PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME DAN TUTOR TEMAN SEBAYA UNTUK MEMBANTU KOMUNIKASI MAHASISWA DALAM MATAKULIAH DASAR-DASAR PEMROGRAMAN
Adriyanto Juliastomo Gundo
Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga
Abstrak Programming basics are the subjects that form the basis on Education courses Informatics and Computer Engineering ( PTIK ) Opera- Technology Faculty Christian University Satya Discourse. But this course dainggap difficult for students generally. The problem is because the faculty member teaching assistants could not take advantage of methods and media with well in communicating to students. This study aims to determine how the form of communication in the course of learning programming. The method used is a qualitative research method. Results from this study that the approach used to help students communicate problems related to lack of comprehension on the material. The conclusion is the approach taken to help students succeed. Keywords : konstrutivisme, peer tutoring, communication
Pendahuluan Mata kuliah pemrograman menjadi matakuliah yang “ditakuti” mahasiswa karena sulit. Salah satu matakuliah pemrograman yang dirasa sulit oleh mahasiswa adalah dasar-dasar pemrograman. Dasar-dasar pemrograman diberikan pada awal semeter dan menjadi dasar untuk matakuliah pemrograman yang lain. Dasar-dasar pemrograman merupakan matakuliah yang menjadi dasar di Program Studi Pendidikan Teknik Informatika dan Komputer (PTIK) Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen Satya Wacana. Mata kuliah ini terbagi dalam dua kelas.
Kelas tersebut adalah kelas dosen dan kelas asisten. Kelas dosen adalah kelas yang berisi penyampain materi teori pemrograman. Adapun kelas asisten sendiri adalah kelas praktikum yang dikorrdinasikan oleh dosen dalam menerapkan teori pemrograman yang diperoleh di kelas. Berdasarkan hasil wawancara dengan mahasiswa, diperoleh informasi mengenai kesulitan mahasiswa dalam memahami dan mempraktekkan teori pemrograman yang diperoleh di kelas. Masalah terbesar adalah pada kelas asisten dosen. Masalah tersebut dikarenakan asisten dosen yang mengajar tidak bisa memanfaatkan
metode
dan
media
pembelajaran
dengan
baik
dalam
mengkomunikasikannya kepada mahasiswa. Hasil wawancara lebih jauh dengan mahasiswa menunjukkan beberapa mahasiswa belum dapat memahami atau mengerti tentang materi bahasa pemrograman yang disampaikan namun tidak berani menanyakan. Beberapa mahasiswa masih merasa kesulitan dalam memahami mata kuliah pemrograman itu sendiri. Ada beberapa yang memang benar-benar belum mengetahui bahasa pemrograman yang mengakibatkan beberapa mahasiswa mendapatkan nilai jelek untuk mata kuliah pemrograman ini. Dalam pembelajaran dikelas, mahasiswa kesulitan dalam memahami materi yang disampaikan dikelas, itu disebabkan karena pembelajaran berpusat pada asisten dosen. Berpusat pada asisten disini adalah asisten pada saat menjelaskan tidak memperhatikan kemampuan mahasiswa dan dalam menyampaikan materi terlalu cepat. Penyampaian materi memang menggunakan media, namun media yang digunakan hanya memanfaatkan LCD Proyektor untuk menampilkan slide-slide materi yang sudah dibuat didepan kelas saja. Hal ini membuat materi yang disampaikan menjadi tidak dapat dipahami dengan baik oleh mahasiswa. Berdasarkan permasalahan yang ada, maka akan dilakukan penelitian mengenai bagaimana bentuk-bentuk komunikasi yang ada dan kendala-kendala apa saja yang dimiliki oleh mahasiswa kelas dasar-dasar pemrograman agar mahasiwa dapat memahami materi yang disampaikan.
Rumusan Masalah Rumusan masalah artikel ini adalah bagaimana bentuk-bentuk komunikasi dalam mengatasi masalah belajar dalam matakuliah dasar-dasar pemrograman yang dialami mahasiswa Program Studi Pendidikan Teknik Informatika dan Komputer, Fakultas Teknologi Informasi, Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga ?
