ABSTRAK Munisa, Nisai Fadlya. 2016. Strategi Coping Menghadapi Stres dalam Menyusun Tugas Akhir Kuliah (Studi Kasus Pada Mahasiswa PAI Angkatan 2012 di Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Ponorogo). Skripsi. Program Studi Pendidikan Agama Islam Jurusan Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Ponorogo. Pembimbing Lia Amalia, M.Si . Kata Kunci: Strategi Coping, Stres, Mahasiswa, Tugas akhir kuliah Dalam dunia pendidikan, bagi sebagian mahasiswa semester akhir, menyusun tugas akhir kuliah merupakan suatu tugas yang dapat dengan mudah dilakukan dan mampu diselesaikan dalam waktu relatif pendek yaitu satu semester. Karena mereka mampu mengoptimalkan waktu sebaik mungkin agar selesai tepat pada waktunya. Namun, bagi sebagian mahasiswa semester akhir yang lain, penyusunan tugas akhir kuliah ini bisa menjadi “momok” yang tidak menyenangkan dan bahkan bisa menjadi beban karena menyita waktu, biaya dan energi dalam proses penyusunannya hingga sulit untuk lulus tepat waktu. Dalam proses penyusunan tugas akhir kuliah pula, mereka seringkali mengalami kesulitan memilih topik skripsi, mencari literature yang sesuai, keragaman masalah di lapangan, keterbatasan dana, keterbatasan ruang gerak di lapangan, merasa takut menemui dosen pembimbing yang dinilainya sibuk dan kurang kooperatif serta ditambah lagi dengan berbagai kesibukan harian yang lain. Sehingga kerumitan-kerumitan serta kesulitan-kesulitan dalam menyusun tugas akhir kuliah merupakan salah satu sumber yang berpotensi menimbulkan stress pada mahasiswa. Penelitian ini difokuskan pada strategi coping yang dilakukan mahasiswa PAI untuk mengatasi stress di STAIN Ponorogo serta dampaknya pada mahasiswa PAI. Tujuan dari pembahasan skripsi ini adalah untuk mengetahui untuk mengetahui cara mahasiswa PAI mengatasi stress dalam menyusun tugas akhir kuliah di STAIN Ponorogo. Serta untuk mengetahui dampak dari strategi coping stress yang digunakan mahasiswa PAI dalam menyusun tugas akhir kuliah di STAIN Ponorogo. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara, observasi, dan Focus Group Discution (FGD). Sedangkan teknik analisis data menggunakan reduction data, display, dan conclusion. Berdasarkan penyajian data dan analisis data dapat disimpulkan bahwa sebagian besar mahasiswa PAI menggunakan strategi coping stress dengan berfokus pada emosi (Emotional Focus Coping) dan hanya 1 mahasiswa yang menggunakan Problem Focus Coping (PFC) yang memfokuskan pada masalah yang diakibatkan. Dampak dari strategi ini sangat efektif dan sangat membantu dalam mengatasi masalah, kesulitan dan stress dalam menyusun tugas akhir kuliah.
1
2
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Dalam menuntaskan program pemerintah sebagai upaya menciptakan generasi muda yang berwawasan luas, berkualitas unggul serta memiliki nilai intelektual yang tinggi, maka di seluruh perguruan tinggi di Indonesia dan bahkan luar negeri mengadakan sebuah tugas yang dibebankan kepada seluruh mahasiswa semester akhir. Tugas ini merupakan salah satu persyaratan untuk menempuh pendidikan Strata I yaitu skripsi. Pemberian tugas akhir/skripsi bertujuan untuk memberikan dasar-dasar pengertian, pengetahuan, dan kecakapan dalam memecahkan masalah di bidang masing-masing calon sarjana secara ilmiah. Serta untuk mengkomunikasikan proses dan hasil secara efektif, memupuk keuletan, ketekunan serta sikap positif dalam melakukan kegiatan-kegiatan penyelidikan dan memberikan sumbangan nyata kepada usaha pengembangan ilmu pengetahuan di bidang masing-masing. Sehingga bisa diambil kesimpulan bahwa kuliah merupakan sebuah tempat untuk menyampaikan informasi mengenai mata pelajaran baru yang akan diolah oleh mahasiswa. Sehingga kuliah pada akhirnya memiliki fungsi dalam mengarahkan mahasiswa mempersiapkan mental berpikir lebih maksimal untuk menemukan hal-hal baru yang nantinya bisa dijadikan bekal dalam penyusunan tugas akhir kuliah.
3
Penulisan karya tulis ilmiah/tugas akhir kuliah ini merupakan salah satu ciri pokok Perguruan Tinggi. Karya ilmiah adalah karya tulis atau bentuk lainnya yang telah diakui dalam bidang ilmu pengetahuan, teknologi atau seni yang ditulis atau dikerjakan sesuai dengan tata-cara ilmiah, dan mengikuti pedoman ilmiah yang telah disepakati atau ditetapkan.1 Perguruan tinggi biasanya akan mengadakan workshop/seminar pembekalan dalam penyusunan tugas akhir kuliah sebagai persiapan mahasiswa. Dalam pembekalan tugas akhir kuliah ini seluruh mahasiswa diberikan arahan dan bimbingan dalam proses penyusunan tugas akhir kuliah, mulai dari perumusan judul dari masalah-masalah yang ditemukan di lapangan, menemukan masalah, menentukan fokus/batasan masalah, penentuan tujuan dan manfaat penelitian sampai pada pembuatan proposal dan segala hal yang terkait dengan tugas akhir kuliah. Pada hakekatnya, seluruh perguruan tinggi telah memberikan materi kuliah berupa Metodologi Penelitian yang membahas tentang berbagai macam cara untuk melakukan sebuah penelitian. Metodologi penelitian ini sebagai bekal sebelum mahasiswa melakukan penyusunan tugas akhir kuliah, karena melalui pemberian materi Metodologi Penelitian ini mahasiswa akan memiliki pandangan bagaimana langkah sebelum menyusun tugas akhir ini. Selain diberikan materi kuliah Metodologi Penelitian sebagai bekal penulisan penelitian, mahasiswa juga diberikan tugas pembuatan makalah selama bertahun-tahun. 1
Buku Pedoman Penulisan Skripsi: Kuantitatif, Kualitatif, Library, dan PTK (Edisi Revisi 2015), Jurusan Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Ponorogo, Ponorogo; STAIN PO Press, 2015, 1
4
Pemberian tugas makalah ini bertujuan untuk melatih mahasiswa dalam proses sistematika penulisan tugas akhir kuliah. Namun pada kenyataannya beberapa mahasiswa tidak dapat memfokuskan diri ketika diberi materi kuliah ini, sehingga saat penulisan tugas akhir kuliah/skripsi banyak mahasiswa yang belum mengerti benar bagaimana langkah dalam menyusun tugas akhir kuliah ini. Kurangnya fokus mahasiswa dalam menerima pemberian materi Metodologi Penelitian serta ketidak seriusan mahasiswa dalam pengerjaan tugas pembuatan makalah selama bertahun-tahun yang menjadikan para mahasiswa semester akhir ini merasakan cemas, kesulitan, dan bahkan bisa berdampak pada stress mahasiswa dalam menyusun tugas akhir kuliah. Dalam dunia pendidikan, bagi sebagian mahasiswa semester akhir, menyusun tugas akhir kuliah merupakan suatu tugas yang dapat dengan mudah dilakukan dan mampu diselesaikan dalam waktu relatif pendek yaitu satu semester. Karena mereka mampu mengoptimalkan waktu sebaik mungkin agar selesai tepat pada waktunya. Namun, bagi sebagian mahasiswa semester akhir yang lain, penyusunan tugas akhir kuliah ini bisa menjadi “momok” yang tidak menyenangkan dan bahkan bisa menjadi beban karena menyita waktu, biaya dan energi dalam proses penyusunannya hingga sulit untuk lulus tepat waktu. Dalam proses penyusunan tugas akhir kuliah pula, mereka seringkali mengalami kesulitan memilih topik skripsi, mencari literature yang sesuai, keragaman masalah di lapangan, keterbatasan dana, keterbatasan ruang gerak di lapangan, merasa takut menemui dosen pembimbing yang dinilainya sibuk dan kurang
5
kooperatif serta ditambah lagi dengan berbagai kesibukan harian yang lain. Sehingga kerumitan serta kesulitan dalam menyusun tugas akhir kuliah merupakan salah satu sumber yang berpotensi menimbulkan stress pada mahasiswa.2 Sedangkan diketahui bahwa tingkat stress dan kegelisahan kini telah mencapai tahap wabah. Serta tidak dapat diragukan lagi bahwa hal ini menunjukkan suatu masalah besar di dalam masyarakat modern. Bahkan, bagi sebagian besar manusia, stress dan kegelisahan telah menjadi bagian tak terpisahkan dari hidup sehari-hari. Bahkan dalam beberapa kasus benar-benar menghancurkan kehidupan orang-orang tertentu. Stress juga mengurangi kemampuan kita untuk menikmati hidup secara maksimal.3 Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa semua orang baik remaja, dewasa bahkan manula pasti pernah merasakan stress dalam hidupnya, terutama dengan datangnya berbagai masalah dan tuntutan-tuntutan di sekolah, lingkungan sosial
maupun tempat
kerja. Dalam menanggapi stress ini, tidak semua remaja dan orang yang beranjak dewasa memberikan respon yang sama terhadap stress yang dialami. Beberapa anak muda mungkin akan menyerah ketika ia mengalami gangguan kecil dalam kehidupannya. Anak muda lainnya mungkin akan termotivasi untuk bekerja lebih 2
Sulis Mariyanti, Model Strategi Coping Penyelesaian Studi Sebagai Efek Dari Stressor Serta Implikasinya Terhadap Waktu Penyelesaian Studi Mahasiswa Psikologi Universitas Esa Unggul (Jurnal Psikologi, Vol. 11 No. 2, Desember 2013), 66 3 Jan de Vries, Emotional Healing: Mengendalikan Emosi dan Kecemasan (Surabaya: Selaras Surabaya Publishing, 2009), 1.
6
keras agar dapat menemukan solusi terhadap masalah pribadi yang dialami. Sementara beberapa anak muda lainnya mungkin berhasil menyesuaikan diri ketika menghadapi situasi yang sangat membebani. Situasi yang menekan akan dapat diubah menjadi kurang menekan apabila mengetahui bagaimana cara mengatasinya.4 Dari hasil pernyataan di atas, bahwa ada berbagai macam tuntutan mahasiswa semester akhir yang harus dipenuhi dalam menempuh pendidikan Strata I (S1), yaitu penyusunan tugas akhir kuliah. Bagi sebagian mahasiswa yang menganggap skripsi sebagai “momok”, pasti akan mengalami banyak kesulitan dan bahkan sampai merasa stress. Oleh karena itu, mahasiswa yang mengalami stress perlu memiliki strategi/cara khusus yang dapat digunakan untuk menghadapi situasi menekan yang setiap saat bisa muncul kapan saja dan dapat mengakibatan stress. Dalam istilah psikologi, cara-cara pemecahan, adaptasi terhadap situasi yang menekan atau pengentasan masalah biasa disebut dengan strategi coping.5 Strategi coping ini tentu akan mempermudah semua orang dalam menemukan jalan keluar atas segala kesulitan dan masalah-masalah yang dihadapi. Dalam buku Perkembangan Anak, belajar melakukan coping terhadap stress adalah aspek penting dari kehidupan emosional anak-anak. Seligman menyatakan bahwa anak yang optimis lebih mungkin untuk melakukan coping 4
John W. Santrock, Remaja, jilid 2, edisi kesebelas (Jakarta: Erlangga, 2007), 299. Emma Indirawati, Hubungan Antara Kematangan Beragama Dengan Kecenderungan Strategi Coping (Jurnal Psikologi Universitas Diponegoro Vol. 3 No. 2, 2006), 70. 5
7
secara afektif dibandingkan anak yang pesimis. Ketika anak-anak beranjak dewasa, mereka bisa menilai situasi penyebab stress dengan lebih akurat dan dapat menentukan seberapa besar kontrol yang mereka miliki terhadap situasi tersebut. Anak yang lebih tua akan memiliki alternatif coping yang lebih banyak terhadap kondisi penyebab stress dan lebih banyak menggunakan strategi coping kognitif.6 Dari gambaran di atas menyatakan bahwa mahasiswa semester akhir perlu menggunakan strategi/cara khusus dalam mengatasi stress yang dialami, yaitu strategi coping sebagai upaya meminimalisir beban dan tuntutan yang menekan sehingga dapat mengakibatkan stress pada diri mahasiswa tersebut. Terutama bagi mahasiswa semester akhir Jurusan Tarbiyah khususnya Pendidikan Agama Islam STAIN Ponorogo, yang tentunya memiliki tingkat stress yang berbeda dari mahasiswa jurusan lain, dan tentu juga memiliki strategi coping dalam menyelesaikan stress yang dialami, terlebih mahasiswa Pendidikan Agama Islam (PAI) yang telah dibekali ilmu pendidikan agama yang kental sejak awal masuk di Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Ponorogo. Oleh karena itu, peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian terkait dengan permasalahan di atas, sehingga menarik sebuah judul yaitu: “Strategi Coping Menghadapi Stres dalam Menyusun Tugas Akhir Kuliah” (Studi Kasus pada Mahasiswa Prodi Pendidikan Agama Islam/PAI Angkatan 2012 di Sekolah Tinggi Agama Islam
6
26.
John W. Santrock, Perkembangan Anak, edisi kesebelas, jilid kedua (Jakarta: Erlangga, 2007),
8
Negeri (STAIN) Ponorogo), sebagai tugas akhir kuliah dalam mendapatkan gelar
Strata Satu (S1) di Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Ponorogo tahun ajaran 2016-2017.
B. Fokus Penelitian Mengingat luasnya masalah, cakupan pembahasan serta banyaknya mahasiswa Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Ponorogo, maka fokus yang peneliti lakukan di sini adalah pada bagaimana mahasiswa mengatasi stress dalam menyusun tugas akhir kuliah dengan menggunakan strategi Coping. Yang mana penelitian ini juga difokuskan pada mahasiswa PAI angkatan 2012 dan bukan keseluruhan mahasiswa di STAIN Ponorogo mengingat keterbatasan waktu penelitian.
C. Rumusan Masalah Dari berbagai permasalahan di atas, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah: 1. Bagaimana cara mahasiswa PAI mengatasi stress dalam menyusun tugas akhir kuliah di STAIN Ponorogo? 2. Bagaimana dampak dari strategi coping stress yang digunakan mahasiswa PAI dalam menyusun tugas akhir kuliah di STAIN Ponorogo?
9
D. Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui cara mahasiswa PAI mengatasi stress dalam menyusun tugas akhir kuliah di STAIN Ponorogo. 2. Untuk mengetahui dampak dari strategi coping stress yang digunakan mahasiswa PAI dalam menyusun tugas akhir kuliah di STAIN Ponorogo. E. Manfaat Penelitian 1. Teoritis Penelitian
ini
diharapkan
memberikan
sumbangan
keilmuan
khususnya Program Studi Pendidikan Agama Islam (PAI) STAIN Ponorogo dalam penggunaan strategi coping menghadapi stress sebagai salah satu strategi dalam penanganan suatu masalah pada mahasiswa yang menyusun tugas akhir kuliah. 2. Praktis a. Bagi mahasiswa dapat mengurangi stress yang dialami dalam penyusunan tugas akhir kuliah yang bisa berdampak pada ketepatan dan kelancaran dalam penyusunan tugas akhir kuliahnya. b. Memberikan informasi yang dapat digunakan para pembaca tentang cara mahasiswa mengatasi stress dalam menyusun tugas akhir kuliah dan dampaknya pada mahasiswa PAI dalam menyusun tugas akhir kuliah.
10
F. Metode Penelitian 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian Dalam
penelitian
ini
digunakan
metode
penelitian
dengan
menggunakan pendekatan kualitatif yang didefinisikan sebagai metode penelitian ilmu-ilmu sosial yang mengumpulkan dan menganalisis data berupa kata-kata (lisan maupun tulisan) dan perbuatan-perbuatan manusia serta peneliti tidak berusaha menghitung atau mengkuantifikasikan data kualitatif yang telah diperoleh dan dengan demikian tidak menganalisis angka-angka. Data yang dianalisis dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan perbuatan-perbuatan manusia.7 Penelitian
kualitatif
ditujukan
untuk
mendeskripsikan
dan
menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, sikap, kepercayaan, persepsi dan pemikiran manusia secara individu maupun kelompok. Penelitian kualitatif bersifat induktif. Artinya, peneliti membiarkan permasalahanpermasalahan muncul dari data atau dibiarkan terbuka untuk interpretasi.8 Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah studi kasus, dalam arti penelitian difokuskan pada satu fenomena saja yang dipilih dan
7
Afrizal, Metode Penelitian Kualitatif: Sebuah Upaya Mendukung Penggunaan Penelitian Kualitatif dalam Berbagai Disiplin Ilmu ( Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2014), 13. 8 Udin Syaefudin Sa’ud, Modul Metodologi Penelitian Pendidikan Dasar (Bandung: UPI, 2007), 84.
11
ingin dipahami secara mendalam dengan mengabaikan fenomena-fenomena yang lainnya.9 2. Kehadiran Peneliti Ciri khas penelitian kualitatif tidak dapat dipisahkan dari pengamatan prasangka,
sebab
peranan
peneliti
yang
menentukan
keseluruhan
skenarionya.10 Untuk itu, dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai instrument kunci (key instrument), partisipan penuh sekaligus pengumpul data, sedangkan instrument yang lain sebagai penunjang. Dalam penelitian kualitatif, instrumennya adalah orang atau Human Instrument. Untuk dapat menjadi instrument, maka peneliti harus memiliki bekal teori dan wawasan yang luas, sehingga mampu bertanya, menganalisis, memotret dan mengontruksi obyek yang diteliti menjadi lebih jelas dan bermakna.11 Human Instrument dalam penelitian kualitatif dipahami sebagai alat yang dapat mengungkap fakta-fakta lokasi penelitian. Tidak ada alat yang paling elastis dan tepat untuk mengungkap data kualitatif kecuali peneliti itu sendiri.12
9
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009), 99. 10 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, 117. 11 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif (Bandung: Alfabeta, 2005), 2. 12 M. Djunaidi Ghony dan Fauzan Almanshur, Metode Penelitian Kualitatif (Yogyakarta: ArRuzz Media, 2012), 95.
12
3. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini adalah di salah satu perguruan tinggi Negeri yang berada di Kabupaten Ponorogo yaitu Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Ponorogo, yang beralamat di Jalan Pramuka, No 156 Kecamatan Siman Kabupaten Ponorogo. Dan merupakan satu-satunya Perguruan Tinggi Negeri di Eks Karisidenan Madiun.13 Dan memiliki mahasiswa Pendidikan Agama Islam (PAI) terbanyak setiap tahunnya, serta memiliki banyak keunggulan dibandingkan dengan perguruan tinggi lainnya. 4. Data dan Sumber Data Sumber data utama penelitian ini adalah kata-kata dan tindakan. Dengan demikian sumber data dalam penelitian ini adalah kata-kata dan tindakan sebagai sumber data utama. Sedangkan data tertulis, foto dan statistik adalah sebagai sumber data tambahan.14 Tehnik pengambilan Sample yang digunakan adalah Purposive Sampling dan Snow Ball. Purposive Sampling adalah teknik pengambilan
sumber data dengan pertimbangan tertentu. Misalnya orang yang paling tahu apa yang kita harapkan atau mungkin sebagai penguasa sehingga akan memudahkan menjelajahi situasi sosial yang diteliti.
