Distress Psikologis dan Strategi Coping 1
Distress Psikologis dan Strategi Coping – Meta-Analisis
Aloysius Soesilo
Fakultas Psikologi Universitas Kristen Satya Wacana - Salatiga
Distress Psikologis dan Strategi Coping 2
Distress Psikologis dan Strategi Coping – Meta-Analysis
Abstract
This study attempted through meta-analysis to evaluate the relationship between psychological distress and the use of coping strategies (avoidance, problem-focused, and emotion-focused). Twenty correlational studies of coping following a variety of psychological or traumatic distress events were selected in the meta-analysis. The present study showed a consistent association between these coping strategies and psychological distress, even though it was small and not strong. Issues of coping and psychological distress were discussed as well their implications future research on coping strategies and distress were discussed.
Distress Psikologis dan Strategi Coping 3
Distress Psikologis dan Strategi Coping – Meta-Analisis Aloysius Soesilo Fakultas Psikologi –Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga
Pengalaman hidup dalam peristiwa bencana alam, dengan penyakit kronis (fisik atau mental), kekerasan psikologis dan seksual, kematian serta bebagai peristiwa yang mengakibatkan stress (stressfull life events) membuat individu untuk melakukan perubahan atau penyesuaian. Perubahan atau penyesuaian cara hidup ini bisa merupakan usaha yang besar atau kecil, begiru pula implikasinya bagi diri sendiri maupun orang lain.
Oleh karena orang dalam berbagai situasi seperti ini memperlihatkan variasi dalam penyesauaiannya terhadap stressor, maka asosiasi di antara keduanya layak dan penting untuk diteliti. Di dalam studi meta-analitik ini, hubungan dasar antara coping strategies dan pengalaman distress atau trauma hendak ditegakkan . Walau ada pandangan yang menyatakan bahwa satu strategi bisa adaptif dan yang lain bisa maladaptif, pandangan yang dipegang di sini tidak ada strategi tunggal yang dapat disebut adaptif atau maladaptive. Dengan perkataan lain, tidak ada satu strategi yang efektif lintas semua situasi (Duangdao & Roesch, 2008; Thoits, 1995).
Penyimpangan dari kehidupan rutin yang normal bisa dipandang sebagai sumber stress bilamana individu sudah tindak sanggup lagi memanfaatkan sumber-sumber yang tersedia pada diri dan lingkungannya. Oleh karena itu, pengelolaan pengalaman distress atau trauma melalui coping strategies menjadi amat penting bagi kesehatan fisik dan psikologis.
Distress Psikologis dan Strategi Coping 4
Ada dua konseptualisasi utama mengenai coping yang muncul dalam literatur. Pertama, strategi coping dikonseptualisasikan sebagai berfokus pada problem (problemfocused) atau berfokus pada emosi (emotion-focused). Sedangkan konseptualisasi yang kedua adalah strategi coping yang berfokus pada pendekatan (approach-focused) atau pada penghindaran (avoidance-focused) (Folkman & Moskowitz, 2004; Lazarus, 1991; Lazarus & Lazarus, 1994, Lazarus, 2006; Thoits, 1995).
Strategi problem-focused coping merupakan strategi yang sifatnya secara langsung diarahkan pada problem yang dianggap menyebabkan distress. Keragaman strategi ini mencakup upaya memperoleh informasi mengenai stressor, membuat perancaaan tindakan, serta antisipasi langkah berrikutnya di dalam mengelola dan mengatasi stressor (Folkman & Moskowitz, 2004). Sebaliknya, strategi emotion-focused coping berfokus pada pengelolaan dan penanganan distress emosional yang berkaitan dengan stressor. Keragaman strategi ini mencakup melepaskan diri dari lilitan emosi yang berhubungan dengan stressor (disengaging), mencari dukungan atau support emosional, serta melepaskan ketegangan emosional (venting) (Folkman & Moskowitz, 2004).
`Terdapat perbedaan pendapat di kalangan peneliti mengenai mana yang lebih adaptif di antara dua corak strategi tersebut. Masel dkk. (1996), misalnya, mengkonseptualisasikan strategi problem-focused sebagai lebih adapatif dibandingkan dengan strategi kedua oleh karena yang pertama lebih aktif diarahkan pada penyelesaian problem. Sebenarnya, mana yang lebih adaptif dari kedua corak strategi ini bergantung pada “kontrolabilitas” pada situasi yang dihadapi. Strategi problem-focused dapat lebih adaptif dalam situasi-situasi yang terkontrol, sedangkan strategi emotion-focused lebih adaptif dalam situasi-situasi yang tidak terkontrol (Folkman & Moskowitz, 2004).
