PROPOSAL PTK SENI BUDAYA SMP Peningkatan Kemampuan Bermain Musik Ansambel Dalam Mengekspresikan Diri Melalui Metode Kooperatif / Tutor Sebaya
SMPN 152 JAKARTA Oleh: RUSDIYANTO, SPd NIP. 19739052008011011
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Pembelajaran seni musik adalah pembelajaran seni budaya yang berusaha menggali serta mengembangkan potensi estetika peserta didik serta mempengaruhi siswa agar mempunyai nilai estetika sehingga dapat memperhalus budi pekerti karena dalam seni terdapat unsur- unsur keindahan, keteraturan, kedisiplinan dan dinamika. Melalui pendekatan ”belajar dengan seni,”” belajar melalui seni ”, dan ” belajar tentang seni’, pembelajaran seni musik diberikan karena keunikan, kebermaknaan, dan kebermanfaatan terhadap perkembangan peserta didik berupa pemberian pengalaman estetik dalam bentuk kegiatan berekspresi / berkreasi. Sejalan dengan kebijakan Otonomi pendidikan dengan penerapan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) di SMP Negeri 152 Jakarta, berdampak pada penyediaan fasilitas sarana dan prasarana belajar yang sudah representatif berupa ruang studio musik sekaligus peralatan musik Ansambel yang sudah lengkap, baik instrument alat musik maupun sound system, maka pembelajaran seni musik diharapkan mampu memberikan pemahaman, pengetahuan, pengalaman juga kemampuan berkarya seni agar siswa bisa berapresiasi terhadap budaya sendiri dan bisa menghargai orang lain yang pada akhirnya mereka bisa berperan aktif dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Keberlangsungan pembelajaran seni budaya juga sudah dioptimalkan dengan melayani kebutuhan hakiki berkesenian sesuai bakat dan minat siswa dengan menerapkan model pembelajaran Kooperatif / Tutor Sebaya sehingga terwujud kelas seni musik, seni rupa, dan seni tari pada jam pelajaran yang bersamaan sekaligus.
Ketersediaan fasilitas yang representatif di sekolah tidak serta merta dengan mudah bisa dimanfaatkan oleh peserta didik secara optimal untuk mengembangkan kemampuan apresiasi dan kreatifitas bermain musik. Beberapa faktor penyebabnya antara lain: a) perbedaan rentang nilai yang menyolok antara siswa yang skill/ talenta musikalnya bagus dengan siswa yang kurang cakap; b) munculnya sikap egois siswa pandai yang merasa tinggi hati dan enggan berbagi kecakapan dengan temannya yang belum menguasai alat musik secara baik; c) rendahnya motivasi berlatih musik bagi sebagian siswa terutama penguasaan akord-akord lagu disebabkan terbatasnya mendapat bimbingan yang memadai; d) keterbatasan daya pemantauan guru kepada siswa dalam penugasan latihan musik di luar sekolah juga berdampak lambatnya mengasah skill siswa. Apalagi dalam permainan music Ansambel yang terbatas pada grup/kelompok kecil menuntut skill masing-masing pemusik dalam membawakan suatu karya music. Sementara alokasi waktu tatap muka yang tersedia belum bisa secara maksimal menghasilkan kualitas pembelajaran yang optimal. Di sisi lain, tak bisa dipungkiri bahwa teramat jarang ditemukan guru seni yang memiliki multi talenta dalam kecakapan menguasai permainan seluruh ragam alat musik. Sehingga praktis guru hanya mampu memberikan dasar-dasar bermain musik untuk beberapa jenis alat musik tertentu saja. Berdasarkan paparan adanya kesenjangan untuk tuntutan pembelajaran koorperatif berupa bermain musik bersama yang disebabkan masih banyak hambatan belajar oleh factor eksternal, maka diusulkan solusi yang berkaitan dengan strategi pembelajaran. Adapun model pembelajaran yang sesuai untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah strategi pembelajaran kooperatif model pembelajaran Koorperatif / tutor sebaya. Model pembelajaran dengan mengandalkan kemampuan teman sebaya sebagai tutor/pembimbing dalam praktik bermain musik ini dipilih mengingat ada beberapa siswa yang sudah memiliki kecakapan bermain musik ritmis seperti drum, piano, angklung, rekorder dan lain-lain. Hasil yang diharapkan, siswa dapat belajar bersama, saling menyumbangkan pikiran dan bertanggung jawab terhadap pencapaian hasil belajar secara individu maupun kelompok. Terutama pada materi pembelajaran dengan kompetensi menyajikan musik bersama dari karya musik Etnik Nusantara berdasarkan pengembangan gagasan kreatif dalam bentuk Ansambel yang menuntut skill musical seseorang harus bisa menyesuaikan dengan pemain lain. Siswa harus menjaga atau menciptakan harmonisasi dari musik yang mereka mainkan. Dengan bermain musik di sebuah music ansambel, siswa dapat belajar bagaimana menyatukan rasa hati & visi, melatih kesabaran, keuletan, belajar menghargai ide
atau pendapat orang lain, belajar disiplin, belajar bersosialisasi dan banyak lagi sisi edukasi positif. Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tindakan kelas dengan judul “Peningkatan Kemampuan Bermain Music Ansambel melalui Pembelajaran Koorperatif / Tutor Sebaya Siswa Kelas VIII SMP Negeri 152 Jakarta”. B.
