Subyek Mata Kuliah Waktu Penyerahan Dosen
: Tugas Indvidu : Manajemen Finansial : 10 Agustus 2011 : Dr. Ir. Noer Azam Achsani, MS
MANAJEMEN FINANSIAL PROSPEK PASAR FINANSIAL DI INDONESIA PADA TAHUN 2012
Disusun oleh : Daniel Edward Syauta ( P056100493.36E )
MAGISTER MANAJEMEN AGRIBISNIS PROGRAM PASCASARJANA MANAJEMEN DAN BISNIS INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011
PROSPEK PASAR FINANSIAL DI INDONESIA TAHUN 2012 I.
LATAR BELAKANG Perkembangan dari suatu negara dapat kita lihat salah satunya dari
kemajuan finansialnya, yang salah satunya akan dibahas adalah negara Indonesia. Negara ini sudah merdeka sejak tanggal 17 Agustus 1945 dan kurang lebih sudah 66 tahun. Selain itu bangsa Indonesia sudah mengalami berbagai era kepemimpinan dengan berbagai kebijakan yang dituangkan dalam pasar finansial. Saat ini kita bisa melihat bahwa Indonesia yang mengalami keterpurukan di hampir semua bidang termasuk finansial sudah mulai merangkak naik pertumbuhan ekonominya. Apalagi isu yang terakhir ini mengenai beberapa permasalahan luar negeri serta dampaknya terhadap Indonesia seperti krisis Yunani maupun krisis di Amerika yang baru Agustus 2011 ini mencuat. Oleh karena itu hal ini merupakan suatu hal yang sangat menarik untuk diperhatikan dan dipelajari. Kondisi perekonomian Indonesia semakin membaik dari tahun ke tahun. Di saat yang sama, tingkat inflasi juga tetap terkendali. Lembaga internasional mengakui kemajuan ekonomi Indonesia dalam wujud peringkat (rating) yang mereka berikan. Lembaga pemeringkat Fitch Ratings telah menaikkan prospek (outlook) peringkat Indonesia dari BB+ stable menjadi BB+ positive. S&P juga menaikkan rating Indonesia dari BB menjadi BB+. Artinya, dalam 12 bulan mendatang, peringkat Indonesia memiliki peluang besar untuk naik menjadi BBB- atau layak investasi (investment grade). Semua kondisi tersebut akan membawa dampak positif bagi industri finansial dan pasar modal di Tanah Air. Artinya, industri finansial memberikan peluang yang sangat besar bagi semua lapisan masyarakat. Sayangnya, selama ini, jumlah masyarakat yang telah bersentuhan dengan perbankan maupun pasar modal masih sedikit. Banyak ekonom yang sudah memprediksikan mengenai pasar finansial Indonesia di tahun- tahun kedepan. Oleh karena itu melalui essay ini penulis akan mencoba untuk menggambarkan mengenai prospek pasar finansial Indonesia di tahun 2012 mendatang. Pada penulisan ini akan dibandingkan dengan pasar finansial Indonesia kini di tahun 2011 sebagai langkah awal untuk proyeksi finansial Indonesia di tahun 2012.
II.
PASAR FINANSIAL INDONESIA TAHUN 2011 Kondisi ekonomi dalam satu negara dapat berubah dalam setiap waktu. Krisis
ekonomi sudah mengubah kondisi perekonomian Indonesia. Sebelum adanya krisis
keuangan 1997 perekonomian memiliki pertumbuhan ekonomi yang meningkat setiap tahunnya, karena kita memasukkan utang luar negeri dalam jumlah yang cukup. Tetapi setelah krisis keuangan itu terjadi utang luar negeri Indonesia meningkat sampai US$ 25125 pada tahun 1998. Kondisi ini membuat Indonesia jatuh ke dalam perangkap utang dan bunga utang yang sangat tinggi. Berbagai kebijakan sudah ditempuh oleh para pimpinan Indonesia yang berkuasa, baik itu presiden, menteri keuangan, gubernur Bank Indonesia sampai kepada sektor unit terkecil yang ingin mengembangkan usahanya. Beragam hambatan, masih membayangi perbaikan perekonomian Indonesia di tahun 2011. Namun diasumsikan perekomian domestik bakal lebih baik dibandingkan tahun 2010. Berdasarkan proyeksi dari Lembaga Keuangan International ternama Bank of America, edisi Bulan Oktober 2010 dengan tema “Yet Another Dollar Crisis” perekonomian Indonesia diproyeksikan tumbuh sebesar 4,8% – 5,2%, jauh lebih baik dibandingkan dengan Tahun 2010, yang diperkirakan hanya tumbuh 3,6%. Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang diukur berdasarkan kenaikan Produk Domestik Bruto (PDB) pada Triwulan II-2011 (April- Juni 2011) mencapai 2,9 persen dibanding triwulan I-2011 (Januari- Maret 2011)) dan apabila dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun 2010 mengalami pertumbuhan 6,5 persen. Secara kumulatif, pertumbuhan ekonomi Indonesia semester I-2011 dibandingkan dengan semester I-2010 tumbuh sebesar 6,5 persen.