13
Sejarah STAIN Ponorogo, www.stainponorogo.ac.id/info-singkat/sejarah.html, diakses pada tanggal 14 Januari 2016 pukul 11.24 WIB. 14 J. Moleong, Metodologi Penelitian , 112.
13
Pengambilan sumber data dengan menggunakan purposive sampling diberikan kepada subjek penelitian yang berjumlah 7 mahasiswa PAI, dengan rincian sebagai berikut: a. Mahasiswa yang bekerja part-time : Mahasiswa yang bekerja part-time terdiri dari 2 mahasiswa yang masing-masing memiliki kesibukan masing-masing, yaitu mahasiswa SNA yang bekerja di toko dan mahasiswa MIS yang bekerja lest private. Mahasiswa SNA bekerja di salah satu swalayan di kota Madiun, yang bekerja setelah jam perkuliahan berakhir sampai malam hari. Dan hanya memiliki 1 hari libur pada hari Kamis setiap minggunya. Sedangkan mahasiswa MIS bekerja lest private di salah satu rumah di daerah Magetan. Mahasiswa ini memulai les dari hari Senin hingga Kamis, dan memiliki tambahan les pada hari yang lainnya. Selain itu mahasiswa MIS ini juga memiliki kesibukan dan tugas yang lainnya yang juga harus berjalan bersamaan selain mengerjakan tugas akhir kuliah. b. Mahasiswa yang sudah menikah Mahasiswa yang sudah menikah di Prodi PAI berjumlah 6 mahasiswa dan mahasiswi. Mahasiswa ISR adalah salah satunya. Mahasiswa ini sudah menikah sejak tahun 2013 lalu dan tinggal di daerah Madiun serta telah dikaruniai seorang anak laki-laki. Kehidupan berumah tangga merupakan kehidupan barunya selain kehidupan dan tugasnya di bangku kuliah. Terutama saat telah memiliki seorang anak yang masih
14
harus diberikan kasih sayang serta berbagai tugas rumah tangga yang harus dilakukan setiap hari. Namun dengan berbagai kesibukan dalam rumah tangga tidak mematahkan semangatnya untuk terus berjuang menempuh Strata Satu (SI). c.
Mahasiswa yang tinggal di lingkungan pondok Sebagian besar mahasiswa STAIN Ponorogo yang tinggal di lingkungan pondok dan kos dikarenakan letak rumah yang jauh dari kampus. Begitu pula bagi mahasiswa semester akhir HFR ini. Mahasiswa ini tinggal di pondok yang tidak jauh dari kampus, yang terletak di selatan kampus STAIN Ponorogo. Pondok ini merupakan pondok para mahasiswa. Di pondok ini juga memiliki kegiatan yang sama dengan pondok-pondok pada umumnya. Dengan adanya berbagai macam kegiatan pondok dan harus mengerjakan kewajibannya sebagai mahasiswa semester akhir merupakan suatu tantangan tersendiri bagi mahasiswa ini.
d. Mahasiswa yang aktif dalam organisasi Mahasiswa SNC merupakan salah satu mahasiswa yang aktif dalam organisasi di STAIN Ponorogo dan organisasi di luar STAIN serta mengajar di Madrasah Diniyah di salah satu kecamatan di Ponorogo. Organisasi yang diikuti mahasiswa ini adalah UKM Ulinnuha dan UKM Pramuka. Sedangkan madrasah diniyah yang diajar juga memiliki 2 tempat yang berbeda dan waktu mengajar yang berbeda pula. Sedangkan pembagian waktu untuk melakukan kesibukan-kesibukan tersebut dan
15
disela-selai menyusun tugas akhir kuliah merupakan suatu hal yang cukup sulit bagi mahasiswa ini, tetapi harus tetap bisa menjalankan keduanya secara beriringan. e. Mahasiswa yang mengajar Bagi mahasiswa semester akhir, mengajar di sekolah-sekolah merupakan hal yang biasa dikarenakan sebagai bekal pengalaman kerja dan tempat pemanfaatan ilmu yang dimiliki, begitu pula bagi mahasiswa KAM yang juga merupakan mahasiswa semester akhir yang mengajar di salah satu Sekolah Dasar di Madiun. Tuntutan sebagai pengajar dan masih harus mengerjakan kewajiban sebagai mahasiswa akhir merupakan kesibukan dan kesulitan yang dialaminya beberapa bulan terakhir. Namun harus tetap memikirkan hal yang menjadi prioritas utamanya terlebih dahulu. f. Mahasiswa yang berbisnis Mahasiswa
AZE
merupakan
salah
satu
mahasiswa
yang
melakukan bisnis disela-sela kesibukan mengerjakan tugas akhir kuliah. Bisnis merupakan hal yang biasa dilakukan sebagian mahasiswa untuk menambah wawasan baru dalam dunia bisnis dan menambah jaringan kinerja, yang mana bisa digunakan setelah nanti lulus S1. Bisnis yang dilakukan mahasiswa ini juga beragam bukan hanya 1 bisnis saja. Yang menuntut mahasiswa ini berpikir ektra dalam mengerjakan tugasnya.
16
Snow Ball Sampling adalah teknik pengambilan sample sumber data
yang pada awalnya jumlahnya sedikit lama-lama menjadi besar. Hal ini dilakukan karena jumlah sumber data yang sedikit itu belum mampu memberikan data yang lengkap, maka mencari orang lain yang dapat digunakan sebagai sumber data.15 5. Prosedur Pengumpulan Data Dalam pengumpulan atau memperoleh data, penulis menggunakan beberapa metode yang dianggap relevan dengan penelitian, yakni: a. Teknik Wawancara Teknik pengumpulan data yang dikenal oleh penelitian kualitatif pada umumnya pertama adalah wawancara mendalam. Dalam hal iini seharusnya peneliti mempelajari teknik wawancara agar bisa dilakukan wawancara secara mendalam. Teknik ini menuntut peneliti untuk mampu bertanya sebanyak-banyaknya dengan perolehan jenis data tertentu sehingga diperoleh data atau informasi yang rinci.16 Wawancara merupakan sebuah percakapan antara dua orang atau lebih, yang pertanyaannta diajukan oleh peneliti kepada subjek atau sekelompok subjek penelitian untuk dijawab. Pada penelitian kualitatif, wawancara mendalam dapat dilakukan dengan dua cara. Pertama, wawancara sebagai strategi utama dalam mengumpulkan data. Pada 15
Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung: Alfabeta, 2006), 300. Hamidi, Metode Penelitian Kualitatif: Aplikasi Praktis Pembuatan Proposal dan Laporan Penelitian (Malang: UMM Press, 2004), 72. 16
17
konteks ini, catatan data lapangan yang diperoleh berupa transkip wawancara. Kedua, wawancara sebagai strategi penunjang teknik lain dalam
pengumpulan
data,
seperti
observasi
partisipan,
analisis
dokumentasi dan fotografi.17 Adapun informan pada wawancara ini terdiri dari para mahasiswa Jurusan Tarbiyah Program Studi Pendidikan Agama Islam (PAI) Angkatan 2012 STAIN Ponorogo yang menjadi subjek penelitian, untuk mengetahui secara mendalam pemahaman dan implementasi serta dampak dari strategi coping stress dalam penyusunan tugas akhir kuliah. b. Teknik Observasi Metode ini digunakan untuk mengetahui sesuatu yang sedang atau yang sedang dilakukan merasa perlu untuk melihat sendiri, mendengarkan sendiri atau merasakan sendiri. hal ini dilakukan denga menggunakan teknik pengumpulan
data observasi
terlibat.18
Metode observasi
(pengamatan) merupakan sebuah teknik pengumpulan data yang mengharuskan peneliti turun ke lapangan mengamati hal-hal ang berkaitan dengan ruang, tempat, pelaku, kegiatan, benda-benda, waktu, peristiwa, tujuan dan perasaan.
17
Sudarwan Danim, Menjadi Peneliti Kualitatif: Ancangan Metodologi, Presentasi dan Publikasi Hasil Penelitian untuk Mahasiswa dan Peneliti Pemula Bidang Ilmu-Ilmu Sosial, Pendidikan dan Humaniora (Bandung: Pustaka Setia, 2002), 130. 18 Afrizal, Metode Penelitian Kualitatif: Sebuah Upaya Mendukung Penggunaan Penelitian Kualitatif dalam Berbagai Disiplin Ilmu , 21.
18
Metode observasi merupakan cara yang sangat baik untuk mengawasi perilaku subjek penelitian seperti perilaku dalam lingkungan atau ruang, waktu dan keadaan tertentu.19 Metode observasi ini digunakan untuk mengamati para mahasiswa PAI angkatan 2012 yang sedang menyusun tugas akhir kuliah, yang mana mahasiswa ini mengalami stress dan observasi ini diterapkan kepada mahasiswa yang termasuk dalam kategori penelitian stress menurut peneliti.
c. Teknik Focus Group Discution (FGD) Focus Group Discussion (FGD) adalah teknik data yang umumnya
dilakukan pada penelitian kualitatif. Teknik ini dimaksud untuk memperoleh data dari suatu kelompok berdasarkan hasil diskusi yang terpusat pada suatu permasalahan tertentu. FGD menjadi amat penting untuk menghindari pemaknaan yang salah dari seorang peneliti terhadap masalah yang sedang diteliti. Sejauh itu pula teknik ini digunakan untuk menarik kesimpulan terhadap makna-makna intersubjektif yang sulit dimaknakan sendiri oleh peneliti karena dihalangi oleh dorongan subjektivitas peneliti.20 Focus Group Discussion (FGD) disebut juga grup interview yang
tergolong dalam jenis wawancara terfokus atau terstruktur. Pengertian
19
Djunaidi Ghony dan Fauzan Almanshur, Metodologi Penelitian Kualitatif (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2012), 165. 20 Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kualitatif (Jakarta: RajaGrafindo, 2006), 225.
19
FGD ini selanjutnya dibahas lebih lanjut menurut pendapat para ahli, antara lain: 1) Minichiello mengemukakan wawancara jenis ini menggunakan panduan diskusi
tersusun
dari beberapa topic tetapi
urutan
pertanyaannya tidak disusun secara kaku, melainkan lebih fleksibel. 2) Hoed mengemukakan bahwa FGD ini dirancang dengan tujuan mengungkapkan persepsi kelompok mengenai suatu gejala budaya (misalnya sebuah merek produk, program, atau kebijaksanaan tertentu). Krueger menyebutkan: “Focus group produce qualitative data that provide insight into the attitudes, perceptions, and opinions of
participants”. Lebih lanjut Kruege mengatakan karakteristik FGD mencakup lima hal, yaitu: “sejumlah orang yang memiliki karakteristik tertentu, memberikan data tentang sifat atau keadaan kualitatif tertentu dalam sebuah diskusi terfokus”.21 Metode FGD ini dilakukan kepada mahasiswa PAI Angkatan 2012
yang sedang menyusun tugas akhir
kuliah. 6. Teknik Analisis Data Analisis data merupakan proses pencandraan (description) dan penyusunan transkip interviu serta material lain yang telah terkumpul. Maksudnya, agar peneliti dapat menyempurnakan pemahaman terhadap data 21
Basrowi, Suwandi, Memahami Penelitian Kualitatif (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), 165.
20
tersebut untuk kemudian menyajikannya kepada orang lain dengan lebih jelas tentang apa yang telah ditemukan atau didapatkan dari lapangan.22 Dalam teknik analisis data kualitatif, ada tiga tahap yang menjadi rangkaian analisis proses, yaitu:23 a. Reduction Data, yaitu proses merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan hal-hal yang penting dan penyederhanaan data yang muncul di lapangan agar dapat diperoleh gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti dalam pengumpulan data selanjutnya. Dalam penelitian ini data-data yang diperoleh melalui wawancara, dan observasi yang masih kompleks tentang strategi coping stress. b. Display Data, yaitu proses penyusunan informasi yang kompleks dalam suatu bentuk yang sistematis, agar lebih sederhana dan dapat dipaham maknanya. Setelah data direduksi, kemudian disajikan sesuai dengan pola dalam bentuk uraian naratif. Dalam hal penelitian ini adalah penyajian data secara sistematis mengenai konsep strategi coping dalam menghadapi stress mahasiswa PAI dalam penyusunan tugas akhir kuliah di STAIN Ponorogo. c. Conclusion Drawing, yaitu analisa data yang terus menerus baik selama maupun sesudah pengumpulan data, untuk penarikan kesimpulan yang dapat menggambarkan pola yang terjadi. Dalam penelitian ini dapat
22 23
Sudarwan Danim, 209. Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: Alfabeta, 2006), 330-332.
21
disimpulkan mengenai implementasi dan dampak strategi coping dalam menghadapi stress mahasiswa PAI dalam penyusunan tugas akhir kuliah di STAIN Ponorogo. 7. Pengecekan Keabsahan Temuan Dalam penelitian ini, pengecekan keabsahan data dilakukan dengan teknik trianggulasi. Teknik trianggulasi merupakan suatu teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Kegunaan teknik ini adalah memberikan bukti dan akan membantu memecahkan persoalan keterbatasan metode. Teknik dengan pengumpulan data trianggulasi adalah untuk mengetahui data yang diperoleh convergen (meluas), tidak konsisten atau kontradiksi.24 Dalam penelitian ini menggunakan teknik trianggulasi dengan memanfaatkan sumber. Teknik trianggulasi sumber berarti mengecek kembali data yang diperoleh melalui beberapa sumber. Hal ini dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu:25 a. Membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil wawancara b. Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang dikatakan secara pribadi c. Membandingkan keadaan dengan prespektif seseorang yang berbeda
24
Andi Prastowo, Menguasai Teknik-Teknik Koleksi Data Penelitian Kualitatif (Yogyakarta: DIVA Press, 2010), 289-294. 25 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005), 175.
22
d. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan. 8. Tahapan-Tahapan Penelitian Tahap-tahap penelitian dalam penelitian ini ada tiga tahapan dan ditambah dengan tahapan terakhir dari penelitian yaitu penulisan laporan dari hasil penelitian, tahap-tahap tersebut adalah: a. Tahapan Pra Lapangan Tahapan ini adalah untuk memperoleh gambaran umum mengenai latar belakang penelitian dengan melakukan penyusunan perencanaan penelitian, memilih lapangan penelitian, mengurus permohonan penelitian, menjajaki dan menilai lapangan, memanfaatkan dan memilih informasi serta mempersiapkan perlengkapan penelitian. Tahapan ini dilakukan sebelum terjun ke lapangan dalam rangka penggalian data. b. Tahapan Penggalian Data Tahapan ini merupakan eksplorasi secara terfokus sesuai dengan pokok permasalahan yang dipilih sebagai fokus penelitian, tahap ini merupakan pekerjaan lapangan di mana penelitian memasuki lapangan dan ikut serta melihat aktifitas dan melakukan interview. Pengamatan dan pengumpulan data serta peristiwa-peristiwa yang diamati, membuat diagram-diagram kemudian menganalisa data lapangan secara intensif dilakukan setelah pelaksanaan penelitian selesai.
23
c. Tahapan Analisa Data Tahapan ini dilakukan beriringan dengan tahap pekerjaan lapangan, dalam tahap ini penulis menyusun hasil penelitian. Untuk selanjutnya penulis segera melakukan analisa data dengan cara distributif dan dipaparkan dalam bentuk naratif. d. Tahap Penulisan Laporan Tahapan ini merupakan tahapan terakhir setelah ketiga tahapan di atas dilaksanakan. Di sini penulis menyusun sebuah laporan dari hasil pengamatan yang dilakukan di lapangan sebagai tahap akhir sebuah penelitian.
g. Sistematika Pembahasan Pada pembahasan skripsi ini terbagi menjadi lima bab. Adapun untuk memudahkan dalam memahami skripsi ini, maka peneliti menyusun sistematika pembahasan sebagai berikut: Bab Pertama, merupakan pendahuluan. Pada bab ini berisi tentang pola dasar pemikiran dari isi keseluruhan penelitian, yang terdiri dari latar belakang masalah, fokus penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metodologi penelitian dan sistematika pembahasan. Bab Kedua, merupakan landasan teori. Bab ini sebagai landasan teoritis yang menjelaskan tentang pengertian strategi coping, macam-macam strategi coping, pengertian stress, macam-macam stress, pengertian mahasiswa dan
pengertian tugas akhir kuliah.
24
Bab Ketiga, merupakan paparan data. Pada bab ini terdiri dari paparan data tentang gambaran umum yang meliputi sejarah, geografi dan letak, keadaan mahasiswa, keadaan dosen, keadaan lingkungan, keadaan saran prasarana di STAIN Ponorogo. Dan data khusus tentang strategi coping menghadapi stress mahasiswa dalam penyusunan tugas akhir kuliah dan dampaknya terhadap mahasiswa PAI. Bab Keempat, merupakan analisis data. Bab ini sebagai analisa tentang penerapan strategi coping menghadapi stress mahasiswa dalam penyusunan tugas akhir kuliah di STAIN Ponorogo dan dampaknya terhadap mahasiswa PAI. Bab Kelima, penutup. Bab ini merupaan akhir dari penulisan skripsi yang berisi tentang kesimpulan dan saran-saran yang terkait dengan hasil penelitian.
25
BAB II KAJIAN TEORI DAN TELAAH PENELITIAN TERDAHULU
A. Kajian Teori 1. Strategi Coping a. Pengertian Model
Coping
bermakna
menanggulangi,
menerima
atau
menguasai. Segala sesuatu yang terjadi dan bersangkutan dengan diri kita seharusnya dihadapi dan ditanggulangi sesuai kemampuan yang ada.26 Coping melibatkan upaya untuk mengelola situasi yang membebani,
memperluas usaha untuk memecahkan masalah-masalah hidup dan berusaha untuk mengatasi atau mengurangi stress.27 Coping is the process of managing demands (external or internal) that are appraised as taxing or exceeding the resources of the person. “Coping consists of efforts, both action-oriented and intrapsychic, to manage (i.e., master, tolerate, reduce, minimize) environmental and internal demands and conflicts among them”.28
Secara teoritis, usaha yang dilakukan individu untuk mencari jalan keluar dari masalah agar dapat menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi dapat dikatakan coping strategy. Ada banyak pengertian coping
26
M. Darwis Hude, Emosi Penjelajahan Religio-Psikologis tentang Emosi Manusia di Dalam Al-Qur’an (Jakarta: Erlangga, 2006), 278. 27 John W. Santrock, Remaja, jilid 2, edisi kesebelas (Jakarta: Erlangga, 2007), 299. 28 Shelley E. Taylor, Health Psychology, Fifth Edition (New York : 2003, McGraw-Hill Higher Education), 219.