Rumusan Masalah Untuk memudahkan pembahasan masalah terhadap ruang lingkup penelitian ini diperlukan adanya rumusan masalah. Berdasarkan latar belakang tersebut, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: Apakah melalui model pembelajaran Koorperatif / Tutor sebaya dapat meningkatkan kemampuan bermain music ansambel siswa kelas VIII SMP Negeri 152 Jakarta ?
C.
Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan bermain Musik Ansambel dengan model pembelajaran Koorperatif / Tutor sebaya siswa kelas VIII SMP Negeri 152 Jakarta
D.
Hipotesis Tindakan Jika pembelajaran dilaksanakan dengan menerapkan model pembelajaran tutor sebaya, maka kemampuan belajar bermain Musik Ansambel siswa kelas VIII SMP Negeri 152 Jakarta dapat ditingkatkan.
E.
Manfaat Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi: Bagi guru, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan atau rujukan untuk meningkatkan proses pembelajaran di kelas seni musik. Bagi siswa, meningkatkan pemahaman terhadap materi-materi dalam pelajaran seni musik (seni budaya) dan mengoptimalkan potensi diri yang dimiliki. Bagi sekolah, hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan dalam membuat kebijakan untuk meningkatkan kualitas sekolah. Bagi peneliti lain, hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan dalam melakukan penelitian sejenis.
a. b. c. d.
F.
Ruang Lingkup Penelitian ini berjenis penelitian tindakan kelas (PTK) dan hanya difokuskan pada upaya tindakan meningkatkan kemampuan bermain Musik Ansambel melalui Model pembelajaran Koorpertif / Tutor sebaya siswa di kelas VIII SMP Negeri 152 Jakarta dengan materi pembelajaran adalah mengekspresikan karya seni musik Lagu-lagu Etnik Nusantara
dan Kompetensi Dasar 4.2 Menampilkan hasil Aransemen di kelas atau sekolah. Indikator pembelajarannya adalah a. Membuat perencanaan pementasan di dalam kelas dengan memainkan lagu Etnik nusantara, dan b. Menampilkan hasil aransemen karya musik berdasarkan pengembangan gagasan kreatif secara perorangan dan kelompok. G.
a. b. c. d.
e.
Penjelasan Istilah Untuk menghindari adanya kesalahan di dalam menafsirkan pengertian yang terkandung dalam penelitian ini, maka perlu adanya batasan atau definisi istilah sebagai berikut: Alat musik merupakan suatu instrumen yang dibuat atau dimodifikasi untuk tujuan menghasilkan music. Komposisi musik adalah susunan dari nada – nada dan irama yang membentuk sebuah lagu yang indah atau selaras. Lagu adalah komposisi musik dan syair atau lirik yang membentuk alunan yang harmonis. Bermain musik bersama bentuk ansambel , cukup disajikan beberapa personal meliputi, 1 (satu) pemain drumset, 1(satu) pemain gitar melodi dan atau sekaligus gitar pengiring (rhythm), 1 (satu) pemain bass (gitar bass), 1 (satu) pemain keyboard (jika materi lagu menuntut adanya unsur keyboard), 5 (lima) pemain Pianika, 5 (lima) pemain rekorder, 3 (tiga) Pemain pemain Belira dan alat music lain sesuai kebutuhan. Tutor sebaya adalah siswa yang pandai membantu belajar siswa lainnya dalam tingkat kelas yang sama.
BAB II KAJIAN PUSTAKA 1. Pembelajaran 1.1. Pengertian Pembelajaran Tujuan belajar yang utama adalah bahwa apa yang dipelajari itu berguna di kemudian hari, yakni membantu kita untuk dapat belajar terus dengan cara yang lebih mudah. Hal ini dikenal sebagai transfer belajar (Nasution, 2003:3). Kegiatan pembelajaran tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar. Dengan menggunakan istilah pembelajaran dirasa ada pengakuan terhadap kemampuan siswa untuk belajar. Fungsi pendidikan adalah membimbing anak kearah suatu tujuan yang kita nilai tinggi. Pendidikan yang baik adalah usaha yang berhasil membawa semua anak didik kepada tujuan itu. Sehingga apa yang dipelajari dipahami betul oleh siswa. Tujuan guru mengajar adalah agar
bahan yang disampaikannya dikuasai sepenuhnya oleh siswa (Nasution, 2003:35). Dari beberapa pengertian di atas bisa disimpulkan bahwa pembelajaran adalah proses belajar yang berguna di kemudian hari yang dibimbing oleh pengajar dengan menggunakan aturan yang ada dalam kegiatan belajar mengajar (KBM). 1.2. Gaya Belajar Gaya belajar adalah cara yang konsisten yang dilakukan seorang murid dalam menangkap stimulus atau informasi, cara mengingat, berpikir, dan memecahkan soal (Nasution, 2003:94). Berarti setiap siswa dalam menangkap respon atau stimulus, daya tangkap mereka berbeda-beda maka hal tersebut menjadi pertimbangan untuk menentukan model pembelajaran yang dapat mengakomodir semua siswa. Model pembelajaran yang mengakomodir gaya belajar siswa akan dapat mencapai tujuan mengajar yaitu bahan atau materi yang disampaikan guru bisa dikuasai siswa. 1.3. Keberhasilan Pembelajaran. Keberhasilan suatu pembelajaran dapat ditentukan dengan 2 kriteria: 1.3.1. Kriteria keberhasilan pembelajaran ditinjau dari sudut proses yang menekankan pada bentuk pengajaran yang harus merupakan interaksi dinamis sehingga siswa sebagai subyek belajar mampu mengembangkan potensinya melalui belajar. 1.3.2. Kriteria keberhasilan pembelajaran ditinjau dari sudut hasil penguasaan siswa baik dari kualitas maupun kuantitas (Nasution,2003:56) Dari kriteria keberhasilan pembelajaran tersebut, model pembelajaran yang efektif menyenangkan dan bermanfaat sangat dibutuhkan untuk proses pembelajaran. Selaras dengan program KTSP tersebut, sekolah perlu mencari strategi kesuksesan bagi lembaganya, dan guru punya wewenang yang penuh untuk pengembangan dirinya termasuk SDMnya dengan mencari model pembelajaran yang menarik dan tercapai keberhasilan pembelajaran. a.
