MANAJEMEN DANA BERGULIR DHUAFA BMT USAHA MULYA PONDOK INDAH JAKARTA SELATAN
Skripsi Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)
Oleh : Intan Nur’aini Daeng Mata NIM : 207046100335
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM) FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432 H / 2011 M
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa : 1.
Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2.
Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
3.
Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 25 November 2011
Intan Nur’aini
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan anugrah dan karunia yang tidak terhingga sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Manajemen Dana Bergulir Dhuafa pada BMT Usaha Mulya Masjid Pondok Indah Jakarta Selatan” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Ekonomi Syariah pada jurusan Perbankan Syariah Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Shalawat serta salam senantiasa penulis sampaikan kepada Nabi besar Muhammad SAW, beserta keluarga dan sahabat-sahabat serta para pengikutnya hingga akhir zaman. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu, membimbing dan mendoakan hingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yaitu Bapak Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma. SH, MA, MM yang penulis hormati. 2. Bapak Drs. H. Ahmad Yani, M. Ag, selaku Sekretaris Koordinator Teknis Program Non Reguler sekaligus selaku dosen penguji seminar proposal. 3. Bapak Ah. Azharuddin Lathif, M.Ag sebagai dosen Penasehat Akademik yang telah membimbing dan memberikan banyak bantuan serta dukungan dalam menyelesaikan skripsi ini.
ii
4. Dosen pembimbing Ibu Huzaemah yang telah membantu dan memberikan informasi serta inspirasi yang begitu banyak dan baik untuk menyelesaikan skripsi ini. 5. Semua pihak internal BMT Usaha Mulya yang telah membantu penulis menyelesaikan penelitian skripsi 6. Orang tuaku tercinta ayahku (Alm) Abdullah Daeng Mata yang senantiasa menjadi inspirasi dan pahlawan terbaik dalam kehidupanku, I LOVE U ALWAYS DAD. Buat mamaku (Aminah) tersayang yang tak henti-hentinya memberikan dukungan moral dan materiil serta kasih sayang yang tak terhingga hingga saat ini padaku. Tak lupa Bapakku juga Wahyu Rudi, terima kasih atas semua perhatian dan cinta yang tulus untukku dan keluargaku hingga saat ini. Adik-adikku (Syahril, Mega, Mutia, Rahmat, Dewi, Jefri) serta kakakku Ongen yang jauh di Ambon sana dan sepupuku Sandy di Makassar, terima kasih karena kalian tetap menjadi semangat terbaikku dalam menyelesaikan pendidikanku. 7. Oppa dan Oma Luturmas yang jauh disana, terima kasih karena menjadi bagian dari semangatku tuk sukses, 8. Salam spesial tak lupa ku ucapkan untuk adikku tersayang (Phida_Nae) yang senantiasa ada disampingku dan lalui setiap waktu bersama, terima kasih karena kamu jadi inspirasi dan penyemangat terbaik buat Kania dalam segala hal, kegiatan serta masa depan.
iii
9. Dear (HM) yang senantiasa memberikan cinta dan ketulusan hati padaku dan selalu ada disampingku dan menjadi penyemangatku juga. 10. Abi Jazuli, Umi Latifah serta keluarga besar yang sudah aku anggap orang tua dan keluarga kedua selama aku mengecam pendidikan di Jakarta, terima kasih karena telah ada di balik semua perjuangan dalam meraih gelar hingga sampai di perguruan tinggi ini. Aku tak akan pernah lupakan semuanya. 11. Teman-teman di Al-Ummah Raisya, Wanul, Hafsah, dan spesial buat Dian juga yang selalu menjadi penyemangatku. 12. Sahabat-sahabatku (Nely, Septie, Uni, Nitha, Vie dan Ema) yang selalu berjuang bersama hingga saat ini, semoga semua harapan kita bisa secepatnya lulus dapat terealisasi dan semoga persahabatan kita tetap utuh sampai nanti. 13. Teman-teman PS B-NR angkatan 2007 yang telah menjadi keluarga kedua di kampus dan menjadi teman-teman yang baik dalam menjalankan studi di UIN Jakarta. Serta, Arma dan Tary, terima kasih karena kalian juga cukup berarti dalam perjuangan dan penyelesaian skripsi ini. 14. Teman-temanku juga (Andriani, Arjuna, Intan Kaufua, Aldy, K’Onggo, dll) yang juga tetap memberi semangat terbaik untukku. 15. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih untuk semuanya. Jakarta, 24 Juni 2011 M 23 Rajab 1432 H
Penulis
iv
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN ....................................................................................
i
KATA PENGANTAR .............................................................................................
ii
DAFTAR ISI ............................................................................................................
v
BAB I
PENDAHULUAN .................................................................................
1
A. Latar Belakang Masalah ....................................................................
1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah................................................
6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .........................................................
7
D. Review Studi Terdahulu ....................................................................
8
E. Metodologi Penelitian .......................................................................
9
F. Sistematika Penulisan ....................................................................... 12 BAB II
LANDASAN TEORI ............................................................................ 14 A. Manajemen (pengertian, dasar-dasar, unsur-unsur, fungsi-fungsi manajemen) ....................................................................................... 14 B. Dana
Bergulir
(pengertian,
tujuan,
persyaratan
pemberian
pinjaman, dll) .................................................................................... 23 C. Dhuafa .............................................................................................. 25 D. Dana Bergulir Dhuafa ...................................................................... 27 E. Analisis SWOT ................................................................................. 29 F. Baitul Maal Wa Tamwil (BMT) dengan semua aspeknya ................ 33
v
BAB III
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ............................................. 41 A. Sekilas tentang BMT Usaha Mulya .................................................. 41 B. Visi dan Misi BMT Usaha Mulya ..................................................... 42 C. Identitas BMT Usaha Mulya ............................................................. 43 D. Jaringan Kerja BMT Usaha Mulya ................................................... 43 E. Layanan BMT Usaha Mulya ............................................................ 44 F. Gambaran Layanan .......................................................................... 44 G. Produk Simpanan Syariah ................................................................. 45 H. Produk Pembiayaan Syari’ah ............................................................ 47 I. Susunan Dewan Pengawas dan Pengurus ......................................... .50
BAB IV
DESKRIPSI DAN ANALISIS HASIL PENELITIAN ..................... 51 A. Pengelolaan atau Manajemen Dana Bergulir Dhuafa ....................... 51 B. Analisis SWOT Dana Bergulir Dhuafa ............................................. 61 C. Keberhasilan dan Hambatan Pengelolaan Dana Bergulir Dhuafa .... 75
BAB V
PENUTUP ............................................................................................. 81 A. Kesimpulan ....................................................................................... 81 B. Saran .................................................................................................. 83
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 85 LAMPIRAN-LAMPIRAN .................................................................................... 87
vi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Di era perkembangan zaman globalisasi yang saat ini sedang besarbesarnya dan perkembangan dunia yang begitu pesat maka, semakin kita merasakan persaingan-persaingan yang begitu kompetitif dan komplek yang membawa dampak sangat kuat bagi perusahaan manufaktur maupun perusahaan jasa dan perbankan di kancah perdagangan baik nasional maupun internasional. Maka dari dampak ini perusahaan dari tahun ke tahun dituntut untuk melakukan perbaikan di segala bidang baik dari segi infrastruktur maupun dari segi sistem kinerjanya dari sisi operasional maupun keuangan untuk mempertahankan eksistensinya. Perkembangan bank dan lembaga keuangan lainya seperti koperasi serta lembaga keuangan mikro lainnya seperti BMT, dll sangat bergantung pada bagaimana cara pengelolaan lembaga yang tersebut. Kelancaran dan kestabilan jalannya operasional merupakan salah satu faktor yang dapat menunjang dalam pencapaian tujuan, yaitu usaha pencapaian keuntungan yang maksimal dengan menggunakan sumber-sumber ekonomi yang dimiliki. Seiring dengan krisis multi dimensi yang menimpa Indonesia sejak pertengahan tahun 1997 yang dimulai dengan merosotnya nilai rupiah terhadap dolar Amerika Serikat telah menghancurkan sendi-sendi ekonomi termasuk pada sektor perusahaan maupun
1
2
lembaga sosial serta lembaga keuangan lainnya. Krisis moneter yang terus menerus mengakibatkan krisis kepercayaan, akibatnya banyak perusahaan dan lembaga-lembaga sosial dilanda penyakit yang sama. Hal ini menyebabkan ekonomi negara ini lumpuh karena dihantam kredit macet hingga tahun 2008 kemarin. Usaha kecil dan menengah (UKM) merupakan usaha yang paling tahan terhadap krisis ekonomi yang melanda Indonesia sejak tahun 1998 dan paling banyak dalam menyerap tenaga kerja sempai pada tingkat 80%. Oleh karena itu sebagai komitmen Bank Syariah untuk membantu dalam memajukan usaha kecil dan menengah di Indonesia maka Bank Syariah sudah lama bermitra dengan Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS) dalam penyaluran pembiayaan seperti BPR Syariah, BMT dan Koperasi. Seiring dengan keadaan tersebut di atas, dampak krisis ekonomi yang berkepanjangan yang melanda negeri Indonesia hampir dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat. Meskipun besar kecilnya dampak tersebut berlainan antar lapisan masyarakat. Namun, bagi masyarakat di lapisan bawah dampak yang paling dirasakan adalah menurunnya daya beli karena harga-harga kebutuhan pokok meningkat dari harga sebelum krisis terjadi. Apalagi belakangan ini harga bahan bakar minyak (BBM) sangat menyekik perekonomian masyarakat kita belum lagi bencana yang tak henti-hentinya menghujam berbagai daerah di negara ini. Bagi masyarakat pelaku ekonomi rakyat yang bergerak dalam penyediaan
kebutuhan
pokok
(bisnis
retail)
krisis
ekonomi
tidaklah
3
menghancurkan usaha mereka, namun bagi pelaku yang bergerak dalam usaha di luar kebutuhan pokok, seperti perbankan, dampak krisis ekonomi lebih terasa dengan merosotnya pendapatan. Kehadiran berbagai lembaga keuangan yang berprinsip syariah di tengah-tengah perkembangan ekonomi negara yang semakin pesat adalah untuk menawarkan sistem perekonomian alternatif bagi umat Islam, yang selama ini menikmati pelayanan lembaga keuangan dengan sistem bunga. Namun sejak tahun 1992 hingga sekarang umat Islam sudah dapat menikmati pelayanan jasa bank yang tidak menggunakan sistem bunga, yaitu setelah didirikannya Bank Muamalat Indonesia yang menjadi bank syariah pertama di Indonesia disusul dengan berdirinya bank-bank berbasis syariah lain serta kemunculan lembaga keuangan mikro juga tetap berbasis syariah yang kesemuanya dapat berkembang hingga saat ini. Pada tahun-tahun terakhir ini ekonomi syariah dengan lembaga keuangannya di Indonesia menunjukkan perkembangan yang sangat pesat, baik dilihat dari jumlah pembukaan kantor baru, jenis usaha yang ditawarkan dan volume kegiatan yang dilakukan semakin baik. Dalam suasana perkembangan yang sangat pesat tersebut, maka lembaga keuangan syariah terutama usaha mikro dan BMT dapat mempunyai potensi dan peluang yang lebih besar dalam peranannya sebagai sumber pembiayaan bagi hasil dan investasi yang baik bagi perekonomian negara.
