MANGROVE REHABILITATION CENTER KRAKSAAN – PROBOLINGGO DENGAN KONSEP EKOWISATA
M. Nelza Mulki Iqbal Jurusan Arstektur Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Jalan MT. Haryono 167, Malang 65141 Indonesia
ABSTRACT Indonesia merupakan salah satu negara dengan hutan mangrove terbesar , dengan prosentase mencapai 27 % dari luas mangrove dunia serta 75 % dari total mangrove di Asia Tenggara. Namun konversi lahan mangrove menjadi lahan tambak, perumahan, industri, serta eksploitasi berlebihan terhadap ekosistem ini menyebabkan keberadaan ekosistem mangrove di Indonesia semakin terkikis tiap tahunnya. Kecenderungan penurunan dan kerusakan tersebut diidentifikasi oleh Departemen Kehutanan pada tahun 2003 mencapai 200 ribu Ha/tahun. Kabupaten Probolinggo sebagai salah satu daerah pesisir dengan potensi bakau yang cukup baik, sedang merencanakan pengembangan kawasan baru berupa zonasi ruang terbuka hijau yang nantinya selain sebagai wilayah konservasi mangrove juga sebagai areal ekowisata yang diharapkan bisa memberi dampak positif bagi masyarakat terutama disisi ekonomi. Belakangan dalam upaya merehabilitasi dan mengkonservasi suatu areal ekositem mangrove, beberapa daerah telah mengembangkan sebuah tata pengelolaan lahan berwujud ekowisata. Ekowisata secara konsep adalah model pariwisata yang tidak hanya ramah lingkungan, tetapi juga sekaligus berbasiskan budaya serta memberikan keuntungan secara ekonomi bagi masyarakat. Muatan ekologi dalam sebuah areal wisata sangat erat kaitanya dengan implementasi sustainable development dalam arsitektural. Dimana didalamnya akan sangat berperan implementasi ekologi arsitektur dengan misi pemeliharaan dan konservasi alam. Oleh karena itu ekowisata menjadi salah satu agenda serius pengembangan pariwisata Indonesia ke depan. Dan seiring dengan mendesaknya kebutuhan untuk mengkonservasi dan merehabilitasi mangrove di wilayah Kabupaten Probolinggo, maka perlu disediakan fasilitas untuk mempertahankan dan melestarikan ekosistem hutan mangrove yang ada saat ini yang tidak hanya memiliki fungsi konservasi namun memberi manfaat dalam menjaga keseimbangan ekonomi, pendidikan, dan juga ekologi. Kata Kunci : Mangrove, Ekowisata, Ekologi Arsitektur, Konservasi
MANGROVE REHABILITATION CENTER KRAKSAAN – PROBOLINGGO DENGAN KONSEP EKOWISATA
M. Nelza Mulki Iqbal Jurusan Arstektur Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Jalan MT. Haryono 167, Malang 65141 Indonesia
ABSTRACT Indonesia is one of nations having the largest mangrove forest which percentage reaches 27 % out of mangrove in the world, even 75 % out of mangrove in Southeast Asia. Yet, conversion of mangrove into ponds, residential areas, industries and also over exploitation of this ecosystem causes the decreasing of mangrove existence in Indonesia every year. Tendency of the decreasing and the damage identified by Forestry Department in 2003 reached 200 thousands Ha/year. Probolinggo regency, as one of coastal areas with potentially having quite good mangrove, is going to develop a new area in form of green zone which later it not only becomes mangrove conservation area, but also eco-tourism that hopefully can give positive impact for people, especially for economic sector. Recently in order to rehabilitate and to conserve a mangrove ecosystem, some regions have developed a management system as eco-tourism. Ecotourism in concept is a tourism model which is not only eco-friendly, but also cultural based, and it gives economic benefits for the society. Ecology factor of a tourism area is closely related to the implementation of architectural sustainable development in which it gives much contribution for architectural ecology and the mission of maintenance and conservation of nature. Therefore eco-tourism becomes one of serious program of tourism development in Indonesia in the future. Moreover, as the urgency of the needs to conserve and to rehabilitate mangrove in Probolinggo regency, it is necessary to provide facilities for maintaining and conserving the existing mangrove ecosystem which is not only having function of conservation, but also giving benefits to keep the balance of economy, education, and ecology sector.
Keywords: mangrove, eco-tourism, architectural ecology, conservation.
kondisi baik sejumlah 2,5 juta Ha ,
PENDAHULUAN salah
rusak sedang 4,5 juta Ha, dan kondisi
satu negara dengan hutan mangrove
rusak berat 2,1 juta Ha. Wetsland
terbesar , dengan prosentase mencapai
International pun memperlihatkan fakta
27 % dari luas mangrove dunia serta 75
mengejutkan
%
Asia
mangrove di Indonesia pada tahun 2005
negara
hanya berkisar di angka 1,5 juta Ha
maritim dengan keberadaan ekosistem
saja. Kecenderungan penurunan dan
mangrove sebagai barier alami di bibir
kerusakan tersebut diidentifikasi oleh
pantai,
Departemen Kehutanan pada tahun
Indonesia
dari
total
Tenggara.
merupakan
mangrove
Namun
Indonesia
di
sebagai
seakan
menjadi
bahwa
mencapai
luasan
pesakitan dengan semakin terkikisnya
2003
degradasi
ekosistem ini dikarenakan beberapa hal
mencapai 200 ribu Ha/tahun. Terdegradasinya
antara lain konversi lahan mangrove
mangrove
secara
industri, serta eksploitasi berlebihan
meningkatnya
terhadap ekosistem ini. Maka tidak
menjadi penyebab kerusakan habitat
heran data yang dilansir oleh Direktorat
alami fauna di ekosistem ini diantaranya
Jenderal
dan
(ikan, udang, makrobentos, burung dll) ,
Perhutanan Sosial tahun 1999, luas
peningkatan instrusi air laut kedaratan,
potensial mangrove di Indonesia yang
serta mempengaruhi mata pencaharian
berjumlah 8,6 juta Ha, yang tediri atas
nelayan
3,8 juta Ha di kawasan hutan dan 4,8
konservasi
juta
hutan,
mangrove sudah sepatutnya menjadi
mengalami kerusakan dalam jumlah
tanggung jawab bersama pemerintah
yang amat signifikan yakni 1,7 juta
bersama masyarakat untuk menjaga
(44,73 %) hutan mangrove di kawasan
kelestarian ekosistem ini.
