atau tidak, relevan atau tidak, efisien dan efektif atau tidak. Atas dasar kegiatan tersebut, penelitian evaluatif dimaksudkan untuk membantu perencana dalam pelaksanaan program, penyempurnaan dan perubahan program, penentuan keputusan atas keberlanjutan atau penghentian program, menemukan fakta-fakta dukungan dan penolakan terhadap program, memberikan sumbangan dalam pemahaman suatu program serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Lingkup penelitian evaluative dalam bidang pendidikan misalnya evaluasi kurikulum, program pendidikan, pembelajaran, pendidik, siswa, organisasi dan manajemen.Satu pengertian pokok yang terkandung dalam evaluasi adalah adanya standar, tolok ukur atau kriteria.Mengevaluasi adalah melaksanakan upaya untuk mengumpulkan data mengenai kondisi nyata sesuatu hal, kemudian dibandingkan dengan kriteria agar dapat diketahui kesenjangan antara kondisi nyata dengan kriteria (kondisi yang diharapkan).Penelitian evaluatif bukan sekedar melakukan evaluasi pada umumnya.Penelitian evaluatif merupakan kegiatan evaluasi tetapi mengikuti kaidah-kaidah yang berlaku bagi sebuah penelitian, yaitu persyaratan keilmiahan, mengikuti sistematika dan metodologi secara benar sehingga dapat dipertanggungjawabkan. Sejalan dengan makna tersebut, penelitian evaluatif harus memiliki ciri-ciri sebagai berikut (Arikunto, 2006): 1.
Proses kegiatan penelitian tidak menyimpang dari kaidah-kaidah yang berlaku bagi penelitian ilmiah pada umumnya.
2.
Dalam melaksanakan evaluasi, peneliti berpikir sistemik yaitu memandang program yang diteliti sebagai sebuah kesatuan yang terdiri dan beberapa komponen atau unsur yang saling berkaitan antara satu sama lain dalam menunjang keberhasilan kinerja dan objek yang dievaluasi.
3.
Agar dapat mengetahui secara rinci kondisi dan objek yang dievaluasi, perlu adanya identifikasi komponen yang berkedudukan sebagai factor penentu bagi keberhasilan program.
4.
Menggunakan standar, kriteria, dan tolok ukur yang jelas untuk setiap indikator yang dievaluasi agar dapat diketahui dengan cermat keunggulan dan kelemahan program.
5.
Agar informasi yang diperoleh dapat menggambarkan kondisi nyata secara rinci untuk mengetahui bagian mana dari program yang belum terlaksana, perlu ada identifikasi komponen yang dilanjutkan dengan identifikasi sub komponen, dan sampai pada indikator dan program yang dievaluasi.
Modul Pembelajaran Metodologi Penenlitian dan Biostatistik Dasar
54
6.
Dari hasil penelitian harus dapat disusun sebuah rekomendasi secara rinci dan akurat sehingga dapat ditentukan tindak lanjut secara tepat.
7.
Kesimpulan atau hasil penelitian digunakan sebagai masukan/ rekomendasi bagi kebijakan atau rencana program yang telah ditentukan. Dengan kata lain, dalam melakukan kegiatan evaluasi program, peneliti harus berkiblat pada tujuan program kegiatan sebagai standar, criteria, atau tolak ukur.
BERDASAR METODENYA Penelitian Historis Penelitian ditujukan kepada rekonstruksi masa lampau sistematis dan objektif memahami peristiwa-peristiwa masa lampau itu.Data yang dikumpulkan pada penelitian ini sukar dikendalikan.Maka tingkat kepastian pemecahan permasalahan dengan metode ini adalah paling rendah. Data yang dikumpulkan biasanya hasil pengamatan orang lain seperti suratsurat arsip atau dokumen-dokumen masa lalu. Penelitian seperti ini jika ditujukan kepada kehidupan pribadi seseorang, maka penelitian disebut penelitian biografis. Tujuan penelitian histonis adalah untuk membuat rekonstruksi masa lampau secara sistematis dan secara sistematis dan objektif, dengan cara mengumpulkan, mengevaluasi, memverifisi, serta mensintesiskan bukti-bukti untuk menegakkan fakta dan memperoleh kesimpulan yang kuat. Seringkali penelitian yang demikian itu berkaitan dengan hipotesis-hipotesis tertentu. Ciri yang menonjol dari penelitian historis adalah; 1. Penelitian historis lebih bergantung kepada data yang diobservasi orang lain dari pada yang diobservasi oleh peneliti sendiri. Data yang baik akan dihasilkan oleh kerja yang cermat yang menganalisis keotentikan, ketepatan, dan pentingnya sumber-sumbernya. 2. Berlainan dengan anggapan yang populer, penelitian historis haruslah tertib ketat, sistematis, dan tuntas; seringkali penelitian yang dikatakan sebagai suatu “penelitian historis” hanyalah koleksi informasi-informasi yang tak layak, tak reliabel, dan berat sebelah. 3. “Penelitian historis” tergantung kepada dua macam data, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari sumber primer, yaitu Si peneliti (penulis) secara Modul Pembelajaran Metodologi Penenlitian dan Biostatistik Dasar
55
langsung melakukan observasi atau menyaksikan kejadian-kejadian yang dituliskan. Data sekunder diperoleh dan sumber sekunder, yaitu peneliti melaporkan hasil observasi orang lain yang satu kali atau lebih telah lepas dari kejadian aslinya. Di antara kedua sumber itu, sumber primer dipandang sebagai memiliki otoritas sebagai bukti tangan pertama, dan diberi prionitas dalam pengumpulan data. 4. Untuk menentukan bobot data, biasa dilakukan dua macam kritik, yaitu kritik eksternal dan kritik internal. Kritik eksternal menanyakan “apakah dokumen relik itu otentik”, sedang kritik internal menanyakan “Apabila data itu otentik, apakah data tersebut akurat dan relevan?”. Kritik internal harus menguji motif, keberatsebelahan, dan keterbatasan si penulis yang mungkin melebih-lebihkan atau mengabaikan sesuatu dan memberikan informasi yang terpalsu. Evaluasi kritis inilah yang menyebabkan “penelitian historis” itu sangat tertib-ketat, yang dalam banyak hal lebih dibanding dari pada studi eksperimental. 5. Walaupun penelitian historis mirip dengan penelaahan kepustakaan yang mendahului lainlain bentuk rancangan penelitian, namun cara pendekatan historis adalah lebih tuntas, mencari informasi dan sumber yang lebih luas. “Penelitian historis” juga menggali informasi-informasi yang lebih tua dari pada yang umum dituntut dalam penelaahan kepustakaan, dan banyak juga menggali bahan-bahan tak diterbitkan yang tak dikutip dalam bahan acuan yang standar. Langkah pokok untuk melaksanakan penelitian historis sebagai berikut: 1. Definisi masalah. 2. Rumuskan tujuan penelitian dan jika mungkin, rumuskan hipotesis yang akan memberi arah dan fokus bagi kegiatan penelitian itu. 3. Kumpulkan data, dengan selalu mengingat perbedaan antara sumber primer dan sumber sekunder. 4. Suatu keterampilan yang sangat penting dalam penelitian historis adalah cara pencatatan data : dengan sistem kartu atau dengan sistem lembaran, kedua duanya dapat dilakukan. 5. Evaluasi data yang diperoleh dengan melakukan kritik eksternal dan kritik internal. 6. Tuliskan laporan. Modul Pembelajaran Metodologi Penenlitian dan Biostatistik Dasar
56
Penelitian Observasional Penelitin yang bertujuan untuk mengamati dan mendeskripsikan gejala-gejala yang terjadi dalam (pada) fenomena natural ataupun sosial, yang terjadi dalam tingkatan waktu tertentu, dan tidak dapat dikendalikan oleh si peneliti, seperti perubahan iklim, pergerakan binatang, pencemaran lingkungan, perubahan perilaku masyarakat, kriminalitas, dsb. Penelitian Eksperimental Penelitian yang dilakukan dengan menciptakan fenomena pada kondisi terkendali.Penelitian ini bertujuan untuk menemukan hubungan sebab-akibat dan pengaruh faktor-faktor pada kondisi tertentu. Dalam bentuk yang paling sederhana, pendekatan eksperimental ini berusaha untuk menjelaskan, mengendalikan dan meramalkan fenomena seteliti mungkin.Dalam penelitian eksperimental banyak digunakan model kuantitatif.
Modul Pembelajaran Metodologi Penenlitian dan Biostatistik Dasar
57
BAB X RANCANGAN PENELITIAN
PENDAHULUAN
A. KOMPETENSI DASAR DAN INDIKATOR NO 1.
KOMPETENSI DASAR Mengenal berbagai macam rancangan penelitian
INDIKATOR a. Pengertian rancangan penelitian b. Hubungan rancangan penelitian dengan pembuktian hipotesis c. Rancangan penelitian survey d. Rancangan penelitian percobaan e. Percobaan factorial f. Rancangan quasi eksperimental g. Rancangan penelitian klinik
B. DESKRIPSI SINGKAT MATAKULIAH Mata Kuliah metodologi penelitian dan biostatistika dasarini
memberikan
kemampuan kepada mahasiswa untuk memberikan kemampuan menyusun proposal dan hasil penelitian dengan pokok bahasan : konsep penelitian, sistematika penelitian, langkah-langkah penelitian, metode penelitian, mengkritik jurnal / proposal orang lain, membuat proposal penelitian, seminar proposal, menyajikan data, melakukan perhitungan uji statistik dan menyimpulkan penelitian pelayanan kebidanan pada khususnya dan pelayanan kesehatan pada umumnya dengan pokok bahasan Mengenal berbagai macam rancangan penelitian
URAIAN MATERI
Pengertian Rancangan Penelitian : Rancangan penelitian adalah suatu rencana, struktur dan strategi penelitian yang dimasuksudkan untuk menjawab permasalahan yang dihadapi, dengan mengupayakan optimasi yang berimbang antara validitas dalam dan validitas luar, dengan melakukan pengendalian varians.