Tinjauan Pustaka a. Komunkasi Carl I. Hovland (dalam Mulyana, 2007) mengatakan bahwa komunikasi adalah
proses
yang
memungkinkan
seseorang
(komunikator)
untuk
menyampaikan rangsangan (biasanya lambang-lambang verbal) yang bertujuan untuk mengubah prilaku orang lain (komunikate). Komunikasi yang efektif menurut Stewart L. Tubbs dan Sylvia Moss dalam Rakhmat (2007) terdapat beberapa hal, yaitu: 1. Pengertian, artinya penerimaan yang cermat dari isi stimuli seperti yang dimaksudkan oleh komunikator. 2. Kesenangan, yang dimaksudkan adalah komunikasi untuk menjadikan hubungan hangat, akrab dan menyenangkan. 3. Pengaruh pada sikap, komunikasi dilakukan agar komunikan bertindak sesuai harapan komunikator berdasarkan atas kehendaknya sendiri 4. Hubungan yang semakin baik, dengan berkomunikasi maka akan tercipta hubungan yang positif dan mempertahankan hubungan yang saling memuaskan. 5. Tindakan,
menimbulkan
tindakan
adalah
indikator
efektivitas
dari
komunikasi. Tindakan adalah hasil akumilasi dari seluruh proses komunikasi. (Rahkmat, 2007: 13-16).
Komunikasi disebut efektif apabila penerima menginterpestasikan pesan yang diterimanya sebagaimana yang dimaksudkan oleh pengirim. Sumber utama kesalahfahaman dalam komunikasi adalah cara penerima menangkap makna suatu
pesan berbeda yang dimaksud oleh pengirim, karena pengirim gagal mengkomunikasikan maksudnya dengan tepat (Supratiknya, 2009: 34). Komunikasi dikatakan efektif apabila terdapat aliran informasi dua arah antara komunikator dan komunikan dan informasi tersebut sama-sama direspon sesuai dengan harapan kedua pelaku komunikasi tersebut. Setidaknya terdapat lima aspek yang perlu dipahami dalam membangun komunikasi yang efektif, yaitu : 1. Kejelasan,
Hal
ini
dimaksudkan
bahwa
dalam
komunikasi
harus
menggunakan bahasa dan mengemas informasi secara jelas, sehingga mudah diterima dan dipahami oleh komunikan. 2. Ketepatan. Ketepatan atau akurasi ini menyangkut penggunaan bahasa yang benar dan kebenaran informasi yang disampaikan. 3. Konteks. Konteks atau sering disebut dengan situasi, maksudnya adalah bahwa bahasa dan informasi yang disampaikan harus sesuai dengan keadaan dan lingkungan dimana komunikasi itu terjadi. 4. Alur. Bahasa dan informasi yang akan disajikan harus disusun dengan alur atau sistematika yang jelas, sehingga pihak yang menerima informasi cepat tanggap 5. Budaya. Aspek ini tidak saja menyangkut bahasa dan informasi, tetapi juga berkaitan dengan tatakrama dan etika. Artinya dalam berkomunikasi harus menyesuaikan dengan budaya orang yang diajak berkomunikasi, baik dalam penggunaan bahasa verbal maupun nonverbal, agar tidak menimbulkan kesalahan persepsi (Endang, 2003).
b. Pendekatan Konstruktivisme Kontruktivisme menurut Bruning seperti yang dikutip oleh Sigit (2013) merupakan perspektif psikologi dan filosofis yang memandang bahwa masingmasing individu membentuk atau membangun sebagian besar dari apa yang mereka pelajari dan pahami. Pandangan kontruktivisme didasarkan pada filsafat tertentu terkait dengan manusia dan pengetahuan.
Bagaimana manusia menjadi tahu dan memiliki pengetahuan menjadi kajian
penting
dalam
konstruktivisme.