Ha
di
luar
Lahan
kawasan
ini
nyata
menjadi lahan tambak, perumahan,
Rehabilitasi
pesat
hutan
telah
erosi
pesisir. dan
pantai
Oleh
yang
karenanya
rehabilitasi
Kabupaten
hutan, serta 4,2 juta Ha (87,50 %) untuk
memicu
hutan
Probolinggo
kerusakan hutan mangrove di luar
sebagai salah satu daerah pesisir dengan
kawasan
data
potensi bakau yang cukup baik, sedang
Kementrian Negara Lingkungan Hidup
merencanakan pengembangan Kraksaan
(KLH) Republik Indonesia tahun 2000
sebagai
menyebutkan luas hutan
Probolinggo.
hutan.
Sedangkan
mangrove
Indonesia mencapai 9,2 juta Ha dengan
ibukota
Kabupaten
Dan
diantarannya
menetapkan zonasi ruang terbuka hijau pesisir atau yang lebih dikenal dengan
sabuk
hijau
di
kawasan
pesisir
program pemberdayaan dan penguatan
Kraksaan. Zonasi ini dilakukan sebagai
masyarakat
bagian
sumber daya alam dan lingkungan
dari
perencanaan
Kraksaan
menjadi Kota Mandiri. Melalui data
lokal,
serta
konservasi
hidup (Hakim, 2004).
yang dilansir Badan Perencanaan dan
Maka dari itu pilihan jenis
Pembangunan Kabupaten Probolinggo
wisata yang dapat dikembangkan pada
2012-2029, selain menetapkan zonasi
areal konservasi hutan mangrove adalah
kawasan ini sebagai wilayah konservasi
melalui ekowisata. Eko-wisata dewasa
bakau. Kawasan ini juga direncanakan
ini menjadi salah satu pilihan dalam
sebagai sebuah areal ekowisata yang
mengkonservasi lingkungan yang khas
diharapkan bisa memberikan dampak
yang
positif bagi masyarakat lokal terutama
menjadi suatu areal kunjungan wisata.
dalam hal ekonomi, pendidikan, dan
Ekowisata
konservasi lingkungan.
model pariwisata yang tidak hanya
Belakangan
untuk
merehabilitasi
dan
suatu
ekositem
areal
mengkonservasi mangrove
terjaga
ramah
keasliannya
secara
konsep
lingkungan,
sekaligus berbasiskan memberikan
sekaligus
adalah
tetapi
juga
budaya
serta
keuntungan
beberapa daerah telah mengembangkan
ekonomi
sebuah tata pengelolaan lahan mangrove
pariwisata
berbasis ekowisata. Sebut saja Pantai
berfungsi ganda. Selain sebagai obyek
Timur Surabaya dengan Ekowisata
wisata yang berbasiskan alam serta
Mangrove Wonorejo, Taman Hutan
budaya
Ngurah Rai Bali dengan Mangrove
berfungsi untuk konservasi, observasi,
Information Centernya juga beberapa
serta pendidikan. Ekowisata sekaligus
areal ekowisata mangrove di Cilacap,
meminimalisir
Pasuruan,
kerusakan lingkungan.
Sebagai
dan
juga
suatu
Banyuwangi.
industri,
bagi
secara
masyarakat.
ini menjadi
Model
ideal karena
setempat, ekowisata
bahkan
juga
menolkan
wisata
Muatan ekologi dalam sebuah
dipandang mempunyai peluang untuk
areal wisata sangat erat kaitanya dengan
aktif berperan dalam konservasi dan
implementasi sustainable development
pembangunan
dengan
dalam arsitektural. Dimana didalamnya
mendesain suatu konsep wisata berbasis
akan sangat berperan implementasi
konservasi. Jika dikelola dengan baik,
ekologi
industri wisata memungkinkan adanya
pemeliharaan dan konservasi alam.
aliran dana bagi pembiayaan program-
Maka
berkelanjutan
arsitektur
sejalan
dengan
dengan
misi
kebutuhan
konservasi dan rehabilitasi mangrove di
Sebagai metodologi desain , metode
wilayah Kabupaten Probolinggo, maka
analitis mengacu pada formulasi yang
perlu adanya
dinamakan
rancangan alternative
berpikir ,
“
sebelum
desai kawasan konservasi mangrove
menggambar
berbasis ekowisata yang menerapkan
drawing” (Jones, 1971) . Metode ini
aplikasi teknis dan prinsip ekowisata
merupakan
dan ekologi arsitektur secara holistic.
didalamnya dipilah lagi menuju metode
metode
thinking
dasar
before
yang
pendekatan yang lebih spesifik yakni metode pragmatic.