4
Masyarakat sebagai pihak yang paling berperan, pada umumnya memiliki sikap tanggap terhadap berbagai bentuk pelayanan yang diberikan oleh masing-masing lembaga keuangan untuk menarik simpati masyarakat. Simpati dan kepercayaan masyarakat terhadap suatu lembaga keuangan termasuk BMT tidak terlepas dari keadaan keuangan, termasuk didalamnya adalah dengan adanya dana sosial yang dapat digunakan untuk membantu sesama sebagai muslim yang baik, mapan dan taat. Masalah keterbatasan pengetahuan masyarakatlah yang menjadi kendala bagi pengembangan dana sosial pada lembaga keuangan. Seharusnya ada pelatihan maupun seminar-seminar yang dapat digunakan sebagai sarana bagi pakar ekonomi Islam untuk mengajarkan dan berbagi tentang lembaga keuangan syariah terutama BMT dengan konsentrasi juga pada manajemen dana bergulir. Sampai saat ini masih banyak keganjalan di hati masyarakat untuk menjalankan ataupun bekerjasama dengan lembaga keuangan mikro syariah untuk membantu memberikan modal kerja dan lain sebagainya, karena pemikiran mereka yang minim tentang lembaga keuangan islami ini. Merupakan saalah satu tantangan berat yang harus dilalui juga oleh kami calon sarjana ekonomi Islam untuk mengatasi masalah-masalah diatas. Lembaga Keuangan Syariah. Dalam mengelola dana mayarakat, lembaga ini selain dituntut profesional juga harus sesuai dengan tuntunan syariah. Tidak boleh ada pengelolaan dana yang terkait dengan riba, gharar, maysir, dan hal-hal yang bathil yang tidak sesuai dengan syariat Islam. Maka dalam operasionalnya,
5
dana sosial ini akan selalu berhubungan dengan lembaga keuangan syariah baik perbankan syariah, asuransi syariah, BMT, koperasi syariah, maupun lembaga investasi syariah lainnya. Menjadi ironis bila selama ini dana sosial lembagalembaga ini belum belum dapat dikelola dengan baik. Jika hal ini dapat dilaksanakan maka dampak terhadap perkembangan lembaga keuangan syariah akan sangat besar. Dengan mobilisasi dana lembaga keuangan syariah yang semakin besar, maka dampak terhadap perekonomian akan semakin positif yaitu dinamisasi sektor riil terutama UKM, stabilitas sektor keuangan, dan stabilitas tingkat harga1. Sudah menjadi rahasia umum, kalau negara kita ini hanya terdapat banyak pemikir dan orang pintar namun sayangnya tidak ada realisasi dari pemikiran dan pemahaman mereka tersebut untuk dituangkan menjadi satu hal yang positif dan layak untuk dinikmati oleh masyarakat negara ini supaya kelak menjadi negara yang sejahtera. Realisasi pada masyarakat melalui pelatihan, seminar dan media periklanan dan promosi lain untuk mengembangkan produk ini agar diketahui dan dinikmati masyarakat luas. Dalam hal ini, penulis akan mengkonsentrasikan diri dalam mengetahui bagaimana manajemen dana bergulir dhuafa yang ada di Lembaga Keuangan Mikro Syariah (BMT). Oleh karena itulah penulis tertarik untuk mengangkat tema tentang dana bergulir untuk menjadi sebuah tugas akademis sebagai syarat meraih gelar kesarjanaan di Fakultas Syariah dan Hukum 1
Yusuf Wibisono, Republika Online : 25 Desember 2010.
6
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan judul “Manajemen Dana Bergulir Dhuafa pada Baitul Maal Wa Tamwil (BMT) Usaha Mulya Masjid Pondok Indah Jakarta Selatan” dengan harapan agar dapat memperoleh gambaran dan pengetahuan yang cukup tentang keberadaan dan optimalisasi dana sosial di lembaga keuangan mikro syariah semoga dalam keberlangsungan penulisan skripsi ini dilakukan dengan baik sampai selesai sehingga nantinya dapat digunakan untuk memperluas khazananh kajian mengenai lembaga keuangan syariah khususnya manajemen dana bergulir dhuafa di BMT Usaha Mulya Pondok Indah Jakarta Selatan ini.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah Berhubung bahwa judul skripsi ini sangat luas dan agar pembahasannya terarah maka penulis membatasinya pada manajemen dana bergulir, optimalisasi pemanfaatan dana tersebut, bagaimana keberhasilan dan hambatan pemanfaatan dana bergulir, serta strategi yang akan dilakukan dalam pengelolaan dana bergulir yang dilakukan oleh BMT Usaha Mulya Masjid Pondok Indah Jakarta Selatan. Dari pembatasan masalah ini dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Bagaimana manajemen dana bergulir yang dilakukan BMT Usaha Mulya Masjid Pondok Indah Jakarta Selatan? 2. Bagaimana optimalisasi pemanfaatan dana bergulir tersebut? 3. Bagaimana keberhasilan dan hambatan pengelolaannya?
7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian Dengan munculnya permasalahan yang ada, sehingga tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui manajemen dana bergulir dhuafa yang dilakukan BMT Usaha Mulya Masjid Pondok Indah Jakarta Selatan. 2. Untuk mengetahui optimalisasi pemanfaatan dana bergulir di BMT tersebut. 3. Untuk menganalisis keberhasilan dan hambatan pengelolaan dana bergulir. Sementara manfaat yang diharapkan dari penulisan skripsi ini adalah : 1. Manfaat Akademis. Hasil penelitian ini diharapkan agar dapat memperkaya khazanah ilmu pengetahuan di bidang ekonomi Islam, khususnya yang berkenaan dengan lembaga Keuangan Mikro Syariah (BMT) serta dapat menjadi bahan informatif bagi penulis atau peneliti lain yang memang konsen terhadap masalah yang sama dan mampu memberikan kontribusi teori yang baik dalam dunia akademik serta turut mengembangkan wacana ekonomi Islam pada aplikasi dalam kehidupan. 2. Manfaat Praktis. Karya ilmiah ini dapat dipergunakan sebagai rujukan untuk para pelaku ekonomi syariah di Indonesia dalam menjalankan tugas dan usahanya menuju lembaga keuangan syariah yang profesional sebagai lembaga keuangan yang dapat memberikan banyak maafaat untuk kesejahteraan umat, terutama dalam manajemen dana sosial dengan tetap memberdayakan potensi ekonomi umat.
8
D. Review Studi Terdahulu Berdasarkan yang telah direview terhadap beberapa sumber kepustakaan, penulis melihat bahwa apa yang merupakan masalah pokok penelitian ini tampak sangat penting. Adapun review studi terdahulu dalam penelitian ini yaitu dengan melihat beberapa penelitian terdahulu, antara lain : 1. Ahmad Chaidir. Jurusan Manajemen Dakwah Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2010. “Strategi Pengumpulan Dana BMT Ataawun Cipulir Jakarta Selatan”. Dalam penelitiannya, penulis tersebut menyimpulkan bahwa kesuksesan dan keberhasilan dalam strategi pengumpulan dana di BMT Ataawun sebagai lembaga lembaga keuangan mikro syariah tergantung pada stakeholder sebagai pelaksana bukan pada strategi sebagai sarana dan yang paling penting adalah memiliki tanggung jawab dan komitmen yang tinggi terhadap pengumpulan dana di BMT Attaawun. Dari skripsi ini dapat disimpulkan bahwa persamaannya dengan skripsi yang penulis susun adalah sama-sama konsentasi pada BMT dalam penghimpunan dana, sedangkan perbedaannya adalah bahwa pada skrispi diatas hanya membahas secara umum dari penghimpunan dana berbeda dengan yang penulis susun, lebih berkonsentrasi pada manajemen produk yaitu manajemen dana bergulir dhuafa pada Masjid Pondok Indah Jakarta Selatan. 2. Sri Indra Mulyati Tanjung. Jurusan Perbankan Syariah Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2008. “Tinjauan Ekonomi Islam
9
terhadap Manajemen Keuangan Lembaga Amil Zakat (LAZ) Al-Azhar Peduli Ummat dalam Mengelola Dana Zakat, Infaq, Shadaqah (ZIS). Hasil penelitian ini menyatakan bahwa LAZ Al-Azhar dalam mengelola dana ZISnya baik dari sisi penghimpunan maupun penyalurannya sejalan dengan prinsip ekonomi Islam yaitu keseimbangan dan pemerataan dengan mementingkan sektor pendidikan dan dakwah, sosial, kemaslahatan umat serta pemberdayaan ekonomi umat. Persamaannya dengan skripsi yang penulis susun adalah samasama konsentrasi pada manajemen keuangan, perbedaannya adalah penulis diatas lebih fokus pada
pengelolaan Dana Zakat, Infaq, Shadaqah (ZIS)
sedangkan yang saya fokuskan adalah hanya pada salah satu alokasi dari dana sosial yang dimiliki oleh Yayasan Pondok Mulya untuk mengembangkan produk dana bergulir dhuafa pada BMT Usaha Mulya Masjid Pondok Indah Jakarta Selatan.
E. Metodologi Penelitian Dalam penelitian ini digunakan metode deskriptif kualitatif dalam bentuk desain deskriptif2 yaitu penulis menggambarkan permasalahan dengan didasari pada data-data yang ada lalu dianalisis lebih lanjut kemudian diambil suatu kesimpulan dan metode pengumpulan data dengan cara observasi. Deskriptif menurut pengertiannya adalah penelitian yang bermaksud untuk membuat
2
10.
Lexi Moleong. Metodogi Penelitian Kualitatif, (Bandung : Remaja Rosda Karya, 1997) h.
10
penulisan dan gambaran mengenai situasi atau kejadian. Penelitian dengan menggunakan metode ini bertujuan untuk menggambarkan sifat sesuatu yang tengah berlangsung pada saat riset dilakukan dan memeriksa sebab-sebab dari gejala terdahulu. Penelitian ini adalah panduan dari penelitian kepustakaan yakni dengan penelusuran kepustakaan dimana penulis memperoleh data dengan menggunakan dan mempelajari sumber-sumber yang berkaitan dengan judul skripsi ini seperti buku-buku dan sumber bacaan lainnya3. Penulis juga menggunakan penelitian lapangan yaitu pada BMT Usaha Mulya Masjid Pondok Indah Jakarta Selatan. 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian dapat juga disebut berdasarkan cara pengumpulan datanya. Dalam hal ini penulis menggunakan jenis penelitian sebagai berikut : a. Studi Kepustakaan (Library Research). Studi ini dilakukan dengan cara menelaah buku-buku, makalah, website, karya ilmiah dan lainnya terutama informasi yang berkaitan dengan masalah yang dibahas serta dihimpun dari catatan dan makalah pribadi untuk melengkapi bahan dan untuk menemukan kerangka pustaka ilmiah mengenai konsep, pengertian dan dasar hukum produk serta operasional lembaga keuangan mikro syariah. b. Penelitian Lapangan (Field Research). Merupakan pengamatan secara langsung atau turun ke lapangan untuk menyelidiki berbagai fenomena 3
http://lowongankerjamu.info/search/contohpenelitianmetodepenelitiankualitatif-.pdf.