Pengetahuan
dalam
pandangan
konstruktivisme dibentuk dari pemahaman organism melalui proses interaksi dengan lingkungan dan orang-orang di sekelilingnya. Teori konstruktivisme menyatakan bahwa individu menginterpretasikan dan beraksi menurut kategori konseptual dari pikiran. Realitas tidak menggambarkan diri individu namun harus disaring melalui cara pandang orang terhadap realitas tersebut. Metode tutor sebaya adalah suatu metode pembelajaran yang dilakukan dengan cara memberdayakan siswa yang memiliki daya serap yang tinggi dari kelompok siswa itu sendiri untuk menjadi tutor bagi temantemannya, dimana siswa yang menjadi tutor bertugas untuk memberikan materi belajar dan latihan kepada teman-temannya yang belum faham terhadap materi/ latihan yang diberikan guru dengan dilandasi aturan yang telah disepakati bersama dalam kelompok tersebut, sehingga akan terbangun suasana belajar kelompok yang bersifat kooperatif bukan kompetitif
Metodologi Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif. Bogdam dan Taylor (dalam Moleong, 2010) mendefinisikan metodologi penelitian kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang dapat diamati. Metode pengumpulan data dengan menggunakan teknik observasi dan wawancara pihak-pihak terkait dan yang terlibat dalam proses penelitian. Mahasiswa yang diwawancara berjumlah 10 orang dengan rincian 3 orang mahasiswa yang memahami dan memberikan tanggapan dan respon di kelas, 3 orang yang memahami namun diam dan tidak memberikan respon di kelas, dan 4 orang mahasiswa yang diam dan tidak memahami materi yang disampaikan di kelas.
Sajian dan Analisis Data Berdasarkan temuan dari hasil wawancara dan observasi yang dilakukan diperoleh beberapa masalah. Masalah tersebut terkait dengan metode mengajar, penggunaan media, masalah komunikasi dan masalah kepercayaan diri, serta masalah memahami materi yang diberikan. a. Metode mengajar Permasalahan
metode
mengajar
yang
ditemukan
kemudian
dikomunikasikan dengan asisten dosen untuk merubah dengan metode lain. Metode yang dipilih adalah pendekatan konstruktivisme. Langkah pertama adalah dilakukan pengenalan terhadap pendekatan kontruktivisme dan memberikan pemahaman mengenai pembelajaran dengan tutor teman sebaya yang didesain untuk menyelesaikan tugas rancang. Pengenalan ini bertujuan agar mahasiswa mengetahui dan memahami metode pembelajaran yang lebih variatif, dan diharapkan dapat menyelesaikan permasalahan yang ada. b. Penggunaan media Penggunaan media ini bertujuan untuk memudahkan mahasiswa dalam memahami materi dari berbeagai sumber. Media yang digunakan adalah Edmodo. Media ini merupakan media online berbahasa Indonesia. Edmodo
ini
memiliki
fitur-fitur
yang
dapat
digunakan
dalam
menyelesaikan permasalahan terkait dengan komunikasi. Edmodo sendiri dapat diakses di www.edmodo.com 1. Komunikasi dan percaya diri Permasalahan kamunikasi dan percaya diri ini ternyata disebabkan beberapa hal yaitu malu untuk bertanya walau tidak tahu, tidak percaya diri dengan suara yang cenderung pelan dan takut jika pertanyaannya ternyata jawabannya mudah untuk mahasiswa yang lain. 2. Pemahaman materi Permasalahan utama dalam pemahaman materi adalah kemampuan mahasiswa dalam mencerna atau memahami apa yang disampaikan karena latar belakang sekolah yang tidak sesuai dengan jurusan.
3. Penerapan Pendekatan Konstrutivisme dan Edmodo Berdasarkan temuan permasalahan yang ada maka dilakukan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan konstruktivisme dengan berbantuan edmodo. Pertama-tama melaksanakan pendekatan konstruktivisme dengan menggali pemahaman awal mahasiswa mengenai pemrograman, kemudian menganalisis kemampuan awal mahasiswa dengan memberikan soal sederhana. Hasil dari pengukuran kemampuan awal ini digunakan untuk membuat perencanaan proses pembelajaran dengan pendekatan konstruktivisme. Pendekatan konstruktivisme sendiri adalah pendekatan yang dapat digunakan agar siswa dalam hal ini mahasiswa memahami sesuatu dengan caranya sendiri yaitu dengan cara belajar berpengalaman dan belajar dari pengalaman.