METODE KAJIAN Secara
umum
metode
yang
Metode pragmatic dalam desain
desain
dijelaskan oleh Geoffrey Broadbent
Center
(1973) dengan pengertian penciptaan
berkonsep ekowisata ini adalah dengan
bentuk tiga dimensional atau proses
memadukan
pemrograman,
desain secara pragmatis, mengacu pada
metode analitis, dan juga pragmatic.
proses coba-coba ( trial and error ),
Metode pemrograman mengacu pada
dengan memanfaatkan berbagai sumber
teori William Pena (1985) yang dalam
daya ( material ) yang ada sedemikian
prosesnya menggunakan alur berpikir
rupa memenuhi maksud yang ingin
deduktif dan induktif yang berjalan
dicapai
digunakan
dalam
Mangrove
Rehabilitation
metode
kajian
secara pararel. Tahapan pemrograman
Di era perkembangan metode
lebih ditekankan pada penganalisaan
arsitektur saat ini metode pragmatic
terhadap segala aspet terkait dengan
mengalami babak baru yang seperti
rancangan sehingga menghasilkan suatu
dijelaskan Bjarke Ingels (2010) sebagai
konsep skematik yang nantinya jadi
pragmatic utopian, yang tidak terlalu
dasar
naïve utopian namun juga tidak terlalu
dan
landasan
pada
tahapan
perancangan.
petrifying pragmatic . Pada tataran ini
Memasuki tahapan selanjutnya
Ingels mencoba melebur unsur ekonomi
mulailah diaplikasikan metode analitis
dan ecology (BIGamy) seperti beberapa
dalam
contoh desain yang disampaikan dalam
mengolah
data-data
yang
dihasilkan dalam analisa-sintesa ini.
bukunya Yes is More.
yang
HASIL dan PEMBAHASAN Perancangan
dapat
dipergunakan
secara
Mangrove
fungsional ruang adalah sebesar 10%
Kraksaan
atau kurang lebih 10.000 meter persegi.
Probolinggo ini berada di bekas lahan
Dengan sempadan pantai bervariasi
tambak di desa kali buntu yang tidak
antara 75 – 200 meter.
Rahabilitation
terpakai.
Center
Sebenarnya
Pemerintah
secara
Kabupaten
teknis
Probolinggo
masih belum menentukan letak pasti untuk pembangunan areal ekowisata dan konservasi mangrove di Kabupaten Probolinggo. Tetapi melalui Rencana Tata Ruang dan Zonasi Kota Kraksaan 2012-2029 areal ini direncanakan pada Gambar 1 Batas tapak Mangrove Rehabilitation Center Kraksaan Probolinggo
kawasan BWK IV, yang salah satunya adalah Desa Kalibuntu. Tapak yang berada tepat di tepi
Adapun
mengenai
batas-batas
pantai ini memiliki luas lebih kurang
tapak adalah sebagai berikut :
107027 meter persegi atau setara 1Ha.
a. Sebelah Utara : Selat Madura
Pada dasarnya kawasan ini adalah areal
b. Sebelah Timur : Areal Mangrove
tambak yang sudah tidak produktif dan
c. Sebalah Barat : Tambak Ikan
tidak dipergunakan. Beberapa rumpun
d. Sebelah Selatan : Tambak Ikan
ekosistem mangrove juga dapat ditemui
Desain Mangrove Rehabilitation
disini, dan sebagai yang utama berada
Center Krakasaan Probolinggo secara
di bibir daratan walaupun tidak banyak
program
namun dapat dihubungkan dengan areal
kebutuhan ruang yang terkait dalam
mangrove di desa lain seperti Desa
pengaplikasian
Asembagus dan Desa Kebonagung yang
Adapun program ruang yang dimaksud
langsung dapat dihubungkan melalui
meliputi aspek konservasi, pendidikan,
Selat Madura.
pariwisata, perekonomian, dan juga
Mengacu pada Keputusan Menteri
ruang
partisipatori.
mengaplikasikan
prinsip
ekowisata.
Kemudian
dari
Kehutanan Nomor 167 / Kpts-II / 1994
keseluruhan program ruang dan fasilitas
mengenai
tersebut didistribusikan menjadi tiga
Pengusahaan
Sarana
dan
Pariwisata
Prasarana Alam
di
Kawasan Pelestarian Alam maka areal
bagian yakni advantage zone , buffer zone,
dan
core
zone
.
Adapun
pembagiannya dijelaskan dalam gambar
di
sisi
timur
yang
menjadi
titik
dibawah ini.
kedatatangan utama semua kendaraan baik bis, mobil, maupun sepeda motor. Pemberian sirkulasi singular langsung di dekat area parkir juga memudahkan kendaraan untuk keluar ataupun masuk ke dalam tapak tanpa mengganggu sirkulasi utama tapak yang dikhususkan untuk jalur sepeda, dan juga operational Gambar 2 Diagram Fungsional Massa
Keberadaan
tapak
car pada tapak. Melalui
pencapaian
dan
yang
entrance yang terbangun sebelumnya,
berada di Desa Kalibuntu , dapat
ditariklah beberapa orientasi bangunan
dijangkau dengan transportasi motor
yang berangkat dari pola poros dan
maupun mobil dan letaknya yang juga
framing tapak. Framing ini untuk
berbatasan
mengcapture
langsung
dengan
Selat
view laut yang terlalu
Madura maka tapak dapat diakses pula
luas ketika ditemukan dengan program
menggunakan perahu. Namun untuk
fungsi dan ruang. Selain itu dipilihnya
kondisi saat ini memang memerlukan
poros sebagai titik temu sirkulasi juga
perbaikan dibeberapa titik terkait akses
bermaksud menjembatani orientasi dan
jalan untuk transportasi darat sehingga
view maksimal baik keluar maupun ke
memudahkan akses kedalam tapak. Hal
dalam tapak. Adapun secara skematik
ini
proses
juga
senada
dengan
rencana
pencapaian
dan
orientasi
pengembangan wilayah Kota Kraksaan
bangunan dapat di lihat pada gambar
untuk
berikut :
membangun
jalan
arteri
entrance
pada
penghubung antar desa. Pemilihan
tapak sangat dipengaruhi oleh sirkulasi yang ada di sekitar tapak, selain itu bentuk
eksisting
tambak
juga
Gambar 3 Skema Proses Pencapaian
membentuk pola grid jalan yang sangat jelas.