Sebagaimana disebutkan di atas, konseptualisasi kedua mengenai coping lebih menekankan perbedaan antara strategi-strategi approach dan avoidance. Approach strategies difokuskan pada stressor atau pada reaksi individu terhadap stressor dan corak pendekatan pada umumnya dianggap lebih adaptif. Keragaman strategi ini meliputi pencarian dukungan
Distress Psikologis dan Strategi Coping 5
emosional, perencanaan penyelesaian stressor, dan pencarian informasi tentang stressor. Sebaliknya, avoidance strategies lebih berfokus pada penghindaran oleh individu dari stressor, misalnya menarik diri dari relasi atau interaksi dengan orang lain, menyangkal adanya stressor, dan membuang segala pikiran dan perasaan dari diri sehubungan dengan stressor. Kendati avoidance strategies bisa mereduksi distress dalam jangka pendek, namun modus ini dipandang sebagai maladaptif apabila individu terus menerus menggunakannya dalam jangka panjang.
Jadi, coping sesungguhnya berpengaruh atas hasil atau akibat (outcomes) secara psikologis, fisiologis serta behavioral baik di dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Coping merupakan terjadi dalam proses yang kompleks dan dinamis yang melibatkan individu, lingkungannya serta interaksi di antara keduanya (Folkman & Moskowitz, 2204; Lazarus, 2006). Dalam review mereka mengenai studi eksperimental dan longitudinal, khususnya mengenai emotion-focused coping, Austenfeld dan Stanton (2004) telah mendokumentasikan bahwa karakteristik-karakteristik di dalam masing-masing dimensi tadi (individu, lingkungan dan interaksinya) merupakan moderator yang penting menyangkut relasi antara emotion-approach coping dan hasil yang bertalian dengan kesehatan (healthrelated outcomes).
Distres psikologis (psychological distress) merupakan istilah yang memayungi banyak respons subyektif yang negative atau tidak menyenangkan, terutama dicirikan oleh kecemasan dan depresi (Matthews, 2007). Matthews lebih lanjut menjelaskan bahwa distres mencerminkan bekerjanya berbagai pengaruh, mulai dari peristiwa-peristiwa kehidupan serta intrapersonal seperti personality traits. Dalam proses demikian ada sejumlah mekanisme yang terlibat (fisiologis, kognitif dan sosial) yang menjadi rantai penghubung antara stressor eksternal dengan respons-response stress. Dengan demikian, dia mendefinisikan distress dengan lebih tepat sebagai factor afektif-kognitif, yang ditandai oleh ketegangan, mood yang tidak menyenangkan, kurangnya kontrol (kognitif) dan rendahnya kepercayaan diri. Sejalan dengan ini, Montgomery & McCrone (2009) mengadopsi definisi konseptual yang diajukan oleh Potter, yakni bahwa distress psikologis merupakan “an affective cognitive and
Distress Psikologis dan Strategi Coping 6
behavioral response to a crisis-precipitating event perceived as threatening, manifested by anxiety and depressive symptoms (hal. 2384).
Dari berbagai review mengenai distress psikologis (misalnya oleh Matthews, 2007; Montgomery & McCrone, 2009) dan semua studi primer yang dijadikan sampel dalam studi ini, symptom-simptom anxietas dan depressif nampak sebagai karakteristik menonjol dalam distress, kendati ini bisa terjadi dalam derajat yang berlainan.
Pada perkembangannya, konseptualisasi berbagai corak strategi ini mengalami pemerincian atau subdivisi lebih lanjut. Diversifikasi subdivi-subdivisi ini juga terjadi di dalam perkembangan berbagai instrumen pengukuran mengenai coping. Kemajuan konseptualisasi ini selanjutnya mengakibatkan berbagai isu metodologis mengenai coping dan pengukurannya.
