Masa Depan Hubungan Pertahanan Indonesia-Australia: Membangun “People to People Contact” Melalui Wadah IKAHAN
“This can be an amazing century where hope prevails over fear, where brotherhood of man reigns supreme, where human progress conquers ignorance. It can be a century that not only brings us into a new millennium, but also elevates the bonds of humanity to greater heights.”1 (“Abad ini akan menjadi abad yang sungguh luar biasa di mana harapan-harapan akan muncul memupuskan kekhawatiran, di mana persaudaraan akan semakin mengemuka, di mana kemajuan peradaban manusia akan menaklukkan keacuhan. Abad ini juga bukan hanya membawa kita kepada sebuah milenium baru, namun juga meningkatkan ikatan persaudaraan semakin lebih erat dari yang pernah ada.”) President Susilo Bambang Yudhoyono
Pendahuluan Menyimak pidato Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) saat peringatan HUT TNI ke-66, pada tanggal 5 Oktober 2011 yang lalu, tentunya sangat menarik untuk menggarisbawahi arahan memperluas kerja sama pertahanan yang saling melengkapi dengan negara-negara sahabat, serta berkomitmen pada upaya perdamaian dan keamanan internasional dalam berkontribusi mewujudkan tatanan dunia yang aman, tentram, dan damai. 2 Arahan ini sejalan dengan Pembukaan UUD 1945, yang mengamanahkan untuk ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Sebagai negara yang berhaluan politik luar negeri “bebas aktif” di mana dalam Pemerintahan SBY ditegaskan kembali sebagai “all directions foreign policy”, membangun kemitraan dan kerjasama dengan siapa saja menjadi sebuah prioritas dalam mendukung terciptanya perdamaian dunia. Dalam konteks kerjasama pertahanan, TNI hingga saat ini tercatat telah mengembangkan berbagai macam bentuk
1
Susilo Bambang Yudhoyono, Keynote Speech, Harvard University, Boston (Massachusetts, 29 September 2009) Susilo Bambang Yudhoyono, Amanat Presiden Republik Indonesia Pada Upacara Hari Ulang Tahun Ke-66 Tentara Nasional Indonesia (TNI)(Jakarta, 5 Oktober 2011) 2
kerjasama dengan negara lain, khususnya dengan negara-negara tetangga. Salah satu di antaranya adalah Australia, sebuah negeri yang terkenal dengan sebutan negeri “kangguru”. Dari sejumlah kerjasama yang dijalin saat ini, bidang pertahanan merupakan salah satu indikator penting hubungan antara Indonesia dengan Australia. Kerjasama pertahanan antara keduanya hingga saat ini telah diwujudkan dalam beragam kegiatan. Beberapa di antaranya melalui latihan bersama, pertukaran personel, program pendidikan, knowledge and experience sharing, maupun sejumlah kegiatan lainnya. Mencermati perkembangan dalam beberapa tahun terakhir, interaksi hubungan antara kedua negara dalam bidang pertahanan menunjukkan hal yang sangat positif. Namun demikian, bukan berarti hubungan antara keduanya selalu berjalan mulus. Sejumlah insiden dan ketegangan di masa lalu sempat mewarnai dinamika hubungan pertahanan Indonesia-Australia. Oleh karenanya, diperlukan sebuah konsep pemikiran yang bisa mengakomodasikan kepentingan kedua negara sehingga hubungan pertahanan yang dirasakan konstruktif saat ini bisa dipelihara dengan baik di masa mendatang. Sejalan dengan konteks tersebut, essay ini akan mencoba untuk membahas masa depan hubungan pertahanan Indonesia-Australia. Titik berat dari essay ini adalah lahirnya wadah IKAHAN yang merupakan media untuk membangun “people to people contact” antara kedua negara. Adapun pembahasan dalam essay ini ditulis dalam tiga bagian besar. Bagian pertama adalah refleksi hubungan pertahanan IndonesiaAustralia. Untuk bagian kedua mengupas lahirnya IKAHAN sebagai tonggak sejarah dalam hubungan pertahanan Indonesia-Australia. Sedangkan bagian terakhir membahas tentang peran IKAHAN dalam membangun fondasi masa depan hubungan pertahanan Indonesia-Australia.