Gambar 1. Proses Penerapan di Kelas Asisten
Pelaksanaan pendekatan dilakukan seperti pada gambar 1. Pada tahap ini asisten dosen menyampaikan materi seperti biasa dan menggunakan edmodo untuk mengunggah materi, diskusi dan tanya jawab serta berbagi link terkait dengan materi pemrograman. Apabila mahasiswa tidak paham maka dapat dikomunikasikan atau didiskusikan dengan asisten secara langsung di kelas atau melalui media edmodo. Media edmodo pada pelaksanaannya lebih banyak digunakan mahasiswa sebagai respon dan feedback pada proses pembelajaran di kelas. Maksudnya adalah, mahasiswa menggunakan edmodo untuk menanyakan secara pribadi atau
kemlompok mengenai segala sesuatu yang tidak atau kurang jelas terkait dengan materi. Namun pada kenyataannya dalam proses ini terdapat beberapa kendala, antara lain adalah apa yang dijelaskan oleh asisten ternyata tidak dipahami dengan benar oleh sebagian besar mahasiswa. Pada sisi lain ada beberapa mahasiswa yang dapat memahami dengan baik. Berdasarkan hal tersebut maka dilakukan penerapan tutor teman sebaya dalam membantu asisten agar mahasiswa dapat memahami materi yang diberikan. Pendekatan ini dengan pendampingan dari asisten dosen yang memberikan waktu lebih selain di kelas dengan waktu tambahan diluar kelas dengan kesepakatan bersama. Penggunaan waktu diluar jam kuliah atau kelas adalah dengan berbantuan media yaitu edmodo. Media ini digunakan untuk mengunggah materi, diskusi dan komunikasi antara asisten dosen dan mahasiswa. Berdasarkan hasil wawancara dengan mahasiswa yang ditunjuk untuk menjadi tutor teman sebaya ditemukan bahwa cara penyampaian materi oleh asisten dosen terlalu cepat dan urutannya tidak pertahap. Hal ini dibenarkan oleh asisten tersebut bahwa dia memang melakukan hal tersebut karena dia sudah paham semua tahapan jadi menurut dia tidak perlu tahap per tahap. Pada sisi lain mahasiswa yang tidak cepat memahami akan kesulitan, karena adanya beberapa tahapan yang tidak ada. Oleh karena itu tutor teman sebaya diperlukan selain untuk mendampingi, juga mengulang tahapan demi tahapan serta diharapkan cara penyampaian yang diberikan oleh tutor lebih mudah dipahami mahasiwa. Berdasarkan hasil wawancara dengan mahasiswa, diketahui bahwa bahasa dan penjelasan yang dilakukan oleh tutor lebih mudah dipahami dan jelas. Pendekatan konstruktivisme ini selain menggunakan edmodo juga didasarkan pada bagaimana komunikasi yang efektif dilakukan. Berdasarkan hasil wawancara diperoleh informasi bahwa pendekatan dan media yang digunakan membantu mahasiswa dalam memahami materi yang ada. Penggunaan edmodo memungkinkan pengajar dalam hal ini asisten dosen juga dapat memberikan link
atau video mengenai materi tambahan yang dapat membantu mahasiswa dalam memahami materi yang diberikan. Selain itu edmodo memfasilitasi untuk melakukan diskusi dan tanya jawab dengan fitur yang bersifat pribadi atau kelompok. Fitur yang bersifat pribadi ini digunakan untuk membantu mahasiswa yang tidak berani bertanya secara langsung di kelas. Dengan diskusi secara langsung melalui media membuat mahasiwa menjadi tidak malu karena yang mengetahui adalah mahasiswa yang bersangkutan dengan asisten dosen. Dalam menggunakan media diskusi dan kamunikasi yang disediakan dan dimanfaat dalam pembelajaran ini ternyata berpengaruh terhadap pemahaman materi yang diberikan. Selain media komunikasi langsung atara asisten dosen dengan mahasiswa secara pribadi, media edmodo ini juga memfasislitasi untuk melakukan diskusi kelompok. Diskusi kelompok ini digunakan untuk membantu mahasiswa yang tidak berani atau malu bertanya kepada asisten. Selain itu ternyata fitur untuk diskusi kelompok ini dapat digunakan untuk melakukan penerapan tutor teman sebaya. Tutor teman sebaya ini digunakan agar materi yang disampaikan lebih mudah dipahami oleh mahasiswa. Materi yang disampaikan oleh asisten dosen seperti pada permaasalahan sebelumnya