Pembelajaran Kooperatif Belajar pada hakekatnya adalah kegiatan yang dilakukan secara sadar oleh seseorang yang menghasilkan perubahan tingkah laku pada dirinya sendiri, baik dalam bentuk pengetahuan dan keterampilan baru maupun dalam bentuk sikap dan nilai yang positif. Menurut Di Vesta dan Thompson (dalam Mappa, 1994:6) belajar merupakan perubahan yang bersifat abadi atau permanen dalam tingkah laku sebagai akibat dari pengalaman. Pembelajaran bermain musik ansambel band merupakan pembelajaran kooperatif. Ada beberapa definisi tentang pembelajaran kooperatif yang dikemukakan para ahli pendidikan. Slavin (dalam Rahayu, 1998:156)
mendefinisikan bahwa dalam pembelajaran kooperatif siswa belajar bersama, saling menyumbangkan pikiran dan bertanggung jawab terhadap pencapaian hasil belajar secara individu maupun kelompok. Sedangkan menurut Cohen (dalam Rahayu, 1998:156) pembelajaran kooperatif didefinisikan sebagai siswa belajar bersama dalam kelompok kecil dimana setiap orang dapat berpartisipasi dalam menyelesaikan tugas kelompok yang diberikan. Guru berperan sebagai fasilitator dalam membimbing siswa menyelesaikan tugas-tugas kelompoknya. Dalam pembelajaran kooperatif harus mengandung lima unsur dasar seperti yang dinyatakan Johnson dan Johnson (dalam Rahayu, 1998:153) sebagai berikut: (a) saling ketergantungan positif (positive interdependence), (b) interaksi langsung (face to face interaction), (c) pertanggungjawaban individu (individual accountability), (d) keterampilan berinteraksi antar individu dalam kelompok, (e) keefektifan proses kelompok (group processing). b.
Tutor Sebaya Kuswaya Wihardit dalam Aria Djalil (1997:3.38) menuliskan bahwa “pengertian tutor sebaya adalah seorang siswa pandai yang membantu belajar siswa lainnya dalam tingkat kelas yang sama”. Hisyam Zaini dalam Amin Suyitno (2004:24) menyatakan bahwa “Metode belajar yang paling baik adalah dengan mengajarkan kepada orang lain. Oleh karena itu, pemilihan model pembelajaran tutor sebaya sebagai strategi pembelajaran akan sangat membantu siswa di dalam mengajarkan materi kepada teman-temannya.” Menurut Miller (1989) dalam Aria Djalil ( 1997:3.34) berpendapat bahwa “Setiap saat murid memerlukan bantuan dari murid lainnya, dan murid dapat belajar dari murid lainnya.” Jan Collingwood (1991:19) dalam Aria Djalil (1997:3.34) juga berpendapat bahwa “Anak memperoleh pengetahuan dan keterampilan karena dia bergaul dengan teman lainnya.” Untuk memudahkan dan memperlancar proses belajar mengajar secara klasikal, guru dapat memanfaatkan pengajaran tutor sebaya. Sebagaimana dikemukakan oleh Putranti (2007: 1) bahwa: Kelebihan tutor sebaya dalam pendidikan yaitu dalam penerapan tutor sebaya, anak-anak diajar untuk mandiri, dewasa dan punya rasa setia kawan yang tinggi. Artinya dalam penerapan tutor sebaya itu, anak yang dianggap pintar bisa mengajari atau menjadi tutor temannya yang kurang pandai atau ketinggalan. Di sini peran guru hanya sebagai fasilitator atau pembimbing saja. Dengan demikian, proses pembelajaran seni musik dapat terbantu dengan adanya pengajaran oleh tutor sebaya. Pada setiap kelompok siswa yang memainkan alat musik tertentu (misal: drum), guru menunjuk salah seorang siswa yang dianggap paling menguasai permainan drum untuk melatih sesuai dengan partitur musik yang diberikan guru, atau menjadikan tutor sebaya bagi teman-temannya satu kelompok. Sehingga, pada saat berlangsungnya pembelajaran tutor
a. b. c. d. e. f. g. h. i.