26
strategy yang diungkapkan oleh para ahli. Pendapat para ahli tehadap
pengertian coping adalah sebagai berikut: 1. Lazarus yang menyatakan bahwa coping merupakan strategi untuk memanajemen tingkah laku kepada pemecahan masalah yang paling sederhana dan realistis, berfungsi untuk membebaskan diri dari masalah yang nyata maupun tidak nyata dan coping merupakan semua usaha secara kognitif dan perilaku untuk mengatasi, mengurangi dan tahan terhadap tuntutan (distress demands). 2. Matheny, dkk yang mendefinisikan coping sebagai segala usaha, sehat maupun tidak sehat, positif maupun negatif, usaha kesadaran atau ketidaksadaran, untuk mencegah, menghilangkan atau melemahkan stressor atau untuk memberikan ketahanan terhadap dampak stress.
3. Murphy yang mengatakan bahwa tingkah laku coping sebagai segala usaha untuk mengatasi suatu situasi baru yang secara potensial dapat mengancam, menimbulkan frustasi dan tantangan.29 4. Baron dan Byrne mengatakan bahwa coping adalah respon individu untuk mengatasi masalah, respon tersebut sesuai dengan apa yang dirasakan
dan
dipikirkan
untuk
mengontrol,
mentolelir
dan
mengurangi efek negatif dari situasi yang dihadapi.30
29
Triantoro Safaria dan Nofrans Eka Saputra, Manajemen Emosi: Sebuah Panduan Cerdas Bagaimana Mengelola Emosi Positif dalam Hidup Anda ( Jakarta: Bumi Aksara, 2009), 96-97. 30 Rasmun, Stres, Coping, dan Adaptasi (Jakarta : Sagung Seto, 2004), 30.
27
This definition of coping has several important aspects. First, the relationship between coping and a stressful event is a dynaminc process. Coping is a series of transactions between a person who has a set of resources, values, and commitments and a particular environment with its own resources, demands, and constraints. A second important aspect of the definition of coping is its breadth. The definition clearly encompasses a great many actions and reactions to stressful circumstances. Viewed within this definition, then, emotional reactions, including anger or depression, can be thought of as part of the coping process, as can actions that are voluntarily undertaken to confront the event. In trun, coping efforts are moderated by the resources that the individual has available.31
Definisi Coping memiliki aspek penting di dalamnya. Yang pertama adalah hubungan antara mengatasi (kemampuan coping) dan stressful (peristiwa) yang dinamakan proses coping dinamik. Coping juga
merupakan serangkaian transaksi antara sumber daya, nilai, dan komitmen. b.
Fungsi Coping Menurut Richard Lazarus, dkk., coping memiliki dua fungsi umum, yaitu fungsinya dapat berupa fokus ke titik permasalahan, serta melakukan regulasi emosi dalam merespon masalah: 1. Emotional-Focused Coping adalah suatu usaha untuk mengontrol respons emosional terhadap situasi yang sangat menekan. Emotionalfocused coping cenderung dilakukan apabila individu tidak mampu
atau merasa tidak mampu mengubah kondisi yang stressful, yang dilakukan individu adalah mengatur emosinya.
31
Shelley E. Taylor, Health Psychology, Fifth Edition, 219.
28
Menurut
Safarindo,
emotion-focused
coping
merupakan
pengaturan respons emosional dari situasi yang penuh stress. Individu dapat mengatur respons emosinya dengan beberapa cara, yaitu dengan mencari dukungan emosi dari sahabat atau keluarga, melakukan aktifitas yang disukai, bahkan tak jarang dengan penggunaan alkohol atau obat-obatan. 2. Problem-focused coping adalah usaha untuk mengurangi stressor , dengan mempelajari cara-cara atau keterampilan-keterampilan yang baru untuk digunakan mengubah situasi, keadaan atau pokok permasalahan. Individu akan cenderung menggunakan strategi ini apabila dirinya yakin akan dapat mengubah situasi. Setiap hari dalam kehidupan kita secara tidak langsung problem-focused coping telah sering kita gunakan, saat kita bernegosiasi untuk membeli sesuatu di toko, saat kita membuat jadwal pelajaran, mengikuti treatmenttreatment psikologis atau belajar untuk meningkatkan keterampilan
(kursus bahasa Inggris, menjahit, pelatihan komputer). Problem-solving coping involves attempts to do something constructive about the stressful conditions that are harming, threatening, or challenging an individual. Emotion-focused coping involves efforts to regulate emotions experiencet because of the stressful event.32
32
Shelley E. Taylor, Health Psychology, Fifth Edition , 229.
29
c. Macam-macam Strategi Coping Folkman dan Lazarus, selain mengkategorisasi coping menjadi emotional
focused
coping
dan
coping
menjadi
mengkategorisasikan
problem
dua
focused
coping,
macam,
yaitu
juga coping
instrumental dan coping paliatif. Coping instrumental berorientasi pada
penyelesaian masalah, sedangkan coping paliatif lebih berorientasi pada menghilangkan beban emosi. Menaghan, seorang Psikolog mengusulkan kategorisasi coping sebagai coping resources, coping effort, coping strategies dan coping styles.
Matheny,
dkk
mengemukakan
dua
model
coping
yang
diperolehnya melalui metode meta-analisis dari berbagai literature, yaitu pertama coping kombatif dan kedua coping preventif. Coping kombatif merupakan escape learning (penyelesaian) dengan langsung bertempur untuk mengatasi dan memecahkan persoalannya, sedangkan coping preventif adalah avoidant learning (penghindaran) merupakan usaha-
usaha untuk mencegah tejadinya distress sehingga individu lebih tahan terhadap tekanan tersebut. Dalam buku lain disebutkan bahwa macam-macam strategi coping yaitu :33
33
Rasmun, Stres, Koping dan Adaptasi, 30.
30
1. Coping Psikologi Pada umumnya gejala yang ditimbulkan akibat stress psikologis tergantung pada faktor-faktor berikut : a) bagaimana persepsi atau penerimaan individu terhadap stessor , artinya seberapa berat ancaman yang dirasakan oleh individu tersebut terhadap stessor yang diterimanya, b) keefektifan strategi coping yang digunakan oleh individu; artinya dalam mengahadapi stessor , jika strategi yang digunakan efektif maka menghasilkan adaptasi yang baik dan menjadi suatu pola baru dalam kehidupan, tetapi jika sebaliknya dapat mengakibatkan gangguan kesehatan fisik maupun psikologis. 2. Coping Psiko-sosial Coping psiko-sosial adalah reaksi psiko-sosial terhadap adanya
stimulus stress yang diterima atau dihadapi oleh klien. Stuart dan Sundeen mengemukakan bahwa terdapat 2 kategori coping yang biasa dilakukan untuk mengatasi stress dan kecemasan, antara lain:34 a) Reaksi yang berorientasi pada tugas (task orientes reaction) cara ini digunakan untuk menyelesaikan masalah, menyelesaikan konflik dan memenuhi kebutuhan dasar. b) Reaksi yang berorientasi pada ego. Reaksi ini digunakan oleh individu dalam menghadapi stress atau kecemasan, jika individu melakukannya dalam waktu sesaat maka akan dapat mengurangi kecemasan, tetapi jika digunakan dalam waktu yang lama akan 34
Ibid., 31-33.
31
dapat mengakibatkan gangguan orientasi realita, memburuknya hubungan interpersonal dan menurunnya produktifitas kerja. d. Aspek-aspek Coping Folkman dan Lazarus mengidentifikasikan beberapa macam aspek yang didapat dari penelitian-penelitiannya. Aspek-aspek tersebut adalah sebagai berikut:35 1. Emotional Focused Coping
Folkman dan Lazarus mengidentifikasikan beberapa aspek. Aspekaspek tersebut adalah sebagai berikut: -
Seeking
Social
Emotional
Support,
yaitu mencoba untuk
memperoleh dukungan secara emosional maupun sosial dari orang lain. -
Distancing, yaitu mengeluarkan upaya kognitif untuk melepaskan
diri dari masalah atau membuat sebuah harapan positif. -
Escape Avoidance, yaitu mengkhayal mengenai situasi atau
melakukan tindakan atau menghindar dari situasi yang tidak menyenangkan. -
Self Control, yaitu mencoba untuk mengatur perasaan diri sendiri
atau tindakan dalam hubungannya untuk menyelesaikan masalah.
35
Triantoro Safaria dan Nofrans Eka Saputra, Manajemen Emosi: Sebuah Panduan Cerdas Bagaimana Mengelola Emosi Positif dalam Hidup Anda , 104-109
32
-
Turning
to
Religion,
yaitu usaha untuk melakukan dan
meningkatkan ajaran agama yang dianut. -
Accepting Responsibility, yaitu menerima untuk menjalankan
masalah yang dihadapinya sementara mencoba untuk memikirkan jalan keluarnya. -
Restraint Coping (pengekangan diri), merupakan suatu respon
yang dilakukan individu dengan cara menahan diri (tidak terburuburu dalam mengambil tindakan) sambil menunggu waktu yang tepat. -
Focus on and Venting Emotion (berfokus pada pengekspresian
perasaannya), yaitu upaya yang dilakukan individu dengan cara mengekspresikan perasaannya. -
Positive Reinterpretation (reinterpretasi positif), yaitu respon yang
dilakukan individu dengan cara mengadakan perubahan dan pengembangan pribadi dengan pengertian yang baru dan menumbuhkan kepercayaan akan arti makna kebenaran yang utama yang dibutuhkan dalam hidup. -
Acceptance (penerimaan diri), yaitu individu menerima keadaan
yang terjadi apa adanya, karena individu menganggap sudah tidak ada yang dapat dilakukan lagi untuk merubah keadaannya serta membuat suasana lebih baik.
33
-
Positive Reappraisal, yaitu mencoba untuk membuat suatu arti
positif dari situasi dalam masa perkembangan kepribadian, kadang-kadang dengan sifat yang religius. 2. Problem Focused Coping
Folkman dan Lazarus mengidentifikasikan problem focused coping dalam beberapa aspek, antara lain: a) Seeking Informational Support, yaitu mencoba untuk memperoleh
informasi dari orang lain, seperti dokter, psikolog atau guru. b) Planning (perencanaan), yaitu adalah memikirkan bagaimana
mengatasi tekanan, memikirkan tindakan yang diambil dan menentukan cara penanganan terbaik untuk memecahkan masalah. c) Confrontive Coping, melakukan penyelesaian masalah secara
konkret. d) Planful
Problem-solving,
menganalisis
setiap
situasi
yang
menimbulkan masalah serta berusaha mencari solusi secara langsung terhadap masalah yang dihadapi. e) Seeking Social Support for Emotional Reasons (mencari dukungan
sosial secara emosional), merupakan upaya untuk mencari dukungan sosial, seperti mendapatkan dukungan moral, simpati atau pengertian.
34
e. Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Strategi Coping Taylor dan Staton mengungkapkan bahwa individual diferences mempengaruhi seseorang dalam mengatasi kondisi stressful yang pada akhirnya akan berdampak pada kesehatan. Berikut faktor-faktor yang mempengaruhi steategi coping, yaitu :36 1) Optimism (Optimis), yaitu harapan bahwa akan terjadi hasil baik pada diri dari pada hal buruk. 2) Personal Control (Kontrol personal), perasaan bahwa orang dapat membuat keputusan dan tindakan efektif untuk mendapatkan hasil yang diharapkan, serta menghindari yang tidak diharapkan. 3) Interpretasi positif terhadap diri sendiri serta self esteem yang tinggi. 4) Social Support, persepsi atau pengalaman dicintai atau diperhatikan oleh orang lain serta perasaan berharga dan bernilai bagi orang lain. 2. Stress a. Pengertian Stres Stress pada dasarnya adalah respon alamiah tubuh terhadap beban fisik maupun mental yang berlebihan, yang mengakibatkan keseimbangan fisik dan emosi bergeser dan menjadi tidak stabil, padahal ketidakstabilan emosi sangat berpengaruh terhadap fungsi kognitif dan dikenal dengan fungsi luhurnya, yaitu berpikir logis dan berperasaan positif (good mood).
36
A.L. Staton & S. E. Taylor, Coping Resources, Coping Process and Mental Health (Annual Review, 7), 377-392.
35
Stress bukanlah istilah kosakata baru. Di Indonesia, istilah ini telah dikenal sejak tahun 80-an. Istilah stress sendiri sesungguhnya berasal dari istilah latin yaitu berasal dari kata “stringere” yang mempunyai arti ketegangan, dan tekanan. Stress merupakan reaksi yang tidak diharapkan yang muncul disebabkan oleh tingginya tuntutan lingkungan kepada seseorang.37 Menurut Wikipedia online, stress adalah suatu kondisi yang dinamis, saat seorang individu dihadapkan pada peluang, tuntutan, atau sumber daya yang terkait dengan apa yang dihasratkan oleh individu itu, dan yang hasilnya dipandang tidak pasti dan penting. Stress adalah beban rohani yang melebihi kemampuan maksimum rohan itu sendiri, sehingga perbuatannya menjadi kurang terkontrol secara sehat.38 Stress merupakan tekanan internal maupun eksternal serta kondisi bermasalah lainnya dalam kehidupan. Dalam kamus psikologi, stress merupakan suatu keadaan tertekan baik itu secara fisik maupun psikologis. Stress bersumber dari frustasi dan konflik yang dialami individu yang dapat berasal dari berbagai bidang kehidupan manusia. Konflik antara dua atau lebih kebutuhan atau keinginan yang ingin dicapai, yang terjadi stress
37
Wirawan, Menghadapi Stres dan Depresi, Seni Menikmati Hidup Agar Selalu Bahagia
(Platinum, 2012), 15. 38
Jazak Yus Afriansyah, Stress? So What?! Powerful Teachnique for Empowering Stress to Become Strength (Jakarta: Kompas Gramedia, 2014), 2.
36
berbenturan juga bisa menjadi penyebab timbulnya stress.39 Stress adalah respons individu terhadap situasi atau peristiwa (disebut stressor ) yang mengancam dan melebihi kemampuan coping mereka.40 Monat dan Lazarus mendefinisikan
stress yaitu merupakan
keadaan dan tuntutan yang melebihi kemampuan dan sumber daya adaptif individu untuk mengatasinya, sehingga tuntutan dan keadaan (stressor ) tersebut menimbulkan ketegangan baik secara fisik maupun psikis. Stress dapat juga didefinisikan sebagai keseluruhan proses yang meliputi stimulasi, kejadian, peristiwa dan respon, interprestasi individu yang menyebabkan timbulnya ketegangan yang di luar kemampuan individu untuk mengatasinya. Dari definisi di atas dapat dilihat bahwa stress mencakup dua hal yang saling terkait, yaitu pertama stimulasi, peristiwa, kondisi, kejadian yang menimulkan ketegangan yang biasanya disebut stressor dan kedua merupakan respons dan interpretasi individu.41
b. Jenis Stres Para peneliti juga membedakan antara stress yang merugikan dan merusak yang disebut distress dan stress yang positif dan menguntungkan yang disebut eustres. Selye menyebutkan satu jenis stress lainnya yang sangat berbahaya dan merugikan disebut dengan distress. Satu jenis stress
39
Tristiadi Ardi Ardani, dkk., Psikologi Klinis (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007), 43. W. Santrock, Perkembangan Anak, edisi ketujuh, jilid dua (Jakarta: Erlangga, 2007), 24. 41 Triantoro Safaria, AUTISME: Pemahaman Baru Untuk Hidup Bermakna Bagi Orang Tua (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2005), 41-42. 40
37
lainnya yang justru bermanfaat atau konstruksif disebut eustres.42 Stress positif (eustress) muncul ketika memiliki: 1) Hasrat untuk menyelesaikan masalah tertentu 2) Kemampuan untuk menyelesaikan masalah 3) Sejumlah kemampuan mengendalikan keadaan 4) Istirahat yang memadai di antara masing-masing tantangan 5) Bayangan solusi potensial terhadap masalah Bentuk negative stress (distress) muncul ketika kita merasa terancam oleh sejumlah bahaya yang bersifat fisik atau emosional intimidasi, diperlakukan buruk, kehilangan prestise, takut akan penolakan,
tekanan waktu yang tidak realistis, atau ketiadaan pilihan yang dapat dipikirkan. Distress muncul ketika:43 1) Dihadapkan pada masalah yang tidak ingin kita selesaikan 2) Tidak punya bayangan tentang solusi atas permasalahannya 3) Merasa kalau tingkat resiko yang ada tidak diharapkan 4) Hanya memiliki sedikit atau tidak punya kendali atas keadaan 5) Mengalami situasi-situasi stress intens dan berkepanjangan secara berulang-ulang.
42
Safaria dan Eka Saputra, Manajemen Emosi, 29-30. Hanafiah dan Cucu Suhana, Konsep Strategi Pembelajaran , (Bandung: Refika Aditama, 2010), 356-357. 43
38
c. Macam Strategi Menghadapi Stres Ada beberapa macam strategi dalam menghadapi stress, yaitu antara lain:44 1. Strategi menghadapi stress dalam perilaku, antara lain meliputi: a) Memecahkan persoalan secara tenang, yaitu mengevaluasi kekecewaan atau stress dengan cermat kemudian menentukan langkah
yang
tepat
untuk
diambil,
setelah
itu
mereka
mempersiapkan segala upaya dan daya serta menurunkan kemungkinan bahaya. b) Agresi. Stress sering berpuncak pada kemarahan atau agresi. Sebenarnya agresi jarang terjadi namun apabila terjadi hal itu hanyalah berupa respon penyesuaian diri. c) Regresi, yaitu kondisi ketika seseorang yang menhadapi stress kembali lagi kepada perilaku yang mundur atau kembali ke masa yang lebih muda (memberikan respons seperti orang dengan usia yang lebih muda). d) Menarik diri, merupakan respon yang paling umum dalam mengambil sikap. Bila seseorang menarik diri maka dia memilih untuk tidak mengambil tindakan apapun. Respon ini biasanya disertai dengan depresi dan sikap apatis.
44
Ibid., Psikologi Klinis, 43.
39
e) Mengelak. Seseorang yang mengalami stress terlalu lama, kuat dan terus menerus maka ia akan cenderung mengelak. 2. Strategi mengatasi stress secara kognitif, antara lain:45 a) Represi, adalah upaya seseorang untuk menyingkirkan frustasi, stress dan semua yang menimbulkan kecemasan. b) Menyangkal kenyataan, mengandung unsur penipuan diri. Bila seseorang menyangkal kenyataan maka ia menganggap tidak adanya pengalaman yang tidak menyenangkan dengan maksud untuk melindungi dirinya sendiri. c) Fantasi, dengan fantasi orang sering merasa dirinya mencapai tujuan dan dapat menghindarkan dari frustasi dan stress. Orang yang sering melamun kadang-kadang menemukan bahwa kreasi lamunannya itu lebih menarik dari pada kenyataan yang sesungguhnya. d) Rasionalisasi, dimaksudkan segala usaha seseorang untuk mencari alasan yang dapat diterima secara sosial untuk membenarkan atau menyembunyikan perilaku yang buruk. Rasionalisasi juga bisa muncul ketika seseorang menipu dirinya sendiri dengan pura-pura menganggap buruk adalah baik atau sebaliknya. e) Intelektualisasi, seseorang menggunakan tektik ini maka yang menjadi masalah akan dipelajari atau mencari tahu tujuan 45
Ibid., Psikologi Klinis, 44-47.