Modul Pembelajaran Metodologi Penenlitian dan Biostatistik Dasar
58
Hubungan Rancangan Penelitian Dengan Pembuktian Hipotesis Suatu rancangan penelitian merupakan hal yang penting terutama dalam pembuktian hipotesis, sebagai konfirmasi kebenaran hipotesis dalam rangka menjawab permasalaan yang ada.Dari permasalahan yang dihadapi dengan menggunakan teori, fakta yang diperoleh pada penelitian terdahulu, dan asumsi peneliti, dikembangkan kerangka teoritik yang mendasari perumusan hipotesis. 1. Hubungan Kausal Bentuk-bentuk hubungan kausal a. Hubungan asimetrisada dua hubungan variable,tetapi tidak ada mekanisme pengaruh mempengarui, masing-masing bersifat mandiri: Contoh : Kebetulan : kenaikakan gaji dosen dengan turunnya hujan. sama-sama merupakan akibat dari factor(variable bebas) yang sama: hubungan antara tinggi badan dan berat badan,keduanya merupakan variabel tergantung dari variabel bebas pertumbuan. Indikator dari konsep yang sama :hubungan antara dua kekuatan kontraksi otot dengan kontraksi otot b. Hubungan simetris : korelasi antara dua variabel, dengan satu variabel(bebas) bersifat mempengaruhi variabel lain(tinggi kadar lipoprotein berat jenis benda dalam dara mengakibatkan aterosklerosis). c. Hubungan timbal balik : korelasi antara dua variabel saling mempengarui. Contoh : Korelasi antara malnutrisi dan mal absorsi 2. Validitas : Membicarakan validitas sebagai terminologi penelitian, setidak-tidaknya akan sampai pada dua pengertian , yakni berkaitan dengan pengukuran dan yang kedua berkaitan
Modul Pembelajaran Metodologi Penenlitian dan Biostatistik Dasar
59
dengan penelitian itu sendiri. validitas berkaitan dengan tiga unsur; alat ukur,metode ukuran dan pengukur(peneliti). Validitas ukur adalah suatu keadaan dimana alat ukur yang di gunakan untuk mengukur karakteristik seperti yang diinginkan oleh peneliti untuk di ukur. Validitas penelitian mempunyai pengertian yang berbeda dengan validitas pengukuran , walaupun untuk termencapai validitas penelitian syarat validitas pengukuran harus terpenuhi pula Ada dua macam validitas penelitian yakni: Validitas internal : ikwal kesahihan penelitian yang menyangkut pernyataan ; sejauh mana perubahan yang diamati dalam suatu penelitian (terutama penelitian ekprimental) benar-benar hanya terjadi karena perlakuan yang di berikan dan bukan pengaruh factor lain (variabel luar). Faktor- Faktor yang mempengaruhi validitas internal :
Sejarah (history) : peristiwa yang terjadi pada waktu lalu dan kadang-kadang dapat berpengaruh teradap variabel terikat.
Kematangan (muturitas) : adanya perubahan baik secara biologis maupun non biologis yang prosesnya dapat berpengaruh.
Seleksi(selection) : adanya perubahan cirri-ciri atau sifat-sifat dari suatu populasi.
Prosedur (testing) : terjadinga stress yang dapat berpengaruh terhadap hasil tes.
Instrumen : adanya pengaruh yang diakibatkan oleh alat ukur terhadap hasil tes.
Mortalitas : adanya perubahan yang terjadikarena adanya anggota dari populasi yang drop out.
Nilai rata-rata : terjadinya perubahan akibat adanya nilai ekstrim tinggi atau yang rendah seingga mempengaruhi hasil tesnya
Modul Pembelajaran Metodologi Penenlitian dan Biostatistik Dasar
60
Validitas eksternal : ikhwal penelitian yang menyangkut pertanyaan, sejauh mana hasil suatu penelitian dapat digeneralisasikan pada populasi induk (asal sampel) penelitian diambil. Contoh : apabila kita meneliti tingkat efektifitas suatu metode penyuluhan baru mengenai program imunisasi dengan mengambil sampel di suatu desa dan ternyata baik hasilnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi validitas
Efek seleksi berbagai anggota sampel
Gangguan penanganan perlakuan berganda
Modul Pembelajaran Metodologi Penenlitian dan Biostatistik Dasar
61
BAB X RANCANGAN PENELITIAN
PENDAHULUAN
A. KOMPETENSI DASAR DAN INDIKATOR NO
KOMPETENSI DASAR Rancangan Penelitian
INDIKATOR a. Rancangan Penelitian survey
1.
B. DESKRIPSI SINGKAT MATAKULIAH Mata Kuliah metodologi penelitian dan biostatistika dasarini
memberikan
kemampuan kepada mahasiswa untuk memberikan kemampuan menyusun proposal dan hasil penelitian dengan pokok bahasan : konsep penelitian, sistematika penelitian, langkah-langkah penelitian, metode penelitian, mengkritik jurnal / proposal orang lain, membuat proposal penelitian, seminar proposal, menyajikan data, melakukan perhitungan uji statistik dan menyimpulkan penelitian pelayanan kebidanan pada khususnya dan pelayanan kesehatan pada umumnya dengan pokok bahasan Memahami tehnik pengumpulan data
URAIAN MATERI
Jenis Rancangan Penelitian Survey Penelitian survey digolongkan menjadi dua, yang bersifat deskriptif dan analitik. 1. Rancangan Penelitian Deskriptif a. Definisi Rancangan Penelitian Deskriptif Rancangan Penelitian Deskriptif merupakan rancangan penelitian non eksperimental yang bersifat sederhana berupa sumpling survey. b. Ciri-ciri Penelitian Deskriftif Modul Pembelajaran Metodologi Penenlitian dan Biostatistik Dasar
62
Merupakan penelitian kuantitatif dengan tujuan untuk mendeskripsikan variabelvariabel utama subjek studinya.
Terdapat hubungan sebab akibat hanya merupakan perkiraan yang didasarkan atas table silang yang disajikan.
Tidak dibutuhkan kelompok control sebagai pembanding karena yang dicari adalah prevalensi penyakit atau fenomena tertentu.
Hasil penelitian hanya disajikan sesuai dengan data yang diperoleh tanpa dilakukan analisis yang mendalam.
Merupakan penelitian pendahuluan, digunakan bersama-sama dengan hampir semua jenis penelitian.
Pengumpulan data dilakukan satu priode tertentu.
Pengumpulan data dilakukan dengan pendekatan cross sectional berupa sampling survey atau data sekunder dari rekam medis.
Dapat dilakukan pada wilayah terbatas atau meliputi wilayah yang lebih luas
c. Manfaat Penelitian Deskriptif
Digunakan untuk menyusun perencanaan pelayanan kebidanan pada masyarakat.
Diperlukan untuk mengadakan evaluasi program pelayanan kebidanan yang telah dilakukan.
Usulan untuk penelitian lanjutan.
Diperlukan untuk membandingkan prevalensi masalah penyakit tertentu antar daerah atau satu daerah dalam waktu yang berbeda.
2. Metode Penelitian Survei Analitik Survei analitik adalah survei atau penelitian yang mencoba menggali bagaimana dan mengapa fenomena kesehatan itu terjadi.Kemudian melakukan analisis dinamika kolerasi
Modul Pembelajaran Metodologi Penenlitian dan Biostatistik Dasar
63
antara fenomena, baik antara faktor risiko dengan faktor efek, antar faktor risiko, maupun antar faktor efek. Yang dimaksud faktor efek adalah suatu akibat dari adanya faktor risiko, sedangkan faktor risiko adalah suatu fenomena yang mengakibatkan terjadinya efek (pengaruh).Secara garis besar survey analitik ini dibedakan dalam 3 pendekatan (jenis), yakni Survey Analitic Cross Sectional, Survey Analitic Case Control (Retrospective), dan Survey Analitic Cohort (Prospective). a. Penelitian Cross Sectional Survey cross sectional ialah suatu penelitian untuk mempelajari dinamika kolerasi antara faktor-faktor resiko dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (point time approach). Penelitian cross sectional ini sering disebut juga penelitian transversal, dan sering digunakan dalam penelitian-penelitian epidemiologi. b. Penelitian Case Control Penelitian case control adalah suatu penelitian (survey) analitik yang menyangkut bagaimana faktor risiko dipelajari dengan menggunakan pendekatan “retrospective”. Dengan kata lain efek (penyakit atau status kesehatan) diidentifikasi pada saat ini, kemudian faktor risiko diidentifikasi adanya atau terjadinya pada waktu yang lalu. Adapun tahap-tahap penelitian case control ini adalah sebagai berikut : 1. Identifikasi variabel-variabel penelitian (faktor risiko atau efek) 2. Menetapkan objek penelitian (populasi dan sampel) 3. Identifikasi kasus 4. Pemilihan subyek sebagai control 5. Melakukan pengukuran “retrospektif” (melihat kebelakang) untuk melihat faktor risiko. 6. Melakukan analisis dengan membandingkan proporsi antara variabel-variabel objek penelitian dengan variabel-variabel objek kontrol. Modul Pembelajaran Metodologi Penenlitian dan Biostatistik Dasar
64
c. Penelitian Cohort Penelitian cohort sering disebut penelitian prospektif adalah suatu penelitian survei (non eksperimen) yang paling baik dalam mengkaji hubungan antara faktor risiko dengan efek (penyakit). Artinya, faktor risiko yang akan dipelajari diidentifikasi dahulu, kemudian diikuti ke depan secara prospektif timbulnya efek, yaitu penyakit atau salah satu indikator status kesehatan. Langkah-langkah pelaksanaan penelitian cohort antara lain sebagai berikut: 1. Identifikasi faktor-faktor rasio dan efek. 2. Menetapkan subyek penelitian (menetapkan populasi dan sampel). 3. Pemilihan subyek dengan faktor risiko positive dari subjek dengan efek negative. 4. Memilih subyek yang akan menjadi anggota kelompok control. 5. Mengobservasi perkembangan subjek sampai batas waktu yang ditentukan. 6. Mengidentifikasi timbul atau tidaknya efek pada kedua kelompok. 7. Menganalisis dengan membandingkan proporsi subjek yang mendapat efek positif dengan subjek yang mendapat efek negatif baik pada kelompok risiko positif maupun kelompok control. Rancangan Penilitian Percobaan Percobaan pada umumnya dilakukan untuk menemukan sesuatu.Oleh karena itu secara teoritis, percobaan diartikan sebagai tes (Montgomery, 1991) atau penyelidikan terencana untuk mendapatkan fakta baru (Steel dan Torrie, 1995). Dan rancangan percobaan dapat diartikan sebagai tes atau serangkaian tes dimana perubahan yang berarti dilakukan pada variabel dari suatu proses atau sistem sehingga kita dapat mengamati dan mengidentifikasi alasan-alasan perubahan pada respon output (Montgomery, 1991). Sedangkan menurut Milliken dan Johnson (1992) rancangan percobaan merupakan hal yang sangat berhubungan dengan perencanaan penelitian untuk mendapatkan informasi maksimum dari bahan-bahan Modul Pembelajaran Metodologi Penenlitian dan Biostatistik Dasar
