Governance, Jurnal S-1 Ilmu Pemerintahan Volume 4 Nomor 1 Edisi Maret 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
MANAJEMEN KEUANGAN DESA DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DESA DI DESA TINTING BOYOK KECAMATAN SEKADAU HULU Oleh: DEPI SISIANTO NIM. E42010065 Program Studi Ilmu Pemerintahan Kerjasama Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Tanjungpura Pontianak dengan Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat. 2015 E-mail :
[email protected] Abstrak Penelitian ini mendeskripsikan dan menganalisis proses penyusunan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa di Desa Tinting Boyok, Kecamatan Sekadau Hulu, Kabupaten Sekadau. Penelitian ini merupakan jenis penelitian Deskriptif dengan menggunakan pendekatan Kualitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa proses penyusunan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa di Desa Tinting Boyok sudah sesuai dengan aturan yang ditetapkan pemerintah daerah, hanya saja dalam pengelolaan keuangan, pemerintah Desa Tinting Boyok masih belum sepenuhnya mampu mengelola keuangan desa dengan efektif dan efesien. Lemahnya Sumber Daya Manusia menjadi salah satu masalah utama dalam pengelolaan keuangan desa. Namun secara keseluruhan, pengelolaan keuangan di Desa Tinting Boyok masih dikatakan wajar, hanya saja masih perlu pembenahan dari Sumber Daya Manusia Pemerintahan di Desa Tinting Boyok. Kata-kata kunci : Proses, Pengelolaan, dan Pembangunan
1 Depi Sisianto, NIM. E42010065 Program Studi Ilmu Pemerintahan Kerja Sama Fisip UNTAN dengan Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat
Governance, Jurnal S-1 Ilmu Pemerintahan Volume 4 Nomor 1 Edisi Maret 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
THE FINANCIAL MANAGEMENT OF BUDGET DRAFTING IN TINTING BOYOK VILLAGE, SEKADAU HULU SUB-DISTRICT, SEKADAU REGENCY By: DEPI SISIANTO NIM. E42010065 Science of government program, Faculty of social and political science, Tanjungpura University in cooperation with The Government of West Kalimantan. 2015 E-mail :
[email protected] Abstract This essay describe and analyze the process of budget drafting in Tinting Boyok village, Sekadau Hulu sub-district, Sekadau regency.. This research is an descriptive model by using qualitative approach.. The result of this research shows that the process of budget drafting in Tinting Boyok village went well base on the law made by regional government. Only, in financial management, the government of Tinting Boyok can not manage the financial effectively and efficiently. That caused by the human resource of Tinting Boyok government is at the minimum level so they can not manage it well.. But, as a whole, the financial management is good, only, they need to improve the human resource of the government in Tinting Boyok village Keywords : Process, Management, and Developemet
2 Depi Sisianto, NIM. E42010065 Program Studi Ilmu Pemerintahan Kerja Sama Fisip UNTAN dengan Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat
Governance, Jurnal S-1 Ilmu Pemerintahan Volume 4 Nomor 1 Edisi Maret 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
Dalam Negeri Nomor 37 Tahun 2007
A. PENDAHULUAN
tentang Pengelolaan Keuangan Desa.
1. Latar Belakang Penelitian Desa adalah kesatuan masyarakat
Keuangan Desa meliputi semua hak
hukum yang mempunyai susunan asli
dan
berdasarkan hak asal usul yang bersifat
penyelenggaraan pemerintahan desa
istimewa, landasan pemikiran dalam
yang
Desa
keanekaragaman,
termasuk didalamnya segala bentuk
partisipasi, otonomi asli, demokratisasi
kekayaan yang berhubungan dengan
dan
hak dan kewajiban desa tersebut.
adalah
pemberdayaan
(Widjaja,
2003:3).
berjalannya
masyarakat
Seiring
kewajiban
dapat
dalam
dinilai
rangka
dengan
uang
dengan
Menteri Dalam Negeri Nomor 37
sistem
Tahun 2007 masih menjadi pedoman
waktu,
pemerintahan di desa telah mengalami
pengelolaan
perubahan. Pada masa orde baru,
dikarenakan turunan dari Undang-
wewenang pusat untuk mengelola desa
Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang
sangat tinggi termasuk dalam masalah
Desa masih pada tahap sosialisasi dan
pengelolaan
belum terbentuk turunannya berupa
keuangan.
