PERAN PERGURUAN TINGGI MENTRANSFORMASI RENSTRA KEMENRISTEKDIKTI DALAM PRIORITAS MUTU, AKSES RELEVANSI, DAYA SAING DAN TATA KELOLA ERA ASEAN ECONOMIC COMMUNITY
Arief Budhi Dharma, Anggoro Panji Nugroho, dan Dian Nur Mastuti STIE-AUB SURAKARTA
ABSTRACT Century 21 Indonesia holds an important position of the world through the ASEAN Economic Community (AEC) ASEAN community is no longer a place for community security, economic and socio-cultural, but the exchange of goods and services. Because of these challenges, Indonesia which has the highest college ASEAN 3.116 number of higher education institutions, both public and private sector with 15.864 courses students should be able to print a competent and qualified. Through the strategic plan contained in the Grand Design RPJP 2015-2025 should be able to prepare the next generation is ready to face the ASEAN Economic Community (AEC) principally agreed together in Mutual Recognitian Arrangements (MRA). Universities and colleges must be able menstransformasi strategic plan menristekdikti are prioritizing the quality of graduates as an outcome, relevance generated for acceptance in the world of work, competitiveness is able to master the world of workers both hard skills and soft skills and as a means of giving birth governance regulations that favor the progress of the world. Keywords: Transformation, colleges, quality, competitiveness, relevance and governance. yang berkualitas tinggi maka pemerintah melakukan rencana PENDAHULUAN Setiap negara memiliki strategis dengan grand design program pendidikan yang menjadi perguruan tinggi 2015-2025. pijakan penciptaan generasi penerus Grand design tersebut sesuai yang handal, cerdas dan memiliki dengan Visi Rencana Pembangunan integritas pada bangsanya. Pendidikan Jangka Panjang (RPJP) Indonesia merupakan faktor pendukung yang bahwa Indonesia masa depan menerangi peranan penting di segala diharapkan mampu menjadi negara sektor. Untuk mempercepat maju, kuat dan besar. Harapan itu pemerataan pendidikan pada tercermin pada visi yaitu “ mengangkat masyarakat Indonesia dan kesempatan Indonesia menjadi negara maju dan memperoleh pendidikan yang bermutu merupakan kekuatan 16 (enam belas) tinggi bagi seluruh rakyat Indonesia besar dunia di tahun 2013 dan 7 (tujuh) menuju terciptanya manusia indonesa besar dunia pad atahun 2030 melalui 84
Arief Budhi D., Anggoro Panji N., dan Dian NM. Peran Perguruan Tinggi...
85
pertumbuhan ekonomi tinggi yang inklusif dan berkelanjutan “1 Semua komponen dapat berperan penting secara optimal untuk menghantarkan bangsa Indonesia menjadi bangsa yang maju, kuat dan besar, namun salah satu faktor terpenting yaitu perlu disiapkan secara terencana sungguh-sungguh adalah Sumber Daya Manusia (SDM) ynag berkualitas, yaitu SDM terampil dan mandiri yang mampu memanfaatkan peluang dan menghadapi tantangan yang muncul dalam berbagai bidang kegiatan pembangunan. Khususnya SDM di lembaga perguruan tinggi di Indonesia, yang secara keseluruhan jumlah lembaga pendidikan tinggi adalah 3,116 lembaga pendidikan tinggi baik negeri maupun swasta dengan 15,864 program studi.2 Jumlah perguruan tinggi terbanyak di ASEAN adalah modal yang mampu dipastikan menghasilkan lulusan perguruan tinggi yang bermutu tinggi, pendidikan yang relevan dengan kebutuhan pasar, dapat mengakses seluruh lini profesi yang tertuang dalam Mutual Recognitian Arrangements (MRA) ASEAN Economic Community (AEC), mampu menghasilkan daya saing yang tinggi terhadap persaingan bebas yang kian maju, dan menciptakan tata kelola perusahaan sesuai dengan princip Good Corporate Governance (GCG)3
