Junaedi, et al., Tinjauan Etika Lingkungan terhadap Ekowisata Mangrove Wonorejo TINJAUAN ETIKA LINGKUNGAN TERHADAP EKOWISATA MANGROVE WONOREJO Rusli Akhmad Junaedi1), Andrianto Maulana2), Tri Kurniawan Pamungkas3), Lintang Mijias Kwin Tamima4), Fitria Nugrah Madani5) 1
Progam Studi Ilmu Filsafat, Fakultas Filsafat, Universitas Gadjah Mada Email:
[email protected] 2 Progam Studi Statistika, Fakultas Matematika dan IPA, Universitas Gadjah Mada Email:
[email protected] 3 Progam Studi Ilmu Filsafat, Fakultas Filsafat, Universitas Gadjah Mada Email:
[email protected] 4 Progam Studi Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Gadjah Mada Email:
[email protected] 5 Progam Studi Ilmu Filsafat, Fakultas Filsafat, Universita Gadjah Mada Email:
[email protected] Abstrak
Artikel ini bertujuan menjelaskan sikap stakeholder Ekowisata Mangrove Wonorejo meliputi wisatawan, warga Kelurahan Wonorejo, pengelola, dan pemerintah serta analisis etika lingkungan terhadap Ekowisata Mangrove Wonorejo berdasarkan sikap stakeholder. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rusaknya 30% luas lahan Ekowisata Mangrove Wonorejo yang disebabkan oleh sampah kiriman dan kurangnya kesadaran stakeholder terhadap lingkungan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode campuran dengan strategi transformatif konkruen. Hasil dari penelitian ini adalah sikap stakeholder terhadap Ekowisata Mangrove Wonorejo memiliki kecenderungan sikap favorable. Keberpihakan stakeholder Ekowisata Mangrove Wonorejo terhadap kehidupan makhluk biotis, seperti pohon mangrove, binatang, dan beragam organisme kehidupan lainnya didasari oleh nilai life-centered dan prinsip moral respect for nature. etika lingkungan Ekowisata Mangrove Wonorejo adalah etika lingkungan biosentrisme, sebab biosentrisme merupakan pandangan yang berpusat pada kehidupan dan menolak pandangan bahwa hanya manusia yang menjadi pembahasan etika serta menyetujui kedudukan moral semua makhluk hidup. Kata kunci: Ekowisata Mangrove Wonorejo, stakeholder, biosentrisme, sikap, etika lingkungan Abstract
The aim of this article is to describe the attitude of Wonorejo Mangrove Ecotourism's stakeholders, which includes the tourists, Wonorejo villagers, the developer, and the government; and the analysis of environmental ethics to wards Wonorejo Mangrove Ecotourism based on its stakeholders' attitude. The background of this research is Wonorejo MangroveEcotourism's 30% area which is damaged due to the waste and the stakeholders' responsibility.This research used mixed research methods with congruent transfotmative strategy. This research implies that WonorejoMangrove Ecotourism's stakeholders' attitude tends to be favorable. Their support to the organisms as mangrove trees, animals, and other creatures is based on the value of life-centered and respect-for-nature moral principal. Wonorejo Mangrove Ecotourism's environmental ethics is biocentrism, which means biosentrism is a life-centered outlook that rejects the viewthat humanity alone matters in ethics and accepts the moral standing of all living creatures Keyword: Wonorejo Mangrove Ecotourism, stakeholder, biosentrism, attitude, environmental ethics 1. PENDAHULUAN
Hutan mangrove merupakan ekosistem perpaduan antara ekosistem lautan dan daratan yang berkembang terutama di daerah tropika dan sub tropika, yaitu pada pantai-pantai landai, muara sungai, dan teluk yang terlindung dari hempasan gelombang air laut. Ekosistem hutan mangrove merupakan sumber daya yang dapat dipulihkan (renewable resource atau flow recourse) yang 1