11
yang berkaitan dengan manajemen dana bergulir dhuafa yang dilakukan oleh BMT Usaha Mulya Masjid Pondok Indah Jakarta Selatan. c. Wawancara. Metode ini dilakukan untuk memperoleh informasi yang berkenaan dengan hal-hal yang berkaitan dengan data-data tentang manajemen dana bergulir dhuafa BMT Usaha Mulya Masjid Pondok Indah Jakarta Selatan. 2. Pendekatan Penelitian Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah penelitian langsung yang dilakukan dengan cara survei pada BMT Usaha Mulya Masjid Pondok Indah Jakarta Selatan. Pada penelitian ini digunakan juga pendekatan dokumen yaitu dengan mengumpulkan data dan informasi melalui arsip dokumen, laporan keuangan dan data-data atau sumber lainnya yang memberikan kontribusi dalam penyelesaian penelitian ini. 3. Jenis dan Sumber Data Penelitian ini menganalisis manajemen dana sosial khususnya dana bergulir yang ada pada BMT Usaha Mulya Masjid Pondok Indah Jakarta Selatan. Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menggunakan jenis data yaitu data kualitatif berupa kata-kata atau kalimat-kalimat serta gambar kalaupun ada angka-angka yang sifatnya hanya sebagai penunjang seperti data kualitatif berupa angka dalam laporan keuangan yang digunakan sebagai data pendukung dan pelengkap.
12
4. Teknik Pengolahan dan Analisis Data Adapun pengolahan dan analisis data dengan mengubah data kedalam bentuk yang dapat dipahami dengan menyusun, meringkas dan menganalisis data hasil wawancara dan data atau informasi lain dengan penjabarannya melalui uraian-uraian yang akan dianalisis secara kualitatif. 5. Teknik Penulisan Teknik penulisan skripsi ini mengacu pada pedoman dan penulisan skripsi Fakultas Syariah dan Hukum serta Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2008 sampai 2010. Lalu menggunakan teknik penulisan secara kualitatif dengan memperoleh data dari berbagai media baik buku, website ataupun artikel, studi lapangan di BMT Usaha Mulya Masjid Pondok Indah Jakarta Selatan dan yang lainnya yang dapat membantu mempermudah penyelesaian penulisan skripsi ini.
F. Sistematika Penulisan BAB I
Pendahuluan. Dalam bab ini menguraikan latar belakang masalah, pembatasan
dan perumusan
masalah, tujuan dan manfaat
penelitian, metode penelitian serta sistematika penulisan skripsi. BAB II
Landasan Teori. Merupakan landasan dari apa yang dibahas, yang mengungkap secara teortis tentang ide untuk menghadirkan lembaga keuangan mikro syariah dengan segala yang ada didalamnya lalu pengertian manajemen, konsep manajemen,
13
pentingnya manajemen, serta segala hal yang berkaitan dengan manajemen dana bergulir dhuafa di BMT Usaha Mulya Masjid Pondok Indah Jakarta Selatan. BAB III
Gambaran Umum BMT Masjid Pondok Indah Jakarta Selatan. Dalam bab ini menjelaskan tentang sejarah dan perkembangan, visi dan misi, struktur organisasi serta produk-produk BMT Usaha Mulya Masjid Pondok Indah Jakarta Selatan, dll.
BAB IV
Deskripsi dan Analisis Hasil Penelitian. Dalam bab ini menguraikan tentang bagaimana manajemen dana bergulir dhuafa di BMT Usaha Mulya Masjid Pondok Indah Jakarta Selatan, optimalisasi pemanfaatan dana bergulir, bagaimana keberhasilan dan hambatan pengelolaan dana bergulir ini, juga strategi ke depan dalam manajemen dana bergulir di BMT tersebut.
BAB V
Penutup. Dalam bab ini akan dikemukakan kesimpulan yang diperoleh dari analisa data dari pembahasan masalah serta saransaran kepada BMT Usaha Mulya Masjid Pondok Indah Jakarta Selatan
yang
mungkin
dapat
digunakan
sebagai
bahan
pertimbangan dalam menjaga dan mengelola semua produknya terutama dana bergulir ini untuk meningkatkan pendapatan lembaga keuangan mikro syariah tersebut sekaligus memanfaatkan dana sosial untuk kesejahteraan umat terutama untuk kaum dhuafa.
BAB II LANDASAN TEORI
A. Manajemen Dalam bab ini akan dibahas hal-hal yang menyangkut manajemen secara umum, meliputi : apa itu manajemen, apa fungsi manajemen dan tingkatan dalam manajemen, tipe manajemen dan hal-hal lain yang terkait dengan manajemen. 1. Pengertian Manajemen Istilah manajemen berhubungan dengan usaha untuk tujuan tertentu dengan jalan menggunakan sumber-sumber daya yang tersedia dalam organisasi dengan cara yang sebaik mungkin. Dalam pengertian “organisasi” selalu terkandung unsur manusia maka manajemen pun biasanya digunakan dalam hubungan usaha suatu kelompok manusia, walaupun manajemen itu dapat pula ditetapkan terhadap usaha-usaha individu. Setiap organisasi selalu membutuhkan manajemen karena tanpa manajemen yang efektif tak akan ada usaha yang berhasil cukup lama. Tercapainya tujuan organisasi baik tujuan ekonomi, sosial maupun politik, sebagian besar tergantung pada kemampuan para manajer dalam organisasi yang bersangkutan. Manajemen akan memberikan efektifitas pada usaha manusia. Untuk memperjelas arti manajemen, di bawah ini kutipan pendapat beberapa pakar di bidang manajemen, pendapat yang satu dapat berbeda
14
15
dengan yang lain walaupun terdapat unsur kesamaannya. Dari perbedaanperbedaan pendapat (yang disebabkan karena perbedaan dalam menentukan titik berat sudut pandang) serta kesamaan-kesamaan itu diharapkan dapat diperoleh pandangan yang jelas dan menyeluruh tentang manajemen. Beberapa pandangan dan pendapat tentang manajemen : John F. Mee “Management is the art or securing maximum result with minimum of efforts as to secure maximum prosperity and happiness for both employer and employee and give the public the best posible service” (Manajemen adalah seni untuk mencapai hasil yang maksimal dengan usaha yang minimal, demikian pula mencapai kesejahteraan dan kebahagiaan maksimal baik bagi pimpinan maupun para pekerja serta memberikan pelayanan yang sebaik mungkin kepada masyarakat). George R Terry “Management is distinct process consisting of planning, organizing, actuating, controling, utilizing in each both science and art and follow in order to accomplish predetermined objectives”. (manajemen adalah proses yang khas yang terdiri dari tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengendalian yang masing-masing bidang tersebut digunakan baik ilmu pengetahuan maupun keahlian dan yang diikuti secara berurutan dalam rangka usaha mencapai sasaran yang telah ditetapkan semula). 1 1
Pandji Anoraga, Manajemen Bisnis (Jakarta : PT.Rineka Cipta, 1997), h. 109-110.
16
Kesimpulan yang dapat ditarik dari kesamaan-kesamaan yang terdapat dalam defenisi di atas adalah bahwa : a. Manajemen selalu diterapkan dalam hubungan dengan usaha suatu kelompok manusia dan tidak terdapat suatu usaha seseorang tertentu b. Dalam pengertian manajemen selalu terkandung adanya suatu tujuan tertentu yang akan dicapai oleh kelompok yang bersangkutan. Secara singkat dapat dikatakan bahwa manajemen adalah persoalan mencapai suatu tujuan tertentu dengan suatu kelompok orang. Manajemen telah banyak disebut sebagai seni untuk menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain. Defenisi ini, yang dikemukan oleh Mary Parker Follett, mengandung arti bahwa para manajer mencapai tujuan-tujuan pekerjaan yang diperlukan atau dengan kata lain untuk melaksanakan berbagai pekerjaanpekerjaan itu sendiri. 2. Dasar-Dasar Manajemen Dalam istilah Barat disebutkan “ The Fundamental of Management “ adalah pernyataan atau kebenaran fundamental yang dipergunakan sebagai pedoman bertindak bagi para manajer atau orang yang menjalankan kegiatan manajemen. The Fundamental of Management atau dasar-dasar manajemen terdiri dari : a. Pembagian kerja secara tuntas (devision of works) b. Adanya wewenang (authority) c. Disiplin (dicipline)
17
d. Kesatuan Perintah (unity of command) e. Kesatuan Pengarahan (unity of direction) f. Kepentingan organisasi di atas kepentingan pribadi (subordination of individual interest to general interest) g. Pemberian rangsangan kerja (renumeration) h. Sentralisasi sebagian dari kekuasaan (centralization) i. Garis wewenang jelas batasnya (line of authority) j. Tatanan yang baik (order) k. Stabilisasi anggotanya, jiwa kelompok yang tinggi harus dijaga (stability of turn over personal)2. Menurut Henry Fayol, dasar-dasar manajemen selain dari yang telah disebutkan di atas terdapat 3 (tiga) dasar manajemen lainnya, yaitu : a. Equity untuk merangsang pegawai dalam melaksanakan tugasnya dengan kesungguhan dan kesetiaan, mereka memerlukan keramahan dan keadilan, kombinasi antara keramahan dan keadilan menghasilkan equity. b. Initiative
(inisiatif)
merupakan
kesanggupan
untuk
berfikir
dan
kemampuan untuk melaksanakan. c. Esprict de corps yaitu Persatuan.3
2
Ibnu Syamsi, Pokok-Pokok Organisasi dan Manajemen, (Jakarta : PT. Rineka Cipta, 1994), cet. Ke-3, h.60. 3
hal. 32.
M. Manullang, Dasar-dasar Manajemen, (Jakarta : Ghalia Indonesia, 1996), cet ke-15,
18
3. Unsur-Unsur Manajemen Dari pengertian manajemen, dijelaskan bahwa proses manajemen selalu diarahkan untuk pencapaian suatu tujuan tertentu. Dalam pencapaian tujuan tersebut diperlukan unsur-unsur yang dapat menjalankan proses manajemen. Ada beberapa unsur manajemen yang berkembang, diantaranya : a. Manusia. Baik pimpinan, pelaksana atau pun manusia yang dijadikan objek pelaksanaan b. Tujuan yang ingin dicapai c. Organisasi atau wadah tenpat manajemen dilaksanakan d. Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan untuk mencapai tujuan4. 4. Fungsi-fungsi Manajemen Fungsi manajemen adalah Apa atau sesuatu yang harus dijalankan guna memenuhi maksud dan tujuan. Manajemen memiliki beberapa fungsi antara lain5 : a. Perencanaan (Planning) Perencanaan dapat didefenisikan sebagai keseluruhan proses pemikiran dan penentuan secara matang daripada hal-hal yang akan dikerjakan di masa yang akan datang dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditentukan. Pada hakekatnya perencanaan adalah proses penentuan caracara terbaik yang dilakukan dalam pencapaian tujuan di antara berbagai
4 5
Gozali Saydam, Manajemen dan Kepemimpinan (Jakarta : Djambatan, 1993), hal.24. Ernie Trisnawati, Kurniawan Sefullah, Pengantar Manajemen. (Jakarta : Kencana, 2005).