Mengingat betapa krusial dan pentingnya sumber daya manusia sebagai modal bangsa, dibutuhkan peran perguruan tinggi yang mampu menciptakan pendidikan yang kompeten dan berintegritas terhadap hasil pendidikan melalui pola/strategi yang menitiberatkan pada sasaran yang bermutu tinggi. Konsekwensinya terjadi paradigma perubahan pembangunan dari pembangunan yang berbasis sumber daya alam menjadi pembangunan berbasis sumber daya manusia. Perubahan pandangan yang dibutukan masyarakat pada umumnya dan dunia pada khususnya menjadi tantangan dunia pendidikan dalam menerapkan grand design seperti kurikulum berbasis Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia(KKNI) di seluruh mata kuliah pada seluruh perguruan tinggi.4 Menurut Julipah dalam makalahnya mengenai Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015 pendekatan yang mampu dioptimalkan untuk menghadapi tantangan MEA 2015 ke depan khususnya di bidang pendidikan yaitu: pendidikan merupakan hal yang terpenting untuk meningkatkan kualitas sumber daya masyarakat khususnya di kawasan Indonesia Timur. Sebagai usaha untuk meningkatkan daya saing dengan penduduk dari asal negara asing lainnya, penting untuk pemerintah daerah maupun pusat untuk lebih
1
Kesiapan Prodi Akuntansi dalam MEA” 2015 4 Kopertis Wilayah 6 Jateng “Lokakarya PEKERTI dosen PTS, 2016.
Mckansey Globak, 2012 Prof didik Sulistynanto, “Peran Peguruan Tinggi dalam MEA” 2014. 3 Arief Budhi Dharma”Analisis Faktor 2
86 Proceedings International Seminar FoE (Faculty of Education) – Vol. 1 Mei 2016
memberikan perhatian kepada masalah pendidikan. Penyuluhan sebagai langkah untuk mencerdaskan kehidupan masyarakat setempat pun perlu dilakukan untuk memberikan kemudahan mengelola kekayaan alam kawasan Indonesia Timur. PERMASALAHAN 1. Apa langkah strategis perguruan tinggi dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia? 2. Bagaimana upaya perguruan tinggi dalam menstransformasi renstra dikti dalam hal mutu, relevansi, akses, daya saing dan tata kelola dalam Era ASEAN Economic Community (AEC)? KAJIAN TEORI DAN PEMBAHASAN Langkah Strategis Perguruan Tinggi meningkatkan sumber daya manusia. Sebagian besar sumber daya yang dimiliki Indonesia saat ini adalah lulusan sekolah dasar dan sekolah menengah. Hanya sebagian kecil dari mereka yang lulusan perguruan tinggi, dan yang lebih memprihatinkan bahwa komposisi tersebut belum mengalami perubahan secara signifikan dalam 15 tahun ke depan dikarenakan target pengembangan yang sangat minim. Sedangkan komposisi angkatan kerja tersebut sejalan dengan kualitas penduduk. Menurut Lutfi Agus Salim, 2012 bahwa 60% penduduk Indonesia hanya tamat SD atau lebih rendah, 5
Lutfhi Agus Salim, Kemandirian SDM, 2012
dengan angka harapan hidup antara 6872 tahun dan angka penanggguran 7.14%.5 Tantangan peningkatan keterampilan dan kemandirian sumber daya manusia Indonesia ke depan akan semakin besar, karena trend pertumbuhan penduduk yang terus meningkat. Ini berarti bahwa kebutuhan akses pendidikan, lapangan kerja dan pelayanan publik lainnya juga ajan semakin meningkat. Jika tidak diimbangi dengan pertumbuhan ekonomi dan penambahan lapangan kerja maka dapat dipastikan bahwa angka kemiskinan dan penangguran juga akan terus bertambah dari tahun ke tahun. Untuk menciptakan sumber daya manusia yang kompeten dari unskilled and semi skilled manpower menuju siklled anpower and highly skilled manpower, maka perguruan tinggi sebagai satu-satunya wadah mencetak generasi penerus bangsa yang maju dan kreatif sesuai dengan arahan terciptanya ASEAN Economic Community, maka perlu adanya langkah atau strategi yang dikembangkan diantaranya : 1. Setiap perguruan tinggi di lingkungan anggota ASEAN harus membuka diri dengan perguruan tinggi lainnya di lingkungan ASEAN dalam bidang pendidikan dan kebudayaan. 2. Pemerintah melalui kementerian pendidikan nasional baik dari BPKLN maupun pendidikan tinggi memberikan sponshor untuk
Arief Budhi D., Anggoro Panji N., dan Dian NM. Peran Perguruan Tinggi...