Junaedi, et al., Tinjauan Etika Lingkungan terhadap Ekowisata Mangrove Wonorejo mempunyai manfaat ganda, yaitu bio-ekologis dan sosio-ekonomis. Manfaat bio-ekologis dari ekosistem hutan mangrove merupakan output yang berkaitan dengan fungsi lingkungan dan habitat berbagai jenis fauna. Sedangkan, manfaat sosio-ekonomis ekosistem hutan mangrove merupakan output yang berkaitan langsung terhadap aktivitas ekonomi masyarakat dalam pemanfaatannya, seperti tempat wisata (Harahap, 2010: 57—61). Salah satu hutan mangrove yang memiliki peran penting di Indonesia adalah Ekowisata Mangrove Wonorejo yang berada di Kota Surabaya, Provinsi Jawa Timur. Ekowisata Mangrove Wonorejo merupakan salah satu proyek yang dijadikan sebagai kawasan konservasi mangrove di Indonesia dalam progam Mangrove Ecosystem Conservation and Sustainable Use (MECS) serta telah mendapatkan apresiasi dari Japan International Cooperation Agency (jica.go.jp, 2012). Selain itu, Ekowisata Mangrove juga meraih juara II kategori objek wisatawa paling kreatif dan inovatif Surabaya Tourism Destination Award 2012 yang diselenggarakan oleh Universitas Ciputra (uc.ac.id, 2012). Ekowisata Mangrove Wonorejo ditetapkan sebagai salah satu kawasan strategis Pantai Timur Surabaya, karena memiliki potensi keanekaragaman hayati, mulai dari hutan mangrove, keanakeragaman sumber daya perikanan, serta kemampuan ekosistem sebagai buffer zone bagi wilayah daratannya. Penetapan Ekowisata Mangrove Wonorejo sebagai salah satu kawasan stategis didasarkan pada empat aspek, yaitu aspek ekonomi, fungsi dan daya dukung lingkungan hidup, sosial budaya, dan teknologi tinggi (Badan Perencanaan Pembangunan Kota Surabaya, 2012). Akan tetapi, Ekowisata Mangrove Wonorejo sebagi satu-satunya kawasan konservasi yang berada di Kelurahan Wonorejo, Kecamatan Rungkut, Kota Surabaya, kini kondisinya mengalami kerusakan. Berdasarkan data dari Dinas Pertanian Kota Surabaya tahun 2015 mengenai kondisi hutan mangrove di Pantai Timur Surabaya menunjukan bahwa 21,93 Ha atau setara dengan 30 persen luas lahan mangrove di Kecamatan Rungkut dalam kondisi rusak (Dinas Pertanian Kota Surabaya, 2016). Kerusakan lahan mangrove yang terdapat di Kecamatan Rungkut merupakan kerusakan lahan terparah, sebab dari tiga kecamatan lain yang berada di kawasan Pantai Timur Surabaya hanya mengalami kerusakan berkisar 10—20% dari keseluruhan luas lahan. Penyebab kerusakan lahan Ekowisata Mangrove Wonorejo adalah sampah kiriman yang berasal dari berbagai kota yang berdekatan dengan Kota Surabaya. Ketika air pasang, sampahsampah mangrove masuk ke area pohon mangrove hingga akhirnya terlilit di batang pohon. Selain itu, kerusakan lahan juga disebabkan oleh kesadaran lingkungan stakeholder Ekowisata Mangrove Wonorejo meliputi wisatawan, warga Kelurahan Wonorejo, pengelola, dan pemerintah yang kurang. (Dinas Pertanian Kota Surabaya, 2016). Menurut Keraf (2010:1), persoalan lingkungan hidup bukan semata-mata persoalan teknis, melainkan persoalan krisis moral yang tedapat pada perilaku manusia. Tidak dapat disangkal bahwa kasus lingkungan hidup yang terjadi sekarang ini, baik lingkup global, nasional, maupun regional, sebagian besar bersumber dari perilaku manusia. Tentu, ketika berbicara kerusakan lahan di Ekowisata Mangrove Wonorejo tidak dapat dilepaskan dari sistem nilai dan sikap stakeholder Ekowisata Mangrove Wonorejo meliputi wisatawan, penduduk lokal, pengelola, dan pemerintah, karena sikap terbentuk dari sistem nilai dan prinsip moral yang telah dihidupi sebagai kebiasaan hidup yang baik serta diangkat sebagai sumber utama nilai dan prinsip moral (Keraf, 2010: 16). 2