Analisa sirkulasi pada tapak Sehingga
dengan
kondisi
tersebut maka dipilihlah entrance utama
dibagi menjadi beberapa fokus dengan jalan
pengelompokan
pengguna
sirkulasi, antara lain sirkulasi deck , sirkulasi
bicycle
sirkulasi
oleh pintu air yang dibuat secara
kendaraan MRC, sirkulasi kendaraan
tradisional, mengkikuti jenis tambak
pengunjung dan pengelola, sirkulasi
yang berupa tambak tanah. Keuntungan
pejalan
akan
dari jenis tambak ini adalah kemudahan
dan
untuk pengaturan layout tambak ulang
kaki.
dianalisa
track,
Arus drainase dikendalikan
Masing-masing
berdasarkan
alur
kebutuhan ruang sehingga memudahkan
yang
pemilihan
bisa
penanaman mangrove karena selain
dikembangkan. Adapun sintesa proses
murah , jenis tanah yang didominasi
diagramatik pengaturan sirkulasi pada
tanah liat juga memudahkan dalam
tapak
upaya re-layout tambak.
fasilitas
ini
yang
prosesnya
dapat
diikuti
melalui diagram berikut ini
terintegrasi
Karena
dengan
masih
system
terbukanya
peluang untuk menata ulang tambak ini maka terbuka pula peluang untuk mengatur
aliran
dan
perencanaan
drainase tapak yang terintegrasi dengan upaya merehabilitasi mangrove. Untuk itulah dalam upaya mengatur tata Gambar 4 Skema Sirkulasi
drainase dan juga pengembangbiakan
Sistem utilitas yang terdapat
mangrove maka dipergunakan system
pada tapak masih sangat minim karena
silvofishery, dalam pengaturan tambak.
aksesnya yang masih belum terjangkau
Silvofishery merupakan gabungan dari
kendaraan umum. Pada daerah tapak
dua kata yaitu silvi atau silvo yang
tidak ditemukan sama sekali jaringan
berarti hutan dan fishery yang berarti
listrik
dan
perikanan. Sehingga silvofishery dapat
penanganan air hujan pada tapak,
diterjemahkan sebagai perpaduan antara
mengikuti bentuk alami dari beberapa
tanaman
tambak yang berada pada area tapak.
budidaya perikanan. Silvofishery adalah
Bentuk
salah
udara.
Untuk
tambak
drainase
pada
tapak
mangrove
satu
konsep
(hutan)
kuno
dengan
dalam
teridentifikasi menjadi dua bentuk dasar
pengelolaan sumberdaya pesisir yang
yakni
mengintegrasikan konservasi mangrove
irregural
form
(bentuk
beraturan) dan square form dengan
posisi
disekitar tambak.
saluran
air
tak
(persegi) berada
dengan budidaya air payau. Zonasi
pada
tapak
terbagi
menjadi tiga zonasi yakni advantage
zone, core zone, buffer zone. Pembagian
Rehabilitation
zonasi tapak ini mengacu pada program
Probolinggo selain itu terdapat bird
ruang
fungsional
wathing dan fishpond yang terintegrasi
pengolahan
dengan sistem silvofishery. Zona ini
kawasan ekowisata. Adapun penjelasan
juga menjadi entrance untuk melakukan
dari ketiga zonasi tersebut adalah
pengamatan mangrove lewat jalur laut.
dan
kebutuhan
berdasarkan
standart
sebagai berikut. Advantage
Center
Kraksaan
Core zone, ini dalah zona inti zone,
ini
dari Mangrove Rehabilitation Center
mewakili zona public yang berada di
Kraksaan Probolinggo, sifatnya lebih
sisi utara dan sisi timur pada tapak
kea rah privat. Karena akses kedalam
untuk
hanya bisa dilakukan oleh peneliti ,
memudahkan
zona
pengunjung
mengakses area ini. Zona ini berupa
disini
area parkir, main entrance, head office,
pengembangan mangrove. Didalamnya
library, workshop, retail area, dan juga
terdapat pusat riset dan development,
fish pond and resto. Pada zona ini juga
laboratorium indoor dan outdoor, serta
ditempatkan
view
cultivation area. Selain itu sebagai zona
gigantis sekaligus plaza sebagai transisi
utama disini juga tempat diletakkannya
, orientasi dan juga penghubung antar
zona konservasi hutan mangrove yang
zona pada tapak. Pada zona ini juga
berbatasan langsung dengan laut.
sebuah
menara
adalah
areal
utama
untuk
ditempatkan area parkir utama bagi
Menanggapi kondisi angin dan
pengunjung dan juga pengelola untuk
cahaya matahari yang melimpah , juga
kemudian bisa menggunakan kendaraan
dengan kondisi tapak yang besar, maka
akses seperti sepeda atau kendaraan
gubahan fungsional massa pada tapak di
operasional lain untuk menjelajah tapak
sebar (spray) menjadi bentukan massa
atau akses ke zona-zona lain.
dengan
Buffer
zone
,
berbagai
variasi
ukuran
peruntukan
sehingga tidak hanya mengalirkan aliran
buffer zone ini adalah implementasi
angin dengan maksimal namun juga
kesinambungan
memaksimalkan
prinsip
ekowisata
pencahayaan
alami
dimana didalamnya terdapat fungsi
pada fungsional massa. Selain itu
konservasi dan rehabilitasi namun juga
memecah bangunan pada massa yang
menghadirkan dampak nyata secara
lebih kecil juga sebagai tanggapan
ekonomi bagi warga setempat. Zona ini
ekologis struktural dengan menyebar
berisi mangrove track yang merupakan
beban
atraksi
meminimalisir beban konstruksi yang
utama
dari
Mangrove
pada
tapak
sehingga
dapat
jatuh pada tapak. Secara diagramatik
arsitek muda seperti Sou Fujimoto
hasil
(dalam proyek ORDOS 100) , ataupun
sintesa
digambarkan
dalam
diagram berikut
Bjarke Ingels ( dalam proyek Talinn New City Hall) . Cara ini seakan membiaskan pertemuan ruang luar dan dalam (in-between) , sehingga diperoleh tatanan orientasi
yang baik untuk
mengcapture view dengan maksimal. Apalagi jika tapak berada di lahan yang cukup luas dengan kondisi eksisting
Gambar 5 Skema Programming Makro
alam yang dominan. Dengan tapak yang luas , bangunan
lebih
sesuai
Dengan jalan demikian maka
dengan
didapatkan tata massa pada tapak
menggunakan tatanan massa banyak.
seperti yang dapat dijelaskan pada
Massa bangunan ini peruntukannya
skematik alternatif diagram berikut ini
disesuaikan dengan zoning masingmasing.