Refleksi hubungan pertahanan Indonesia-Australia Sebagai negara tetangga Indonesia di kawasan, Australia telah menjalin kerjasama
pertahanan sejak tahun 1947. Kerjasama tersebut diawali oleh kehadiran para military observer Angkatan Darat Australia sebagai bagian dari misi PBB di Indonesia. Misi tersebut bertugas mengawasi gencatan senjata antara pasukan Indonesia dan Belanda.3 Di samping itu, sejak tahun 1964 tidak sedikit personel Australian Defence Force (ADF) yang ditugaskan untuk menyelesaikan pendidikan militernya di Indonesia. Sebaliknya, sejak tahun 1963 TNI pun mulai mengirimkan personelnya untuk mengikuti pelatihan militer di Australia yang terus berlanjut hingga kini. Namun demikian, bukan berarti hubungan tersebut selalu berjalan dengan harmonis. Keterlibatan Australian Special Air Service (SAS) dalam konfrontasi dengan Malaysia pada awal tahun 1960-an sempat menimbulkan ketegangan antara kedua negara. 4 Memang kontribusi Australia dalam membantu Malaysia dalam konfrontasi tersebut dapat dimengerti. Sebagai salah satu negara persemakmuran (Commonwealth), Australia memiliki komitmen untuk saling membantu sesama negara persemakmuran lainnya jika memang berada dalam ancaman eksternal. Mau tidak mau, dengan adanya komitmen tersebut Australia pun harus berkontribusi mengirimkan pasukannya. Selain konfrontasi dengan Malaysia, militer Australia pun sempat bersitegang dengan militer Indonesia saat menangani konflik di Timor Timur (Timtim). Timtim kala itu masih menjadi provinsi ke-27 RI yang juga dijadikan sebagai salah satu daerah operasi militer oleh Pemerintah Indonesia. Bahkan, TNI telah menjalankan operasi militernya sejak akhir tahun 1975 di wilayah tersebut. Ketika memulai operasinya di Timtim, Indonesia pun juga mendapatkan lampu hijau dari Amerika Serikat.5 Australia sendiri di awal operasi militer juga memberikan 3
IKAHAN, IKAHAN http://IKAHAN.com/about/IKAHAN/ (diakses 21 Maret 2013) The Indonesian Confrontation (Konfrontasi) (1963-1966): Operations, The SAS in Borneo, http://seasia.commemoration.gov.au/australian-operations-in-indonesian-confrontation/sas-in-borneo.php (diakses 6 Oktober 2011) 5 Ann Marie Murphy, "US Rapproachement with Indonesia: From Problem State to Partner," Contemporary Southeast Asia (2010): 366.
4
sinyal positif dihadapkan dengan upaya untuk menghadapi berkembangnya pengaruh komunisme di kawasan.
Akan tetapi situasi berubah setelah berakhirnya perang dingin di mana isu Hak Azasi Manusia (HAM) menjadi sangat mengemuka. Dengan adanya tekanan dunia internasional, Indonesia akhirnya mengijinkan masuknya misi PBB di Timtim. Australia dengan sejumlah negara lain bergabung dalam International Force East Timor (INTERFET).6 Misi PBB tersebut dipimpin oleh Australia. Sebagai akibatnya, Indonesia saat itu memiliki pandangan negatif terhadap Australia. Negeri kangguru tersebut dianggap telah mengintervensi masalah internal Indonesia yang sempat berdampak buruk terhadap hubungan kerjasama pertahanan antara keduanya. Baik situasi internal di Indonesia dan Australia menjadi panas saat itu. Belum lagi diperkeruh dengan terjadinya insiden penembakan personel TNI oleh militer Australia di daerah Motain pada Oktober 1999.7 Insiden tersebut diawali dengan kebingungan pasukan Australia akan batas demarkasi sehingga melintasi garis perbatasan. Pelintasan tersebut dianggap sebagai aksi agresif yang kemudian berbuntut dengan kontak tembak antara TNI dengan ADF. Di akhir kontak tembak sejumlah personel TNI gugur yang menciptakan suasana menjadi semakin tegang di lapangan. Belum lagi meningkatnya atensi publik Australia untuk mengungkap insiden Balibo Five. Dalam insiden tersebut, publik Australia menuduh TNI telah membunuh lima orang jurnalis dari Australia ketika mereka sedang meliput di Timtim pada tahun 1975.8 Akan tetapi, seiring dengan komitmen yang telah dibangun oleh kedua negara, khususnya 6
Chapter 10, The Higher Command Structure for Joint ADF Operations, East Timor—INTERFET http://epress.anu.edu.au/sdsc/hap/mobile_devices/ch10s08.html (diakses 21 Maret 2013) 7 Michael McKinnon, “Files reveal East Timor clashes”. The Australian (14 November 2005) http://www.etan.org/et2005/november/07/10files.htm (diakses 27 Maret 2013) 8 The Balibo five: Among so many dead in East Timor: a few now famous foreigners. Economist Asia (27 August 2009) http://www.economist.com/node/14323088 (diakses 27 Maret 2013)
antara TNI dan ADF, hubungan tersebut berangsur-angsur kembali membaik. Ketika terjadi Tsunami di Aceh dan Nias pada akhir tahun 2004, Australia menawarkan bantuannya kepada Indonesia. Militer Australia berpartisipasi secara aktif dalam membantu militer Indonesia melaksanakan Military Operation Other Than War (MOOTW) guna menangani situasi pemulihan pasca bencana. Kontribusi Australia dalam kegiatan tersebut patut diacungkan jempol, di mana ADF harus kehilangan sembilan personel terbaiknya saat helikopter Sea King milik Angkatan Laut Australia yang melakukan bantuan kemanusiaan jatuh, dan mengakibatkan seluruh awaknya tewas.9 Kontribusi Australia dalam penanggulangan Tsunami sangat membantu dalam proses pemulihan hubungan pertahanan antara kedua Negara.
