MANAJEMEN SEKOLAH LAPANGAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU DI KABUPATEN SUBANG (Studi Kasus Petani Peserta SL-PTT di Kabupaten Subang) Oleh : EDENG Abstrak Upaya peningkatan produksi beras saat ini terganjal konversi lahan subur, perubahan iklim, penurunan kualitas lahan yang berdampak terhadap penurunan produktivitas. Faktor lainnya berupa pendidikan formal petani yang umumnya rendah, serta kebiasaan bertani yang kurangintensif. Penelitian ini bertujuan memperoleh gambaran pelaksanaan fungsi manajemen dan mengetahui faktor pendukung dan penghambat SL-PTT. Metode yang digunakan deskriptif kualitatif,.Hasil penelitian menunjukkan,perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan penilaian sudah dijalankan dengan baik. Faktor pendukung keberhasilan SL-PTT antara lain: pelayanan panitia baik, guru kompeten, media cukup memadai baik yang disediakan petani berupa lahan usahataninya, maupun lahan sawah yang digunakan untuk Laboratorium Lapangan yang disediakan penyelenggara, materi dipahami dan dimengerti, serta biaya dari pemerintah, Penyelenggara lebih mengedepankan semangat kerjasama dan saling membantu pada setiap aktivitas sekolah lapangan,sedangkan penghambatnya antara lain: latar belakang peserta berbeda-beda, peserta kurang fokus mengikuti sekolah; peserta merasa sudah menguasai materi sekolah, karena kebiasaan bertani; media pembelajaran disesuaikan dengan kondisi lapangan yang ada. Penelitian merekomendasikan: (1) Penentuan sekolah lapang agar dipertimbangkan faktor pendidikan dan umur, (2) Tempat pelaksanaan sekolah agar memiliki sarana-dan prasarana yang memadai (3) agar adanya pengawasan pada petani alumni SLPTT dalam menerapkan PTT.
I.PENDAHULUAN 1.Latar Belakang Upaya peningkatan produksi yang telah ditetapkan pemerintah dilaksanakan melalui program Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN), produksi padi harus meningkat minimal 5% per tahun. Fokus utama mendukung ketercapaian pelaksanaan program, ditempuh melalui penerapan komponen-komponen pada teknologi Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) melalui Sekolah Lapangan (SL) untuk meningkatkan produksi. Program ini menargetkan peningkatan produksi padi non hibrida 0,5 ton/ha - 1,0 ton/ha, padi hibrida 1,5 ton/ha - 2,5 ton/ha dan padi
gogo 0,5 ton/ha - 1,0 ton/hektar dibandingkan dengan produksi pada musim tanam sebelumnya. Kegiatan PTT sudah dikembangkan dan diuji kelayakannya secara teknis, sosial, dan ekonomi di tingkat petani mulai 2001 (Balai Pengkajian Teknologi Pertanian/BPTP, 2010). Berdasarkan data BPTP, terjadi kenaikan produktivitas di atas 5% dan efisiensi penggunaan pupuk anorganik. Pengembangan penerapan teknologi PTT meluas secara Nasional dilaksanakan sejak 2008. Luas areal SL-PTT padi sawah di Jawa Barat adalah 152.730 ha (2008) dan 200.500 ha (2009). Berdasarkan data dari Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat, terjadi peningkatan produksi 4,45% (6,49 ton/ha dibandingkan 6,21 ton/ha) pada tahun 2008 dan 13,50% (6,82 ton/ha dibandingkan 6,00 ton/ha) pada 2009. PTT sebagai suatu inovasi budidaya padi yang mengarahkan petani pada proses budidaya yang baik (good agriculture practise) akan melalui tahapantahapan lapangan ini termasuk pada kegiatan pendidikan luar sekolah atau Non Formal bagi petani.sebelum diadopsi dan diterapkan secara mandiri.
Melalui
penerapan komponen-komponen dasar teknologi PTT secara penuh, petani akan menghasilkan produksi optimal dengan biaya produksi lebih efisien. Guna mencapai sasaran pelaksanaan inovasi PTT di kalangan petani pemerintah mengadakan sekolah lapangan(SL) yang merupakan bagian dari proses transfer teknologi, proses sekolah Kecepatan dalam penerimaan teknologi berhubungan dengan kondisi petani sebagai sasaran dari program SL-PTT. Keadaan pendidikan petani yang rendah setara Sekolah Dasar, bahkan ada diantara mereka yang tidak mengenyam pendidikan formal, seringkali menjadi salah satu penghambat kecepatan penerimaan teknologi pada bidang pertanian. Sumber daya manusia merupakan asset dan memiliki peran penting dalam perencanaan, pelaksanaan dan menentukan keberhasilan suatu kegiatan untuk mencapai tujuan. Kualitas Sumber Daya Manusia Indonesia sampai saat ini masih rendah. Hal tersebut merupakan masalah yang perlu dipecahkan dan diselesaikan oleh berbagai pihak terutama yang berkaitan dengan bidang pendidikan
2.Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang di atas dapat diidentifikasikan masalah : a. Seperti apa perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan evaluasiSL-PTT untuk meningkatkan produksi padi di Kabupaten Subang. b. Faktor-faktor apa saja yang mendukung dan menghambat dalam pelaksanaan SLPTT yang diselenggarakan oleh petani di Kabupaten Subang
3.Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : a. Perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan evaluasiSL-PTT untuk meningkatkan produksi padi di Kabupaten Subang. b. Faktor-faktor yang mendukung dan menghambat dalam pelaksanaan SLPTTyang diselenggarakan oleh petani di Kabupaten Subang
4.Kegunaan Hasil Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna : a.
Menjadi bahan masukan atau pertimbangan menyusun kebijakan dalam pengembangan program pelaksanaan atau manajemen SL-PTTbagi Dinas Pertanian Kabupaten Subang
b.
Menjadi bahan informasi bagai instansi atau lembaga diklat lainnya baik milik pemerintah maupun swasta dalam bidang yang sama
c.