19
cara (alternatif) yang tersedia. Adapun maksud dari perencanaan adalah agar pelaksanaan dapat berjalan dengan baik, sistematis, tidak ada tumpang tindih (overlapped) dan tidak ada yang terlewatkan (gap). Dalam perencanaan, kegiatan yang ditentukan meliputi : apa yang dikerjakan, bagaimana
mengerjakannya,
mengapa
mengerjakan,
siapa
yang
mengerjakan, kapan harus dikerjakan dan dimana kegiatan itu harus dilakukan. Tahap pertama dalam perencanaan adalah mengidentifikasi alternatifalternatif yang tersedia, kemudian memilih salah satu dari berbagai alternatif yang paling baik dan cocok dengan tujuan yang ingin dicapai. 6 b. Pengorganisasian (Organizing) Menurut Dr. S.P. Siagian MPA, pengorganisasian (organizing) adalah keseluruhan proses pengelompokan orang-orang, alat-alat, tugas dan tanggung jawab serta wewenang sedemikian rupa sehingga tercipta suatu organisasi yang dapat digerakkan sebagai suatu kesatuan dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditentukan. Pengorganisasian merupakan langkah awal pelaksanaan rencana yang sudah disusun karena rencana yang tersusun harus dilaksanakan oleh suatu tim (lebih dari satu orang) sebelum fungsi penggerakan dan pengendalian dilakukan. Bagan organisasi (organization chart) memberikan informasi yang digambarkan
6
Krismiaji, Dasar-Dasar Akuntansi Manajemen, (Yogyakarta : Unit Penerbit dan Percetakan AMP YKPN, 2002), Cet ke-2, h.2.
20
ke
dalam
bagan
organisasi
atau
struktur
organisasi.
Proses
pengorganisasian meliputi perumusan tujuan, penetapan tugas pokok, perincian kegiatan, pengelompokan kegiatan dalam fungsi-fungsi, staffing, serta proses terakhir dari penyusunan organisasi ini adalah pemberian kelengkapan berupa peralatan. Fasilitas yang harus diberikan dapat berwujud material dan atau keuangan. c. Penggerakan (Actuating) Penggerakan adalah kegiatan mendorong semangat kerja bawahan, mengarahkan aktifitas bawahan, mengkoordinasikan berbagai aktifitas bawahan menjadi aktifitas yang kompak dan singkron sehingga semua kegiatan bawahan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan di awal. Jadi penggerakan
(actuating) pada hakekatnya adalah menggerakkan
orang-orang untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien, sasarannya adalah untuk mendapatkan ketaatan, disiplin, kepatuhan dan kesediaan untuk mengerjakan tugas yang dilimpahkan kepada seseorang dengan sebaik mungkin. Sedangkan tujuan dari penggerakan adalah agar manajemen dapat berhasil secara efektif dan efisisen dengan ditetapkannya fungsi penggerakan ini maka usaha untuk merealisasi tujuan telah dimulai. d. Pengawasan (Controlling) Pengawasan dapat diartikan sebagai suatu proses untuk menetapkan pekerjaan yang sudah dilaksanakan, menilainya, dan bila perlu
21
mengoreksi dengan maksud supaya pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan rencana semula. Pengawasan mutlak harus dilakukan untuk dapat mengetahui hasil nyata dari proses manajemen, apa sesuai dengan rencana atau tidak. Dalam pengawasan akan diperbandingkan hasil yang dicapai dengan rencana jika terdapat penyimpangan maka harus dilakukan tindakan perbaikan. Jadi bukan hanya mencari kesalahan namun yang terpenting memperbaiki kesalahan itu. Pengawasan diterapkan agar kesalahan dapat ditemukan sedini mungkin karena hal ini hanya dapat dilakukan dengan baik jika atasan dan bawahan sama-sama berperan aktif dalam proses pelaksanaan pekerjaan. Manajemen strategi modern ukurannya dilihat dari produktifitas termasuk kualitas dan kemampuan memberikan pelayanan berkualitas secara berkesinambungan7. 5. Manajemen Dalam Islam Perbuatan manusia
menurut pendekatan syariah dapat berbentuk
ibadah dan berbentuk muamalah. Perbuatan ibadah adalah yang dinyatakan oleh Al-Qur‟an dan Hadits tentang cara beribadah, shalat, puasa, ibadah haji dan lainnya. Baik tata cara, waktu, tempatnya dengan tegas dan jelas telah ditetapkan di dalam Al-Qur‟an dan Hadits. Tidak boleh ditambah, dikurangi atau diubah. Sedangkan perbuatan mu‟amalah adalah semua perbuatan yang bersifat manusiawi yang boleh dan dapat dilakukan dengan bebas waktunya
7
18.
Hadari Nawawi, Manajemen SDM Untuk Bisnis Kompetitif, (Jakarta : UGM Press, 2004). h.
22
selama tidak ada larangan dalam Al-Qur‟an dan Hadits dan tidak bertentangan dengan aturan-aturan akhlak. Agama Islam mewajibkan para penguasa atau pengusaha untuk menegakkan keadilan, kejujuran dalam bekerja dan menyampaikan amanat demi tercapainya kesejahteraan umum. Untuk melaksanakan kewajibankewajiban itu, para penguasa atau pengusaha wajib menjalankan manajemen yang baik dan sehat, jauh dari unsur cidera atau khianat. Manajemen yang baik harus memenuhi syarat yang tidak boleh ditinggalkan demi mencapai hasil tugas atau kegiatan yang baik dan benar. Karena itu, bagi orang-orang yang menjadi penguasa atau pengusaha wajib mempelajari manajemen. 8 Allah berfirman :
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang Telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat) dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (Q.S. Al-Hasyr : 18) Pada ayat tersebut di atas terdapat rangkaian kata yang dicetak tebal dan dengan maksud setiap diri manusia terutama yang beriman dan bertakwa akan selalu berfungsi sebagai pemimpin. Berikutnya rangkaian kata 8
Mochtar Effendi, Manajemen Suatu Pendekatan Berdasarkan Ajaran Islam (Jakarta : Bhatara, 1996), cet . ke-2, h. 32-34.
23
memperhatikan apa yang telah diperbuat, maksudnya mencakup kegiatan proses mengawasi apa yang telah dilakukan. Hasil pengawasan berguna sebagai bahan untuk kegiatan proses melaporkan, Terutama melaporkan kepada diri sendiri guna meningkatkan mutu kemampuan diri. Dimana kemampuan diri tersebut sangat berguna untuk kegiatan proses kehidupan untuk hari esok.9
B. Dana Bergulir 1. Pengertian Dana Bergulir Dana Bergulir adalah dana yang dialokasikan oleh kementerian Negara atau Lembaga atau Satuan Kerja Badan Layanan Umum untuk kegiatan perkuatan modal usaha bagi koperasi, usaha mikro, kecil, menengah, dan usaha lainnya yang berada di bawah pembinaan Kementerian Negara atau Lembaga. Lembaga Pengelola Dana Bergulir Koperasi, dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah, yang selanjutnya disebut LPDB-KUMKM adalah satuan kerja Kementerian Koperasi dan UKM yang mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan Dana Bergulir untuk disalurkan dalam bentuk Pinjaman atau Pembiayaan, atau dalam bentuk lainnya dan bertanggung jawab kepada Menteri Negara Koperasi dan UKM 10. 9
Hasbullah Husain, Manajemen Menurut Islamologi, (Jakarta : Biro Konsultasi Islamologi, 1997), Cet ke-I, h.326. 10
Peraturan Direksi Lembaga Pengelola dana bergulir koperasi dan usaha mikro, kecil dan menengah No. 010/PER/LPDB/2011 tentang petunjuk teknis pemberian tambahan pinjaman atau pembiayaan kepada koperasi, direksi lembaga pengelola dana bergulir koperasi dan usaha mikro, kecil dan menengah RI.
24
2. Tujuan Dana Bergulir Tujuan pemberian tambahan Pinjaman atau Pembiayaan kepada Koperasi adalah untuk memperkuat peran koperasi dan atau anggotanya terutama dalam upaya perluasan kesempatan kerja, peningkatan pendapatan dan pengentasan kemiskinan. 3. Persyaratan Pemberian Pinjaman Persyaratan Koperasi yang dapat diberikan tambahan Pinjaman atau Pembiayaan oleh LPDB-KUMKM adalah sebagai berikut : a. Tingkat pengembalian pokok pinjaman atau pembiayaan sebelumnya minimal telah mencapai 40% dan atau telah melakukan pembayaran secara lancar minimal selama satu tahun. b. Pembayaran bunga termasuk kategori lancar. c. Kepatuhan dalam menyampaikan laporan monitoring dan evaluasi (realisasi atau triwulanan atau fiducia). d. Fasilitas
pinjaman/pembiayaan
terdahulu
telah
disalurkan
atau
direalisasikan sesuai dengan tujuan penggunaannya 11.
C. Dhuafa
11
Peraturan Direksi Lembaga Pengelola dana bergulir koperasi dan usaha mikro, kecil dan menengah No. 010/PER/LPDB/2011 tentang petunjuk teknis pemberian tambahan pinjaman atau pembiayaan kepada koperasi, direksi lembaga pengelola dana bergulir koperasi dan usaha mikro, kecil dan menengah RI.
25
1. Pengertian Dhuafa Ada beberapa ayat Al Qur‟an yang menjelaskan arti kata dhuafa yang berasal kata dh‟afa atau dhi‟afan. Salah satu firman Allah menyebutkan, “Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah (dhi’afan), yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka”12. Dalam ayat yang lain “mengapa kamu tidak mau berperang di jalan Allah dan (membela) orang-orang yang lemah (mustadh’afin)”13. Berdasarkan ayat-ayat di atas, dapat ditarik satu kesimpulan bahwa yang dimaksud kaum dhuafa adalah orang-orang lemah atau tertindas. 2. Macam-Macam Dhuafa Mengenai orang-orang yang tergolong dhu‟afa, mereka antara lain anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (ibnussabil), orang yang meminta-minta, hamba sahaya14, tunanetra, orang cacat fisik, orang sakit, orang lanjut usia, janda miskin, tahanan atau tawanan, mualaf (orang yang baru memeluk Islam, orang-orang fakir, orang-orang yang berutang (gharimin), orang yang berjuang di jalan Allah (fii Sabilillah, buruh atau pekerja kasar, nelayan, rakyat kecil yang tertindas, dll15. 3. Perintah berbuat baik kepada Dhuafa
2011.
12
Q.S. An-Nisa‟ ayat 9
13
Q.S. An Nisa‟ ayat 75.
14
Q.S Al-Baqarah ayat 177.