Lahirnya IKAHAN sebagai tonggak sejarah dalam hubungan pertahanan Indonesia-Australia Hingga saat ini, kerjasama yang terbangun antara TNI dan ADF dirasakan semakin berkembang dengan baik. Hingga tahun ini, Australian Defence Fore telah memberikan beasiswa melalui program Australian Defence Cooperation Scholarship (ADSC) kepada Perwira-Perwira TNI untuk menyelesaikan pendidikan Pasca Sarjana di berbagai Universitas ternama di Australia. Tentunya di samping program pendidikan militer lain yang sudah menjadi agenda rutin tahunan. Belum lagi sejumlah latihan bersama, seperti “Dawn Komodo”, yang dilaksanakan oleh Kopassus dengan SAS, serta “Elang Ausindo” yang melibatkan Skadron F-16 TNI AU dan Skadron F-18 Australia. Di samping itu, penggunaan sistem pengajaran bahasa Inggris di lingkungan pendidikan bahasa TNI yang mengadopsi referensi Australia, yang dikenal dengan Australian Defence Force English Language Profiling System (ADFELPS), menandakan semakin eratnya hubungan kerjasama antara TNI dengan ADF. Dari kalangan masyarakat Australia sendiri dalam beberapa tahun terakhir menunjukkan 9
Military Ceremony in Indonesia for ADF Helicopter Crash Victims, http://www.defence.gov.au/optsunamiassist/gallery.htm, diakses 21 Maret 2013.
sebuah peningkatan penilaian positif tentang Indonesia. Hal ini ditunjukkan dari hasil survey yang dilakukan oleh Lowy Institute. Sebagai institusi riset terkemuka Australia yang juga menjadi salah satu think-tank bagi Pemerintah Australia, hasil survey yang dilakukan memiliki validitas yang bisa dijadikan tolak ukur resmi. Dalam survey yang dilakukan di tahun 2012, institusi ini mencatat telah terjadi peningkatan pandangan positif oleh warga Australia terhadap Indonesia.10 Pada tahun 2006 skala yang diamati menunjukkan angka 50. Namun, pada tahun 2012 skala tersebut naik menjadi 54. Peningkatan ini menunjukkan adanya kepercayaan dan harapan positif warga Australia terhadap Indonesia.11 Di samping itu, Lowy Institute juga mencantumkan Indonesia dalam laporannya sebagai salah satu mitra penting bagi Australia dalam bidang keamanan. Dalam survey yang sama, institusi ini mencatat Indonesia sebagai salah satu negara dalam peringkat lima besar mitra keamanan yang dianggap penting bagi Australia. Indonesia berada di peringkat ke-5 di samping Amerika Serikat, Inggris, China, dan Selandia Baru.12 Bahkan, dalam beberapa tahun terakhir ini, Indonesia bersama dengan Australia telah menunjukkan kerjasama secara aktif dalam menghadapi tantangan keamanan dan pertahanan di kawasan. Dalam pernyataan bersama Presiden SBY dan Perdana Menteri Gillard di tahun 2010, kedua negara menyepakati untuk mengimplementasikan komitmen dan mandat yang dicetuskan dalam Lombok Treaty sebelumnya di tahun 2006.13 Salah satu di antara poin yang disepakati adalah agenda kerjasama pertahanan yang memang menjadi salah satu prioritas bagi keduanya. Dalam pernyataan bersama kedua kepala negara tersebut, baik Indonesia maupun Australia
10
Bernard Lane, “Indonesians ‘warmer’ to Australians now”. The Australian (20 Maret 2012) http://www.theaustralian.com.au/national-affairs/foreign-affairs/indonesians-warmer-to-australians-now/storyfn59nm2j-1226304605608 (diakses 27 Maret 2013) 11 Lowy Institute, The Lowy Institute Poll 2012. (Sydney: Lowy Institute, 2012), 6. http://lowyinstitute.cachefly.net/files/lowy_poll_2012_web3.pdf (diakses 27 Maret 2013) 12 Ibid., 10. 13 Prime Minister of Australia, Indonesia-Australia Joint Statement (Press Office: Australia, 2 November 2010) http://www.pm.gov.au/press-office/indonesia-australia-joint-statement (diakses 27 Maret 2013)