Di tengah adanya berbagai kontroversi teoretik dan metodologis dalam ranah coping, studi ini berupaya untuk melakukan evaluasi meta-analitik mengenai hubungan antara coping strategies dan distress psikologis. Secara spesifik, fokus ditujukan pada tiga corak coping strategies, yaitu avoidance/passive coping, problem-focused coping, dan emotion-focused coping (Lihat Tabel 1). Jadi, walaupun terdapat diversifikasi yang besar pada masing-masing corak coping sebagaimana telah disinggung di atas, studi ini bermaksud menekankan tiga pengelompokan besar ini dalam asosiasinya dengan distress psikologis.
Tabel 1. Taksonomi strategi coping 1. Approach – avoidance coping Mendekati (approach) Mendekati /coping aktif Ekspektansi positif Efikasi-diri Mencari informasi Mencari bimbingan/dukungan
Menghindari (avoidance) Menghindari/coping pasif Wishful thinking Penyangkalan (denial) Ketidak-terlibatan secara mental/behavioral (Behavioral,mental disengagement)
Distress Psikologis dan Strategi Coping 7
Ketidak-berdayaan (helplessness) Menyalahkan-diri (self-blame) Penggunaan alcohol/obat terlarang
Kontrol-diri Penilaian positif (positive reappraisal/reinterpretation) Pemecahan masalah Perencanaan, analisis logis
Minimisasi ancaman Pengambilan jarak/pengalihan perhatian (distancing/distraction) Pelepasan emosional (emotional discharge/venting)
2. Coping yang berfokus pada problem dam coping yang berfokus pada emosi Berfokus pada problem Mencari dukungan instrumental Coping aktif Pemecahan masalah Perencanaan/ analisis logis
Berfokus pada emosi Ekspektansi positif / optimism Efikasi-diri Mencari dukungan emosional Kontrol diri Penilaian positif (positive reappraisal/ reinterpretation) Penerimaan Religius
(Duandao & Roesch, 2008; Folkman & Moskowitz, 2004)
Metode Identifikasi Sampel Studi Beberapa metode digunakan untuk mengidentifikasi artikel penelitian yang secara potensial relevan dengan tujuan studi ini. Pertama, pencarian literatur menggunakan database secara online, yang mencakup EBSCO, MEDLINE, ERIC, dan JSTOR. Oleh karena studi ini tidak dimaksudkan sebagai review yang sangat ekstensif, melainkan lebih merupakan studi awal (preliminary) mengenai asosiasi antara coping strategies dan distress psikologis, maka tahun publikasi dibatasi oleh pilihan untuk penelitian yang lebih baru.
Katakunci-katakunci yang digunakan adalah coping, psychic trauma, dan psychological distress, dengan batasan pada rentang usia dewasa serta instrument pengukuran coping
Distress Psikologis dan Strategi Coping 8
strategies yang digunakan. Semua perolehan artikel kemudian diseleksi berdasarkan kriteria inkulsi di bawah ini.
Kriteria Inklusi
Kriteria pemilihan artikel penelitian primer untuk dijadikan sampel dalam studi ini meliputi:
Pertama, studi primer merupakan studi yang mengkaji asosiasi antara coping strategies dan distress psikologis sebagai topik utama dalam studi primer, walaupun asosiasiasosiasi dengan variable (-variabel) lainnya bisa juga dilakukan dalam studi primer tersebut. Dengan demikian, studi primer ini menghasilkan main effect (nilai r), yakni besaran koefisien korelasi untuk dua variable utama tadi, di samping informasi statistik lainnya yang penting seperti rerata dan deviasi standar.
Kedua, studi primer untuk studi ini adalah studi korelasional dan bukan merupakan eksperimental, dengan kasus distress psikologis yang secara alami dialami oleh partisipan dalam dunia nyata.
Pencarian literature ini pada akhirnya memilih 20 studi primer, terdiri dari total 3,820 partisipan, dengan heterogenitas pengalaman distress atau trauma. (Lihat Tabel. 2).