Junaedi, et al., Tinjauan Etika Lingkungan terhadap Ekowisata Mangrove Wonorejo Berdasarkan fenomena tersebut, permasalahan ini layak dikaji menggunakan sudut pandang etika lingkungan yang berbicara mengenai relasi di antara semua kehidupan alam semesta, yaitu manusia dengan manusia yang mempunyai dampak pada alam dan antara manusia dengan makhluk hidup lain atau dengan alam secara keseluruhan (Keraf, 2010: 41—42). Penelitian mengenai Ekowisata Mangrove Wonorejo bukanlah penelitian yang pertama kali dilakukan. Salah satu penelitian sebelumnya yang cukup relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Aris Maulana Hakim (2014). Penelitian ini menjelaskan hasil pengukuran persepsi, sikap, dan partisipasi masyarakat sekitar Ekowisata Mangrove Wonorejo. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah kuantitatif dengan model skala likert. Hasil dari penelitian ini bahwa masyarakat sekitar Ekowisata Mangrove Wonorejo memiliki sikap postif. Namun, pengungkapan sikap pada penelitian ini hanya terbatas pada masyarakat sekitar, belum menjawab pengukuran sikap wisatawan, pengelola, dan pemerintah terhadap Ekowisata Mangrove Wonorejo serta tinjauan etika lingkungan terhadap Ekowisata Mangrove Wonorejo berdasarkan sikap stakeholder. Selain itu, sikap masyarakat sekitar Ekowisata Mangrove Wonorejo juga dapat berubahubah. Hal ini didasari oleh postulat konsistensi tergantung yang menyatakan bahwa hubungan sikap dan perilaku sangat ditentukan oleh faktor-faktor situasional tertentu (Azwar, 2012: 17). Peneliti meyakini belum ada satupun yang menjawab sikap stakeholder Ekowisata Mangrove Wonorejo serta tinjauan etika lingkungan terhadap Ekowisata Mangrove Wonorejo berdasarkan sikap stakeholder. Dengan demikian, penelitian ini bersifat orisinil. Melihat hal tersebut, maka penelitian ini menjadi penting untuk mengetahui sikap stakeholder terhadap Ekowisata Mangrove Wonorejo serta tinjauan etika lingkugan terhadap Ekowisata Mangrove Wonorejo berdasarkan sikap stakeholder. Selain itu, penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk merancang kebijakan yang berkaitan dengan pengembangan Ekowisata Mangrove Wonorejo. 2. METODE 2.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini berlokasi di Kota Surabaya, Jawa Timur. Alasan pemilihan lokasi tersebut, karena Ekowisata Mangrove Wonorejo juga berlokasi di Kota Surabaya. Penelitian dilakukan mulai tanggal 28 Februari 2016 dan diperkirakan selesai pada bulan Juni 2016 dengan rincian 28 Februari—16 April 2016 adalah tahap persiapan, penelitian lapangan dilakukan 17 April—2 Mei 2016, dan 3 Mei sampai akhir bulan Juni 2016 adalah tahap analisis, interpretasi, dan verifikasi data. 2.2. Bentuk Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode campuran. Metode campuran adalah metode penelitian yang menggabungkan dua metode (kuantitatif dan kualitatif) dalam satu penelitian untuk menggunakan satu pendekatan intergratif agar mampu memperoleh pemahaman yang lebih baik (Creswell, 2010: 307), karena data-data yang dihasilakan bukan hanya data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang 3
Junaedi, et al., Tinjauan Etika Lingkungan terhadap Ekowisata Mangrove Wonorejo atau perilaku yang diamati (Moelong, 2010: 4) melainkan juga data numerik (angka-angka) menggunakan analisis statistik (Creswell, 2010: 28). Alasan digunakan metode campuran, karena banyaknya jumlah wisatawan dan warga Kelurahan Wonorejo sehingga tidak mungkin pengukuran sikap terhadap wisatawan dan warga Kelurahan Wonorejo dilakukan menggunakan metode kualitatif. Strategi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah strategi transformatif konkruen. Strategi transformatif konkruen diterapkan dengan dikumpulkan data kuantitatif dan kualitatif secara serempak serta didasarkan pada perspektif tertentu (Creswell, 2010: 324) yang dalam penelitian ini menggunakan perspektif filsafat, yakni meneliti pandangan dasar kelompok atau dalam satu fenomena sebagai keyakinan-keyakinan tentang strukturstruktur dan kaidah-kaidah yang mengatur seluruh hidup mereka dan yang menyangkut hakikat manusia, dunia, dan Tuhan (Bakker dan Achmad, 2013: 92). 