Dapat dijadikan acuan bagi institusi penyelenggara, dinas yang terkait dengan pembinaan petani padi, dan para instruktur SL-PTT
II. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Manajemen Konsep
tersebut
diperkuat
oleh
G.R.Terry
(1978)
yang
menyatakan,management is a distinct process consisting of planning, organizing, actuating, an controling performed to determine and accomplish stated objectives by the use of human being and other resource. Artinya, manajemen adalah proses yang
khas,
terdiri
atas
tindakan-tindakan
perencanaan,
pengorganisasian,
penggerakan dan pengendalian yang dilakukan untuk menentukan dan mencapai sasaran-sasaran yang telah ditentukan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya. Fungsi manajemen adalah menata-laksana rangkaian kegiatan yang telah ditetapkan dan memiliki hubungan saling ketergantungan antara satu dengan lainnya dan dilaksanakan oleh orang-orang, lembaga atau bagian-bagiannya yang diberi tugas untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan tersebut. Fungsi dalam manajemen adalah mewujudkan serangkaian kegiatan yang berurutan dan berhubungan satu sama lain, sehingga satu kegiatan menjadi syarat untuk kegiatankegiatan yang harus dan dapat dilakukan oleh seseorang atau kelompok yang tergabung dalam organisasi (Morris, 1976,dalam Sudjana, 2000:51). 2. Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) MenurutDinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat(2010),tujuan program SL-PTT adalah mempercepat penerapan komponen teknologi PTT padi oleh petani sehingga meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mengelola usahataninya untuk mendukung peningkatan produksi padi serta meningkatkan pendapatan serta kesejahteraan petani padi. Adapun sasaran utamanya adalah teradopsinya berbagai alternatif pilihan komponen teknologi PTT padi oleh petani. SLPTT merupakan salah satu metode penyuluhan, proses diseminasi atau proses tranformasi informasi dan teknologi PTT, sebagai tempat belajar non formal bagi petani untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan dalam menggali permasalahan, mengenali potensi/peluang, menyususn rencana usahatani, mengatasi permasalahan, mengambil keputusan, menerapkan teknologi, mengevaluasi dan memperbaiki teknologi sesuai kondisi sumberdaya setempat secara berkelanjutan. Falsafah di dalam SL-PTT adalah “Mendengar Saya Lupa, Melihat Saya Ingat, Melakukan Saya Paham, Menemukan Sendiri Saya Kuasai”. a) Keuntungan bagi Pemandu(PPL atau PHP) Dengan motto “memberi lebih baik dari menerima”, pemandu (PPL atau PHP) memberikan pengetahuan dan pengalaman kepada petani sehingga pemandu merasa bermanfaat bagi banyak orang, terutama petani.Pemandu dituntut mampu
berkomunikasi dengan baik dan mampu menggerakkan petani mengembangkan serta memajukan usahatani di wilayah kerjanya. b) Keuntungan bagiPetani Petani peserta SL-PTT diberi kebebasan memformulasikan ide, rencana, dan keputusan bagi usahataninya sendiri. Mereka dilatih mampu membentuk dan menggerakkan kelompok tani dalam alih teknologi kepada petani lain. Melalui SLPTT, petani peserta diharapkan terpanggil dan bertanggung jawab untuk bersamasama meningkatkan produksi padi dalam upaya mewujudkan swasembada beras. Kebersamaan semua pihak yang terlibat SL-PTT merupakan faktor pendorong bagi petani dalam mengelola usahataninya. c) Azas SL-PTT -
Sawah sebagai sarana belajar,
-
Belajar lewat pengalaman dan penemuan sendiri,
-
Pengkajian agroekosistem sawah,
-
Metode belajar praktis,
-
Kurikulum berdasar keterampilan yang dibutuhkan. d) Prinsip Pendidikan dalam SL-PTT Agar tujuan dapat tercapai sesuai, SL-PTT dilaksanakan berdasarkan prinsip
pendidikan untuk orang dewasa berdasarkan pengalaman sendiri.Materi pendidikan yang dalam SL-PTT mencakup aspek yang diperlukan kelompok tani di wilayah pengembangan PTT. Dalam kaitan itu, tiga aspek berikut perlu mendapat perhatian: - Aspek teknologi: keterampilan dan pengetahuan, - Aspek hubungan antarpetani: interaksi dan komunikasi, - Aspek pengelolaan: manager di lahan usahatani sendiri.
III. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah Studi Kasus melalui pendekatan kualitatif, untuk menggali lebih dalam masalah penelitian (description) sehingga akan terungkap berbagai aneka ragam masalah unik serta kekhasan dari penelitian. Hasil penelitian yang diperoleh akan menggambarkan tentang manajemen sekolah lapangan yang dilaksanakan Dinas Pertanian Kabupaten Subang pada Kelompok
Tani Tanaman Padi Sawah di Subang. Penggunaan studi kasus dimaksudkan untuk mengungkap secara lebih mendalam interaksi sosial yang terjadi antara pengelola program, panitia penyelenggara, fasilitator dan peserta yang memanfaatkan hasil penelitian. Data penelitian dikumpulkan dengan teknik berikut: Studi Kepustakaan, Observasi, Wawancara dan Studi Dokumensi. Sumber data dilakukan secara snowball, dan sebagai persiapan yang menjadi sumber data adalah: Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Subang, Kepala Balai Penyuluhan Pertanian dan Penyuluh Pertanian Lapangan pada Dinas Pertanian Kabupaten Subang, Instruktur/ pelatih/fasilitator, dan Petani peserta sekolah lapangan.
IV. Hasil dan Pembahasan
1.
Perencanaan Sekolah Lapangan
a.
Identifikasi Kebutuhan Sekolah Lapangan Identifikasi kebutuhan dilaksanakan untuk menggali dan memperoleh
informasi tentang jenis kegiatan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat di pedesaan lebih khusus untuk petani padi sawah. Kegiatan dilakukan dengan melakukan wawancara dan observasi.Hasil wawancara dan observasi dapat diidentifikasikan
bahwa
untuk
meningkatkan
sumberdaya
petani
dalam
meningkatkan produksi, masih terdapat kesenjangan antara data potensi lahan yaitu 9,5 ton/ha baru tercapai oleh petani 6,3 ton/ha, maka perlu dilakukan pendidikan SL-PTTpadi sawah.