Distress Psikologis dan Strategi Coping 9
Tabel 2. Karakteristik Studi Primer yang Menjadi Sampel
Peneliti
Besar Sampel
Rerata Pria usia
Wanit a
Pengalaman Traumatis
Pengukuran Coping
Benight et al. (1999)
135
-
62
118
Bencana alam
COPE
Ben-Zur et al. (2000)
171
61.45
138
33
Bedah jantung
COPE
Brand& Alexander (2003)
101
36.9
-
101
Korban sexual abuse
WCQ
Clements & Sawhney (2000)
70
32.7
-
-
Kekerasan domestic
WCCL
Clements et al. (2004)
114
36.5
30
84
Kekerasan domestic
Brief COPE
Deimling et al. (2006)
321
72.18
131
190
Cancer survivor
COPE
Fortune et al. (2005)
42
57.3
15
27
COPE
Garnefski et al. (2009)
139
56.39
114
25
Keluarga pasien schizophrenia Myocardial infarction
Garnefski & Kraaij (2009)
139
48.5
48
91
Stressful life events
CERQ
Gilbar & Zusman (2007)
57
53.02
-
57
Kanker
COPE
Glass et al. (2009)
228
43.80
114
114
Korban bencana alam
Brief COPE
Gutner et al. (2006)
122
16.3
-
122
CSI
Harrison & Kinner (1998)
57
-
22
35
Kekerasan seksual dan fisik Korban perampokan
Kershaw et al. (2004)
200
54
-
200
Kanker payudara
Brief COPE
Low et al. (2006)
417
58.1
-
417
Kanker payudara
COPE
Pakenham (2006)
404
47.77
93
311
CMSS
Rogers et al. (2005)
264
40.2
172
92
Schroevers & Teo (2008)
113
51.78
38
75
Multiple sclerosis (MS) Dukacita atas kematian karena HIV/AIDS Kanker
Ullman et al. (2007)
636
32.3
-
636
Brief COPE
Wingenfeld et al. (2009)
90
33.15
34
56
Korban kekerasan Seksual Pasien psikiatrik
CERQ
WCCL-R
WCQ
Brief COPE
WCC
Catatan: WCQ = Ways of Coping Questionnaire; WCCL = Ways of Coping Checklist; CERQ = Cognitive Emotion Regulation Questionnaire; CSI = Coping Strategies Inventory; WWCL-R = Ways of Coping Checklist – Revised; CMSS = Coping with MS Scale.
Distress Psikologis dan Strategi Coping 10
Analysis Data Prosedur meta-analitik dalam studi ini mengikuti prosedur yang dikemukakan oleh Hunter & Schmidt (2004). Pertama-tama, koefisien korelasi Pearson rata-rata dihitung. Nilai r Pearson dipilih sebagai ukuran besaran efek (effect size) untuk meningkatkan kemudahan elan utnya rerata ini dibobotkan dengan cara dibagi
dalam menginterpretasikan temuan
dengan umlah sampel studi dengan menggunakan rumus 1990). Setelah diperoleh varians (
(
=
(Hunter & Schmidt,
), lalu dihitung varians kesalahan pengambilan sampel
e), serta dampaknya. Penetapan interval kepercayaan (confidence interval) dilakukan
untuk menunjukkan sifat korelasi dan reliabilitas korelasi ditentukan dengan varians korelasi populasi dibagi dengan varians kesalahan pengambilan sampel.
Hasil Analisis
Statistik meta-analitik secara keseluruhan untuk masing-masing kategori coping strategy disarikan di dalam Tabel 3.
Tabel 3. Statistik meta-analitik Untuk Masing-Masing Kategori Coping Strategies Coping strategies
Avoidance
N
SD
e
p
3175
0,033
0,181
0,0003144
0.032686
2325
0,207
0,455
0,00017
0,20683
1843
0,135
-0,367
0,0003039
0,13469
Problemfocused Emotionfocused atatan populasi.
umlah partisipan = rerata korelasi populasi; SD = deviasi standar; e = varians kesalahan pengambilan sampel; p = variabs korelasi
Distress Psikologis dan Strategi Coping 11
Tingkat kepercayaan (confidence interval) dihitung dari dibagi oleh
yang telah
dikoreksi, sehingga dihasilkan 0,18 (0,033/0,181) untuk avoidance coping, 0,45 (0,207/0,455) untuk problem-focused coping, dan 0,37 (0,135/0,367) untuk emotion-focused coping, seluruhnya di atas 0 atau dengan kata lain positif. Sedangkan dampak kesalahan pengukuran diperoleh dengan menggunakan rumus σ²ρ/σ²r Berdasarkan rumus ini diperoleh dampak kesalahan pengukuran untuk avoidance, problem-focused, dan emotion-focused coping adalah 0,99 untuk masing-masing. Angka ini juga menunjuk pada realibilitas korelasi studi, sehingga prosentasi varians yang mengacu pada kesalahan pengukuran masing-masing adalah 1% (1 – 0,99). Hasil di atas membawa kepada kesimpulan bahwa masing-masing korelasi kedua variable adalah positif dan kurang kuat. Diskusi Hasil kajian meta-analitik menunjukkan asosiasi yang konsisten dan jelas antara coping strategies dan distress psikologis. Pola ini nampak pada setiap corak yang ada pada coping strategies dan macam-macam distress psikologis.