penyelenggaraan studi lanjut baik untuk pendidikan formal, training mapun sandwich 3. Bekerja sama dengan seluruh perguruan tinggi dalam bidang pembukaan double degree baik untuk program bachleor, magister maupun doktor. 4. Adanya pertukaran pelajar dan mahasiswa, dosen, pakar serta peneliti antara negara yang tergabung dalam ASEAN Economic Community dalam rangka memajukan pendidikan dan kebudayaan kedua negara agar terselenggaranya informasi yang membuka peluang pasar bagi para pihak. 5. Program school and university partnership yang merupakan program kegiatan bersama baik di tingkat pendidikan menengah maupun pendidikan tinggi.6
87
Jumlah lembaga pendidikan tinggi dan program studi yang terbanyak di ASEAN dipastikan menghasilkan Sumber Daya Manusia yang berkualitas dengan berbagai kompetensi yang dimilikinya. Sumber daya manusia yang berkualitas menjadi dalah satu determinant factor and driving force dalam kegiatan pembangunan. Sasaran pendidikan karakter di perguruan tinggi adalah mahasiswa selaku generasi muda yang berperan sebagai agen of change. Mahasiswa sebagai intelektual muda calon
pemimpin masa depan merupakan asset bangsa yang berharga. Pengembangan intelektual, keseimbangan emosi, dan penghayatan spiritual mahasiswa merupakan prioritas pembimbingan mahasiswa agar menjadi warga Negara yang bertanggung jawab serta berkontribusi pada daya saing bangsa. Undang- undang nomor 12 tahun 2012 menyatakan bahwa untuk meningkatkan daya saing bangsa dalam menghadapi globalisasi di segala bidang, diperlukan pendidikan tinggi yang mampu mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi serta menghasilkan intelektual, ilmuwan, dan/atau profesional yang berbudaya dan kreatif, toleran, demokratis, berkarakter tangguh, serta berani membela kebenaran untuk kepentingan bangsa. Hal tersebutlah yang menunjukkan tuntutan pembinaan soft skill(karakter) mahasiswa.7 Sesuai dengan Fungsi Pendidikan Nasional yang tertuang dalam UU No 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas menyatakan bahwa Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
6
7
Ibid 2
UU No 12 Tahun 2012
88 Proceedings International Seminar FoE (Faculty of Education) – Vol. 1 Mei 2016
bertanggung jawab. Hal tersebut menegaskan bahwa tujuan pendidikan bukan hanya sekedar pengajaran ilmu, tetapi juga bertujuan membina dan mengembangkan potensi subjek didik menjadi manusia yang berbudaya, sehingga diharapkan mampu memenuhi tugasnya sebagai manusia yang diciptakan Allah Tuhan Semesta Alam dan sekaligus menjadi warga negara yang berarti dan bermanfaat bagi suatu Negara.8 Susilo Bambang Yudhoyo (Masaong, 2012) mengemukakan bahwa pada waktu menjadi Presiden Republik Indonesia mengatakan bahwa ada lima agenda utama pendidikan nasional, yaitu (1) pendidikan dan pembentukan watak (character building), (2) pendidikan dan kesiapan menjalani kehidupan, (3) pendidikan dan lapangan kerja, (4) membangun masyarakat berpengetahuan, (5) membangun budaya inovasi. Dengan fungsi dan peran tersebut maka lembaga-lembaga pendidikan di Indonesia adalah sentra pembagunan Sumber daya manusia. Tidaklah berlebihna jika dikatakan bahwa masa depan SDM Indonesia ditentukan oleh mutu perguruan tinggi. Tidak juga berlebihan apabila bangsa Indonesia sangat berharap pada lembaga-lembaga pendidikan tinggi untuk dapat melahirkan generasi yang terampil daan mandiri. Profil para lulusan perguruan tinggi di Indonesia akan menentukan daya saing yaang siap menghadapi dinamika persaingan 8