Gambar 1. Perkembangan PDB Indonesia
Besaran PDB atas dasar harga berlaku pada Triwulan II-2011 mencapai Rp1.811,1triliun, sedangkan PDB atas dasar harga konstan 2000 pada triwulan yang
sama adalah Rp611,1 triliun. Tiga sektor yang mengalami pertumbuhan tertinggi adalah sektor perdagangan, hotel, dan restoran sebesar 4,8 persen, Sektor konstruksi 4,2 persen, sektor listrik, gas, dan air bersih 4,0 persen. Sementara untuk pertumbuhan sektor pengangkutan dan komunikasi tumbuh 10,7 persen, Sektor perdagangan, hotel, dan restoran 9,6 persen, dan sektor konstruksi 7,4 persen.
Gambar 2. PDB Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku Dan Harga Konstan 2000 (Triliun Rupiah)
Struktur PDB Triwulan II- 2011 masih didominasi oleh sektor industri pengolahan, sektor pertanian, dan sektor perdagangan, hotel, dan restoran dengan masing-masing memberikan kontribusi sebesar 24,3 persen, 15,4 persen, dan 13,9 persen. Pertumbuhan PDB pada Triwulan II- 2011 dibandingkan dengan Triwulan I2011 sebesar 29% ditopang oleh pengeluaran konsumsi rumah tangga yang meningkat sebesar 1,3%, sementara pengeluaran konsumsi pemerintah meningkat 26,0
persen,
pembentukan
modal
tetap
bruto 3,9 persen, ekspor barang dan jasa 7,4 persen, serta impor barang dan jasa 6,0 persen. Dibandingkan dengan Triwulan II- 2010, pertumbuhan ekonomi tumbuh 6,5% didukung pengeluaran konsumsi rumah tangga yang meningkat 4,6 persen, pengeluaran konsumsi pemerintah naik 4,5 persen, pembentukan modal tetap bruto 9,2 persen, ekspor barang dan jasa sebesar 17,4 persen, serta impor barang dan jasa 16,0 persen. Pertumbuhan ekonomi semester I- 2011 terhadap semester I-
2010 sebesar 6,5% didukung konsumsi rumah tangga yang tumbuh 4,5 persen, konsumsi pemerintah tumbuh 3,7 persen, pembentukan modal tetap bruto tumbuh 8,3 persen, sedangkan Ekspor dan Impor tumbuh positif masing-masing 14,9 persen dan 15,8 persen.
Gambar 3. Laju Pertumbuhan PDB Menurut Lapangan Usaha (dalam%)
Struktur PDB Penggunaan Triwulan II- 2011 didominasi oleh komponen pengeluaran rumah tangga sebesar 54,3%. Selain itu, didukung oleh komponen pembentukan modal tetap bruto dan komponen pengeluaran konsumsi pemerintah. Masing-masing memberikan kontribusi sebesar 31,6% dan 8,3%. Sedangkan ekspor netto berperan sebesar 1,9% (ekspor 27,3% dan impor 25,4%).
Gambar 4. Laju Pertumbuhan PDB Menurut Penggunaan (dalam %)
Indeks Tendensi Bisnis (ITB) pada Triwulan II-2011 sebesar 105,75, berarti kondisi bisnis meningkat dari triwulan sebelumnya. Tingkat optimisme pelaku bisnis juga meningkat jika dibandingkan dengan Triwulan I-2011 (nilai ITB sebesar 102,16). Indeks Tendensi Bisnis adalah indikator perkembangan ekonomi terkini yang datanya diperoleh dari Survei Tendensi Bisnis (STB) yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik bekerja sama dengan Bank Indonesia. ITB merupakan indeks yang menggambarkan kondisi bisnis dan perekonomian pada triwulan berjalan dan perkiraan pada triwulan mendatang.