Adapun tahapan dalam pelaksanaan penerapan SL-PTT sebagai berikut : 1) Langkah pertama penerapan PTT adalah Pemandu Lapangan bersama petani melakukan Pemahaman Masalah danPeluang (PMP) atau Kajian Kebutuhan dan Peluang (KKP). Identifikasi masalah peningkatan hasil di wilayah setempatdan membahas peluang mengatasi masalah tersebut, berdasarkan cara pengelolaan tanaman, analisis iklim/curahhujan, kesuburan tanah, luas pemilikan lahan, lingkungan sosial ekonomi.
2) Langkah kedua adalah merakit berbagai komponen teknologi PTT berdasarkan kesepakatan kelompok untuk diterapkan di lahan usahataninya. 3) Langkah ketiga, penyusunan RDKK berdasarkan kesepakatan kelompok. 4) Langkah keempat, penerapan PTT. 5) Langkah kelima, pengembangan PTT ke petani lainnya. b. Merumuskan Tujuan Sekolah Lapangan Perumusan tujuan Sekolah Lapangan dilakukan dengan menganalisis secara tepat kesenjangan yang ada pada masyarakat, baik pengetahuan, sikap maupun keterampilan, sehingga diketahui kemampuan yang perlu ditingkatkan dan menentukan apa yang diharapkan dapat dilakukan peserta setelah mengikuti sekolah lapangan. Perumusan tujuan dimulai dengan menginventarisasi informasi yang diperoleh melalui identifikasi kebutuhan yang telah dianalisis, kemudian dijadikan bahan pertimbangan dalam merumuskan tujuan sekolah lapangan, sebagai berikut : 1) Mempercepat penerapan komponen teknologi pengelolaan tanaman terpadu padi oleh petani sehingga dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam mengelola usahatani untuk mendukung peningkatan produksi padi, 2) Meningkatkan efisiensi penggunaan faktor produksi usahatani padi sawah, 3) Meningkatkan produktivitas, produksi padi dan pendapatan serta kesejahteraan petani, 4) Meningkatkan harga jual hasil PTT padi sawah, 5) Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam mengelola PTT padi sawah, 6) Meningkatkan peran kelembagaan kelompok tani dan memahami pentingnya berkelompok dalam menangani usahatani, 7) Meningkatkan kerjasama petani inter dan antar kelompoktani, 8) Mendukung pencapaian sasaran produksi padi di Jawa Barat. c.
Merancang Sekolah Lapangan Penyusunan rancangan Sekolah Lapangan dilakukan untuk membuat
rencana tindakan nyata dalam pelaksanaan Sekolah lapangan. Rancangan Sekolah lapangan dibuat oleh Departemen Pertanian Republik Indonesia, Dinas Pertanian Tanaman Pangan Jawa Barat, Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Subang, Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Provinsi Jawa Barat dan Balai Penyuluhan
Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (BP3K), yang mengacu pada hasil informasi dari kegiatan identifikasi kebutuhan Sekolah lapangan yang mencakup antara lain: dasar pemikiran, tujuan Sekolah lapangan, silabus, materi, metode, peserta, pemandu, penyelenggara dan pembiayaan. PTT padi dirancang berdasarkan pengalaman implementasi berbagai sistem intensifikasi padi yang pernah dikembangkan diIndonesia, hasil penelitian yang menunjukkan sebagian besar lahan sawah telah mengalami kemunduran kesuburan (lahan sakit). Serta memperbaiki sistem pemberdayaan petani, agar petani dapat belajar menemukan cara berusahatani yang lebih menguntungkan, melalui metode pengamatan lapangan, diskusi, ceramah dan praktek. 1) Waktu dan Tempat Sekolah lapangan SL-PTTpadi sawah tidak terikat dengan ruang kelas, sehingga belajar dapat
dilakukan di saung pertemuan petani, lahan usahatani atau sawah petani
dan
tempat-tempat lain yang berdekatan dengan lahan belajar. Dalam kegiatan SL-PTT padi sawah
terdapat satu unit Laboratorium Lapangan (LL) yang merupakan
tempat bagi petani anggota kelompoktanidapat melaksanakan seluruh tahapanSLPTT sawah pada lahan tersebut
2) Materi Sekolah lapangan Tabel 1.Materi Sekolah Lapangan Pengelolaan TanamanTerpadu di Kecamatan Tanjung Siang Tahun 2012 No .
Perte muan
Hari/Ta nggal
1.
I
Senin, 09 - 4 2012
2.
II
Kamis, 26 - 4 2012
3.
III
Kamis, 03 - 5 2012
IV
Senin, 14 - 5 2012
4.
Materi Sosialisasi, Pembuatan (MOL) Mikro Organisme Lokal, Administrasi Kelompok Seleksi Benih, PengenalanEkologi Tanah,Pembuatan Pupuk Organik Pengolahan Tanah &Tanaman di Pesemaian, DinamikaKelompok Tanam, BibitMuda& JarakTanam (Legowo), PemupukanOrganik, PembuatanAgenHayati
Tempat
Pemandu
Balai Musyawarah
PPL, UPTD, POPT
Saung Pertemuan
PPL, UPTD, POPT
Saung Pertemuan
PPL, UPTD, POPT
Saung Pertemuan
PPL, UPTD, POPT
5.
V
6.
VI
7.
VII
8.
VIII
9.
IX
10.