UU No 20 Tahun 2003
global. Era globalisasi membutuhkan sumber daya manusia yang tidak hanya pandai memanfaatkan peluang, tetapi juga mampu menciptkan peluang, baik bagi dirinya sendiri maupun bagi orang lain. Keterampilan dan kemandirian adalah dua sisi dari satu mata uang, dimana saling membutuhkan inovasi, daya kreasi yang tinggi dan emosi jiwa yang dituangkan dalam sebuah prestasi. Prestasi sebagai modal yang dibuthkan dalam profil llulusan perguruan tinggi untuk bisa memberi contoh kepada generasi penerus lainnya yang maju, mandiri dan jaya. Diharapkan kelak mampu mengatasi berbagai tantangan, memanfaatkan berbagai peluang dan menghadapi berbagai bentuk kompetisi yang terjadi di tingkat lokal, regional dan internasional. Bagaimana upaya perguruan tinggi dalam menstransformasi Renstra Dikti Pembentukan MEA berawal dari kesepakatan para pemimpin ASEAN dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) pada Desember 1997 di Kuala Lumpur, Malaysia. Kesepakatan ini bertujuan meningkatkan daya saing ASEAN serta bisa menyaingi Tiongkok dan India untuk menarik investasi asing. Modal asing dibutuhkan untuk meningkatkan lapangan pekerjaan dan kesejahteraan warga ASEAN. Saat itu, ASEAN meluncurkan inisiatif pembentukan
Arief Budhi D., Anggoro Panji N., dan Dian NM. Peran Perguruan Tinggi...
integrasi kawasan ASEAN atau komunitas masyarakat ASEAN melalui ASEAN Vision 2020 saat berlangsungnya ASEAN Second Informal Summit. Inisiatif ini kemudian diwujudkan dalam bentuk roadmap jangka panjang yang bernama Hanoi Plan of Action yang disepakati pada 1998. Tujuan dibentuknya MEA untuk meningkatkan stabilitas perekonomian di kawasan ASEAN, serta diharapkan mampu mengatasi masalah-masalah di bidang ekonomi antar negara ASEAN. Selama hampir dua dekade, ASEAN terdiri dari hanya lima negara - Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand yang pendiriannya pada tahun 1967. Negaranegara Asia Tenggara lainnya yang tergabung dalam waktu yang berbeda yaitu Brunei Darussalam (1984), Vietnam (1995), Laos dan Myanmar (1997), dan Kamboja (1999). Menjelang MEA yang sudah di depan mata, pemerintah Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan langkah strategis dalam sektor tenaga kerja, sektor infrastruktur, dan sektor industri. Dalam menghadapi MEA, Pemerintah Indonesia menyiapkan respon kebijakan yang berkaitan dengan Pengembangan Industri Nasional, Pengembangan Infrastruktur, Pengembangan Logistik, Pengembangan Investasi, dan Pengembangan Perdagangan (www.fiskal.depkeu.go.id). Selain hal tersebut masing-masing Kementerian dan Lembaga berusaha mengantisipasi MEA dengan langkah-langkah
89
strategis. Menurut Suroso (2015) dalam bidang pendidikan, Pemerintah juga dapat melakukan pengembangan kurikulum pendidikan yang sesuai dengan MEA. Pendidikan sebagai pencetak sumber daya manusia (SDM) berkualitas menjadi jawaban terhadap kebutuhan sumber daya manusia. Oleh karena itu meningkatkan standar mutu sekolah menjadi keharusan agar lulusannya siap menghadapi persaingan. Kegiatan sosialisasi pada masyarakat juga harus ditingkatkan misalnya dengan Iklan Layanan Masyarakat tentang MEA yang berusaha menambah kesiapan masyarakat menghadapinya. Tujuan sistem pendidikan Pendidikan merupakan suatu usaha sadar untuk mengantarkan siswa menjadi orang yang lebih berkompeten. Dalam konteks