Kehadiran
keuangan
Undang-Undang Nomor 32 Tahun
Peraturan
2004
Peraturan Menteri.
tentang
Pemerintah
Daerah,
memberikan harapan baru kepada tata kelola desa (Pasal 212) yang termasuk didalamnya
adalah
tata
kelola
keuangan desa, meliputi semua hak dan kewajiban desa yang dapat dinilai dengan uang, serta segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa barang yang
dapat
dijadikan
milik
desa
berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban. Sistem pengelolaan keuangan
Pemerintah
desa,
maupun
Namun sering kali terjadi dalam pelaksanaanya, timbul kendala-kendala berkaitan dengan penyaluran Alokasi Dana
Desa
tersebut.
Berbagai
fenomena timbul sebagai akibat dari manajemen perencanaan pada tahap Penyusunan
Rancangan
Anggaran
Pendapatan dan Belanja Desa, yang diterapkan oleh pejabat desa yang berwenang mengatur den mengelola keuangan desa yang masih belum
telah diatur dalam Peraturan Menteri 3 Depi Sisianto, NIM. E42010065 Program Studi Ilmu Pemerintahan Kerja Sama Fisip UNTAN dengan Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat
Governance, Jurnal S-1 Ilmu Pemerintahan Volume 4 Nomor 1 Edisi Maret 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
sesuai
dengan
fungsi-fungsi
manajemen.
pengelolaan keuangan desa dari pejabat
Penyusunan
Rancangan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes) telah diatur dalam peraturan menteri maupun pemerintah daerah dalam bentuk Peraturan Menteri maupun Peraturan Bupati dan sistem pengelolaanya pengarahan
sudah
dari
mendapatkan
pihak
Kecamatan
ataupun Kabupaten melalui Badan Pemberdayaan Masyarakat, Kesatuan Bangsa,dan Pemerintahan Desa bidang Pemerintahan
Desa
Kabuoaten
Sekadau, berkaitan dengan tata kelola keuangan
adalah masih lemahnya perencanaan
desa.
Namun
masalah
dilapangan berbanding terbalik dengan upaya pemerintah dalam melaksanakan pembangunan di desa. Tidak semua perangkat di desa dapat mengelola keuangan desa dengan baik, khususnya Desa Tinting Boyok yang termasuk
desa yang berwenang, serta masih belum sesuai dengan prosedur standar perencanaan yang telah di sampaikan oleh
dengan
Sumber
Daya
masalah
umum
Manajemen Keuangan Desa dalam Penyusunan
Rancangan
daerah.
perencanaan
masalah
keuangan
kerap
kali
terjadi di desa, khususnya desa-desa terpencil seperti Desa Tinting-Boyok yang
masih
kekurangan
aparatur
pemerintah yang memiliki kemampuan managerial mengelola keuangan, yaitu Kepala Desa yang dilimpahkan kepada Sekertaris
Desa
untuk
melakukan
Pengelolaan yang tidak sesuai dengan prosedur,
seperti
melimpahkan
wewenang
pengelolaan
keuangan
kepada aparatur desa yang kurang mengerti
sistem
penyusunan
dan
pertanggungjawaban keuangan secara benar. Dari berkaitan
segenap dengan
pemaparan permasalahan
Perencanaan keuangan desa seperti
Manusia yang terbatas. Adapun
pemerintah
Fenomena-fenomena
sebagai desa yang berada di daerah terpencil
pihak
Anggaran
Pedapatan dan Belanja Desa di Desa Tinting Boyok yang kerap muncul
dijelaskan tersebut diatas, masalah penyusunan
perencanaan
Anggaran
Pendapatan dan Belanja Desa menjadi kunci
dari
timbulnya
berbagai
fenomena-fenomena berkaitan dengan 4
Depi Sisianto, NIM. E42010065 Program Studi Ilmu Pemerintahan Kerja Sama Fisip UNTAN dengan Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat
Governance, Jurnal S-1 Ilmu Pemerintahan Volume 4 Nomor 1 Edisi Maret 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
tata kelola keuangan desa. Salah satu
tidak
fenomena yang timbul akibat tidak
Sekadau.
berjalannya
fungsi
manajemen
perencanaan dengan baik
adalah
laporan pertanggungjawaban keuangan desa dalam bentuk Peraturan Desa (Perdes)
mengenai
Pendapatan
dan
Anggaran
Belanja
Desa
jauh
dari
pusat
kabupaten
Adapun alasan peneliti menjadikan Desa Tinting Boyok sebagai Lokus Penelitian diantaranya adalah : a. Pembangunan masih belum berjalan
dan
memenuhi
(APBDes) yang diselesaikan melebihi
target
waktu yang di tetapkan dalam Standar
Anggaran Pendapatan dan
Operasional
Belanja Desa.