X
Kamis, 24 - 5 2012 Senin, 04 - 6 2012 Senin, 18 - 6 2012 Senin, 23 - 7 2012 Senin, 06 - 8 2012 Kamis, 30 - 8 2012
PemupukanOrganik, PengamatanTanaman
Saung Pertemuan
PPL, UPTD, POPT
Saung Pertemuan
PPL, UPTD, POPT
Saung Pertemuan
PPL, UPTD, POPT
Saung Pertemuan
PPL, UPTD, POPT
Pengamatan&Pengendalian OPT, DinamikaKelompok
Saung Pertemuan
PPL, UPTD, POPT
Penanganan Panen dan Pasca Panen
Saung Pertemuan
PPL, UPTD, POPT
IrigasiBerselang, DinamikaKelompok Pemupukan, Irigasi Berselang,Pengamatan&Pen gendalian OPT, DinamikaKelompok Pengamatan & Pengendalian OPT, DinamikaKelompok
3) Metode Sekolah lapangan Metode Sekolah lapangan
yang
digunakan
dalam
Sekolah
lapanganpengelolaan tanaman terpadu padi sawah adalah ceramah, diskusi, pengamatan lapangan, menoton film dan praktek. Metode praktek pengelolaan tanaman terpadu padi sawah lebih diutamakan dengan komposisi 30 % teori dan 70 % praktek. 4) Media Sekolah lapangan Media pembelajaran yang digunakan dalam SL-PTT padi sawah antara lain : Infokus, alat peraga, film, foto, gambar, alat tulis, white board dan hand out bahan ajar, serta alat-alat pertanian baik yang dimiliki oleh siswa maupun kelompok tani, media belajar ini disesuaikan dengan kondisi waktu dan tempat belajar yang biasa dilakukan oleh petani pada saat sekolah lapangan berlangsung. 5) Peserta Sekolah lapangan Peserta SL-PTTpadi sawah yang diselenggarakan oleh DinasPertanian Kabupaten Subang berjumlah 25 orang untuk tiap kelompok tani. Peserta Sekolah lapangan terdiri atas petani anggota kelompok tani yang memiliki lahan usahatani dalam satu hamparan jaringan irigasi dan pengurus kelompok tani.
6) Pemandu/ Pendamping Sekolah Lapangan Pemandu pada SL-PTTpadi sawah yang diselenggarakan oleh Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Subangyaitu Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) dan Pengamat organisme Pengganggu Tanaman (POPT), serta ada materi tambahan dari bejabat Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Subang, Ahli dan Praktisi dari Badan Pengkajian Teknologi Pertanian Provinsi Jawa Barat. PemanduSekolah lapangan ditentukan sesuai dengan wilayah kerja binaannya, setiap PPL memiliki wilayah binaan 2 Desa dan telah memiliki kompetensi dan penguasaan ilmu pengetahuan sesuai dengan bidangnya. Kompetensi yang harus dimiliki pemanduSekolah lapangan sebagai berikut : a) Ahli dan teknisi pengelolaan tanaman terpadu padi sawah b) Ahli Pemberdayaan Masyarakat atau Ahli Penyuluhan Pertanian c) Ahli dan teknisi Pengendalian Hama Terpadu d) Ahli Tanah e) Ahli Manajemen Agribisnis 7) Biaya Sekolah lapangan Biaya SL-PTTpadi sawah bersumber dari Pemerintah Pusat melalui Departemen Pertanian Republik Indonesia di Jakarta.Biaya digunakan disesuaikan dengan alokasi anggaran untuk pelaksanaan Sekolah lapangan, yaitu perlengkapan peserta dan panitia, perlengkapan akomodasi dan transportasi serta insentif panitia, pelatih dan peserta Sekolah lapangan (bantuan dalam bentuk sarana produksi, seperti benih padi, pupuk, Pestisida dan PPC)
2.
Pengorganisasian Sekolah lapangan Pengorganisasian dalam Sekolah lapangan dilakukan sebagai usaha untuk
menentukan, mengatur, mengarahkan dan mengintegrasikan sumber-sumber daya manusia dan non manusia yang diperlukan dalam satu kesatuan untuk melaksanakan serangkaian aktifitas sebagaimana yang telah direncanakan untuk mencapai tujuan Sekolah lapangan yang telah ditetapkan.Pengorganisasian dilakukan pada tahap persiapan, pelaksanaan, dan akhir Sekolah lapangan.
Kegiatan pokok pengorganisasian pada tahap persiapan Sekolah lapangan melibatkan hampir semua pihak yang terlibat dan berkepentingan dengan Sekolah lapangan. Kegiatan dilakukan dalam rangka menentukan, menyusun, memadukan, merumuskan kebutuhan, tenaga (panitia, pemandu, dan calon peserta), serta tugastugas pekerjaan yang akan dilaksanakan dalam mencapai tujuan yang ditetapkan. Pengorganisasian SL-PTT Agar
pelaksanaan
SL-PTT
terkoordinasi
dan
terpadu
mulai
dari
kelompoktani, Kecamatan, kabupaten, provinsi sampai ke tingkatpusat maka tim pembina dan tim teknis tingkat provinsi, tim pelaksana dan tim teknis tingkat kabupaten/kota.Tim pembina tingkat provinsi dan tim teknis tingkat provinsi ditetapkan dengan Surat Keputusan Gubernur/KepalaDinas Pertanian Provinsi yang bersangkutan. Sedangkan tim pelaksana tingkat kabupaten/kota dan tim teknis tingkatkabupaten/kota ditetapkan dengan Surat Keputusan Bupati/Walikota/ Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota. Tim pembina dan tim teknis tingkat provinsi serta tim pelaksana dan tim teknis tingkat kabupaten melaksanakankegiatan koordinasi pelaksanaan SL-PTT di Pos Simpul Koordinasi (POSKO) mulai dari tingkat desa, kecamatan, kabupaten/kota sampai tingkat provinsi.