40
sebenarnya supaya tidak terlalu terlibat dengan persoalan secara emosional. f) Pembentukan
reaksi,
seseorang
yang
bisa
berusaha
menyembunyikan motif dan perasaan sesungguhnya baik represi atau supresi dan menampilkan wajah yang berlawanan dengan kenyataan yang dihadapi. g) Proyeksi,
seseorang
yang
biasanya
sangat
cepat
dalam
memperlihatkan ciri pribadi orang lain yang tidak disukai dengan sesuatu yang di perhatikan itu akan diperbesar-besarkan lagi. Teknik ini mungkin dapat digunakan untuk mengurangi kecemasan karena dia harus menghadapi kenyataan akan keburukan dirinya. 3. Determinan Strategi Mengatasi stress Menurut penelitian di laboratorium menunjukkan bahwa menggunakan
tehnik
untuk
mengatasi
stress
tertentu
dapat
ditingkatkan atau dikurangi dengan cara memberi penguatan atau hukuman. Adanya tantangan, fantasi, ketidakpuasan, dan dukungan orang tua dalam menghadapi anak stress secara pasti sangat berhubungan erat dengan ketakutan anak ini mengatasi stress dikemudian hari. Gaya seseorang menyelesaikan masalah tergantung pada kebiasaan standar kebudayaan di mana ia dibesarkan. Tingkatan kognitif juga mempengaruhi strategi seseorang untuk mengatasi stress.
41
d. Faktor Potensi Stress Ada banyak faktor yang ditemukan oleh para ahli perilaku sebagai biang stress, dan setiap faktor akan dibahas agar lebih mengerti. Berikut adalah faktor-faktor potensi stress :46 a. Faktor Lingkungan Ketidakpastian
lingkungan
dapat
secara
langsung
memengaruhi struktur organisasi dan tingkat stress para karyawan dan organisasi.
Sebagai
contoh,
perubahan
dalam
siklus
bisnis
menciptakan ketidakpastian ekonomi, dan ketika ekonomi memburuk, orang merasa cemas terhadap kelangsunan pekerjaannya. Intinya, segala kondisi tida pasti dalam setiap lingkungan merupakan salah satu pemantik terjadinya stress. Ketidakpastian menjadi suatu tekanan tersendiri bagi manusia pada berbagai episode pertumbuhan mereka, mulai balita hingga dewasa. Ironisnya, di saat yang sama kita menyadari bahwa ketidakpastian adalah bagian dari realitas kehidupan, yang akan dihadapi oleh siapa pun itu, selama dia masih bernapas. b. Faktor Organisasi Faktor berikutnya adalah faktor organisasi dan faktor ini merupakan salah satu turunan dari faktor lingkungan, di mana
46
Jazak Yus Afriansyah, Stress? So What?! Powerful Teachnique for Empowering Stress to Become Strength (Jakarta: Kompas Gramedia, 2014), 6-15.
42
organisasi merupakan bentuk yang lebih terstruktur dari suatu lingkungan. Organisasi di sini bisa bermaksud organisasi bisnis, sosial, masyarakat, dan tak luput juga organisasi tekecil, yaitu keluarga. Banyak faktor dalam organisasi yang dapat menyebabkan stress atau tekanan. Tekanan untuk menghindari kesalahan atau untuk menyelesaikan tugas dalam waktu yang mepet, beban kerja yang berlebihan, atasan yang selalu menuntut dan tidak peka, dan rekan kerja yang tidak menyenangkan adalah beberapa di antaranya. c. Faktor Pribadi Faktor berikutnya adalah faktor pribadi atau individu. Menurut Wikipedia, faktor pribadi yang menyebabkan stress terdiri atas masalah keluarga, masalah ekonomi pribadi, serta kepribadian dan karakter yang melekat dalam diri seseorang. Faktor individual yang secara signifikan memengaruhi stress adalah sifat dasar seseorang. Artinya, gejala stress ang diekspresikan pada pekerjaan bisa jadi sebenarnya berasal dari kepribadian orang itu. e. Klasifikasi Stres Stress dapat diklasifikasikan ke dalam 2 aspek, yaitu:47
47
Diva Sari, Stres Jenis, Aspek, Penyebab, Reaksi Fisik-Psikologis, Klasifikasi dan Bagaimana Mengelolanya , deevashare.blogspot.co.id/2012/05/stres-jenis-aspek-penyebab-reaksi-fisik.html?m=1, diakses pada tanggal 24 Juni 2016 pada pukul 20.24 WIB.
43
1. Stress Akut (Acute Stress) Stress akut merupakan reaksi terhadap ancaman yang segera, umumnya dikenal dengan respon atas pertengkaran atau penerbangan (fight or flight). Suatu ancaman dapat terjadi pada situasi apa pun yang pernah dialami bahkan secara tidak disadari atau salah dianggap sebagai suatu bahaya. Penyebab-penyebab stress akut antara lain: a) Kebisingan, b) Keramaian, c) Pengasingan, d) Lapar, e) Bahaya, f) Infeksi, dan g) Bayangan suatu ancaman atau ingatan atas suatu peristiwa berbahaya (mengerikan). Pada banyak kejadian, suatu waktu ancaman akut telah dilalui, suatu respon menjadi tidak aktif dan tingkat-tingkat hormone stress kembali normal, suatu kondisi yang disebut respon relaksasi (relaxation response). 2. Stres Kronis (Chronic Stress) Kehidupan
modern
menciptakan
situasi
stress
berkesinambungan yang tidak berumur pendek. Penyebab-penyebab umum stress kroniss antara lain adalah;
44
a) Kerja dengan tekanan tinggi yang terus menerus, b) Masalah-masalah hubungan jangka panjang, c) Kesepian, dan d) Kekhawatiran finansial yang terus-menerus. Dilihat
dari
banyaknya
kesulitan
dan
masalah
yang
menimbulkan stress pada mahasiswa dalam menyusun tugas akhir kuliah, maka masalah-masalah penyebab stress mahasiswa dapat diklasifikasikan sebagai berikut: a. Psikologi sosial; perilaku hubungan antara manusia dan kelompok serta pengaruh sosial terhadap perilaku manusia. Konsep dasar psikologi sosial adalah emosi terhadap objek sosial, perhatian,
minat,
kemauan,
motivasi,
kecerdasan
dalam
menanggapi persoalan sosial, pengahayatan, kesadaran, harga diri, sikap mental, kepribadian, dll.48 b. Psikologi organisasi; ilmu yang mempelajari tentang perilaku individu dan perilaku kelompok dalam aturan organisasi formal.49 c. Psikologi kepribadian; pola khas dari pikiran, perasaan, dan tingkah laku yang membedakan orang satu dengan yang lain dan tidak berubah lintas waktu dan situasi.50 48
Hedi Sasrawan, Psikologi Sosial, hedisasrawan.blogspot.co.id/2013/09/psikologi-sosialartikel-lengkap.html?m=1, diakses pada tanggal 24 Juni 2016 pukul 20.40 WIB. 49 Ahmad Kurnia, Psikologi Organisasi, teknikkepemimpinan.blogspot.co.id/2013/07/psikologi-organisasi.html?m=1, diakses pada tanggal 24 Juni 2016 pukul 20.52 WIB.
45
Beberapa
tehnik
dalam
mengontrol
perilaku,
antara
lain
pengekangan fisik (physical restraints), bantuan fisik (physical aids), mengubah kondisi stimulus (changing
the stimulus
conditions),
(manipulating
manipulasi
kondisi
emosional
emotional conditions), melakukan respon-respon lain (performing alternative responses), menguatkan diri secara positif (positive self-reinforcement), menghukum diri sendiri (self punishment).
Sedangkan klasifikasi kesulitan penyebab stress mahasiswa PAI subjek penelitian menurut peneliti adalah sebagai berikut: 1) Masalah Psikologi Kepribadian: Kurangnya membagi waktu antara kesibukan bekerja part-time dengan menyusun tugas akhir, terlalu sibuk berbisnis, tanggungan pekerjaan rumah tangga, rasa malas, menomor duakan tugas akhir, dan kurangnya dukungan orang lain. 2) Masalah Psikologi Organisasi: Kurangnya membagi waktu antara kegiatan organisasi kampus, kurangnya buku referensi di perpustakaan, tanggungan mengajar di 2 Madrasah Diniyah, tanggungan mengajar di SD.
50
PsychoShare, www.psychoshare.com/file-142/psikologi-kepribadian/teori-teori-dalampsikologi-kepribadian.html, diakses pada tanggal 24 Juni 2016 pukul 21.12 WIB.
46
3) Masalah Psikologi Sosial: Kurangnya membagi waktu antara mengajar lest private, dan dosen pembimbing yang susah ditemui serta tanggungan kegiatan di pondok.
3. Pengertian Mahasiswa Definisi mahasiswa dalam peraturan Pemerintah RI No. 30 Tahun 1990 adalah peserta didik yang terdaftar dan belajar di perguruan tinggi tertentu. Mahasiswa adalah seseorang yang sedang dalam proses menimba ilmu ataupun belajar dan terdaftar sedang menjalani pendidikan pada salah satu bentuk perguruan tinggi yang terdiri dari akademik, politeknik, sekolah tinggi, institute dan universitas. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBI), mahasiswa didefinisikan sebagai orang yang belajar di Perguruan Tinggi.51 Menurut Siswoyo mahasiswa dapat didefinisikan sebagai individu yang sedang menuntut ilmu ditingkat perguruan tinggi, baik negeri maupun swasta atau lembaga lain yang setingkat dengan perguruan tinggi. Mahasiswa dinilai memiliki tingkat intelektualitas yang tinggi, kecerdasan dalam berpikir dan kerencanaan dalam bertindak. Berpikir kritis dan bertindak dengan cepat dan tepat merupakan sifat yang cenderung melekat pada diri setiap mahasiswa, yang merupakan prinsip yang saling melengkapi.52
51
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1997), 1012. 52 Dwi Siswoyo, Ilmu Pendidikan (Yogyakarta: UNY Press, 2007), 121.
47
Seorang mahasiswa dikategorikan pada tahap perkembangan yang usianya 18 sampai 25 tahun. Tahap ini dapat digolongkan pada masa remaja akhir sampai masa dewasa awal dan dilihat dari segi perkembangan, tugas perkembangan pada usia mahasiswa ini ialah pemantapan pendirian hidup. Mahasiswa Pendidikan Agama Islam (PAI) adalah seseorang yang berusia antara 18 tahun sampai 25 tahun yang menempuh pendidikan dan belajar di perguruan tinggi baik negeri maupun swasta dan mengambil jurusan Tarbiyah serta memilih program studi khusus yaitu Pendidikan Agama Islam. 4. Tugas Akhir Kuliah a. Pengertian Skripsi merupakan karya tulis ilmiah sebagai salah satu hasil proses pengembangan intelektual mahasiswa secara mandiri dan sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan di bawah bimbingan dosen. Penulisan
skripsi
merupakan
salah
satu
syarat
untuk
menyelesaikan pendidikan pada program sarjan (S1) yang memiliki bobot 6 sks (satuan kredit semester). Penulisan skirpsi harus memenuhi syaratsyarat penulisan ilmiah, yaitu objektif, metodologis, sistematis dan komunikatif. Materi penulisan skripsi dapat berasal dari penelitian lapangan dan atau penelitian kepustakaan yang merupakan telaah terhadap salah satu topik permasalahan. Skripsi tersebut mengemukakan suatu temuan baru.
48
b. Penulisan skripsi bertujuan sebagai berikut:53 1.
Mengidentifikasi gejala dan merumuskan masalah yang dijadikan objek penulisan skripsi;
2.
Menentukan tipe penelitian (deskriptif,/eksplanatif/ eksploratif) yang sesuai dengan tujuan penelitian
3.
Menggunakan teori yang relevan dengan permasalahan dan, mengoperasionalisasikan konsep;
4.
Memilih dan menggunakan metode penelitian yang relevan dengan sifat permasalahan;
5.
Menyajikan dan menganalisis data secara cermat, tepat, dan benar;
6.
Melakukan generalisasi yang valid dari hasil analisis data;
7.
Menuliskan hasil penelitian secara sistematis dan logis, sesuai dengan format dan etika ilmu pengetahuan.
B. Kajian Telaah Terdahulu Pada penelitian terdahulu, terdapat beberapa penelitian yang membahas mengenai strategi coping stress, di antara sebagai berikut: Dian Noviana Putra, “Strategi Coping Terhadap Stres pada Mahasiswa Tunanetra UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta ”, Jurusan Bimbingan dan Konseling
Islam, Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Kalijaga, 2013. Penelitian ini mengeksplorasi tentang berbagai macam tuntutan yang harus dipenuhi dari 53
Bambang Dwiloka, Teknik Menulis Karya Ilmiah (Jakarta: Rineka Cipta, 2005), 78.
49
mahasiswa difabel khususnya tunanetra, sehingga ketika mahasiswa tunanetra tidak dapat memenuhi tuntutan tersebut akibatnya mahasiswa tunanetra rentan mengalami stress. Penelitian ini bersifat kualitatif yang dilakukan terhadap objek yang diteliti untuk mendapatkan data yang dibutuhkan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mahasiswa tunanetra UIN Sunan Kalijaga mempunyai cara ataupun strategi coping yang sama dalam menghadapi stress.54 Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah pada subjek penelitian dan metode penelitian. Subjek penelitian pada penelitian terdahulu lebih menekankan pada 2 mahasiswa difabel yaitu tunanetra yang notabennya mengalami kurang sempurnaan dalam fisiknya. Sedangkan pada penelitian ini menfokuskan pada beberapa mahasiswa PAI semester akhir yang sedang mengerjakan skripsi, yang juga memiliki kelengkapan fisik dan psikis sehingga mudah untuk memahami maksud dari subjek penelitian. Penelitian terdahulu menggunakan metode wawancara dan observasi saja, sedangkan pada penelitian ini menggunakan merode penelitian wawancara, observasi dan juga FGD (Focus Group Discution). Persamaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah
pada penggunaan strategi coping dalam mengatasi stress pada mahasiswa. Nindya Wijayanti salah satu mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta, yang berjudul “Strategi Coping Menghadapi Stres dalam Penyusunan Tugas Akhir Skripsi pada Mahasiswa Program S1 Fakultas Ilmu Pendidikan ”, penelitian
ini menggunakan pendekatan penelitian Kuantitatif deskriptif dengan jenis survei. 54
Skripsi Dian Noviana Putra, Strategi Coping terhadap Stres pada Mahasiswa Tunanetra UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta , Jurusan Bimbingan dan Konseling Islam UIN Sunan Kalijaga, 2013, 75.
50
Dengan menggunakan teknik purposive proportional random sampling. Metode pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner berbentuk skala stress dan strategi coping menghadapi stress. Hasil uji validitas dan reabilitas kuesioner menggunakan uji validitas eksternal yang haslnya dapat dipercaya (reliable) dengan menggunakan Alpha Cronbach dengan koefisien alpha sevesar 0,8443, 0,8790 dan 0,8211. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara umum mahasiswa FIP Angkatan 2008 mengalami stress dalam penyusunan skripsi pada kategori sedang yaitu 109 mahasiswa.55 Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian ini adalah pada pendekatan penelitian dan metode penelitian. Subjek yang diamati juga 109 mahasiswa FIP Angkatan 2008, sedangkan pada penelitian ini hanya meneliti 7 mahasiswa PAI Angkatan 2012. Pendekatan penelitian menggunakan kuantitatif deskriptif jenis survey, sedangkan penelitian ini menggunakan pendekatan Kualitatif lapangan jenis studi kasus. Metode penelitian menggunakan kuesioner menyebarkan pertanyaan tanpa bertatap muka dan mengetahui reaksi dari subjek penelitian,
sedangkan penelitian ini menggunakan wawancara dan observasi
dengan melihat langsung bagaimana reaksi dari para subjek penelitian. Persamaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah pada penggunaan strategi coping dalam menghadapi stress mahasiswa dalam menyusun tugas akhir kuliah. Emma Indirawati, mahasiswa fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia Yogyakarta dengan judul penelitian, “Hubungan
55
Skripsi Nindya Wijayanti, Strategi Coping Menghadapi Stres dalam Penyusunan Tugas Akhir Kuliah pada Mahasiswa Fakultas Ilmu Pendidikan , Universitas Negeri Yogyakarta, 2012.
51
Antara Kematangan Beragama dengan Kecenderungan Strategi Coping ”.
Penelitian ini menggunakan pendekatan Kuantitatif dengan teknik sampling menggunakan
purpose
sampling.
Pemilihan
subjek
berdasarkan
pada
pertimbangan teknis, yaitu kesesuaian dengan kriteria yang dikehendaki untuk mempermudah dalam pengontrolan pengambilan data. Subjek penelitian adalah mahasiswa Fakultas bahasa dan Seni (FBS) pada Universitas negeri Yogyakarta (UNY) dan Fakultas Tarbiyah (Fty) Institut Agama Islam Negeri (IAIN)/sekarang UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta angkatan 1997/1998 ke atas (mahasiswa tingkat akhir), usia antara 21 tahun ke atas, dan beragama Islam. Metode pengumpulan data pada penelitian ini dengan menggunakan skala. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada korelasi atau hubungan positif antara kematangan beragama dengan kecenderungan strategi coping yaitu Problem focused coping pada mahasiswa FBS UNY dan Fty IAIN.56 Perbedaan penelitian ini dengana penelitian terdahulu adalah pada objek yang diteliti. Penelitian terdahulu meneliti hubungan antara kematangan beragama dengan kecenderungan strategi coping sedangkan penelitian ini meneliti stress mahasiswa PAI yang menyusun tugas akhir dengan menggunakan strategi coping. Penelitian terdahulu menggunakan pendekatan Kuantitatif dengan teknik sampling-purpose sampling. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan
pendekatan studi
kasus. Pesamaannya yaitu sama-sama
menggunakan strategi coping untuk menyelesaikan masalah dalam penelitian.
56
Emma Indirawati, Hubungan Antara Kematangan Beragama dengan Kecenderungan Strategi Coping , Jurnal Psikologi Universitas Diponegoro Vol.3 No. 2, Desember2006 , 69.
52
Yuli
Yulianingsih,
mahasiswa
Fakultas
Psikologi
Universitas
Muhammadiyah Surakarta dengan judul Skripsi “Strategi Coping Pada Remaja Pasca Putus Cinta ”. Pada skripsi ini membahas tentang strategi coping pada
remaja setelah putus cinta yang merupakan remaja antara usia 15-18 tahun yang berjumlah 6 anak. Pada penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data wawancara dan observasi. Analisis data menggunakan analisis deskriptif. Hasil penelitian diketahui bahwa strategi coping yang digunakan adalah Problem Focus Coping dan Emotional Focus Coping . PFC ditunjukkan dengan perilaku seperti
mencari pacar baru, menyusun langkah-langkah penyelesaian masalah secara mandiri maupun dengan mantan, dan meminta dukungan kepada teman atau saudara. Sedangkan EFC ditunjukkan dengan perilaku subjek yang menghindari kesibukan dengan mendengarkan musik, menyalahkan diri sendiri dan meminta maaf, dapat memperbaiki diri, serta mengambil hikmah dari putus cinta.57
57
Yuli Yulianingsih, Strategi Coping Pada Remaja Pasca Putus Cinta Skripsi Fakultas Psikologi, Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2012, 24.