ini, kompeten tidak hanya berarti mempunyai prestasi akademis yang tinggi, melainkan juga menjadi manusia yang bertanggung jawab terhadap keberlangsungan dirinya sebagai warga negara suatu bangsa atau individu sebagai bagian dari kesatuan sosial masyarakat. Dalam perspektif ekonomi pendidikan berkompeten diukur dari dua indikator yaitu output dan outcome. Output merupakan hasil langsung dari kegiatan belajar yang berlangsung pada periode tertentu. Indikator output adalah prestasi akademis dan perubahan perilaku. Outcome merupakan perubahan cara berpikir
90 Proceedings International Seminar FoE (Faculty of Education) – Vol. 1 Mei 2016
dan ber-perilaku setelah mengikuti proses pendidikan pada jenjang pendidikan tertentu. Indikator outcome adalah profesionalisme, prestasi pada jenjang pendidikan lebih lanjut, tingkat pendapatan yang diperoleh sebagai hasil dari keterampilan/keahlian dari proses pendidikan (Windham & Chapman, 1990). Dalam Pembukaan UndangUndang Dasar 1945 ditekankan bahwa salah satu tujuan pembentukan Pemerintahan Negara Indonesia adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Kata mencerdaskan kehidupan bangsa tentu terkait dengan peran sistem pendidikan nasional. Menjadi manusia yang cerdas sebagai konsekuensi dari upaya Pemerintah Indonesia tidak lepas dari konteks kebudayaan yang berlaku dalam keIndonesian. Hal itulah yang dapat diinterpertasikan dari pendapat Ki Hadjar Dewantara dari argumentasinya tentang pengembangan sistem pendidikan. Dalam argu-mentasi ini, pesan yang disampaikan adalah bahwa mendidik tidak bisa bebas dari konteks, meskipun di lain pihak mendidik harus menjamin kemerdekaan berpikir dan tidak terbelenggu pada tekanan kebatinan. Dalam Dalam makna yang sama tetapi dengan ungkapan yang berbeda Dewey (2001) meng-ajukan tiga kriteria untuk menyatakan bahwa pendidikan dikatakan baik. Pertama, tujuan pendidikan harus berkembang dari kondisi yang ada sekarang (current). Tujuan pendidikan pada dasarnya tidak statis. Jika hal tersebut
terjadi, niscaya pendidikan tidak akan memberikan sumbangan yang bermakna bagi perkembangan kehidupan berbangsa dan menjadikan manusia menjadi individu yang mandiri. Kedua, berkaitan dengan tujuan pertama pendidikan bersifat fleksibel. Dalam konotasi ini tujuan pendidikan selalu berubah sesuai dengan perkembangan zaman dan konteks sosial “lokasi” sistem pendidikan. Ketiga, tujuan pendidikan mem-berikan ruang kebebasan baik dalam berpikir maupun bertindak untuk lebih mengembangkan potensi bagi guru dan siswa dalam menjalankan proses pendidikan secara kolaboratif antara kedua belah pihak. Argumentasi Dewey ini dikemukakan berdasarkan pada pendapatnya bahwa: “the aim of education is to enable individuals to continue their education or that the object and reward of learning is continued capacity for growth(Dewey, 2001). Pendidikan yang mempunyaijaminan fleksibilitas akan mendorong pada kreativitas siswa. Siswa diberikan kebebasan untuk melakukan eksplorasi terhadap berbagai sumber belajar yang menstimulasi daya pikirnya untuk mendorong dirinya mengembangkan potensi intelektualismenya menjadi suatu buah pikir yang kelak menjadi bekal dalam memasuki kehidupan nyata dalam masyarakat. Namun kebebasan dalam proses pendidikan tidak mempunyai makna yang sama dengan liberalisasi. Dalam konteks kebebasan masih ada peran
Arief Budhi D., Anggoro Panji N., dan Dian NM. Peran Perguruan Tinggi...
