MASALAH-MASALAH PSIKOLOGIS DAN COPING STATEGIES ISTRI PADA PASANGAN COMMUTER MARRIAGE Noorwendah Tanjung Arumrasmi, Karyono* Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro
[email protected],
[email protected] Abstrak Emansipasi wanita yang semakin marak belakangan ini semakin memberikan jalan bagi para wanita dewasa untuk semakin berkarya dan memaksimalkan potensi-potensi yang mereka miliki. Banyak dari ibu muda yang memiliki karir bagus rela melepaskan karirnya demi dapat mengabdi terhadap kehidupan rumah tangganya, namun ada juga istri-istri yang rela hidup terpisah dengan suaminya demi menunjang karir masing-masing dan juga demi memperbaiki kesejahteraan keluarga (dual-career, commuter marriage). Metode penelitian yang digunakan adalah studi kualitatif fenomenologis dengan analisis DFI (deskripsi fenomenal individual). Subjek berjumlah tiga orang dengan karakteristik: memiliki pekerjaan dan tinggal terpisah dengan suami, usia pernikahan maksimal 5 tahun, dan memiliki sedikit anak atau belum sama sekali. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara terstruktur dan observasi, didukung dengan menggunakan materi audio. Berdasarkan penelitian yang dilakukan didapatkan hasil bahwa subjek mengalami beberapa masalah psikologis selama menjalani commuter marriage, subjek#1 menyatakan bahwa kehidupan yang sedang dijalani tidaklah normal seperti yang lainnya karena harus tinggal berjauhan dengan suami dan anaknya dan hanya bisa bertemu saat akhir pekan saja, serta merasakan ketidakstabilan emosi saat awal berpisah, subjek#2 merasa sedih dan kesepian, dan subjek#3 merasa berat saat di awal-awal pernikahan. Berbagai cara dilakukan oleh ketiga subjek agar mulai terbiasa dengan situasi tersebut selain itu dengan adanya dukungan dari keluarga serta tempat kerja dapat membuat ketiga subjek menjadi sedikit lebih mudah dalam menjalani pernikahan tersebut. Katakunci: Perkawinan, Commuter Marriage, Istri Bekerja, Dual-Career *penulis penanggungjawab
Psychological Problems and Coping Strategies Wife on Commuter Marriage Couples Noorwendah Tanjung Arumrasmi, Karyono* Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro
[email protected],
[email protected]
ABSTRACT The women emancipation which is growing lately, increasingly gave the way for adult women for the work and maximize potentials they have. Many of young mothers who has a good career gave up her career in order to serve the family, but there are also wifes who are willing to live apart from their husband in order to support their respective careers and also to improve their family welfare (dual career, commuter marriage). Research method that have been used was qualitative phenomenological study with DFI / PID analysis (Phenomenal Individual Descriptions). Subject are three person with characteristics: having a job and live separately with her husband, five year maximum age of marriage and have small number of children, or not at all. Data collection methods that have been used were structured interviews and observations, supported by using audio material. Based on research conducted showed that subjects experienced some psychological problems during their commuter marriage, subject#1 states that life which is being lived is not normal like the others because she have to live far away with her husband and children and only meet on weekends, and felt emotionally unstable at the beginning part, subject#2 feels sad and lonely and subject#3 having a hard time in the early days of marriage. Various ways by all three subjects in order to become accustomed with the situation. Beside, with the support from family and the workplace subjects could easier in facing the marriage live. Keyword: Marriage, Commuter Marriage, Working Wife, Dual Career
PENDAHULUAN Kehidupan keluarga dual-career
dirasakan sebagai keuntungan ketika pembagian tugas yang sama dalam
dapat memberikan keuntungan dan
menyelesaikan
pekerjaan
kerugian dalam kehidupannya misalnya
sehingga
pembagian pekerjaan rumah dan letak
memiliki pekerjaan yang lebih berat
geografis. Pembagian pekerjaan rumah
dari pasangan lainnya karena harus
pasangan
tidak
rumah merasa
mengurusi rumah selain pekerjaan.