15
Media Amal Islam, Keberpihakan Islam Kepada Kaum Dhuafa, (Jakarta : Wordpress.com,
26
Allah SWT dalam Al Qur‟an telah memerintahkan kepada umat-Nya agar berbuat baik kepada kaum dhu‟afa. Salah satu ayatnya Q.S. Al-Baqarah ayat 83 menyatakan :
........... Artinya: .... “Dan berbuat kebaikanlah kepada ibu bapa, kaum kerabat, anakanak yatim, dan orang-orang miskin.” (Q.S. Al Baqarah : 83) Perintah berbuat baik kepada mereka ini seperti yang terdapat dalam ayat diatas antara lain, mengucapkan perkataan yang baik kepada mereka memuliakan mereka, memelihara, mengasuh, dan mengurus mereka secara patut, memberikan mereka makan, membela dan melindungi mereka dari kezaliman, memberikan mereka pendidikan dan pengajaran yang baik, serta memberikan mereka nasehat dalam segala hal untuk kebaikan. 4. Imbalan dari Allah Allah SWT menjanjikan dalam Al Quran bahwa mereka yang berbuat baik, memenuhi hak, dan tidak melanggar larangan terhadap kaum dhuafa akan diberi ganjaran. Ganjaran itu antara lain adalah menyebut mereka sebagai orang yang berbakti, yang benar imannya, dan orang yang bertakwa kepada-Nya16, mereka dipelihara dari kerusakan dan kehancuran, wajah
16
Q.S. Al Baqarah ayat 177.
27
mereka jernih, hati mereka senantiasa bergembira (kebahagiaan di dunia) dan memperoleh surga (kebahagiaan di akhirat) 17. Keberpihakan Allah SWT kepada kaum dhuafa sedemikian detail dan terperinci. Hal ini juga memberi gambaran bahwa sedemikian besar perhatian, pembelaan, dan perlindungan yang Allah berikan kepada mereka. Semuanya memperkuat dan memperjelas konsepsi Islam dalam mengatasi masalah sosial kemanusiaan, khususnya pengentasan dan pemberdayaan kaum dhuafa. Disini, Allah selain telah memberikan batasan yang jelas tentang dhuafa yang biasanya dilakukan oleh manusia, juga telah memberikan caracara konkret dalam memberi bantuan serta pertolongan kepada mereka. Disamping itu, Allah juga memberikan penghargaan kepada orang-orang yang memiliki keberpihakan dan kepeduliaan atas nasib kaum dhuafa dan menentukan sanksi kepada mereka yang tidak mau membantu, menolong, mempedulikan, membela dan melindungi golongan dhuafa ini di dunia dan akhirat 18.
D. Dana Bergulir Dhuafa Bergulir dalam bahasa Inggris berarti rolling sedangkan dalam bahasa Indonesia berarti
berguling, menggelincir, atau berputar. Sedangkan dhuafa
berasal dari bahasa Arab yaitu dhi’afan atau mustadh’afin yang berarti orang-
2011.
17
Q.S. Al Insaan ayat 7-12.
18
Media Amal Islam, Keberpihakan Islam Kepada Kaum Dhuafa, (Jakarta : Wordpress.com,
28
orang lemah. Jadi Dana bergulir Dhuafa dapat diartikan sebagai dana yang dapat digulirkan hanya kepada kaum dhuafa (orang-orang lemah) yang membutuhkan bantuan permodalan atau dana untuk menjalankan usaha untuk meringankan beban mereka dalam perekonomian. Dana bergulir dhuafa merupakan dana yang diperoleh dari dana sosial dan ZIS kemudian disalurkan ke masyarakat untuk kegiatan yang bersifat produktif bukan konsumtif dan diharapkan dana tersebut juga dapat dipakai secara bergantian atau bergulir19. Dasar Hukum Terkait dengan hal ini dalam Al-Qur‟an Surat An-Nisa ayat 29 dapat dijelaskan sebagai berikut :
Artinya: “Dan janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka atau saling meridhoi di antara kamu”. (Q.S. An-Nisa : 29) Maksud dari ayat diatas adalah kita dilarang memakan harta sesama umat manusia kecuali dengan jalan perdagangan atas dasar saling meridhai satu sama lain, ini juga berlaku dalam pengelolaan dana bergulir dhuafa yang mana dana tersebut diperoleh dari dana ZIS yang kemudian diproduktifkan untuk pengembangan perekonomian umat namun lebih difokuskan pada kaum dhuafa yang membutuhkan dana untuk usaha. 19
2011.
BMT Usaha Mulya, Produk Pembiayaan Dana Bergulir Dhuafa. Riset pada Mei-Juni
29
E. Analisis SWOT SWOT adalah analisis internal maupun eksternal organisasi yang selanjutnya akan digambarkan sebagai dasar untuk merancang strategi dan program kerja. Dalam analisis SWOT, meliputi elemen internal yaitu kekuatan (strength), kelemahan (weakness) dan elemen eksternal yang terdiri dari peluang (opportunity) dan ancaman (threat). Keempat elemen dari analisis tersebut merupakan penjabaran dari manajemen strategi20. Perusahaan dalam menjalankan misinya dan mewujudkan visinya. Dari hasil analisis akan memetakan posisi perusahaan terhadap lingkungannya dan menyediakan pilihan strategi umum yang sesuai, serta dijadikan dasar dalam menetapkan sasaran-sasaran perusahaan dalam waktu 3-5 tahun ke depan untuk memenuhi kebutuhan dan harapan dari para stakeholder. Tujuan
utama
analisis
SWOT
adalah
mengidentifikasi
strategi
perusahaan secara keseluruhan. Hampir setiap perusahaan maupun pengamat bisnis
dalampendekatannya
banyak
menggunakan
analisis
SWOT.
Kecenderungan ini tamoaknya akan terus semakin meningkat terutama dalam era perdagangan bebas di abad 21, dimana satu dengan yang lain saling berhubungan dan saling tergantung. Analisis SWOT mengarahkan analisis strategi dengan cara memfokuskan perhatian pada kekuatan, kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang 20
Ismail Yusanto, Pengantar Manajemen Syariah, (Jakarta : Khairul Bayan, 2002). h. 83.
30
merupakan hal yang kritis bagi keberhasilan perusahaan. Dengan melakukan identifikasi secara hati-hati pada faktor keberhasilan kritis (critical success factors), para eksekutif dan manager dapat menemukan per bedaan-per bedaan perdagangan. Contohnya apa yang dipandang beberapa manajer sebagai kekuatan mungkin dipandang sebagai kelemahan oleh manajer lainnya. oleh karena itu, analisis SWOT juga merupakan alat untuk mencapai pengertian yang lebih baik danmungkin juga sebagai konsensus diantara para manajer berkaitan dengan faktor-faktor yang krusial bagi keberhasilan perusahaan. 1. Matriks Faktor Strategi Eksternal Sebelum membuat matriks faktor strategi internal, perlu diketahui terlebih dahulu faktor strategi eksternal (External Strategic Factors Analysis Summary). Jadi, sebelum strategi diterapkan, perencana strategi harus menganalisis lingkungan eksternal untuk mengetahui beberapa peluang dan ancaman. Masalah strategi yang akan dimonitor harus ditentukan karena masalah ini mungkin dapat mempengaruhi organisasi di masa yang akan datang. 2. Matriks Faktor Strategi Internal Setelah faktor-faktor strategi ekdternal suatu organisasi diidentifikasi, suatu tabel IFAS (Internal Strategic Factor Analysis Summary) disusun untuk merumuskan faktor-faktor strategi internal tersebut dalam kerangka strength and weakness organisasi.
31
Cara Membuat Analisis SWOT Penelitian menunjukkan bahwa kinerja organisasi dapat ditentukan oleh kombinasi faktor internal dan eksternal. Kedua faktor tersebut harus dipertimbangkan dalam analisis SWOT. SWOT adalah singkatan dari lingkungan internal strengths dan weaknesses serta lingkungan eksternal opportunities dan threats yang dihadapi sebuah organisasi. Analisis SWOT membandingkan antara faktor eksternal peluang dan ancaman dengan faktor internal kekuatan dan kelemahan. Proses Analisis SWOT21 Setelah mengumpulkan semua informasi yang berpengaruh terhadap kelangsungan perusahaan, tahap selanjutnya adalah memanfaatkan semua informasi tersebut dalam model-model kuantitatif perumusan strategi. Alat yang dipakai untuk menyusun faktor-faktor strategi perusahaan adalah matriks SWOT. Matriks ini dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi perusahaan dapat disesuaikan dengan kelemahan dan kekuatan yang dimilikinya. “Matriks SWOT”22 Strengths (S)
21
Weaknesses (W)
Freddy Rangkuti, Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. (Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama, 2006). h. 31. 22 Freddy Rangkuti, Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. h. 31-32.
32
Tentukan
IFAS
faktor EFAS
Tentukan
kekuatan
faktor-faktor
kelemahan internal.
internal.
Opportunities (O)
Strategi (SO)
Tentukan faktorfaktor
faktor-
peluang
eksternal
Strategi (WO)
Ciptakan strategi yang
Ciptakan strategi yang
menggunakan kekuatan
meminimalkan untuk
kelemahan
memanfaatkan
untuk
memanfaatkan peluang.
peluang. Threats (T)
Strategi ST
Tentukan faktor-
Strategi WT
Ciptakan strategi yang
faktor ancaman
menggunakan
eksternal
kekuatan
Ciptakan strategi yang meminimalkan
untuk
kelemahan
mengatasi ancaman.
dan
menghindari ancaman.
a. Strategi SO Strategi
ini
dibuat
berdasarkan
jalan
pikiran
memaksimalkan kekuatan dan peluang yang ada.
b. Strategi ST
perusahaan
untuk
33
Ini adalah strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki oleh perusahaan untuk mengatasi ancaman. c. Strategi WO Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada. d. Strategi WT Strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman. Tidak mudah menggunakan analisis SWOT untuk mengetahui situasi internal dan eksternal perusahaan.kegagalan dalam melakukan analisis, berarti gagal pula mencari titik temu faktor-faktor strategis yang terdapat dalam lingkungan internal dan eksternal. Kendati demikian, diakui oleh para manajer dan praktisi bahwa analisis SWOT merupakan salah satu media yang efektif guna menyusun suatu Strategic management atau manajemen strategis perusahaan23.
F. Baitul Maal Wa Tamwil (BMT) 1. Pengertian Baitul Maal Wa Tamwil (BMT) BMT adalah lembaga keuangan mikro yang dioperasikan dengan prinsip bagi hasil (syari‟ah), menumbuhkembangkan bisnis usaha mikro dan kecil dalam rangka mengangkat derajat dan martabat serta membela kepentingan kaum fakir miskin. Secara konseptual, BMT memiliki dua fungsi: 23
Freddy Rangkuti, Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. h. 32.
34
Baitul Tamwil (Bait yaitu Rumah, at Tamwil adalah Pengembangan Harta) melakukan kegiatan pengembangan usaha-usaha produktif dan investasi dalam meningkatkan kualitas ekonomi pengusaha mikro dan kecil terutama dengan mendorong kegiatan menabung dan menunjang pembiayaan kegiatan ekonominya. Baitul Maal (Bait yaitu Rumah, Maal yang berarti Harta) menerima titipan dana zakat, infak dan shadaqah serta mengoptimalkan distribusinya sesuai dengan peraturan dan amanahnya24. Visi BMT mengarah pada upaya untuk mewujudkan BMT menjadi lembaga yang mampu meningkatkan kualitas ibadah anggota (ibadah dalam arti yang luas), sehingga mampu berperan sebagai wakil pengabdi Allah SWT. Titik tekan perumusan Visi BMT adalah mewujudkan lembaga yang professional dan dapat meningkatkan kualitas ibadah. Misi BMT adalah membangun dan mengembangkan tatanan perekonomian dan struktur masyarakat madani yang adil berkemakmuran, serta berkeadilan berlandaskan syari‟ah dan diridhoi Allah SWT. Dari pengertian tersebut dapat dipahami bahwa misi BMT bukan semata-mata mencari keuntungan dan penumpukan laba modal pada golongan orang kaya saja, tetapi lebih berorientasi pada pendistribusian laba yang merata dan adil, sesuai dengan prinsip-prinsip ekonomi Islam.