Prosedur
pembuatan
Perdes APBDes. Fungsi perencanaan dalam
mengelola
administrasi
sesuai
dengan
b. Fenomena
berupa
keterlambatan
penyerahan
keuangan desa masih berjalan lambat,
laporan
pertanggung
sehingga akibat yang timbul adalah
jawaban
penggunaan
Alokasi
anggaran
Dana
Desa
tidak
dapat
dalam
bentuk
diberikan tepat pada waktunya, dan
APBDes Periode ke 2 (dua)
tentunya
yang seharusnya diselesaikan
berimbas
dengan
pembangunan di desa tersebut. Desa Tinting Boyok merupakan
pada
November
2013,
namun sampai Januari 2014
salah satu desa di Kabupaten Sekadau
laporan
tersebut
yang kerap terjadi permasalahan dalam
dapat dipenuhi oleh pihak
penyusunan perencanaan APBDes. Hal
Pemerintah
tersebut terjadi sebagai akibat belum
Boyok.
berjalannya fungsi manajemen oleh
c. Kurangnya
Desa
belum
Tinting
pemahaman
pemerintah desa yang berewenang
pemakai anggaran (pejabat
mengatur dan mengelola keuangan
yang
desa. Selain itu desa Tinting Boyok
mengelola anggaran, seperti
aksesnya lebih mudah dijangkau karena
penyusunan
berwenang)
kebutuhan
dalam
anggaran belanja, 5
Depi Sisianto, NIM. E42010065 Program Studi Ilmu Pemerintahan Kerja Sama Fisip UNTAN dengan Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat
Governance, Jurnal S-1 Ilmu Pemerintahan Volume 4 Nomor 1 Edisi Maret 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
pengelolaan
keuangan
Rancangan APBDes di Desa
sampai dengan pelaporan.
Tinting
d. Pada kasus yang terjadi di
Sekadau
Desa Tinting Boyok, timbul
Sekadau
sebuah
fenomena
akibat
dari
sebagai
manajemen
Boyok,
Kecamatan
Hulu,
Kabupaten
3. Tujuan Penelitian Adapun yang menjadi
keuangan yang tidak sesuai
tujuan penelitian ini adalah
dengan standar pengelolaan
sebagai berikut:
keuangan yang benar yaitu,
a. Untuk mengetahui bagaimana
pembekuan anggaran dalam
Perencanaan Keuangan Desa
bentuk Alokasi Dana Desa
Dalam
dari
pemberi
Rancangan APBDes di Desa
(Kabupaten) kepada pihak
Tinting Boyok, Kecamatan
Penerima
pada
Sekadau
periode ke 2 (dua) Tahun
Sekadau.
pihak
(Desa)
Penyusunan
Hulu,
2013 yang mana hal tersebut
b. Untuk
dikarenakan pemerintah desa
faktor
belum menyelesaikan tugas-
menyebabkan
tugas yang harus dipenuhi
Rancangan
sebagai
belum
persyaratan
Kabupaten
mengetahui apa
faktor-
saja
yang
penyusunan
APBDes sesuai
yang dengan
pencairan dana Alokasi Dana
prosedur standar pengelolaan
Desa (ADD).
keuangan desa. c. Untuk
Berdasarkan dari uraian latar dan
pembatasan
masalah di atas, maka dapat dibuat adalah:
rumusan
sejauh
mana keterlibatan pemerintah
2. Rumusan Permasalahan
belakang
mengetahui
daerah dalam memberikan pengarahan,
pelatihan
dan
bimbingan kepada aparatur.
permasalahan
Bagaimana
Proses
Perencanaan dalam Penyusunan
4. Manfaat Penelitian. 1) Manfaat Teoritis 6
Depi Sisianto, NIM. E42010065 Program Studi Ilmu Pemerintahan Kerja Sama Fisip UNTAN dengan Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat
Governance, Jurnal S-1 Ilmu Pemerintahan Volume 4 Nomor 1 Edisi Maret 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
Penelitian ini dilakukan
kemampuan
berfikir
dengan harapkan untuk dapat
guna menerapkan teori-
memberikan
teori
kontribusi
bagi
yang
diperoleh
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
selama
masa
Politik dan Program Studi Ilmu
perkuliahan
serta
Pemerintahan khususnya pada
sebagai
bidang
menyelesaikan
kajian
Manajemen
Pengelolaan
Keuangan
Pemerintahan sebagai
Daerah
bahan
pendidikan
serta
kajian
syarat
Program
dan
untuk
pada Studi
Ilmu
Pemerintahan.
perbandingan untuk penelitian bidang pedesaan.