(Rapoport & Rapoport, 1976, dalam
Pembagian tugas pekerjaan rumah
Anderson, 1992) adalah orang-orang
dirasakan sebagai hal yang merugikan
dimana baik kepala rumah tangga
yaitu pembagian tugas rumah yang
mengejar karir, dan pekerjaan mereka
tidak merata sehingga menyebabkan
membutuhkan komitmen tingkat tinggi
salah satu pasangan umumnya istri
dan
merasa bahwa suami menghambat
pengembangan
perkembangan karirnya dengan tidak
berkelanjutan termasuk meningkatkan
bersedia
derajat tanggung jawab.
membantu
menyelesaikan
pelatihan
khusus,
dengan
kararter
secara
pekerjaan rumah (Encyclopedia of marriage & family, 2009). Letak geografis penempatan pekerjaan juga dapat
mendukung
atau
bahkan
mempersulit keadaan pasangan dualcareer (Gustafson, 2006). Beberapa pekerjaan menempatkan individu dekat dengan
tempat
tinggal
dan
keluarganya, namun ada juga pekerjaan yang menempatkan individu jauh dari tempat tinggal dan keluarga (Holmes,
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui “Masalah-masalah psikologis yang dihadapi oleh istri dan coping
strategies
pada
pasangan
commuter marriage.” Hal tersebut dilakukan dengan cara mendekripsikan apa saja yang dirasakan oleh subjek selama berjauhan dengan pasangan dan juga bagaimana sikap subjek selama menjalani commuter marriage tersebut.
2009). Commuter
marriage
menurut
Gerstel & Gross 1982; Orton & Crossman (1992)
TUJUAN PENELITIAN
1983
adalah
dalam
Anderson
pengaturan
secara
MANFAAT PENELITIAN Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara psikologis dan praktis.
sukarela dimana pasangan dual-career
1. Manfaat Psikologis
mempertahankan dua tempat tinggal di
Hasil penelitian ini diharapkan dapat
lokasi geografis yang berbeda dan
memberikan
mereka dipisahkan setidaknya 3 malam
psikologi khususnya psikologi sosial
dalam
dan psikologi keluarga terutama yang
setiap
minggunya
selama
minimal 3 bulan. Keluarga dual-career
informasi
di
bidang
berkaitan
dengan
pernikahan
pada
pasangan commuter marriage.
TINJAUN PUSTAKA
2. Manfaat Praktis
Pernikahan Perkawinan adalah ikatan sosial
Secara praktis, penelitian ini dapat
atau ikatan perjanjian antar pribadi
bermanfaat bagi:
yang
a. Subjek
membentuk
kekerabatan
dan
hubungan
merupakan
suatu
Penelitian ini diharapkan dapat
pranata dalam budaya setempat yang
bermanfaat bagi subjek dalam
meresmikan hubungan antara pribadi
mengenali dirinya sendiri serta
yang biasanya intim dan seksual.
mengenali
masalah-masalah
Perkawinan umumnya dimulai dan
psikologis yang dirasakan serta
diresmikan dengan upacara pernikahan.
bagaimana
Umumnya pernikahan dijalani dengan
cara
menanggulanginya.
maksud
b. Pasangan Suami dan Istri Memberi
informasi
untuk
membentuk
sebuah
keluarga. Tergantung budaya setempat,
kepada
bentuk pernikahan bisa berbeda-beda
pasangan suami istri bagaimana
dan tujuannya dapat berbeda pula.
commuter marriage itu serta apa
Namun
saja yang biasa dialami oleh
eksklusif
pasangan commuter marriage, apa
perselingkuhan sebagai pelanggaran
saja keuntungan dan kerugian jika
terhadap
menjalani commuter marriage.
Ensiklopedia
c. Peneliti Lain
umumnya dan
perkawinan
mengenal
itu
konsep
perkawinan.
