KONSISTENSI RENCANA KERJA (RENJA) UPT BANDAR UDARA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA DENGAN RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DEPARTEMEN PERHUBUNGAN 2005-2009 (Studi Kasus UPT Bandar Udara di Pulau Sulawesi) (Consistency Between Directorate General of Civil Aviation Airport UPT Work Plan and Strategic Plan of the Department of Transportation 2005-2009 : A Case Study in Airport UPT on the island of Sulawesi) Mastuti, Tadjuddin Parenta dan Agussalim
ABSTRACT This study aims to determine the things that cause the document Directorate General of Civil Aviation Airport UPT Work Plan on the island of Sulawesi is inconsistent with the documents the Department of Transportation Strategic Plan 2005-2009. The approach of this research used is a qualitative descriptive. Method of data collection was done by using document studies and in-depth interviews. The results showed that the things that cause inconsistencies between Directorate General of Civil Aviation Airport UPT Work Plan with Strategic Plan of the Department of Transportation 2005-2009 is (a) the human factor is the planners at the central level to dominate the preparation of Air Transport Sub-Sector Strategic Plan; (b) process factors is the change towards a strategic environment that quickly turned out not quite anticipated in the process of preparing the Strategic Plan of the Directorate General of Civil Aviation; (c) structural factors is the lack of coordination between the planners at the central level with Airport UPT led to some important consideration in preparing the details Airport UPT activity in the Strategic Plan is sometimes forgotten; and (d) institutional factors that policies formulated and implemented by the Directorate General of Civil Aviation led to the need for adjustments to the details of the activities in Airport UPT Work Plan. Of the four factors, the human factors, processes and institutions are all factors that influence the occurrence of inconsistencies between these two planning documents. ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hal-hal yang menyebabkan dokumen Renja UPT Bandar Udara Ditjen Perhubungan Udara di Pulau Sulawesi tidak konsisten dengan dokumen Renstra Departemen Perhubungan 2005-2009. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Metode pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik studi dokumen dan wawancara mendalam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hal-hal yang menyebabkan terjadinya inkonsistensi antara dokumen Renja UPT Bandar Udara Ditjen Perhubungan Udara dengan dokumen Renstra Departemen Perhubungan 2005-2009 adalah (a) faktor manusia yaitu para perencana di tingkat pusat lebih mendominasi penyusunan Renstra Sub Sektor Transportasi udara; (b) faktor proses yaitu terjadinya perubahan terhadap lingkungan strategis yang cepat ternyata belum cukup diantisipasi dalam proses penyusunan Renstra Ditjen Perhubungan Udara; (c) faktor struktural yaitu kurangnya koordinasi antara para perencana di tingkat pusat dengan UPT Bandar Udara menyebabkan beberapa bahan pertimbangan penting dalam penyusunan rincian kegiatan UPT Bandar Udara dalam Renstra terkadang dilupakan; dan (d) faktor kelembagaan yaitu kebijakan yang dirumuskan dan dilaksanakan oleh Ditjen Perhubungan Udara menyebabkan perlunya penyesuaian rincian kegiatan UPT Bandar Udara dalam Renja UPT Bandar Udara. Dari keempat faktor tersebut, maka faktor manusia, proses dan kelembagaan merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya inkonsistensi antara kedua dokumen perencanaan tersebut.