2. TEORI DAN METODOLOGI
2) Manfaat Praktis
2.1.Teori
a.
Penelitian
ini
dapat
2.1.1. Pengertian
menjadi
sumbangan
Keuangan
pemikiran serta masukan bagi
pemerintah
desa
James C.Van horne dalam Kasmir
(2010:5)
mendefinisikan
dan masyarakat, sebagai
manajemen keuangan adalah segala
salah satu masukan guna
aktivitas yang berhubungan dengan
melaksanakan
Perolehan,
pengelolaan
Pendanaan,
dan
keuangan
Pengelolaan aktiva dengan beberapa
desa yang lebih baik di
tujuan menyeluruh. dari definisi
Desa
tersebut
Tinting
Kecamatan Hulu,
Boyok, Sekadau
Kabupaten
Sekadau. b.
Manajemen
Bagi peneliti, berguna untuk wawasan pengetahuan
menambah dan serta
dapat
diartikan
bahwa
kegiatan manajemen keuangan dalah berkutat disekitar: 1. Bagaimana memperoleh dana untuk membiayai usahanya. 2. Bagaimana mengelola dana tersebut sehingga tujuan perusahaan tercapai.
7 Depi Sisianto, NIM. E42010065 Program Studi Ilmu Pemerintahan Kerja Sama Fisip UNTAN dengan Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat
Governance, Jurnal S-1 Ilmu Pemerintahan Volume 4 Nomor 1 Edisi Maret 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
3. Bagaimana perusahaan mengelola aset yang dimiliki secara efisien dan efektif. Suad Husnan (1998:4) dalam bukunya yang berjudul Dasar-Dasar Manajemen Keuangan menjelaskan pengertian Manajemen Keuangan yaitu
“pengaturan
kegiatan
keuangan dalam suatu organisasi yang
menyangkut
perencanaan,
kegiatan
analisis,
dan
pengendalian kegiatan keuangan”. Dalam
pernyataan
ini,
jelas
diungkapkan bahwa unsur pertama dalam Manajemen Keuangan adalah Perencanaan.
Seperti
yang
penganggaran,
pelaporan, pertanggung-jawaban dan pengawasan keuangan desa, yang berdasarkan azas-azas transparan, akuntabel,
tersebut,
maka
oleh Kepala Desa sebagai Kepala Pemerintah Desa adalah Pemegang Kekuasaan Pengelolaan Keuangan Desa dan mewakili Pemerintah Desa dalam kepemilikan kekayaan desa. Kepala Desa memiliki kewenangan untuk :
di
1.
penulis
2.
keuangan adalah seluruh proses 3. 4.
dalam pengelolaan keuangan guna mencapai tujuan yang diinginkan. Pengelolaan keuangan desa dalam
Peraturan
5.
Menteri
Dalam Negeri Nomor 37 Tahun 2007
yang
Pedoman
mengatur
Pengelolaan
tentang
serta
anggaran Keuangan Desa di kelola
simpulkan pengertian manajemen
diatur
partisipatif
dilakukan dengan tertib dan disiplin
jelaskan menurut pengertian para ahli
penatausahaan,
menetapkan kebijakan tentang pelaksanaan APBDesa menetapkan kebijakan tentang pengelolaan barang desa menetapkan bendahara desa menetapkan petugas yang melakukan pemungutan penerimaan desa menetapkan petugas yang melakukan pengelolaan barang milik desa.