Gambar 5. ITB Menurut Sektor dan Variabel Pembentuk
Kini dunia sedang dengan adanya krisis finansial yang melanda negaranegara besar termasuk Amerika yang baru di bulan Juli 2011 ini mencuat. Hal ini disebabkan karena adanya jumlah hutang yang sangat besar akibat kepemimpinan di masa lalu. Banyak para ekonom yang berpendapat bahwa Indonesia tidak akan terpukul dari masalah finansial negara- negara besar. Hal ini bisa dilihat dari kondisi keuangan Indonesia yang masih positif. Arus modal masuk (capital inflow) menuju Indonesia masih akan deras. Investor global diprediksi bakal menghindari krisis utang, yang juga terjadi di negara-negara Eropa, dan mengalihkan modalnya ke Asia. Jebloknya perekonomian Amerika Serikat, yang ditandai dengan melorotnya indeks pasar modal di berbagai negara, membuat banyak kalangan ketar-ketir. Di Indonesia, indeks harga saham gabungan terjun 200 poin lebih menuju 3.921,64. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sampai harus mengadakan rapat mendadak membahas soal genting itu. Di tempat terpisah, Kepala Badan Kebijakan Fiskal
Kementerian Keuangan Bambang Brodjonegoro mengatakan dampak krisis utang Negeri Abang Sam ke Indonesia bisa diminimalkan. Karena itu target pertumbuhan ekonomi Indonesia optimis sebesar 6,4 persen masih bisa dicapai tahun ini, meski ada sedikit gangguan di sektor ekspor dan investasi. Dalam jangka pendek krisis bisa mengganggu pasar global, termasuk Indonesia. Tapi ada peluang capital inflow akan meningkat ke Indonesia kalau kita dianggap aman. Pemerintah akan menyiapkan antisipasi guna mencegah efek krisis merambat ke Indonesia. Salah satunya dengan menjaga Surat Utang Negara dan memperkuat perekonomian domestik.
III.
PROSPEK PASAR FINANSIAL INDONESIA DI 2012 Meskipun dengan realisasi kuartal I dan II 2011, sudah dapat diberikan
gambaran untuk 2012 yang akan datang. Pertumbuhan perekonomian dunia 2011 dan 2012 meskipun tetap belum seimbang, tampaknya mulai menuju ke tingkat sebelum krisis, yakni 4,4% dan 4,5%. Namun demikian, pertumbuhan ekonomi negara maju masih di bawah potensinya 3%. Pada 2011 dicanangkan pertumbuhan ekonomi sebesar 6,5% dan dalam pokok-pokok kebijakan fiskal (PPKF) RAPBN 2012, ditargetkan antara 6,56,9%. Yang tidak kalah pentingnya adalah tingkat inflasi direncanakan menurun dari sekitar 6,0% (2011) ke 3,5-5,5% pada 2012. Situasi global juga masih tetap belum stabil, sektor keuangan belum pulih, hargaharga komoditas dunia masih bergejolak dan dolar masih tetap akan melemah. Hal itu berarti pada 2012, prospek pertumbuhan ekonomi dunia akan meningkat tetapi risiko sektor keuangan dan resiko global meningkat pula. Sumber-sumber pendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2012 masih akan tetap bersumber dari konsumen (dari penduduk yang besar) dan sumber daya alam. Meskipun demikian, sudah ada tanda-tanda bahwa penanaman modal, khususnya asing (PMA) mulai deras serta pertumbuhan ekonomi di daerah juga terlihat menggeliat. FDI (Foreign Direct Investment), tempat banyak negara berkembang bergantung untuk membiayai perekonomian mereka, akan meningkat menjadi 1,3-1,5 triliun dolar AS pada tahun 2011 dan 1,6-2,0 triliun dolar pada tahun 2012 dari 1,2 dolar tahun ini. Prospek pertumbuhan FDI masih penuh risiko dan ketidakpastian, termasuk pemulihan yang rapuh. FDI mengacu pada investasi jangka panjang, seperti saham di perusahaan asing atau pembangunan pabrik untuk anak perusahaan, berbeda dengan investasi keuangan yang rapuh. Pemulihan FDI terutama akan terjadi melalui maraknya merger dan akuisisi lintas-perbatasan (M & A) di mana restrukturisasi dan privatisasi menyelamatkan perusahaan dari krisis sambil menawarkan kesempatan. Kesediaan perusahaan multinasional mengembangkan bisnisnya di luar negeri