Menurut
Indonesia,
perkataan
perkawinan adalah nikah; sedangkan
Hasil penelitian diharapkan dapat
menurut Purwadarminta (1979), kawin
memberikan
adalah
referensi
untuk
perjodohan
laki-laki
dan
peneliti yang selanjutnya dan dapat
perempuan menjadi suami istri; nikah,
menumbuhkan
untuk
perkawinan adalah pernikahan. Di
melakukan penelitian lebih lanjut
samping itu menurut Hornby (1957),
mengenai
marriage: the union of two persons as
sama.
minat
permasalahan
yang
husband and wife. Ini berarti bahwa perkawinan adalah bersatunya dua orang sebagai suami istri (Walgito,
2004, h. 11). Wolf (1996, h. 9), mendefinisikan
perkawinan
Keluarga
sebagai
Khairuddin
(2008,
h.
4)
hubungan seksual antara dua orang
berpendapat
dewasa
secara
umumnya merupakan kelompok primer
ekonomi, yang ditandai dengan upacara
yang terpenting dalam masyarakat.
atau ritual yang umum yang diakui
Secara
historis
sebagai perubahan status sosial dari
paling
tidak
mitra yang terlibat. Menurut Undang-
merupakan organisasi terbatas, dan
Undang
mempunyai ukuran yang minimum,
yang
bekerjasama
Perkawinan
(1974),
bahwa
keluarga
keluarga dari
pada
terbentuk
satuan
yang
perkawinan adalah ikatan lahir batin
terutama
antara seorang pria dengan seorang
awalnya mengadakan suatu ikatan.
wanita sebagai suami istri dengan
Dengan
tujuan
merupakan bagian dari masyarakat
untuk
membentuk
keluarga
pihak-pihak
kata
lain,
yang
pada
keluarga
tetap
(rumah tangga) yang bahagia dan kekal
total
berdasarkan Ketuhanan Yang Maha
dalamnya, yang secara bengangsur-
Esa. Perkawinan merupakan salah satu
angsur
aktivitas individu, aktivitas individu
tersebut karena tumbuhnya mereka ke
umumnya akan terkait pada suatu
arah pendewasaan. Keluarga sebagai
tujuan yang ingin dicapai oleh individu
organisasi,
yang bersangkutan, demikian pula
dengan organisasi-organisasi lainnya,
dalam hal perkawinan. Perkawinan
dan
merupakan suatu aktivitas dari satu
mendalam
pasangan,
organisasi lainnya, yang terjadi hanya
maka
sudah
selayaknya
yang
lahir
akan
dan
berada
melepaskan
mempunyai
mempunyai
arti
di
ciri-ciri
perbedaan
yang
daripada
lebih
organisasi-
mereka mempunyai tujuan tertentu.
sebagai
Tetapi karena perkawinan itu terdiri
perbedaan yang cukup penting terlihat
dari
dari
dua
individu,
maka
ada
suatu
bentuk
proses.
Salah
hubungan
satu
anggota-
kemungkinan memiliki tujuan yang
anggotanya
berbeda. Bila hal tersebut terjadi, maka
“gameinschaft” dan merupakan ciri-ciri
tujuan
agar
kelompok premier, yang antara lain (1)
terdapat suatu kesatuan dalam tujuan
mempunyai hubungan yang lebih intim
tersebut.
(2) kooperatif (3) face to face (4)
itu
harus
dibulatkan
yang
lebih
bersifat
masing-masing
anggota
marriage, salah satu yang
lainnya
dipakai sebagai acuan adalah definisi
sebagai tujuan bukannya sebagai alat
dari Grestel and Gross; Orton and
untuk
(S.T.