2.1.2. Pengertian Keuangan Desa
Keuangan Undang-Undang
Desa. Dalam Permendagri tersebut
2004
tentang
Nomor
33
dijelaskan pengertian Pengelolaan
Tahun
perimbangan
Keuangan Desa yaitu keseluruhan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan
kegiatan yang meliputi perencanaan,
Daerah, memberikan dampak pada 8
Depi Sisianto, NIM. E42010065 Program Studi Ilmu Pemerintahan Kerja Sama Fisip UNTAN dengan Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat
Governance, Jurnal S-1 Ilmu Pemerintahan Volume 4 Nomor 1 Edisi Maret 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
perubahan dalam sistem pembuatan
mendefinisikan pengertian manajemen
keputusan
perencanaan.
terkait
dengan
(Wiludjeng:
2007)
pengalokasian sumber daya dalam
mendefenisikan
anggaran pemerintah daerah. Tentunya,
perencanaan
hal tersebut berimbas pula dalam
membandingkan,
pengelolaan penganggaran keuangan
alternatif yang baik dari kegiatan yang
desa, sebagai pihak penerima dana
dilakukan
perimbangan. Selanjutnya, pengelolaan
bersama”.
keuangan desa diatur dalam Peraturan
menjelaskan pengertian perencanaan
Menteri Dalam Negeri Nomor 37
yaitu “suatu aktivitas integratif yang
Tahun 2007 yang kemudian diatur
berusaha memaksimumkan efektifitas
dalam Peraturan Bupati Nomor 31
seluruhnya
Tahun
Pedoman
sebagai suatu sistem, sesuai dengan
Desa
tujuan yang ingin dicapai”. Hayashi
2013
Tentang
Pengelolaan
Keuangan
menjelaskan
pengertian
Keuangan
pengertian adalah
“Proses
menilai,
dalam
mencapai
Siswanto
dari
memilih
(2008:
suatu
(Siswanto:2008)
tujuan 42)
organisasi
mendefenisikan
Desa adalah semua hak dan kewajiban
perencanaan sebagai “suatu proses
dalam
bertahap
rangka
penyelenggaraan
dari
tindakan
pemerintahan desa yang dapat dinilai
terorganisasi
dengan uang termasuk didalamnya
antara kondisi yang ada dan aspirasi
segala
yang
organisasi”. Louis A. Allen dalam
dan
(Siswanto: 2008) menjelaskan bahwa
kewajiban desa tersebut dan dikelola
perencanaan terdiri atas aktivitas yang
dengan
dioperasikan oleh menejer. Aktivitas
bentuk
berhubungan
kekayaan
dengan
rangkaian
hak
kegiatan
yang
meliputi perencanaan, penganggaran, penatausahaan,
pelaporan,
pertanggung-jawaban dan pengawasan keuangan desa.
literatur
dapatkan,
banyak
perbedaan
tersebut adalah: 1.
Prakiraan (Forecasting) Prakiraan
merupakan
suatu
usaha yang sistematis untuk meramalkan/memeperkirakan
2.2.Manajemen Perencanaan Didalam
jembatani
yang
yang sumber
peneliti yang
waktu
yang
akan
datang
dengan penarikan kesimpulan 9
Depi Sisianto, NIM. E42010065 Program Studi Ilmu Pemerintahan Kerja Sama Fisip UNTAN dengan Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat
Governance, Jurnal S-1 Ilmu Pemerintahan Volume 4 Nomor 1 Edisi Maret 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
atas
fakta
yang
telah
tentang sumber daya keuangan
diketahui. 2.
(financial
Penetapan
Tujuan
waktu tertentu.
Penetapan tujuan merupakan aktivitas
menetapkan ingin
3.
sesuatu
Prosedur
(developing procedure)
yang melalui
Pengembangan
prosedur
merupakan
aktivitas
suatu
menormalisasikan
Pemrograman (programming)
teknik,
Pemrograman
pelaksanaan suatu pekerjaan.
adalah
aktivitas
yang
dengan
maksud
suatu
dilakukan
7.
untuk
cara,
dan
Penetapan
dan
metode
Interpretasi
Kebijakan (enstablishing and
menetapkan langkah-langkah
interpreting policies)
utama yang diperlukan untuk
Penetapan
mencapai tujuan, menetapkan
kebijakan dalah suatu aktivitas
unit
yang
dan
dan
interpretasi
anggota
yang
jawab
untuk
menetapkan
setiap langkah, dan untuk
berdasarkan
menetapkan
serta
manajer dan para bawahannya
setiap
akan bekerja. Suatu kebijakan
pengaturan
urutan waktu
dilakukan
dalam syarat
kondisi
mana
langkah.
adalah
sebagai
Penjadwalan (scheduling)
keputusan
yang
Penjadwalan adalah penetapan
berlaku untuk permasalahan
atau
yang berulang demi suatu
menurut
penunjukan
waktu
kronologi
tertentu
guna melaksanakan berbagai macam pekerjaan. 5.