sebaya pada drum, guru dapat lebih konsentrasi untuk melatih kelompok lainnya, demikian seterusnya. Setiap pengajaran tutor sebaya hendaknya dilakukan dalam ruangan yang berbeda-beda agar tidak mengganggu kosentrasi kelompok lainnya. Dengan pengajaran tutor sebaya, maka proses pembelajaran musik di sekolah dapat berjalan dengan efektif dan efisien. Pembagian kelompok berdasarkan alat musik diatur sedemikian rupa agar komposisi musik dapat dimainkan secara balance atau seimbang. Agar model pembelajaran seni musik dengan model tutor sebaya mencapai tingkat keberhasilan yang diharapkan, peneliti merumuskan langkah-langkah pembelajaran meliputi: Merencanakan tujuan pembelajaran yang jelas dan mudah dicapai. Menjelaskan tujuan itu kepada seluruh siswa (kelas). Misalnya : agar pelajaran praktik bermain musik bersama dalam bentuk band dapat mudah dipahami. Mendelegasikan kewenangan beberapa siswa yang ditunjuk sebagai tutor. Menyiapkan ruangan dan sumber belajar serta fasilitas peralatan belajar yang memadai. Menggunakan cara yang praktis dan mudah dipahami. Memusatkan kegiatan tutorial pada keterampilan yang akan dilakukan tutor. Memberikan arahan singkat mengenai pembelajaran yang akan dilakukan tutor. Melakukan pemantauan terhadap proses belajar yang terjadi melalui tutor sebaya. Mengondisikan agar siswa yang menjadi tutor tidak sombong. Tutor sebaya akan merasa bangga atas perannya dan juga belajar dari pengalamannya. Hal ini membantu memperkuat apa yang telah dipelajari dan diperoleh atas tanggung jawab yang dibebankan kepadanya. Ketika mereka belajar dengan “tutor sebaya”, peserta didik juga mengembangkan kemampuan yang lebih baik untuk mendengarkan, berkonsentrasi, dan memahami apa yang dipelajari dengan cara yang bermakna. Penjelasan tutor sebaya kepada temannya lebih memungkinkan berhasil dibandingkan guru. Peserta didik melihat masalah dengan cara yang berbeda dibandingkan orang dewasa dan mereka menggunakan bahasa yang lebih akrab. Ini merupakan pendekatan kooperatif bukan kompetitif. Rasa saling menghargai dan mengerti dibina di antara peserta didik yang bekerja bersama. Tutor dikatakan berhasil jika dapat menjelaskan dan yang dijelaskan dapat membuktikan bahwa dia telah mengerti atau memahami dengan cara hasil pekerjaannya. Manfaat peran tutor sebaya : • Memberi pengaruh positif, baik dalam pendidikan dan sosial pada guru, dan tutor sebaya. • Merupakan cara praktis untuk membantu belajar siswa secara individu .
• Pencapaian kemampuan dengan bantuan tutor sebaya hasilnya bisa menjadi di luar dugaan (lebih baik). • Jumlah waktu yang dibutuhkan peserta didik akan meningkat karena bisa di luar sekolah Tutor sebaya memiliki tanggung jawab kepada pembelajar agar mampu memotivasi dan meminimalkan kesenjangan antara siswa yang pandai dan siswa yang kurang sehingga sama-sama memiliki minat belajar yang tinggi. Pada intinya bahwa penggunaan metode tutor sebaya dalam pembelajaran dapat meningkatkan prestasi belajar dan mutu pendidikan yang merupakan salah satu variasi pembelajaran di samping metode pembelajaran yang lain. 2. Lab Musik / Studio Musik Studio Musik / Lab Musik merupakan sistem belajar mengajar yang bercirikan siswa yang mendatangi pendamping di kelas. Konsep Studio Musik / Lab Musik mengacu pada pembelajaran kelas yang berpusat pada anak untuk memberikan lingkungan yang dinamis sesuai dengan bidang yang dipelajarinya. Dengan Studio Musik / Lab Musik, pada saat subjek mata pelajaran berganti maka siswa akan meninggalkan kelas menuju kelas lain sesuai mata pelajaran yang dijadwalkan, jadi siswa yang mendatangi pendamping, bukan sebaliknya. Keunggulan sistem ini adalah para siswa lebih punya waktu untuk bergerak, sehingga selalu segar untuk menerima pelajaran. Dalam Studio Musik / Lab Musik, ruang kelas identik dengan ruang mata pelajaran, artinya ruang kelas didesain dan dilengkapi dengan berbagai sarana-prasarana belajar sesuai mata pelajaran terkait, sehingga murid bisa belajar dengan nyaman dan didukung dengan alat-alat yang dibutuhkan. Pembelajaran moving class diberlakukan di SMP Negeri 152 Jakarta mulai tahun pelajaran 2011/2012 ini, khusus untuk mata pelajaran Seni Budaya. Dari 4 cabang seni hanya 3 cabang seni yang diajarkan, yakni meliputi seni rupa, seni musik, dan seni tari. Peneliti dalam hal ini diberi tugas mengajarkan seni musik. 