Pada
advantage
zone,
pengelompokan massa terbagi menjadi tiga bagian yakni MRC Fun XP, MRC Head Office, dan MRC Exibition. Demikian pula di bagian core zone yang juga terbagi menjadi tiga kelompok fungsional massa makro yakni research office , indoor lab, dan mangrove lodge.
Gambar 6 Skema Tata Massa
Alternatif
ini
merupakan
Pada area buffer zone, tidak
pengembangan dari alternatif pertama
diberi gambaran rinci karena didominasi
yang hampir serupa secara tata massa,
oleh ruang luar. Dan hanya terdapat
dan tetap mengacu pada imajiner radius
beberapa
tempat
di titik tengah. Alternatif ini berupaya
peristirahatan selagi mengamati hutan
menghadirkan pengalaman ruang yang
mangrove. Tatanan massa pada tapak di
lebih kaya dengan jalan menyajikan
spray dengan berorientasi pada satu titik
framing view yang lebih variatif melalui
poros ditengah yang juga sebagai pusat
pertemuan
titik temu pada tapak. Teknik spray atau
massa yang memanjang pada alternative
acak banyak diadaptasi oleh beberapa
pertama dibuat lebih compact dan lebih
titik
sebagai
antar
massa.
Akibatnya
chaos namun tetap dalam lingkar
mendapatkan bentuk bangunan yang
imajiner radius yang telah ditentukan.
sesuai dengan footprint dasar bangunan
Dengan demikian jalur akses menjadi
serta kesesuaian view yang dihasilkan
sedikit
pada
random
mampu
tetapi
menghadirkan
ruang
yang
lebih
diharapkan pengalaman
banyak
bagi
pengguna.
saat
masing-masing
massa
digabung menjadi sebuah kesatuan. Pemilihan bentuk utama didapatkan melalui trial and error dengan bantuan
Bentuk
dasar
bangunan
sketching tiga dimensional.
dirancang berdasar hasil analisa bantuk
Seperti yang telah disinggung
dan tata massa pada konsep awal massa.
sebelumnya
penerapan
Berdasar
ekowisata
pada
bentuk grid dan kotak sederhana yang
Rehabilitation
Center
sinergis dengan pola dominan tapak
Probolinggo ini mengacu pada Panduan
yang merupakan areal tambak dijadikan
Dasar Pelaksanaan Ekowisata (2009)
pilihan. Tampilan bangunan didasarkan
dengan
beberapa kriteria yakni :
Konservasi,
1.
pertimbangan
Kesesuaian
itu,
maka
bangunan
dan
lansekap
beberapa
Mangrove Kraksaan
prinsip
Pendidikan,
Perekonomian,
prinsip –
seperti
Pariwisata,
dan
Partisipasi
Masyarakat.
2.
Skala bangunan
Sedang kaidah eko arsitektural
3.
Material bangunan
yang dipilih di jelaskan dalam proses
4.
Bentuk dan ketinggian atap
desain yang mengacu pada eko teknik, eko menthal, eko spiritual, integrasi system dan integrasi SDA. Kaidahkaidah ini merupakan simpulan pustaka yang diambil dari pemilihan aspek eko arsitektural Ken Yeang (2006) dan Kristiadi (2004). Secara
Eko-Teknik
,
perencanaan bangunan dititik beratkan pada aspek teknikal. Maka dari itu aspek ini ditelaah menjadi dua bagian Gambar 7 Skema Bentuk Awal
Bentuk dasar persegi yang diambil, secara pragmatic di slice untuk
yakni aspek tapak dan juga bangunan. Pada
aspek
tapak
yang
menjadi
perhatian adalah angin dan matahari,
pencapaian dan orientasi, pola sirkulasi,
ekospiritual pada tapak adalah dengan
utilitas tapak dan juga zonasi tapak.
permainan
sirkulasi
Sedang pada aspek bangunan analisa
monoton.
Sehingga
meliputi
mengcapture view alam dengan lebih
tata
massa,
bentuk
dan
tidak
kemungkinan
tampilan bangunan, system bangunan,
banyak
dan structural bangunan.
Adapun secara diagramatik perwujudan
Aspek Ekomental terkait dengan kualitas ruang , dalam hal ini aspek eko
variasi
yang
semakin
terbuka.
aspek ekospiritual dapat dilihat pada gambar skematik dibawah ini :
menthal berpengaruh pada kenyamanan gerak manusia terhadap ruang, aspek ini diwujudkan pada space programming yang mengacu pada fungsional massa yang
telah
dengan kenyamanan
ditetapkan
sebelumnya
disesuaikan
dengan
gerak
manusia
dalam
ruang sesuai dengan standart yang telah ada. Beberapa besaran ruang juga dihasilkan melalui komparasi langsung fungsional ruang terhadap obyek yang Gambar 8 Skema Aspek Eko-Spiritual
telah ada sebelumnya. Ekospiritual berkaitan dengan
Sebagai obyek ekowisata yang
kepuasan rohani dan rasa mensyukuri
mengedepankan
kehadiran
keberlanjutan
tuhan.