Satu hal yang menarik dari temuan studi ini adalah bahwa walaupun terdapat heterogenitas pengalaman distress atau traumatis, namun manifestasi anxietas selama sekurang-kurangnya periode peristiwa tersebut menjadi cirri yang diamati dalam semua studi.
Penggunaan coping strategies yang aktif telah ditunjukkan secara konsisten berhubungan dengan tingat distress yang lebih rendah. Wanita yang mengalami diagnosis kanker payudara maupun jenis-jenis kanker lainnya kurang mengalami distress psikologi apabila mereka memperoleh informasi yang memadai mengenai gangguannya.
Sebagaimana bisa dilihat dalam taksonomi coping strategies (Tabel 1), terjadi tumpang-tindih (overlapping) dalam konseptualisasi masing-masing kategori strategi. Setiap kategori disusun atau mempunyai subdivisi yang bisa masuk ke dalam kategori lainnya. Hal ini menyumbangkan kesulitan dalam merumuskan interpretasi tentang hasil. Tambahan pula, majoritas studi primer ini tidak memberikan definisi operasional mengenai distress psikologis.
Distress Psikologis dan Strategi Coping 12
Hal demikian tentunya menimbulkan ketidak-pastian mengenai apa yang secara jelas diartikan sebagai distress psikologis. Seperti halnya definisi coping dan pembiakan subdivisisubdivisi di dalamnya, keragaman dalam konsepsi dan definisi coping serta distress telah berakibat pada digunakannya beranekaragam instrument pengukuran. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk konseptualisasi operasional mengenai distress. Di samping itu, dari segi pendekatan riset, perlu adanya semacam sintesis dari studi kuantitatif dan kualitatif yang akan memberikan kontribusi yang lebih besar mengenai keragaman pengalaman distress psikologis atau traumatis serta individu yang terlibat dalam strategi coping (Thoits, 1995)
Hubungan antara personality traits (termasuk, inner strength, resiliensi, dan selfesteem) dengan anxietas. Personality traits ini sangat mungkin berpengaruh pada pemilihan pola atau corak coping terhadap pengalaman distress and traumatis, paling sebagai faktor mediasi (Thoits,1995).
Lazarus, pelopor studi mengenai emosi, stress dan coping, telah melakukan beberapa perbaikan untuk pandangannya sebelumnya, dan dalam salah satu artikel terakhirnya (2006), dia menegaskan bahwa studi mengenai emosi hendaknya dilakukan di dalam empat konteks yang merepresentasikan cirri-ciri sentral bagi sistem teoretik yang dikembangkannya, yakni: penilaian (appraising), coping, alur aksi dan reaksi, serta makna relasional. Ketiga hal yang pertama telah banyak dibahas oleh Lazarus dalam tulisan-tulisan sebelumnya. Sedangkan konteks terakhir, makna relasional, merupakan hal penting yang secara dikupas dalam artikel tersebut.
Makna relasional menurut Lazarus adalah makna yang muncul dan merasuki interaksi antara individu dengan lingkungannya. Di dalam proses apprasing, makna relasional inilah yang dikenakan pada relasi dengan lingkungan yang terus berkelangsungan dan berubah. Inilah makna yang member bentuk dan mendefinisikan emosi kita. Pandangan Lazarus masih belum namapk nyata dalam banyak studi primer yang ada dalam studi ini. Kiranya ini juga menjadi pendorong untuk penelitian lebih lanjut mengenai asosiasi antara coping dan distress psikologis.