3. Komposisi Musik. 3.1 Pengertian Komposisi Musik Komposisi berasal dari bahasa Inggris composition , menurut kamus bahasa Inggris artinya susunan. Komposisi musik berarti musik terdiri dari beberapa aspek yang disusun membentuk komposisi baru. Menurut (Mack, 2002:13) komposisi adalah kegiatan menyusun kembali ide-ide siswa untuk membentuk karya yang baru. Komposisi musik adalah gabungan dua faktor penting yaitu meliputi teori harmoni dan melodi (Budidharma,2001:5). Harmoni berasal dari bahasa Inggris harmony yang berarti keselarasan, kecocokan, keserasian sedangkan melodi adalah nyanyian. Dari berbagai pendapat
yang disebutkan di atas dapat disimpulkan bahwa komposisi musik adalah susunan dari nada – nada yang membentuk sebuah lagu yang indah atau selaras. 3.2 Unsur – Unsur Komposisi Musik Menurut Budhidarma (2001:76-91), dan Sugiyanto (2004:131-141) unsur-unsur komposisi musik terdiri dari ; 3.2.1. Melodi Melodi adalah susunan tinggi rendahnya nada dalam suatu lagu. 3.2.2. Pola Irama (Motif) Pola ritme terkecil dalam sebuah lagu yang diulang -ulang. 3.2.3. Tema Ide dasar dalam proses penciptaan karya seni. 3.2.4. Lirik Syair/ lirik adalah kata-kata yang tersusun bermakna dalam sebuah lagu. 3.2.5. Harmonisasi Harmonisasi adalah keselaran dan keserasian segala unsur dalam sebuah lagu
1. 2.
3. 4. 5.
3.3 Bermain Musik Ansambel Dalam pembelajaran bermain musik bersama dalam bentuk ansambel berarti memainkan jenis lagu etnik nusantara dengan ciri-ciri jenis lagu yang sifatnya ringan, sederhana, populer , mudah dipelajari, mudah diingat, dan disukai banyak kalangan. Peralatan music yang digunakan meliputi: Gitar Melodi, pianika, rekorder yang berfungsi melodis yaitu memainkan lantunan melodi/lagu Gitar Rhythm yang berfungsi harmonis yaitu member iringan harmoni dengan permainan akord-akord. Akord adalah keserempakan bunyi beberapa nada. Akord ini sudah dibakukan secara internasional untuk music diatonic. Gitar Bass yang juga berfungsi harmonis yakni memberi keselarasan iringan nada-nada bass. Keyboard atau organ/piano berfungsi melodis dan sekaligus harmonis Drum yang berfungsi ritmis yakni menentukan beat atau irama ketukan lagu. Menurut Agusta Marzall seorang guru musik, bermusik disebuah group band, beda dengan anak yang bermain soloist atau penyanyi tunggal. karena di sebuah Group, seseorang tidak dapat merasa lebih pandai atau paling tinggi skill-nya. Ia harus bisa menyesuaikan dengan pemain lain. Ia harus menjaga atau menciptakan harmonisasi dari musik yang mereka mainkan. Selanjutnya dikatakan bahwa dengan bermain musik disebuah group band, anak-anak dapat belajar bagaimana menyatukan rasa hati & visi, melatih kesabaran dan keuletan, belajar menghargai ide
a.
b.
c. d.
atau pendapat orang lain, belajar disiplin, belajar bersosialisasi dan banyak lagi sisi edukasi positif. Beberapa langkah bermain musik band meliputi: Menyiapkan materi lagu yang akan dimainkan Materi lagu bisa berupa partitur lengkap notasi angka (solmisasi), notasi balok, akord, dan syair lagu maupun sekadar berupa printout lyric lagu berikut harmony akord yang bisa diunduh dari website internet. Khusus pemain drum, apabila belum memahami partitur ritmis, bisa mengandalkan feeling talenta indra pendengaran dengan memperhatikan beat/bar sesuai materi lagu. Menyiapkan personal pemusik berikut alat musiknya, terdiri dari instrument dan pemusik untuk drum set, keyboard, gitar melodi, gitar pengiring/rhythm, dan gitar bass, serta vokalis/penyanyinya bisa solo (tunggal), duet (dua orang penyanyi), dan trio (tiga penyanyi). Memungkinkan juga adanya aransemen untuk backing vocal (vokal pembantu) Menyiapkan ruangan berikut sound system yang memadai Berlatih memainkan musik sesuai materi lagu masing-masing personal, dengan mengandalkan kebersamaan. 4. Pembelajaran Seni Musik 4.1. Pengertian Pembelajaran Seni Musik Pendidikan seni budaya dan ketrampilan diberikan disekolah karena keunikan, kebermaknaan, dan kebermanfaatan terhadap perkembangan peserta didik, yang terletak pada pemberian pengalaman estetik dalam bentuk kegiatan berekspresi / berkreasi melalui pendekatan ” belajar dengan seni,” ” belajar melalui seni ”, dan ” belajar tentang seni .” peran ini tidak dapat diberikan oleh mata pelajaran lain (PP Mendiknas No 22, 2006:263). Pembelajaran seni musik adalah kegiatan pembelajaran yang berusaha menggali potensi estetis siswa serta mempengaruhi siswa agar mempunyai nilai estetis sehingga dapat memperhalus budi pekerti karena dalam seni terdapat unsur- unsur keindahan , keteraturan, kedisiplinan dan dinamika. 