2. Sejarah Perkembangan Baitul Mal wat Tamwil (BMT) 24
http://rumahdhuafa.org/baitulmal-rumah-dhuafa. Jum‟at, 4 Februari 2011.
35
Masa Rasulullah SAW (1-11 H/622-632 M) Pada masa Rasulullah SAW ini, Baitul Mal lebih mempunyai pengertian sebagai pihak (al-jihat) yang menangani setiap harta benda kaum muslimin, baik berupa pendapatan maupun pengeluaran. Saat itu Baitul Mal belum mempunyai tempat khusus untuk menyimpan harta, karena saat itu harta yang diperoleh belum begitu banyak. Kalaupun ada, harta yang diperoleh hampir selalu habis dibagi-bagikan kepada kaum muslimin serta dibelanjakan untuk pemeliharaan urusan mereka. Rasulullah SAW senantiasa membagikan ghanimah dan seperlima bagian darinya (al-akhmas) setelah usainya peperangan, tanpa menunda-nundanya lagi. Dengan kata lain, beliau segera menginfakkannya sesuai peruntukannya masing-masing.25 Masa Khalifah Abu Bakar Ash Shiddiq (11-13 H/632-634 M) Abu Bakar dikenal sebagai Khalifah yang sangat wara‟ (hati-hati) dalam masalah harta. Bahkan pada hari kedua setelah beliau dibai‟at sebagai Khalifah, beliau tetap berdagang dan tidak mau mengambil harta umat dari Baitul Mal untuk keperluan diri dan keluarganya. Diriwayatkan oleh lbnu Sa‟ad (w. 230 H/844 M), penulis biografi para tokoh muslim, bahwa Abu Bakar yang sebelumnya berprofesi sebagai pedagang membawa barangbarang dagangannya yang berupa bahan pakaian di pundaknya dan pergi ke pasar untuk menjualnya. Di tengah jalan, ia bertemu dengan Umar bin Khaththab. Umar bertanya, “Anda mau kemana, hai Khalifah?” Abu Bakar 25
Dahlan, Perkembangan Baitul Maal Wa Tamwil (Jakarta : Wordpress, 1999), h.12.
36
menjawab, “Ke pasar.” Umar berkata, “Bagaimana mungkin Anda melakukannya, padahal Anda telah memegang jabatan sebagai pemimpin kaum muslimin?” Abu Bakar menjawab, “Lalu dari mana aku akan memberikan nafkah untuk keluargaku?” Umar berkata, “Pergilah kepada Abu Ubaidah (pengelola Baitul Mal), agar ia menetapkan sesuatu untukmu.” Keduanya pun pergi menemui Abu Ubaidah, yang segera menetapkan santunan (ta‟widh) yang cukup untuk Khalifah Abu Bakar, sesuai dengan kebutuhan seseorang secara sederhana, yakni 4000 dirham setahun yang diambil dan Baitul Mal. Masa Khalifah Umar bin Khathab (13-23 H/634-644 M) Selama memerintah, Umar bin Khathab tetap memelihara Baitul Mal secara hati-hati, menerima pemasukan dan sesuatu yang halal sesuai dengan aturan syariat dan mendistribusikannya kepada yang berhak menerimanya. Dalam salah satu pidatonya, yang dicatat oleh lbnu Kasir (700-774 H/13001373 M), penulis sejarah dan mufasir, tentang hak seorang Khalifah dalam Baitul Mal, Umar berkata, “Tidak dihalalkan bagiku dari harta milik Allah ini melainkan dua potong pakaian musim panas dan sepotong pakaian musim dingin serta uang yang cukup untuk kehidupan sehari-hari seseorang di antara orang-orang Quraisy biasa, dan aku adalah seorang biasa seperti kebanyakan kaum muslimin.
37
Masa Khalifah Utsman bin Affan (23-35 H/644-656 M) Kondisi yang sama juga berlaku pada masa Utsman bin Affan. Namun, karena pengaruh yang besar dan keluarganya, tindakan Usman banyak mendapatkan protes dari umat dalam pengelolaan Baitul Mal. Dalam hal ini, lbnu Sa‟ad menukilkan ucapan Ibnu Syihab Az Zuhri (51-123 H/670742 M), seorang yang sangat besar jasanya dalam mengumpulkan hadis, yang menyatakan, “Usman telah mengangkat sanak kerabat dan keluarganya dalam jabatan-jabatan tertentu pada enam tahun terakhir dari masa pemerintahannya. Ia memberikan khumus (seperlima ghanimah) kepada Marwan yang kelak menjadi Khalifah ke-4 Bani Umayyah, memerintah antara 684-685 M dari penghasilan Mesir serta memberikan harta yang banyak sekali kepada kerabatnya dan ia (Usman) menafsirkan tindakannya itu sebagai suatu bentuk silaturahmi yang diperintahkan oleh Allah SWT. Ia juga menggunakan harta dan meminjamnya dari Baitul Mal sambil berkata, „Abu Bakar dan Umar tidak mengambil hak mereka dari Baitul Mal, sedangkan aku telah mengambilnya dan membagi-bagikannya kepada sementara sanak kerabatku.‟ Itulah sebab rakyat memprotesnya. Masa Khalifah Ali bin Abi Thalib (35-40 H/656-661 M) Pada masa pemerintahan Ali bin Abi Talib, kondisi Baitul Mal ditempatkan kembali pada posisi yang sebelumnya. Ali, yang juga mendapat santunan dari Baitul Mal, seperti disebutkan oleh lbnu Kasir, mendapatkan
38
jatah pakaian yang hanya bisa menutupi tubuh sampai separo kakinya, dan sering bajunya itu penuh dengan tambalan. Masa Khalifah-Khalifah Sesudahnya Ketika Dunia Islam berada di bawah kepemimpinan Khilafah Bani Umayyah, kondisi Baitul Mal berubah. Al Maududi menyebutkan, jika pada masa sebelumnya Baitul Mal dikelola dengan penuh kehati-hatian sebagai amanat Allah SWT dan amanat rakyat, maka pada masa pemerintahan Bani Umayyah Baitul Mal berada sepenuhnya di bawah kekuasaan Khalifah tanpa dapat dipertanyakan atau dikritik oleh rakyat 26. 3. Sejarah BMT di Indonesia Sejarah BMT ada di Indonesia, dimulai tahun 1984 dikembangkan mahasiswa ITB di Masjid Salman yang mencoba menggulirkan lembaga pembiayaan berdasarkan syari‟ah bagi usaha kecil. Kemudian BMT lebih di berdayakan oleh ICMI sebagai sebuah gerakan yang secara operasional ditindaklanjuti oleh Pusat Inkubasi Bisnis Usaha Kecil (PINBUK). BMT adalah lembaga keuangan mikro yang dioperasikan dengan prinsip bagi hasil (syari‟ah), menumbuhkembangkan bisnis usaha mikro dan kecil dalam rangka mengangkat derajat dan martabat serta membela kepentingan kaum fakir miskin. Secara konseptual, BMT memiliki dua fungsi : Baitul Tamwil (Bait artinya Rumah, at Tamwil arti Pengembangan Harta) berarti melakukan kegiatan 26
pengembangan
usaha-usaha
produktif
dan
investasi
dalam
Dahlan, Perkembangan Baitul Maal Wa Tamwil (Jakarta : Wordpress, 1999), h.13-15.
39
meningkatkan kualitas ekonomi pengusaha mikro dan kecil terutama dengan mendorong kegiatan menabung dan menunjang pembiayaan kegiatan ekonominya. Baitul Maal (Bait arti Rumah, Maal arti Harta) menerima titipan dana zakat, infak dan shadaqah serta mengoptimalkan distribusinya sesuai dengan pertaturan dan amanahnya. Kehadiran BMT diharapkan mampu menanggulagi masalah permodalan yang dialami oleh pengusaha kecil dan menengah, sehingga distribusi modal dan pendapatan dapat dirasakan masyarakat kecil yang tidak tersentuh oleh kebijakan pemerintah. BMT selain sebagai lembaga alternatif penyalur modal juga memiliki misi yaitu mewujudkan gerakan pembebasan masyarakat dari belenggu rentenir, jerat kemiskinan, namun menggerakkan pemberdayaan peningkatan kapasitas dalam kegiatan ekonomi dan kelembagaan menuju tatanan perekonomian yang makmur dan maju serta gerakan keadilan membangun masyarakat madani yang berlandaskan syari‟ah dan ridha Allah SWT 27. 4. Prospek Baitul Mal wat Tamwil (BMT) Koperasi syariah atau akrab dikenal dengan sebutan Baitulmal wattamwil (BMT) mengalami perkembangan cukup signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Bahkan, sebuah lembaga inkubasi bisnis BMT mengestimasi saat ini terdapat sebanyak 3.200 BMT dengan nilai aset mencapai Rp 3,2 triliun. Bisnis tersebut hingga akhir tahun ini diproyeksi mencapai Rp 3,8 triliun. Meski demikian, Chief Secretary Organization 27
www.pikiran-rakyat.com, Mengenal Baitul Maal Wa Tamwil (9 Oktober 2005), h.1.
40
(CSO) BMT Center, Noor Azis, yakin bahwa BMT di Indonesia masih bisa terus dikembangkan. Syaratnya, adanya dukungan dan komitmen pemerintah dalam mendorong perkembangan bisnis lembaga keuangan non bunga tersebut. Salah satu bentuk dukungan itu adalah melahirkan berbagai regulasi yang melindungi binsis keuangan mikro. Searah dengan perubahan zaman, perubahan tata ekonomi dan perdagangan, konsep baitul mal yang sederhana itu pun berubah, tidak sebatas menerima dan menyalurkan harta tetapi juga mengelolanya secara lebih produktif untuk memberdayakan perekonomian masyarakat. Penerimaannya juga tidak terbatas pada zakat, infak dan shodaqoh, juga tidak mungkin lagi dari berbagai bentuk harta yang diperoleh dari peperangan. Lagi pula peran pemberdayaan perekonomian tidak hanya dikerjakan oleh negara. Selain itu, dengan kehadiran BMT di harapkan mampu menjadi sarana dalam menyalurkan dana untuk usaha bisnis kecil dengan mudah dan bersih,
karena
didasarkan
pada
kemudahan
memperbaiki/meningkatkan taraf hidup
dan
masyarakat
bebas bawah,
riba/bunga, Lembaga
keuangan alternatif yang mudah diakses oleh masyarakat bawah dan bebas riba/bunga,Lembaga untuk memberdayakan ekonomi ummat,mengentaskan kemiskinan,meningkatkan produktivitas 28.