pengendalian baik oleh guru maupun sistem manajemen pada tingkat sekolah (Buchen, 2000). Pendidikan merupakan suatu proses perubahan diri manusia dari kondisi yang kurang baik menjadi kondisi yang lebih baik. Dalam konteks ini, perubahan tidak hanya pada pola berpikir melainkan juga pada perubahan perilaku. Kombinasi dari pola berpikir dan perilaku, menurut argumentasi Peters (1972) merupakan per-wujudan karakter. Meskipun demikian, dia mengemukakan bahwa proses pendidikan bukan merupakan proses reformasi pada diri manusia. Alasan yang dikemukakan adalah pendidikan tidak mengubah manusia dari kondisi salah menjadi kondisi benar. Proses pendidikan adalah mening-katkan kemampuan manusia menjadi lebih mampu dalam mengatasi persoalan yang dihadapinya. Pengertian pendidikan sebagai proses reformasi seolah-olah mengubah manusia dari tidak bernalar menjadi manusia yang bernalar. Proses pendidikan menanamkan nilai kepada manusia. Dengan nilai manusia didorong untuk berpikir berdasarkan suatu sistem nilai yang berlaku. Oleh karena itu, dia mengemukakan bahwa “The notion, therefore, of being ‘educated’ has become contingently but firmly associated with knowledge and understanding (Peters, 1972). Merujuk pada pembukaan UUD 1945 yang menjadi arah perumusan tujuan pendidikan maka sistem pendidikan yang berlaku di Indonesia tidak bisa steril dari konteks
91
kebudayaan dan sistem nilai yang berlaku di Indonesia. Proses penalaran melalui proses pendidikan mengarahkan setiap peserta didik menjadi manusia Indonesia yang cerdas melalui proses berpikir. Melalui proses pendidikan setiap manusia Indonesia yang terdidik mempunyai tingkat sensitivitas terhadap lingkungannya dan mempunyai tanggung jawab terhadap keberlangsungan kehidupannya, keluarganya, dan bangsanya. Semua ini telah dirumuskan pada Pasal 3 UndangUndang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (UU 20/2003) sebagai berikut: “Pendidikan nasional berfungsi mengem-bangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”. Untuk menjamin ketercapaian tujuan tersebut (UU 20/2003) juga telah memberikan pedoman yang dirumuskan pada Pasal 4 sebagai berikut: (1) Pendidikan diselenggarakan secara demo-kratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi
92 Proceedings International Seminar FoE (Faculty of Education) – Vol. 1 Mei 2016
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, dan kema-jemukan bangsa. Pendidikan diselenggarakan sebagai satu kesatuan yang sistemik dengan sistem terbuka dan multimakna. Pendidikan diselenggarakan sebagai suatu proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat. Pendidikan diselenggarakan dengan memberi keteladanan, membangun kemauan,dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran. Pendidikan diselenggarakan dengan me-ngembangkan budaya membaca, menulis, dan berhitung bagi segenap warga masyarakat. Pendidikan diselenggarakan dengan mem-berdayakan semua komponen masyarakat melalui peran serta dalam penyelenggaraan dan pengendalian mutu layanan pendidikan.