meyakini bahwa penandatanganan kerjasama pertahanan merupakan tindak lanjut dari Lombok Treaty yang nantinya akan membangun dasar komprehensif dan lebih kuat dalam mewujudkan kerjasama pertahanan dan keamanan bagi kedua negara. Sejak era Pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, tercatat telah dilakukan dua kali kunjungan lawatan oleh Presiden Indonesia ke Australia. Sebaliknya, Australia sendiri juga telah melakukan kunjungan lawatan Perdana Menteri-nya ke Indonesia sejak tahun 2005. Presiden SBY mengunjungi Australia pada bulan Maret 2010 dan Juli 2012. Sementara Perdana Menteri Australia yang diawali oleh kunjungan Howard dilakukan pada bulan Februari 2005. Pengganti Howard, Kevin Rudd, melaksanakan kunjungannya ke Indonesia pada bulan Desember 2007 dan Juni 2008. Sementara untuk PM Gillard melaksanakan lawatan terakhirnya pada bulan Oktober 2012. Kunjungan resmi kepala negara yang dilaksanakan baik oleh Indonesia maupun Australia secara simbolis menunjukkan semakin akrabnya hubungan antara kedua negara. Hubungan pertahanan antara Indonesia dan Australia yang semakin progresif tersebut dimanfaatkan keduanya untuk diperkokoh melalui interaksi militer. Sebagai bagian dari hubungan pertahanan, hubungan antara TNI dan ADF yang konstruktif akan membantu meningkatkan interaksi antara kedua Negara. Saat berkunjungke Canberra pada bulan Maret 2010 Presiden SBY menyampaikan pidatonya di hadapan Parlemen Australia. Sebagai kelapa negara ke-6 yang dipercaya untuk memberikan pidato di hadapan Parlemen Australia tentunya memberikan nilai tersendiri bagi Indonesia. 14
Dalam kesempatan tersebut, Presiden SBY
mengangkat tentang pentingnya membangun “people to people contact”. Pidato SBY mendapatkan sambutan sangat posifif dari Australia. Pesan yang disampaikan oleh Presiden SBY ditangkap dengan jelas, dan kemudian 14
Antara, “Presiden SBY Akan Pidato di Parlemen Australia”. Kompas.com (9 Maret 2010) http://nasional.kompas.com/read/2010/03/09/16211871/ (diakses 27 Maret 2013)
ditindaklanjuti oleh Dephan Australia dan ADF, untuk bersama-sama dengan Kemhan RI dan TNI, mendirikan Ikatan Alumni Pertahanan Indonesia-Australia (IKAHAN). Kedua negara, khususnya kedua militer, baik TNI maupun ADF, menyadari akan arti pentingnya pembentukan IKAHAN tersebut. Wadah alumni ini diresmikan pada tanggal 22 Maret 2011.15 Secara tegas, kedua pihak menyampaikan bahwa dasar dari pembentukan IKAHAN ini memang merujuk kepada pidato Presiden SBY yang menekankan akan pentingnya “people to people contact” dalam memperkuat hubungan bilateral kedua negara.16 Sejak didirikan, IKAHAN sendiri dirasakan telah menjadi wadah komunikasi antara personel TNI dan personel militer ADF. Bahkan, sejauh ini IKAHAN telah menyelenggarakan beragam kegiatan positif. Beberapa di antaranya adalah peluncuran website dan acara buka puasa bersama yang dijadikan sebagai program tahunan. IKAHAN juga telah menyelenggarakan sejumlah Seminar Pendidikan yang mengangkat tema tentang “Regional Security”. Di samping itu, IKAHAN juga telah menyelenggarakan sejumlah turnamen olahraga yang melibatkan personel TNI maupun ADF yang berada di Jakarta. Bentuk ikatan alumni seperti IKAHAN menjadi sebuah media yang sangat baik bagi personel TNI untuk memelihara hubungan dengan para sahabatnya dari negeri “kangguru”. Hubungan dalam konteks “people to people contact” yang mendasari IKAHAN, cukup efektif dalam memperkuat kegiatan diplomasi pertahanan yang dilakukan oleh TNI dengan ADF. Melalui wadah ini, para personel militer kedua negara bisa memahami lebih jauh satu dengan lainnya, meskipun berbeda budaya. Tentunya persahabatan yang dibangun dalam organisasi seperti IKAHAN sejalan dengan apa yang disampaikan oleh Presiden SBY dalam memperluas kerja sama pertahanan yang saling melengkapi dengan negara sahabat, yang tentunya 15
IKAHAN, Menhan Endorsement mengenai pembentukan Ikatan Alumni Pertahanan Indonesia-Australia (IKAHAN) http://IKAHAN.com/ menhan-endorsement/ (diakses 21 Maret 2013) 16 Susilo Bambang Yudhoyono, Pidato Presiden Republik Indonesia di depan Parlemen Australia, Great Hall, (Canberra: Australia, 10 Maret 2010)
dilaksanakan dengan saling menghargai kedaulatan negara masing-masing.