28
Dahlan, Perkembangan Baitul Maal Wa Tamwil (Jakarta : Wordpress, 1999), h.17.
BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
A. Sekilas Mengenai BMT Usaha Mulya BMT Usaha Mulya berdiri pada tanggal 01 Agustus 2002 adalah Lembaga Keuangan Mikro berbasis Syariah, berfungsi sebagai sarana memberdayarakan perekonomian ummat melalui kerjasama antara pihak BMT dengan masyarakat yang menjadi anggota atau nasabah dalam bentuk pembiayaan usaha produktif, layanan konsumtif, simpanan atau tabungan ataupun transaksi produk-produk syariah lainnya. Semua transaksi muamalat yang dilakukan menggunakan beberapa mekanisme yang sesuai dengan standar muamalat syariah seperti bagi hasil sesuai dengan nisbah yang disepakati, keuntungan selisih harga jual dan ujrah atau upah. Sumber dana yang dikelola BMT berasal dari modal BMT, dana pihak ketiga dan ZIS produktif. BMT berupaya menghasilkan produk-produk yang praktis, kompetitif serta kemudahan dalam bertransaksi dengan harapan dapat memenuhi setiap kebutuhan anggota atau nasabah untuk bermuamalat secara aman, nyaman, penuh berkah dan terhindar dari praktek ribawi. BMT Usaha Mulya berupaya untuk fokus pada pemberdayaan serta pengembangan kegiatan usaha produktif atau investasi di kalangan masyarakat bawah menengah dalam bentuk permodalan atau pengelolaan usaha baik secara finansial maupun non finansial dengan memadukan fungsi Baitul Maal (dalam penghimpunan dana) dan Baitut Tamwiil (dalam pengembangan usaha).
41
42
Kehadiran BMT Usaha Mulya ditengah hingar bingar metropolitan Pondok Indah dapat menjadi solusi terbaik dan meraih kepercayaan para wirausaha masyarakat bawah menengah melalui sinergi amanah sehingga masyarakat dapat meningkatkan taraf perekonomian sejahtera ke arah yang lebih baik melalui mekanisme muamalah yang sesuai dengan tuntunan syariah Islam1.
B. Visi dan Misi Visi Menjadi lembaga keuangan berbasis syariah terdepan serta terpercaya dalam mensosialisasikan dan mengembangkan sistem keuangan sebagai solusi efektif untuk meningkatkan perekonomian, produktifitas dan kesejahteraan masyarakat bawah menengah. Misi 1. Mengaplikasikan mekanisme bermuamalah menurut tuntunan syariah Islam 2. Memudahkan akses permodalan dan pengelolaan kegiatan usaha bagi masyarakat bawah menengah secara finansial maupun non finansial 3. Mengembangkan potensi ummat untuk dapat berkiprah membangun perekonomian dan mengentaskan kemiskinan. 4. Membangun budaya usaha yang amanah, bermartabat dan adil.
1
BMT Usaha Mulya, Sejarah Berdirinya BMT Usaha Mulya Msjid Pondok Indah, (Jakarta : BMT Usaha Mulya, 2002) h. 1 profil BMT.
43
C. Identitas Lembaga
Nama Lembaga :
Koperasi Serba Usaha Baitul Maal Wat Tamwiil Usaha Mulya
Alamat Kantor
:
Jl. Sultan Iskandar Muda No. 1 Pondok Indah Jakarta Selatan 12310 Telp./ Fax 021-75905868
Tanggal Berdiri :
01 Agustus 2002
Badan Hukum
:
467/BH/MENEG.1/2006
SIUP
:
0685/1.824.271
NPWP
:
02.503.943.9-013.000
TDP
:
09.03.2.51.01043 2.
D. Jaringan Kerja Lembaga Untuk mendukung usaha di bidang pelayanan jasa keuangan, BMT Usaha Mulya telah menjalin kerjasama dengan sejumlah lembaga antara lain : 1. PT. Asuransi Takaful 2. Bank Permata Syariah 3. Bank Muamalat Indonesia 4. Asosiasi BMT korwil Jakarta
2
Lembaga Keuangan Mikro Syariah, Profil BMT Usaha Mulya Masjid Pondok Indah (Jl. Sultan Iskandar Muda No. 1 Pondok Indah Jakarta Selatan 12310).
44
E. Layanan BMT Usaha Mulya BMT Usaha Mulya adalah Lembaga Keuangan Mikro berbasis syariah, berfungsi
sebagai
sarana
memberdayakan
perekonomian
umat
dengan
memberikan pelayanan jasa keuangan dalam bentuk pembiayaan usaha produktif, layanan konsumtif, layanan jasa pembayaran seperti listrik, telepon, dan lain-lain, penghimpunan dana dalam bentuk simpanan atau tabungan atau deposito ataupun transaksi produk-produk syariah lainnya.
F. Gambaran Layanan 1. Penghimpunan Dana (Funding) Penghimpunan dana yang dikelola oleh Lembaga BMT Usaha Mulya diperoleh dari tiga unsur : 1. Penyertaan modal dari Yayasan Pondok Mulya, 2. Penghimpunan dana dari ZIS produktif bersinergi dengan Masjid Raya Pondok Indah yang segmen pengelolaannya diperuntuhkan bagi usaha kaum dhuafa atau para mustahik zakat, 3. Himpunan dana masyarakat dalam bentuk simpanan atau deposito. 2. Pembiayaan (Landing) BMT Usaha Mulya menyediakan jasa pembiayaan untuk berbagai jenis usaha dan perniagaan. Usaha yang dibiayai diantaranya dalam bentuk perdagangan, industri kerajinan atau home industri serta usaha yang bersifat jasa seperti pendidikan dan jasa transportasi. Pada sisi lain BMT Usaha Mulya juga
45
melayani pembiayaan konsumtif dengan prinsip jual beli serta kerjasama usaha dengan pihak kedua melalui skema Musyarakah dan Mudharabah.3
G. Produk Simpanan Syari’ah 1. Simpanan Mudharabah Adalah simpanan dengan konsep Mudharabah, simpanan anggota atau nasabah yang disetorkan akan dikelola oleh BMT, anggota atau nasabah akan mendapatkan keuntungan dari pengelolaan simpanan tersebut. Keuntungan lainnya saldo simpanan dapat dijadikan jaminan pembiayaan atau pinjaman. Setoran awal minimal Rp. 10.000,-. 2. Simpanan Pendidikan Simpanan untuk biaya pendidikan mulai jenjang sekolah TK sampai Perguruan Tinggi. Simpanan dapat diambil sesuai dengan tahapan periode pendidikan (sepekan sebelum tahun ajaran baru, semester dan akhir semester), bentuk simpanan tahapan pendidikan tersebut juga mendapatkan bagi hasil atas pengelolaannya. Setoran awal minimal Rp. 10.000,-. 3. Simpanan Idul Fitri Simpanan bagi pemenuhan segala kebutuhan Hari Raya Idul Fitri. Penarikan simpanannya dilakukan menjelang Hari Raya Idul Fitri. Setoran awal minimal Rp. 10.000,-.
3
2011.
Data dari Riset di BMT Usaha Mulya Masjid Pondok Indah Jakarta Selatan pada Mei-Juni
46
4. Simpanan Idul Qurban Merupakan simpanan bagi pembelian hewan qurban, membantu penabung dalam menyalurkan hewan qurban pada para mustahik serta membuka kesempatan bagi siapa saja untuk melaksanakan ibadah qurban. Penarikan simpanannya dilakukan menjelang hari raya Idul Adha. Setoran awal minimal Rp. 50.000,00,5. Simpanan Walimah Simpanan untuk memenuhi kebutuhan biaya pernikahan serta penyelenggaraan resepsi. Penarikan simpanan dilakukan menjelang acara pernikahan. Setoran awal minimal Rp. 50.000,-. 6. Simpanan Haji Simpanan ini dikhususkan bagi nasabah yang berniat melaksanakan ibadah haji, penarikannya dapat dilakukan menjelang keberangkatan ibadah haji. Insya Allah melalui simpanan haji ini, niat anda beribadah ke tanah suci dapat terwujud. Setoran awal minimal Rp. 500.000,-. 7. Simpanan Berjangka Simpanan
ini
adalah
investasi
syariah
yang
penarikannya
berdasarkan jangka waktu tertentu (1, 3, 6, dan 12 bulan) setelah jatuh tempo atau perjanjian dengan BMT. Nisbah bagi hasil yang akan diberikan BMT kepada nasabah sesuai dengan kesepakatan kedua belah pihak. Minimal simpanan Rp. 500.000,-.
47
Perhitungan Nisbah Simpanan Berjangka a. 1 bulan nisbah 65% (BMT)
35% untuk pemilik dana
b. 3 bulan nisbah 60% (BMT)
40% untuk pemilik dana
c. 6 bulan nisbah 55% (BMT)
45% untuk pemilik dana
d. 12 bulan nisbah 50% (BMT)
50% untuk pemilik dana. 4
H. Produk Pembiayaan Syari’ah 1. Pembiayaan Murabahah a. Murabahah dengan pembayaran jatuh tempo adalah pembiayaan untuk investasi, usaha, konsumtif melalui mekanisme akad jual beli. Pembayaran dilakukan secara tunai dan sekaligus pada saat jatuh tempo dengan tenggang waktu maksimal 3 bulan. BMT Usaha Mulya mendapatkan selisih atau marjin dari harga jual. b. Murabahah dengan pembayaran berangsur adalah pembiayaan untuk investasi, usaha, konsumtif melalui mekanisme akad jual beli. Pembayaran dilakukan secara angsur (harian, mingguan atau bulanan) dengan jangka waktu pembayaran mulai dari 4 bulan atau lebih. BMT Usaha Mulya mendapatkan selisih atau marjin dari harga jual.
4
Wawancara dengan Bpk. Warja selaku sekretaris BMT Usaha Mulya pada 6 Juni 2011 (pemberlakuan nisbah).
48
2. Pembiayaan Ijarah a. Ijarah Multi Jasa Adalah pemindahan hak guna dan jasa. Pemohon atau nasabah dan BMT melakukan kontrak ijarah dalam bentuk sewa jasa, seperti jasa pendidikan, kesehatan, dll. BMT mendapat ujrah atau upah dari pemohon yang mengacu pada kesepakatan kontrak ijarah yang dilakukan. b. Ijarah Muntahiah Bit-tamlik Adalah pemindahan hak guna atas barang. Nasabah atau pemohon dan BMT melakukan kontrak ijarah. Dalam sewa barang dengan jangka waktu sesuai kesepakatan kedua belah pihak. BMT mendapatkan ujrah atau upah dan hasil sewa barang sesuai kesepakatan dalam akad. Pada akad persewaan yang berakhir dengan kepemilikan, nasabah atau pemohon dapat memiliki barang yang disewa bila dapat memenuhi ketentuan yang telah disepakati oleh kedua belah pihak. 3. Pembiayaan Musyarakah Pembiayaan ini dalam bentuk penyertaan modal antara BMT dan nasabah untuk menggarap suatu usaha. Tiap-tiap pihak menyertakan modal dalam jumlah yang sama atau berbeda sesuai kesepakatan. Mekanisme bagi hasil dan keuntungan disesuaikan dengan jumlah nisbah yang disepakati kedua belah pihak.