53
BAB III DESKRIPSI DATA
A. Gambaran Umum Penelitian 1. Sejarah Singkat Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Ponorogo Berdirinya STAIN Ponorogo tidak dapat
dipisahkan dengan
keberadaan Institut Agama Islam Negeri Sunan Ampel, karena STAIN Ponorogo tidak lain adalah perubahan status dari salah satu Fakultas di lingkungan IAIN Sunan Ampel, yaitu Fakultas Syari’ah IAIN Sunan Ampel di Ponorgo. Peresmian alih status IAIN menjadi STAIN ditandai dengan upacara yang diadakan oleh Menteri Agama RI di Jakarta. Setelah upacara peresmian, secara otomatis terjadi pemisahan dan peralihan prinsip antara Rektor IAIN dengan Ketua STAIN masing-maisng. Mulai tahun akademik 1997-1998 semua urusan administrasi, pendidikan, ketenaganaan, dan keuangan STAIN sepenuhnya dikelola otonom oleh masing-masing STAIN. STAIN Ponorogo merupakan salah satu dari Fakultas daerah, yaitu Fakultas Syari’ah IAIN Sunan Ampel di Ponorogo, yang dialih statuskan menjadi Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri. STAIN Ponorogo yang berdiri sejak tanggal 21 Maret 1997 M, bertepatan dengan tanggal 12 Dzulqaidah 1417 H. dengan perubahan status tersebut, maka STAIN Ponorogo dapat
54
membuka tiga Jurusan yaitu : Jurusan Syari’ah, Tarbiyah, dan Jurusan Ushuluddin.58 2. Profil Program Studi Pendidikan Agama Islam (PAI) STAIN Ponorogo Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Ponorogo memiliki 3 jurusan, yaitu: Jurusan Syari’ah, Tarbiyah, dan Ushuluddin. Jurusan Tarbiyah STAIN Ponorogo diketuai oleh Bapak Mukhlison Effendi, M.Ag. Jurusan Tarbiyah terdiri dari beberapa Program Studi (Prodi), di antaranya adalah Prodi Pendidikan Agama Islam (PAI), Prodi Pendidikan Bahasa Arab (PBA), Prodi Tadris Bahasa Inggris (TBI), dan Prodi Pendidikan Guru MI (PGMI). Untuk tahun 2015/2016 Jurusan Tarbiyah menambah 2 Program Studi baru untuk menambah kualitas Jurusan Tarbiyah, yaitu Prodi Manajemen Pendidikan dan Prodi Pendidikan Guru Raudhotul Athfal (PGRA). Pada penelitian ini memfokuskan pada Program Studi Pendidikan Agama Islam (PAI). Prodi PAI diketuai oleh Bapak Dr. H. Miftahul Ulum, M.Ag, yang dibantu oleh 2 orang staf, yaitu Ibu Pryla Rochmawati, M.Pd dan Bapak Ali Mustopa, S.Pd.I. Prodi PAI di STAIN Ponorogo setiap tahunnya mendapat mahasiswa paling banyak dibanding prodi yang lainnya. Hal ini membuktikan bahwa Prodi PAI selalu diminati mahasiswa baru setiap tahunnya. Gelar lulusan dari prodi PAI adalah S.Pd.I (Sarjana Pendidikan Agama Islam).
58
Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan Tahun Akademik 2012/2013, STAIN Ponorogo, 1-2.
55
3. Visi, Misi, dan Tujuan Prodi PAI STAIN Ponorogo Adapun visi, misi, dan tujuan Prodi PAI STAIN Ponorogo, adalah sebagai berikut:59 a) Visi Prodi PAI STAIN Ponorogo Sebagai pusat pendidikan dan pengembangan calon guru PAI yang professional, kompetitif, serta memiliki integritas moral dan kepribadian yang utuh. b) Misi Prodi PAI STAIN Ponorogo 1) Melaksanakan
proses
pendidikan
dan
pembelajaran
secara
professional. 2) Melaksanakan pembinaan profesi menjadi guru PAI. 3) Mengoptimalkan proses pendidikan dan pembelajaran PAI dengan menyelenggarakan program dan kurikulum PAI yang sesuai dengan tuntutan zaman dan kebutuhan masyarakat. c) Tujuan Prodi PAI STAIN Ponorogo Prodi PAI STAIN Ponorogo bertujuan menghasilkan sarjana pendidikan agama Islam yang siap menjadi guru agama Islam pada pendidikan dasar dan menengah dengan memiliki kemampuan akademik yang professional, kompetitif, serta memiliki integritas moral dan kepribadian yang utuh.
59
Ibid., 70-71.
56
4. Struktur Organisasi Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Ponorogo Untuk struktur organisasi di STAIN Ponorogo tersaji dengan bagan di bawah ini:60 a. Unsur Pimpinan 1) Ketua STAIN Ponorogo
: Dr. Hj. S. Maryam Yusuf, M. Ag
2) Wakil Ketua Bid Akademik
: Dr. Basuki, M. Ag
3) Wakil Ketua Bid Administrasi
: Dr. Saifullah, M. Ag
4) Wakil Ketua Bid Kemahasiswaan : Dr. H. Agus Purnomo, M. Ag b. Jurusan Tarbiyah
60
1) Ketua Jurusan Tarbiyah
: Mukhlison Effendi, M.Ag
2) Sekretaris Jurusan
: Retno Widyaningrum, M.Pd
3) Koordinator Prodi PAI
: Dr. H. Miftahul Ulum, M.Ag
4) Koordinator Prodi PBA
: H. Moh. Munir, M.Ag
5) Koordinator Prodi TBI
: Drs. Harjali, M.Pd
6) Koordinator Prodi PGMI
: Elfi Yuliani Rohcmah, M.Pd.I
Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan Tahun Akademik 2012/2013, STAIN Ponorogo, 6-9.
57
5. Keadaan Dosen dan Mahasiswa PAI Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Ponorogo a. Keadaan Dosen di STAIN Ponorogo Untuk saat ini jumlah dosen tetap di STAIN Ponorogo berjumlah kurang lebih 102 orang yang mengajar di semua jurusan. Dengan rincian sebagai berikut:61 No. 1 2 3 4 5 6 7 8
Jurusan Syari’ah Akhwal Syahshiyah Syari’ah Mu’amalah Tarbiyah Pendidikan Agama Islam Tarbiyah Pendidikan Bahasa Arab Tarbiyah Studi Tadris Inggris Tarbiyah Studi Pendidikan Guru MI Jurusan Ushuludin Tafsir Hadist Jurusan Ushuludin Komunikasi Penyiaran Islam JUMLAH
Jumlah Dosen 17 15 21 11 13 13 7 5 102
Jumlah di atas belum termasuk dengan Dosen Luar Bisa (Dosen Non PNS) dan Dosen baru. Selain itu, dengan bertambahnya jumlah mahasiswa maka STAIN Ponorogo juga menambah jumlah dosen pengajar. Dengan adanya penambahan Program Studi maka dibutuhkan juga tambahan jumlah dosen pengajar. Hal ini mengingat semakin luasnya jangkauan dan semakin besarnya minat masyarakat untuk melanjutkan pendidikan di STAIN Ponorogo khususnya pada Prodi Pendidikan Agama Islam (PAI). 61
191.
Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan Tahun Akademik 2012/2013, STAIN Ponorogo, 179-
58
b. Keadaan Mahasiswa PAI Angkatan 2012 di STAIN Ponorogo Mahasiswa PAI angkatan 2012 di STAIN Ponorogo memiliki latar belakang yang berbeda, daerah asal dari sekitar Ponorogo sampai luar Pulau Jawa serta berasal dari berbagai lapisan masyarakat. Mahasiswa PAI Angkatan 2012 adalah mahasiswa semester akhir di STAIN Ponorogo yang sedang mengerjakan tugas akhir kuliah/skripsi. Jumlah mahasiswa PAI angkatan 2012 adalah 254 mahasiswa yang terbagi ke dalam 8 kelas, dari kelas A-H. Dengan rincian sebagai berikut:62 No. 1 2 3 4 5 6 7 8
KELAS Tarbiyah A-TB.A Tarbiyah B-TB.B Tarbiyah C-TB.C Tarbiyah D-TB.D Tarbiyah E-TB.E Tarbiyah F-TB.F Tarbiyah G-TB.G Tarbiyah H-TB.H JUMLAH
JUMLAH 35 35 33 32 31 31 31 26 254
Mahasiswa PAI di STAIN Ponorogo merupakan subjek penelitian pada penelitian ini. Mahasiswa PAI Angkatan 2012 STAIN Ponorogo subjek penelitian terdiri dari 7 mahasiswa sesuai dengan kriteria penelitian yang sudah ditentukan peneliti. Mahasiswa PAI subjek penelitian merupakan mahasiswa PAI yang sudah menjalani proses perkuliahan di bangku Perguruan Tinggi selama kurang lebih 4 tahun atau 62
Lihat Transkip Observasi Nomor 08/O/19-5/2016 dalam Lampiran Laporan Hasil Penelitian
59
selama 7 sampai 8 semester dan sedang mengerjakan tugas akhir kuliah/skripsi. Bagi mahasiswa PAI Angkatan 2012 yang belum menyusun tugas akhir kuliah maka tidak termasuk dalam subjek penelitian, karena skripsi ini membahas tentang stress mahasiswa PAI dalam menyusun tugas akhir kuliah. Mahasiswa PAI subjek penelitian dipilih peneliti berdasarkan pada 7 kriteria, antara lain adalah mahasiswa yang bekerja part-time berjumlah 2 mahasiswa dan mahasiswi, seorang mahasiswi mahasiswa yang mengajar di SD, seorang mahasiswa yang aktif dalam organisasi dan mengajar 2 Madrasah Diniyah, seorang mahasiswi yang sudah menikah, seorang mahasiswi yang tinggal di pondok, dan seorang mahasiswa yang berbisnis. Kriteria yang ditentukan oleh peneliti berdasarkan tingkat stress yang akan beragam pada setiap mahasiswa dan mahasiswi. Mahasiswa PAI yang berjumlah 7 mahasiswa dengan suka rela dan tanpa paksaan dari peneliti bersedia menjadi subjek penelitian. Mahasiswa PAI subjek penelitian merupakan mahasiswa yang sedang menghadapi tahap akhir untuk menempuh Sarjana Strata I (S1) dengan gelar S.Pd.I.
60
6. Sarana dan Prasarana Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Ponorogo Sarana dan prasarana merupakan hal penunjang utama dalam keberlangsungan suatu kegiatan, termasuk juga kegiatan belajar mengajar (KBM) perkuliahan di STAIN Ponorogo. Gambara umu mengenai sarana dan prasarana di STAIN Ponorogo yaitu; masjid sebagai sara ibadah seluruh mahasiswa dan dosen serta tenaga kependidikan lainnya. Selain itu masjid juga berfungsi sebagai tempat diskusi, baik organisasi maupun non organisasi seperti perkulmpulan kelas, perkumpulan sesama alumni sekolah, dll. Gedung serbaguna Graha Watoe Dhakon juga salah satu sarana yang diberikan kampus untuk menunjang fasilitas mahasiswa dalam segala kegiatan dan keorganisasian serta perkumpulan. Perpustakaan terpadu yang menyediakan berbagai macam jenis buku untuk membantu mahasiswa Strata I maupun Pascasarjana untuk mendapatkan sumber referensi sebagai bahan tugas kuliah dan kewajiban mahasiswa yang diberikan oleh dosen. Selain itu STAIN Ponorogo juga dilengkapi berbagai labolatorium segala jurusan dan dengan berbagai kepentingan mahasiswa. Dan yang terbaru adalah labolatorium falakiyah yang terletak di atas geduang A lantai 3, tempat di mana mahasiswa dan dosen serta orang umum bisa melihat letak bintang, arah matahari, dll. Hal ini sangat membantu mahasiswa-mahasiswa jurusan Syari’ah dalam mengerjakan tugasnya. Selain itu juga penambahan lahan
61
parkir mahasiswa dan dosen agar lebih tertata dan simple, di luar juga penambahan gedung-gedung perkuliahan mahasiswa. Dengan bertambahnya jumlah mahasiswa dan kurangnya lahan perkuliahan, maka STAIN Ponorogo membuka kampus baru STAIN Ponorogo kampus 2 yang bertempat di desa Pintu Jenangan. Dengan menambah lahan perkuliahan baru juga menambah jumlah dosen pengajar tetap sebagai tenaga pendidikan dan sebagai perantara penambahan ilmu pengetahuan mahasiswa.63
B. Data Khusus 1. Cara Mahasiswa PAI Mengatasi Stress dalam Menyusun Tugas Akhir Kuliah di STAIN Ponorogo Dalam menyusun tugas akhir kuliah setiap mahasiswa pasti memiliki berbagai cara khusus dalam menyelesaikan skripsi tepat pada waktunya. Selain memiliki cara khusus dalam menyelesaikan skripsi tepat waktu, setiap mahasiswa pasti juga memiliki kesulitan-kesulitan yang berpengaruh stress dan menjadi kendala dan problem dalam penyelesaian skripsi. Kesulitankesulitan dan stress mahasiswa dalam mengerjakan tugas akhir kuliah ini juga bisa berpengaruh terhadap kelancaran dalam mengerjakan skripsi. Hal ini banyak ditemukan pada sebagian besar mahasiswa semester akhir yang mengerjakan skripsi. 63
Lihat Transkip Observasi Nomor 08/O/19-5/2016 pada Lampiran Laporan Hasil Penelitian
62
Mahasiswa menganggap tugas akhir kuliah merupakan sebuah hal yang ditakuti dan memnjadi momok dalam hidup sebagian mahasiswa. Tidak heran jika dengan banyaknya kesulitan dan problem dalam mengerjakan skripsi ini menjadikan mahasiswa merasa stress dan cemas. Stress dan cemas ini akan muncul pada sebagian besar mahasiswa saat melihat banyak temanteman yang telah mendaftar ujian skripsi gelombang I yang akan segera ditutup pada tanggal yang telah ditentukan. Sedangkan sebagian besar mahasiswa subjek penelitian belum menyelesaikan skripsi sebelum tanggal tersebut, sehingga menjadikan mahasiswa bertambah stress dan cemas yang amat sangat. Selain mendekatnya waktu ujian skripsi gelombang I, sebagian besar mahasiswa dalam mengerjakan tugas akhir kuliah juga membutuhkan banyak waktu, konsentrasi, tenaga serta pikiran yang ektra agar dapat menyelesaikan skripsi tepat pada waktu juga banyaknya kesulitan pembagian waktu antara kesibukan dan menyusun tugas akhir kuliah. Seperti yang dikatakan oleh mahasiswa PAI yang sudah menikah ISR dan sedang mengerjakan tugas akhir kuliah, sebagai berikut:64 Selama mengerjakan skripsi ini, kesulitan yang saya alami adalah saat anak saya mulai rewel dan tidak mau jauh dari saya serta pekerjaan rumah tangga yang menumpuk saat anak rewel dan tidak mau ditinggal. Bagi saya itulah saat di mana saya merasa stress dan tertekan dan skirpsi menjadi terbengkalai. Jika anak sudah rewel, pekerjaan rumah juga menjadi terbengkalai, belum lagi jika suami juga minta sesuatu saat pulang kerja. Jika sudah begini, skipsi pun juga tidak akan terpegang. 64
Lihat Transkip Wawancara Nomor 03/W/3-5/2016 pada Lampiran Laporan Hasil Penelitian
63
Selain mahasiswa PAI yang sudah menikah, ada pula pendapat mahasiswa KAM yang mengajar di salah satu SD di daerah Madiun, berikut pemaparannya:65 Kesulitan dalam mengerjakan skripsi adalah saat saya terlalu fokus mengurus urusan di sekolah sehingga skripsipun menjadi terbengkalai, dan saya baru sadar ketika teman-teman sudah mendaftar ujian gelombang I dan saya belum selesai. Itulah kesalahan saya yang tidak segera menyelesaikan skripsi malah asyik dengan mengajar. Selain itu, rasa malas yang muncul pada diri saya juga tidak bisa saya kendalikan, sehingga menambah lama waktu selesai pengerjaan skripsi. Berbeda pendapat antara mahasiswa PAI yang mengajar di SD seperti di atas dengan mahasiswa PAI SNA yang bekerja part-time di sebuah toko di Madiun, berikut pernyataannya:66 Kesulitan dalam mengerjakan skripsi itu pasti ada, terutama saat membagi waktu antara pekerjaan di toko dengan waktu mengerjakan skripsi. Ada saat di mana saya merasa sangat tertekan dan frustasi terutama saat banyak tekanan dari kerjaan di toko dengan deadline pengumpulan skripsi. Mahasiswa SNA ini hanya memiliki 1 hari libur kerja yaitu hari Kamis, yang menjadikan mahasiswa ini merasa stress karena kurangnya waktu intensif untuk mengerjakan tugas akhir. Hal ini sesuai dengan hasil observasi peneliti terhadap subjek penelitian pada tanggal 21 April 2016 di samping ruang dosen STAIN Ponorogo. Namun mahasiswa ini selalu berpikir positif dan menjalaninya dengan ikhlas tanpa melupakan untuk selalu berdo’a meminta kelancaran dan kemudahan kepada Allah Swt. Selain itu dorongan dan semangat yang kuat untuk segera menyelesaikan tugas akhir merupakan
65 66
Lihat Transkip Wawancara Nomor 04/W/10-5/2016 pada Lampiran Laporan Hasil Penelitian Lihat Transkip Wawancara Nomor 01/W/21-4/2016 pada Lampiran Laporan Hasil Penelitian
64
pondasi utama dirinya untuk bangkit dan menyusun tugas akhir disela-sela kesibukan dan waktu bekerja. 1 hari digunakannya dengan semaksimal mungkin untuk mendapatkan hasil yang maksimal pula dalam menyusun tugas akhir kuliahnya.67 Selain beberapa mahasiswa PAI di atas yang memiliki kesibukan selain mengerjakan tugas akhir adalah mahasiswa SNC yang memiliki kegiatan dan kesibukan di luar tugas akhir yaitu mengajar 2 Madrasah Diniyah di sore hari serta mengikuti kegiatan pemuda NU di salah satu kecamatan di Ponorogo, berikut penjelasannya:68 Semua mahasiswa pasti merasakan kesulitan dalam mengerjakan skripsi terutama saya. Bagi saya kesulitan yang saya rasakan yaitu saat rasa malas melanda dan tidak kunjung bangkit, ditambah lagi banyaknya kegiatan saat menjelang puasa seperti sekarang ini. Mulai dari habsyi di beberapa tempat, mengajar 2 Madin juga, ziarah makam rutinan, dll. Selain itu juga ketika dosen yang sulit ditemui dan waktu yang tidak bisa digunakan dengan sebaik-baiknya serta jumlah buku referensi perpustakaan yang kurang memadai sehingga membuat saya stress dan harus pergi mencari-cari bahkan membeli buku. Dari pemaparan beberapa mahasiswa PAI subjek penelitian dan dengan banyaknya kesulitan yang dihadapi oleh mahasiswa dalam menyelesaikan tugas akhir kuliahnya, maka berbeda dan banyak pula berbagai cara serta solusi yang mereka lakukan agar segala kesulitan dalam mengerjakan tugas akhir kuliah ini terselesaikan. Cara yang mahasiswa sangat beragam mulai dari yang pergi piknik untuk menenangkan pikiran, 67 68
Lihat Transkip Observasi Nomor 01/O/21-4/2016 pada Lampiran Laporan Hasil Penelitian Lihat Transkip Wawancara Nomor 02/W/28-4/2016 pada Lampiran Laporan Hasil Penelitian
65
sharing/curhat kepada teman-teman, saudara, dan orang-orang di sekitar mereka. Seperti yang terlihat dari mahasiswa ISR pada observasi yang dilakukan pada tanggal 3 Mei 2016. Mahasiswa ini terlihat sangat memanfaatkan waktu sebaik mungkin disela mengurus anak dan juga keluarganya untuk menyusun tugas akhir kuliahnya. Bagi mahasiswa yang sudah menikah tanggungan sebagai mahasiswa akan bertambah dengan tanggungan rumah tangga. Agar bisa mengerjakan tugas akhir kuliahnya, mahasiswa ini meminta pengertian suami dan juga mertuanya agar mau bergantian menjaga anaknya. Selain meminta pengertian suami dan mertuanya untuk bergantian menjaga anak, mahasiswa ini juga harus bisa mengusahakan untuk pergi ke kampus bertemu dosen pembimbing dan mencari referensi di perpustakaan serta meninggalkan anaknya di rumah. Itulah cara mahasiswa ISR dalam mengatasi stress yang dialaminya dalam menyusun tugas akhir kuliah.69 Selain meminta pengertian dari orang dekat di sekitarnya, ada beberapa mahasiswa yang bahkan harus meminta dorongan dan motivasi kepada orang tua sebagai penguat semangat yang mulai mengendur. Seperti yang dikatakan mahasiswa KAM berikut ini:70 Orang tua saya termasuk orang tua yang posesif, yang selalu menyuruh saya agar cepat menyelesaikan skripsi dengan segera dan bisa ikut 69 70
Lihat Transkip Observasi Nomor 04/O/3-5/2016 pada Lampiran Laporan Hasil Penelitian Lihat Transkip Wawancara Nomor 04/W/10-5/2016 pada Lampiran Laporan Hasil Penelitian
66
ujian gelombang I. Namun hati dan kemauan saya yang melemah sehingga skripsi saya molor dan ikut gel II. Maka dari itu saya termotifasi untuk segera menyelesaikan demi keinginan orang tua saya, meskipun dengan mengikuti ujian gelombang II sebagai pendaftar pertama. Berbeda dengan mahasiswa KAM yang memiliki cara mengatasi stress dalam menyusun tugas akhir dengan meminta dukungan dan motivasi dari orang tua, mahasiswa SNC memiliki cara yang lain dalam mengatasi stressnya karena mengajar di 2 Madin dan aktif dalam organisasi, yaitu dengan berpiknik. Hal ini sesuai dengan hasil observasi pada subjek penelitian pada tanggal 29 April 2016. Bagi mahasiswa SNC berpiknik merupakan cara yang paling efektif dalam mengatasi stress dan kepenatan dengan segala urusan terutama pada tugasnya menyusun tugas akhir kuliah. Bagi mahasiswa ini, berpiknik ada 2 macam, yaitu piknik jasmaniah dan piknik rohaniyah. Piknik jasmaniah adalah piknik ke suatu tempat wisata bersama orang-orang dekat dan keluarga. Sedangkan piknik rohaniyah adalah piknik ke suatu tempat yang mengandung unsur religi, seperti ziarah makam para wali, dan berlatih habsyi. Selain itu mahasiswa ini juga melakukan sharing ke teman-teman agar bisa membantu dalam mengatasi stress yang dialami dalam menyusun tugas akhir kuliah.71 Sedangkan klasifikasi cara mahasiswa PAI menghadapi stress dalam penyusunan tugas akhir kuliah adalah sebagai berikut: 71
Lihat Transkip Observasi Nomor 02/O/29-4/2016 pada Lampiran Laporan Hasil Penelitian
67
a) Mahasiswa SNA: seeking social emotional support, self control, turning to religion, dan restraint coping.