seringkali
sulit
dipahami
mahasiswa. Kesulitan mahasiswa
memahami adalah selain cara penyampaian juga bahasa yang digunakan sulit dipahami. Adanya tutor teman sebaya adalam forum diskusi ini diharapkan dapat membantu dalam menyampaikan materi denga gaya kamunikasi dan bahasa sesama mahasiswa. Berdasarkan hasil wawancara metode ini berhasil dalam membantu mahasiswa memahami materi. Apabila mahasiswa yang bersangkutan sudah paham, maka dia diminta untuk membantu menjelaskan kepada mahasiswa lain yang masih belum paham. Hal ini dimaksudkan adalah supaya mahasiswa yang sudah paham dapat memahami lebih dalam dan dapat mengingat lebih lama dengan kembali menjelaskan kepada teman yang lain. Disinilah konstruktivisme dilakukan, yaitu bahwa apa yang dipahami adalah didasarkan pada proses pribadi dari individu
untuk memahami sesuatu dan kemudian dapat menerapkan dan membagikan kepada orang lain (belajar dari pengalaman dan belajar berpengalaman). Tahap-tahap yang dilakukan mahasiwa agar dapat memahami dengan cara dan pemahamannya sendiri adalah dasar dari konstrutivisme itu sendiri. Pada saat sudah paham maka mahasiswa akan lebih mudah untuk menyelesaikan tugas rancang yang biasanya menjadi tugas akhir dalam kelas pemrograman yaitu menghasilkan software. Adapun software itu sendiri dibuat dengan bahasa pemrograman yang memerlukan logika dan matematika. Alur logika inilah yang sebenarnya menjadi masalah utama dalam pemrograman, karena alur logika masing-masing individu dapat berbeda dalam memahami atau membuat suatu program. Komunikasi dan diskusi yang dibangun baik di kelas dan diluar kelas oleh asisten, mahasiswa dan tutor dengan bantuan edmodo adalah untuk membantu mahasiswa dalam menterjemahkan dan mengkomunikasikan apa yang harus dilakukan terkait dengan pemrograman. Penerapan pendekatan konstruktivisme dan tutor teman sebaya adalah mengedepankan komunikasi dalam belajar. Pembelajaran yang di desain mampu merangsang mahasiswa dalam mengutarakan pendapat dan bertanya serta dberdiskusi di kelas dan luar kelas. Penerapan konstruktivisme dengan bantuan edmodo ini juga membantu dalam mahasiswa memahami materi dengan cara mencari materi lain dan mencoba memahami dengan caranya sendiri. Apabila mahasiswa tersebut tidak dapat memahami maka dapat menanyakannya menggunakan edmodo baik secara pribadi maupun kelompok. Penerapan pendekatan ini juga memungkinkan mahasiswa untuk belajar dari Pengalaman yang diperoleh dan berusaha untuk memecahkan permasalahan terkait pemahaman materi pemrograman. Pendekatan tutor teman sebaya juga menjembatani komunikasi mahasiswa dalam upaya memahami materi yang sulit. Bentuk menjembataninya adalah, mahasiswa yang tidak paham dapat dan berani untuk bertanya yang selama ini tidak berani atau tidak dilakukan di kelas karena alasan pribadi. Tutor teman sebaya juga membantu mahasiswa dalam membangun pemahaman sendiri setelah
memahami materi yang dipahami memalui tutor yaitu temannya sendiri dan bukan asisten dosen. Tahap selanjutnya adalah memberikan tes untuk mengetahui pemahaman terhadap materi yang diberikan. Pemberian tes dilakukan pada dua kelas yang sudah melaksanakan pendekatan dan pembelajaran yang dilakukan seperti pada penjelasan pembahasan sebelumnya. Dua kelas ini diberikan dua kali tes dengan tipe soal yang sama namun berbeda konten. Pemberian soal dengan tipe yang sama ini diharapakan dapat mengetahui pemahaman mahasiswa mengenai materi yang diberikan. Hasil dari pemberian soal tes tersebut adalah seperti pada tabel 1 di bawah ini.