Peran IKAHAN dalam membangun fondasi masa depan hubungan pertahanan IndonesiaAustralia Pada bulan September 2012, Menteri Pertahanan Australia, Stephen Smith, bersama dengan Menteri Pertahanan RI, Purnomo Yusgiantoro, menandatangani persetujuan kerjasama pertahanan. Penandatanganan ini merupakan bentuk implementasi konkret dari kesepakatan yang dibuat oleh Presiden SBY dan PM Gillard sebelumnya. Selain itu, penandatanganan tersebut juga merupakan kelanjutan dari komitmen kedua negara dalam mempererat hubungan pertahanan. Pada bulan Juli 2012 di Darwin, Indonesia dan Australia menggelar pertemuan tahunan Menteri Pertahanan dan Indonesia Australia Leaders’ Meeting.17 Di samping itu, pada bulan Maret 2012 di Canberra, kedua Negara juga merintis terselenggaranya program perdana Australia-Indonesia Foreign and Defence Ministers’ (2+2) yang juga dicanangkan menjadi agenda tahunan.18 Lebih jauh, keberadaan pasukan Marinir Amerika Serikat di Darwin yang sebelumnya sempat diperdebatkan oleh publik Indonesia direspons secara positif oleh Pemerintah Indonesia. Baik Presiden SBY maupun Menhan Purnomo Yusgiantoro dalam sejumlah pernyataan di media dan konferensi pers menegaskan bahwa Indonesia tidak melihat isu tersebut sebagai problem bagi Indonesia. 19 Bahkan, Presiden SBY justru menangkap sebagai peluang untuk meningkatkan kerjasama pertahanan antara Indonesia, Australia, dan Amerika Serikat. Presiden SBY bahkan 17
DoD, Defence Minister completes Indonesia visit (DoD: Australia, 5 September 2012) http://www.minister.defence.gov.au/2012/09/05/defence-minister-completes-indonesia-visit/ (diakses 27 Maret 2013) 18 Australian Minister for Foreign Affairs, Australia Indonesia Inaugural 2+2 Dialogue, Joint communiqué: Senator the Hon Bob Carr, Australian Minister for Foreign Affairs, The Hon Stephen Smith MP, Australian Minister for Defence, His Excellency Dr Marty Natalegawa, Indonesian Minister for Foreign Affairs, His Excellency Dr Purnomo Yusgiantoro, Indonesian Minister for Defence (Media Release: Australian Minister for Foreign Affairs, 15 Maret 2013) http://foreignminister.gov.au/releases/2012/bc_mr_120315.html (diakses 27 Maret 2013) 19 Australian Minister for Foreign Affairs, Joint Press Conference — Inaugural Australia-Indonesia Foreign and Defence Ministers ("2+2") Dialogue (Australian Minister for Foreign Affairs, 15 Maret 2013) http://foreignminister.gov.au/transcripts/2012/bc_tr_120315.html (diakses 27 Maret 2013)
merekomendasikan agar kehadiran pasukan AS di Australia digunakan sebagai media untuk melaksanakan latihan bersama dalam penanggulangan bencana mengingat Indonesia sendiri cukup rentan terhadap bencana alam dihadapkan dengan kondisi alamnya. 20 Di samping itu nantinya diharapkan peluang kerjasama juga dapat melibatkan negara-negara ASEAN lainnya. Rekomendasi strategis tersebut diterima dengan sangat positif oleh Pemerintah Australia. Hal ini tentunya dapat menciptakan iklim yang lebih kondusif bagi bertumbuhnya hubungan pertahanan antara kedua negara. Bahkan menurut Menhan Australia, Stephen Smith, tempo dari kerjasama pertahanan Indonesia Australia pada tahun 2012 dinilainya telah mencapai puncak dalam lima belas tahun terakhir. 21 Beragam kerjasama telah diwujudkan secara konkret melalui latihan bersama dalam konteks humanitarian assistance and disaster relief (HADR), peacekeeping, maritime security, counter-terrorism, dan sejumlah latihan lainnya. Bahkan, untuk pertama kalinya Indonesia berpartisipasi dalam latihan Pitch Black di mana pesawat tempur TNIAU mengikuti latihan di luar wilayah NKRI. Di samping itu, pada tahun 2012, Angkatan Laut Indonesia dan Australia juga telah melaksanakan Patroli Maritim Bersama untuk ketiga kalinya. Dengan ditandatanganinya Defence Cooperation Agreement antara Indonesia dan Australia pada akhir tahun 2012, diharapkan kedua negara akan semakin dapat berinteraksi lebih jauh. Sebagaimana yang disepakati dalam penandatanganan kesepakatan tersebut, pelatihan bahasa Inggris bagi personel Indonesia, pendidikan bagi personel militer TNI di Australia, kerjasama dalam pelatihan peacekeeping, dan sejumlah latihan bersama menjadi agenda-agenda penting bagi kedua negara.
22
Tentunya interaksi dalam kegiatan-kegiatan tersebut akan
berkontribusi positif dalam membangun “people to people contact”. 20
Stephen Smith, Interview with Radio Australia by Alison Carabine (Radio Australia, 5 September 2012) http://www.radioaustralia.net.au/international/radio/program/connect-asia/australia-indonesia-sign-defencecooperation-agreement/1011288 (diakses 27 Maret 2013) 21 Peter Jennings, A challenging relationship: Australia–Indonesia defence cooperation (Australian Strategic Policy Institute: Australia, Maret 2013) http://www.aspistrategist.org.au/a-challengingrelationship-australia-indonesia-defence-cooperation/ (diakses 27 Maret 2013) 22 Smith, Interview with Radio Australia by Alison Carabine.
Oleh karenanya, melalui IKAHAN, personel TNI dan para sahabatnya dari “negeri kangguru” bisa mendapatkan kesempatan untuk berinteraksi lebih jauh melalui beragam program yang ada guna membangun dan meningkatkan kualitas “people to people contact”. Diharapkan nantinya para personel TNI dan ADF bisa menjadi lebih akrab melalui wadah tersebut. Bahkan, kemitraan strategis yang dibangun antara TNI dengan ADF akan memberikan kesempatan kepada personel militer dari kedua negara untuk berbagi ilmu dan pengalaman guna saling melengkapi dalam rangka mewujudkan stabilitas keamanan di kawasan maupun perdamaian dunia. Konsep pendirian IKAHAN merupakan strategi cerdas yang dijalankan oleh TNI bersama-sama dengan ADF untuk mewujudkan hal tersebut. Akan tetapi, terlepas dari segala kemajuan yang dicapai oleh IKAHAN, kedua pihak perlu mencermati kemungkinan timbulnya ketegangan antara militer Indonesia dan Australia. Pada awal tahun 1990-an, hubungan Indonesia dan Australia saat itu juga dikatakan telah mencapai puncak keemasan. Apalagi pada periode tersebut sempat dilakukan pertemuan puncak antara Panglima TNI dan ADF beserta seluruh pejabat teras dari kedua institusi di Jakarta.23 Namun, selang beberapa tahun kemudian hubungan tersebut mengalami degradasi signifikan akibat berkembangnya situasi di Timtim. Tentunya kondisi ini sangat memprihatinkan. Oleh karenanya sangat penting bagi IKAHAN untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya situasi serupa di masa mendatang. Confidence Building Measure (CBM) yang menjadi fokus dari IKAHAN dalam membentuk “people to people contact” haruslah dijaga sehingga bisa tetap memelihara hubungan pertahanan Indonesia dan Australia yang konstruktif. Untuk itu, interaksi melalui IKAHAN haruslah diperluas sehingga bisa menjangkau populasi yang lebih luas, baik di lingkungan militer Indonesia maupun Australia. Sosialisasi IKAHAN bagi personel TNI dan ADF menjadi salah satu agenda pokok.