b) Mahasiswa SNC: focus on and venting emotion, seeking social emotional support, turning to religion dan self control.
c) Mahasiswa ISR: planning, seeking social support for emotional reasons, dan turning to religion. d) Mahasiswa KAM: accepting responsibility, seeking social emotional support, dan turning to religion.
e) Mahasiswa AZE: positive reinterpretation, distancing, focus on and venting emotion, dan turning to religion.
f) Mahasiswa HFR: seeking social emotional support, self control dan turning to religion.
g) Mahasiswa MIS: positive reappraisal, acceptance, dan seeking social support for emotional reasons.
Yang termasuk dalam cara mahasiswa PAI dalam mengatasi stress aspek Emotinal Focused Coping antara lain adalah seeking social emotional support, self control, turning to religion, positive reappraisal, acceptance, positive reinterpretation, distancing, focus on and venting emotion, accepting responsibility, dan restraint coping.
Sedangkan cara mahasiswa PAI dalam mengatasi stress yang termasuk aspek Problem Focused Coping adalah planning/planful problem-solving,
68
seeking informational support, confrontive coping, dan seeking social support for emotional reasons.
Dengan kata lain, banyak hal dan banyak cara yang dilakukan oleh setiap mahasiswa PAI dalam mengerjakan tugas akhir kuliah agar selesai tepat waktu agar segala kesulitan dan hambatan dalam mengerjakan skripsi bisa teratasi. Berbagai hal yang dilakukan oleh mahasiswa dalam mengatasi segala kesulitan dalam mengerjakan skripsi ini termasuk ke dalam bentuk-bentuk dalam strategi coping stress. 2. Dampak Strategi Coping Stres Mahasiswa PAI dalam Menyusun Tugas Akhir Kuliah Keberagaman cara yang digunakan mahasiswa PAI subjek dalam penelitian ini merupakan bagian dari strategi coping stress. Dengan adanya kesulitan serta kesibukan lain dalam kehidupan menjadikan tugas sebagai mahasiswa semester akhir mengalami sedikit kendala dan masalah. Kesulitan serta kesibukan dari setiap individu mahasiswa PAI subjek penelitian memicu timbulnya stress dan kecemasan dalam menyelesaikan tugas akhir kuliah. Dengan penggunaan strategi coping stress mahasiswa PAI subjek penelitian dalam menyusun tugas akhir kuliah ini sangat membantu setiap mahasiswa dalam menyegerakan penyelesaian penyusunan tugas akhir kuliah ini. Strategi coping stress ini memberikan berbagai respon dan perubahan pada mahasiswa PAI subjek penelitian. Setiap mahasiswa PAI subjek penelitian dalam penelitian ini memberikan respon yang beragam, yang
69
kebanyakan memperlihatkan respon positif dari segala kesulitan yang dihadapi dan kesibukan yang menghambat selama menyusun tugas akhir kuliah ini. Selain memberikan respon yang positif , setiap mahasiswa juga memberikan kesan yang baik dan setelah melakukan/menjalani bentuk-bentuk dari strategi coping stress ini terhadap segala kesulitan dan stress yang dialami dalam menyusun tugas akhir kuliah. Hal ini terbukti dengan hasil observasi dan wawancara peneliti terhadap informan-informan penelitian, yaitu mahasiswa PAI MIS yang bekerja part-time yaitu lest private sebagai berikut :72 Sharing ke teman-teman di universitas-universitas yang lain untuk mendapatkan buku yang saya butuhkan dan mencari lewat media online, lebih bisa menahan emosi agar bisa lebih memanagement waktu agar bisa menggunakan waktu sebaik mungkin agar bisa membagi waktu antara kesibukan di luar kampus, tanggungan les dan skripsi, tak lupa selalu mengingat pengorbanan orang tua yang telah bersusah payah menyekolahkan agar cepat bisa bangkit dan mengerjakan skripsi kembali. Cara di atas sangat efektif bagi saya dalam mengatasi segala permasalahan dan stress dalam menyusun tugas akhir kuliah ini. Dengan selalu mengingat jerih payah orang tua dan selalu mencari cara dalam mengatasi segala kesulitan dan permasalahan serta rasa stress dalam menyusun tugas akhir, maka mahasiswa MIS ini sangat terbantu dengan berbagai cara di atas. Bagi mahasiswa yang bekerja part-time yaitu lest private menjadikan mahasiswa ini harus mengerjakan 2 hal secara beriringan dan harus pandai
72
Lihat Transkip Wawancara Nomor 07/W/16-5/2016 pada Lampiran Laporan Hasil Penelitian
70
membagi waktu. Begitu cara strategi coping stress yang dilakukan oleh mahasiswa MIS. Namun bagi mahasiswa PAI HFR yang merupakan mahasiswa PAI yang tinggal di pondok. Kendala dan rasa stress yang dialami dalam menyusun tugas akhir kuliah adalah buku referensi perpustakaan yang kurang memadai, dosen pembimbing yang susah ditemui dan rasa malas. Perpustakaan sebaiknya menambah buku-buku baru sebagai referensi tambahan mahasiswa dalam mengerjakan tugas terutama bagi mahasiswa semester akhir. Cara mahasiswa HFR dalam mengatasi segala masalah dan stressnya adalah dengan cara meminta bantuan kepada saudara kembarnya untuk membantu mencarikan buku referensi di perpustakaan, sedangkan mahasiswa HFR menjalankan kegiatan di pondok. Memiliki saudara kembar adalah hal yang paling membantu mahasiswa ini dalam segala masalah. Cara yang cukup efektif dari strategi coping yang diterapkan oleh mahasiswa HFR yang juga merupakan mahasiswa yang tinggal di pondok dan juga memiliki saudara kembar yang juga mengerjakan tugas akhir. Selain itu pintar membagi waktu antara kegiatan di pondok dengan tugas menyusun tugas akhir adalah kunci kelancaran mengatasi stress dalam menyusun tugas akhir kuliah dan sangat efektif. Hal ini sesuai dengan observasi peneliti pada tanggal 14 Mei 2016 di PPTQ Al-Muqorobin Ronowijayan.73
73
Lihat Transkip Observasi Nomor 05/O/14-5/2016 pada Lampiran Laporan Hasil Penelitian
71
Berbeda kesibukan maka berbeda pula cara yang efektif dalam mengatasi segala kesulitan dan kesibukan dalam menyusun tugas akhir kuliah, seperti halnya mahasiswa PAI yang sibuk berbisnis dan aktif dalam organisasi kampus AZE, yang memiliki cara khusus yang efektif, yaitu harus memiliki waktu khusus untuk bisa fokus dan fakum sementara waktu dari semua kesibukan dan bisnis agar bisa fokus mengerjakan tugas akhir. Karena semua harus berjalan seimbang tanpa ada yang dinomor duakan. Tetapi pada kenyataannya mahasiswa ini justru mengesampingkan tugas akhirnya karena terlalu sibuk dengan bisnis dan organisasi yang dijalaninya. Tetapi mahasiswa ini mencoba untuk memperbaiki dirinya karena pada hakekatnya semua masalah yang menjadikannya stress berawal dari dirinya sendiri. Sebagaimana dipaparkan berikut ini:74 Karena kesulitan itu terjadi karena kesalahan diri saya, maka saya harus menyelesaikan dan meluruskan diri saya terlebih dahulu. Saat harus menata kembali diri saya dan semangat serta fokus kembali untuk mengerjakan skripsi dengan meninggalkan beberapa bisnis saya dan memilih fakum beberapa saat dari organisasi kampus, serta memilih untuk mencari waktu -+1 bulan untuk fokus skripsi tanpa gangguan yang lain. Dari pemaparan beberapa mahasiswa di atas, dapat dilihat bahwa dengan berbagai cara mengatasi kesulitan dan kesibukan, masing-masing mahasiswa memiliki cara khusus agar semua bisa berjalan dengan lancara tanpa harus memilih mana yang menjadi prioritas utama. Cara ini sangat membantu mahasiswa mengatasi segala kesulitan dan stress dalam menyusun tugas akhir
74
Lihat Transkip Wawancara Nomor 05/W/10-5/2016 pada Lampiran Laporan Hasil Penelitian
72
kuliah dan sangat berdampak positif terhadap stress yang dialami mahasiswa semester akhir ini. Sebagian besar mahasiswa PAI subjek penelitian juga memperlihatkan tingkah yang positif dan nilai keefektifan penggunaan strategi coping stress ini. Sebagian besar mahasiswa menyatakan bahwa dengan adanya bentuk-bentuk dan cara-cara dalam strategi coping sangat efektif dan membantu dalam menyelesaikan masalah dan stress yang dialami karena kesibukan dan kesulitan dalam menyusun tugas akhir kuliah. Sebagai mana yang terlihat dari hasil Focus Group Discution (FGD) yang dilakukan peneliti terhadap subjek penelitian
beberapa waktu lalu.75
C. Hasil Focus Group Discution (FGD) Dalam penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data Focus Group Discution (FGD) yang memiliki makna sebuah kelompok diskusi kecil
yang terarah. Dalam FGD ini membahas topik yang menarik dan banyak dialami oleh sebagaian besar mahasiswa semester akhir. Dalam FGD ini peneliti mengajukan 2 pertanyaan terkait fenomena mahasiswa pada saat ini, yaitu sebagai berikut: 1. Saat ini banyak mahasiswa semester akhir yang sudah memiliki banyak kesibukan selain mengerjakan tugas akhir, apakah menurut kalian sebaiknya
75
Lihat Transkip Focus Group Discution (FGD) Nomor 02/F/20-5/2016 pada Lampiran Laporan Hasil Penelitian
73
tugas akhir ini ditinggalkan saja dan berganti kesibukan yang lain atau melanjutkan menyusun tugas akhir dengan berbagai kesibukan? Jawaban dari setiap mahasiswa PAI subjek penelitian bermacam-macam, berikut jawaban mereka: a. Mahasiswa SNA mengatakan bahwa setiap mahasiswa yang mandiri biasanya akan mencari kesibukan lain selain hanya kuliah, maka wajar saja jika beberapa mahasiswa mencari kesibukan lain di luar kampus. Begitu pula dengan saya pribadi. b. Mahasiswa MIS mengatakan mahasiswa seperti saya akan juga memilih mencari penghidupan lain selain menuntut ilmu di kampus untuk mengisi waktu luang dan menambah pengalaman serta menambah koneksi kerja nantinya. Serta bisa menjadikan pribadi yang memiliki pemikiran dewasa. Wajar saja bila kebanyakan mahasiswa akan beralih sejenak dari kepenatan mengerjakan tugas akhir ke kesibukan yang lainnya. c. Mahasiswa ISR mengemukakan bahwa menurut saya mahasiswa yang meninggalkan skripsi dengan berbagai kesibukan dan kesulitan harus pintar membagi waktu antara kesibukan dan skripsi karena skripsi juga kewajiban mahasiswa, terutama bagi mahasiswa seperti saya yang sudah menikah, maka akan menyeimbangkan antara tugas rumah dan kuliah. d. Mahasiswa KAM mengatakan bahwa kesibukan selalu ada setiap waktu terutama bagi saya yang mengajar, sampai suatu saat saya hanya fokus pada tugas guru di sekolah dan meninggalkan skripsi saya, dan pada
74
akhirnya saya menyesal. Maka bagi mahasiswa lain harap bisa membagi waktu agar bisa menjalankan segala kesibukan dan kewajiban. e. Mahasiswa SNC mengemukakan bahwa kesulitan dalam menyusun skripsi dan kesibukan di luar kampus haruslah berjalan, semua itu bagaimana mahasiswa pintar-pintar membagi serta memilih mana yang menjadi prioritas utama. Dan bukan hal baru bila mahasiswa akan melakukan hal seperti itu. f. Mahasiswa HFR mengatakan bahwa kesulitan yang dialami haruslah meminta bantuan kepada yang lain karena jika berdiam diri saja maka tidak akan menyelesaikan kesulitan dalam menyusun skripsi, ditambah lagi kesibukan yang lain. Maka harus bisa berjalan keduanya agar bisa maksimal. g. Mahasiswa AZE mengatakan bahwa berbisnis dan skripsi, haruslah pintar membagi waktu serta konsentrasi agar skripsi selesai tepat waktu dan meninggalkan sejenak kesibukan yang lain. Seperti yang saya lakukan agar kewajiban mahasiswa juga tidak tersisihkan. Sebaiknya mahasiswa juga harus tetap fokus mengerjakan tugas akhir walaupun sibuk, merasa kesulitan dan lainnya. Dapat disimpulkan bahwa kebanyakan mahasiswa setuju jika dalam menyusun skripsi pasti mengalami kesulitan dan ditambah kesibukan di luar
75
kampus, maka tidaklah mahasiswa meninggalkan kewajibannya sebagai mahasiswa dengan mengerjakan tugas akhir kuliah.76 2. Efektifkan jika kesulitan, kesibukan serta masalah dalam menyusun tugas akhir kuliah diberikan treatment seperti cara yang digunakan oleh mahasiswamahasiswa ini? Jawaban mahasiswa sebagai berikut: a. Mahasiswa SNA mengatakan bahwa saya pribadi merasa sangat efektif dan sangat membantu saya dalam mengatasi permasalahan saya, terutama saat waktu berbenturan dengan tuntutan pekerjaan. Sebaiknya mahasiswa yang lain juga menerapkan treatment ini saat segala masalah dan kesulitan menghampiri. b. Mahasiswa MIS mengatakan bahwa cukup efektif dan sangat membantu saya terutama jika anak les juga membutuhkan waktu untuk ujian ditambah dengan skripsi yang belum selesai, karena bisa mengurangi dan mengatasi permasalahan yang saya alami, terutama jika ada teman yang bisa membantu. Upaya individu dalam mengatasi masalah akan sangat membantu juga dalam menemukan jalan keluar. c. Mahasiswa ISR mengemukakan bahwa efektif dan tidaknya tergantung individu masing-masing mahasiswa, menurut saya efektif jika saya melakukan cara-cara itu. Karena dukungan dari suami dan orang tua serta
76
Lihat Transkip Focus Group Discution (FGD) Nomor 01/F/20-5/2016 pada Lampiran Laporan Hasil Penelitian
76
anak yang menyemangati saya menjadikan motivasi agar segera menyelesaikan skripsi. Jadi tugas rumah tangga juga bisa berjalan beriringan dengan menyusun tugas akhir kuliah. d. Mahasiswa KAM mengatakan bahwa jika cara yang saya gunakan sangat membantu saya untuk bangkit dan semangat dalam mengerjakan skripsi. Bukan piknik atau jalan-jalan tapi sumber motivasi yang membantu saya bangkit. Mencari sumber motivasi dari orang terdekat akan sangat berpengaruh pada kelancaran dalam menyusun tugas akhir ini. e. Mahasiswa SNC mengemukakan bahwa segala treatment yang saya lakukan sangat efektif, karena dengan piknik bisa merefresh pikiran dan hati juga bisa tertata dan merasa nyaman, sebab pikiran dan hati yang nyaman akan memudahkan dalam menulis skripsi. f. Mahasiswa HFR mengatakan bahwa memiliki saudara kembar yang sangat membantu menjadikan cara yang saya gunakan sangat efektif mengatasi kesulitan dan stress yang saya alami dalam menyusun skripsi ini. g. Mahasiswa AZE mengatakan bahwa efektif jika diri saya mampu membangkitkan semangat dalam diri saya, orang lain hanya memberi motivasi semata tapi jika diri tidak berkeinginan maka sama saja. Dari pernyataan berbagai mahasiswa PAI di atas menyebutkan bahwa kebanyakan mahasiswa PAI angkatan 2012 setuju jika penerapan cara-cara dalam strategi coping dapat mengatasi segala masalah dan kesulitan dalam menyusun
77
tugas akhir kuliah serta efektif diterapkan kepada mahasiswa yang sedang mengalami stress tergantung dari individu masing-masing, hanya beberapa mahasiswa saja yang membutuhkan dirinya untuk mampu bangkit sendiri.77
77
Lihat Transkip Focus Group Discution (FGD) Nomor 02/F/20-5/2016 pada Lampiran Laporan Hasil Penelitian
78
BAB IV ANALISIS DATA
A. Berbagai Cara Mahasiswa PAI Mengatasi Stress dalam Menyusun Tugas Akhir Kuliah di STAIN Ponorogo Coping merupakan proses berkelanjutan baik secara kognitif atau tindakan
langsung yang bertujuan untuk mengubah keadaan atau cara penilaian dengan tujuan untuk mengatasi tuntutan.78 Dalam strategi coping terdapat pula bentukbentuk dalam mengatasi stress. Berikut penjelasan dari bentuk-bentuk strategi coping terhadap stress yang dilakukan oleh beberapa mahasiswa PAI dalam
mengerjakan tugas akhir kuliah seperti tertera di bawah ini : 1. Mahasiswa yang bekerja part-time Bagi mahasiswa biasa yang tidak memiliki banyak kesibukan lain, mengerjakan tugas akhir kuliah bisa dikerjakan kapan saja ketika ada waktu senggang atau longgar. Namun bagi para mahasiswa yang memiliki beberapa kesibukan, mengerjakan tugas akhir kuliah haruslah mencari waktu yang tepat yang tidak berbenturan dengan pekerjaan yang dilakukan, seperti halnya pada salah seorang mahasiswa PAI ini yang mengisi setengah waktu kuliahnya dengan bekerja part-time di sebuah toko swalayan di daerah Madiun. Mahasiswa ini menghabiskan setengah harinya di kampus dan setengah harinya di toko tempat bekerja. Mahasiswa ini tetap melakukan kewajibannya 78