Crossman dalam Marriage and Family
juga
Encyclopedia (2009). Definisi tersebut
memperlakukan
anggota
mencapai
Vembriarto).
tujuan
Ciri-ciri
lain
ditemukan oleh Paul H. Landis, adalah
adalah
(1) intimate (2) face to face (3) warm
marriage
merupakan
heartrd
perkawinan
yang
relationship
(Khairuddin,
sebagai
berikut:
kerap
Commuter keadaan
terbentuk
secara
2008, h. 4). Keluarga mempunyai
sukarela dimana pasangan yang sama-
sistim jaringan interaksi yang lebih
sama bekerja mempertahankan dua
bersifat hubungan interpersonal, di
tempat tinggal yang berbeda lokasi
mana masing-masing anggota dalam
geografisnya dan (pasangan tersebut)
keluarga
mempunyai
terpisah paling tidak tiga malam per
intensitas hubungan satu sama lain;
minggu selama tiga bulan. Berdasarkan
antara ayah dan ibu, ayah dan anak, ibu
pengertian
dan anak, maupun antara anak dengan
bahwa commuter marriage merupakan
anak.
kondisi perkawinan dimana pasangan
dimungkinkan
diatas
dapat
dikatakan
suami istri harus tinggal terpisah secara Commuter Marriage Commuter
geografis dalam jangka waktu tertentu,
berasal
dari
kata
“Commuting” yang berarti perjalanan yang selalu dilakukan seseorang antara satu tempat tinggal dengan tempat bekerja atau dengan tempat belajar. Marriage dapat diterjemahkan sebagai perkawinan
yaitu
pengikatan
janji
perpisahan tersebut bersifat sementara tidak untuk selamanya. Lebih lanjut lagi, kondisi perpisahan ini telah diputuskan oleh suami istri secara sukarela tanpa paksaan pihak lain, bukan karena adanya masalah dalam perkawinan, seperti perceraian.
nikah yang didasarkan oleh dua orang dengan
maksud
ikatan
(Marriage
Encyclopedia,
mensahkan and
2009).
suatu Family
Terdapat
beberapa definisi tentang commuter
Terdapat beberapa faktor utama yang
mempengaruhi
terjadinya
commuter marriage menurut Grestel & Gross (1982), yaitu sebagai berikut: (a) Meningkanya
jumlah
tenaga
kerja
wanita,
(b)
jumlah
Hal ini disebabkan karena pasangan ini
pasangan yang sama-sama bekerja, (c)
menjalani commuter marriage di tahap
Meningkatnya jumlah wanita yang
awal perkawinan, dimana diantara
mencari karir dengan training khusus,
mereka
yang
sepenuhnya. Akibatnya, timbul rasa
mana
Meningkatnya
mengharuskan
mereka
belum
tercipta
keyakinan
untuk tinggal dikota yang berbeda
takut
dengan pasangannya, (d) Pekerjaan
suami istri dalam menjalani rutinitas
yang menuntut orang untuk berpindah-
sehari-hari yang baru mereka jalani
pindah lokasi geografis. Terdapat dua
(Anderson,
tipe pasangan commuter marriage,
commuter marriage secara signifikan
yaitu: (a) Pasangan Adjusting, yaitu
didukung jika pasangan dapat dengan
pasangan
usia
mudah membayar kelebihan biaya
perkawinannya cenderung lebih muda,
dalam gaya hidup mereka (Anderson,
menjalani commuter marriage di awal
1992). Selain itu jika pasanngan tidak
pernikahan, dan memiliki sedikit atau
memiliki anak, lebih tua, sudah lama
tidak
Pasangan
menikah, dan memiliki satu karir untuk
established, yaitu pasangan suami istri
dijalani, gaya pernikahan seperti ini
yang usia perkawinannya lebih tua,
dapat dengan mudah untuk dijalani.
telah lama bersama dalam perkawinan
Pasangan yang dapat mentoleransi
dan memiliki anak yang sudah dewasa
perpisahan
yang telah keluar dari rumah. Pasangan
menghabiskan waktu sendirian juga
adjusting
bisa
suami
ada
istri
anak,
yang
(b)
disebutkan
bahwa
lebih
kehilangan
keintiman
1992).
dan
dapat
menyesuaikan
antara
Mengatasi
menikmati
dan
dapat
mengalami stres, hal ini disebabkan
mengatasi gaya pernikahan ini dengan
karena mengalami kecemasan yang
lebih
lebih besar ketika mereka akan tinggal
mengguankaan keputusan yang lebih
terpisah di kota yang berbeda, dan
sistematis atau yang telah terencana
memandang bahwa keadaan tersebut
dapat membantu beberapa pasangan
akan
keutuhan
untuk mengekspresikan kepuasan yang
perkawinan mereka. Begitu juga halnya
lebih tinggi dengan keputusan mereka
dengan kepercayaan, yang menjadi
untuk
masalah besar bagi pasangan adjusting.
beradaptasi ke gaya hidup commuter.
membahayakan
mudah.