23
Yoost Mengko, Diskusi tentang Hubungan Pertahanan Indonesia-Australia (Jakarta 3 Juni 2012).
Yang menjadi salah satu persyaratan untuk menjadi anggota IKAHAN bagi anggota TNI adalah pernah mengikuti program yang diselenggarakan oleh pihak Australia. Demikian pula sebaliknya. Namun dihadapkan dengan terbatasnya program dan anggaran tentunya akan menjadi faktor yang akan menghambat berkembangnya komunitas IKAHAN. Untuk itu perlu dipikirkan program-program yang bisa mengakomodasikan interaksi antara personel TNI maupun ADF. Program yang diikuti oleh personel TNI untuk menjadi anggota IKAHAN tidak perlu dilaksanakan di Australia. Untuk ke depan bisa dirancang program yang melibatkan personel militer kedua negara yang dilaksanakan di Indonesia. Demikian pula sebaliknya, program yang diselenggarakan oleh TNI untuk personel militer Australia. Beberapa rekomendasi kegiatan yang mungkin bisa dilaksanakan melalui IKAHAN adalah dilaksanakannya secara periodik pertemuan antara alumni IKAHAN. Dihadapkan dengan kondisi geografisnya sebagai Negara kepulauan, perlu dibentuk struktur organisasi IKAHAN di wilayah-wilayah Indonesia lainnya selain ibukota. Diharapkan dengan adanya wadah untuk berinteraksi antara sesama anggota IKAHAN nantinya dapat membangun semangat untuk mewujudkan “people to people contact” sebagaimana yang diamanahkan dalam pendirian awal IKAHAN itu sendiri. Kegiatan IKAHAN pun bisa dilakukan berpindah-pindah lokasi sehingga interaksi tersebut bisa dirasakan oleh seluruh anggota dari komunitas IKAHAN yang tidak berdomisili di Jakarta dan sekitarnya. Selain itu, IKAHAN bisa mempertimbangkan untuk menyelenggarakan program pelatihan bahasa Inggris sederhana di level Bintara ataupun Tamtama sebagai kegiatan pelengkap untuk format kegiatan latihan bersama. Pelatihan ini bisa dilaksanakan dalam bentuk percakapan singkat sehingga selain materi yang diberikan, personel TNI juga mendapatkan tambahan pengetahuan bahasa yang menjadi kunci dalam interaksi. Demikian pula dengan program yang diselenggarakan TNI di Australia, perlu diajarkan sejumlah percakapan sederhana
dalam bahasa Indonesia. Di samping itu, setiap personel TNI yang melaksanakan tugas baik belajar maupun latihan bersama di Australia wajib ditugaskan memberikan presentasi singkat tentang Indonesia. Jika memungkinkan bisa diakomodasikan dengan acara budaya Indonesia yang diorganisir oleh pihak perwakilan Indonesia. Lebih jauh, pertukaran tenaga pendidik menjadi agenda penting dalam meningkatkan interaksi IKAHAN. Dengan masa tugas 1-2 tahun akan memberikan personel TNI dan ADF untuk menggali budaya masing-masing negara mitra lebih jauh yang nantinya bisa disharingkan dengan rekan-rekannya. Oleh karenanya, bagi mereka yang menyelesaikan pendidikan atau latihan bersama sebagai bagian dari program kerjasama IKAHAN dapat ditugaskan untuk memberikan presentasi tentang pengalaman-pengalaman unik yang dialami dalam forum-forum informal IKAHAN. Tentunya jika program tersebut diikuti oleh lebih dari satu orang dapat ditunjuk salah satu perwakilannya. Sharing pengalaman ini bisa dimanfaatkan juga oleh IKAHAN sebagai media untuk mendapatkan feedback dari pelaksanaan program yang diikuti baik pendidikan maupun latihan bersama. Untuk memotivasi para anggotanya, IKAHAN dapat memperbanyak pelaksanaan lomba karya tulis atau essay. Dengan diselenggarakannya lomba seperti ini akan memberikan kesempatan para alumni yang tergabung dalam IKAHAN untuk berkontribusi melalui konsep pemikiran atau ide-ide yang nantinya dapat dimanfaatkan untuk kepentingan pengembangan IKAHAN di masa mendatang. Di samping itu, IKAHAN juga bisa menyelenggarakan kompetisi karya tulis secara terbuka untuk personel TNI yang belum menjadi anggota IKAHAN. Mereka yang menjadi pemenangnya dapat diberikan kesempatan untuk mengikuti program kunjungan ke Australia selama beberapa hari guna mengunjungi dan berinteraksi dengan rekan personel ADF. Demikian juga hal yang sama dapat diterapkan untuk personel ADF. Untuk mengurangi beban biaya transportasi, personel yang menjadi pemenang bisa diikutkan dalam penerbangan militer