terlihat lebih kuat untuk 2011 dan 2012 dibandingkan tahun 2010, dengan keyakinan bisnis diuntungkan kondisi perekonomian yang terus membaik, keuntungan perusahaan, dan valuasi pasar saham yang terlihat pada tahun ini. Nilai tukar rupiah diperkirakan cenderung menguat terhadap dolar, sehingga rata-rata nilai tukar sangat mungkin berada pada level Rp8.500 per US$ atau bahkan lebih kuat daripada itu. Kebijakan BI untuk tidak menginter vensi terha dap kisaran nilai tukar membantu inflasi dalam kecenderungan menurun, yakni 4-5%. Proyeksi inflasi tersebut dengan catatan pemerintah dan Bank Indonesia mampu meminimalkan dampak kenaikan hargaharga pangan dan energi (BBM dan listrik). Kenaikan harga BBM dan listrik tidak bisa dielakkan lagi, karena akan membebani anggaran. Jika tidak dilakukan atau ditunda berarti pemerintah SBY dan Boediono akan memberikan beban bagi pemerintah yang akan datang. Dengan faktor-faktor tersebut, pertumbuhan ekonomi pada 2012 diperkirakan tidak akan melebihi 7%. Faktor konsumsi rumah tangga tetap akan kuat. Penjualan berbagai produk ritel akan tetap meningkat pesat. Penjualan mobil dan motor akan meningkat dan pertama kalinya penjualan mobil diperkirakan dapat melampaui 1 juta unit. Menuju pasar tunggal Asean, perusahaan elektronik dan mesin-mesin juga akan semakin meningkatkan kapasitasnya. Derasnya PMA serta tingginya impor barang- barang modal dan bahan baku, produk industri pengolahan akan kembali meningkat signifikan pada 2012. Demikian juga perkembangan daerah-daerah yang semakin banyak menghasilkan koridor dan pusat pertumbuhan. Yang penting, adalah percepatan pembangunan infrastruktur dan transportasi masal dalam kota serta interkoneksi antarpulau. Faktor ketersediaan infrastruktur menjadi kunci pendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia di atas 7%. Kemacetan struktural sebagaimana yang terjadi di Jakarta (dan di beberapa kota besar lainnya), pelabuhan
Merak,
Tanjung Priok telah
menghambat
pertumbuhan ekonomi. Muatan manusia dan barang yang setiap tahunnya mengalami kenaikan dua sampai lima kali lipat, mensyaratkan penyediaan jalan, pelabuhan, bandar udara yang memadai. Jika tidak diperhatikan, buntut dari kemacetan panjang berjam-jam semakin menjadi sumber ketidakpastian dan penghambat pertumbuhan ekonomi. Tidak kalah pentingnya adalah agar pertumbuhan ekonomi yang terjadi harus mampu mengurangi kesenjangan antarkelompok pendapatan dan antardaerah. Yang terjadi justru sebaliknya, kesenjangan tidak membaik. Yang urgen juga adalah penyediaan sistem jaminan sosial yang terkoordinasi. Tidak seperti sekarang, begitu banyak program, Raskin, Jamkesmas, bantuan sosial dan lain- lain, tetapi satu sama
lain berjalan sendiri- sendiri. Program subsidi langsung juga tak kunjung tiba karena program pendataan tunggal penduduk belum tuntas. Program desentralisasi fiskal juga tidak menghasilkan perbaikan kesenjangan antardaerah. Pemerintah merencanakan perubahan UU 32 (Pemerintahan Daerah) dan UU 33 (Perimbangan Pusat dan Daerah) 2004 secara parsial. Pemisahan pemberian kewenangan (UU 32) dengan perimbangan keuangan (UU 33) akan memperlebar jurang kesenjangan antardaerah, perbaikan layanan publik dan kesejahteraan masyarakat. Tanpa
perbaikan
masalah
infrastruktur,
program
kemiskinan
dan
kesenjangan, target menuju pertumbuhan ekonomi 7% pada 2014 dan pendapatan per kapita US$8.000 menjadi mustahil. Berikut adalah beberapa hambatan yang mungkin ada dalam upaya Indonesia meningkatkan pasar finansial di tahun 2012 :
Mengakibatkan rata-rata harga minyak, jauh di atas asumsi pemerintah melalui RAPBN 2011 yang dipatok di area USD 65/barel. Efek tersebut mendorong beban subsidi BBM makin bengkak, dan memberikan tekanan pemerintah menaikkan harga BBM, yang pada akhirnya akan memicu inflasi kembali ke double digit level (di atas 10%).