3. Pelaksanaan Sekolah lapangan Pelaksanaan Sekolah lapangan merupakan rangkaian kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan akhir. Kegiatan awal yang dilaksanakan panitia penyelenggara yaitu mempersiapkan kelengkapan yang berhubungan dengan administrasi dan tehnis pelaksanaan, sarana dan prasarana yang akan digunakan dalam Sekolah lapangan. Mengkaji persiapan yang telah dilaksanakan penyelenggara, menunjukan kesiapan penyelenggara dalam menunjang kelancaran proses pembelajaran. Persiapan yang telah dilakukan penyelenggara sesuai dengan pernyataan Abdulhak (1995:24) bahwa kedudukan sarana dan fasilitas dalam pelaksanaan latihan adalah penunjang yang dapat membantu terjadinya proses latihan secara efektif, dan sebagai sumber belajar yang dapat memberikan perluasan pengetahuan dan keterampilan bagi peserta Sekolah lapangan. Persiapan matang yang didukung
sarana dan prasarana penunjang lengkap dapat membantu keberhasilan pelaksanaan program Sekolah lapangan. Ketersediaan fasilitas yang lengkap akan mempengaruhi keberhasilan proses pembelajaran dan memudahkan pemandu dalam mentransmisikan informasi kepada peserta. Kegiatan penyelenggara selanjutnya adalah penerimaan peserta sebelum pelaksanaan Sekolah lapangan dimulai. Sesuai dengan pendapat Abdulhak (1995:36) bahwa untuk mempermudah pelaksanaan latihan, penyelenggara latihan harus mempersiapkan terlebih dahulu : kriteria dalam menyeleksi peserta, membuat pedoman penetapan jadwal sekolah lapangan, interaksi belajar dan menyiapkan sarana serta fasilitas. Kegiatan inti Sekolah lapangan antara lain pembukaan dan proses pembelajaran. Kegiatan inti Sekolah lapangan dimulai dengan pembukaan Sekolah lapangan oleh Kepala Balai Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kecamatan Tanjungsiang, selanjutnya dilakukan pengarahan tehnis oleh panitia penyelenggara mengenai program dan tujuan Sekolah lapangan dilakukan dengan cara ceramah dan diskusi, dengan harapan akan muncul saran-saran bagi pelaksanaan Sekolah lapangan. Penyelenggara agar memberikan pelayanan dengan baik, peserta agar mengikuti Sekolah lapangan dengan sungguh-sungguh sampai akhir Sekolah lapangan, kritis, disiplin dan penuh perhatian serta pelatih/ pemandu agar menjadi instruktur yang mampu menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan sehingga menarik minat peserta dalam mengikuti proses pembelajaran. Dalam mewujudkan suasana belajar yang menyenangkan dan harmonis, dilakukan pembelajaran interaktif. Pemandu memberikan dorongan kepada peserta untuk mengungkapkan permasalahan yang dialami, harapan yang diinginkan serta kendala yang belum terpecahkan oleh peserta Sekolah lapangan.Menurut peserta, pemandu memberikan kesempatan kepada peserta untuk mengomentari jawabannya terhadap solusi masalah yang dihadapi peserta.Pola tersebut dilakukan atas dasar kesepakatan bahwa semua permasalahan dikemukakan bukan untuk menguji kemampuan dan merendahkan antara peserta dan pemandu, tetapi untuk saling mengisi kekurangan.
Awal proses pembelajaran dilakukan dengan menciptakan suasana belajar dengan tujuan agar proses pembelajaran berlangsung secara menyenangkan dan akan mempengaruhi keberhasilan belajar peserta Sekolah lapangan. Dalam pelaksanaannya pembelajaran menggunakan prinsip pembelajaran bagi orang dewasa dengan tujuan untuk menggali pembelajaran yang interaktif. Hal ini selaras dengan pernyataan Knowless (1987) dalam Abdulhak (1995:12) bahwa lingkungan belajar dapat tercipta, dimulai dengan adanya situasi yang menyenangkan, saling mempercayai dan respek, saling tolong menolong, bebas melahirkan ekspresi dan menerima keragaman. Selanjutnya dilakukan penilaian awal (pre test) kepada peserta sekolah lapangan untuk mengetahui pengalaman pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki peserta dan sejauh mana motivasi mengikuti sekolah lapangan.Hasil penilaian ini digunakan pelatih untuk menentukan strategi pembelajaran yang sesuai sehingga dapat memotivasi dan meningkatkan kemauan belajar serta meningkatkan keterampilan peserta. Pemberian materi Sekolah lapangan disesuaikan dengan penerapan metode dan media yang digunakan dalam pembelajaran, sehingga dapat menunjang proses pembelajaran peserta sekolah lapangan. Dari hasil pengamatan dan informasi dari pemandu, ternyata prinsip-prinsip pembelajaran yang digunakan dalam Sekolah lapangan dilakukan dengan menerapkan prinsip belajar orang dewasa (andragogi), yaitu peserta Sekolah lapangan diberikan kesempatan untuk berperan aktif dalam setiap materi pembelajaran melalui tanya jawab dan curah pendapat. Menurut Ishak Abdulhak (1998:13-14), dalam penyelenggaraan pendidikan orang dewasa harus berlandaskan kepada prinsip-prinsip diantara peserta yang memandang bahwa tujuan program belajar adalah tujuan mereka sendiri.Oleh karena itu sebaiknya peserta dilibatkan dalam perumusan tujuan belajar dengan mempertimbangkan kebutuhan belajar. Jika peserta tidak dilibatkan dalam perumusan, dalam pelaksanaan pembelajaran seluruh pemandu harus menjelaskan tujuan setiap mata ajaran sehingga dampak pada proses pembelajaran menjadi agresif dan memotivasi sehingga tingkat pencapaian tujuan dari sisi teori berhasil dengan baik. Namun untuk mengetahui keberhasilan dalam implementasi usaha memerlukan kurun waktu tertentu.
Penerapan pembelajaran berkelompok, bertujuan untuk memudahkan pengelolaan dan mengatur strategi pembelajaran dalam Sekolah lapangan. Strategi pembelajaran untuk meningkatkan motivasi dan mengembangkan usahatani padi sawah yang lebih efektif bila dilaksanakan dengan pendekatan praktek dalam kelompok belajar, latihan menganalisa dan memberikan pemahaman dengan model belajar partisipatif. Belajar berkelompok dengan diskusi mampu menghasilkan ide/ gagasan yang dapat membantu memecahkan masalah dalam pembelajaran. Penyelenggara merangkum setiap pembelajaran untuk dikompilasi dan dilihat hasil yang dicapai dalam rangkaian kegiatan Sekolah lapangan. Hasil yang dicapai dari Sekolah lapangan menurut penyelenggara cukup baik, hal tersebut dilihat dari suasana belajar yang cukup kondusif dan banyaknya peserta yang mampu mengeluarkan pendapat untuk melengkapi kekurangan yang disampaikan pemandu, selain itu hasil pre test dan post test yang menunjukkan peserta dapat menyerap segala materi sekolah lapangan dengan baik. Hal tersebut menunjukkan bahwa semua materi yang disajikan mendapat respon yang cukup baik, prinsipprinsip pembelajaran orang dewasa dapat diimplementasikan sehingga terjadi komunikasi dua arah antara peserta dan pemandu dalam saling mengisi kekurangan, baik antara teori maupun praktek atau pengalaman di lapanganan.Rangkuman pada akhir pelaksanaan sekolah lapangan antara perencanaan dengan pelaksanaan cukup sejalan. Bagian akhir dari sekolah lapangan adalah acara penutupan.Sebelum acara penutupan, penyelenggara melakukan penilaian pasca Sekolah lapangan (post test) dengan memberikan kuisioner kepada peserta dan pelatih.Acara penutupan dilakukan oleh ketua panitia penyelenggara, kemudian dilanjutkan dengan pembagian sertifikat, pesan-pesan dan do’a.