4.2. Tujuan Pembelajaran Seni Musik Tujuan penyelenggarakan pendidikan seni tidak mungkin terlepas dari kondisi masyarakat dan budaya lingkunganya. Oleh karena itu, pengembangan tujuan pendidikan seni hendaknya mendasarkan nilainilai, gagasan (cita-cita dan tingkat kedewasaan) peserta didik, dan pola-pola hidup kreatif melalui latihan-latihan (Setiyawati, 2006 : 195). Pendidikan seni bertujuan mengembangkan kemampuan estetik , ekspresif, dan kreatif dari peserta didik yang memungkinkan berperan secara positif dalam kehidupan bernegara dan bermasyarakat baik global dan local. (Kurikulum 2006 : Bab I)
Tujuan tersebut di atas menggambarkan bahwa pembelajaran seni musik di SMP memberikan pemahaman, pengetahuan , pengalaman juga kemampuan berkarya seni agar mereka bisa berapresiasi terhadap budaya sendiri dan bisa menghargai orang lain yang pada akhirnya mereka bisa berperan aktif dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Seni mempunyai sifat unik dan memilki karakteristik tertentu yang tidak dimiliki oleh pelajaran yang lain maka proses pembelajaran seni idealnya menggunakan beberapa metode atau strategi mengajar yang disesuaikan dengan kebutuhan. Metode atau strategi mengajarnyapun harus sesuai dengan tujuan kurikulum yang tertuang dalam standart kompetensi dijabarkan melalui kompetensi dasar dengan berbagai indikator yang disesuaikan dengan kondisi sekolah tertentu. 4.3. Metode Pembelajaran Musik Cara membangkitkan minat siswa antara lain gunakan berbagai metode pembelajaran seperti diskusi, kerja kelompok, demontrasi, kegiatan di luar kelas, permainan, kuis dsb (Sukarman, 2004:24). Ada korelasi yang cukup tinggi antara bakat dan hasil belajar. Akan tetapi jika diberi metode pengajaran yang lebih bermutu yang disesuaikan dengan kebutuhan setiap anak dan waktu belajar maka dapat dicapai keberhasilan penuh (Nasution, 2003:38). Dari pernyataan tersebut bahwa metode pembelajaran merupakan hal penting untuk mencapai keberhasilan pembelajaran. Namun demikian pengajaran seni baik materi maupun metode hendaknya disesuaikan dengan taraf perkembangan (psikologis) peserta didik (Setiyawati , 2006: 195). Dalam pembelajaran seni budaya khususnya musik dapat menggunakan beberapa metode mengajar yaitu ceramah, demontrasi dan praktek langsung. (1) metode ceramah digunakan ketika menerangkan tentang teori – teori musik, tentang apresiasi seni, (2) metode demonstrasi digunakan ketika menerangkan tentang kreasi seni atau praktek musik, (3) metode praktek langsung adalah metode mengajar yang mengajak siswa untuk berkreasi seni secara langsung (memainkan alat musik).
BAB III METODE PENELITIAN A. a.
Subjek dan Tempat Penelitian Subyek penelitian dalam PTK ini adalah siswa kelas VIII Musik (gabungan kelas VIIIG, H, dan I) di SMP Negeri 2 Krian semester genap tahun pelajaran 2010/2011. Materi yang diajarkan adalah Standar Kompetensi 12 yaitu Mengekspresikan karya seni musik Nusantara
dengan Kompetensi Dasar 12.3 Menyajikan karya seni musik tradisional Nusantara secara perseorangan dan berkelompok di kelas atau sekolah. Indikator pembelajarannya adalah a. Membuat perencanaan pementasan di dalam kelas dengan menyanyikan lagu etnik nusantara, dan b. Menyajikan karya serta berdasarkan pengembangan gagasan kreatif secara perorangan dan kelompok. Spesifikasi kelas VIII Musik yang dipilih dalam penelitian ini terdiri dari siswa-siswi peserta seni musik kelas VIII G, VIII H, dan VIII I yang berjumlah 31 siswa (23 putra dan 8 putri) dengan menerapkan pembelajaran model moving class. Karakteristik siswa kelas VIII G, VIII H, dan VIII I Musik antara lain: 1) adanya siswa yang sudah mahir bermain band bahkan sering mengikuti even festival sejak dari jenjang SD, dan 2) tajamnya kesenjangan kemampuan musikal sebagian besar siswa yang berdampak rendahnya prestasi belajar seni musik. b.
Tempat Penelitian PTK akan dilaksanakan di SMP Negeri 152 Jakarta, Jl. Sunter Jaya IV Tanjung Priok Jakarta Utara Telpon 021 6507186
B.
Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi dengan menggunakan instrumen monitoring berupa 1. Format observasi kegiatan guru dan siswa. Format observasi kegiatan guru digunakan untuk melihat apakah guru sudah melaksanakan tindakan secara optimal sesuai dengan skenario pembelajaran. Format observasi kegiatan siswa digunakan untuk melihat peran aktif siswa dalam mengikuti pembelajaran. 2. Test Unjuk Kerja Test berupa soal berbentuk praktik unjuk kerja yang harus dikerjakan siswa setiap akhir siklus untuk mengukur kemampuan musik dan hasil belajar siswa. 3. Kuisioner Kuisioner diberikan setiap akhir tindakan pada tiap siklus untuk mengetahui persepsi dan kesan siswa terhadap pelaksanaan tindakan.
C. Perencanaan Penelitian Tindakan Kelas ini direncanakan 2 siklus. Tiap siklus dilaksanakan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Langkah awal yang dilakukan sebelum PTK dilaksanakan adalah melaksanakan Pre Test berupa praktik unjuk kerja kepada siswa untuk melihat
kemampuan bermusik siswa. Hasil tes siswa dianalisa untuk menentukan tindakan yang tepat dalam mengatasi kesulitan siswa menghubung-hubungkan fakta dan membuat kesimpulan. Dari hasil analisa maka ditetapkan bahwa tindakan yang digunakan untuk mengatasi rendahnya kemampuan musikal siswa adalah melakukan pembiasaan praktik latihan bermain musik di akhir pembelajaran. Dengan berpedoman pada refleksi awal tersebut maka dilaksanakan PTK dengan prosedur (1) perencanaan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) observasi, (4) refleksi dalam setiap siklus. Untuk melaksanakan pembelajaran dengan tutor sebaya, guru/peneliti mempersiapkan bahan ajar dan langkah-langkah mengajar sedemikian rupa sehingga mudah dipahami oleh tutor dan oleh peserta didik. Tahap Perencanaan Tindakan meliputi: a. Membuat Program Program diperlukan sebagai rencana baik guru maupun tutor dalam melaksanakan tugasnya. Program ini intinya terdapat pada dua program yaitu program rencana pembelajaran (RPP) dan petunjuk pembelajaran oleh tutor. b. Menyiapkan Tutor Agar proses pembelajaran yang dilakukan tutor sebaya dapat terlaksana dengan lancar perlu adanya tutor yang benar-benar mampu untuk mengajar temannya. Oleh karena itu, guru harus menyeleksi siswa yang akan dijadikan tutor dengan cara siswa yang memiliki prestasi terbaik dikumpulkan dan diseleksi oleh guru untuk dipilih beberapa orang sebagai tutor. c. Menyiapkan sarana dan prasarana Sarana dan perasana juga sangat penting dalam proses pembelajaran bermain musik, sebab tanpa kesiapan peralatan musik pembelajaran tidak mungkin berjalan. Untuk itu sebelum proses pembelajaran berlangsung dipersiapkan dan dicek seluruh alat musik, sound system dan studio musik. d. Membuat lembar observasi e. Membuat alat bantu mengajar yang diperlukan f. Membuat alat evaluasi / test unjuk kerja D.
-
Pelaksanaan Tindakan Kegiatan yang dilaksanakan dalam tiap tahap adalah melakukan skenario pembelajaran yang telah dibuat. Adapun langkah-langkah pembelajarannya sebagai berikut : Siswa dibagi menjadi 5 kelompok (keadaan siswa dalam tiap kelompok heterogen). Apersepsi selalu diawali dengan menemukan sebuah fenomena musical di sekitar yang bersifat kontekstual.
-
Siswa mencatat fakta-fakta yang ditemukan selama proses pembelajaran praktik musik Siswa mendiskusikan tentang fakta-fakta yang ditemukan dan mengkonsultasikan kepada tutor sebaya/guru Melakukan praktik latihan musik sesuai dengan rancangan dan mendiskusikan hasil praktik latihan musik secara kelompok. Guru mengingatkan agar masing-masing siswa secara individu mencatat temuan-temuan selama pembelajaran praktik musik. Diakhir pembelajaran siswa menyimpulkan hasil praktik pembelajaran musik yang merupakan refleksi proses dan hasil belajar dan tutor diberi reward atas kinerjanya. Data hasil praktik diperiksa guru dan diberi umpan balik yang bermakna. Pada pertemuan berikutnya, diawal pelajaran 5 menit mengulas tentang bermain musik yang benar. Melakukan tes unjuk kerja dengan bentuk soal penugasan setelah beberapa kompentensi dasar (KD) dilatihkan pada siswa. E. Pengamatan Dalam rangka memperoleh data tentang kelemahan-kelemahan atau kelebihan-kelebihan pelaksanaan tindakan untuk acuan perbaikan pada tindakan berikutnya, dilakukan observasi pada guru dan siswa. Observasi pada siswa ditekankan pada kerjasama, keterlibatan siswa dalam observasi dan diskusi dan isi jurnal yang ditulis. Observasi pada guru ditekankan pada pemilihan metode, optimalisasi media, langkahlangkah untuk mencapai kompetensi, alokasi waktu pembelajaran, dan komunikasi lisan. 1. Memberikan program kepada tutor Agar tutor dapat mengajar sesuai dengan apa yang diharapkan oleh guru, tutor diberikan program pembelajaran berupa petunjuk pengajaran oleh tutor baik secara global maupun perbagian/unit. 2. Memberikan petunjuk petunjuk/pengarahan/pelatihan kepada tutor. Sebelum pelaksanaan pembelajaran dilakukan tutor, terlebih dahulu tutor diberi petunjuk, pengarahan bahkan pelatihan oleh guru tentang apa dan bagaimana yang harus dilakukan tutor di depan teman siswa. Melaksanakan tindakan berupa proses pembelajaran oleh guru sesuai dengan rencana tindakan yang disusun. 3. Mengambil pelaksanaan pembelajaran oleh tutor. Tutor yang telah membantu memberikan materi pembelajaran harus diamati juga pelaksanaannya. Apakah tutor bekerja sesuai dengan petunjuk yang ada? Apakah tutor memanfaatkan waktu dan sarana dan prasarana dengan baik? Hal ini perlu pengamatan seksama dari guru,
guru berhak pembelajaran.