Pembangunan sarana dan prasarana infrastruktur khususnya di sektor energi, transportasi, serta kelistrikan berjalan lamban, dimana dampaknya dapat mengganggu aktivitas dunia usaha.
Laju pertumbuhan ekspor masih negatif, meskipun mulai menunjukkan tanda pemulihan, secara agregat menunjukkan laju penurunan, seiring belum pulihnya perekonomian global serta nilai impor masih lemah, yang diindikasikan pabrikpabrik belum beroperasi maksimum.
Potensi timbulnya krisis keuangan, di tengah recovery perekonomian global. Hal ini ditandai kembalinya krisis kredit, melalui kasus Dubai World yang mengalami gagal bayar/default atas beberapa seri obligasinya yang jatuh tempo, walaupun akhirnya pemerintah Abu Dhabi, Uni EmiratArab bersedia menggelontorkan dana bail out sebesar USD 10 miliar ke lembaga tersebut. Namun dengan adanya kasus tersebut, perbankan global kini dihadapkan krisis likuiditas, hal ini terbukti dari beban asuransi kredit beberapa bank besar di Amerika naik 10-20 basis poin, yang efeknya bagi para pelaku pasar melakukan tindakan risk aversion, peralihan dari aset-aset beresiko ke investasi save haven (US Dollar), yang pada akhirnya terjadi capital outflow.
Terjadinya krisis financial di Amerika Serikat yang baru- baru ini terjadi akibat penumpukan hutang dari kepemimpinan yang lalu.
IV.
KESIMPULAN DAN SARAN Dari berbagai pemaparan yang ada di atas dapat disimpulkan bahwa kondisi
perekonomian Indonesia semakin membaik dari tahun ke tahun. Hal ini dapat dilihat dari semakin banyaknya infrastruktur yang sudah dibangun oleh pemerintah, membaiknya PDB Indonesia, menguatnya nilai tukar Rupiah terhadap mata uang asing, meningkatnya harga saham Indonesia dan semakin banyaknya para investor asing yang menanamkan modalnya di Indonesia. Untuk proyeksi pasar finansial Indonesia di tahun 2012 diperkirakan perekonomian Indonesia akan semakin membaik dan pembukaan lapangan kerja akan semakin banyak. Hal ini tentunya akan membuat kemajuan yang positif bagi Indonesia. Semakin membaiknya pasar finansial Indonesia tentunya didukung pula oleh peran serta masyarakat dan asing. Oleh karena itu perlu ditingkatkan kepercayaan dari asing untuk menanamkan modalnya di Indonesia dengan cara menjaga hubungan baik dengan internasional. Rakyat sebagai pondasi utama juga perlu diberikan pendidikan dan lapangan kerja yang memadai sebagai roda penggerak perekonomian dan modal penopang bagi Sumber Daya Manusia Indonesia.
V.
DAFTAR PUSTAKA
http://bisnisfinansial.blogdetik.com/2011/08/01/indonesia-surplus-perdaganganus1505-miliar/, diakses tanggal 6 Agustus 2011 http://uthieprawita.blogspot.com/2011/01/pertumbuhan-ekonomi-indonesia-56persen.htmlhttp://kopidangdut.org/2011/01/25/arah-kebijakan-bank-indonesia-2011/ , diakses tanggal 6 Agustus 2011 http://www.bisnis.com/analisis/24477-pertumbuhan-ekonomi-dalam-persimpangan, diakses tanggal 10 Agustus 2011 http://www.infogue.com/article/2010/07/23/aliran_investasi_dunia_pulih_pada_2010_ 2012/blog, diakses tanggal 10 Agustus 2011 http://id.berita.yahoo.com/bi-rupiah-akan-melemah-di-2012-115811632.html, diakses tanggal 10 Agustus 2011 http://www.theglobal-review.com/content_detail.php?lang=id&id=5169&type=6, diakses tanggal 10 Agustus 2011 http://www.sejutablog.com/prospek-ekonomi-dan-moneter-indonesia-tahun-2011/, diakses tanggal 10 Agustus 2011 http://bps36.blogspot.com/2011/08/rilis-pertumbuhan-ekonomi-triwulan-ii.html diakses tanggal 10 Agustus 2011