Pengembangan
pelaksanaan pekerjaan.
bertanggung
4.
6.
untuk
dicapai
yang
disediakan untuk aktivitas dan
(establishing objective)
suatu
recources)
untuk
suatu
membuat
senantiasa
organisasi. Dari penjelasan diatas, maka berikut adalah langkah-langkah penting dalam
Penganggaran (budgeting) Merupakan
suatu
aktivitas pernyataan
pekerjaan perencanaan: a.
Menjelaskan permasalahan 10
Depi Sisianto, NIM. E42010065 Program Studi Ilmu Pemerintahan Kerja Sama Fisip UNTAN dengan Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat
Governance, Jurnal S-1 Ilmu Pemerintahan Volume 4 Nomor 1 Edisi Maret 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
b.
c.
Usaha
untuk
memperoleh
Pengembangan Prosedur (developing
informasi terhandal tentang
procedure), Penetapan dan Interpretasi
aktivitas yang direncanakan
Kebijakan
Analisis
interpreting
dan
klasifikasi
informasi d.
(enstablishing policies)
yang
Menentukan
dasar-dasar
dinilai lebih relevan terhadap masalah yang
e.
Menentukan rencana berganti
dibandingkan dengan tori lain.
f.
Memilih
rencana
Membuat urutan kronologis mengenai
rencana
yang
diusulkan Teori
diatas,
peneliti
tertarik menggunakan teori Louis A. Allen dalam (Siswanto: 2008). Alasan peneliti lebih tertarik menggunakan teori Louis A. Allen dikarenaka teori ini dinilai lebih relevan terhadap masalah yang akan diteliti oleh peneliti. Dalam
Louis
A.
Allen
akan
yang
diusulkan
Dari
mana,
menurut analisis peneliti, teori ini
perencanaan dan batasan
g.
and
dalam
(Siswanto: 2008) terdapat elemenelemen yang berkaitan erat dalam penyusunan rancangan APBDes. Louis A. Allen dalam (Siswanto: 2008) menjelaskan fungsi-fungsi manajemen
penelit
teliti,
jika
. 3. Metode Penelitian Metode yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Alasan penulis menggunakan metode kualitatif
dikarenakan
jawaban-
jawaban dari temuan penelitian metode kualitatif, memberikan bukan hanya sekedar angka-angka namun penjelasan lebih mendalam berkenaan dengan masalah yang tertjadi di lapangan. Dalam metode penelitian kualitatif ini, peneliti dapat mengetahui lebih dalam, apa saja faktor-faktor permasalahan yang terjadi sehingga mengakibatkan dampak-dampak masalah perencanaan keuangan di lapangan.
dari Prakiraan (Forecasting), Penetapan Tujuan
(establishing
Pemrograman
Lebih dalam lagi penulis ingin
objective),
(programming),
Penjadwalan
(scheduling),
Penganggaran
(budgeting),
mengetahui
bagaimana
manajemen
pengelolaan keuangan Desa berkaitn dengan
penyusunan
Rancangan 11
Depi Sisianto, NIM. E42010065 Program Studi Ilmu Pemerintahan Kerja Sama Fisip UNTAN dengan Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat
Governance, Jurnal S-1 Ilmu Pemerintahan Volume 4 Nomor 1 Edisi Maret 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
Anggaran Pendapatan dan Belanja
pertanggungjawaban keuangan pada
Desa berdasarkan Peraturan Bupati
periode sebelumya.
Sekadau
Nomor
31
Tahun
2013
Salah
satu
faktor
Tentang Pengelolaan Keuangan Desa
menyebabkan
di Desa Tinting Boyok, Kecamatan
tersebut
Sekadau Hulu, Kabupaten Sekadau,
pemahaman
yang
timbul
keuangan
akibat
Rancangan Anggaran Pendapatan dan
fungsi-fungsi
Belanja Desa. Sebagai akibat dari
manajeman pengelolan keuangan di
timbulnya fenomena tersebut tentunya
desa.