S. R. Lazarus, Theory Based Stress Measurement: Psychological Inquiry, (1990 ), 3.
79
sebagai seorang mahasiswa semester akhir dengan mengerjakan tugas akhir kuliah/skripsi meskipun baru bisa mengerjakan setelah pulang dari kerja. Hal ini merupakan salah satu kesulitannya dalam mengerjakan tugas akhir kuliah pada mahasiswa ini.79 Dalam hal ini terlihat jelas bahwa mahasiswa ini mengalami kesulitan dalam membagi waktu antara pekerjaan di toko dengan pengerjaan tugas akhir kuliah. Karena hanya 1 hari memiliki waktu kosong tidak bekerja di toko, sehingga mahasiswa ini merasakan stress karena berbagai kesulitan ini, bahkan ada saat di mana harus benar-benar melupakan sejenak segala hal yang bisa menghambat pengerjaan tugas akhir kuliah ini. Namun dengan adanya banyak kesulitan dalam mengerjakan tugas akhir kuliah ini, pasti ada cara untuk mengatasi segala kesulitan dan rasa stress yang mendera mahasiswa ini. Bentuk strategi coping menghadapi stress dalam menyusun tugas akhir kuliah pada mahasiswa ini adalah sebagai berikut:80 a. Seeking social emotional support, yaitu mencoba untuk memperoleh dukungan secara emosional maupun sosial dari orang lain. Saat mengalami banyak masa sulit dan merasa stress karena tekanan kerja dan menyusun tugas akhir kuliah, mahasiswa ini mencoba untuk mencari dukungan, pemberi semangat agar bisa bangkit melawan
79
Lihat Transkip Wawancara Nomor 01/W/21-4/2016 pada Lampiran Laporan Hasil
Penelitian 80
Triantoro Safaria dan Nofrans Eka Saputra, Manajemen Emosi: Sebuah Panduan Cerdas Bagaimana Mengelola Emosi Positif dalam Hidup Anda , ( Jakarta: Bumi Aksara, 2009), 108-109.
80
segala kesulitan dan rasa stress yang melanda kepada orang tua, kakak, dan teman-teman dekatnya. Selain bisa mendapatkan dukungan dan motivasi, support dari orang-orang tertentu juga berpengaruh pada kembalinya rasa malas dalam dirinya saat menyusun tugas akhir kuliah yang tiada akhirnya. b. Self control, yaitu mencoba untuk mengatur perasaan diri sendiri atau tindakan dalam hubungannya untuk menyelesaikan masalah. Dalam mengatasi rasa malas dan banyaknya tekanan yang mengganggu jiwa, mahasiswa ini mencoba untuk mengatur, menata jiwa dan dirinya sendiri agar bisa mengalahkan rasa malas dan segala hal yang bisa mengganggu dirinya. Mengatur dirinya dan jiwanya akan sangat membantu untuk menata emosi dan rasa malasnya terhadap penyusunan tugas akhir kuliah. Selain bisa itu hal lain yang bisa membantu mengkontrol dirinya adalah dengan menonton film/video yang bernuansa komedi, agar menggugah jiwa dan dirinya. c. Turning to religion, yaitu usaha untuk melakukan dan meningkatkan ajaran agama yang dianut.81 Usaha terakhir yang dilakukan mahasiswa ini ketika mengalami banyak kesulitan dan stress dalam menyusun tugas akhir kuliah adalah berdo’a dan memohon kemudahan kepada Allah Swt, agar bisa menempatkan diri dan segera menyelesaikan tugas akhir kuliahnya. 81
Rasmun, Stres Coping dan Adaptasi, (Jakarta : Sagung Seto, 2004), 41.
81
d. Restraint coping (pengekangan diri), merupakan suatu respon yang dilakukan individu dengan cara menahan diri (tidak terburu-buru dalam mengambil tindakan) sambil menunggu waktu yang tepat. Saat segala kesulitan terjadi dan merasa sangat stress, mahasiswa ini memilih untuk menenangkan diri dengan berdiam diri di kamar dan menyendiri dari segala kesibukan dan kesulitan yang dihadapinya. Respon ini sangat bermanfaat dan diperlukan untuk mengatasi masalah yang dihadapinya. 2. Mahasiswa yang aktif organisasi dan pengajar 2 Madin Dalam mengatasi segala kesulitan yang dialami mahasiswa ini yaitu aktif dalam organisasi dan mengajar di 2 Madrasah Diniyah (Madin) di salah satu Kecamatan di Ponorogo merupakan hal yang bisa menjadikan tugas akhir kuliah selesai lebih lama, belum lagi ditambah beberapa kesibukan dan tanggungan yang lainnya, yang menjadikan mahasiswa ini merasa sangat kesulitan untuk segera menyelesaikan tugas akhir kuliahnya.82 Untuk mengatasi segala kesulitan dan rasa stress, mahasiswa ini melakukan beberapa hal juga yang berbeda dari mahasiswa sebelumnya, yaitu:
82
Penelitian
Lihat Transkip Wawancara Nomor 02/W/28-4/2016 pada Lampiran Laporan Hasil
82
a. Focus
on
and
venting
emotion
(berfokus
pada pengekspresian
perasaannya), yaitu upaya yang dilakukan individu dengan cara mengekspresikan perasaannya.83 Mahasiswa yang sedang mengalami kesulitan dan stress biasanya akan berdampak juga pada kehidupan sehari-harinya. Sebagai contoh adalah mahasiswa ini yang ketika merasa stress dan banyak kesulitan dalam menyusun tugas akhir kuliah maka akan mengekspresikan dirinya kepada orang lain bahwa dirinya sedang stress. Saat mengekpresikan perasaannya secara tidak langsung perilakunya juga akan berubah. b.
Seeking social emotional support, yaitu mencoba untuk memperoleh
dukungan secara emosional maupun sosial dari orang lain. Sebagai manusia biasa, membutuhkan banyak dukungan dari orang lain agar bisa kembali berpikir maksimal dan bisa menyusun tugas akhir kuliah lagi walaupun dengan berbagai kesibukan. Hal ini juga dilakukan oleh mahasiswa ini yang meminta dukungan dari orang lain terutama orang tua dan teman-teman terkait kesulitan yang dialaminya dalam menyusun tugas akhir kuliah. Hal ini cukup efektif karena sangat membantu mengurangi kesulitan yang dialaminya.
83
S. C. Carver, Assesing Coping Strategi: A Theoritically Based Approach . Journal of Personality and Social Psychology, 2. 267-283.
83
c. Self control, yaitu mencoba untuk mengatur perasaan diri sendiri atau tindakan dalam hubungannya untuk menyelesaikan masalah. Cara mahasiswa ini mengkontrol dirinya dari rasa malas dan kejenuhan adalah dengan pergi piknik ke tempat-tempat yang bisa membangkitkan semangatnya kembali. Baginya piknik ada 2 macam, yaitu piknik jasmani dan piknik rohani. Piknik jasmani adalah piknik ke tempat-tempat wisata tertentu bersama teman, saudara dll. Sedangkan piknik rohani adalah piknik yang berhubungan dengan religious agar memupuk jiwanya, dengan cara berlatih habsyi bersama kelompok, ziarah makam-makam wali, do’a bersama, dll. 3. Mahasiswa yang sudah menikah Kesulitan yang dialami mahasiswa yang sudah menikah berbeda dengan mahasiswa yang belum menikah dalam menyusun tugas akhir kuliah, karena bagi mahasiswa yang sudah menikah memiliki tambahan kewajiban selain tugas kuliah, yaitu mengurus anak dan rumah tangga. Bagi mahasiswa yang belum menikah, mengerjakan tugas akhir kuliah bisa dikerjakan kapan saja dan di mana saja sesuka hati tanpa ada gangguan, namun bagi mahasiswa yang sudah menikah, mengerjakan tugas akhir harus pada waktu yang tepat agar pekerjaan rumah tangga juga tidak terbengkalai.84 Dengan berbagai kesulitan ini, maka hal yang dilakukan untuk mengatasinya adalah sebagai berikut: 84
Lihat Transkip Wawancara Nomor 03/W/3-5/2016 pada Lampiran Laporan Hasil Penelitian
84
a. Planning (perencanaan), adalah memikirkan bagaimana mengatasi tekanan, memikirkan tindakan yang diambil dan menentukan cara penanganan terbaik untuk memecahkan masalah. Mahasiswa ini mencoba membuat sebuah kegiatan perencanaan setiap harinya (planning) untuk memudahkan dan menata hidupnya dalam 1 hari, jadi memudahkan dirinya untuk menyeimbangkan antara kehidupan kuliah dengan kehidupan rumah tangga, agar keduanya berjalan beriringan. Planning ini dibuat dan dilakukan setiap hari agar semua berjalan sesuai dengan rencana. Cara ini sangat efektif dan sangat membantu dirinya terutama saat menyusun tugas akhir kuliah ini. b. Seeking social support for emotional reasons (mencari dukungan sosial secara emosional), merupakan upaya untuk mencari dukungan sosial, seperti mendapatkan dukungan moral, simpati atau pengertian. Dengan banyaknya tekanan dan kesulitan dalam dirinya saat menyusun tugas akhir kuliah dan mengurus anak serta rumah tangga, maka meminta pengertian kepada mertua dan suaminya agar bisa memahami kewajibannya sebagai seorang mahasiswa dalam menyusun tugas akhir kuliah agar bisa membantunya menjaga anak saat benar-benar membutuhkan waktu untuk fokus memikirkan tugas akhirnya.
85
c. Turning to religion, yaitu usaha untuk melakukan dan meningkatkan ajaran agama yang dianut.85 Dengan segala usaha yang telah dilakukan maka hal yang bisa dilakukan selanjutnya adalah memohon kepada Allah Swt agar senantiasa diberi kelancaran dan kemudahan dalam proses bimbingan dan ujian Munaqosah skripsi. Cara ini pasti dilakukan mahasiswa jika pasrah setelah berusaha. 4. Mahasiswa yang mengajar di SD Sebagai mahasiswa semester akhir, bukan hal baru bila sebagian mahasiswa sudah mempersiapkan diri sebagai tenaga pembantu untuk mengajar di sekolah-sekolah untuk mempersiapkan masa depan setelah lulus pendidikan Strata I, seperti halnya seorang mahasiswa ini yang menjadi seorang guru pembantu di salah satu SD di Madiun untuk menambah pengalaman dan mengisi waktu luang. Namun dengan banyaknya tekanan da kewajiban menjadi seorang guru, maka menjadikannya menomor duakan tugas akhir kuliahnya dan lebih fokus pada sekolah tempat mengajar. Hal ini seharusnya tidak terjadi, namun itulah yang dialami mahasiswa ini.86 Cara mahasiswa ini mengatasi segala kesulitan dalam menyusun tugas akhir dan kesibukan mengajar di SD, yaitu sebagai berikut:
85 86
Rasmun, Stres Coping dan Adaptasi, (Jakarta : Sagung Seto, 2004), 41. Lihat Transkip Wawancara Nomor 04/W/10-5/2016 pada Lampiran Laporan Hasil Penelitian
86
a. Accepting responsibility, yaitu menerima untuk menjalankan masalah yang dihadapinya sementara mencoba untuk memikirkan jalan keluarnya. Dengan banyaknya masalah dan kesulitan dalam menyusun tugas akhir serta tuntutan mengajar di sekolah, mahasiswa ini mencoba untuk berpikir positif bahwa ada hikmah dari semua ini dan pasti ada jalan keluarnya. Dengan mencoba memikirkan hal yang positif merupakan jalan keluar agar tidak terlalu stress mengalami kesulitan ini. b. Seeking social emotional support, yaitu mencoba untuk memperoleh dukungan secara emosional maupun sosial dari orang lain. Dengan mencari dukungan dari orang tua dan seseorang yang special merupakan hal utama menggugah niat dan minat untuk kembali
bangkit menyusun tugas akhir kuliah ini. Karena mereka adalah sumber pengemangat utama dalam hidupnya untuk memerangi rasa malas dan gejolak jiwa saat teman yang lain sudah mendaftar ujian gelombang I. pemberian dukungan ini sangatlah membantu dirinya untuk bisa bangkit dan bersemangat kembali menyusun tugas akhir kuliah. c. Turning to religion, yaitu usaha untuk melakukan dan meningkatkan ajaran agama yang dianut.87 Berserah diri kepada Allah atas segala usaha dan kerja keras agar selalu diberi kemudahan dalam menyusun tugas akhir sampai ujian nanti.
87
Rasmun, Stres Coping dan Adaptasi, (Jakarta : Sagung Seto, 2004), 41.
87
Hal ini juga efektif untuk menenangkan hati dan emosi yang tidak terkendali. 5. Mahasiswa yang sibuk berbisnis Berbeda dengan mahasiswa di atas yang sibuk mengajar di sekolah, mahasiswa ini justru mengalihkan kejenuhan dalam menyusun tugas akhir dengan berbisnis dalam semua hal walaupun bisnis kecil. Hal ini dilakukan karena mahasiswa ini menganggap remeh dan mencari kesenangan lain selain tugas akhir kuliah ini.88 Cara yang dilakukan mahasiswa ini untuk mengatasi kesibukannya dan tetap kembali mengerjakan tugas akhir adalah dengan; a. Positive reinterpretation (reinterpretasi positif), yaitu respon yang dilakukan
individu
dengan
cara
mengadakan
perubahan
dan
pengembangan pribadi dengan pengertian yang baru dan menumbuhkan kepercayaan akan arti makna kebenaran yang utama yang dibutuhkan dalam hidup. Mahasiswa ini mencoba melakukan perubahan pada dirinya agar bisa bangkit dan berkembang serta tetap menjalankan tugas akhir kuliahnya serta bisnis yang agak dikurangi. Perubahan pada diri sendiri merupakan hal yang sulit bagi setiap orang. Setiap orang juga memiliki cara agar bisa merubah dirinya kembali bersemangat dalam segala masalah. 88
Lihat Transkip Wawancara Nomor 05/W/10-5/2016 pada Lampiran Laporan Hasil Penelitian
88
b. Distancing, yaitu mengeluarkan upaya kognitif untuk melepaskan diri dari masalah atau membuat sebuah harapan positif. Mahasiswa ini mencoba melepaskan diri dari segala kesibukan dan organisasi yang dijalani, dengan cara fakum beberapa waktu agar bisa fokus memikirkan tugas akhir kuliah ini. Mahasiswa ini membutuhkan waktu kurang lebih 1 bulan untuk bisa fokus memikirkan tugas akhir dan meninggalkan segala kesibukannya sementara waktu agar dapat menyelesaikan tugas akhir tepat pada waktunya. c. Focus
on
and
venting
emotion
(berfokus
pada pengekspresian
perasaannya), yaitu upaya yang dilakukan individu dengan cara mengekspresikan perasaannya. Mahasiswa ini melakukan pengekspresian perasaannya dengan menghilang beberapa waktu untuk menenangkan diri dari segala kesulitan dan tuntutan mengajar di sekolah. Karena begitu banyak masalah maka menimbulkan stress pada mahasiswa ini. Pengekspresian mahasiswa ini berdiam diri di kamar tanpa ada satu orang pun yang mengganggu. Dan cara ini cukup efektif bagi mahasiswa ini untuk bisa tenang. 6. Mahasiswa yang tinggal di pondok Bagi mahasiswa yang tinggal di pondok pasti juga memiliki kegiatan dan harus mengikuti kegiatan yang telah ditetapkan oleh pihak pondok. Dengan mengikuti kegiatan pondok ini, secara langsung tugas akhir tidak dipegang untuk sementara waktu sampai kegiatan pondok selesai. Namun
89
berkat bantuan saudara kembarnya, akan sangat membantunya. Berikut cara yang dilakukan mahasiswa ini dalam mengatasi kesulitan dan stress dalam menyusun tugas akhir kuliah:89 a. Seeking social emotional support, yaitu mencoba untuk memperoleh
dukungan secara emosional maupun sosial dari orang lain. Dengan meminta dukungan dan bantuan dari orang-orang di sekitarnya memudahkan dirinya untuk menyelsaikan masalah dan kesulitan yang dialaminya dalam menyusun tugas akhir kuliah ini. b. Self control, mencoba untuk mengatur perasaan diri sendiri atau tindakan
dalam hubungannya untuk menyelesaikan masalah. Untuk mengatasi rasa malas dan kesal akibat tidak menemukan buku sumber referensi membuatnya harus bisa selalu mengkontrol diri agar tidak mudah marah dan emosi. Hal ini cukup efektif bagi mahasiswa ini. Karena dengan pengontrolan diri maka semua akan bisa terselesaikan tanpa adanya rasa emosi dan amarah. Sesekali wajar jika mahasiswa ini mengalami rasa kecewa karena buku di perpustakaan STAIN kurang mewadahi sebagai pelengkap referensi dalam penelitiannya. Namun hal itu dapat diatasi dengan saling share kepada teman yang lain.