2
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Renstra Departemen Perhubungan tahun 2005-2009 telah memuat arah kebijakan pembangunan dan program pembangunan sub sektor transportasi udara, yang dilengkapi dengan rincian rencana kegiatan sub sektor transportasi udara dalam kurun waktu 2005-2009. Rincian kegiatan ini mencakup rincian kegiatan seluruh unit kerja di lingkungan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara (Ditjen Perhubungan Udara) yaitu Sekretariat Direktorat Jenderal (Bagian Perencanaan, Keuangan, Hukum dan Kepegawaian dan Umum), Direktorat Bandar Udara, Direktorat Angkutan Udara, Direktorat Kelaikan Udara dan Pengoperasian Pesawat Udara, Direktorat Navigasi Penerbangan, Direktorat Keamanan Penerbangan, Balai Kalibrasi Fasilitas Penerbangan, Balai Kesehatan Penerbangan, Balai Elektronika dan Unit Pelaksana Teknis (UPT) Bandar Udara Ditjen Perhubungan Udara yang tersebar di seluruh Indonesia. Luasnya lingkup unit kerja Ditjen Perhubungan Udara ini juga menunjukkan semakin kompleksnya permasalahan yang dihadapi oleh Ditjen Perhubungan Udara. Program pembangunan transportasi udara tahun 2005-2009 bertujuan untuk mendukung transportasi udara yang lancar, terpadu, aman dan nyaman, sehingga mampu meningkatkan efisiensi pergerakan orang dan barang, memperkecil kesenjangan pelayanan angkutan antar wilayah serta mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. Dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam program pembangunan transportasi udara dalam kurun waktu 2005-2009 dan menjamin program yang berkelanjutan dan berkesinambungan maka rencana strategis sub sektor transportasi udara diharapkan dapat dijabarkan dalam rencana tahunan sub sektor transportasi udara. Namun dengan mengamati dokumen Rencana Kerja Tahunan UPT Bandar Udara Ditjen Perhubungan Udara (Renja UPT Bandar Udara Ditjen Perhubungan Udara) dan membandingkannya dengan dokumen Rencana Strategis Sub Sektor Transportasi Udara maka masih ditemukan ketidaksesuaian antara rincian kegiatan yang ada dalam Renstra dengan rincian kegiatan yang ada dalam Renja tahunan tersebut. Atau dengan kata lain, rencana kegiatan dalam suatu program yang telah dituangkan dalam Renstra tidak sepenuhnya sejalan dengan rencana kegiatan tahunan unit kerja UPT Bandar Udara Ditjen Perhubungan Udara. Hal ini ditemukan dari survey pendahuluan yang telah dilakukan oleh peneliti pada Kantor Pusat Departemen Perhubungan khususnya pada Ditjen Perhubungan Udara untuk mengumpulkan data awal yang memunculkan fakta adanya permasalahan terhadap konsistensi antara kedua dokumen perencanaan tersebut. Dengan menggunakan data awal berupa dokumen Renstra Departemen Perhubungan 2005-2009 dan dokumen Renja Ditjen Perhubungan Udara khususnya pada rincian kegiatan untuk UPT Bandar Udara Ditjen Perhubungan Udara di Pulau Sulawesi maka ditemukan terjadinya ketidaksesuaian antara rincian kegiatan yang terdapat dalam kedua dokumen perencanaan tersebut. B. Rumusan Masalah Mengapa dokumen Renja UPT Bandar Udara Ditjen Perhubungan Udara di Pulau Sulawesi tidak konsisten dengan dokumen Renstra Departemen Perhubungan 2005-2009 ? C. Tujuan Penelitian Untuk mengetahui hal-hal yang menyebabkan dokumen Renja UPT Bandar Udara Ditjen Perhubungan Udara di Pulau Sulawesi tidak konsisten dengan dokumen Renstra Departemen Perhubungan 2005-2009. D. Kegunaan Penelitian 1. Secara praktis, diharapkan dapat menjadi salah satu bahan pertimbangan bagi para pengambil kebijakan khususnya di lingkungan Departemen Perhubungan dalam mendesain kebijakan dalam perencanaan dan implementasi Rencana Strategis Departemen Perhubungan. 2. Secara akademis, penelitian ini diiharapkan dapat menjadi salah satu bahan referensi bagi penelitian selanjutnya.