Nilai
Rata-rata nilai Kelas Rata-rata nilai Kelas 1
2
Sebelum
37,1
39,5
Sesudah
69,5
70,5
Tabel 1. Perubahan Nilai Sebelum dan Sesudah Tes.
Berdasarkan tabel 1 terlihat bahwa terjadi peningkatan nilai setelah memperoleh pendekatan dan perubahan dalam proses belajar yang lebih mengedepankan komunikasi dan diskusi dalam prosesnya. Hasil ini didukung oleh hasil wawancara dari salah seorang mahasiswa yang merasakan perubahan dengan pendekatan yang dilakukan. Mahasiswa tersebut mengatakan “ “Selama ini saya malu untuk bertanya di kelas dikarenakan saya memang lambat dalam memahami materi, namun saya berusaha menyembunyikannya di depan teman-teman dengan diam saja. Tapi ternyata itu membuat saya lebih sulit memahami materi yang diberikan. Adanya metode dan pendekatan yang dilakukan menurut saya membantu saya dalam mengatasi masalah malu saya dan gengsi saya. Adanya diskusi secara kelompok dan individu yang dilakukan membantu saya dalam memahami materi dan melatih saya untuk berbagi informasi serta berkomunikasi dengan teman yang lain.” Hal ini juga didukung oleh asisten dosen yang mengatakan dalam wawancara, bahwa mahasiswa yang ada di kelasnya sekarang lebih aktif dan
banyak yang bertanya baik di kelas maupun di media online yang digunakan (edmodo). Awalnya asisten ini juga ragu apakah dapat berhasil atau tidak namun setelah melihat proses dan hasilnya jadi yakin bahwa ternyata ada kekurangan dalam proses pembelajaran di kelasnya. Komunikasi yang dibangun melalui media diskusi baik secara kelompok maupun secara indvidu ternyata dapat memabantu permasalahan yang ada. Diharapkan komunikasi yang sudah dibangun ini dapat juga digunakan untuk matakuliah lain terutama pemrograman yang menjadi ketakutan untuk sebagian besar mahasiswa program studi pendidikan teknik informatika dan komputer. Komunikasi yang dibangun tidak hanya satu arah namun dua arah. Walaupun di dalam kelas berdasarkan hasil observasi akhir menunjukkan bahwa asisten dosen terkadang masih sering melakukan komunikasi satu arah, namun berbeda ketika di luar kelas. Selain pendampingan secara kontinyu dengan tatap muka di luar jam kelas juga melalui diskusi dengan media online dapat membantu mahasiswa dan asisten dosen dalam membangun komunikasi dua arah dalam pembelajaran.
Penutup Berdasarkan hasil dan pembahasan di ataas maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Bentuk komunikasi dalam pembelajaran masih satu arah 2. Pendekatan yang diberikan dapat membantu proses pembelajaran dalam komunikasi dua arah 3. Pendekatan yang dilakukan dapat membantu mahasiswa dalam memahami materi yang diberikan 4. Bentuk komunikasi yang efektif dalam pembelajaran pemrograman dapat dibantu dengan tutor teman sebaya dan penggunaan media untuk memperjelas hal yang dikomunikasikan.
Daftar Pustaka Mulyana, Deddy. (2007). Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. PT. Remaja Rosdakarya. Bandung. Rakhmat, Djalaluddin. (2007). Psikologi Komunikasi. PT. Remaja Rosdakarya. Bandung. Supratiknya, A. (1995). Komunikasi Antarpribadi Tinjauan Psikologis. Kanisius. Yogyakarta. Lestari G, Endang dan Maliki. (2003). Komunikasi yang Efektif. Lembaga Administrasi Negara. Jakarta. Sigit Mangun Wardoyo. (2013). Pembelajaran Konstruktivisme. Penerbit Alfabeta. Bandung. Moleong, L. J. (2010). Metode Penelitian Kualitatif. PT Remaja Rosdakarya. Bandung. Yuanda, H. (2014). Pola Komunikasi Efektif dalam Mengatasi Masalah Belajar. repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/40411/6/Cover.pdf (diakses tanggal 2 maret 2016)