Peran transforming. Pelaksanaan peran transforming didasarkan pada suatu asumsi, bahwa setiap mata pelajaran mempunyai muatan nilai positif yang bermanfaat bagi kehidupan bersama baik dalam konteks kebangsaan maupun kemasyarakatan. Melalui proses akulturasi diharapkan akan mengubah orientasi siswa terhadap lingkungannya, baik fisik maupun sosial. Wujud dari orientasi ini berupa perilaku peduli terhadap lingkungan
fisik dan sosial. Nilai-nilai yang terkandung dalam setiap mata pelajaran, baik itu mata pelajaran Agama, Sains, dan ilmu-ilmu sosial mengandung dua jenis sikap positif. Pertama, seperti yang disebutkan di atas, membangun sikap peduli terhadap lingkungan fisik dan sosial. Hasil dari dari sikap ini adalah harmonisasi kehidupan antara manusia dengan lingkungan fisik dan sosialnya. Dalam konteks pembangunan karakter sikap ini merupakan modal awal untuk membangun suatu kemajuan bangsa. Kedua adalah orientasi progresif. Sikap ini mengarah pada upaya untuk mengarah pada kemajuan dan kemauan untuk bersaing. Sejarah menunjukkan bagaimana negara Jepang yang runtuh karena bom atom, negara Korea Selatan yang miskin sumber daya alam, dan Cina yang terbelenggu oleh sistem komunis akhirnya dapat menjadi negara industri maju dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi merupakan perwujudan dari orientasi progresif dari warganya telah melalui proses pendidikan sampai dengan jenjang pendidikan tinggi. Penanaman nilai harmonis dan progresif merupakan dua peran transforming yang berlangsung dalam setiap proses pendidikan bersamaan dengan peran transferring, karena keduanya tidak dapat secara berbeda dipisahkan satu dengan lainnya. Peran transferring bertujuan untuk menstimulasi nalar (cognitive competencies), sedangkan peran transforming ditujukan untuk menstimulai perasaan (affective competencies). Dalam menjalankan
Arief Budhi D., Anggoro Panji N., dan Dian NM. Peran Perguruan Tinggi...
93
peran sebagai anggota masyarakat keduanya saling melengkapi satu dengan lainnya. Sensitivitas terhadap kondisi sekitar tidak akan terjadi tanpa adanya ke-mampuan untuk menginterpretasi melalui penalaran. Hal ini berarti bahwa orang yang mempunyai pendidikan lebih tinggi diharapkan mempunyai sensitivitas yang lebih baik jika dibandingkan dengan orang yang pendidikannya lebih rendah. Prioritas Sasaran Strategis Pendidikan Tinggi meliputi: 1. Mutu pendidikan yang di input, diproses dan menghasilkan yang berkualitas sesuai dengan standart kompetensi yang diambil, bentuk kompetensi harus melalui berbagai macam uji spesifikasi yang tertuang dalam KKNI. 2. Relevansi dibutuhkan berdasarkan dorongan atau tuntutan dari Mutual Recognation Arragements (MRA) Asean Economic Community yang tercantum di dalamnya adalah profesi penunjang MEA. Sebagai contoh profesi akuntan, dimana harus melewati uji kompetensi akuntansi yang mencakup jasa akuntansi (CPC 862) kecuali untuk audit umum atas laporan keuangan dan jasa akuntansi lain yang memerlukan perizinan domestik.9 3. Akses, seperti dalam peran perguruan tinggi sebagai wadah menciptakan generasi penerus yang memadai, maka perguruan tinggi
membuka peluang dan kesempatan yang selebar-lebarnya dengan perguruan tinggi lain sesama ASEAN untuk tujuan networking, information technology and research. Akses dibuka guna kepentingan lintas batas baik pertukaran pelajar, mahasiswa dan bahkan dosen untuk saling berbagi ilmu dan informasi. 4. Daya saing, dalam menciptakan daya saing berada di pucuk perguruan tinggi yang diharapkan mampu melahirkan mahasiswa yang inovatif, kreatif guna mengasah kemampuan melalui berbagai kompetensi yang dimilikinya. Perubahan sumber daya alam ke pemanfaatan sumber daya manusia menunjukkan bahwa permintaan pola kreatif dan inovasi menjadi tuntutan utama.10 5. Tata kelola, perguruan tinggi sebagai wadah terciptanya manusia yang cerdas, sebagai wadah pembentukan jati diri yang berkepribadian nasionalis. Dalam tata kelola bukan saja diciptakan setelah outcome namun juga internal perguruan tinggi harus menjadi regulator, jangan sampai menjadi deregulation. Dimana peraturan yang dihasilkan, diciptakan berfihak kepada arah kemajuan mahasiswa yang lebih baik, lebih cerdas dan lebih maju sesuai dengan tujuan pendidikan nasional.