memberikan
perbaikan
terhadap
pelaksanaan
F. Refleksi Setelah selesai pelaksanaan tindakan diadakan refleksi untuk membahas hasil observasi yang telah dilakukan. Data yang diperoleh dikumpulkan dan dianalisa. Dari hasil analisa data guru dapat merefleksikan dirinya apakah tindakan yang telah dilakukan dapat meningkatkan penalaran siswa. Disamping itu hasil tes juga dianalisa untuk melihat apakah siswa telah mampu menjawab soal uraian dengan baik. Hasil analisa data akan dipergunakann sebagai acuan untuk merencanakan tindakan pada siklus berikutnya. a.
a. b. c.
G. Instrument Pengumpulan Data Observasi Agar data dapat dianalisis dengan mudah, observasi dilakukan dengan menggunakan instrument observasi. Pada saat diskusi peran serta siswa diklasifikasikan dalam 3 kategori : Kurang, jika siswa pasif tidak berperan serta dalam proses pembelajaran musik Sedang, jika siswa berperan aktif dalam proses pembelajaran dan menanggapi bimbingan tutor sebaya, tetapi kurang berhubungan dengan materi lagu . Baik, jika siswa berperan aktif dalam proses pembelajaran dan dapat menerapkan kemampuan bermusik.
b.
Instrument Penelitian Instrument penelitian ini adalah catatan lapangan format observasi tes penugasan praktik bermain musik bersama bentuk ansambel.
c.
Catatan lapangan dan format observasi Catatan lapangan dan format observasi yang dipakai untuk menjaring data proses pelaksanaan siklus putaran I, II, dan III (jika perlu) melalui pengamatan langsung yang dilakukan oleh peneliti. Catatan lapangan dan format observasi berisi kata – kata kunci yang perlu dikembangkan berdasarkan peristiwa yang terjadi pada saat pembelajaran.
H. Teknik Analisis Data Analisis dilakukan secara deskriptif kualitatif berdasarkan hasil observasi terhadap proses dan hasil belajar siswa dengan langkah sebagai berikut: 1. Melakukan reduksi, yaitu mengecek dan mencatat kembali data-data yang telah terkumpul. 2. Melakukan interpretasi, yaitu menafsirkan selanjutnya diwujudkan dalam bentuk pernyataan.
3. 4. 5.
a.
b.
c.
Melakukan inferensi, yaitu menyimpulkan apakah dalam tindakan pembelajaran ini terjadi peningkatan proses dan hasil belajar siswa atau tidak berdasarkan hasil observasi yang dilaksanakan bersama observer. Tahap tindak lanjut, yaitu merumuskan langkah-langkah perbaikan untuk siklus berikutnya. Pengambilan kesimpulan, diambil berdasarkan analisis hasil observasi yang disesuaikan dengan tujuan penelitian, kemudian dituangkan dalam bentuk interpretasi berupa kalimat pernyataan. Dari kelima langkah tersebut di atas, selanjutnya menetapkan pedoman peningkatan kualitas belajar seni musik dengan indikator sebagai berikut: Hasil belajar psikomotorik personal dinyatakan meningkat jika skor postes siklus I meningkat dari postes siklus II, dengan standar ketuntasan belajar ≥ 79 sebagaimana ditentukan dalam KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) mata pelajaran Seni Budaya di SMP Negeri 152 Jakarta. Kemampuan penerapan aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik sosial dinyatakan meningkat jika skor postes siklus I meningkat dari skor postes siklus II, dengan standar ketuntasan belajar ≥ 79 (soal tes berupa kemampuan menyelesaikan penugasan praktik musik , mengambil keputusan, berpikir dan bersikap kritis, kreatif, dan improvisatif). Aktivitas siswa/proses belajar pada aspek psikomotorik grup (kemampuan bekerja sama) dan afektif (kemauan menghargai orang lain) dinyatakan meningkat jika mengalami peningkatan dari siklus ke siklus pada pembelajaran bermain music bersama lagu Nusantara.