Pada
pengolahan
lingkungan
tata
tapak
aspek
ini
Center Kraksaan – Probolinggo juga
diwujudkan dengan sebanyak mungkin
terkait dengan mekanisme siklus alam.
melakukan variasi view pada gubahan
Dalam hal ini adalah upaya intervensi
massa. Dengan pengelompokan massa
pembangunan yang menyentuh segala
yang cukup banyak, hal ini memberi
aspek , dari social masyarakat , ekologi,
peluang dalam mengeksplorasi bentuk
sampai
massa
karenanya
massa
dan
namun
memperhatikan
dengan
tetap
kesinambungan
dan
harmonisasinya dalam skala kawasan. Selain
itu
langkah
yang
ditempuh dalam mewujudkan aspek
ke
ranah
Rabilitation
ekonomi.
integrasi
keselurahan menjadi
Mangrove
aspek
konsep
terhadap
tersebut
dasar
Oleh
pada
seolah areal
ekowisata mangrove ini. Diharapkan ketidaksinambungan
pembangunan
yang berakibat pada persoalan manusia
harus
dan lingkungan dapat diwadahi dalam
Kabupaten
satu siklus yang salaing terkait satu
memperoleh
dengan yang lainnya.
perletakan photovoltaic.
Integrasi system yang pertama
disesuaikan
dengan
Probolinggo titik
optimal
sunpath untuk dimana
Begitu juga dengan windmill
adalah mengenai penanaman mangrove,
dengan
dengan lahan pembenihan 300x400
Kabupaten Probolinggo , potensi ini
pada lahan laboratorium saja kita bisa
juga
mendapatkan lebih kurang 4200 benih
diaplikasikan
tiap bulannya, dan akan berkembang
bangunan. Prinsipnya juga sama dengan
menjadi sekitar 50000 benih pada tiap
pv, energy yang dihasilkan disimpan
tahun. Dengan asumsi lahan penanaman
dalam charger, dan dialirkan melalui
mangrove minimal 5000 benih tiap
inverter
hektar maka setiap tahunnya akan
dipergunakan sesuai arusnya baik DC
terdapat sekitar 10 Ha lahan yang bisa
maupun AC.
direhabilitasi mangrovenya. Sedang mengkonservasi
melimpahnya
angina
memungkinkan pada
untuk
tapak
kemudian
di
untuk maupun
bisa
Sedang konservasi air diarahkan
dalam
upaya
pada pengelolaan air hujan dengan
energi
listrik
pengolahan
menggunakan
kemungkinan yang dapat dipergunakan
anaerobic
adalah penggunaan photovoltaic dan
tanaman akar wangi. Penggunaan air ini
juga windmill . Berdasarkan fungsi
bisa dipergunakan untuk kebutuhan
bangunan yang kurang lebih sama pada
mandiri penghuni, dialirkan ke lahan
proposal proyek terbangun Makoto
mangrove, maupun penggunaan untuk
Floating School di Afrika, sebuah
kebutuhan kamar mandi dan toilet.
massa bangunan membutuhkan energy
Penyalurannya disalurkan melalui deck
listrik sebanyak 2000Wh tiap harinya.
dibawah
Dan
mampu
dipergunakan adalah dengan ground
menyimpan daya 210W tiap harinya
water tank yang dalam hal ini adalah
maka dibutuhkan setidaknya tiga modul
kolam yang difungsikan sebagai volume
pv dengan dimensional 1,650 x 992
penyimpanan air.
melalui
pv
yang
mm. Berarti dengan jalan ini kebutuhan
dengan
filtrasi
mangrove.
Secara
menggunakan
Sistem
ekonomi
yang
karena
energy listrik pada bangunan akan dapat
menggunakan metode silfofishery maka
teratasi secara mandiri. Tentunya dalam
secara otomatis pendapatan warga juga
pengaplikasiannya
akan meningkat. Karena system ini
penempatan
PV
cukup
banyak
mengakomodasi
Integrasi sumber daya alam
komoditas perikanan di air payau
disini
diantaranya kepiting bakau, bandeng,
pembangunan
patin, kakap, maupun udang windu.
Rehabilitation
Bahkan pada areal tapak ditemukan
Probolinggo. Dan pilihan material yang
beberapa
dipergunakan adalah bambu. Secara
komunitas
yang
sudah
terkait
dengan fasilitas Center
Mangrove –
Kraksaan
mendevelop daun mangrove sebagai
umum
sirup
tanaman yang sangat berpotensi secara
yang
tentu
saja
dapat
bamboo
material
merupakan
meningkatkan taraf hidup masyarakat
ekonomis,
apabila dikembangkan lebih lanjut lagi.
beregenerasi dengan cepat (hanya dalam
Secara
skematik
integrasi
system
Rehabilitation
dapat
tumbuh
satu
dan
analisis
mengenai
jangka waktu tiga tahun), memiliki
pada
Mangrove
ketahanan tarik lebih kuat dari baja dan
Center
Kraksaan
–
ketahanan tekan lebih kuat dari beton.
Probolingo dapat dilihat pada gambar dibawah ini
Hampir keseluruhan bangunan pada Mangrove Rehabilitation Center ini
menggunakan
bahan
bamboo
sebagai material utama. Apalagi dengan pemilihan
system
membuka
struktur
rangka,
kesempatan
untuk
mengksplorasi bentuk bamboo menjadi sesuai
dengan
ekowisata
karakter
sesuai
bangunan
yang
telah
dikonsepkan sebelumnya. Penggunaan material bamboo ini nantinya akan di eksplorasi lagi dengan sistem konstruksi bamboo belah. Secara ringkas
penggunaan
bamboo
belah
disini adalah perpaduan bayu dengan kayu lapis untuk membuat rangkarangka bamboo yang siap digunakan untuk konstruksi. Bambu yang dibelah terlebih Gambar 9 Skema Aspek Intergrasi SDA
kemudian
dahulu
dihaluskan,
direkatkan
dilem, dengan
menggunakan pasak bamboo. Dengan
jalan ini kita akan mendapatkan dua
Mangrove Rehabilitation Center
keuntungan kuat tarik dari bamboo dan
ini memiliki beberapa program yang
juga tekan dari kayu.