2.3. Teknik Pengumpulan dan Analisis Data Pengumpulan data dalam penelitian kuantitatif dan kualitatif dilakukan secara serempak pada tanggal 18 April—2 Mei 2016 di Ekowisata Mangrove Wonorejo, Kota Surabaya. Terdapat lima teknik pengumpulan data yang terdapat dalam penelitian ini, yaitu skala sikap, wawancara mendalam, observasi terstruktur, dokumentasi, dan penelusuran data online. Pertama, skala sikap sebagai alat ukur atribut psikologi digunakan untuk pengungkapan aspek-aspek afektif, seperti sikap, minat, dan berbagai varibel kepribadian lainnya (Azwar, 2012: 5). Jumlah responden warga Kelurahan Wonorejo sebanyak 100 responden sedangkan jumlah respoden wisatawan sejumlah 269 responden. Metode penentuan jumlah respoden didasarkan pada jumlah sampel minimum penelitian survey, sedangkan jumlah responden didasarkan pada data wisatawan selama tiga tahun terakhir dihitung rata-rata per minggu kemudian diambil menggunakan rumus slovin dengan tingkat kesalahan lima persen. Dalam menentukan respoden penelitian, peneliti menggunakan perpaduan teknik sampling insidental dan purposive. Teknik sampling insidental adalah teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, sedangkan teknik sampling purposive adalah teknik sampling dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2014: 85). Berikut kriteria pertimbangan untuk respoden wisatawan dan warga Kelurahan Wonorejo dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1. Kriteria Respoden dengan Skala Sikap
Usia minimal 17 tahun
Warga Kelurahan Wonorejo Usia minimal 17 tahun
Jenis kelamin bebas
Jenis kelamin bebas
Sehat jasmani dan rohani
Sehat jasmani dan rohani
Wisatawan
Bertempat tinggal di Kelurahan Wonorejo Bersedia mengisi skala
Berada di lokasi Ekowisata Mangrove Wonorejo pada saat mengisi skala Bersedia mengisi skala
Tabel 2. Kriteria Narasumber dengan Wawancara Pengelola
Pemerintah
Usia minimal 17 tahun
Usia minimal 17 tahun
Jenis kelamin bebas
Jenis kelamin bebas
Sehat jasmani dan rohani
Sehat jasmani dan rohani
Minimal aktif di kepengelolaan Ekowisata Mangrove Wonorejo selama satu tahun
Memiliki jabatan yang berkaitan dengan pengelolaan Ekowisata Mangrove Wonorejo
Bersedia mengisi skala
Bersedia mengisi skala
4
Junaedi, et al., Tinjauan Etika Lingkungan terhadap Ekowisata Mangrove Wonorejo Kedua, teknik wawancara mendalam, yaitu memperoleh data dan informasi sedalamdalamnya tentang sikap, nilai, dan prinsip moral pengelola dan pemerintah terhadap Ekowisata Mangrove Wonorejo (Hamidi, 2008: 56). Teknik sampling untuk menentukan narasumber pengelola dan pemerintah menggunakan teknik sampling purposive. Kriteria pertimbangan narasumber pengelola dan pemerintah dapat dilihat pada tabel 2. Setelah melalui uji sampling purposive, maka didapatkan total sepuluh narasumber masing-masing lima orang dari pihak pengelola dan pemerintah. Narasumber pengelola Ekowisata Mangrove Wonorejo, yaitu Korlap Jogging Track, Penjaga Gerbang Jogging Track, dan Penjaga Loket Dermaga. Sedangkan narasumber pemerintah, seperti Kepala Bagian Humas Kota Surabaya, Kepala Seksi Kehutanan Dinas Pertanian Kota Surabaya, Staf Fisik dan Prasarana Badan Perencanaan Pembagunan Kota Surabaya, Kepala Seksi Rekreasi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Surabaya, dan Korlap Ekowisata Mangrove Wonorejo. Ketiga, observasi terfokus, yaitu observasi telah dipersempit untuk difokuskan pada aspek tertentu, yakni sikap kepedulian lingkungan stakeholder terhadap Ekowisata Mangrove Wonorejo (Kaelan, 2012: 206). Pengumpulan data menggunakan teknik observasi terfokus dilakukan pada tanggal 18 April—1 Mei 2016 di Ekowisata Mangrove Wonorejo. Keempat, teknik dokumentasi, yakni peneliti mengumpulkan informasi berupa dokumen publik maupun dokumen privat yang berkaitan dengan