4.
Penilaian Sekolah lapangan Penilaian sekolah lapangan dilakukan sebelum, saat berlangsung dan
sesudah pelaksanaan.Penilaian awal (pre test) dilaksanakan sebelum sekolah lapangan dilaksanakan atau awal pembelajaran oleh penyelenggara dalam bentuk identifikasi
terhadap
kebutuhan
dan
kelengkapan
yang
mendukung
penyelenggaraan sekolah lapangan seperti keadaan kelompok tani, luas lahan sawah, sistem irigasi dan aktivitas anggota kelompoktani. Penilaian selama proses pelaksanaan Sekolah lapangan ditujukan untuk peserta dalam menerapkan seluruh komponen teknologi budidaya tenaman padi dengan sistem PTT, sedangkan penilaian akhir (Post Test) ditujukan untuk mengatahui keberhasilan-keberhasilan dalam Sekolah lapangan seperti dilakukannya panen dengan cara ubinan.
5. Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Penyelenggaraan Sekolah lapangan
1) Faktor Pendukung dalam Penyelenggaraan Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu
a) Para pemandu ditentukan sesuai dengan tugas wilayah kerja yang dibinanya, dan ditentukan berdasarkan latar belakang pendidikan serta pengelaman dibidang masing-masing yang berkaitan dengan kegiatan usahatani khususnya tanaman padi sawah, sehingga sesuai dengan standar kompetensi yang diharapkan. b) Para Pemandu Sekolah Lapangan sudah mendapat pendidikan dan latihan cara pengelolaan sekolah lapangan tanaman terpadu, memiliki pengalaman yang luas dalam melakukan kegiatan pendampingan pada petani dan keluarganya. c) Tim Pengendali Pusat melakukan koordinasi dan sinergitas program dan kegiatan antar instansi terkait untuk kelancaran pelaksanaan ekolah lapangan pengelolaan tanaman terpadu. Tim Pembina Tingkat Provinsi melakukan koordinasi dan mengorganisir Tim Pelaksana Tingkat Kabupaten, untuk melaksanakan sekolah lapangan sesuai sasaran. d) Tim Pelaksana Kabupaten Subang dan kecamatan melakukan langsung sekolah lapangan pengelolaan tanaman terpadu dengan mengorganisir dan menggerakkan Kepala Cabang Dinas Pertanian Kecamatan, penyuluh, POPT, Kepala Desa, Babinsa, kelompok tani dan petani dalam
melaksanakan sekolah lapangan sesuai sasaran. Pengorganisasian dilakukan mulai sejak perencanaan, pelaksanaan dan pelaporan serta evaluasi. e) Para pemandu dapat menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif, sehingga para peserta Sekolah lapangan termotivasi untuk belajar dan berlatih. f) Panitia melayani peserta dengan baik selama Sekolah lapangan berlangsung, sehingga peserta fokus mengikuti kegiatan Sekolah lapangan dengan baik. g) Panitia menyediakan akomodasi dan fasilitas bagi peserta secara memadai, sehingga semua kebutuhan peserta tercukupi h) Pemerintah memberikan dukungan pembiayaan penyelenggaraan Sekolah lapangan, sehingga peserta merasa tidak dibebani dengan biaya mengikuti Sekolah lapangan, seperti bantuan dalam bentuk benih padi, bantuan hand traktor untuk mengolah sawah, bantuan dalam bentuk sarana produksi lainnya. i) Media Sekolah lapangan merupakan tempat kerja petani, sawah petani , sehingga peserta Sekolah lapangan melakukan kegiatan sesuai dengan kebutuhannya. j) Materi Sekolah lapangan mudah dimengerti dan dipahami, karena petani sudah memiliki pengalaman dalam bertani. k) Materi sekolah lapangan lebih banyak praktek dan pengamatan usahatani, sehingga petani tidak merasa kesulitan untuk menulis, tetapi materi yang disampaikan sesuai dengan kebutuhannya. l) Waktu
Pelaksanaan Sekolah lapang sangat
runtut
sesuai dengan
pertumbuhan tanaman, sehingga petani mudah untuk mengerti, dan dapat menyampaikan permasalahan usahataninya secara nyata, sesuai dengan hasil pengamatan pada lahan usahataninya.