yang sifatnya non tempur atau non taktis. Namun, program tersebut diharapkan juga tidak mengganggu operasional kegiatan. Di samping rekomendasi-rekomendasi tersebut, IKAHAN diharapkan bisa menginisiasi dirintisnya program riset bersama antara personel TNI dan ADF yang bernilai positif bagi pengembangan hubungan pertahanan Indonesia dan Australia. Pengembangan industri pertahanan bisa menjadi salah satu agenda. Dengan melibatkan tim riset personel TNI dan ADF yang mengkombinasikan personel senior maupun junior, diharapkan interaksi secara akademis melalui proyek riset yang dilakukan bisa semakin meningkatkan kualitas “people to people contact”. Untuk tema riset bisa ditentukan secara bersama oleh Indonesia dan Australia di mana para anggota IKAHAN bisa memberikan masukan untuk bidang-bidang yang potensial untuk dikembangkan. Melalui rekomendasi-rekomendasi kegiatan yang diidentifikasi tersebut diharapkan IKAHAN bisa semakin berkontribusi lebih jauh dalam meningkatkan interaksi antara personel TNI dan ADF. Dengan semakin aktifnya peran IKAHAN, kualitas dan kuantitas interaksi antara personel militer kedua negara juga akan meningkat. “People to people contact” yang menjadi dasar pendirian IKAHAN sendiri dengan sendirinya akan semakin meluas. Tentunya kondisi ini akan sangat memberikan nilai positif dalam mengkonstruksi hubungan pertahanan di level yang lebih tinggi antara Indonesia dan Australia. Seiring waktu, hubungan yang dibina sejak dini nantinya juga dapat memberikan efek positif ketika harus berinteraksi kembali di masa mendatang sebagaimana yang telah dialami oleh para petinggi dari kedua negara. Bagi TNI sendiri, melalui IKAHAN, personelnya bisa terus membangun dan memelihara ikatan yang sudah ada dengan para sahabatnya dari negeri “kangguru”. Kondisi ini akan menguatkan hubungan bilateral antara Indonesia dan Australia, yang tentunya bermanfaat untuk kepentingan yang lebih besar bagi kedua negara, termasuk TNI. Dengan semakin bertambahnya
usia TNI, para personel TNI juga diharapkan semakin memahami pentingnya membangun kemitraan melalui persahabatan dengan negara-negara lain, khususnya negara-negara tetangga di kawasan, seperti negeri “kangguru”, Australia. Hal ini tentunya akan bermanfaat dalam menciptakan persaudaraan yang erat. Sebagaimana yang disampaikan oleh Presiden SBY bahwa dalam abad ini, akan lebih banyak harapan yang muncul dibandingkan kekhawatiran, di mana persaudaraan akan semakin menguat, yang bukan hanya menandai dimulainya sebuah milenium baru, namun juga meningkatkan ikatan kemanusiaan yang lebih besar.
Penutup Sebagai negara yang cinta damai, sejak berdirinya Indonesia selalu mengedepankan perdamaian dalam berinteraksi dalam komunitas internasional. Upaya menciptakan perdamaian dunia tanpa memihak menjadi sikap yang dipegang teguh oleh Indonesia. Hal ini tentunya menjadi implementasi dari kebijakan politik luar negeri “bebas aktif” yang dewasa ini ditegaskan kembali sebagai “all directions foreign policy” oleh Pemerintahan SBY. Dalam mewujudkannya, Indonesia menjalin kerjasama dengan negara-negara lain termasuk dengan negara-negara di kawasan seperti Australia. Australia yang terletak di sebelah tenggara Indonesia, telah menunjukkan kontribusinya sejak era kemerdekaan. Salah satu interaksi penting yang dijalin antara Indonesia dengan Australia adalah dalam bidang pertahanan. Bahkan, hingga awal tahun 1990-an, interaksi antara militer kedua Negara dinilai oleh pimpinan militer saat itu sebagai puncak keemasan. Akan tetapi, hubungan tersebut tidak selalu berjalan mulus. Seiring waktu, sejumlah dinamika juga sempat menimbulkan ketegangan antara kedua negara yang saling bertetangga tersebut. Namun demikian, sebuah babak baru dari hubungan pertahanan Indonesia-Australia dirintis melalui pembentukan IKAHAN. Interaksi di masa lampau yang dilakukan oleh personel
militer kedua negara dirasakan tidak berlanjut hingga ke level yang lebih tinggi. Oleh karenanya, kedua Negara menyepakati pembentukan IKAHAN untuk mempererat people to people contact. Hubungan personal dirasakan dapat berkontribusi dalam membantu mengkontruksi secara positif hubungan antara Indonesia-Australia, termasuk dalam bidang pertahanan. IKAHAN dinilai dapat menjadi media efektif untuk mewujudkannya. Melalui IKAHAN, kedua negara mencoba untuk membangun fondasi hubungan pertahanan yang semakin kokoh di masa mendatang.