Distress Psikologis dan Strategi Coping 13
Lazarus juga menekankan betapa pentingnya pendekatan kualitatif di dalam studi coping, di mana coping sebenarnya merupakan fitur yang integral dalam proses emosi dalam pandangannya. Majoritas studi yang diperoleh melalui pencarian literatur secara online adalah studi kuantitatif, sebagaimana direpresentasikan oleh sampel dalam studi ini. Bilamana emosi dipelajari sebagai kisah atau narasi yang dramatis hasilnya akan memperkaya pemahaman kita mengenai emosi dan manusia. Mengulang apa telah ditulis di atas, sintesis pendekatan kuantitatif dan kualitatif adalah jalan menuju pencapaian ini.
Sebagaimana telah dinyatakan dalam bagian awal, studi ini masih merupakan studi awal yang memiliki sejumlah keterbatasan. Ada keterbatasan dalam jumlah studi primer yang dilibatkan, misalnya hanya studi yang lebih akhir dan hanya pada studi yang dipublikasikan. Di samping itu, analisis hibungan antara coping strategies dan distress psikologis dikerucutkan pada tiga corak saja. Kategori-kategori lainnya yang dapat dijumpai dalam literature mengenai coping tidak dievaluasi. Barangkali telah beredar juga publikasi dalam bahasa Indonesia yang berfokus pada topk yang serupa, namun tidak dimasukkan dalam studi ini. Apabila studi-studi yang dipublikasikan di luar bahasa Inggris dimasukkan pula, tentu ini akan memberikan gambaran dan hasil yang berbeda.
Kesimpulan Hasil studi meta-analitik terhadap sampel yang dipilih memperlihatkan asosiasi yang konsisten dan jelas antara coping strategies dan distress psikologis, walaupun hubungannya positif dan tidak kuat. Pola ini nampak pada setiap corak yang ada pada coping strategies dan macam-macam distress psikologis.
Walaupun banyak studi tentang topik ini telah banyak dilakukan, namun kesulitan yang menonjol adalah adanya berbagai konseptualisasi baik mengenai coping dan distress. Sebagai konsekuensi, ada banyak instrument pengukuran yang berkembang, dan keragaman konseptual dan teoretis ini membawa kesulitannya sendiri dalam memahami hubungan keduanya. Emosi adalah proses yang kompleks dan dinamis, dan coping sebagai bagian tak terpisahkan dari emosi mengalami perkembangan kajian dan pendekatan. Ada banyak corak
Distress Psikologis dan Strategi Coping 14
atau strategi yang bisa digunakan orang dalam berbagai situasi. Tidak ada strategi coping tunggal yang efektif untuk semua situasi.
Distress Psikologis dan Strategi Coping 15
Daftar Pustaka
Austenfeld, J.L. & Stanton, A.L. (2004). Coping through emotional approach: A new look at emotion, coping, and health-related outcomes. Journal of Personality, 72, 1335 – 1363. *Benight, C.C., Ironson, G., Klebe, K., Carver, C.S., Wynings, C., Burnett, K., Greenwood, D., Baum, A., & Schneiderman, N. (1999). Conservation of resources and coping selfefficacy predicting distress following a natural disaster: A causal model analysis where the environment meets the mind. Anxiety, Stress, and Coping, 12, 107- 126. *Ben-Zur, H., Rappaport, B., Ammar, R., & Uretzky, G. (2000). Coping strategies, life style changes, and pessimism after open-heart surgery. Health & Social Work, 25, 201 – 209. *Band, B.L., & Alexander, P.C. (2003). Coping with incest: The relationship between recollections of childhood coping and adult functioning in female survivors of incest. Journal of Traumatic Stress, 10, 285 – 293. *Clements, C.M., & Sawhney, D.K. (2000). Coping with domestic violence: Control attributions, dysphoria, and hopelessness. Journal of Traumatic Stress, 13, 219 – 240. *Clements, C.M., Sabourin, C.M., & Spiby, L. (2004). Dysphoria and hopelessness following Battering: The role of perceived control, coping, and self-esteem. Journal of Family Violence, 19, 25 – 36. *Deimling, G.T., Wagner, L.J., Bowman, K.F., Sterns, S., Kercher, K., & Kahana, B. (2006). Coping among older-adult, long-term cancer survivors. Psycho-Oncology, 15, 143 – 159. Duangdao, K.M., & Roesch, S.C. (2008). Coping with diabetes in adulthood: A metaanalysis. Journal of Behavioral Medicine, 31, 291 – 300. Folkman, S., & Moskowitz, J.T. (2004). Coping: Pitfalls and promise. Annual Review of Psychology, 55, 745 – 774.