89
Lihat Transkip Wawancara Nomor 06/W/12-5/2016 pada Lampiran Laporan Hasil Penelitian
90
c. Turning to religion , yaitu usaha untuk melakukan dan meningkatkan
ajaran agama yang dianut.90 Memohon dan berdo’a kepada Allah agar diberikan kemudahan dan jalan keluar atas segala kesulitan dan kecemasan dalam menyusun tugas akhir juga dilakukan oleh mahasiswa ini. Dengan mengikuti segala kegiatan kerohanian yang ada di pondok juga sangat membantu dalam menenangkan emosi dan amarah saat kesulitan menyusun tugas akhir datang. 7. Mahasiswa yang bekerja lest private Bagi mahasiswa yang memiliki kesibukan dan melakukan lest private juga akan cukup sulit membagi waktu antara tanggungan lest dan tugas menyusun tugas akhir, apa lagi ditambah dengan dosen pembimbing yang sulit ditemui pada hari biasa dan mengharuskan menyelesaikan skripsi sampai akhir tanpa bimbingan.91 Cara yang dilakukan mahasiswa ini untuk mengatasi segala kesulitan dan kesibukannya adalah: a. Positive reappraisal, yaitu mencoba untuk membuat suatu arti positif dari situasi dalam masa perkembangan kepribadian, kadang-kadang dengan sifat yang religius. Mahasiswa ini mencoba membuat suatu hal yang positif dari segala kesibukannya sehingga bisa menempatkan waktu untuk tetap
90 91
Rasmun, Stres Coping dan Adaptasi, (Jakarta : Sagung Seto, 2004), 41. Lihat Transkip Wawancara Nomor 07/W/16-5/2016 pada Lampiran Laporan Hasil Penelitian
91
menyusun tugas akhir kuliah, dengan lebih mengingat pengorbanan orang tua, melakukan kegiatan positif yang lain bersama teman dan organisasi di luar kampus serta tidak lupa dengan selalu meminta kemudahan kepada Allah dalam segala urusannya dan urusan orang tuanya. Karena dengan lebih bersyukur dan meminta pertolongan dari Allah Swt maka akan memberikan penguatan luar biasa dalam dirinya. b. Acceptance (penerimaan diri), yaitu individu menerima keadaan yang terjadi apa adanya, karena individu menganggap sudah tidak ada yang dapat dilakukan lagi untuk merubah keadaannya serta membuat suasana lebih baik. Ketika dosen pembimbing yang sulit untuk ditemui pada hari perkuliahan biasa, maka secara pasrah mahasiswa ini menerima hal tersebut, karena setiap dosen pembimbing pasti memiliki kesibukan yang berbeda, walaupun kadang terlihat sedikit kekecewaan karena hal tersebut. Serta saat semua kesulitan dan masalah menimpa, hal yang penting adalah menerima diri agar selalu bisa berpikir positif dan tenang menghadapi segala masalah. Pasrah merupakan hal yang wajar dilakukan setiap mahasiswa jika mengalami hal serupa dengan mahasiswa ini. Maka haruslah lebih bersabar dan bertawakal serta tidak lupa berusaha agar selalu mendapat kemudahan dalam segala urusan terutama dalam menyusun tugas akhir kuliah ini.
92
c. Seeking social support for emotional reasons (mencari dukungan sosial secara emosional), merupakan upaya untuk mencari dukungan sosial, seperti mendapatkan dukungan moral, simpati atau pengertian. Dalam menghadapi segala kesulitan dan kesibukan yang mengharuskan kerja keras dan berpikir ektra, menjadikan mahasiswa ini seorang yang membutuhkan dukungan serta simpati dari orang lain terutama dari orang tua dan teman-teman sekitarnya. Karena hanya orang tua dan teman-teman dekat yang bisa membantu mencari solusi dari masalah yang dihadapi dan agar bisa kembali semangat mengerjakan tugas akhir sampai batas waktu yang telah ditentukan.
B. Dampak Penggunaan Strategi Coping Stres pada Mahasiswa PAI dalam Menyusun Tugas Akhir Kuliah Pada hakekatnya, setiap mahasiswa yang menyusun tugas akhir kuliah selalu merasa dan mengalami banyak kesulitan dan masalah yang timbul. Kesulitan dan masalah ini bisa saja sangat berpengaruh dalam kelancaran pengerjaan tugas akhir kuliah. Dengan adanya kesulitan ini, menambah kreatifitas mahasiswa untuk berpikir memecahkan masalah dan kesulitan dalam menyusun tugas akhir ini sekaligus ditambah dengan kesibukan lain di luar kampus. Segala kesulitan, kesibukan serta masalah yang dialami oleh mahasiswa PAI subjek penelitian merupakan pemicu timbulnya stress dalam diri individu tersebut. Dengan adanya stress dalam diri individu, maka secara tidak langsung individu
93
akan memikirkan cara untuk mengatasi stress tersebut. Cara untuk mengatasi stress tersebut telah terangkum jelas dalam strategi coping stress. Segala kesulitan, masalah serta kesibukan lain yang dialami mahasiswa PAI subjek penelitian sangatlah beragam antara mahasiswa 1 dengan mahasiswa yang lain, begitu pula stress yang dialami. Dengan beragamnya
stress yang
dialami mahasiswa ini maka akan ada cara yang beragam untk mengatasi masalah tersebut. Cara yang dilakukan mulai dari meminta dukungan dari orang tua, teman-teman, dan orang-orang yang terdekat, memotivasi diri sendiri, meminta pengertian dari orang sekitarnya, membuat deadline/planning perencanaan kegiatan, lebih mendekatkan diri pada Allah Swt dan selalu memohon kemudahan kepada-Nya, sharing ke teman-teman yang bisa membantu, pergi piknik ke tempat lain, sampai pergi ke tempat lain/universitas lain untuk mendapatkan buku referensi yang dibutuhkan. Sebagai seorang hamba yang beriman, tidak sepantasnya menyerah dan berputus asa saat segala kesulitan dan masalah menghampiri, karena kepada Allah Swt tempat memohon kemudahan segala urusan. Terutama bagi mahasiswa PAI yang dari awal sudah diajarkan segala hal terkait keimanan kepada Allah Swt di bangku perkuliahan. Di bangku perkuliahan bukan hanya teori yang diberikan tetapi juga mengharapkan penerapan dalam kehidupan sehari-hari agar bisa digunakan dan bermanfaat serta bisa membantu menyelesaikan masalah. Mendekakan diri kepada Allah juga merupakan salah satu bentuk dari strategi
94
coping dalam menghadapi stress yaitu turning to religion (kembali kepada
Agama). Jadi sudah sewajarnya menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Mengatasi stress pada mahasiswa PAI subjek penelitian dalam menyusun tugas akhir kuliah juga melihat bagaimana keefektifan suatu cara tersebut. Keefektifan bentuk strategi coping dalam mengatasi kesulitan dan stress pada mahasiswa PAI subjek penelitian bisa dilihat dari hasil wawancara, observasi dan Focus Group Discution (FGD) terhadap beberapa mahasiswa PAI beberapa waktu
lalu. FGD ini dilakukan untuk mencari titik temu dari segala permasalahan yang muncul pada mahasiswa dalam menyusun tugas akhir kuliah. FGD ini seperti halnya diskusi dengan kelompok kecil, dan pada penelitian ini FGD dilakukan kepada mahasiswa PAI subjek penelitian yang berjumlah 7 mahasiswa. Yang mana hasil dari wawancara, observasi dan FGD menunjukkan bahwa bentukbentuk strategi coping yang digunakan mahasiswa PAI subjek penelitian sangat efektif untuk mengatasi segala kesulitan dan stress dalam menyusun tugas akhir kuliah.92 Dalam mengatasi segala kesulian dan stress dalam menyusun tugas akhir kuliah ini, setiap mahasiswa memberikan respon yang beragam untuk menyelesaikan masalah dan stress tersebut. Beberapa mahasiswa PAI subjek penelitian yang menggunakan bentuk strategi coping yang berfokus pada Emotional Focus Coping (EFC) yang menekankan pada penataan emosi diri
dalam mengatasi stress dan seorang mahasiswa PAI subjek penelitian yang 92
Lihat Transkip Wawancara, Observasi dan FGD pada Lampiran Laporan Hasil Penelitian
95
menekankan pada Problem Focus Coping (PFC) yang mana akan memfokuskan dalam penyelesaian masalah yang menjadikan kesulitan ini untuk mengatasi kesulitan dan stress yang dialami. Menyusun tugas akhir kuliah haruslah memiliki bekal dan mental yang kuat untuk menghadapi segala masalah, kesulitan dan ditambah dengan adanya kesibukan lain selain menyusun tugas akhir kuliah. Persiapan mental serta fisik haruslah kuat agar tidak putus asa dan akhirnya meninggalkan tugas akhir kuliah begitu saja. Karena menurut mahasiswa PAI subjek penelitian, dengan adanya berbagai kesulitan, kesibukan serta masalah dalam menyusun tugas akhir kuliah tetaplah harus mengerjakan tugas akhir kuliah dan tidak boleh meninggalkan bahkan menggantinya dengan kesibukan yang lain. Karena tugas akhir kuliah merupakan kewajiban bagi mahasiswa semester akhir untuk mendapatkan gelas Strata I di perguruan tinggi.93 Dengan berbagai cara yang dilakukan oleh mahasiswa PAI subjek penelitian maka terlihat adanya pemberian respon positif dan pola tingkah laku yang baik. Dampak yang diberikan mahasiswa PAI subjek penelitian angkatan 2012 terhadap stress dalam menyusun tugas akhir kuliah sangat positif dan sangat membantu dalam menuntaskan segala kesulitan dan masalah yang dihadapi. Dengan adanya bentuk-bentuk strategi coping ini mahasiswa PAI subjek penelitian lebih memahami cara penyelesaian masalah serta stress yang dialami
93
Lihat Transkip Focus Group Discution (FGD) Nomor 01/F/20-5/2016 pada Lampiran Laporan Hasil Penelitian
96
akibat dari kewajiban mahasiswa semester akhir. Dengan adanya dampak yang positif serta respon yang baik serta sangat efektif dalam mengatasi kesulitan dan stress dari mahasiswa PAI angkatan 2012 subjek penelitian, maka sebaiknya strategi coping ini diterapkan oleh setiap mahasiswa dan setiap orang dalam menghadapi segala kesulitan dan stress dalam menghadapi permasalahan hidup. Karena strategi coping ini memberikan jawaban dari masalah-masalah yang muncul dan memberikan jalan keluar, jika mahasiswa menerapkan untuk mengatasi masalah dan stress dalam menyusun tugas akhir kuliah ini.
97
BAB V PENUTUP
A. KESIMPULAN 1. Cara yang dilakukan mahasiswa PAI subjek penelitian dalam mengatasi stress menyusun tugas akhir kuliah adalah sebagai berikut seeking social emotional support, self control, turning to religion, restraint coping, focus on and venting emotion, planning, seeking social support for emotional reasons , accepting responsibility, positive reinterpretation , distancing, positive reappraisal, dan acceptance. Semua cara di atas termasuk dalam bentuk-
bentuk strategi coping stress. Strategi coping stress merupaka cara/upaya mengatasi segala kesulitan dan kesibukan dalam menyusun tugas akhir kuliah yang bisa memicu timbulnya stress pada mahasiswa PAI. 2. Dampak dari strategi coping stress dalam menyusun tugas akhir kuliah pada mahasiswa
PAI
angkatan
2012
adalah
berdampak
positif
dengan
memfokuskan pada Emotional Focus Coping (EFC) dan 1 mahasiswa menggunakan Problem Focus Coping (PBC) yaitu ISR. Dan dengan menggunakan strategi coping ini sangat efektif dalam mengatasi kesulitan dan stress bagi mahasiswa PAI subjek penelitian dalam menyusun tugas akhir kuliah. Selain itu mahasiswa ini juga memperlihatkan perilaku yang baik dengan menerapkan strategi coping stress ini. Sebagian besar mahasiswa PAI juga menggunakan bentuk strategi coping yaitu turning to religion untuk lebih
98
mendekatkan diri kepada Allah Swt, serta meminta kemudahan dan kelancaran dalam menyusun tugas akhir kuliah ini. Karena hanya kepada Allah Swt meminta dan hanya kepada-Nya lah meminta pertolongan. Hal ini mencerminkan sikap dan sifat seorang hamba Allah Swt yang bertaqwa dan mencerminkan mahasiswa PAI yang paham akan ajaran agama Islam.
B. SARAN 1. Untuk mengurangi dampak stress karena menyusun tugas akhir kuliah, sebaiknya perguruan tinggi juga memikirkan solusi agar mahasiswa semester akhir siap menghadapi tugas akhirnya, baik kesiapan fisik maupun mental. 2. Untuk perguruan tinggi negeri, sebaiknya memberikan kelengkapan sarana dan prasarana terutama pada kelengkapan buku referensi di perpustakaan, agar mahasiswa semester akhir tidak kesusahan dan kesulitan dalam mendapatkan sumber referensi untuk tugas akhir kuliah.
99
DAFTAR PUSTAKA
Afriansyah Yus, Jazak. Stress? So What?! Powerful Teachnique for Empowering Stress to Become Strength. Jakarta: Kompas Gramedia, 2014.
Afrizal. Metode Penelitian Kualitatif: Sebuah Upaya Mendukung Penggunaan Penelitian Kualitatif dalam Berbagai Disiplin Ilmu. Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2014. Almanshur, Fauzan dan Ghony, Djunaidi M. Metode Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2012. Ardi Ardani, Tristiadi, dkk. Psikologi Klinis. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007. Basrowi, Suwandi. Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rineka Cipta, 2008. Buku Pedoman Penulisan Skripsi: Kuantitatif, Kualitatif, Library, dan PTK (Edisi Revisi 2015). Jurusan Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Ponorogo, Ponorogo; STAIN PO Press, 2015.
Bungin, Burhan. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: RajaGrafindo, 2006. C., Carver, S. Assesing Coping Strategi: A Theoritically Based Approach. Journal of Personality and Social Psychology, 2. Danim, Sudarwan. Menjadi Peneliti Kualitatif: Ancangan Metodologi, Presentasi dan Publikasi Hasil Penelitian untuk Mahasiswa dan Peneliti Pemula Bidang Ilmu-Ilmu Sosial, Pendidikan dan Humaniora . Bandung: Pustaka Setia, 2002. Dwiloka, Bambang. Teknik Menulis Karya Ilmiah, Jakarta: Rineka Cipta, 2005. Hanafiah dan Suhana, Cucu. Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung: Refika Aditama, 2010. Hude, M. Darwin. Emosi Penjelajahan Religio-Psikologis tentang Emosi Manusia di Dalam Al-Qur’an. Jakarta: Erlangga, 2006.
100
Indirawati, Emma. Hubungan Antara Kematangan Beragama Dengan Kecenderungan Strategi Coping . Jurnal Psikologi Universitas Diponegoro Vol. 3 No. 2, 2006. Kurnia, Ahmad. Psikologi Organisasi. teknikkepemimpinan.blogspot.co.id/2013/07/psikologiorganisasi.html?m=1. Mariyanti, Sulis. Model Strategi Coping Penyelesaian Studi Sebagai Efek Dari Stressor Serta Implikasinya Terhadap Waktu Penyelesaian Studi Mahasiswa Psikologi Universitas Esa Unggul, Jurnal Psikologi, Vol. 11 No. 2, Desember 2013. Moleong, J. Lexy. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005. Nasution. Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar . Jakarta: Bumi Aksara, 2008. Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan Tahun Akademik 2012/2013. STAIN Ponorogo, 2012. Putra Noviana, Dian. Strategi Coping terhadap Stres pada Mahasiswa Tunanetra UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta , Jurusan Bimbingan dan Konseling Islam. Skripsi Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 2013. Prastowo, Andi. Menguasai Teknik-Teknik Koleksi Data Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: DIVA Press, 2010. PsychoShare. www.psychoshare.com/file-142/psikologi-kepribadian/teori-teoridalam-psikologi-kepribadian.html. R., Lazarus, S. Theory Based Stress Measurement: Psychological Inquiry, 1990.
Rasmun. Stres, Coping, dan Adaptasi. Jakarta : Sagung Seto, 2004. Safari, Triantoro dan Saputra Eka, Nofrans. Manajemen Emosi: Sebuah Panduan Cerdas Bagaimana Mengelola Emosi Positif dalam Hidup Anda . Jakarta: Bumi Aksara, 2009.
101
Safarian, Triantoro. AUTISME: Pemahaman Baru Untuk Hidup Bermakna Bagi Orang Tua . Yogyakarta: Graha Ilmu, 2005. Santrock, W. John. Remaja, jilid 2, edisi kesebelas. Jakarta: Erlangga, 2007. Santrock, W. John. Perkembangan Anak, edisi kesebelas, jilid kedua . Jakarta: Erlangga, 2007. Sari, Diva. Stres Jenis, Aspek, Penyebab, Reaksi Fisik-Psikologis, Klasifikasi dan Bagaimana Mengelolanya . deevashare.blogspot.co.id/2012/05/stres-jenis-aspekpenyebab-reaksi-fisik.html?m=1.
Sasrawan, Hedi. Psikologi Sosial. hedisasrawan.blogspot.co.id/2013/09/psikologisosial-artikel-lengkap.html?m=1. Sa’ud Syaefudin, Udin. Modul Metodologi Penelitian Pendidikan Dasar . Bandung: UPI, 2007. Staton, L.A, Taylor, E.S. Coping Resources, Coping Process and Mental Health, Annual Review, 7.
Siswoyo, Dwi. Ilmu Pendidikan, Yogyakarta: UNY Press, 2007. Sugiyono. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta, 2005. Sugiono. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta, 2006. Sugiyono. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta, 2006. Sukmadinata Syaodih, Nana. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009. Taylor, E. Shelley. Health Psychology, fifth edition. New York: McGraw-Hill Higher Education, 2013. Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Kamus Besar Bahasa Indonesia . Jakarta: Balai Pustaka, 1997. Vries, de, Jan. Emotional Healing: Mengendalikan Emosi dan Kecemasan. Surabaya: Selaras Surabaya Publishing, 2009.
102
Wijayanti, Nindya. Strategi Coping Menghadapi Stres dalam Penyusunan Tugas Akhir Kuliah pada Mahasiswa Fakultas Ilmu Pendidikan . Skripsi Universitas Negeri Yogyakarta, 2012. Wirawan. Menghadapi Stres dan Depresi, Seni Menikmati Hidup Agar Selalu Bahagia . Platinum, 2012. Yulianingsih, Yuli. Strategi Coping Pada Remaja Pasca Putus Cinta . Skripsi Fakultas Psikologi. Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2012.