2) Faktor Penghambat dalam Penyelenggaraan Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu a) Untuk kegiatan pembukaan penyelenggara sudah membuat jadwal waktu yang telah disepakati bersama antara siswa guru dan para pejabat, namun,
pejabat yang membuka datang terlambat,
sehingga waktu yang telah
ditentukan berubah, akibatnya peserta kurang fokus dalam belajar dan pengetahuan yang diperoleh kurang, karena materi sekolah lapangan yang diberikan pada saat peserta seharusnya beristirahat. b) Jadwal kegiatan yang telah dibuat sewaktu-waktu dapat berubah, sehubungan dengan ketersediaan sarana dan prasarana yang belum ada, seperti jadwal praktek untuk pembuatan persemaian, sehubungan benih belum tersedia, maka jadwal tersebut ditukar dengan materi yang lainnya. c) Penyelenggara kelompok tani dalam melakukan koordinasi dengan pejabat tingkat kabupaten, tidak cukup waktu yang dapat memberikan penjelasan pelaksanaan sekolah lapangan, sehubungan kesibukan pejabat Dinas. d) Dalam penentuan sekolah lapangan dibatasi hanya 25 orang, sedangkan anggota kelompoktani jumlahnya banyak dan mereka ingin mengikuti juga kegiatan sekolah lapangan. e) Peserta memiliki latar belakang pendidikan, umur, status sosial dan ekonomi serta budaya yang berbeda-beda, sehingga panitia atau pemandu cukup lama menjelaskan tentang program dan tujuan, agar peserta memiliki persepsi yang sama terhadap tujuan Sekolah lapangan. f)
Peserta yang motivasinya hanya untuk memenuhi tugas tanpa adanya minat dan kebutuhan akan mempengaruhi proses belajar mengajar karena peserta demikian akan menggangu peserta lainnya
g) Rata-rata pemilihan lahan usahatani yang sempit dapat menjadikan usahatani tidak efisien, sehingga akan berpengaruh pada penerapan pengelolaan tanaman terpadu h) Waktu pertemuan sekolah lapangan sulit untuk dapat hadir secara keseluruhan, sehubungan para petani memiliki berbagai kebutuhan yang tidak sama, sehingga kehadiran rata-rata hanya 80 % i)
Peserta Sekolah lapangan merasa sudah menguasai dan terampil dalam melaksanakan budidaya tanaman padi sawah, sehingga petani tidak secara sempurna melaksanakan pengelolaan tanaman terpadu.
j)
Peserta Sekolah lapangan memiliki pengalaman usahatani yang sudah turun temurun, sehingga perubahan sistem usahatani yang baru sering kali petani tidak merespon dengan cepat.
k) Belum adanya jaminan pasar bagi produk pertanian yang dapat melindungi petani dari kerugian usahatani, sehingga orientasi usahatani lebih pada pemenuhan kebutuhan hidup keluarganya.
V.Kesimpulan Dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut : 1.
Perencanaan SL-PTT yang dilaksanakan oleh kelompok tani di Kabupaten Subang meliputi: Identifikasi kebutuhan, Merumuskan tujuan, dan Merancang program secara keseluruhan langkah dalam penyusunan perencanaan dibuat berdasarkan kepada kebutuhan kompetensi peserta, sehingga perencanaan yang diselenggarakan telah efektif sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
2.
Pengorganisasian SL-PTT yang dilakukan oleh penyelenggara meliputi : Membentuk panitia pelaksana, Membuat daftar tugas, Melakukan koordinasi, Penentuan pemandu dan peserta serta menyiapkan materi, menentukan metode dan media sekolah lapangan telah dilakukan.
3.
Pelaksanaan SL-PTT yang dilaksanakan oleh kelompok tani dimulai dengan tahapan kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir sekolah secara efektif telah dilaksanakan.
4.
Penilaian SL-PTT dilakukan pada siswa, Pendamping, dan penyelenggara . a) Penilaian awal dilakukan penyelenggara kepada peserta Pre test dan post test telah efektif dilaksanakan b) Penilaian peserta terhadap fasilitator dan penyelenggara hanya berupa kesan dan pesan c) Hasil penilaian akhir sekolah lapangan pada peserta diperoleh dari perubahan sikap, pengetahuan dan keterampilan. Peserta menjadi lebih percaya diri dalam berusahatani padi. Hasil penilaian terhadap pendamping diperoleh gambaran bahwa pendamping umumnya memiliki kompetensi
dan pengalaman di bidangnya. Sedangkan hasil penilaian terhadap proses penyelenggaraan diperoleh gambaran bahwa seluruh kegiatan telah dilaksanakan dengan secara efektif, sesuai dengan program dan tujuan sekolah lapangan yang ingin dicapai. 5. Faktor pendukung penyelenggaraan sekolah SL-PTT sebagai berikut : a) Pendamping adalah para penyuluh pertanian dan pengamat hama dan penyakit tanaman, memiliki latar belakang pendidikan serta pengalaman dibidang masing-masing yang berkaitan dengan bidang pertanian sesuai dengan standar kompetensi yang diharapkan; dapat menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif, sehingga para peserta sekolah lapangan termotivasi untuk belajar dan berlatih. b) Panitia melayani peserta dengan baik selama sekolah lapangan berlangsung, sehingga peserta fokus mengikuti kegiatan sekolah lapangan dengan baik; panitia menyediakan akomodasi dan fasilitas bagi peserta. c) Media sekolah lapangan disediakan sebagaimana mestinya, sehingga peserta sekolah lapangan melakukan kegiatan dengan baik d) Materi sekolah lapangan mudah dimengerti dan dipahami e) Pemerintah memberikan dukungan pembiayaan penyelenggaraan sekolah lapangan secara penuh terutama untuk laboratorium lapangan (LL), 6. Faktor-faktor yang menghambat keberhasilan dalam menyelenggarakan sekolah lapangan Pengelolan Tanaman Terpadu antara lain : a) Petani peserta memiliki latar belakang pendidikan, umur, status sosial dan ekonomi serta
budaya yang berbeda-beda, sehingga pendamping lama
menjelaskan tentang program dan tujuan sekolah lapangan agar peserta memiliki persepsi yang sama terhadap tujuan sekolah lapangan. b)
Peserta kurang fokus dalam belajar karena kelelahan sehingga pengetahuan yang diperoleh kurang.
c)
Peserta mengikuti sekolah lapangan hanya untuk memenuhi tugas tanpa adanya minat dan kebutuhan akan mempengaruhi proses belajar mengajar, peserta demikian akan menggangu peserta lainnya
d)
Peserta sekolah lapangan merasa sudah menguasai dan terampil dalam usahatani padi sawah yang dilaksanakan secara turun temurun, sehingga mengikuti sekolah lapangan ingin memperoleh fasilitas sarana produksi pertanian dari bantuan pemerintah.
e) Media berlatih kurang maksimal diaplikasikan, sehingga tidak seluruh praktek sekolah lapangan dapat terselenggara sebagaimana mestinya.
Rekomendasi 1.
Dalam menentukan peserta sekolah lapangan sebaiknya dipertimbangkan latar belakang pendidikan dan umur.
2.