Bibliography
Antara. Presiden SBY Akan Pidato di Parlemen Australia. Kompas.com, 9 March 2010. http://nasional.kompas.com/read/2010/03/09/16211871/; diakses 27 Maret 2013. Australian Minister for Foreign Affairs. Australia Indonesia Inaugural 2+2 Dialogue, Joint communiqué: Senator the Hon Bob Carr, Australian Minister for Foreign Affairs, The Hon Stephen Smith MP, Australian Minister for Defence, His Excellency Dr Marty Natalegawa, Indonesian Minister for Foreign Affairs, His Excellency Dr Purnomo Yusgiantoro, Indonesian Minister for Defence. Media Release: Australian Minister for Foreign Affairs, 15 March 2013. http://foreignminister.gov.au/releases/2012/bc_mr_120315.html; diakses 27 Maret 2013. Australian Minister for Foreign Affairs. Joint Press Conference — Inaugural Australia-Indonesia Foreign and Defence Ministers ("2+2") Dialogue (Australian Minister for Foreign Affairs, 15 Maret 2013. http://foreignminister.gov.au/transcripts/2012/bc_tr_120315.html; diakses 27 Maret 2013. -----, Chapter 10. The Higher Command Structure for Joint ADF Operations, East Timor— INTERFET. http://epress.anu.edu.au/sdsc/hap/mobile_devices/ch10s08.html; diakses 21 Maret 2013. DoD. Defence Minister completes Indonesia visit. DoD: Australia, 5 September 2012. http://www.minister.defence.gov.au/2012/09/05/defence-minister-completes-indonesiavisit/; diakses 27 Maret 2013. -----, Economist Asia, The Balibo five: Among so many dead in East Timor: a few now famous foreigners. Economist Asia, 27 Agustus 2009. http://www.economist.com/node/14323088; diakses 27 Maret 2013. IKAHAN. IKAHAN. http://IKAHAN.com/about/IKAHAN/; diakses 21 Maret 2013. IKAHAN. Menhan Endorsement mengenai pembentukan Ikatan Alumni Pertahanan IndonesiaAustralia. IKAHAN. http://IKAHAN.com/ menhan-endorsement/; diakses 21 Maret 2013. Jennings, Peter. A challenging relationship: Australia–Indonesia defence cooperation. Australian Strategic Policy Institute: Australia, Maret 2013. http://www.aspistrategist.org.au/a-challenging-relationship-australia-indonesia-defencecooperation/; diakses 27 Maret 2013. Lane, Bernard. Indonesians ‘warmer’ to Australians now. The Australian:Australia, 20 March 2012. http://www.theaustralian.com.au/national-affairs/foreign-affairs/indonesianswarmer-to-australians-now/story-fn59nm2j-1226304605608; diakses 27 Maret 2013. Lowy Institute, The Lowy Institute Poll 2012. Sydney: Lowy Institute, 2012. http://lowyinstitute.cachefly.net/files/lowy_poll_2012_web3.pdf ; diakses 27 Maret 2013.
Mengko, Yoost. Diskusi tentang Hubungan Pertahanan Indonesia-Australia (Jakarta 3 Juni 2012). McKinnon, Michael Files reveal East Timor clashes. The Australian, 14 November 2005. http://www.etan.org/et2005/november/07/10files.htm; diakses 27 Maret 2013. -----, Military Ceremony in Indonesia for ADF Helicopter Crash Victims, http://www.defence.gov.au/optsunamiassist/gallery.htm; diakses 21 Maret 2013. Murphy, Ann Marie. "US Rapproachement with Indonesia: From Problem State to Partner." Contemporary Southeast Asia, 2010: 362-87. Prime Minister of Australia. Indonesia-Australia Joint Statement. Press Office: Australia, 02 November 2010. http://www.pm.gov.au/press-office/indonesia-australia-joint-statement; diakses 27 Maret 2013. Smith, Stephen. Interview with Radio Australia by Alison Carabine. Radio Australia, 5 September 2012. http://www.radioaustralia.net.au/international/radio/program/connectasia/australia-indonesia-sign-defence-cooperation-agreement/1011288; diakses 27 Maret 2013. -----, The Indonesian Confrontation (Konfrontasi) (1963-1966): Operations,The SAS in Borneo, http://se-asia.commemoration.gov.au/australian-operations-in-indonesianconfrontation/sas-in-borneo.php; diakses 6 Oktober 2011. Yudhoyono, Susilo Bambang. Amanat Presiden Republik Indonesia Pada Upacara Hari Ulang Tahun Ke-66 Tentara Nasional Indonesia (TNI) di Jakarta, 5 Oktober 2011. Yudhoyono, Susilo Bambang. Harvard University, Boston, Massachusetts, 29 September 2009. Yudhoyono, Susilo Bambang. Pidato Presiden Republik Indonesia di depan Parlemen Australia, Great Hall, Canberra, Australia, 10 Maret 2010.