Distress Psikologis dan Strategi Coping 16
*Fortune, D.G., Smith, J.V., & Garvey, K. (2005). Perceptions of psychosis, coping, appraisals, and psychological distress in the relative of patients with schizophrenia: An exploration using self-regulatory theory. British Journal of Clinical Psychology, 44, 319 – 331. *Garnefski, N., & Kraaij, V. (2009). Cognitive coping and psychological adjustment in different types of stressful life events. Individual Differences Research, 7, 168 – 181. *Gilbar, O., & Zusman, A. (2007). The correlation between coping strategies, doctor-patient/ spouse relationships and psychological distress among women cancer patients and their spouses. Psycho-Oncology, 16, 1010-1018. *Glass, K., Flory, K., Hankin, B.L., Kloos, B., & Turecki, G. (2009). Are coping strategies, social support, and hope associated with psychological distress among Hurricane Katrina survivors? Journal of Social and Clinical Psychology, 28, 779 – 795. *Gutner, C.A., Rizvi, S., Monson, C.M., & Resick, P.A. (2006). Changes in coping strategies, relationship to the perpetrator, and posttraumatic distress in female crime victims. Journal of Traumatic Stress, 19, 813-823. *Harrison, C.A., & Kinner, S.A. (1998). Correlates of psychological distress following armed robbery. Journal of Traumatic Stress, 11, 787 – 798. Hunter, J.E., & Schmidt, F.L. (2004. Methods of meta-analysis: Correcting error and bias in research findings (2th ed.). Thousand Oaks, CA: Sage. *Kershaw, T., Northouse, L., Kritpracha, C., Schafenacker, A., & Mood, D. (2004). Coping strategies and quality of life in women with advanced breast cancer and their family caregivers. Psychology and Health, 19, 139–155. Lazarus, R.S. (1991). Emotion and adaptation. New York: Oxford University Press. Lazarus, R.S. & Lazarus, B.N. (1994). Passion and reason: Making sense of our emotions. New York: Oxford University Press. Lazarus, R.S. (2006). Emotions and interpersonal relationships: Toward a person-centered conceptualization of emotions and coping. Journal of Personality, 74, 9–46. *Low, C.A., Stanton, A.L., Thompson, N., Kwan, L., & Ganz, P.A. (2006). Contextual life stress and coping strategies as predictors of adjustment to breast cancer survivorship. Annals of Behavioral Medicine, 32, 235 – 244.
Distress Psikologis dan Strategi Coping 17
Matthews, G. (2007). Distress. Dalam Encyclopedia of Stress (Vol. 1, pp. 838-843). Elsevier. Montgomery, M., & McCrone, S.H. (2010). Psycological distress associated with the diagnostic phase for suspected breast cancer : Systemic review. Journal of Advanced Nursing, 66, 2372-2390. *Pakenham, K.I. (2006). Investigation of the coping antecedents to positive outcomes and distress in multiple sclerosis (MS). Psychology and Health, 21, 633- 649. *Rogers, M.E., Hansen, N.B., Levy, B.R., Tate, D.C., & Sikkema, K.J. (2005). Optimism and coping with loss in bereaved HIV-infected men and women. Journal of Social and Clinical Psychology, 24, 341–360. *Scroevers, M.J., & Teo, I. (2008). The report of posttraumatic growth in Malaysian cancer patients: Relationships with psychological distress and coping strategies. PsychoOncology, 17, 1239–1246. Thoits, P.A. (1995). Stress, coping, and social support processes: Where are we? What next? Journal of Health and Social Behavior (Extra Issue), 53–79. *Ullman, S.E., Townsend, S.M., Filipas, H.H., & Starzynski, L.L. (2007). Structural models of the relations of assault severity, social support, avoidance coping, self- blame, and PTSD among sexual assault survivors. Psychology of women Quaterly, 31, 23–37. *Wingenfeld, K., Mensebach, C., Rullkoetter, N., Schlosser, N., Schaffrath, C., Beble, T., & Driessen, M. (2009). Relationship between coping with negative life-events and psychopathology: Major depression and borderline personality disorder. Psychology and psychotherapy: Theory, research and practice, 82, 421–425.