Tempat pelaksanaan sekolah lapangan sebaiknya memiliki ruangan dengan sarana dan prasarana yang memadai baik untuk teori maupun praktek agar proses pembelajaran dengan baik.
3.
Dinas Pertanian Kebupaten Subang sekolah lapangan harus melakukan kajiankajian dan menindak lanjuti hasil identifikasi kebutuhan peserta setelah mengikuti sekolah lapangan melalui monitoring dan evaluasi.
4.
Dalam menunjang keberhasilan sekolah lapangan, maka untuk meningkatkan pengelolaan tanaman terpadu perlu program penguatan mengingat banyaknya masalah yang dihadapi di lapangan seperti : belum semua kelompok tani membuat
pembagian
peran,
belum
teraturnya
pola
tanam,
belum
terkoordinirnya jadwal pekerjaan dalam kelompok tani, belum ditegakannya aturan penggunaan pestisida yang dapat membahayakan bagi konsumen. 5.
Dalam rangka meningkatkan dan mengembangkan sumberdaya manusia pertanian yang tangguh, maka sekolah lapangan perlu untuk terus dilakukan terutama bagi para petani yang memiliki pendidikan rendah dan atau tidak bisa membaca dan menulis, sehingga sekolah lapangan dapat membebaskan manusia dari buta huruf.
Implikasi Implikasi dari pelaksanaan sekolah lapangan pengelolaan tanaman terpadu di Kabupaten Subang sebagai berikut :
1. Telah terjadi perubahan pengetahuan, sikap dan keterampilan peserta dalam pengelolaan tanaman terpadu, hal ini dapat dilihat dari hasil test kemampuan yakni pre test, dari 25 orang peserta diperoleh interval nilai 6,0 sampai 7,5 dengan nilai skor rata-rata 6,75. Adapun hasil post test akhir diperoleh skor nilai interval adalah 8,5 sampai dengan 9,5 dengan nilai skor rata-rata 9,00. Dengan membandingkan nilai test awal
dengan test akhir maka terdapat
perubahan nilai sebesar 33,33 persen 2. Telah terjadi perubahan dalam hal pengelolaan tanaman, yang sebelumnya petani melakukan usahatani secara tradisional, berubah pada cara-cara usahatani yang lebih maju, hal ini dapat diketahui dari hasil produksi padi yang sebelum pelaksanaan sekolah lapangan 6,3 ton/hektar/musim setelah sekolah lapangan menjadi rata-rata 7,58 ton/ha/musim. 3. Timbulnya percaya diri, motivasi, giat dan tekun dalam berusahatani, hal ini dapat dilihat dari perubahan petani dalam hal pengamatan tanaman, hama dan penyakit, yang selanjutnya menyampaikannya kepada pemandu untuk memperoleh jawaban dari kondisi usahataninya. 4. Timbulnya semangat untuk mencari ilmu dan menghargai ilmu dikalangan petani. 5. Peserta lebih menghargai waktu, timbulnya budaya gotong royong dikalangan petani, hal ini terlihat dari kerjasama kelompok tani, yang lebih mengedepankan budaya kebersamaan dan musyawarah.
Daftar Pustaka Arikunto, Suharsimi, (2002). Prosedur Penelitian, Rineka Cipta, Jakarta. BPTP, (2010). Petunjuk Teknis Pengelolaan Tanaman dan Sumberdaya Terpadu SLPTT Padi Sawah, Balai Pengkajian Teknologi Pertanian. Jawa Barat Catur, (2002).Program Intensifikasi Padi Sawah Melalui Pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT), BPTP Jawa Tengah. Crombs, (1973).Pendidikan dalam Membentuk Sikap dan Moral.http:/datastudi.wordpress.com/2008/11/21/pendidikan-dalam membentuk-sikap-dan moral. Dirjen Tanaman Pangan, 2010. Pedoman Pelaksanaan Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) Tahun 2010, Direktorat Jendral tanaman pangan, Jakarta
Departemen Pendidikan Nasional (2003). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta. Dinas Pertanian Tanaman Pangan, (2010). Laporan Tahunan, Dinas Pertanian Tanaman pangan Propinsi Jawa Barat. Fagi, et al. (1996).Dalam K. Pirngadi dan A. Karim Makarim. Peningkatan Produktivitas padi Pada Lahan Sawah Tadah Hujan melalui Pengelolaan Tanaman Terpadu, Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, Sukamandi, Subang. Las, (2002).Panduan Teknis Pengelolaan Tanaman dan Sumberdaya Terpadu Padi Sawah Irigasi.Badan litbang Pertanian, Departemen Pertanian. Makarim, A. et al., (2000). Teknologi Produksi Padi Sawah. Badan Penelitian Pengembangan Pertanian, Bogor. Maleong, I.J. (1993). Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif, Tarsito. Bandung Mardikanto, T (1993) Penyuluhan Pembangunan Pertanian, Sebelas Maret University Press Serakarta. Mosher, A.T. 1985. Menggerakkan dan Membangun Pertanian. Terjemahan CV. Yasaguna, Jakarta. Nasution, S. (1988). Metode Research (Penelitian Ilmiah). Bandung. Penerbit. Jemars. Pramono, Joko et al., (2005). Upaya Peningkatan Produktivitas Padi Sawah Melalui Pendekatan Pengelolaan Tanaman dan Sumberdaya Terpadu dalam Agrosains, Fakultas Pertanian Unpad. Sudjana, D. (2000). Manajemen Program Pendidikan untuk Pendidikan Sekolah, Bandung. Falah Production Sugarda, J. Tarya (2000) Penyuluhan Pertanian, Fakultas Pertanian Unpad. Widowati, S. dan Darmadjati Djoko S. (2001). Menggali Sumberdaya Pangan Lokal dan peran Teknologi Pangan Dalam Rangka Ketahanan Pangan Nasional Majalah pangan, 36 (9) :3-11 Januari 2001. Riwayat Penulis Ir. Edeng, M.M.Pd. Lahir di Sumedang, 19 Maret 1964. Dosen Tetap di Fakultas Pertanian Universitas Bandung Raya, Bidang Keahlian Sosial Ekonomi Pertanian.