65
yang tersedia. Dan dapat juga diartikan sebagai seperangkat aturan/cara/prosedur untuk menerapkan perlakuan kepada satuan percobaan (Steel dan Torrie, 1995) Rancangan – rancangan eksperimen semu (quasi experiment) Disebut eksperimen semu karena eksperimen ini belum atau tidak memiliki ciri – ciri rancanagan eksperimen yang sebenarnya, karena variable – variable yang seharusnya dikontrol atau dimanipulasi.Oleh karena itu vasiditas penelitian menjadi kurang cukup untuk disebut sebagai eksperimen yang sebenarnya. Rancangan – rancangan yang tergolong ke dalam kelompok ini antara lain sebagai berikut: a. Rancangan Rangkaian Waktu (Time Series Design) Rancangan ini seperti rancangan pretest – posttest, kecuali mempunyai keuntungan dengan melakukan observasi ( pengukuran yang berulang –ulang), sebelum dan sesudah perlakuan . Dengan menggunakan serangkaian observasi (tes), dapat memungkinkan validitasnya lebih tinggi. Karena pada rancangan protes – postes, kemungkinan hasil 02 dipengaruhi oleh factor lain diluar perlakuan sangat besar, sedangkan pada rancangan ini, oleh karena observasi dilakukan lebih dari satu kali ( baik sebelum maupun sesudah perlakuan ,maka pengaruh factor luar tersebut dapat dikurangi. b. Rancangan Rangkaian Waktu dengan Kelompok Pembanding (Control Time Series Design) Pada dasarnya rancangan ini adalah rancangan rangkaiaan waktu, hanya dengan menggunakan kelompok pembanding(control). Rancangan ini lebih memungkinkan adanya control terhadap validitas internal, sehingga keuntungan dari rancangan ini lebih menjamin adanya validitas internal yang tinggi. c. Rancangan ‘’Non – Equivalent Control Group’’ Dalam penelitian lapangan, biasanya lebih dimungkinkan untuk membandingkan hasil intervensi program kesehatan di suatu control yang serupa, tetapi tidak perlu kelompok yang benar-benar sama. Misalnya kita akan melakukan studi tentang pengaruh pelatihan kader terhadap cakupan posyandu. Kelompok kader yang akan diberikan pelatihan, tidak mungkin sama betul dengan kelompok kader yang tidak akan diberi pelatihan (kelompok control). Modul Pembelajaran Metodologi Penenlitian dan Biostatistik Dasar
66
d. Rancanmgan ‘’Separate Sample Pretest – Postest’’ Rancangan „‟non – equivalent control group „‟ ini sangat baik digunakan untuk evaluasi program pendidikan kesehatan atau pelatihan – pelatihan lainnya.Di samping itu rancangan ini juga baik untuk membandingkan hasil intervensi program kesehatan di suatu kecamatan atau desa, dengan kecamatan atau desa lainnya.Dalam rancangan ini, pengelompokkan anggota sampel pada kelompok eksperimen dan kelompok control tidak dilakukan secara random atau acak.Oleh sebab itu rancangan ini sering disebut jg „‟Non – rondomi-zed Control Group Pretes – Postest Design‟‟. e. Rancangan ‘’Separate Sample Pretest – Posstest’’ Rancangan ini sering digunakan dalam penilitian-penilitian kesehatan dan keluarga berencana. Pengukuran pertama(pretes) dilakukan terhadap sampel yang dipilih secara acak dari populasi tertentu. Kemudian dilakukan pengukuran kedua (postes)pada kelompok sampel lain, yang juga dipilih secara acak (random)dari populasi yang sama. Rancangan ini sangat baik untuk menghindari pengaruh atau efek dari‟‟tes‟‟, meskipun tidak dapat mengontrol „‟sejarah‟‟maturitas,dan instrumen‟‟. Penelitian Klinik a. Perkembangan penelitian klinik Perkembangan penilitian klinik adalah sejalan dengan perkembangan ilmu kedekteron. Ilmu kedokteran sebagai ilmu alamiah berkembang melalui dua cara, yaitu melalui observasi dan eksperimen. Cara observasi ini dilakukan dengan mencatat sifat – sifat dan gejala-gejala yang terjadi secara alamiah, dan dengan cara ini kemudian diperoleh informasi tenatng perjalanan alamiah penyakit dan factor-faktor yang mempengaruhinya. Sedangkan cara eksperimen, dilakukan dengan mengatur kondisi tertentu terhadap objek, kemudian mengamati terhadap perubahan- perubahan yang terjadi pada objek tersebut. Di dalam ilmu kedoteran/kesehatan, kedua cara ini saling menunjang dan saling melengkapi. b. Tahap – tahap penilitian Tujuan penilitian klinik adalah untuk menguji efektivitas obat pada manusia.Dengan sendirinya sebelum obat tersebut dicobakan pada manusia terlebih dahulu harus dicobakan
Modul Pembelajaran Metodologi Penenlitian dan Biostatistik Dasar
67
pada binatang percobaan. Berdasarkan tujuannya, penelitian klinik ini dibagi dalam 4 tahap, yakni : Tahap pertama Tahap pertama klinik ini merupakan pemberian obat untuk pertama kali pada manusia, setelah obat yang bersangkutan telah lolos dari penilitian farmakologi dan teksiologi pada binatang percobaan.Tujuan penilitian klinis tahap ini untuk memperlihatkan efek farmakologi klinik suatu obat pada sekelompok kecil penderita atau sukarelawan sehat. Pengukuran dalam penilitian ini menyangkut khasiat obat, dengan data yang dikumpulkan adalah : jenis obat, hubungan antara dosis dengan respons, lama keja obat pada dosis tunggal, metabolisme, dan interaksi. Tahap kedua Tujuan penilitian tahap ini adalah untuk menentukan apakah kerja farmakologi yang telah dibuktiakan pada tahap pertama tersebut berguna untuk pengobatan.Indicator dari pengukuran penilitian tahap ini adalah penyembuhan penyakit. Tetapi karena kesembuhan tersebut biasanya terjadi pada waktu yang panjang, maka efek farmakologilah yang dijadikan indicator, misalnya kadar gula darah, penurunan tekanan darah, dan sebagainya. Selain itu perlu dikumpulkan data tentang efek samping yang cukup untuk memperkirakan secara dini rasio antara risiko dan keuntungan. Dari penilitian pada tahap ini dapat ditentukan manfaat obat yang bersangkutan dibanding dengan obat atau cara pengobatan yang lain yang telah ada.Dalam tahap ini pula dapat ditentukan hubungan antara dosis dan kadar obat dalam plasma atau jaringan dengan efek kliniknya. Tahap ketiga Pada tahap ini diperlukan orang percobaan atau penderita yang lebih banyak, dan dilakukan di luar tempat penilitian tahap kedua, dan hasil penilitian ini dapat memperkuat atau menolak hal-hal yang ditemukan pada penilitian tahap kedua, misalkannya : insiden efek samping yang frekuensinya rendah, profil obat yang bersangkutan bila digunakan pada pasien yang tidak terseleksi secara teliti, dan sebagainya. Tahap Keempat Tahap ini adalah yang dilakukan setelah obat dipasarkan. Oleh sebab itu penilitian sering disebut „‟ post marketing drugs surveillance‟‟,yang bertujuan mengatasi kekurangan informasi yang ada pada penilitian tahap sebelumnya. Penilitian ini mencakup empat masalah pokok yaitu : Modul Pembelajaran Metodologi Penenlitian dan Biostatistik Dasar
68
1) Efek samping, terutama yang muncul akibat pengguna obat jangka pendek.. 2) Masalah manfaat, yang mencakup efek obat pada pemberian jangka lama dalam usaha pencegahan kekmbuhan, komplikasi penyakit, dan manfaat obat-obatan disbanding dengan cara penyembuhan yg lain. 3) Data pengguna, mencakup pengguna obat untuk indikasi baru, kelebihan pakai (oper used), salah guna (misused), dan penyalagunaan ( abused), yang biasanya sukar dijumpai pada percobaan klinik yang terkontrol. 4) Ratio biaya atau risiko/keuntungan , bahaya dan biaya. 5) Pada tahap ini, metode penilitian yang digunakan bukan saja yang bersifat penilitian klinik, tetapi digunakan pada penilitian epidiologik, survey dan pemantauan ( monitoring). Pada saat ini „‟ clinical trial‟‟ sebagai suatu metode penilitian kesehatan/ kedokteran penggunaannya tidak hanya terbatas pada pengembangan dan evaluasi obat saja, tetapi mulai digunakan untuk pengembangan dan evaluasi cara penyembuhan yang lain, misalnya : operasi, fisioterapi, jenis dan cara perawatan, dan sebagainya. Semua kegiatan ini biasanya disebut penilitian pelayanan kesehatan ( health care trial)
Modul Pembelajaran Metodologi Penenlitian dan Biostatistik Dasar
69
BAB XI TEKNIK PENGUMPULAN DATA
PENDAHULUAN
A. KOMPETENSI DASAR DAN INDIKATOR NO
KOMPETENSI DASAR
Memahami tehnik 1. pengumpulan data
INDIKATOR b. Metode pengumpulan data c. Teknik-teknik pengumpulan data d. validitas dan reliabilitas e. pengembangan instrument penelitian
B. DESKRIPSI SINGKAT MATAKULIAH Mata Kuliah metodologi penelitian dan biostatistika dasarini
memberikan
kemampuan kepada mahasiswa untuk memberikan kemampuan menyusun proposal dan hasil penelitian dengan pokok bahasan : konsep penelitian, sistematika penelitian, langkah-langkah penelitian, metode penelitian, mengkritik jurnal / proposal orang lain, membuat proposal penelitian, seminar proposal, menyajikan data, melakukan perhitungan uji statistik dan menyimpulkan penelitian pelayanan kebidanan pada khususnya dan pelayanan kesehatan pada umumnya dengan pokok bahasan Memahami tehnik pengumpulan data
URAIAN MATERI
METODE PENGUMPULAN DATA Sumber Data Sumber data terbagi menjadi dua yaitu data primer dan data sekunder.Data primer adalah data yang diperoleh peneliti secara langsung (dari tangan pertama), sementara data sekunder adalah data yang diperoleh peneliti dari sumber yang sudah ada. Contoh data primer adalah data yang diperoleh dari responden melalui kuesioner, kelompok fokus, dan panel, atau juga data hasil wawancara peneliti dengan nara sumber.
Modul Pembelajaran Metodologi Penenlitian dan Biostatistik Dasar
70
Contoh data sekunder misalnya catatan atau dokumentasi perusahaan berupa absensi, gaji, laporan keuangan publikasi perusahaan, laporan pemerintah, data yang diperoleh dari majalah, dan lain sebagainya. Metode Pengumpulan Data Dalam penelitian, teknik pengumpulan data merupakan faktor penting demi keberhasilan penelitian. Hal ini berkaitan dengan bagaimana cara mengumpulkan data, siapa sumbernya, dan apa alat yang digunakan. Jenis sumber data adalah mengenai dari mana data diperoleh.Apakah data diperoleh dari sumber langsung (data primer) atau data diperoleh dari sumber tidak langsung (data sekunder). Metode Pengumpulan Data merupakan teknik atau cara yang dilakukan untuk mengumpulkan data. Metode menunjuk suatu cara sehingga dapat diperlihatkan penggunaannya melalui angket, wawancara, pengamatan, tes, dkoumentasi dan sebagainya. Sedangkan
Instrumen
Pengumpul
Data
merupakan
alat
yang
digunakan
untuk
mengumpulkan data. Karena berupa alat, maka instrumen dapat berupa lembar cek list, kuesioner (angket terbuka / tertutup), pedoman wawancara, camera photo dan lainnya. Adapun tiga teknik pengumpulan data yang biasa digunakan adalah angket, observasi dan wawancara. 1. Angket Angket / kuesioner adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan kepada orang lain yang dijadikan responden untuk dijawabnya. Meskipun terlihat mudah, teknik pengumpulan data melalui angket cukup sulit dilakukan jika respondennya cukup besar dan tersebar di berbagai wilayah. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan angket menurut Uma Sekaran (dalam Sugiyono, 2007:163) terkait dengan prinsip penulisan angket, prinsip pengukuran dan penampilan fisik.
Modul Pembelajaran Metodologi Penenlitian dan Biostatistik Dasar
71
Prinsip Penulisan angket menyangkut beberapa faktor antara lain : Isi
dan tujuan pertanyaan artinya jika isi pertanyaan ditujukan untuk mengukur maka
harus ada skala yang jelas dalam pilihan jawaban. Bahasa
yang digunakan harus disesuaikan dengan kemampuan responden. Tidak
mungkin menggunakan bahasa yang penuh istilah-istilah bahasa Inggris pada responden yang tidak mengerti bahasa Inggris, dsb. Tipe
dan bentuk pertanyaan apakah terbuka atau terturup. Jika terbuka artinya jawaban
yang diberikan adalah bebas, sedangkan jika pernyataan tertutup maka responden hanya diminta untuk memilih jawaban yang disediakan. 2. Observasi Obrservasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang tidak hanya mengukur sikap dari responden (wawancara dan angket) namun juga dapat digunakan untuk merekam berbagai fenomena yang terjadi (situasi, kondisi).Teknik ini digunakan bila penelitian ditujukan untuk mempelajari perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan dilakukan pada responden yang tidak terlalu besar. Participant Observation Dalam observasi ini, peneliti secara langsung terlibat dalam kegiatam sehari-hari orang atau situasi yang diamati sebagai sumber data. Misalnya seorang guru dapat melakukan observasi mengenai bagaimana perilaku siswa, semangat siswa, kemampuan manajerial kepala sekolah, hubungan antar guru, dsb. Non participant Observation Berlawanan dengan participant Observation, Non Participant merupakan observasi yang penelitinya tidak ikut secara langsung dalam kegiatan atau proses yang sedang diamati. Misalnya penelitian tentang pola pembinaan olahraga, seorang peneliti yang menempatkan dirinya sebagai pengamat dan mencatat berbagai peristiwa yang dianggap perlu sebagai data penelitian.
Modul Pembelajaran Metodologi Penenlitian dan Biostatistik Dasar
72
Kelemahan dari metode ini adalah peneliti tidak akan memperoleh data yang mendalam karena hanya bertindak sebagai pengamat dari luar tanpa mengetahui makna yang terkandung di dalam peristiwa. Alat yang digunakan dalam teknik observasi ini antara lain : lembar cek list, buku catatan, kamera photo, dll. 3. Wawancara Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui tatap muka dan tanya jawab langsung antara pengumpul data maupun peneliti terhadap nara sumber atau sumber data. Wawancara pada penelitian sampel besar biasanya hanya dilakukan sebagai studi pendahuluan karena tidak mungkin menggunakan wawancara pada 1000 responden, sedangkan pada sampel kecil teknik wawancara dapat diterapkan sebagai teknik pengumpul data (umumnya penelitian kualitatif) Wawancara terbagi atas wawancara terstruktur dan tidak terstruktur. a.
Wawancara terstruktur artinya peneliti telah mengetahui dengan pasti apa informasi yang ingin digali dari responden sehingga daftar pertanyaannya sudah dibuat secara sistematis. Peneliti juga dapat menggunakan alat bantu tape recorder, kamera photo, dan material lain yang dapat membantu kelancaran wawancara.
b.
Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara bebas, yaitu peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang berisi pertanyaan yang akan diajukan secara spesifik, dan hanya memuat poin-poin penting masalah yang ingin digali dari responden.
Modul Pembelajaran Metodologi Penenlitian dan Biostatistik Dasar
73
BAB XII KONSEP DASAR STATISTIK
PENDAHULUAN
A. KOMPETENSI DASAR DAN INDIKATOR NO 1.
KOMPETENSI DASAR Konsep Dasar Statistik
INDIKATOR Konsep dasar statistik umum
B. DESKRIPSI SINGKAT MATAKULIAH Mata Kuliah metodologi penelitian dan biostatistika dasar ini
memberikan
kemampuan kepada mahasiswa untuk memberikan kemampuan menyusun proposal dan hasil penelitian dengan pokok bahasan : konsep penelitian, sistematika penelitian, langkah-langkah penelitian, metode penelitian, mengkritik jurnal / proposal orang lain, membuat proposal penelitian, seminar proposal, menyajikan data, melakukan perhitungan uji statistik dan menyimpulkan penelitian pelayanan kebidanan pada khususnya dan pelayanan kesehatan pada umumnya dengan pokok bahasan Konsep Dasar Statistik
URAIAN MATERI Pengertian statistika Definisi Statistik adalah kumpulan data yang bisa memberikan gambaran tentang suatu keadaan. Statistika adalah ilmu yang mempelajari statistik, yaitu ilmu yang mempelajari bagaimana caranya mengumpulkan data, mengolah data, menyajikan data, menganalisis data, membuat kesimpulan dari hasil analisis data dan mengambil keputusan berdasarkan hasil kesimpulan. Pengertian Statistika Menurut Para Ahli :
Modul Pembelajaran Metodologi Penenlitian dan Biostatistik Dasar
74
Statistik adalah cara untu mengolah data dan menarik kesimpulan-kesimpulan yang teliti dan keputusan-keputusan yang logik dari pengolahan data.(Prof.Drs.Sutrisno Hadi,MA) Statistik adalah sekumpulan cara maupun aturan-aturan yang berkaitan dengan pengumpulan, pengolahan(Analisis), penarikan kesimpulan, atas data-data yang berbentuk angka dengan menggunakan suatu asumsi-asumsi tertentu.(Prof.Dr.H.Agus Irianto) Statistik adalah ilmu yang mempelajari tentang seluk beluk data, yaitu tentang pengumpulan, pengolahan, penganalisisa, penafsiran, dan penarikan kesimpulan dari data yang berbentuk angka. (Ir.M.Iqbal hasan,MM) Statistik adalah metode yang memberikan cara-cara guna menilai ketidak tentuan dari penarikan kesimpulan yang bersifat induktif. (Stoel dan Torrie) Statistik adalah metode/asas-asas mengerjakan/memanipulasi data kuantitatif agar angka-angka tersebut berbicara.(Anto dajan) Statistik diartikan sebagai data kuantitatif baik yang masih belum tersusun maupun yang telah tersusun dalam bentuk table. (Anto dajan) Statistik adalah studi informasi dengan mempergunakan metodologi dan teknik-teknik perhitungan untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan praktis yang muncul di berbagai bidang. (Suntoyo Yitnosumarto) Maka pemakalah dapat menyimpulkan bahwa Statistika adalah ilmu yang mempelajari bagaimana merencanakan, mengumpulkan, menganalisis, menginterpretasi, dan mempresentasikan data. Singkatnya, statistika adalah ilmu yang berkenaan dengan data. Atau statistika adalah ilmu yang berusaha untuk mencoba mengolah data untuk mendapatkan manfaat berupa keputusan dalam kehidupan. Dari kumpulan data, statistika dapat digunakan untuk menyimpulkan atau mendeskripsikan data;ini dinamakan statistika deskriptif. Sebagian besar konsep dasar statistika mengasumsikan teori probabilitas. Beberapa istilah statistika antara lain: populasi, sampel, unit sampel, dan probabilitas. Statistika banyak diterapkan dalam berbagai disiplin ilmu, baik ilmu-ilmu alam (misalnya astronomi dan biologi maupun ilmu-ilmu sosial (termasuk sosiologi dan psikologi), maupun di bidang bisnis, ekonomi, dan industri) Statistika juga digunakan dalam pemerintahan untuk berbagai macam tujuan; sensus penduduk merupakan salah satu prosedur Modul Pembelajaran Metodologi Penenlitian dan Biostatistik Dasar
75
yang paling dikenal.Aplikasi statistika lainnya yang sekarang popular adalah prosedur jajak pendapat atau polling (misalnya dilakukan sebelum pemilihan umum), serta jajak cepat (perhitungan cepat hasil pemilu) atau quick count.Di bidang komputasi, statistika dapat pula diterapkan dalam pengenalan pola maupun kecerdasan buatan. Esensi Statistika Ada tiga hal yang sangat penting dari statistika yaitu: 1. Data yang tersedia / data historis. Merupakan suatu nilai numerik yang diperoleh dari keterangan masa lampau. Diolah menjadi informasi yang nantinya berguna dalam menentukan keputusan 2. Kriteria Keputusan Dalam Statistika kita sering dihadapkan pada beberapa pilihan. Masing-masing pilihan memiliki nilai/ manfaat dan konsekuensi yang harus diambil atau dengan kata lain kita harus menentukan keputusan. Dari pilihan-pilihan tersebut akan muncul berbagai kriteria keputusan. Sama halnya dengan pilihan, masing-masing kriteria keputusan memiliki manfaat dan akibat bagi kita 3. Ada Keputusan Sebagai Hasil Akhir
Klasifikasi statistika Statistika dapat diklasifikasikan dari beberapa klasifikasi, diantaranya: Berdasarkan isi yang dipelajari Dilihat dari isi yang dipelajari terbagi manjadi dua, yakni statistika teoritis dan statistika terapan. a. Statistika teoritis membahas secara mendalam dan teoretis, maka yang dipelajari adalah statistika teoretis atau matematis. Disini diperlukan dasar matematika yang kuat dan mendalam. Materi yang dibahas antara lain; perumusan sifat-sifat, dalil-dalil, rumusrumus dan menciptakan model-model serta segi-segi lainnya yang teoretis dan matematis. b. Statistika terapan yang dikenal dengan metode statistika. Aturan-aturan, rumus-rumus, dan sifat-sifat yang telah diciptakan oleh statistika teoretis, diambil dan digunakan mana yang diperlukan dalam bidang pengetahuan yang sedang diminati. Jadi disini tidak dipersoalkan bagaimana didapatnya rumusrumus, aturan-aturan ataupun sifat-sifat Modul Pembelajaran Metodologi Penenlitian dan Biostatistik Dasar
76
tersebut. Yang terpenting dalam statistika ini bagaimana cara-cara atau metode statistika digunakan. Berdasarkan aktivitas yang dilakukannya Dilihat dari aktivitas yang dilakukannya, terbagi menjadi dua pula yakni statistika deskriptif dan statistika inferensial. a. Statistika deskriptif adalah teknik statistik yang memberikan informasi hanya mengenai data yang dimiliki dan tidak bermaksud untuk menguji hipotesis dan kemudian menarik inferensi yang digeneralisasikan untuk data yang lebih besar atau populasi. Statistik deskriptif “hanya” dipergunakan untuk menyajikan dan menganalisis data agar lebih bermakna dan komunikatif dan disertai perhitungan-perhitungan “sederhana” yang bersifat lebih memperjelas keadaan dan atau karakteristik data yang bersangkutan (Burhan Nurgiyantoro dkk, 2000;8). Statistik deskriptif adalah statistik yang menggambarkan kegiatan berupa pengumpulan data, penyusunan data, pengolahan data, dan penyajian data dalam bentuk tabel, grafik, ataupun diagram, agar memberikan gambaran yang teratur ringkas, dan jelas mengenai suatu keadaan atau peristiwa. (M.Subana dkk, 2000;12). Statistika deskriptif bermaksud menyajikan, mengolah dan menganalisa data dari kelompok tertentu sebagaimana adanya dan tidak bermaksud menarik kesimpulankesimpulan yang berlaku bagi kelompok-kelompok yang lebih besar. Artinya kesimpulan yang ditarik melalui deskriptif hanya berlaku bagai kelompok sampel yang bersangkutan tanpa dimaksudkan menarik kesimpulan yang berlaku bagi populasi. Ukuran statistik yang lazim digunakan untuk mendeskripsikan karakteristik sampel ialah: ukuran kecenderungan sentral; Ukuran variasi ; Ukuran letak; koefisien korelasi. Sekalipun statistika deskriptif ini hanya menyajikan karakteristik sampel, namun statistika deskriptif merupakan dasar untuk mengkaji dan melakukan inferensi karakteristik populasi. b. Statistika inferensial adalah statistik yang berkaitan dengan analisis data (sampel) untuk kemudian dilakukan penyimpulanpenyimpulan (inferensi) yang digeneralisasikan kepada seluruh subyek tempat data diambil (populasi) (Burhan Nurgiyantoro dkk, 2000;12). Modul Pembelajaran Metodologi Penenlitian dan Biostatistik Dasar
77
Statistika inferensial adalah statistik yang berhubungan dengan penarikan kesimpulan yang bersifat umum dari data yang telah disusun dan diolah (M.Subana dkk, 2000;12) Statistika inferensial atau statistika induktif bermaksud menyajikan, menganalisa data dari suatu kelompok untuk ditarik kesimpulan-kesimpulan, prinsip-prinsip tertentu yang berlaku bagi kelompok yang lebih besar (populasi) disamping berlaku bagi kelompok yang bersangkutan (sampel). Statistika inferensial merupakan langkah akhir dari tugas statistika karena dalam setiap penelitian kesimpulan inilah yang diinginkan. Statistika inferensial harus berdasar pada statistika deskriptif, sehingga kedua-duanya harus ditempuh secara benar agar kita mendapatkan kegunaan maksimal dari statistika ini. Yang masih tercakup dalam statistika inferensial adalah statistik parametrik dan nonparametrik. Statistik parametrik merupakan statistika inferensial yang mempertimbangkan nilai dari satu parameter populasi atau lebih dan umumnya membutuhkan data yang skala pengukuran minimalnya adalah interval dan rasio. Statistika parametrik adalah suatu ukuran tentang parameter, artinya ukuran seluruh populasi dalam penelitian yang harus diperkirakan dari apa yang terdapat di dalam sampel (karakteristik populasi). Satu syarat umum yang harus dipenuhi apabila seorang peneliti akan menggunakan statistika parametrik, yaitu normalitas distribusi. Asumsi ini harus terpenuhi, karena: 1) secara teoretik karakteristik populasi mengikuti model distribusi normal; 2) nilai-nilai baku statistik yang digunakan untuk uji hipotesis didasarkan kepada model distribusi normal. Asumsi-asmsi lain seperti homogenitas, linieritas harus dipenuhi sesuai dengan hipotesis yang akan diuji. Statistika non parametrik yaitu statistik yang tidak memperhatikan nilai dari satu parameter populasi atau lebih. Statistik non parametrik digunakan karena analisis parametrik tidak konsisten lagi sehingga tidak terikat atau terbebas dari model distribusi dan sampelnya relatif kecil. Pada umumnya validitas pada statistika non parametrik tidak bergantung pada model peluang yang spesifik dari populasi. Data yang dibutuhkan lebih banyak berskala ukuran nominal atau ordinal.
Modul Pembelajaran Metodologi Penenlitian dan Biostatistik Dasar
78
Berdasarkan jumlah variabel a. Statistika Univariat: teknik analisis statistik yang hanya melibatkan satu variabel dependent b. Statistika Multivariat: teknik analisis statistik yang melibatkan lebih dari satu variabel dependent sekaligus. Fungsi dan Peran Statistika Statistika digunakan untuk menunjukkan tubuh pengetahuan (body of knowledge) tentang cara-cara pengumpulan data, analisis danpenafsiran data. Fungsi statistika diantaranya yakni: a. b.
Statistik menggambarkan data dalam bentuk tertentu Statistik dapat menyederhanakan data yang kompleks menjadi data yang mudah dimengerti
c.
Statistik merupakan teknik untuk membuat perbandingan
d. Statistik dapat memperluas pengalaman individu e.
Statistik dapat mengukur besaran dari suatu gejala
f.
Statistik dapat menentukan hubungan sebab akibat
Modul Pembelajaran Metodologi Penenlitian dan Biostatistik Dasar
79
BAB XIII MANFAAT DAN TEKNIK PENYAJIAN DATA
PENDAHULUAN
A. KOMPETENSI DASAR DAN INDIKATOR NO 1.
KOMPETENSI DASAR Manfaat dan teknik penyajian data
INDIKATOR
Manfaat dan teknik penyajian data
B. DESKRIPSI SINGKAT MATAKULIAH Mata Kuliah metodologi penelitian dan biostatistika dasar ini
memberikan
kemampuan kepada mahasiswa untuk memberikan kemampuan menyusun proposal dan hasil penelitian dengan pokok bahasan : konsep penelitian, sistematika penelitian, langkah-langkah penelitian, metode penelitian, mengkritik jurnal / proposal orang lain, membuat proposal penelitian, seminar proposal, menyajikan data, melakukan perhitungan uji statistik dan menyimpulkan penelitian pelayanan kebidanan pada khususnya dan pelayanan kesehatan pada umumnya dengan pokok bahasan Manfaat dan teknik penyajian data
URAIAN MATERI Penyajian Data Pengertian :Upaya menyajiakan data yang sudah diolah ke dalam berbagai bentuk, tergantung jenis data dan skala data pengukurannya.Gunanya untuk mengambil informasi yang ada didalamnya Jenis Penyajian Data Secara umum sajian data dapat dibagi dalam tiga bentuk yaitu : Narasi 1. Penyajian data untuk menjelaskan prosedur dan hasil-hasil penelitian maupun kesimpulan. Modul Pembelajaran Metodologi Penenlitian dan Biostatistik Dasar
80
2. Biasanya digunakan untuk penelitian atau data kualitatif dan penyajian data dilakukan dalam bentuk kalimat. 3. Sifat textuler dibuat dalam narasi mulai dari pengambilan data sampai pada kesimpulan, sering dipakai dan kurang menggambarkan statistik jika terlalu banyak datanya. 4. Contohnya antara lain : insiden penyebaran penyakit DHF di daerah perkantoran lebih banyak dibandinkan sengan si daerah pedesaan. Tabel 1. Suatu bentuk penyajian data, dimana datanya disusun dalam baris dan kolom sedemikian rupa sehingga bisa memberikan perbandingan-perbandingan 2. Jenis-jenis tabel : Tabel Umum Tabel Khusus Tabel satu arah (one way table) Tabel dua arah (two way table) Tabel tiga arah (three way table) Tabel Distribusi frekuensi Tabel Silang
Modul Pembelajaran Metodologi Penenlitian dan Biostatistik Dasar
81
BAB XIV SAMPEL DAN METODE SAMPLING
PENDAHULUAN
A. KOMPETENSI DASAR DAN INDIKATOR NO 1.
KOMPETENSI DASAR Sampel dan metode sampling
INDIKATOR a. Konsep dasar sampling b. Pengambilan sampel c. Distribusi sampling
B. DESKRIPSI SINGKAT MATAKULIAH Mata Kuliah metodologi penelitian dan biostatistika dasar ini
memberikan
kemampuan kepada mahasiswa untuk memberikan kemampuan menyusun proposal dan hasil penelitian dengan pokok bahasan : konsep penelitian, sistematika penelitian, langkah-langkah penelitian, metode penelitian, mengkritik jurnal / proposal orang lain, membuat proposal penelitian, seminar proposal, menyajikan data, melakukan perhitungan uji statistik dan menyimpulkan penelitian pelayanan kebidanan pada khususnya dan pelayanan kesehatan pada umumnya dengan pokok bahasan Sampel dan metode sampling
URAIAN MATERI
Definisi Sampel Sampel adalah bagian dari populasi yang mewakili seluruh karakteristik dari populasi. Sebuah populasi dengan kuantitas besar dapat diambil sebagian dengan kualitas sampel yang mewakili sama persis dengan kualitas dari populasi dengan kata representatif. jumlah dari sampel tidak selalu besar dan juga tidak selalu kecil, hal ini bergantung pada pada keterwakilan karakter dari sampel.
Modul Pembelajaran Metodologi Penenlitian dan Biostatistik Dasar
82
Sebagai contoh pada penelitian menganai golongan darah, tentu saja tidak perlu memasukkan seluruh darah dari seseorang ke dalam laboratorium karena 2 ml darah sudah cukup untuk digunakan utnuk mengetahui golongan darah yang ada di bagian kaki, kepala atau tangan dari pasien. Pada beberapa bentuk penelitian kemungkinan jumlah harus terpenuhi sehingga ada aturan baku mengani sampel minum yang harus diambil dalam sebuah penelitian. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan kualitas dari sampel yang diambil. Tujuan Pengambilan Sampel Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya, pengambilan sampel pada sebuah penelitian hanya dilakukan jika sampel adalah sebuah keharusan.Dasar yang digunakan dalam pengambilan sampel diakibatkan oleh alasan bersifat konstruktif, destruktif, atau alasan yang bersifat teknis sehingga sampel adalah satu-satunya solusi. Adapun alasan yang bekenaan dengan pengambilan sampel adalah sebagai berikut: 1. Percobaan yang bersifat merusak Percobaan yang bersifat merusak membutuhkan sebuah sampel dan diambil seminimal mungkin agar dapat menekan resiko selama percobaan dilaksanakan. Hal yang paling baik digunakan sebagai contoh dalam kasus ini adalah uji glukosa darah seseorang atau daya tahan hewan ternak di kabupaten Sleman terhadap kadar besi dalam air. Dalam kasus ini pengujian darah digunakan seminimal mungkin selama kadar glukosa dalam dalam dapat diketahui karena tentu saja sangat berbahaya jika mengambil sebagian darah dari pasien. Pada kasus hewan ternak, kemungkinan mengambil satu ekor hewan ternak tidak mewakili populasi karena adanya perbedaan dari setiap individu dari masing-masing hewan. Masalah ini dapat ditangani dengan cara mengelompokkan hewan tersebut berdasarkan makanan pokok yang diberikan oleh peternak, berdasarkan ketinggian dan lokasi peternakan atau berdasarkan jenis hewan yang diternakkan. Sampel yang digunakan kemudian dicukupkan sampai seluruh karakteristik dari populasi. 2. Masalah Teknis Penelitian Pada sebuah penelitian yang bersifat psikologi jumlah sampel besar akan menghasilkan data yang lebih variatif dan lebih lengkap dibandingkan dengan jumlah sampel sedikit. Semakin banyak sampel yang digunakan semakin baik namun ada beberapa pertimbangan yang harus dilakukan peneliti untuk mengakhiri jumlah sampel yang digunakan. Hal ini terkait masalah teknis penelitian yakni terkait masalah dana, waktu dan keakuratan data. Peneliti harus pandai melihat kondisi data yang diambil, pada Modul Pembelajaran Metodologi Penenlitian dan Biostatistik Dasar
83
saat data sudah jenuh atau tidak menunjukkan perubahan sama sekali sebaiknya pengumpulan data dihentikan karena hanya akan menghabiskan waktu, dan biaya. Pada kasus tertentu beberapa peneliti bahkan bermasalah pada proses memasukkan data karena jumlah sampel yang berlebih. Hal yang paling penting diperhatikan dalam kasus teknis adalah data penelitian.Penghentian dilakukan ketika data yang dikumpulkan sudah jenuh dan tidak menunjukkan perubahan atau bisa jadi tidak ada jenis statistik inferensi yang sesuai dengan jumlah data yang sangat besar sehingga pengambilan data yang besar menjadi sia-sia. Sebagai contoh berdasarkan pengalaman penulis, pada pengukuran dan analisis kualitas item soal dengan menggunakan RASH model, Analisis data yang terdistribusi mulai dari rantang 100 sampai dengan 1000 masih menunjukkan perubahan nilai dari setiap item namun jika sampel yang digunakan lebih dari 1000 misalnya 1500 atau 2000 responden, hasil analisis kualitas soal tidak menunjukkan perbedaan yang berarti sehingga pengambilan kelebihan 500 responden menjadi sia-sia. Syarat Pengambilan Sampel Sampel harus memiliki seluruh kriteria dari populasi oleh karean pertimbangan pengambilan sampel harus memiliki dua kriteria yakni 1. Presisi Presisi dari sampel adalah pertimbangan mengenai estimasi yang mungkin muncul dalam pengambilan data yang diakibatkan oleh sampel. Salah satu cara untuk estimasi data ini adalah melihat standar deviasi dari data yang ada. Sampel yang digunakan harus baik dari segi kualitas dan kuantitas. Sebagai contoh rata-rata penghasilan di perumahan A adalah Rp 25.500.000 yang didapatkan dari dua orang sampel dengan penghasilan sampel X sebanyak Rp 50.000.000 dan sampel Y sebanyak 1.000.000. Kesimpulan rata-rata dari perumahan berdasarkan operasi matematis sudah benar namun pada kajian statistik dan kesimpulan tentu saja tidak benar. Penambahan julah sampel adalah salah satu cara untuk mengurangi kesalahan analisis data. 2. Akurasi Akurasi mengacu kepada sifat dan karakter dari sampel yang digunakan.Sebuah populasi yang homogen hanya terdapat pada kasus yang bersifat teoritik.Sifat dan karater dari sampel yang diambil terkadang tidak sesuai dengan keadaan populasi karena pengaruh Modul Pembelajaran Metodologi Penenlitian dan Biostatistik Dasar
84
banyak hal. Peneliti harus memiliki kemampuan untuk mengetahui secara detail karakter dari setiap sampel yang digunakan dan disesuaikan dengan karakter dari populasi. Beberapa kasus mungkin saja mengurangi akurasi dari pengambilan sampel seperti kasus penelitian terhadap pengaruh jam belajar di luar jam sekolah di kabupaten A. Sebuah sekolah khusus seperti proyek pemerintah atau boarding school tentu saja tidak boleh dimasukkan karena adanya karakter yang berbeda dari populasi secara keseluruhan. Ukuran Sampel Pada dasarnya tidak ada aturan baku mengenai pengambilan ukuran dari sampel selama sampel sudah mewakili karakteristik dari populasi. Namun dalam penelitian yang bersifat psikologi seperti pada penelitian pendidikan, Semakin besar jumlah akan menghasilkan data yang lebih stabil. Selain dari karakteristik peneliti juga harus mempertimbangkan jumlah data yang dibutuhkan untuk keperluan analisis Statistik. Sebagai contoh jika penelitian yang dilakukan bertujuan untuk membandingkan dua bua grouph dengan satu variabel pembanding, analisis yang dilakukan untuk data yang terdistribusi normal adalah untuk distribusi t mengharuskan minimal jumlah data terdiri dari 30 data karena kurang dari itu tidak menghasilkan analisis yang baik dan tidak lebih dari 60 data. Beberapa ahli memberikan gambaran mengenai jumlah sampel yang berbeda-beda namun pertimbangan jenis dan bidang penelitian sebaiknya dijadikan acuan untuk memilih ukuran sampel. Sebagai gambaran pendapat beberapa ahli mengenai jumlah sampel Gay dan Diehl (1992) pada kajian penelitian untuk kelas bisni dan manajemen memberikan sara ukuran sampel minimal Penelitian deskriptif, jumlah sampel minimum adalah 10% dari populasi Penelitian korelasi, jumlah sampel minimum adalah 30 subjek Penelitian kausal perbandingan, jumlah sampel minimum adalah 30 subjek per group Penelitian eksperimental, jumlah sampel minimum adalah 15 subjek per group Frankel dan Wallen (1993) pada kajian penelitian evaluasi pendidikan menyarankan Penelitian deskriptif jumlah sampel minimum adalah 100 sampel Penelitian jumlah sampel minimum adalah 50 sampel Penelitian kausal-perbandingan sebanyak 30 sampel untuk setiap group
Modul Pembelajaran Metodologi Penenlitian dan Biostatistik Dasar
85
Penelitian eksperimental sebanyak 30 atau 15 per group Roscoe, Ukuran sampel penelitian dibedakan menjadi 4 (empat), yaitu : Ukuran sampel lebih dari 30 dan kurang dari 500 adalah tepat untuk kebanyakan penelitian Jika sampel dipecah ke dalam subsampel (pria/wanita, junior/senior, dan sebagainya), ukuran sampel minimum 30 untuk tiap kategori adalah tepat Dalam penelitian mutivariate (termasuk analisis regresi berganda), ukuran sampel sebaiknya 10x lebih besar dari jumlah variabel dalam penelitian Untuk penelitian eksperimental sederhana dengan kontrol eskperimen yang ketat, penelitian yang sukses adalah mungkin dengan ukuran sampel kecil antara 10 sampai dengan 20 Isaac dan Michael memberikan gambaran mengenai metode pengambilan sampel disesuaikan dengan taraf signifikansi dari penelitian yakni 1%, 5%, dan 10%. Jumlah sampel sampel selanjutnya dihitung dengan persamaan Keterangan: Berdasarkan Slovin,ukuran sampel dapat ditentukan dengan rumus : keterangan : Pertimbangan pengambilan sampel dikembalikan oleh peneliti dengan asumsi terpenuhi karakteristik dari populasi, disesuaikan dengan jenis statistik yang digunakan dan menggunakan jumlah sampel jenuh paling sedikit. Teknik Pengambilan Sampel atau Sampling Teknik sampling adalah sebuah metode atau cara yang dilakukan untuk menentukan jumlah dan anggota sampel. Setiap anggota tentu saja wakil dari populasi yang dipilih setelah dikelompokkan berdasarkan kesamaan karakter.Teknik sampling yang digunakan juga harus disesuaikan dengan tujuan dari penelitian.Populasi terdiri dari sekumpulan individu yang bersifat heterogen terbatas.Ada banyak variasi variabel yang melekat pada masing-masing individu.
Perbedaan ini bisa disebabkan oleh faktor internal dan eksternal dari individu
seperti halnya wilayah tempat tinggal atau gaya hidup dalam suatu daerah tertentu. Subjektifitas dari individu-individu yang memiliki sifat determinan yang berulang pada populasi akhirnya membentuk karakter dari populasi secara umum.Berdasarkan karakter ini, dapat disimpulkan bahwa pengambilan sampel dari populasi tidak bisa dilakukan begitu saja namun dibutuhkan suatu teknik agar sampel yang ditarik tetap representatif Hal yang perlu diperhatikan dalam pengambilan sampel atau sampling adalah seluruh variabel yang berkaitan dengan penelitian. Unsur-unsur khusus yang melekat pada pribadi tentu saja perlu diperhatikan karena individu dengan kemampuan khusus dalam sampel akan membawa bias data dan tentu saja mempengaruhi distribusi data yang ada. Kesesuaian karakteristik daerah, tingkatan, dan juga kecenderungan khusus juga perlu dipertimbangkan dalam memilih teknik sampling yang sesuai Modul Pembelajaran Metodologi Penenlitian dan Biostatistik Dasar
86
Jenis dan Metode Sampling Sampling secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi dua (2) kelompok, yaitu Probability sampling dan Nonprobability sampling. Adapun Probability sampling menurut Sugiyono adalah teknik sampling yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel. Sedangkan Nonprobability sampling menurut Sugiyono adalah teknik yang tidak memberi peluang/kesempatan yang sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. 1. Probability sampling Probability sampling menuntut bahwasanya secara ideal peneliti telah mengetahui besarnya populasi induk, besarnya sampel yang diinginkan telah ditentukan, dan peneliti bersikap bahwa setiap unsur atau kelompok unsur harus memiliki peluang yang sama untuk dijadikan sampel. Adapun jenis-jenis Probability sampling adalah sebagai berikut : a. Simple random sampling Menurut Kerlinger (2006:188), simple random sampling adalah metode penarikan dari sebuah populasi atau semesta dengan cara tertentu sehingga setiap anggota populasi atau semesta tadi memiliki peluang yang sama untuk terpilih atau terambil. Menurut Sugiyono (2001:57) dinyatakan simple (sederhana) karena pengambilan sampel anggota populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu.Margono (2004:126) menyatakan bahwa simple random sampling adalah teknik untuk mendapatkan sampel yang langsung dilakukan pada unit sampling.Cara demikian dilakukan bila anggota populasi dianggap homogen.Teknik ini dapat dipergunakan bilamana jumlah unit sampling di dalam suatu populasi tidak terlalu besar. Misal, populasi terdiri dari 500 orang mahasiswa program S1 (unit sampling). Untuk memperoleh sampel sebanyak 150 orang dari populasi tersebut, digunakan teknik ini, baik dengan cara undian, ordinal, maupun tabel bilangan random. b Proportionate stratified random sampling Margono (2004: 126) menyatakan bahwa stratified random sampling biasa digunakan pada populasi yang mempunyai susunan bertingkat atau berlapis-lapis. Menurut Sugiyono (2001: 58) teknik ini digunakan bila populasi mempunyai anggota/unsur yang tidak homogen dan berstrata secara proporsional.Misalnya suatu organisasi yang mempunyai pegawai dari berbagai latar Modul Pembelajaran Metodologi Penenlitian dan Biostatistik Dasar
87
belakang pendidikan, maka populasi pegawai itu berstrata. Populasi berjumlah 100 orang diketahui bahwa 25 orang berpendidikan SMA, 15 orang diploma, 30 orang S1, 15 orang S2 dan 15 orang S3. Jumlah sampel yang harus diambil meliputi strata pendidikan tersebut dan diambil secara proporsional. c. Disproportionate stratified random sampling Sugiyono (2001: 59) menyatakan bahwa teknik ini digunakan untuk menentukan jumlah sampel bila populasinya berstrata tetapi kurang proporsional. Misalnya pegawai dari PT tertentu mempunyai mempunyai 3 orang lulusan S3, 4 orang lulusan S2, 90 orang lulusan S1, 800 orang lulusan SMU, 700 orang lulusan SMP, maka 3 orang lulusan S3 dan empat orang S2 itu diambil semuanya sebagai sampel. Karena dua kelompok itu terlalu kecil bila dibandingkan denan kelompok S1, SMU dan SMP. d. Area (cluster) sampling (sampling menurut daerah) Teknik ini disebut juga cluster random sampling. Menurut Margono (2004: 127), teknik ini digunakan bilamana populasi tidak terdiri dari individu-individu, melainkan terdiri dari kelompok-kelompok individu atau cluster. Teknik sampling daerah digunakan untuk menentukan sampel bila objek yang akan diteliti atau sumber data sangat luas, misalnya penduduk dari suatu negara, propinsi atau kabupaten. Indonesia memiliki 34 propinsi dan akan menggunakan 10 propinsi. Pengambilan 10 propinsi itu dilakukan secara random. Tetapi perlu diingat, karena propinsi-propinsi di Indonesia itu berstrata maka pengambilan sampelnya perlu menggunakan stratified random sampling. Contoh tersebut dikemukakan oleh Sugiyono sedangkan contoh lainnya dikemukakan oleh Margono (2004: 127).Ia mencotohkan bila penelitian dilakukan terhadap populai pelajar SMU di suatu kota. Untuk random tidak dilakukan langsung pada semua pelajar-pelajar tetapi pada sekolah/kelas sebagai kelompok atau cluster.Teknik sampling daerah ini sering digunakan melalui dua tahap, yaitu tahap pertama menentukan sampel daerah, dan tahap berikutnya menentukan orang-orang yang ada pada daerah itu secara sampling juga.Teknik ini dapat digambarkan di bawah ini. Teknik Cluster Random Sampling Teknik Cluster Random Sampling (Sugiyono, 2001: 59)
Modul Pembelajaran Metodologi Penenlitian dan Biostatistik Dasar
88
2. Nonprobability sampling a. Sampling sistematis Sugiyono (2001:60) menyatakan bahwa sampling sistematis adalah teknik penentuan sampel berdasarkan urutan dari anggota populasi yang telah diberi nomor urut. Misalnya anggota populasi yang terdiri dari 100 orang.Dari semua anggota diberi nomor urut, yaitu nomor 1 sampai dengan nomor 100. Pengambilan sampel dapat dilakukan dengan nomor ganjil saja, genap saja, atau kelipatan dari bilangan tertentu, misalnya kelipatan dari bilangan lima. Untuk itu, yang diambil sebagai sampel adalah 5, 10, 15, 20 dan seterusnya sampai 100. b. Quota sampling Menurut Sugiyono (2001: 60) menyatakan bahwa sampling kuota adalah teknik untuk menentukan sampel dari populasi yang mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah (kuota) yang diinginkan. Menurut Margono (2004: 127) dalam teknik ini jumlah populasi tidak diperhitungkan akan tetapi diklasifikasikan dalam beberapa kelompok. Sampel diambil dengan memberikan jatah atau quorum tertentu terhadap kelompok.Pengumpulan data dilakukan langsung pada unit sampling.Setelah kuota terpenuhi, pengumpulan data dihentikan. Sebagai contoh, akan melakukan penelitian terhadap pegawai golongan II dan penelitian dilakukan secara kelompok. Setelah jumlah sampel ditentukan 100 dan jumlah anggota peneliti berjumlah 5 orang, maka setiap anggota peneliti dapat memilih sampel secara bebas sesuai dengan karakteristik yang ditentukan (golongan II) sebanyak 20 orang. c. Sampling aksidental Sampling aksidental adalah teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data (Sugiyono, 2001: 60). Menurut Margono (2004: 27) menyatakan bahwa dalam teknik ini pengambilan sampel tidak ditetapkan lebih dahulu.Peneliti langsung mengumpulkan data dari unit sampling yang ditemui.Misalnya penelitian tentang pendapat umum mengenai pemilu dengan mempergunakan setiap warga negara yang telah dewasa sebagai unit sampling.Peneliti mengumpulkan data langsung dari setiap orang dewasa yang dijumpainya, sampai jumlah yang diharapkan terpenuhi. d. Purposive sampling Sugiyono (2001: 61) menyatakan bahwa sampling purposive adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Menurut Margono (2004:128), pemilihan sekelompok subjek dalam purposive sampling didasarkan atas Modul Pembelajaran Metodologi Penenlitian dan Biostatistik Dasar
89
ciri-ciri tertentu yang dipandang mempunyai sangkut paut yang erat dengan ciri-ciri populasi yang sudah diketahui sebelumnya, dengan kata lain unit sampel yang dihubungi disesuaikan dengan kriteria-kriteria tertentu yang diterapkan berdasarkan tujuan penelitian. Misalnya, akan melakukan penelitian tentang disiplin pegawai maka sampel yang dipilih adalah orang yang memenuhi kriteria-kriteria kedisiplinan pegawai. e. Sampling jenuh Menurut Sugiyono (2001:61) sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan bila jumlah populasi relatif kecil, kurang dari 30 orang. Istilah lain sampel jenuh adalah sensus, dimana semua anggota populasi dijadikan sampel. f. Snowball sampling (Sugiyono, 2001: 61), Snowball sampling adalah teknik penentuan sampel yang mula-mula jumlahnya kecil, kemudian sampel ini disuruh memilih temantemannya untuk dijadikan sampel begitu seterusnya, sehingga jumlah sampel semakin banyak. Ibarat bola salju yang menggelinding semakin lama semakin besar. Pada penelitian kualitatif banyak menggunakan purposive dan snowball sampling. (Sugiyono, 2001: 61) DISTRIBUSI SAMPLING Distribusi Sampling adalah distribusi probabilitas dari suatu Statistik (yaitu semua pengamatan yang mungkin dari statistik untuk sampel dari suatu ukuran sampel yang diberikan). Pada penulisan ini, diberikan distribusi sampling sebagai review statistik, meliputi: 1. Distribusi Sampling Mean. 2. Distribusi Sampling Selisih Dua Mean. Distribusi Sampling Mean Distribusi Sampling Mean adalah distribusi sampling untuk mean sampel (Xbar) dari suatu populasi berukuran N. Mean sampel ini berdistribusi Normal dengan mean µXbar dan varian σXbar2.
Modul Pembelajaran Metodologi Penenlitian dan Biostatistik Dasar
90
Standar deviasi dari Xbar menunjukkan besarnya Sampling Error yang diharapkan ketika populasi Mean diestimasi oleh mean sampel (Xbar), sehingga ukuran ini sering disebut sebagai standard error dari mean sampel (Xbar). Secara umum, standar deviasi dari suatu Statistik (untuk pendugaan parameter) disebut sebagai standard error (SE) dari suatu Statistik Jika peneliti melakukan sampling dari populasi dengan distribusi tidak diketahui (baik terhingga maupun tak terhingga), distribusi sampling Xbar akan mendekati distrbusi Normal dengan mean μ and varian σ2/n pada ukuran sampel sangat besar (n -> ∞). Hal ini sangat berkaitan atau sesuai dengan teorema yang disebut Secara empiris, pendekatan distribusi Normal untuk Xbarakan secara umum baik jika ukurann ≥ 30, dengan diberikan distribusi populasi yang tidak miring (skewed). Jika n< 30, maka pendekatan distribusi Normal baik hanya jika populasi tidak terlalu berbeda dari distribusi Normal. Jika populasi diketahui berdistribusi Normal, maka distribusi Sampling Xbar akan mengikuti distribusi Normal secara tepat, serta tidak tergantung berapa kecil ukuran
sampel.
Sebagai Contoh, diberikan kasus waktu transportasi bus untuk perjalanan antara dua kampus dari suatu Universitas. Waktu transportasi bus tersebut memiliki rata-rata sebesar 28 menit dan standar deviasi 5 menit.Pada bulan tertentu, bus tersebut digunakan untuk mengantar penumpang sebanyak 40 kali.Berapa probabilitas rata-rata waktu transportasi bus tersebut lebih dari 30 menit? Distribusi Sampling Selisih Dua Mean Distribusi sampling mean biasanya digunakan peneliti untuk meneliti satu populasi saja. Terkadang peneliti juga tertarik meneliti pengamatan dari dua populasi dengan tujuan untuk melakukan perbandingan antara populasi pertama dan populasi kedua.Dasar untuk perbandingan itu adalah Selisih Dua Mean (μ1 − μ2) yang menggambarkan perbedaan dalam makna populasi.Misalkan terdapat dua populasi, yaitu: populasi pertama memiliki mean μ1 dan varian σ12, dan populasi kedua mempunyai mean μ2 dan varian σ22. Misalkan juga statistik Xbar1 merupakan mean dari sampel acak berukuran n1 yang dipilih dari populasi pertama, dan statistik Xbar2 adalah mean dari sampel acak berukuran n2 yang diambil dari populasi kedua. Sampel dari populasi pertama independen terhadap sampel dari populasi kedua.Distribusi Sampling Selisih Dua Mean adalah distribusi sampling untuk selisih dua Modul Pembelajaran Metodologi Penenlitian dan Biostatistik Dasar
91
mean sampel (Xbar1 – Xbar2) dari dua populasi yang masing-masing berukuran N1 dan N2. Selisih dua mean sampel ini berdistribusi Normal dengan mean µXbar1–Xbar2 dan varian σXbar12 Xbar2 .
Sebagaimana dalam distribusi sampling mean sebelumnya, maka juga berlaku dua prinsip penting terkait distribusi sampling ini. Secara empiris, jika n1 dan n2 lebih besar atau sama dengan 30, maka pendekatan distribusi Normal untuk distribusi Xbar1 – Xbar2 akan sangat baik ketika distribusi yang mendasari tidak terlalu jauh dari distribusi Normal. Ketika n1 dan n2 kurang dari 30, pendekatan Normal baik ketika populasi tidak berbeda jauh dari distribusi Normal. Sebagai Contoh, diberikan kasus perbandingan Waktu Kering dari dua tipe Cat yang berbeda (independen). Delapanbelas sampel media dicat dengan Cat tipe A dan ditunggu beberapa jam sampai kering kemudian dicatat, selanjutnya perlakuan ini dilakukan sama untuk pencatatan hasil Waktu Kering Cat tipe B. Standar deviasi populasi dari dua sampel ini samasama bernilai 1. Dengan mengasumsikan mean Waktu Kering sama untuk dua tipe cat ini, temukan probabilitas P(XbarA – XbarB> 1) dengan Xbar1 dan Xbar2 merupakan mean sampel
Waktu
Kering
untuk
sampel
berukuran
Modul Pembelajaran Metodologi Penenlitian dan Biostatistik Dasar
nA
=
nB
=
18.
92
BAB XV PERHITUNGAN UJI STATISTIK
PENDAHULUAN
A. KOMPETENSI DASAR DAN INDIKATOR NO 1.
KOMPETENSI DASAR
INDIKATOR
Perhitungan uji statistik Perhitungan uji statistik B. DESKRIPSI SINGKAT MATAKULIAH Mata Kuliah metodologi penelitian dan biostatistika dasar ini
memberikan
kemampuan kepada mahasiswa untuk memberikan kemampuan menyusun proposal dan hasil penelitian dengan pokok bahasan : konsep penelitian, sistematika penelitian, langkah-langkah penelitian, metode penelitian, mengkritik jurnal / proposal orang lain, membuat proposal penelitian, seminar proposal, menyajikan data, melakukan perhitungan uji statistik dan menyimpulkan penelitian pelayanan kebidanan pada khususnya dan pelayanan kesehatan pada umumnya dengan pokok bahasan Perhitungan uji statistik
URAIAN MATERI
DASAR PEMILIHAN UJI STATISTIKA Dasar Pemilihan Dasar Penelusuran atau pemilihan uji statistika, perlu dikemukakan beberapa hal yang dapat dijadikan pegangan untuk melakukan pengujian tersebut.Berikut dikemukakan beberapa pertanyataan yang dapat digunakan sebagai acuan. 1. Uji hipotesis apa yang dikehendaki? Modul Pembelajaran Metodologi Penenlitian dan Biostatistik Dasar
93
Korelasi? Perbedaan? Peneliti perlu melihat kembali rumusan hipotesis yang dikemukakan. Dalam hipotesis tersebut kita akan dengan mudah menemukan jawaban kita, pakah kita (misal) akan melakukan uji perbedaan atau penaksiran ataukah akan dilakukan uji korelasi. Bagaimana halnya jika dari hipotesis belum dapat dieksplorasi jawaban tersebut??.dalam hal demikian berarti rumusan hipostesis dari peneliti belum bersifat operasional. Opersasional di sini berarti variabel terumusakan dengan jelas dan hubungan antar variabel juga terlukiskan dengan jelas. “hipotesis yang operasional memungkinkan dilakukannya pengukuran terhadap variabel penelitian (measurable) dan memungkinkan dilakukannya pengujian hubungan antar variabel” Jika peneliti tidak merumusakan hipotesis, maka ada dua kemungkinan.Pertama, penelitian yang dilakukan bersifat “deskriptif murni” sehingga tidak diperlukan pengujian dengan statistika inferensia lagi.Kedua, masih termasuk penelitian analitik (bukan deskriptif), tetapi
tidak cukup informasi
teoritik
(penelitian terdahulu) untuk
dikembangkan suatu hipotesis. 2. Bagaimana sampel diperoleh? Bebas (random) atau tidak? Sebagaimana diketahui bahwa untuk sebagai syarat dilakukannya uji parametrik adalah bahwa sampel penelitian harus dipilih secara bebas/acak. Pertanyaan kedua ini akan menggiring kita apakah akan memilih uji parametrik ataukah non-parametrik. 3. Apa tingkat pengukurannya (level of measurrement) Nominal? Ordinal? Interval? Rasio? 4. Berapakah Jumlah kelompok observasi? 5. Jika dua atau lebih, apakah sampel berhubungan (berasal dari satu kelompok subjek = related sampel = sama subjek) atau tidak (lain subjek = independent sample)
Modul Pembelajaran Metodologi Penenlitian dan Biostatistik Dasar
94
Sebagai contoh misal kita akan mencoba mengatahui perbedaan khasiat obat tidur A dan B. Peneliti mencobakan obat A pada 10 orang pada suatu hari, kemudian dicatat selang waktu antara minum dengan tidur. Pada hari yang lain terhadap ke-10 orang tersebut dicobakan obat B, kemudian dicatat juga ataukah peneliti menggunakan 20 orang untuk percobaan obatnya. 10 orang dikasih obat A kemudian dicatat selang waktu tidurnya, dan 10 orang yang lain dikasih obat b kemudian juga diukur. 6. Apakah dalam rancangan penelitian ada pengamatan berulang terhadap suatu variabel? Pada amatan berulang perlakukan dilakukan sekali saja, namun efek dimonitor (diukur) bebebrapa kali, sehingga mempunyai lebih dari satu kelompok data. 7. Apakah pada Uji yang dikehendaki dilakukan pengendalian terhadap variabel tertentu? Istilah pengendalaian di sini artinya kita meniadakan pengaruh (dalam perhitungan) suatu variabel terhadap variabel dependent yang dihadapi. Kelebihan Tes Statistik Non Parametri 1. Tes ini dapat dimanfaatkan ketika sampel yang diambil dalam penelitian kecil atau terpaksa kecil karena sifat hakekat dari sampel itu sendiri (misalnya n = 6). 2. Uji statistik non parametrik dapat digunakan untuk menganalisis data dalam bentuk jenjang atau ranking dan data yang skor keangkaannya secara sepintas kelihatan memiliki ranking. Bahkan dalam beberapa tes hanya dengan data dalam bentuk tanda plus atau minus maka analisis dengan tes non parametrik dapat dilakukan. 3. Uji tes statistik non parametrik dapat digunakan untuk data dalam bentuk klasifikasi atau kategorikal. Dalam hal ini data dimaksud adalah data nomnal. 4. Tersedia tes statistik non parametrik untuk menganalisis sampel yang terdiri dari observasi dari beberapa populasi yang berlainan. 5. Tes statistik non parametrik dalam kenyataan sederhana perhitungan atau analisisnya sehingga mudah untuk dipelajari dan dipraktekkan.
Modul Pembelajaran Metodologi Penenlitian dan Biostatistik Dasar
95
Kelemahan Tes Statistik Non Parametrik 1. Apabila persyaratan bagi model tes statistik parametrik (terutama asumsi distribusi normal) dapat dipenuhi dan jika pengukuran data memiliki kekuatan seperti dipersyaratkan pemakaian uji tes statistik non parametrik maka kekuatan efisiensinya menjadi lebih rendah. 2. Uji statistik non parametrik tidak dapat digunakan untuk menguji interaksi seperti dalam model analisis variance. 3. Metode statistik non parametrik tidak dapat digunakan untuk membuat prediksi (ramalan) seperti dalam model analisis regresi, karena asumsi distribusi normal tidak dapat dipenuhi. 4. Selama ini dikenal banyak jenis tes statistik non parametrik (sedikitnya 37 jenis) dalam berbagai kasus. Kondisi ini kadang menyulitkan peneliti atau analis data untuk memilih tes yang tepat atau sesuai dengan kasus yang dihadapi. Penggunaan dan Jenis Tes Statistik Non Parametrik Tes statistik non parametrik digunakan dalam kondisi sebagai berikut: 1. Bentuk distribusi populasi yang menjadi asal sampel diambil tidak diketahui distribusi penyebarannya secara normal. 2. Variabel penelitian hanya dapat diukur dalam skala nominal (hanya diklasifikasikan dan dihitung frekuensinya). 3. Variabel penelitian yang diukur menghasilkan dapat berskala ordinal atau hanya dapat disusun berdasarkan ranking atau tingkatan/jenjang. 4. Ukuran sampelnya kecil dan sifat distribusi populasinya tidak diketahui secara pasti.
Modul Pembelajaran Metodologi Penenlitian dan Biostatistik Dasar
96