akan berdampak dengan pembangunan
setiap
Tahunnya
fenomena-fenomena dari
sebagai
lemahnya
4. Hasil Penelitian dan Pembahasan .Hasil penelitian menunjukkan bahwa Desa Tinting Boyok garis
besar
telah
secara
melaksanakan
pengeleolaan keuangan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan oleh pemerintah daerah. Hanya saja dalam pelaksanaannya
masih
belum
dilaksanakan dengan optimal. Salah satu elemen manajemen keuangan yang belum optimal berada pada tahap perencanaan. timbulnya
Terbukti fenomena
dengan pembekuan
anggaran Alokasi Dana Desa Periode 2(dua)
2013
terlambatnya
sebagai pelaporan
akibat
timbulnya
yang
adalah,
fenomena
masih
lemahnya
pejabat desa
pengelola
dalam
menyusun
di Desa Tinting Boyok. Selain hambatan
itu,
yang
dalam
menjadi penyusunan
Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa di Desa Tinting Boyok adalah
terjadinya
masa
transisi
kepemimpinan kepala desa di Desa Tinting
Boyok.
Hal
tersebut
berpengaruh dalam tahap penyusunan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja karena pegawai baru di Kantor Desa Tinting Boyok baru beradaptasi dengan pekerjaan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Desa pada tahap sebelumya.
Anggaran
Pendapatan dan Belanja Desa yang mana didalamnya terdapat lampiran
12 Depi Sisianto, NIM. E42010065 Program Studi Ilmu Pemerintahan Kerja Sama Fisip UNTAN dengan Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat
Governance, Jurnal S-1 Ilmu Pemerintahan Volume 4 Nomor 1 Edisi Maret 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
B. SIMPULAN, SARAN
c.
Tidak terselesainya beban tugas pelaporan pertanggungjawaban
DAN
KETERBATASA
keuangan di periode 1(pertama)
N
Tahun 2013.
1. Simpulan
2. Saran
Berdasarkan uraian pada bab
Berdasarkan
seluruh
hasil
IV tentang hasil penelitian dan
penelitian serta kesimpulan, dapat
pembahasan,
diambil
dikemukakan
sebagai
sebagai berikut :
beberapa
dapat kesimpulan
berikut : a.
a.
Penyusunan Anggaran
Pendapatan
saran
Pengelolaan Keuangan Desa di Desa Tinting Boyok
masih
dan
membutuhkan pengarahan yang
Belanja Desa di Desa Tinting
lebih intensif dari pemerintah
Boyok,
Kecamatan
Sekadau
Kabupaten,
Hulu,
Kabupaten
Sekadau
meminimalisir adanya masalah
sudah sesuai dengan prosedur
dalam pengelolaan keuangan di
standar pengelolaan keuangan
Desa Tinting Boyok.
yang
b.
Rancangan
beberapa
telah
ditetapkan
oleh
b.
sehingga
dapat
Pemrintah Desa Tinting Boyok
peraturan yang telah ditetapkan
harus
oleh.
sesama aparatur desa, maupun
Pembangunan di Desa Tinting
terhadap masyarakat dan saling
Boyok masih belum mencapai
membantu
harapan,
keuangan desa, sehingga tidak
hal
tersebut
lebih
terbuka
dalam
mengelola
dikarenakan sumber pendapatan
terjadi
desa
sertadapat menyelesaikan tugas
hanya
mengharapkan
ketidak
antar
sepahaman
Alokasi Dana Desa dengan
yang
jumlah yang terbatas dan tidak
pemerintah desa tepat waktu.
memiliki Pendapatan Asli Desa ataupun
aset
yang
dapat
c.
Tidak
dibebankan
kepada
ditemukannya
berkas
Rencana Pembangunan Jangka
dikembangkan sebagai sumber
Menengah
pendapatan desa
penyusunan
sebagai
dasar Anggaran 13
Depi Sisianto, NIM. E42010065 Program Studi Ilmu Pemerintahan Kerja Sama Fisip UNTAN dengan Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat
Governance, Jurnal S-1 Ilmu Pemerintahan Volume 4 Nomor 1 Edisi Maret 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
Pendapatan dan Belanja Desa.
data sebagai pendukung guna
Disarankan kepada pemerintah
memecahkan
Desa agar segera menyusun
penulis teliti.
Rencana Pembangunan Jangka Menengah
sehingga
masalah
yang
.
rencana
pembangunan lebih terarah dan
DAFTAR PUSTAKA
tepat sasaran.