Akhirnya,
ber-commuter
dan
dengan
dapat
Namun, penting untuk diketahui bahwa
mengetahui
untuk memasuki gaya hidup commuter
sering dihadapi oleh para istri pada
merupakan keputusan yang diambil
pasangan
oleh kedua pasangan. Mengkaji ulang
Penelitian
keputusan yang dilaksanakan untuk
mengetahui masalah yang biasanya
menilai efektifitas juga penting untuk
muncul dalam pasangan commuter
meningkatkan
marriage
kesejahteraan
(International
Encyclopedia
of
Marriage and Family, 2003, h. 340).
penelitian ini adalah metode kualitatif. Menurut Bogdan dan Taylor (dalam Moleong, 2007. h.4), metode kualitatif prosedur
penelitian
yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang dan perilaku yang dapat diamati. Penelitian
kualitatif
ini
menggunakan
pendekatan fenomenologis yaitu berusaha memahami arti peristiwa dan kaitankaitannya
terhadap
orang-orang
ini
marriage.
dilaksanakan
dan
juga
para
yang
untuk
mengetahui istri
untuk
menyelesaikan masalah dalam rumah mereka.
Pemilihan
subjek
penelitian disesuaikan dengan tujuan
Metode yang digunakan dalam
sebagai
commuter
bagaimana
tangga METODOLOGI PENELITIAN
masalah-masalah
biasa
penelitian, konidisi
yaitu
istri-istri
keluarga
yang
dengan commuter
marriage. Para calon subjek penelitian ini, diperoleh dari para informan yang mengetahui
tentang
keberadaan
mereka. Berikut adalah karakteristik yang harus terpenuhi pada calon subjek penelitian, diantaranya: (a) Wanita dan memiliki
pekerjaan,
(b)
Usia
pernikahan maksimal 5 tahun, (c) Memiliki sedikit anak atau belum sama
dalam situasi tertentu. Peneliti berusaha
sekali,
(d)
Menjalani
untuk masuk ke dalam dunia konseptual
commuter marriage.
pernikahan
para subjek yang diteliti sedemikian rupa sehingga mengerti apa dan bagaimana suatu pengertian yang dikembangkan oleh peneliti
disekitar
peristiwa
dalam
kehidupan sehari-hari (Moleong, 2007, h. 15).
Fokus
fenomenologis
penelitian ini
adalah
kualitatif untuk
HASIL DAN PEMBAHASAN Pernikahan dapat diumpamakan sebagai suatu perjalanan yang panjang, penuh
dengan
mengasyikkan, dipersiapkan
kesukaan
dan
bila
jalannya
secara
matang.
Sebaliknya perjalanan tersebut dapat
mereka. Biasanya penghasilan dari
menyebalkan,
orang
subjek#1 dan subjek#2 lebih banyak
mengalami stres, atau tekanan batin
disimpan daripada digunakan untuk
bila jalannya penuh kerikil, lubang-
kebutuhan shari-hari, kebutuhan sehari-
lubang, lebih-lebih lagi jika jalanya
hari mengguanakan uang dari suami.
belum di persiapkan. Demikianlah
Sedangkan dari subjek#3 dengan tetap
suatu
bekerja
membuat
pernikahan
pembentukan
yang
suatu
mendasari
keluarga,
bisa
yang
tidak
menyenangkan, memberikan
membantu
dalam
finansial keluarganya karena suami
menjemukan dan menjengkelkan bila dipersiapkan,
dapat
sedang
mengambil
sekolah
tetapi
bisa
profesi
memuaskan
dan
dibayarkan hanya setengahnya, utnuk
jika
itu
rasa
bahgia
sehingga
subjek#3
uang
gaji
membantu
yang
untuk
dipersiapkan dengan baik. (Gunarsa,
memenuhi kebutuhan keluarganya dan
2002,
finansial keluarganya.