diwadahi oleh fungsi bangunan yang
Skematik proses pengaplikasian
berada pada kawasan ini antara lain :
metode pragmatic dan kaitannya dengan
Kegiatan
konservasi
ekosistem
pemilihan parameter ecology dapat
mangrove, Kegiatan penelitian dan
diikuti pada skema desain berikut ini ,
pengembangan
pada kasus penentuan bentuk dan
ekowisata,
orientasi core zone
workshop tentang mangrove, Kegiatan
mangrove,
Kegiatan
Areal
edukasi
dan
pengamatan habitat flora dan fauna mangrove,
Kegiatan
tambak
ikan,
konservasi
dan
kepiting dan udang. Kegiatan pengembangan
ekosistem
mangrove
merupakan fungsi utama yang diwadahi Gambar 10 Skema Aspek Eko-Spiritual
Hasil Perancangan Mangrove Rehabilitation
Center
ini
memiliki
pada Mangrove Rehabilitation Center ini. Selain itu adanya prinsip ekowisata yang diaplikasikan pada areal ini juga
fungsi utama sebagai pusat rehabilitasi
berdampak
pada
berkembangnya
dan konservasi mangrove sekaligus
program fungsional pada kawasan ini.
sebagai kawasan ekowisata. Kawasan
Sebagai fungsi utama maka
ini juga terbagi menjadi tiga zona utama
areal Buffer Zone dan Core Zone
yakni Advantage Zone, Buffer Zone dan
memiliki porsi yang dominan pada
Core Zone yang juga terdiri dari
kawasan
beberapa pengelompokan massa.
diaplikasikan bagaimana eksisting lahan yang
ini.
berupa
Pada
areal
areal
bekas
tersebut
tambak,
dikonversi menjadi lahan budidaya dan pengembangan mangrove. Tidak hanya itu sebagai upaya menambah nilai ekonomi
masyarakat
sekitar
juga
diaplikasikan metode silfofishery pada lahan konservasi, agar tetap dapat Gambar 11 Site Plan
dilakukan aktifitas pertambakan namun
masih sejalan dengan pengembangan dan budidaya ekosistem mangrove.
Aspek Mangrove
pendidikan Rehabilitation
pada Center
Kraksaan – Probolinggo difasilitasi melalui adanya ruangan kelas , areal workshop,
gallery
,
dan
juga
perpusatakaan . Melalui adanya fasilitas ini diharapkan pengunjung nantinya dapat mengetahui lebih banyak lagi mengenai
konservasi
dan
upaya
konservasi mangrove. Selain itu dengan
Gambar 12 Bangunan Core Zone
Ranah
pelestarian
juga
adanya fasilitas workshop membuka
diaplikasikan melalui adanya fasilitas
kesempatan
seluas-luasnya
untuk
research
berupa
terwujudnya
interaksi
antara
laboratorium dan mangrove lodge untuk
pengunjung
melakukan pengembangan, pengamatan
sekitar. Karena pada areal tapak sudah
dan pelestarian terhadap ekosistem
terbentuk
mangrove
. Pada bagian tengah
komunitas budidaya mangrove bahkan
terdapat miniature touch pond yang
sampai mengekplorasinya menjadi sirup
berisi bibit-bibit mangrove muda yang
mangrove. Inovasi seperti ini penting
bisa diakses langsung oleh pengunjung.
untuk disebarluaskan dalam rangka
Selain
areal
menghidupkan lagi semangat untuk
mangrove forest conservation yang
melestarikan mangrove. Tidak hanya
berada
yang
melestarikan dan menjaga lingkungan
berfungsi sebagai barrier alami yang
tetapi sekaligus memberikan dampak
juga terus dikembangkan habitatnya.
langsung secara ekonomi. Fungsional
dan
itu
pada
development
masih
bibir
terdapat
daratan
dan
juga
masyarakat
kelompok-kelompok
ruang yang mengarah pada aspek pendidikan dibuat dengan beberapa view terbuka, agar bisa menyatu dengan areal tapak yang memiliki view menarik berupa lahan mangrove dan juga view langsung kea rah laut. Atraksi wisata yang disajikan mengacu pada tiga aspek atraksi wisata Gambar 13 Bangunan Workshop dan Galery, Library
yakni something to see, something to
do, dan something to see . Ketiga aspek
tersebar di beberapa titik pada kawasan
inilah
ini.
yang
lantas
memberikan
pengaruh terhadap pemilihan program
Pada
prosesnya,pembangunan
fungsi yang mendukung aspek wisata
akan juga melibatkan masyarakat dalam
pada kawasan konservasi mangrove ini.
upaya proses pembangunan ekologi dari
Diantaranya mangrove trail , boat pier,
hulu ke hilir. Pertama komunitas yang
resting hut, bird watching, bicycle
sudah ada dan terbentuk sebelumnya
track, retail and souvenir, restaurant,
dikumpulkan untuk rembug bersama.
dan juga touch pond .
Beberapa
komunitas
yang
sudah
terbentuk adalah Komunitas Pelestari Mangrove
di
Desa
Komunitas
Pembuat
Mangrove,
serta
Kalibuntu, Syrup
Petani
Daun Bambu.
Komunitas ini juga akan dilebur dengan masyarakat lokal setempat. Proses ini bertujuan
menghimpun
partisipatori,
dan
aspek
eko-sosial
pada
masyarakat.