3. Keterbatasan Penelitian Adapun keterbatasan dalam penelitian ini, yaitu : a. Sulitnya
memperoleh data
berkaitan dengan anggaran di Desa
Tinting
Dikarenakan
Boyok. pengelolaan
keuangan
masih
penulis
harus
melakukan pendekatan intensif agar dapat memperoleh data berkatian
dengan
keuangan
desa. b. Akses
jalan
Kecamatan
antar dan
Desa,
Kabupaten
tidak begitu baik, sehingga penulis
harus
menyesuaikan
dengan
cuaca
dan
keadaan
ketika melaksanakan penelitian. c. Tidak tersedianya arsip desa sehingga
penulis
Kasmir, 2010. Pengantar Manajemen Keuangan. Jakarta : Kencana Prenda Media Group. Moloeng, 2013. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
belum
sepenuhnya bersifat terbuka, sehingga
Husnan, Suad., Enny Pudjiastuti. 2006. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan. Yogyakarta : UPP STIM YKPN.
M. Aminirin, Tatang. 2010. Pokokpokok Teori Sistem Jakarta PT RajaGrafindo Persada. Ndraha,Taliziduhu. 2010. Metodologi Ilmu Pemerintahan. Sidoarjo: PT Rineka Cipta. Ritonga, 2010. Perencanaan dan Penganggaran Keuangan Daerah.Yogyakarta: Sekolah Pascasarjana UGM. Safi’i,
H.M. 2009. Perencanaan Pembangunan Daerah. Malang: Averroes Press
Siswanto, 2008. Pengantar Manajemen. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
merasa
kesulitan dalam memperoleh 14 Depi Sisianto, NIM. E42010065 Program Studi Ilmu Pemerintahan Kerja Sama Fisip UNTAN dengan Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat
Governance, Jurnal S-1 Ilmu Pemerintahan Volume 4 Nomor 1 Edisi Maret 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
Sugiyono. 2013. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung CV Alfabeta.
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah
_ _ _ _. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung CV Alfabeta
Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.
Surjadi. 1983. Pembangunan Masyarakat Desa. Bandung:Alumni. Sutopo. 2000. Administrasi Manajemen dan Organisasi. Jakarta: LAN Tohardi.
2008. Petunjuk Praktis Menulis Skripsi. Bandung : Mandar Maju.
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa Peraturan Pemerintah 72 Tahun 2005 tentang Desa Peratutan Menteri Dalam Negeri No. 37 Tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa
Tohardi. 2002. Pemahaman Praktis Manajemen Sumber Daya Manusia . Bandung : Mandar Maju.
Peraturan Bupati Sekadau Nomor 31 Tahun 2013 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa
Thoha, Miftah.2010. Kepemimpinan Dalam Manajemen. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada..
Peraturan Desa Tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa Tinting Boyok Tahun 2013
Widjaja, HAW. 2003. Otonomi Desa Merupakan Otonomi Yang Bulat Dan Utuh. Jakarta : Rajawali Pers.
Profil Kecamatan Sekadau Hulu Tahun 2013
Wiludjeng, Sri. 2007. Pengantar Manajemen. Yogyakarta: Graha Ilmu
Penelitian, Naskah Akademik dan Makalah:
Fahmi,
Irham. 2013. Manajemen Strategis (Teori dan Aplikasi). Bandung: CV Alfabeta
Sumber Dokumen dan PerundangUndangan:
Profil Desa Tinting Boyok Tahun 2013
Sunta, Mathilda. 2013. Pengelolaan Alokasi Dana Desa Oleh Sumber Daya Aparatur Desa Tanjung Klansam Kecamatan Sintang. Pontianak, Program Studi Ilmu Pemerintahan, Kerjasama FISIP Untan dengan Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat. 15
Depi Sisianto, NIM. E42010065 Program Studi Ilmu Pemerintahan Kerja Sama Fisip UNTAN dengan Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat
Governance, Jurnal S-1 Ilmu Pemerintahan Volume 4 Nomor 1 Edisi Maret 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
Surya,
Khetrin. 2013. Evaluasi Penerapan Kebijakan Kepala Desa Dalam Pengelolaan Administrasi Keuangan Desa Empunak Tapang Keladan. Pontianak, Program Studi Pendidikan Ekonomi FKIP Untan.
Sutiyono. 2009. Efektivitas Pengelolaan Keuangan Desa (Studi Kasus Desa Seling Kecamatan Karang Sambung Kabupaten Kebumen Tahun 2007-2008). Yogyakarta, Program Studi Ilmu Pemerintahan FISIP Universitas Muhammadiyah
16 Depi Sisianto, NIM. E42010065 Program Studi Ilmu Pemerintahan Kerja Sama Fisip UNTAN dengan Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat