Media Trend Vol. 10 No. 1 Maret 2015, hal. 27-46
IMPLEMENTASI KEBIJAKAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DESA (APBDes) UNTUK MENINGKATKAN PEMBANGUNAN DESA (Studi Kasus di Desa Bandung Kecamatan Gedeg Kabupaten Mojokerto) Selamet Joko Utomo Fakultas Ekonomi Universitas Trunojoyo
[email protected]
Abstract This study analyzes the implementation of policies APBDes in improving rural development. In APBDes policy implementation is often in its execution is still a dominance of village government. APBDes policies should apply the principle of good governance that include participation, transparency and accountability so that the goal is done in village development can be achieved. Qualitative descriptive analysis techniques using domain analysis technique which uses the pattern of semantic relationships. The results show, that in the process of policy implementation APBDes held in the village of Bandung has not met the principles of Good Governance. In terms of community participation, the community has not been involved in policy-making process of development and community participation has not been instituted so that people do not have the power to influence policy-making, in terms of transparency, the village government is not open to the public in the financial management of the village where the people do not have access to know the size budget managed by the village government. In terms of accountability, accountability of village government in its financial management was limited to formal legal qualifies only, and not be accountable to the village where the government is accountable for the implementation of its development to the people they lead. Keywords: APBDes, Good Governance
27
Media Trend Vol. 10 No. 1 Maret 2015, hal. 27-46
PENDAHULUAN
sebagai upaya penyerahan atau
Penerapan otonomi daerah memerlukan
dukungan
pengembangan pengelolaan lebih
dan
suatu
sistem
pembangunan
mendorong
yang
keterlibatan
masyarakat secara lebih luas. Pada tataran
pemerintahan,
pengakuan
urusan
pemerintahan
terutama terkait dengan pengaturan dan
pengurusan
kepentingan
masyarakat setempat sesuai dengan prakarsa
sendiri
berdasarkan
aspirasi masyarakat.
perlu
Pelibatan masyarakat dalam
ditumbuhkan perilaku pemerintahan
setiap proses penentuan kebijakan
yang
pembangunan
jujur,
terbuka,
bertanggungjawab dan demokratis
dampak
(good
pelaksanaan
governance).
Sedangkan
akan
memberikan
positif
terhadap kebijakan
pada tataran kemasyarakatan harus
pembangunan tersebut.
dikembangkan
partisipasi diharapkan masyarakat
mekanisme
yang
melakukan
Dengan
memberikan peluang partisipasi bagi
mampu
warga dalam proses pengambilan
pembangunan (melalui perencanaan
kebijakan.
tata ruang
desa)
perencanaan
bersama-sama
Melalui undang-undang No.
dengan
Tahun
tentang
melaksanakan pembangunan sesuai
Pemerintahan Daerah, Pemerintah
dengan keinginan masyarakat dan
Indonesia mengisyaratkan adanya
mengawasi jalannya pembangunan
desentralisasi
serta hasil pembangunan dan yang
32
wewenang
2004
atau
penyerahan
pemerintahan
pemerintah
setempat,
oleh
paling utama adalah masyarakat
Pemerintah Pusat kepada Daerah
dapat menikmati hasil pembangunan
Otonom dalam kerangka Negara
yang dibiayai melalui pajak-pajak
Kesatuan
yang
Republik
Indonesia.
berasal
dari
jerih
payah
Undang-undang tersebut merupakan
rakyat. Islamy (2004) mencatat ada
penyempurnaan
tiga hal yang bisa dipetik dengan
Undang
nomor
dari 22
Undang-
tahun
1999
adanya
pelibatan dalam
bawahan
tentang otonomi daerah. Penjelasan
(masyarakat)
penentuan
secara teoritis tentang desentralisasi
kebijakan, yaitu: (a). masyarakat
oleh Kunarjo (2002) diterangkan
akan memiliki sense of belonging 28
Media Trend Vol. 10 No. 1 Maret 2015, hal. 27-46
terhadap keputusan yang mereka
desa,
sendiri
pembiayaan desa. Penerimaan desa
ikut
membuatnya;
masyarakat
memiliki
(b).
sense
of
2)
belanja
dimaknai
desa;
sebagai
3)
semua
partisipation; dan (c). masyarakat
penerimaan uang melalui rekening
akan memiliki rasa ikut bertanggung
desa yang merupakan hak desa
jawab (sense of accountability) atas
dalam satu tahun anggaran yang
keberhasilan
tidak perlu dibayar kembali oleh
pelaksanaan
keputusan tersebut.
desa. Belanja desa yaitu semua
Pemerintahan
desa,
pengeluaran
dari
rekening
desa
sebagaimana tingkat pemerintahan
yang merupakan kewajiban desa
di atasnya, memiliki kewenangan
dalam satu tahun anggaran yang
untuk
tidak akan diperoleh pembayarannya
mengurus
dan
mengatur
masyarakatnya.
Untuk
melaksanakan
kewenangan,
desa yaitu semua penerimaan yang
pemerintahan desa memiliki sumber-
perlu dibayar kembali dan/ atau
sumber
untuk
pengeluaran yang akan diterima
membiayai kegiatan-kegiatan yang
kembali baik pada tahun anggaran
harus
yang bersangkutan maupun pada
setiap
bisa
penerimaan
dilakukan. desa
Kemampuan
dalam
menggali
kembali
Secara
desa.
Pembiayaan
tahun- tahun anggaran berikutnya.
penerimaan dan membelanjakannya tentunya sangat berbeda.
oleh
Dari
APBDes
tersebut
semua
kegiatan
terakomodir
eksplisit semuanya itu dapat dilihat
pemerintahan, pembangunan desa
dalam Anggaran Pendapatan dan
berikut
Belanja Desa (APBDes). APBDes,
ditimbulkannya, sehingga dipandang
oleh karenanya merupakan sebuah
sangat
representasi
masyarakat
dalam
pemerintahan desa akan mencapai
penyusunan,
penetapan
tujuan-tujuan
pelaksanaannya.
bagaimana
spesifik
dalam
penganggaran
perlu
adanya
pelibatan proses dan
Karena strategi
membangun dan mengatur desanya.
yang
Sesuai dengan kewenangan yang
mengakomodasi
dimiliki sebagaimana diatur dalam
kebutuhan
Peraturan Pemerintah No. 37 tahun
masyarakat desa adalah keterlibatan
2007,
masyarakat dalam setiap tahapan
APBDes
komponen
yaitu;
terdiri 1)
dari
tiga
pendapatan
proses
paling
yang
yang
jitu
dalam berbagai
berkembang
penyusunan
di
dan 29
Media Trend Vol. 10 No. 1 Maret 2015, hal. 27-46
pelaksanaan
APBDes
(Centre
for
tersebut
Participatory
Development (CéPAD) Indonesia,
prakteknya,
biasanya
hanyalah
superficial belaka dan hanya untuk memenuhi persyaratan legal.
2004).
Dengan mendasarkan pada Seyogyanya
setiap
bahwa pemerintahan desa adalah
menurut
pemerintahan yang paling bawah
Rinusu (2003) harus melibatkan 3
yang langsung berhubungan dengan
komponen utama stakeholder, yaitu
rakyat di mana rakyat Indonesia
masyarakat, eksekutif, dan legislatif.
sebagian besar masih tinggal di
Proses penyusunan anggaran yang
pedesaan. Pembangunan di desa
melibatkan
dengan
melibatkan
banyak dampak positifnya daripada
dalam
perencanaannya
negatifnya,
lebih
mengakibatkan pembangunan yang
tercapainya
pembangunan
yang
sesuai
betul-betul
dibutuhkan
oleh
masyarakat
masyarakat,
karena
tingginya
pendanaan
tahapan
dalam
penganggaran
banyak
pihak
lebih
dimungkinkan
masyarakat
dengan itu
akan
kebutuhan
sendiri,
dimana
perencanaan
partisipasi memungkinkan semakin
pembangunan tersebut dituangkan
banyaknya preferensi masyarakat
dalam APBDes. Berkaitan dengan
desa yang bisa diakomodasi oleh
hal tersebut di atas, perlu kiranya
anggaran (Maryunani, 2002). Namun
diadakan
pada
penelitian
prakteknya
masyarakat
implementasi Anggaran Pendapatan
kelompok
marginal.
dan Belanja Desa (APBDes) dalam
menjadi
Misalnya dalam tahap penyusunan
meningkatkan
anggaran, di tingkat desa yang
desa.
terlibat adalah rukun tetangga (RT), rukun
tentang
warga
(RW),
pembangunan
di
Penelitian ini dibatasi pada
tokoh
masyarakat
di
masyarakat, dewan kelurahan dan
Kecamatan
Gedeg
badan
Tapi
Mojokerto. Pemilihan masyarakat di
kenyataan selama ini dalam proses
daerah ini didasarkan atas beberapa
penganggaran
benar-benar
hal antara lain. Pemerintah Desa
terlibat secara aktif hanya aparat
Bandung telah menyusun APBDes
desa/kelurahan.
disetiap tahunnya, namun dalam
perwakilan
desa.
yang
Kalau seandainya
ada pelibatan masyarakat dalam
pelaksanaannya
penyusunan
kendala-
anggaran,
pada
kendala
Desa
Bandung Kabupaten
masih
banyak
yang
dihadapi 30
Media Trend Vol. 10 No. 1 Maret 2015, hal. 27-46
sehingga
dalam
penyusunan
pelaksanaan
rencana
kerja
pemerintah desa belum
optimal.
Dalam
kebijakan
implementasi
gugur gunung, rembug desa, gotong royong.
Ini
menunjukkan
masyarakat
Desa
bahwa
Bandung
mempunyai modal social yang cukup
APBDes seringkali proses- proses
untuk
menjadi monopoli pemerintah desa.
pengambilan
Peran masyarakat hanya sebagai
pembangunan. Hal ini merupakan
pelengkap
kebijakan
cikal
dilakukan
masyarakat
dari
pembangunan
yang
pemerintah desa.
dalam
proses kebijakan
bakal
dari
partisipasi
dalam
proses
pembangunan untuk meningkatkan
. Selain alasan di atas Desa Bandung
ikut
Kecamatan
pembanguna di Desa Bandung.
Gedeg
Di samping itu, berdasarkan
Mojokerto adalah salah satu desa
data
yang secara rutin melaksanakan
wawancara dengan beberapa tokoh
kegiatan
rencana
masyarakat Desa Bandung yang
melalui
peneliti temui dengan sistem acak
kegiatan Musrenbang desa dan juga
diindikasikan bahwa sebagian besar
membuat rencana anggaran kerja
masyarakat Desa Bandung tidak
selama satu tahun anggaran dalam
mengetahui kegiatan-kegiatan apa
bentuk
yang
penyusunan
pembangunan
desa
APBDes
yang
dibahas
awal
akan
di
lapangan,
dilakukan
hasil
oleh
bersama Badan Permusyawaratan
pemerintah Desa Bandung beserta
Desa (BPD) yang tertuang dalam
jumlah pembiayaannya seperti yang
Rencana Kerja Pembangunan Desa
tertuang dalam APBDes. Padahal
(RKP-Desa) tahunan. serta tujuan
dari APBDes tersebut terakomodir
penelitian
semua
ini
untuk
mengetahui
kegiatan
pemerintahan,
implementasi kebijakan Anggaran
pembangunan
Pendapatan dan Balanja Desa (
penganggaran yang ditimbulkannya.
APBDes) Desa Bandung Kecamatan
Masyarakat
Gedeg Kabupaten Mojokerto.
pelibatan terhadap dirinya berkaitan
Kondisi sosial kemasyarakatan
dengan
desa
merasa
pembangunan
berikut
adanya
terbatas
Desa Bandung masih sangat terjaga
hanya dalam musyawarah dusun,
dengan baik. Sebagai desa di pulau
itupun sebatas pada permintaan
jawa, masih kentalnya budaya jawa
pemerintah desa agar masyarakat
seperti masih terlaksananya budaya
mengajukan
usul-usul
berkaitan 31
Media Trend Vol. 10 No. 1 Maret 2015, hal. 27-46
dengan
Namun
pelembagaan demokrasi secara kuat
usulan-usulan
guna tercapainya kesejahteraan dan
tersebut, sebagian masyarakat tidak
keadilan sosial, maka tata kelola
tahu bagaimana kelanjutannya.
pemerintahan dengan menggunakan
’nasib’
pembangunan. dari
pada
Sutoro (2001), memaparkan bahwa
pemerintah
desa
yang
asas
good
governance
penting.
menjadi
Maksudnya
adalah
dominan misalnya, dalam hal ini
berimbangnya pilar- pilar kekuatan/
lurah desa dengan perangkatnya,
kelompok-
telah
untuk
terbukti
menciptakan
kelompok
tidak
kepentingan
saling
mendominasi
pemerintahan tanpa kontrol warga
tetapi sebaiknya saling memberikan
yang memberikan kemudahan bagi
akses
suburnya praktek kolusi, korupsi dan
pemerintahan
nepotisme.
society.
Untuk
menumbuhkan
,
yakni:
antara
pilar
dengan
civil
desa
Tujuan Penelitian TINJAUAN PUSTAKA mengetahui
Teori Pembangunan
perencanaan
Pembangunan
1. Untuk mekanisme pembangunan dilaksanakan
di
yang
sebagai suatu perubahan tingkat
Desa
kesejahteraan secara terukur dan
Bandung Kecamatan Gedeg
alami.
Kabupaten Mojokerto.
kesejahteraan
2. Untuk
mengetahui
pelaksanaan Pendapatan Desa
Anggaran dan
(APBDes)
Belanja di
Desa
Perubahan
politik,
atau
ditentukan
oleh
hukum.
Perubahan
alami ditentukan oleh siapa yang berperan
dalam
(Salim,2002
Kabupaten Mojokerto.
2006)
mengetahui
tingkat
dimensi dari definisi ekonomi, sosial,
Bandung Kecamatan Gedeg
3. Untuk
diartikan
perubahan
dalam
itu
Wrihatnolo,
Konsep Partisipasi Masyarakat
pengawasan
dan
pertanggungjawaban
dari
ditegaskan di atas memiliki tradisi
Anggaran
yang sangat kaya berkaitan dengan
Belanja
pengambilan keputusan, khususnya
implementasi Pendapatan
dan
Desa (APBDes) di Desa.
Indonesia
di
level
desa.
sebagaimana
Dalam
berbagai 32
Media Trend Vol. 10 No. 1 Maret 2015, hal. 27-46
literatur,
partisipasi
masyarakat
dalam
dengan
atasan,
atau
antara
pembangunan
masyarakat dengan pemerintahan
diinterpretasikan bermacam-macam.
yang diberi nama partisipasi vertikal.
"Partisipasi masyarakat proses
adalah untuk
'gerakan'
terlibat
pembuatan
dalam
keputusan,
Partisipasi
Masyarakat Dilihat
Dari Bentuknya
dalam pelaksanaan kegiatan, ikut
Bentuk-bentuk
partisipasi
menikmati hasil kegiatan tersebut,
masyarakat menurut Forum Inovasi
dan
(2002)
ikut
serta
dalam
mengevaluasinya." (Uphoff, 1992).
dapat
mendiskusikan rancangan
Makna Partisipasi Masyarakat
melalui
Dalam Pembangunan
interaktif;
Partisipasi berasal dari kata participation
yang
program kebijakan
public
usulan/keluhan
atau antara
hearing,
2)
1)
dialog
menyampaikan dalam
berbagai
peran
kegiatan; 3) menolak kebijakan
serta, dan secara luas diartikan
dengan mendatangi kantor DPRD
peran atau ikut serta mengambil
dan Pemerintah Daerah secara
bagian
bersama-sama; 4) merencanakan
dalam
tertentu.
artinya
berupa;
suatu
kegiatan
Mubyarto
(1984)
mendefinisikan partisipasi sebagai kesediaan
untuk
dan
melaksanakan
proyek
pembangunan oleh masyarakat.
membantu
berhasilnya setiap program sesuai
Tinjauan Partisipasi Masyarakat
kemampuan
Dari Tahapannya
setiap
orang
tanpa
berarti mengorbankan kepentingan
Arnstein yang dikutip dalam
diri sendiri.
Forum
Partisipasi Masyarakat Dari sudut
tipologinya yang dikenal dengan
pandang Jenismya
Delapan
Menurut Nelson di dalam Ndraha
(1990)
ada
dua
jenis
Inovasi
(2002)
Tangga
lewat
Partisipasi
Masyarakat (Eight Rungs on The Ladder
of
Citizen
Participation)
partisipasi yaitu partisipasi antara
menjelaskan peran serta masyarakat
sesama warga atau anggota suatu
yang didasarkan kepada kekuatan
perkumpulan
masyarakat untuk menentukan suatu
yang
dinamakan
partisipasi horisontal, dan partisipasi
produk
yang
partisipasi masyarakat .
dilakukan
oleh
bawahan
akhir.
Delapan
tangga 33
Media Trend Vol. 10 No. 1 Maret 2015, hal. 27-46
dilembagakan/diregulasikan
dalam
Strategi Menumbuhkan Partisipasi
suatu produk hukum (misalkan di
Masyarakat
daerah
Peningkatan
keterlibatan
dalam
Pelembagaan
bentuk
Perda).
partisipasi
akan
masyarakat atau partisipasi dalam
dibutuhkan bila mana tradisi, atau
pembangunan
sistem serta mekanismenya yang
daerah
dikemukakan oleh Tjokroamidjojo
berlaku
di
(1996) sebagai berikut; pertama
tidak/kurang
menyediakan
adalah
untuk
mobilisasi
kegiatan-
pemerintahan
keterlibatan
ruang
masyarakat.
kegiatan masyarakat serasi untuk
Dikarenakan
kepentingan-kepentingan
mengatur tentang partisipasi, maka
pencapaian tujuan pembangunan,
proses
kedua
dengan
dilakukan secara partisipastif pula,
oto-aktivitas,
dimana tersedia ruang bagi pihak-
swakarya
pihak yang memiliki kepentingan
adalah
meningkatkan swadaya
dan
masyarakat yang
sendiri.
Pada
pertama,
cara
partisipasi
dalam
regulasi
ini
penyusunanya
kebijakan
akan
harus
tersebut
untuk
terlibat.
masyarakat lebih didasarkan pada hubungan satu arah dari atas ke bawah.
Sedangkan
pada
Konsep Good Governance
cara
Dimensi
kedua terutama ditujukan kepada
menurut
sektor usaha swasta. Perhatian
sebagaimana disampaikan oleh
khusus
Turner dan Hulme (1997) dalam
kepada
masyarakat
golongan
tertentu
berperan
penting
meningkatkan
partisipasi
good
World
bukunya
dalam
“Governance,
dalam
and Development, Making The State
yang
work”.
Melembagakan Konsep
mengidentifikasi
Partisipasi Dalam Pembangunan
dimensi
yang
diutarakan
berkembangnya
hukum untuk
berkelanjutan dari partisipasi, maka
(legal
partisipasi
development),
itu
sendiri
perlu
Administrstion
World
Bank
empat
kunci pada
sektor publik, yaitu akuntabilitas (accountability),
serta
berjudul
governance
sebelumnya, bahwa untuk menjamin konsep
Bank
dapat
pembangunan.
Seperti
governance
kerangka pembangunan
framework
for informasi 34
Media Trend Vol. 10 No. 1 Maret 2015, hal. 27-46
(information), dan transparansi (transpiration).
b. Partisipatif Masyarakat
harus
dalam Konsepsi Tentang Anggaran
dilibatkan
setiap
proses
penganggaran, demi menjamin
Anggaran menurut Rufus Wixon
adanya
dalam
(1999)
kebutuhan
“suatu
masyarakat dengan peruntukan
rencana yang disajikan secara
anggaran. Selain itu juga untuk
kuantitatif
biasanya
memainkan
peran
kontrol
dinyatakan dalam satuan uang
masyarakat
sehingga
dapat
yang disusun untuk periode
mencegah
yang akan datang”. Sementara
praktek korupsi.
Burhanuddin
didefinisikan
Syamsi
sebagai
yang
dalam
Basri
mendefiniskan,
(2003)
“anggaran
kesesuaian
antara
dan
dan
aspirasi
menemukan
c. Disiplin Penyusunan
anggaran
adalah hasil perencanaan yang
berorientasi
pada
berkaitan dengan bermacam-
masyarakat,
macam kegiatan secara terpadu
meninggalkan
yang dinyatakan dalam satuan
antara
pembiayaan
uang
penyelenggaraan
pemerintah,
dalam
jangka
waktu
tertentu”.
menurut
Rinusu
(2003),
ada
masyarakat. untuk
kebutuhan
tanpa
harus
keseimbangan
pembangunan
Dalam penyusunan anggaran
harus
dan
pelayanan
Disiplin
mencegah
penting terjadinya
beberapa prinsip dasar yang harus
pencampuradukan dan duplikasi
diakomodir, yaitu:
anggaran
a. Transaparan
berkaitan
Anggaran
ketepatan dalam
memberikan informasi tentang
pengimplementasian
untuk
tujuan,
menghindari kebocoran maupun
sasaran, yang
dapat
dengan
juga
waktu
manfaat
hendaknya
disamping
hasil
dan
diperoleh
masyarakat dari suatu kegiatan
pemborosan. d. Keadilan
atau proyek yang dianggarkan.
Pembiayaan
pemerintah
Oleh karena itu, dalam setiap
dilakukan
mekanisme
proses
pajak
penganggaran
harus
dilakukan secara transparan.
melalui
dan
dibebankan
retribusi kepada
yang
segenap 35
Media Trend Vol. 10 No. 1 Maret 2015, hal. 27-46
lapisan
masyarakat.
karena
itu,
pemerintah
Oleh
belanja
wajib
merupakan batas tertinggi untuk
mengalokasikan penggunaannya secara
adil
sehingga
dianggarkan
setiap jenis belanja.
bisa
seluruh
Sudut Pandang Ekonomi Politik
masyarakat tanpa diskriminasi
dan Sudut Pandang Teori Pilihan
dalam pemberian pelayanan.
Rasional
dinikmati
oleh
e. Efisiensi dan Efektivitas Dana
yang
baiknya
Pendekatan klasik menyatakan
tersedia
dimanfaatkan
dengan
untuk
peningkatan
harus
bahwa
cara
terbaik
untuk
sebaik-
mewujudkan kepentingan publik
menghasilkan
adalah cara dimana tidak ada
pelayanan
publik
intervensi
dan kesejahteraan masyarakat
terbaik
secara maksimal.
negara
dalam
f.
yang
Untuk itu
perencanaan
perlu
publik. yang
Keputusan
dapat
adalah
dibuat dengan
mengarahkan
anggota
ditetapkan secara jelas, sasaran,
masyarakat
hasil dan manfaat yang akan
tujuan-tujuan tertentu dimana
diperoleh masyarakat dari setiap
tujuan-tujuan ini dapat dicapai
proyek yang diprogramkan.
sebaik-baiknya kalau tidak ada
Rasional dan Terukur
campur tangan dari negara.
Dalam menyusun anggaran baik
Karena
menyangkut
keputusan politik sangat patut
maupun
sisi
pendapatan
pengeluaran
memperhatikan
agar
itu
aspek
perkembangan
diukur sebagaimana ditentukan
sebagai
dalam
konsekuensi
Pemerintah 2000,
No.
yaitu
Peraturan 105
(1).
dari
dipertanyakan, maka sebaiknya
dibiarkan
10
kearifan
harus
rasionalitas anggaran dan dapat
pasal
mencapai
Tahun Jumlah
masyarakat
saja akibat
terbentuk konsekuensi-
yang
tidak
disengaja oleh tindakan dan keputusan
individu
dalam
pendapatan yang dianggarkan
kapasitas pribadi, atau dengan
merupakan
kata
perkiraan
yang
lain
masyarakat
politik
terukur secara rasional yang
sebaiknya digeser dan diganti
dapat
masyarakat sipil (Caporaso dan
dicapai
untuk
setiap
sumber pendapatan; (2). Jumlah
Levine, 1994). 36
Media Trend Vol. 10 No. 1 Maret 2015, hal. 27-46
Bagi sebagian penulis dengan
dan tujuannya karena adanya
metode
keterbatasan
empiris-analitis,
"ekonomi
politik"
tersebut.
Untuk
tampaknya
itu, individu harus membuat
merupakan sebuah label formal
pilihan-pilihan tertentu dalam
yang dapat diterapkan pada
upaya mencapai tujuan dan
berbagai macam studi yang
keinginannya.
berkaitan dengan aspek-aspek
pilihan yang merupakan pilihan
kebijakan publik. Hal ini tidak
terbaik
memiliki
pencapaian
art i
metodologi
penting
tertentu
hanyalah
dan
merupakan
Tentu
dan
saja
memberikan tujuan
dan
keinginan serta memberikan kepuasan.
Individu
akan
piranti klasifikasi siap pakai,
menghitung opportunity cost
berguna
untuk
menarik
atas setup pilihan yang akan dia
perhatian
pembaca
potensial
buat. Rasionalitas individu pada
dan sebagainya. Teori
gilirannya akan
pilihan
mengasumsikan perilaku oleh
manusia seperangkat
Selain
rasional
pilihan yang didasarkan atas
bahwa
pencapaian keinginan terbaik
dipandu
tersebut (Green dan Shapiro,
akal.
itu
juga
mengasumsikan
bahwa
berbagai
fenomena
memberikan
sosial
1994).
KERANGKA BERPIKIR
dapat dijelaskan melalui aktifitas yang mendasar dari individuindividu dalam masyarakat. Aktifitas individu-individu itu sendiri seringkali
dimotivasi
oleh tujuan atau keinginan yang
Sebagaimana
diuraikan
mencerminkan pilihan mereka.
dimuka bahwa obyek penelitian ini
Dan individu dalam beraktifitas
adalah
tentunya
Pendapatan
akan
menghadapi
implementasi dan
Anggaran
Belanja
keterbatas-keterbatasan. Tidak
(APBDes)
akan mungkin individu akan
peningkatan
mencapai
pedesaan dengan batasan ruang 37
semua
keinginan
dalam
Desa rangka
pembangunan
Media Trend Vol. 10 No. 1 Maret 2015, hal. 27-46
lingkup: pelaksanaan APBDes di
kelembagaan
serta
Desa Bandung Kecamatan Gedeg
kapasitas
interelasi
Kabupaten
stakeholders
Mojokerto.
normatif
dalam
APBDes
pelaksanaan
pemerintah
telah
Peraturan
Menteri
tentang
pedoman
menerbitkan Dalam
Secara
Negeri
pelaksanaan APBDes. Menyoroti
dan
penting
sekaligus
apara
terhadap
hasil pembangunan di desa. Landasan
teori
yang
dipersiapkan sebagai grand theory yang
dikemukakan
sebelumnya
arti
realitas,
untuk
pada
bab
mendukung
kajian ini antara lain: konsep good
Anggaran Pendapatan dan Belanja
governance.
Sedangkan
pisau
Desa
bedah
digunakan
adalah
(APBDes)
dalam
pembangunan
desa
proses
yang
yang
pendekatan good governance untuk
mempunyai dampak yang luas bagi
memahami implementasi APBDes
masyarakat
yaitu:
desa
akhirnya
yang
akan
kesejahteraan
pada
meningkatkan
masyarakat
aspek
transparansi,
akuntabilitas,
partisipasi,
desa.
kelembagaan serta relevansi dari
Dengan melihat semakin tingginya
pelaksanaan APBDes dengan hasil
penerimaan desa baik yang berasal
pembangunan di Desa Bandung
dari pendapatan asli desa, dana
Kecamatan
bantuan
Mojokerto.
dari
pemerintah
yang
berbentuk Alokasi Dana Desa (ADD)
Hasil
dan dari penghasilan lainnya yang
diharapkan
sah sesuai dengan undang- undang,
implementasi
belum
Pendapatan
bisa
meningkatkan
Gedeg
Kabupaten
penelitian
yang
adalah
eksplorasi
dari
Anggaran
dan
Belanja
kesejahteraan masyarakat desa dan
(APBDes)
merupakan hegemoni dari aparat
pembangunan di Desa Bandung
pemerintah
peneliti
sebagai masukan bagi pemerintah,
berupaya untuk menganalisis dan
praktisi dan dunia ilmu pengetahuan
mendeskripsikan
aspek
untuk menciptakan pembangunan
implementasi
desa yang lebih baik sebagaimana
Anggaran Pendapatan dan Belanja
yang dimaksud dalam teori dan
Desa
sesuai
berkaitan
desa;
berbagai
dengan
(APBDes)
menafsirkan/ fenomena
maka
dengan
menginterprestasikan social,
nilai,
dan
dengan
dalam
Desa
kondisi
proses
obyektif
sosial ekonomi masyarakat desa. Secara skematis kerangka konsep 38
Media Trend Vol. 10 No. 1 Maret 2015, hal. 27-46
dapat
digambarkan
sebagaimana
diatas.
seutuhnya dari obyek yang diteliti, tanpa harus dirinci secara detail unsur-unsur
METODE PENELITIAN
yang
ada
dalam
keutuhan obyek penelitian.
Jenis Penelitian Dari yang
perumusan
telah
masalah
dikemukakan
penelitian
ini
pendekatan
maka
PEMBAHASAN
HASIL
PENELITIAN
menggunakan
deskriptif
kualitatif
Peranan Partisipasi Masyarakat
dengan maksud untuk mengetahui
Dan
Mekanisme
Dalam
secara mendalam dan memperoleh
Perencanaan Pembangunan Desa
gambaran
tentang
partisipasi
Partisipasi masyarakat dalam
masyarakat
melalui
Musrenbang
perencanaan pembangunan daerah
Kelurahan
dalam
perencanaan
khususnya
pembangunan
daerah.
Penelitian
di
Kecamatan
Desa
Gedeg
Bandung Kabupaten
deskriptif kualitatif berusaha untuk
Mojokerto secara spesifik bisa dilihat
mencari dan memperoleh informasi
dari tiga hal, yaitu: kepesertaan,
mendalam
penguasaan
suatu
kasus/peristiwa
materi
musrenbang,
yang terjadi dengan menempatkan
pelaksanaan Musrenbang dan jenis
teori pada data yang dperolehnya
partisipasinya.
(Bungin, 2007).
Dari
sisi
kepesertaan
Analisis data yang digunakan
sedikitnya keterwkilan perempuan
dalam penelitian ini adalah analisis
dalam Musrenbang desa tidak bisa
domain (Domain Analysis). Menurut
disimpulkan
Bungin (2007) teknik analisis domain
partisipasi
masyarakat
Desa
digunakan
Bandung
khususnya
pada
untuk
menganalisis
bahwa
gambaran obyek penelitian secara
keterwakilan
umum atau ditingkat permukaan,
dikategorikan
namun relatif utuh tentang obyek
partispasi yang pasif, akan tetapi
penelitian tersebut. Teknik ini dipakai
ketidakhadiran kelompok perempuan
dalam
dalam musrenbang desa karena ada
penelitian
eksplorasi, penelitian untuk
artinya ini
yang
bertujuan
analisis
hanya
memperoleh
hasil
ditargetkan gambaran
perempuan
peranan
dalam
bisa definisi
anggapan bahwa perempuan tidak perlu
terlibat
dalam
proses
musrenbang desa. 39
Media Trend Vol. 10 No. 1 Maret 2015, hal. 27-46
Dari
sisi
disimpulkan
materi
bahwa
dapat
didasarkan
pada
kekuatan
kerjasama
masyarakat untuk menentukan suatu
masyarakat dengan pemerintah di
produk akhir. Dan masyarakat desa
tingkat desa sudah berjalan sesuai
bandung tidak dapat memastikan
dengan
usulan mereka dilaksanakan oleh
aturan
merencanakan,
dalam
melaksanakan,dan
menegosiasikan usulan. Dapat dari
pemerintah
desa.
Kondisi
menimbulkan
disimpulkan
bahwa
ini
asymmetric
information dimana masyarakat tidak
sisi
pelaksanaan
peranan
mengetahui
partisipasi
masyarakat
dalam
bahasan dalam penentuan prioritas
Musrenbang sudah sangat optimal.
program yang dilaksanakan oleh
Hal ini bisa dilihat dari berjalannya
pemerintah desa.
musyawarah yang demokratis dan
apa
yang
Bahkan
menjadi
kecenderungan
negosiasi yang alot antar perwakilan
bahwa
masyarakat untuk mempertahankan
masyarakat
usulannya
hanyalah semu dan sebuah kepura-
meskipun
apa
peranan
partisipasi
melalui
Musrenbang
disampaikan peserta terkadang tidak
puraan
rasional. Dari sisi jenis partisipasi
fenomena pelaksanaan tersebut di
tersebut diatas dapat disimpulkan
kaji
bahwa
ekonomi politik dimana peserta baik
didalam
perencanaan
(Camouflage).
dengan
pembangunan daerah telah terjadi
atas
partisipasi
maupun
vertikal
masyarakat
dengan
yaitu
antara
Pemerintah
nama
Apabila
pendekatan
kelompok
atas
teori
(profesi)
nama
pribadi
mengusulkan atau menegosiasikan
Desa dan partisipasi horisontal yaitu
pendapatnya
partisipasi
“kepentingan” politik dan sekaligus
antar/sesama
peserta
Untuk mengetahui tahap dan partisipasi
belakangi
“kepentingan ekonomi”; kepentingan
musyawarah.
tingkatan
dilatar
masyarakat
politik
berarti
bagaimana
bersangkutan
yang
mendapakan
tambahan
“kekuasaan”
dengan Delapan Tangga Partisipasi
kepentingan
ekonomi
Masyarakat (Eight Rungs on The
“keuntungan
Ladder of Citizen Participation) yang
keduanya dalam teori ini keduanya
diperkenalkan oleh Arnstein, yang
merupakan
menjelaskan peran serta masyarakat
berkaitan
digunakan
tipologi
yang
dikenal
mendapat
ekonomi”
satu dengan
dan (yang
kesatuan), usulan
yang 40
Media Trend Vol. 10 No. 1 Maret 2015, hal. 27-46
diperjuangkan. Begitu pula apabila
tahapan Placation dan pada tingkat
proses musyawarah ini dilihat dari
pertanda (Tokenisme) yaitu tingkat
pandangan
peran serta masyarakat, dimana
teori
pilihan
rasional
maka secara rasional para elit desa
masyarakat
akan memperjuangkan kepentingan
berpendapat,
kelompok dan pribadinya dengan
tidak mempunyai kemampuan untuk
mengabaikan
mendapatkan
kepentingan
masyarakat banyak. Dari
usulan,
tangga
didengar tetapi
dan
masyarakat
jaminan
bahwa
pandangan
dan
partisipasi
pendapatnya akan dipertimbangkan
tersebut diatas dan berdasarkan
oleh pengambil keputusan. Pada
hasil penelitian dapat disimpulkan
tingkat ini partisipasi masyarakat
bahwa
memiliki kemungkinan sangat kecil
tingkatan
partisipasi
dalam
perencanaan
masyarakat
pembangunan desa bandung telah mencapai
pada
(Placation). Tangga
Tangga Menurut
Kelima
dikategorikan
untuk
menghasilkan
perubahan
dalam masyarakat.
Kelima Arnstein
(placation)
pada
Tingkat
Tokenisme (pertanda) yaitu tingkat peran serta masyarakat, dimana masyarakat berpendapat,
didengar tetapi
dan
masyarakat
tidak mempunyai kemampuan untuk mendapatkan usulan,
jaminan
bahwa
pandangan
dan
pendapatnya akan dipertimbangkan oleh pengambil keputusan. Pada tingkat ini partisipasi masyarakat memiliki kemungkinan sangat kecil untuk
menghasilkan
perubahan
dalam masyarakat Dapat tahap
dan
perencanaan
pembangunan yang dilakukan di Desa
disimpulkan tingkatan
Mekanisme
Bandung
sudah
berjalan
bahwa
bagus, dimana dimulai dari tingkatan
partisipasi
yang paling rendah yaitu RT, namun
masyarakat di Desa Bandung pada
untuk
kedepannya
partisipasi 41
Media Trend Vol. 10 No. 1 Maret 2015, hal. 27-46
masyarakat dari yang paling bawah
pembangunan dan anggaran kurang
untuk
transparan
dilembagakan
dengan
sehingga
pelembagaan
tersebut
tidak
sehingga
pernah
masyarakat
tahu
program
diharapkan masyarakat mempunyai
pembangunan pemerintah desa dan
kekuatan
menegosiasikan
anggaran yang menyertainya. Disini
usulan mereka dan juga menjamin
dapat disimpulkan bahwa dalam
usulan tersebut direalisasikan oleh
pengelolaan
pemerintah desa.
pembangunan
Pelaksanaan Kebijakan APBDes
desa bandung kurang transparan.
Pelakanaan
kebijakan APBDes di
Dari tinjauan teori pilihan rasional,
Desa Bandung dari hasil penelitian
dimana masyarakat akan terlibat
dilapangan dapat ditemukan fakta
dalam proses pembangunan ketika
bahwa dalam proses penyusunan
pembangunan
APBDes
keuntungan ekonomi bagi individu
dalam
sering
mengalami
anggaran desa,
dan
pemerintah
itu
keterlambatan, hal ini dikarenakan
maupun
karena sumber daya yang dimiliki
juga masyarakat Desa Bandung,
Desa Bandung masih sangat rendah
mereka akan terlibat dalam proses
dan belum maksimalnya sosialisasi
pembangunan di Desa bandung
dan pelatihan penyusunan APBDes
ketika program tersebut memberikan
oleh
manfaat
Pemerintah
Kabupaten
kelompoknya.
member
baginya.
Demikian
Hal
ini
Mojokerto. Hal ini menyebabkan
menyebabkan
pemerintah
mengalami
pembangunan yang dilaksanakan
mengadopsi
oleh pemerintah Desa bandung tidak
kesulitan
desa dalam
program
kebijakan APBDes sesuai dengan
sesuai
Permendagri No. 35 Tahun 2007.
Pemerintah Desa (RKPDes)
Dari
Pertanggungjawaban APBDes
sisi
pelaksanakan
program
dengan
Rencana
Kerja
pembangunan yang tertuang dalam
Dari hasil penelitian tentang proses
Rencana Kerja pemerintah Desa
pertanggungjawaban APBDes yang
(RKPDes) dimana dalam dokumen
dilaksanakan oleh pemerintah Desa
RKPDes ada tujuh program kerja
Bandung ditemukan fakta bahwa
yang
pertanggungjawaban APBDes oleh
direncanakan,
hanya
empat
terlaksana
program.
Ini
pemerintah Desa bandung Masih
disebabkan karena pemerintah desa
sebatas
untuk
bandung
persyaratan
legal
dalam
pengelolaan
memenuhi formal
sesuai 42
Media Trend Vol. 10 No. 1 Maret 2015, hal. 27-46
dengan perundang- undangan dan
Daerah, hal ini dikarenakan
belum bersifat bertanggung gugat,
sumber daya manusia yang
yaitu
ada di desa masih rendah
pemerintah
desa
wajib
mempertanggungjawabkan
dan sosialisasi yang kurang
pelaksanaan
program
pembangunannya
dari pemerintah Kabupaten
kepada
masyarakat yang dipimpinnya.
Mojokerto. 4. Dalam penyusunan laporan
KESIMPULAN DAN SARAN
pertanggungjawaban pemerintah dalam program
Kesimpulan 1. Mekanisme
perencanaan
pembangunan Bandung
di
Desa
dimulai
pembangunan
yang
dilaksanakan
oleh
pemerintah Desa Bandung
dari
masih
sebatas
memenuhi
musyawarah di tingkat RT,
syarat legal saja, pemerintah
RW, Tingkat
desa
kemudian
dusun yang
usulan-
program
usulan
mempertanggungjawabkan
pembangunan
dibawa
pada
tidak
laporan
musrenbang
pembangunannya
kepada masyarakat.
desa. 2. Belum
dilembagakannya
mekanisme
perencanaan
pembangunan tingkat
RT,
tingkat
mulai RW
dusun,
Saran 1. Dari
sisi
mekanisme
dari
perencanaan pembangunan
maupun
perlu adanya pendampingan
ini
oleh pihak yang independen
tawar
dan kompeten tidak hanya
dalam
dibutuhkan
di
memperjuangkan usulannya
Musrenbang
desa
sangat rendah.
tetapi harus dimulai dari para
menyebabkan
hal
daya
masyarakat
3. Dalam kebijakan
pelaksanaan APBDes
dilaksanakan
di
Musrenbang
tingkat
di
akan
tingkat
yang
RT/RW dan tingkat dusun,
Desa
dan
perlu
adanya
Bandung masih belum sesuai
pelembagaan
mekanisme
dengan jadwal yang telah
perencanaan pembangunan
ditentukan oleh Pemerintah 43
Media Trend Vol. 10 No. 1 Maret 2015, hal. 27-46
desa mulai dari tingkat RT,
pembangunannya
kepada
RW dan Dusun.
masyarakat
dengan
2. Dari
sisi
desa
pelakanaan
beberapa cara seperti dalam
perencanaan pembangunan
forum RTan, dan ditempel
desa
adanya
pada papan pengumuman
oleh
pihak
yang terdapat di masing-
independen
dan
masing RT, RW dan dusun
perlu
pendampingan yang
kompeten mulai dari proses
sehingga
pra
mengetahui
musrenbang
sampai
musrenbang desa. 3. Untuk
program
pembangunan
meningkatkan
transparansi
dalam
pengelolaan keuangan desa, pemerintah
masyarakat
desa
yang
dilakanakan oleh pemerintah desa. 5. Berkaitan
dengan
sumber
harus
daya manusia yang dimiliki
memberikan informasi yang
oleh pemerintah yang masih
jelas tentang anggaran desa
rendah
dan program pembangunan
penyusunan APBDes yang
pemerintah desa baik melalui
masih
forum
warga,
pemerintah desa, pemerintah
pengumuman yang ditempel
Kabupaten Mojokerto perlu
di papan pengumuman di
mengadakan pelatihan bagi
masing- masing RT, dan juga
aparatur
bisa disampaikan pada forum
dalam proses penyusunan
pertemuan
APBDes
rembug
warga
sehingga mengetahui dana
yang
lainnya
masyarakat berapa dikelola
besar oleh
pemerintah desa. 4. Untuk akuntabilitas
meningkatkan pelaksanaan
dan
sosialisasi
kurang
kepada
pemerintah
sehingga
desa
dalam
penyusunan APBDes olehb pemerintah
desa
tidak
mengalami keterlambatan. 6. Perlu
adanya
organisasi
penguatan
kemasyarakatan
untuk meningkatkan peran
APBDes, pemerintah desa
masyarakat
dalam
proses
harus
pembangunan
mempertanggungjawabkan
sehingga pemerintah desa
pelaksanaan
prinsip- prinsip pengelolaan 44
desa,
Media Trend Vol. 10 No. 1 Maret 2015, hal. 27-46
keuangan
desa
seperti,
ah/kasimun.html.
partisipasi, transparasi dan akuntabilitas
pengelolaan
keuangan
desa
January
28, 2004 Forum Inovasi. 2002. Partisipasi
dapat
Masyarakat dalam
tercapai gunan meningkatkan
Penyelenggaraan Otonomi
pembangunan di desa dan
Daerah. http://www.forum-
menciptakan
pelaksanaan
inovasi.or.id. 27 September 2008.
pembangunan
desa
yang
Green, Donald p., Shapiro, Ian.
bertanggung gugat.
1994. Pathologies of Rational Choice Theory; A Critique of
Daftar Putaka
Aplecations in Political Science.
Bungin, Burhan. 2003. Analisis Data
Yale University Press, New
Penelitian
Kualitatif:
Heaven and London.
dan
Islamy, M. Irfan, 2004. “Membangun
Arah
Maysrakat Partisipatif”. Jurnal
Penguasaan Model Aplikasi.
Ilmiah Administrasi Publik, Vol.
Raja
IV No.2, hal.3-9, 2004
Pemahaman
Filosofis
Metodologis
ke
Grafindo
Persada.
Jakarta.
.
Bungin, Burhan. 2007. Penelitian Kualitatif: Ekonomi, dan
Komunikasi, Kebijakan
Ilmu
Kencana
sosial Prenada
Publik, Lainnya. Media
Group. Jakarta.
Mubyarto.
1984.
Strategi
Pembangunan Pedesaan. P3PK. Universitas
Gadjah
Mada
Yogyakarta. Ndraha, Taliziduhu. 1990. Pembangunan Masyarakat;
Caporaso, James., P.Levine, David.
Mempersiapkan Masyarakat
1992. Theories of Political
Tinggal Landas. Rineka Cipta.
Economy. Cambridge
Jakarta.
University Press.
Rinusu
Centre for Participatory Developmen
dan
Panduan
Sri
Mastuti,
Praktis
2003.
Mengontrol
(CéPAD) Indonesia, 2004.
APBD, Jakarta : Civic Education
“Advokasi
and
APBDes
di
Budget
Transperency
Kabupaten Sidoarjo”, tanpa
Advocation (CiBa) & Friedrich
nomor,
Ebert Stiftung (FES)
www.forumdesa.org/makal 45
Media Trend Vol. 10 No. 1 Maret 2015, hal. 27-46
Tjokroamidjojo, Bintoro. 1996.
Enviromental and Development.
Perencanaan Pembangunan.
Gatekeeper Series No. 31,
PT. Toko Gunung Agung.
London.
Jakarta. Uphoff, N, 1992. Sustainable
Wrihatnolo, Randy R, dan Riant Nugroho D, 2006, Manajemen
Agriculture Programme of the
Pembangunan
Indonesia,
International Institute for
Media Komputindo, Jakarta
Elex
46