3
TINJAUAN PUSTAKA A. Perencanaan Strategis Mengikuti Olsen dan Eadie (1982) dalam Bryson (2008:4), mendefenisikan perencanaan strategis sebagai upaya yang didisiplinkan untuk membuat keputusan dan tindakan penting yang membentuk dan memandu bagaimana menjadi organisasi (atau entitas lainnya), apa yang dikerjakan organisasi (atau entitas lainnya), dan mengapa organisasi (atau entitas lainnya) mengerjakan hal seperti itu. Sementara itu, Salusu (2008:500) menyatakan bahwa perencanaan stratejik adalah instrumen kepemimpinan dan suatu proses.Sebagai suatu proses, ia menentukan apa yang dikehendaki suatu organisasi di masa depan dan bagaimana usaha mencapainya; suatu proses yang menjelaskan sasaran-sasaran. Seperti juga ditegaskan oleh Steiss (1985) dalam Salusu (2008:500) bahwa perencanaan stratejik sebagai komponen dari manajemen stratejik bertugas untuk memperjelas tujuan dan sasaran, memilih berbagai kebijaksanaan, terutama dalam memperoleh dan mengalokasikan sumberdaya, serta menciptakan suatu pedoman dalam menerjemahkan kebijaksanaan organisasi. Bryson (2008:55) menguraikan delapan langkah untuk mengembangkan berpikir dan bertindak strategis dalam pemerintahan, lembaga publik, organisasi nirlaba, komunitas atau entitas lainnya yaitu meliputi : (1) memprakarsai dan menyepakati suatu proses perencanaan strategis; (2) memperjelas mandat organisasi; (3) memperjelas misi dan nilai-nilai organisasi; (4) menilai lingkungan eksternal; (5) menilai lingkungan internal; (6) mengidentifikasi isu strategis yang dihadapi organisasi; (7) merumuskan strategi untuk mengelola isu-isu; (8) menciptakan visi organisasi yang efektif untuk masa depan. Perencanaan strategis tidak mengimplementasikan dirinya sendiri. Sebagaimana diuraikan Bryson, Van de Ven, dan Roering (1987) dalam Bryson (2008:227) bahwa orang yang ingin menggunakan perencanaan strategis untuk memperkuat dan melanjutkan proses organisasi harus menghadapi empat faktor kunci, sebagai tantangan menuju perencanaan strategis : masalah manusia mengenai perhatian dan komitmen, masalah proses mengenai peralihan ide strategis menjadi arus yang baik, masalah struktural mengenai hubungan antara bagian dan keseluruhan, serta masalah institusional mengenai pemakaian secara tepat kepemimpinan transformatif. B. Konsistensi Nawawi (2005:204-205) mengatakan bahwa konsistensi merupakan tolok ukur yang menekankan pada kegiatan mengungkapkan kemampuan manajemen puncak dan jajarannya di lingkungan sebuah organisasi non profit, dalam merencanakan program berkelanjutan dan beberapa proyek tahunan yang berkesinambungan atau konsisten dalam arti saling menunjang, baik dalam satu tahun anggaran yang sama, maupun selama dua tahun anggaran atau lebih secara berkelanjutan. Oleh karena itu, aspek yang diungkapkan dari hasil kontrol dan sistem pengendalian adalah tentang tingkat konsistensi program dan proyek, dengan sasaran dan tujuan strategik organisasi non profit. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan selama satu bulan, yang dimulai pada bulan Agustus tahun 2010 dan berakhir pada bulan September tahun 2010. Lokasi penelitian pada Kantor Pusat Departemen Perhubungan di Jakarta, khususnya pada Direktorat Jenderal Perhubungan Udara. B. Teknik Analisis Data Analisis data yang digunakan adalah analisis data secara kualitatif. Anaisis data kualitatif diartikan sebagai usaha analisis berdasarkan kata-kata yang disusun dalam bentuk teks yang diperluas. Data yang dianalisis adalah hasil wawancara dan studi dokumen yang telah dituangkan dalam catatan.
4
Untuk menjawab permasalahan pertama dilakukan analisis terhadap data-data yang dikumpulkan melalui melalui studi dokumentasi dan didukung dengan wawancara yang diperlukan. Tahap pertama yang dilakukan adalah melakukan analisis terhadap penyebab terjadinya inkonsistensi antara rincian kegiatan yang terdapat dalam Renstra Departemen Perhubungan 2005-2009 Sub Sektor Transportasi Udara khususnya pada rincian kegiatan UPT Bandar Udara Ditjen Perhubungan Udara dengan rincian kegiatan yang terdapat dalam Renja UPT Bandar Udara Ditjen Perhubungan Udara, yang dilakukan terhadap seluruh bandar udara kelas I, II, III dan IV yang berada di Pulau Sulawesi yang dijadikan sebagai objek penelitian. Analisis terhadap penyebab terjadinya inkonsistensi ini dilakukan untuk Program Pembangunan Transportasi Udara tahun 2007, 2008 dan 2009. Tahap selanjutnya adalah melakukan analisis terhadap penyebab terjadinya inkonsistensi antara kedua dokumen perencanaan tersebut melalui data-data yang dikumpulkan baik dari hasil wawancara maupun dari dokumen-dokumen yang terkait untuk mengetahui hal-hal yang menyebabkan terjadinya inkonsistensi pada rincian kegiatan yang terdapat dalam dokumen perencanaan Renstra Departemen Perhubungan 2005-2009 dan Renja UPT Bandar Udara Ditjen Perhubungan Udara Tahun 2007-2009 pada Program Pembangunan Transportasi Udara. Analisis terhadap penyebab terjadinya inkonsistensi ini, dilakukan dengan melihat dari empat sudut aspek kajian yaitu faktor manusia, faktor proses, faktor struktural dan faktor kelembagaan. Untuk menjawab permasalahan kedua, juga dilakukan analisis terhadap data-data yang dikumpulkan melalui wawancara. Berbagai temuan alasan terjadinya inkonsistensi yang ditemukan pada analisis masalah pertama kemudian dijadikan dasar untuk menganalisis permasalahan kedua. Berbagai temuan alasan terjadinya inkonsistensi terhadap rincian kegiatan yang terdapat dalam dokumen perencanaan yang telah dianalisis dari 4 (empat) aspek kajian yaitu faktor manusia, faktor proses, faktor struktural dan faktor kelembagaan ini dianalisis lebih lanjut untuk menentukan dari keempat faktor tersebut, faktor-faktor mana saja yang berpengaruh terhadap terjadinya inkonsistensi antara rincian kegiatan yang terdapat dalam dokumen Renja UPT Bandar Udara Ditjen Perhubungan Udara dengan Renstra Departemen Perhubungan 2005-2009 pada sub sektor transportasi udara. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Penyebab Terjadinya Inkonsistensi Antara Rencana Kerja UPT Bandar Udara Ditjen Perhubungan Udara Di Pulau Sulawesi Dengan Rencana Strategis Departemen Perhubungan 2005-2009 Dengan memperhatikan hasil temuan alasan-alasan terjadinya inkonsistensi, maka untuk mengetahui secara umum hal-hal yang menyebabkan terjadinya inkonsistensi antara rincian kegiatan yang ada dalam Renstra Departemen Perhubungan 2005-2009 dengan rincian kegiatan yang ada dalam Renja UPT Bandar Udara, analisis penyebab inkonsistensi tersebut dilihat dari 4 (empat) aspek kajian yaitu dari sisi faktor manusia, proses, struktural dan kelembagaan : 1.FAKTOR MANUSIA Dokumen Renstra yang dilengkapi dengan rincian kegiatan adalah hasil kebijakan Ditjen Perhubungan Udara melalui perencana yang terlibat di dalamnya sehingga hasil rincian kegiatan yang telah dituangkan dalam Renstra telah dianggap mewakili kebutuhan untuk pembangunan transportasi udara dalam kurun waktu 5 (lima) tahun ke depan. Sebagai acuan dalam penyusunan rincian kegiatan tahunan yang dituangkan dalam dokumen Renja, maka berdasarkan kaidah pelaksanaan Renstra Departemen Perhubungan 2005-2009 adalah sebuah kewajiban untuk menjaga konsistensi antara Renstra dengan Renja UPT di lingkungan Ditjen Perhubungan Udara. Namun masih saja ditemukan ketidaksesuaian antara rincian kegiatan yang terdapat dalam Renstra dengan Renja UPT Bandar Udara Ditjen Perhubungan Udara. Hal ini lebih disebabkan karena para perencana di tingkat pusat lebih mendominasi penyusunan Renstra terutama penyusunan rincian kegiatan UPT Bandar Udara. Sementara itu, masih banyak Kepala Bandar Udara Ditjen Perhubungan Udara yang belum mengerti betul dengan Renstra itu sendiri. Hal ini terutama banyak
5
terjadi pada bandara-bandara kecil yang jumlahnya sangat banyak terutama di wilayah Papua dan wilayah-wilayah lainnya. Perencana di tingkat pusat telah mengirimkan permintaan data dan informasi eksisting bandar udara disertai dengan isian matriks Renstra UPT Bandar Udara yang harus diisi berdasarkan kebutuhan bandar udara dalam kurun waktu 2005-2009. Namun dikarenakan masih rendahnya pengetahuan atau kompetensi beberapa Kepala Bandara terutama pengetahuan tentang Renstra itu sendiri menyebabkan tidak semua formulir isian yang diminta tersebut dikembalikan oleh UPT Bandar Udara. Dalam hal ini sangat diperlukan adanya sosialisasi Renstra yang dilakukan oleh Ditjen Perhubungan Udara untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang Renstra Ditjen Perhubungan Udara. 2.FAKTOR PROSES Lingkungan internal Ditjen Perhubungan Udara meliputi lingkungan Kantor Pusat Ditjen Perhubungan Udara beserta seluruh UPT-UPT di lingkungan Ditjen Perhubungan Udara. Sementara itu, lingkungan eksternal Ditjen Perhubungan Udara berhubungan dengan seluruh stakeholder perhubungan yang terlibat dalam pembangunan transportasi udara seperti perusahaan penerbangan, perusahaan groundhandling, bandara-bandara BUMN, Pemerintah Daerah, dan lainlain. Keterlibatan seluruh unsur baik dari lingkungan internal maupun eksternal dalam proses penyusunan dokumen Renstra sub sektor transportasi udara akan menyempurnakan isi dari dokumen tersebut karena berbagai masukan dari seluruh unsur menjadi bahan pertimbangan dalam menyusun program dan kegiatan dalam kurun waktu lima tahun ke depan. Namun dalam proses penyusunan Renstra Ditjen Perhubungan Udara sendiri, keterlibatan para stakeholder perhubungan masih belum dilibatkan sehingga dapat menyebabkan berkurangnya keakuratan dalam melakukan analisis terhadap lingkungan strategis misalnya dalam membuat proyeksi permintaan angkutan udara dikarenakan perkembangan potensi suatu daerah serta hal-hal lainnya yang terkait dengan perkembangan transportasi udara. Peramalan terhadap permintaan angkutan udara berdasarkan kondisi lingkungan transportasi udara dituangkan dalam analisis lingkungan strategis dalam Renstra Ditjen Perhubungan Udara yang secara rinci dituangkan dalam rincian kegiatan Renstra dan dijabarkan dalam rincian kegiatan Renja UPT Bandar Udara Ditjen Perhubungan Udara. Namun tidak semua perubahan lingkungan strategis dapat diantisipasi dalam Renstra seperti terjadinya bencana alam, dan lain lain, yang menyebabkan munculnya kegiatan dalam Renja sebagai tindak lanjut perubahan lingkungan strategis tersebut. Hal ini tentunya menyebabkan rincian kegiatan dalam Renstra akan berbeda dengan rincian kegiatan dalam Renja. 3. FAKTOR STRUKTURAL Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa keterlibatan Kepala Bandar Udara dalam proses penyusunan rincian kegiatan UPT Bandar Udara dalam Renstra terjadi secara tidak langsung sehingga koordinasi yang dilakukan hanya berupa penyampaian laporan data eksisting bandar udara dan kebutuhan bandar udara yang diproyeksikan selama 5 (lima) tahun ke depan. Meskipun data-data yang dibutuhkan telah disampaikan namun koordinasi antara perencana dan pelaksana harus tetap dilakukan selama proses penyusunan rincian kegiatan. Hal ini diperlukan karena masih terjadi ketidaksesuaian rincian kegiatan yang terdapat dalam Renstra dengan Renja UPT Bandar Udara misalnya dikarenakan adanya satu dokumen seperti rencana induk bandar udara yang seharusnya menjadi bahan pertimbangan dalam penyusunan rincian kegiatan UPT Bandar Udara tidak digunakan dalam proses penyusunan rincian kegiatan UPT Bandar Udara sebagai bagian dari Renstra Ditjen Perhubungan Udara. Hal ini tentunya menyebabkan terjadinya rincian kegiatan yang ada dalam Renstra menjadi berbeda dengan rincian kegiatan yang ada dalam Renja UPT Bandar Udara yang dibuat berdasarkan rencana induk bandar udara. Untuk mengurangi terjadinya perbedaan-perbedaan dalam rincian kegiatan dalam Renstra dengan Renja maka diperlukan koordinasi yang baik antara perencana di tingkat pusat dengan UPT sebagai pelaksana kegiatan di lapangan.
6
4.FAKTOR KELEMBAGAAN Berdasarkan tugas pokok dan fungsi Ditjen Perhubungan Udara, maka arah kebijakan pembangunan sub sektor transportasi udara yang telah ditetapkan dalam Renstra Departemen Perhubungan 2005-2009 yang disertai dengan rincian program/kegiatan dalam kurun waktu 20052009 merupakan arahan kebijakan yang telah diputuskan oleh Ditjen Perhubungan dengan memperhatikan berbagai peraturan atau standar yang berlaku di lingkungan Ditjen Perhubungan Udara sesuai dengan tugas pokok dan fungsi Ditjen Perhubungan Udara di bidang transportasi udara. Namun terjadinya perubahan terhadap lingkungan strategis yang mengharuskan bandar udara menyesuaikan dengan kondisi tersebut seperti melakukan peningkatan fasilitas sisi udara, sisi darat, dan sebagainya. Hal ini tentunya menyebabkan Ditjen Perhubungan Udara harus memberikan arahan-arahan berdasarkan kebijakan yang berlaku di lingkungan Ditjen Perhubungan Udara sesuai dengan tugas pokok dan fungsi Ditjen Perhubungan Udara. Tindak lanjut arahan ini direalisasikan dalam Renja UPT Bandar Udara agar tetap menjamin keamanan dan keselamatan penerbangan sehingga hal ini menyebabkan rincian kegiatan UPT Bandar Udara yang sebelumnya telah dituangkan dalam Renstra sub sektor transportasi udara menjadi berbeda dengan rincian kegiatan yang terdapat dalam Renja UPT Bandar Udara. B. Analisis Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Terjadinya Inkonsistensi Antara Rencana Kerja UPT Bandar Udara Ditjen Perhubungan Udara Di Pulau Sulawesi Dengan Rencana Strategis Departemen Perhubungan 2005-2009 Hasil analisis terhadap faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya inkonsistensi antara rincian kegiatan dalam Renstra Departemen Perhubungan 2005-2009 dengan rincian kegiatan dalam Renja UPT Bandar Udara Ditjen Perhubungan Udara ditampilkan dalam tabel berikut. Matriks faktorfaktor yang berpengaruh terhadap terjadinya inkonsistensi antara rincian kegiatan dalam Renstra Departemen Perhubungan 2005-2009 dengan rincian kegiatan dalam Renja UPT Bandar Udara Ditjen Perhubungan Udara dengan memberikan tanda √ pada faktor yang menyebabkan terjadinya inkonsistensi. Matriks faktor-faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya inkonsistensi antara rincian kegiatan dalam Renstra Departemen Perhubungan 2005-2009 dengan rincian kegiatan dalam Renja UPT Bandar Udara Ditjen Perhubungan Udara NO
TEMUAN ALASAN TERJADINYA INKONSISTENSI
1
Adanya kegiatan yang muncul dalam Renja tetapi tidak terdapat dalam Renstra karena kegiatan dalam Renja tersebut merupakan rangkaian atau bagian dari kegiatan lainnya atau dengan kata lain kegiatan tersebut muncul karena adanya suatu kegiatan utama. Adanya kegiatan yang penting dan harus dilakukan dalam memenuhi standar keamanan dan keselamatan penerbangan (kebutuhan bandar udara yang muncul dengan melihat kondisi di lapangan sehingga dianggap prioritas), membuat beberapa kegiatan tersebut muncul
2
ASPEK KAJIAN PENYEBAB INKONSISTENSI (FAKTOR BERPENGARUH) MANUSIA PROSE STRUKTUR KELEMBAGA S AL AN √
√
-
√
-
-
-
√
7
NO
TEMUAN ALASAN TERJADINYA INKONSISTENSI
ASPEK KAJIAN PENYEBAB INKONSISTENSI (FAKTOR BERPENGARUH) MANUSIA PROSE STRUKTUR KELEMBAGA S AL AN
dalam Renja namun tidak terdapat dalam rincian kegiatan dalam Renstra. 3 Adanya pertimbangan keterbatasan pendanaan yang tersedia menyebabkan beberapa kegiatan dalam Renstra tidak dapat langsung direalisasikan dalam Renja atau direalisasikan dalam Renja namun mundur dari waktu yang telah ditetapkan dalam Renstra. 4 Adanya perubahan status suatu daerah, seperti terjadinya pemekaran wilayah menjadi propinsi baru menyebabkan perlunya penyesuaian terhadap fasilitas bandar udara. 5 Adanya kebijakan Ditjen √ Perhubungan Udara mengenai pembangunan/pengembangan Bandar udara di daerah rawan bencana dan perbatasan negara telah dituangkan dalam Renstra Departemen Perhubungan 2005-2009 sub sektor transportasi udara. Namun kebijakan tersebut belum disertai dengan rincian kegiatan pembangunan pada bandar udara-bandar udara lainnya yang termasuk dalam daerah rawan bencana dan perbatasan negara. 6 Adanya kegiatan-kegiatan yang √ muncul dalam Renja adalah tindak lanjut dari Rencana Induk Bandar Udara, namun tidak semua rencana kegiatan dalam rencana induk bandar udara tersebut dituangkan dalam Renstra. Sumber : Hasil Olahan Data Primer (Wawancara), 2010
-
-
√
-
-
√
√
-
√
√
√
√
KESIMPULAN 1. Hal-hal yang menyebabkan terjadinya inkonsistensi antara dokumen Renstra Departemen Perhubungan 2005-2009 dengan dokumen Renja UPT Bandar Udara Ditjen Perhubungan Udara ditinjau dari 4 (empat) aspek kajian adalah : a. Faktor Manusia; di mana para perencana di tingkat pusat lebih mendominasi penyusunan Renstra terutama penyusunan rincian kegiatan UPT Bandar Udara Ditjen Perhubungan Udara. Sementara itu, masih banyak Kepala Bandar Udara yang belum mengerti betul mengenai Renstra itu sendiri. b. Faktor Proses; di mana terjadinya perubahan terhadap lingkungan strategis yang cepat ternyata belum cukup diantisipasi dalam proses penyusunan Renstra Ditjen Perhubungan
8
Udara khususnya pada tahapan proses analisis lingkungan strategis. Terjadinya lonjakan terhadap permintaan angkutan udara, terjadinya pemekaran wilayah, dan bencana alam adalah perubahan terhadap lingkungan strategis yang belum dapat diakomodir dalam Renstra Sub Sektor Transportasi Udara. c. Faktor Struktural; di mana kurangnya koordinasi antara para perencana di tingkat pusat dengan UPT Bandar Udara menyebabkan beberapa bahan pertimbangan penting dalam penyusunan rincian kegiatan UPT Bandar Udara dalam Renstra terkadang dilupakan. d. Faktor Kelembagaan; di mana kebijakan yang dirumuskan dan dilaksanakan oleh Ditjen Perhubungan Udara dalam rangka melaksanakan tugas pokok dan fungsinya sebagai regulator di bidang transportasi udara menyebabkan perlunya penyesuaian rincian kegiatan UPT Bandar Udara dalam Renja UPT Bandar Udara sehingga berbeda dengan rincian kegiatan yang ada dalam Renstra. 2. Dengan memperhatikan 6 (enam) temuan alasan terjadinya inkonsistensi antara dokumen Renstra Departemen Perhubungan dengan dokumen Renja UPT Bandar Udara Ditjen Perhubungan Udara di Pulau Sulawesi, maka faktor manusia, proses dan kelembagaan merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya inkonsistensi di mana sebagian besar temuan-temuan alasan terjadinya inkonsistensi disebabkan oleh faktor-faktor ini. Sedangkan faktor struktural merupakan faktor yang tidak mempengaruhi terjadinya inkonsistensi di mana temuan-temuan alasan terjadinya inkonsistensi hanya sebagian kecil disebabkan oleh faktor ini. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, S., 1996, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek, Rineka Cipta, Jakarta. Bagian Perencanaan Ditjen Perhubungan Udara, 2010. Data Nasional Sub Sektor Transportasi Udara, Jakarta. Bagian Perencanaan Ditjen Perhubungan Udara, 2010. Buku Executive Summary: Data Informasi Bandar Udara, Jakarta. Bryson, J.M. 2008. Perencanaan Strategis bagi Organisasi Sosial. Pustaka Pelajar, Yogyakarta. Bungin, M.B. 2009. Penelitian Kualitatif. Komunikasi,Ekonomi,Kebijakan Publik dan Ilmu Sosial Lainnya. Penerbit Kencana Prenada Media Group, Jakarta. Departemen Perhubungan, 2007. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Departemen Perhubungan Tahun 2005-2025, Jakarta. Departemen Perhubungan. 2006. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM.31 Tahun 2006 Tentang Pedoman dan Proses Perencanaan di Lingkungan Departemen Perhubungan, Jakarta. Direktorat Jenderal Perhubungan Udara. 2006. Ringkasan Eksekutif : Studi Pengembangan Bandara Dalam Rangka Penanganan Bencana Alam dan Pembangunan Daerah Perbatasan, Jakarta. Departemen Perhubungan. 2005. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor: KM.41 Tahun 2005 Tentang Rencana Strategis Departemen Perhubungan Tahun 2005-2009, Jakarta. Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Departemen Perhubungan. 2005. Cetak Biru Pembangunan Transportasi Udara 2005-2024, Jakarta. Nawawi, H. 2005. Manajemen Strategik Organisasi Non Profit Bidang Pemerintahan. Gajah Mada University Press, Yogyakart. Rustiadi, E., Saefulhakim, S., Panuju, D.R. 2009. Perencanaan dan Pengembangan Wilayah. Yayasan Obor Indonesia, Jakarta. Salusu, J. 2008. Pengambilan Keputusan Strategik untuk Organisasi Publik dan Organisasi Nonprofit. Penerbit PT. Gramedia Widiassarana Indonesia (Grasindo), Jakarta.