9 Chomsiah, Pendidikan Akuntansi sebagai fondasi akuntan profesional; 2015 10 Arief Budhi dharma, Menciptakan Generasi
penerus yang kreatif, inovatif, Penelitian Mandiri, 2014
94 Proceedings International Seminar FoE (Faculty of Education) – Vol. 1 Mei 2016
SIMPULAN Pendidikan sebagai salah satu pintu gerbang menuju kesuksesan, sebagai penggeraknya dibawah kementerian riset dan teknologi pendidikan tinggi yaitu perguruan tinggi harus mampu menlahirkan, menciptakan generasi penerus bangsa yang kreatif, inovatif, sukses dan kompeten di segala bidang sesuai dengan kemampuan dan kompetensi yang di ambilnya, terlebih sesuai dengan Mutual Recognation Arrangements (MRA) dalam ASEAN Economic Community. Karena dalam Mutual Recognation Arrangements (MRA) yang dibutuhkan adalah kompetensi sesuai dengan profesi pendidikan yang disyaratkan agar masuk dalam pasar bebas barang dan jasa. Dalam menghadapi dan menanggapi ASEAN Economic Community bukanlah sebuah persaingan melainkan kolaborasi, sehingga dituntut adanya aspek inteelektualitas, kecerdasan dan penguasaan wawasan keilmuan, ilmu dan wawasan yang dimiliki selain akan memperluas cakrawala pandangan, juga memberikan bekal teoritis maupun praktis dalam pemecahan masalah. Lulusan perguruan tinggi harus melengkapi dirinya dengan ketrampilan dan kompetensi kerja yang dipakai, menciptakan SDM Indonesia yang berkualitas atau bermutu tinggi, kompeten dan berdaya saing tinggi merupakan syarat wajib agar bisa bersaing secara sehat dengan tenaga kerja negara yang termasuk dalam ASEAN.
SARAN 1. Sebagai pendidik hendaknya yang selalu meniti karier harus melakukan tiga hal yaitu 1. Networking, 2. Information Communcation and Technology, 3. Research Motivatioan (NIR). Dengan pelaksanaan NIR makan akan mencapai seluruh kegiatan akademis termasuk Tri Dharma Perguruan Tinggi. 2. Perlu adanya standart kompetensi kelulusan sesuai dengan ilmu pengetahuan yang berkompetensi baik hard skills and soft skills agar diharapkan mampu berinovasi dengan ilmu yang dimilikinya untuk berkancah dalam ASEAN Economic Communit
Arief Budhi D., Anggoro Panji N., dan Dian NM. Peran Perguruan Tinggi...
95
DAFTAR PUSTAKA Ali Idrus. 2009. Manajemen Pendidikan Global (Visi, Aksi, dan Adaptasi). Jakarta: Gaung Persada Press. Chomsiah. Peran Akuntansi sebagai profesi yang Profesionalisme. Workshop IAI Yogyakarta, UPN, 2015. Dharma, Arief. Faktor yang mempengaruhi Kesiapan Mahasiswa dalam MEA. Penelitian UNIBA, 2015. Masaong, A.K. 2012. Pendidikan Karakter Berbasis Multiple Intelligence. Jurnal Konaspi VII Universitas Negeri Yogyakarta, 2012. Sulistyanto Didik. Peran Perguruan Tinggi dalam ASEAN Economic Community 2015 untuk mendorong peningkatan daya saing bangsa. Dies Natalis UNIBA.2015. Sunandar, 2016. Pengembangan Soft Skills di Perguruan Tinggi, Sosialisasi Pengembangan Soft Skills pada Workshop PEKERTI. di Kopertis VI Jawa Tengah. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2013 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Wiwoho, Jamal. Seminar Peran Perguruan Tinggi dalam Karakter Bangsa dalam MEA, ST Pignatella, Surakarta, 2016. http://www.mandikdasmen.kemdiknas.go.id/web/pages/urgensi.html (Prof . Suyanto Ph.D). http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2010/08/20/pendidikan-karakter-di-smp/ http://download.portalgaruda.org.