masalah yang diteliti (Cresswell, 2010: 269). Pengumpulan data menggunakan teknik dokumentasi dilakukan pada tanggal 18 April—1 Mei 2016 di Perpustakaan BPS Kota Surabaya, Perpustakaan Kota Surabaya, dan Perpustakaan Provinsi Jawa Timur. Kelima, penelusuran data online, yaitu peneliti melakukan penelusuran data melalui media online sehingga memungkinkan peneliti dapat memanfaatkan informasi online yang berupa data maupun informasi teori, secepat dan semudah mungkin dan dapat dipertanggungjawabkan secara akademik (Bungin, 2007: 125). Pengumpulan data menggunakan teknik penelusuran data online dilakukan pada bulan Februari hingga Juni 2016 di Kota Yogyakarta dan Kota Surabaya. Setelah terkumpul, data dianalisis berdasarkan jenis datanya. Data kuantitatif dianalisis menggunakan metode rating yang dijumlahkan, yaitu metode penskalaan pernyataan sikap yang menggunakan distribusi respon sebagai dasar penentuan nilai skalanya (Azwar, 2015: 139). Sedangkan, data kualitatif dianalisis menggunakan unsurunsur metodis yang terdiri dari interpretasi, metode untuk memahami objek penelitian melalui ekspresi manusiawi yang dipelajari dengan bertumpu pada evidensi objektif dan mencapai kebenaran otentik (Bakker dan Achmad, 2013: 42—43) dan identifikasi, metode untuk melebarkan horizon pribadi dengan cara mengolah lingkaran pemahaman antara yangkhusus dan yang-umum itu (Bakker dan Achmad, 2013: 45). Terakhir, seusai data dianalisis berdasarkan jenis data, selanjutnya dilakukan interpretasi keseluruhan data dengan mengombinasikan hasil analisis data kuantitatif dan kualitatif yang digunakan untuk menjawab rumusan masalah penelitian. 5
Junaedi, et al., Tinjauan Etika Lingkungan terhadap Ekowisata Mangrove Wonorejo 3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Sikap Wisatawan 3.1.1. Demografi Responden
Demografi Responden (Wisatawan) DOMISILI USIA 17 -25 tahun Di atas 40 tahun
26 - 40 tahun
PENDIDIKAN TERAKHIR
JENIS KELAMIN Laki-laki
Kota Surabaya
Perempuan
Luar Kota Surabaya
SD/SMP/Sederajat SMA/Sederajat Perguruan Tinggi
3%
23%
6% 43%
26% 51%
49%
57%
74% 68%
Jumlah Responden = 269
Grafik 1. Demografi Respoden Wisatawan Ekowisata Mangrove Wonorejo Dari grafik di dapat dilihat demografi responden wisatawan Ekowisata Mangrove Wonorejo dengan jumlah respoden sebanyak 269 respoden. Demografi respoden dibagi menjadi empat kategori. Pertama, usia respoden dalam penelitian ini didominasi oleh usia 17—25 tahun sebanyak 74% dari keseluruhan jumlah respoden. Sedangkan, usia respoden 26—40 tahun sebanyak 23%, dan usia respoden di atas 40 tahun sebanyak 3%. Kedua, pendidikan terakhir respoden didominasi oleh pendidikan terkahir SMA/sederajat sebanyak 68%. Sedangkan, pendidikan terkahir perguruan tinggi sebanyak 26%, dan pendidikan terkahir SD/SMP/sederajat sebanyak 6%. Ketiga, jenis kelamin respoden didominasi oleh jenis kelamin laki-laki sebanyak 51%, sedangkan responden jenis kelamin perempuan sebanyak 49%. Keempat, domisii respoden didominasi oleh respoden yang berasal dari Kota Surabaya sebanyak 67%, sedangkan respoden yang berasal dari luar Kota Surabaya sebanyak 43%. 3.1.2. Hasil Pengukuran Sikap dan Interpretasi Dari grafik 2. dapat dilihat skor sikap wisatawan terhadap Ekowisata Mangrove Wonorejo. Dengan menggunakan instrumen skala akan didapat skor minimal 0 dan maksimal 61. Jika diambil nilai tengahnya maka didapat nilai 30,5. Grafik 2. menunjukkan bahwa respoden yang memiliki sikap favorable atau memiliki nilai diatas nilai tengah sebanyak 86% dari total keseluruhan jumlah respoden, sedangkan respoden yang memiliki sikap unfavorable atau memiliki nilai dibawah nilai tengah sebanyak 14% respoden. 6
Junaedi, et al., Tinjauan Etika Lingkungan terhadap Ekowisata Mangrove Wonorejo 120
Skor Sikap Wisatawan
102
100
80
60
Minimal 0
Mean 31
Maksimal 61
87
(+) 86% responden (-) 14% responden 39
40 30 20
0
0 0-8
4
3
9 - 16
17 - 24
4
25 - 32
33 - 40
41 - 48
49 - 56
57 -64
Grafik 2. Skor Sikap Wisatawan Ekowisata Mangrove Wonorejo 3.2. Sikap Warga Kelurahan Wonorejo 3.2.1. Demografi Responden
Demografi Responden (Warga) PENDIDIKAN TERAKHIR USIA
JENIS KELAMIN Perguruan tinggi 18%
Laki-laki
Perempuan
SD/SMP 25%
42%
Di atas 40 tahun 33%
17 - 25 tahun 17%
58% 26- 40 tahun 50% SMA/SMK 57%
Jumlah Responden = 100
Grafik 3. Demografi Responden Warga Kelurahan Wonorejo Dari grafik di dapat dilihat demografi responden wisatawan Ekowisata Mangrove Wonorejo dengan jumlah respoden sebanyak 100 respoden. Demografi respoden dibagi menjadi tiga kategori. Pertama, usia respoden dalam penelitian ini 7
Junaedi, et al., Tinjauan Etika Lingkungan terhadap Ekowisata Mangrove Wonorejo didominasi oleh usia 26—40 tahun sebanyak 50% dari keseluruhan jumlah respoden. Sedangkan, usia respoden di atas 40 tahun sebanyak 33%, dan usia respoden 17—25 tahun sebanyak 17%. Kedua, pendidikan terakhir respoden didominasi oleh pendidikan terkahir SMA/sederajat sebanyak 57%. Sedangkan, pendidikan terkahir SD/SMP/sederajat sebanyak 25%, dan pendidikan terkahir perguruan tinggi sebanyak 18%. Ketiga, jenis kelamin respoden didominasi oleh jenis kelamin laki-laki sebanyak 58%, sedangkan responden jenis kelamin perempuan sebanyak 42%. 3.2.2. Hasil Pengukuran Sikap dan Interpretasi Dari grafik 2. dapat dilihat skor sikap warga Kelurahan Wonorejo terhadap Ekowisata Mangrove Wonorejo. Dengan menggunakan instrumen skala akan didapat skor minimal 0 dan maksimal 67. Jika diambil nilai tengahnya maka didapat nilai 33,5. 45 40 35 30
Skor Sikap Warga Minimal 0
Mean 33,5
40
39
Maksimal 67
25 20
(+) 76% responden (-) 24% responden 14
15 10 5 0
4
3 0
0
0 - 10
11 - 20
21 - 30
31 - 40
41 - 50
51 - 60
61 - 70
Grafik 4. Skor Sikap Warga Kelurahan Wonorejo Grafik di atas menunjukkan bahwa respoden yang memiliki sikap favorable atau memiliki nilai diatas nilai tengah sebanyak 76% dari total keseluruhan jumlah respoden, sedangkan respoden yang memiliki sikap unfavorable atau memiliki nilai dibawah nilai tengah sebanyak 24% respoden.. 3.3. Sikap Pengelola Ekowisata Mangrove Wonorejo Sikap pengelola Ekowisata Mangrove Wonorejo tercermin dari perilaku-perilaku yang telah dilakukan. Adapun perilaku dan kecenderungan sikap pengelola Ekowisata Mangrove Wonorejo dapat dilihat pada bagan 1.
8
Junaedi, et al., Tinjauan Etika Lingkungan terhadap Ekowisata Mangrove Wonorejo
Memihak pada
alam dan kehidupan Memantau area
Membersihkan
ekowisata
sampah di area wisata
Merawat
Flora dan fauna
mangrove di area
hidup di alam
ekowisata
bebas
Bagan 1. Sikap Pengelola Ekowisata Mangrove Wonorejo Berdasarkan bagan 1. dapat dilihat bahwa pengelola memiliki empat perilaku yang membentuk sikap keberpihakan terhadap alam dan kehidupan. Perilaku yang terdapat pada diri pengelola, seperti membersihkan sampah di area ekowisata, merawat pohon mangrove, memantau area ekowisata, dan membiarkan flora dan fauna hidup di alam bebas menunjukan sikap kepedulian pengelola terhadap Ekowisata Mangrove Wonorejo. Menurut penuturan salah seorang narasumber, pengelola sengaja membiarkan flora dan fauna hidup bebas, karena flora dan fauna memiliki hak yang sama untuk dapat hidup bersama-sama di bumi apabila. Namun, tidak semua fauna kami biarkan hidup bebas, seperti fauna-fauna liar yang biasa berada di dekat gerbang dermaga maupun jogging track, sebab dikhawatirkan membahayakan keselamatan wisatawan dan warga sekitar. 3.4. Sikap Pemerintah Kota Surabaya Memihak pada
alam dan kehidupan
Publikasi
Perencanaan
Kegiatan
Tata Ruang
Progam Menanam
Pengadaan Bibit
Mangrove
Mangrove
Bersama
Bagan 2. Sikap Pemerintah Kota Surabaya 9
Junaedi, et al., Tinjauan Etika Lingkungan terhadap Ekowisata Mangrove Wonorejo Sikap pengelola Ekowisata Mangrove Wonorejo tercermin dari perilaku-perilaku yang telah dilakukan. Adapun perilaku dan kecenderungan sikap pengelola Ekowisata Mangrove Wonorejo dapat dilihat pada bagan 2. Berdasarkan bagan 2., dapat dilihat bahwa pemerintah memiliki empat perilaku yang membentuk sikap keberpihakan terhadap alam dan kehidupan. Perilaku yang terdapat pada diri pemerintah, seperti membuat perencanaan tata ruang, mengadakan progam menanam mangrove bersama, menyediakan bibit pohon mangrove, dan melakukan publikasi kegiatan menunjukan sikap kepedulian pemerintah terhadap Ekowisata Mangrove Wonorejo. Dinas Pertanian Kota sebagai pelaku utama memiliki peran yang sangat besar terhadap Ekowisata Mangrove Wonorejo. Peranan tersebut mencakup penyediaan fasilitas sarana dan prasarana serta pengadaan bibit mangrove. Salah satu tugas utama pemerintah adalah selalu menyulam dan menanam mangrove yang telah mati untuk ditanami dengan mangrove yang baru. Bahkan pemerintah juga menyediakan bagi masyarakat secara sukarela mau ikut berperan aktif dalam progam penanaman mangrove di kawasan Ekowisata Mangrove Wonorejo. 3.5. Sikap Stakeholder Ekowisata Mangrove Wonorejo Sikap stakeholder Ekowisata Mangrove Wonorejo tercermin dari perilaku-perilaku yang telah dilakukan oleh wisatawan, warga Kelurahan Wonorejo, pengelola Ekowisata Mangrove Wonorejo, dan pemerintah Kota Surabaya sebagai bagian dari stakeholder Ekowisata Mangrove Wonorejo. Adapun kecenderungan sikap, nilai, dan prinsip moral yang terdapat pada diri stakeholder Ekowisata Mangrove Wonorejo dapat dilihat pada bagan 3. Berdasarkan bagan 3. dapat dilihat bahwa stakeholder Ekowisata Mangrove Wonorejo memilii sikap favorable yang ditunjukan dengan 86 persen respoden wistawan memiliki kecenderungan sikap favorable, 76 persen responden warga Kelurahan Wonorejo memiliki kecederungan sikap favorable, serta pengelola Ekowisata Mangrove Wonorejo dan pemerintah Kota Surabaya yang memiliki kecederungan memihak terhadap alam dan kehidupan. Dengan sikap favorable yang dimiliki, maka selanjutnya dapat diketahui nilai dan prinsip moral yang mendasari sikap stakeholder Ekowisata Mangrove Wonorejo. Konsep nilai life-centered berangkat dari pemahaman masing-masing bagian dari stakeholder Ekowisata Mangrove Wonorejo yang memandang bahwa kehidupan di muka bumi ini, baik itu kehidupan manusia maupun makhluk biotis mempunyai nilai moral yang sama sehingga harus dilindungi dan diselamatkan (Keraf, 2010: 66). Dengan nilai life-centered yang mendasari, maka prinsip moral respect for nature dijadikan sebagai kaidah moral oleh stakeholder Ekowisata Mangrove Wonorejo sebab manusia berkewajiban menghargai hak semua makhluk hidup untuk berada, hidup, tumbuh, dan berkembang secara alamiah sesuai dengan tujuan penciptaannya. Perwujudan nyata dari penghargaan itu, manusia perlu memelihara, merawat, melindungi, dan melestarikan alam beserta isinya (Keraf, 2010: 168—169).
10
Junaedi, et al., Tinjauan Etika Lingkungan terhadap Ekowisata Mangrove Wonorejo
Life-Centered
Respect for Nature
Value
Moral Principle (+) Favorable
(+) 86% responden
Sikap Wisatawan
(+) 76% responden
Sikap Warga
(+) Memihak pada alam
Sikap Pengelola
(+) Memihak pada alam
Sikap Pemerintah
Bagan 3. Sikap Stakeholder Ekowisata Mangrove Wonorejo
3.6. Analisis Etika Lingkungan Etika lingkungan dipahami sebagai worldview serta refleksi kritis atas nilai dan prinsip moral manusia dalam berhubungan dengan alam semesta (Keraf, 2010: 41). Worldview stakeholder dalam berhubungan dengan Ekowisata Mangrove Wonorejo dibentuk dari nilai life-centered dan prinsip moral respect for nature. Adapun, etika lingkungan Ekowisata Mangrove Wonorejo dapat dilihat pada bagan 4.
Biosentrism LifeCentered
Humans
Respect for Nature
Biotic Community
Emphasizes the value, rights, and survival of individual organic beings
Bagan 4. Etika Lingkungan Ekowisata Mangrove Wonorejo Etika lingkungan Ekowisata Mangrove Wonorejo adalah etika lingkungan biosentrisme, sebab biosentrisme merupakan pandangan yang berpusat pada kehidupan dan
11
Junaedi, et al., Tinjauan Etika Lingkungan terhadap Ekowisata Mangrove Wonorejo menolak pandangan bahwa hanya manusia yang menjadi pembahasan etika serta menyetujui kedudukan moral semua makhluk hidup (Callicot dan Robert, 2009: 97). 4. KESIMPULAN Berdasarkan pembahasan dan analisis yang telah dipaparkan, peneliti dapat menarik dua kesimpulan. Pertama, sikap stakeholder terhadap Ekowisata Mangrove Wonorejo memiliki kecenderungan sikap favorable. Keberpihakan stakeholder Ekowisata Mangrove Wonorejo terhadap kehidupan makhluk biotis, seperti pohon mangrove, binatang, dan beragam organisme kehidupan lainnya didasari oleh nilai life-centered dan prinsip moral respect for nature. Kedua, etika lingkungan Ekowisata Mangrove Wonorejo adalah etika lingkungan biosentrisme, sebab biosentrisme merupakan pandangan yang berpusat pada kehidupan dan menolak pandangan bahwa hanya manusia yang menjadi pembahasan etika serta menyetujui kedudukan moral semua makhluk hidup. 5. UCAPAN TERIMA KASIH Peneliti mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya pada Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi RI selaku Pihak Pemberi Dana Hibah Program Kreativitas Mahasiswa bidang Penelitian Sosial-Humaniora Tahun Usulan 2015; Wisatawan Ekowisata Mangrove Wonorejo, Warga Kelurahan Wonorejo, Pengelola Ekowisata Mangrove Wonorejo Pemerintah Kota Surabaya, dan Dinas Terkait; Dr. Rr. Siti Murtiningsih selaku Dosen Pembimbing PKM-PSH Ekowisata Mangrove Wonorejo; Seluruh Civitas Akademika Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada serta pihak-pihak lain yang turut membantu kelancaran penelitian ini. 6. DAFTAR PUSTAKA Azwar, S. 2015. Sikap Manusia: Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. _______. 2012. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Badan Perencanaan Pembagunan Kota Surabaya. 2012. Penyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Pantai Timur Surabaya. Pemerintah Kota Surabaya: Surabaya. Bakker, A. dan Achmad Chairis Zubair. 2013. Metode Penelitian Filsafat. Yogyakarta: Kanisius. Bungin, M. B. 2007. Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana. Callicot, J. B. dan Robert Frodeman (Ed). 2009. Encyclopedia of Environmental Ethics and Philosophy. Macmillan: Gale Cengage Learning. Cresswell. J. W. 2010. Research Design: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan Mixed. Terjemahan Achmad Fawaid. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Dinas Pertanian Kota Surabaya. 2016. Data Kondisi Hutan Mangrove di Surabaya Tahun 2015. Surabaya: Pemerintah Kota Surabaya Hakim, A. M. 2014. Persepsi, Sikap, dan Partisipasi Masyarakat Sekitar Pengelolaan Hutan Mangrove di Wonorejo, Surabaya. Skripsi. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Hamidi. 2008. Metode Penelitian Kualitatif. Malang: UMM Press. Harahap, N. 2010. Penilaian Ekonomi Ekosistem Hutan Mangrove dan Aplikasinya dalam Perencanaan Wilayah Pesisir. Yogyakarta: Graha Ilmu. 12
Junaedi, et al., Tinjauan Etika Lingkungan terhadap Ekowisata Mangrove Wonorejo Japan International Cooperation Agency. 2012. JICA-MECS Mengadakan Workshop Konservasi Bakau Internasional: Berbagai Praktisi Asia Tenggara Berbagai Pengalaman diSurabaya. http://www.jica.go.jp/indonesia/indonesian/office.pdf. Diakses pada tanggal 13 Juni 2016. Kaelan. 2012. Metode Penelitian Interdisipliner Bidang Sosial, Budaya, Filsafat, Seni, Agama, dan Humaniora. Yogyakarta: Paradigma. Keraf, A. S. 2010. Etika Lingkungan Hidup. Jakarta: Kompas. Moelong, L .J. 2010. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda. Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta. People UC. 2012. Surabaya Tourism Destinations Award 2012. http://www.uc.ac.id/surabayatourism-destination-award-2012/. Diakses pada tanggal 13 Juni 2016.
13