Gambar 14 View Perspektif Kawasan
Pengunjung
bisa
menikmati
panorama dan sensasi berpetualang melewati lahan mangrove baik dengan berjalan
kaki
bersepeda.
maupun
dengan
disisi
daratan
Selain
Gambar 15 Skema Partisipation Planning
pengamatan terhadap mangrove juga
Secara
on
step,
masyarakat
bisa dilakukan melalui lautan dengan
dikumpulkan bersama tim perencana,
menggunakan
dan
kapal
yang
telah
juga
disediakan. View lainnya yang juga bisa
Rehabilitation
diamati oleh pengunjung adalah habitat
Departemen
flora dan fauna mangrove yang bisa
Probolinggo.
dinikmati melalui menara pandang yang
langkah
pengelola
Mangrove
Center
dibawah
Kehutanan
Kabupaten
dalam
Kemudian sosialisasi
dimulai program
ekowisata dan pembangunan berbasis
Partisipatory design juga akan
konservasi ekologi pada areal mangrove
coba dimunculkan melalui diskusi-
. Disini juga sudah disosialisasikan
diskusi desain antara tim perencana
ulang mengenai pentingnya pelestarian
dengan
mangrove
termasuk
memungkinkan akan muncul beberapa
ulang
alternative desain yang digagas bersama
kelebihan dari mangrove , bagaimana
dari rembug antara tenaga ahli dan juga
pelestarian
perencana.
(kembali)
didalamnya
penyampaian
dan
optimasinya
dalam
pengembangan ekonomi lokal melalui
Kawasan
Pada step selanjutnya diadakan dan
setempat.
penyuluhan
detail
Dan
KESIMPULAN
system silvofishery.
workshop
masyarakat
Mangrove
Rehabilitation
Center
Kraksaan
Probolinggo
merupakan
–
sebuah
mengenai kemungkinan plan desain
rancangan dari hasil telaah kritis dari
yang akan diaplikasikan. Termasuk
beberapa program dan juga kriteria
didalamnya
desain yang diperlukan untuk dipenuhi
persoalan
pelatihan
mengenai aplikasi penggunakan struktur
dalam
bamboo
dengan
belah.
Pada
tahapan
ini
perancangannya. langkah
seperti
Perancangan ini
sangat
bamboo sudah mulai dipergunakan
membantu
dalam
dalam rangka simulasi dan workshop
programming
fungsional,
pada masyarakat setempat. Bambu yang
massa, maupun sifat ruang yang kedepan
nantinya dipergunakan adalah bamboo
diharapkan dapat terus dikembangkan.
lokal Kraksaan, yang ditemukan dalam
Perancangan dengan integrasi aspek
radius 10 KM ke luar site.
alam dan manusia akan menghasilkan
Selanjutnya tahapan
menetapkan pola
tata
aplikasi
tatanan ruang yang tidak hanya akan
desain dilakukan dengan over layering
memberikan dampak baik bagi ekologi,
kegiatan.
edukasi
tapi lebih dari itu social, budaya,
setempat
ekonomi, dan juga pendidikan yang
dilakukan dengan hampir bersamaan
sangat diperlukan bagi kehidupan di
dengan
masa yang akan datang.
Dimana
arsitektural
pada
proses warga
pelaksanaan
berdasarkan ditetapkan
struktur sebelumnya.
konstruksi yang Proses
telah ini
dilakukan dengan berdampingan antara tenaga
ahli,
tukang,
masyarakat setempat.
dan
juga
DAFTAR PUSTAKA
Iqbal. 2012. Implementation Concept of Ecological Architecture and Ecotourism in Wonorejo’s Mangrove Ecotourism, Surabaya. Proceedings of the 2nd ARCASIA Student Jambore 2nd International Conference on Sustainable Technology Developtment. Universitas Udayana, Bali Hakim, Luchman. 2004. Dasar-dasar Ekowisata. Malang: Bayumedia Publishing. Mukaryanti, dkk. 2005. Pengembangan Ekowisata Sebagai Pendekatan Pengelolaan Sumberdaya Pesisir Berkelanjutan Kasus Desa Blendung Kabupaten Pemalang . Jurnal Teknik Lingkungan. P3TL-BPPT, Jakarta Wijayanti, Konservasi Hutan Mangrove Sebagai Wisata Pendidikan . Jurnal Ilmiah Teknik Lingkungan Vol.1 Edisi Khusus. UPN , Surabaya Sudomo, Muh. 1994. Perusakan Hutan Mangrove dan Penularan Malaria . Media Litbangkes IV No. 04 / 1994. Ltbangkes, Jakarta Wityono, 2009. Pengelolaan Hutan Mangrove dan Daya Tariknya sebagai Obyek Wisata di Kota Probolinggo .Jurnal Aplikasi Manajemen Volume 7 NO.2 PPLH-UM, Malang Sarasmita, 2010. Resort Hutan Bakau Pada Kawasan Ekowisata Taman Hutan Raya Ngurah Rai, Benoa Bali .
Skripsi FT-UB. Universitas Brawijaya , Malang Atmaja, IBY (2002) Ekowisata Rakyat. Denpasar: Press Wisnu. Frick, Heinz. 1999. Arsitektur Ekologis. Yogyakarta: Kanisius Ingels, Bjarke. 2009. Yes is More . England : Evergreen Mahdayani, Wiwik. 2009. Panduan Dasar Pelaksanaan Ekowisata. Jakarta: UNESCO Brown, Benyamin. 2006. Petunjuk Teknis Rehabilitasi Mangrove. Yogyakarta: Mangrove Action Project Adler, David. 1999. Metric Handbook .Oxford : Architectural Press Pena, W.2001. Problem Seeking: An Architectural Programming Primer, 4th Edition. NY: John Wiley & Sons, Inc Yeang, 2006. Ecodesign: A Manual for Ecological Design . UK: John Wiley & Sons Ltd Bappeda Kabupaten Probolinggo. RDTR dan Peraturan Zonasi Kota Kraksan. 2012 Probolinggo : Bappeda BPS Kabupaten Probolinggo. Kraksaan Dalam Angka. 2009 Probolinggo : BPS Kitamura, S et.all .1997. Handbook of mangroves in Indonesia - Bali & Lombok - JICA, Japan : ISME . Pangarsa, 2012 . Mengamati, "Membaca", Dan "Mendengar" Site . sumber : http://www.4archiculture.net/index.php?r=b log/post/view&id=147 (diakses 1 Januari 2013)