h.1).
memiliki
Ketiga
persiapan
subjek
sudah
masing-masing
diantaranya adalah kesiapan diri untuk menjalani
pernikahan
yang
mengharuskan mereka untu tinggal terpisah dengan suaminya, meskipun awalnya
berat
namun
seiring
berjalannya waktu ketiga subjek dapat menerima dan menjalani pernikahan tersebut dengan baik-baik saja. Dalam pernikahan, dua orang menjadi satu kesatuan yang saling berdampingan, dan membutuhkan dukungan. Ketiga subjek memiliki alasan yang berbedabeda
untuk
menjalani
marriage,
namun
memiliki
kesamaan
memperbaiki
dari
commuter ketiganya
yaitu
finansial
untuk keluarga
KESIMPULAN DAN SARAN Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan masalah-masalah psikologis yang dialami para istri cukuplah macam
kompleks cara
membiasakan
dan
berbagai
digunakan diri
dengan
untuk kondisi
tersebut. Saran yang dapat diberikan terkait penelitian di atas adalah: 1. Bagi subjek penelitian Bagi ketiga subjek sebaiknya lebih meluangkan waktu untuk berkumpul dengan keluaga, sehingga anak tidak merasakan kurang kasih sayang antara kedua orangtuanya 2. Bagi peneliti selanjutnya
Peneliti-peneliti menggunakan
lain hasil
dapat
penelitian
ini
sebagai sumber referensi dan kerangka pikir
dengan
mempertimbangkan
Azwar, S. 2003. MetodePenelitian. Yogyakarta: PustakaPelajar. Benokraitis, Nijole V. 2008. Marriages & Families. New Jersey: Upper Saddle River, Pearson.
kesesuaian konteks penelitian. 3. Bagi Pasangan Suami Istri Commuter marriage bukanlah suatu gaya hidup yang mudah untuk di jalani. Sebelum memutuskan untuk menjalani commuter marriage sebaiknya benarbenar dibicarakan oleh pasangan dan juga keluarga masing-masing. Dalam menjalani
commuter
membutuhkan
marriage
persiapan
dan
perencanaan yang matang antara kedua pasangan karena akan semakin banyak
Fowers, B. J. & Olson, D. H. 1989. Enrich marital inventory: a discriminant validity & crossvalidity assessment, Journal of Marital and Family Therapy, Vol. 15, No. 1, 65-79. Hurlock, E. B. 2009. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Alih Bahasa: Istiwidayanti & Soedjarwo. Jakarta: Erlangga. Khairuddin, H. 2008. Sosiologi Keluarga. Yogjakarta : Liberty Yogyakarta.
permasalahan yang timbul antara kedua pasangan
jika
tidak
direncanakan
dengan sungguh-sungguh, selain itu adanya pengaruh dari lingkungan juga dapat
memperburuk
atau
justru
membantu dalam menjalani commuter marriage. DAFTAR PUSTAKA Anderson, AE; Spruill, JW. 1993. The Dual-Career Commuter Family: A Lifestyle on the Move. Marriage & Family Review, Families on the Move: Migration, Immigration, Emigration, and Mobility, Vol. 19, No. 1/2, pp. 131-147.
Ponzetti, JJ. 2003. International Encyclopedia of Marriage and Family Second Edition, Vol.1. Macmillan Reference USA. Santrock, John W. 2002. Life Span Development: Perkembangan Masa Hidup, Edisi 5, Jilid II. Jakarta: Erlangga. Subandi. 2009. Psikologi Dzikir. Fakultas Psikologi. UGM : Pustaka Belajar. Wolf, Robin. 1996. Marriages and Families in a Diverse Society. New York: Harper Collins College Publishers.