49
4. Pembiayaan Mudharabah Bentuk pembiayaan dari BMT untuk modal kerja atau investasi sampai 100%, penerima pembiayaan adalah nasabah atau pemohon yang memiliki kemampuan, skil yang layak dan bertanggung jawab dalam mengelola usaha tersebut. pembagian keuntungan dibagi hasilkan sesuai nisbah yang disepakati antara BMT dan pengelola. 5. Pembiayaan Dana bergulir Dhuafa Merupakan bentuk pembiayaan yang diperoleh dari dana sosial dan ZIS yang dipergunakan untuk usaha kaum dhuafa. 6. Melayani Jasa Pembayaran a. Pembayaran Rekening PLN b. Pembayaran Rekening Telepon c. Pembayaran Rekening PDAM d. Isi Ulang Pulsa Handphone 7. Teknologi Untuk mendukung efektifitas, akurasi serta kualitas layanan maka sistem kerja BMT Usaha Mulya dioperasikan mengacu pada sistem standarisasi lembaga keuangan melalui perangkat teknologi informasi dan komputerisasi.
50
I. Susunan Dewan Pengawas dan Pengurus 1.
Pengawas Syariah Prof. Dr. H. Achmad Sukardja, SH, MA
2.
Pengawas Manajemen
3.
a.
M. Ridwan
b.
H. Yusuf Sudono
Pengurus a.
Ketua
: H. Ika Achmad Furqon, LC
b.
Sekretaris
: Warja, SE
c.
Bendahara
: Nur Baiti, Amd. 5
Dari susunan pengawas hingga pengurus seperti yang telah dicantumkan diatas, dapat kita ketahui bahwa yang memiliki peranan paling tinggi adalah direktur atau ketua yang dijabat oleh Bpk. H. Ika Achmad Furqon, LC dan didampingi oleh staf-stafnya serta pihak-pihak lain yang bertugas untuk mengawasi kinerja dan berjalannya usaha di BMT Usaha Mulya Masjid Pondok Indah Jakarta Selatan.
5
BMT Usaha Mulya Masjid Pondok Indah. Produk dan Struktur Organisasi (Jakarta : BMT Usaha Mulya, 2002). Wawancara dengan Bpk. Warja selaku sekretaris BMT Usaha Mulya pada 6 Juni 2011.
BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS HASIL PENELITIAN
A. Pengelolaan atau Manajemen Dana Bergulir Dhuafa 1. Perencanaan (Planning) Pengelolaan dana bergulir dhuafa yang dilakukan oleh BMT Usaha Mulya adalah dimulai dengan merancang anggaran yang akan digunakan dalam pembiayaan dana bergulir bagi kaum dhuafa yang dikhususkan kemaksimalan dana ini bagi kaum dhuafa yang ada di sekitar kawasan Pondok Indah Jakarta Selatan. Dengan tujuan agar dapat membantu meringankan beban masyarakat terdekat dahulu sebelum berkonsentrasi untuk kawasan lain. Produk ini hadir untuk memberdayakan perekonomian ummat melalui kerjasama antara pihak BMT dengan masyarakat yang menjadi anggota atau nasabah dalam bentuk pembiayaan usaha produktif. Kesemua transaksi yang dilakukan menggunakan mekanisme yang sesuai dengan standar muamalat syariah seperti bagi hasil yang sesuai nisbah yang disepakati, adanya ujrah/ fee, dll. Pihak BMT berusaha memaksimalkan pemberdayaan produk dana bergulir dhuafa yang memudahkan masyarakat dalam transaksi pembiayaan dengan
harapan
dapat
memenuhi
51
setiap
kebutuhan
nasabah
untuk
52
bermuamalat secara aman, nyaman, penuh berkah dan terhindar dari praktek ribawi. Dalam tahap awal ini, BMT Usaha Mulya telah sedemikian rupa mengatur sumber dana hingga pemanfaatan dana yang akan digunakan dalam produk dana bergulir ini, antara lain : a. Sumber Dana Bergulir Dhuafa Dana bergulir yang bersumber dari dana sosial dan ZIS Yayasan Pondok Mulya yang kemudian disalurkan ke BMT Usaha Mulya agar dimanfaatkan untuk pembiayaan dana bergulir bagi kaum dhuafa. Cirinya: 1) Dana bergulir tidak dikenakan bunga 2) Pendapatan dana bergulir tersebut dapat digunakan untuk belanja atau perguliran dana tersebut kembali. b. Pemanfatan Dana Bergulir Dhuafa Dana yang telah diterima oleh BMT Usaha Mulya yang diperoleh dari dana sosial dan ZIS Yayasan Pondok Usaha Mulya yang setiap tahunnya sebesar Rp. 50.000.000,00- yang kemudian disalurkan langsung kepada kaum dhuafa untuk memulai atau penambahan modal untuk menjalankan usaha. 2. Pengorganisasian (Organizing) Pengorganisasian merupakan langkah awal pelaksanaan rencana yang sudah disusun karena yang tersusun harus dilaksanakan oleh suatu tim sebelum penggerakan dan pengendalian dilakukan. Proses pengorganisasian
53
meliputi
perumusan
tujuan,
penetapan
tugas,
perincian
kegiatan
,
pengelompokan kegiatan serta pemberian kelengkapan berupa peralatan dan fasilitas berwujud materiil atau keuangan. Dalam hal ini dana bergulir dhuafa di BMT Usaha Mulya Pondok Indah memiliki tujuan karakteristik sebagai berikut : a. Tujuan Dana Bergulir Dhuafa Membantu perkuatan modal usaha masyarakat khususnya kaum dhuafa guna pengembangan koperasi, usaha mikro, kecil, menengah, dan usaha lainnya dalam upaya penanggulangan kemiskinan, pengangguran dan pengembangan ekonomi nasional. b. Karakteristik Dana Bergulir Dhuafa 1) Merupakan bagian dari keuangan BMT Usaha Mulya 2) Dicantumkan dalam Anggaran pendapatan dan belanja BMT juga dalam laporan keuangan BMT. 3) Dikuasai, dimiliki dan atau dikendalikan oleh nasabah pengguna dana bergulir dhuafa tersebut 4) Dana ini setelah disalurkan kepada nasabah dan masyarakat, ditagih kembali dengan atau tanpa nilai tambah untuk selanjutnya disalurkan kembali 5) BMT dapat menarik kembali dana bergulir yang telah disalurkan.
54
3. Penggerakan (Actuating) Penggerakan (actuating) pada hakekatnya adalah menggerakkan orang-orang untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien, sasarannya adalah untuk mendapatkan ketaatan, disiplin, kepatuhan dan kesediaan untuk mengerjakan tugas yang dilimpahkan kepada seseorang dengan sebaik mungkin. Penentuan pembiayaan dana bergulir dhuafa yang dilakukan oleh BMT Usaha Mulya Pondok Indah adalah dengan langsung mendatangi nasabahnya dan mengetahui secara baik bagaimana penggunaan dana yang dilakukan oleh nasabah produk dana bergulir ini.Sedangkan adapun penyaluran Dana Bergulir dilakukan oleh BMT Usaha Mulya sebagai berikut : a. BMT mendapat alokasi dana ini dari anggaran pendapatan Yayayasan Pondok Mulya b. Nasabah mengajukan pencairan dana kepada BMT untuk memulai usaha atau sebagai modal tambahan untuk usaha. c. Dana dicairkan dari Rekening Kas Umum BMT kepada rekening pengelola dana bergulir. d. Dana bergulir disalurkan pengelola dana bergulir kepada penerima dana atau nasabah. e. Dana bergulir merupakan pinjaman yang harus dikembalikan oleh penerima dana yaitu kaum dhuafa.
55
a. Prosedur Pemberian Dana Bergulir Dhuafa Tabel 4.2 Alur Penyaluran Dana Bergulir Dhuafa 1 BMT Usaha Mulya
Menyeleksi nasabah Pembiayaan dan pembinaan Konsultasi Pengembangan usaha Pengawasan
Nasabah Dana Bergulir
Tabel diatas menjelaskan skema penyaluran dana bergulir dhuafa di BMT Usaha Mulya Masjid Pondok Indah yang mungkin skemanya tidak jauh berbeda dengan produk di perbankan maupun di lembaga keuangan lain, yang akan dijelaskan sebagai berikut : 1) BMT harus menyeleksi nasabah dana bergulir, dengan langsung terjun ke lapangan untuk lebih dekat mengetahui kondisi kehidupan dan perekonomian calon nasabah yang akan dibantu tersebut, setelah itu BMT memberikan modal untuk memulai atau menjalankan usaha kepada nasabah yang telah lolos seleksi, baik tempat, latar belakang ekonomi, dan sebagainya.
1
Juni 2011.
Data ini diambil berdasarkan riset di BMT Usaha Mulya Masjid Pondok Indah pada Mei-
56
2) Setelah nasabah mendapat modal usaha, BMT tidak lepas tangan begitu saja, BMT harus melakukan pembinaan agar nasabah yang telah diberikan dana tersebut tidak salah langkah dalam menjalankan usahanya. 3) Dana yang telah diberikan oleh BMT, wajib digunakan dengan sebaikbaiknya oleh nasabah. 4) Setelah BMT memberikan modal untuk usaha, BMT juga membuka konsultasi bagi para nasabah pembiayaan supaya tetap berusaha dengan mengembangkan usaha yang telah dijalankannya. 5) BMT juga berkewajiban mengembangkan usaha, agar nasabah yang sudah diberikan modal usaha semakin maju dan berkembang. 6) BMT juga wajib melakukan pengawasan terhadap nasabah yang sudah diberikan modal usaha, dengan memantau setiap perkembangan kegiatan nasabah termasuk pengadaan kunjungan kepada mereka dengan memberikan peringatan dini jika terjadi penurunan kualitas penggunaan dana yang diperkirakan mengandung resiko bagi BMT.
57
b. Pembiayaan Termasuk Dana Bergulir Dhuafa Tabel 4.1 Tabel Angsuran Pembiayaan Usaha Produktif dan Konsumtif Nominal Pembiayaan
Jangka Waktu 100 hari
4 bln
6 bln
10 bln
1
500.000
5.500
137.500
-
-
2
1.000.000
11.000
275.000
-
-
3
1.500.000
16.500
412.500
-
-
4
2.000.000
22.000
550.000
383.333
250.000
5
3.000.000
33.000
825.000
575.000
375.000
6
5.000.000
55.000
1.375.000
958.333
625.000
7
10.000.000
-
-
1.916.667
1.250.000
8
15.000.000
-
-
2.875.000
1.875.000
9
17.500.000
-
-
3.266.667
2.100.000
10
20.000.000
-
-
3.733.333
2.400.000
11
25.000.000
-
-
4.666.667
3.000.000
12
30.000.000
-
5.600.000
3.600.000
58
Nominal Pembiayaan
Jangka Waktu 12 bln
18 bln
24 bln
30 bln
36 bln
1
500.000
-
-
-
-
-
2
1.000.000
-
-
-
-
-
3
1.500.000
-
-
-
-
-
4
2.000.000
216.667
-
-
-
-
5
3.000.000
325.000
-
-
-
-
6
5.000.000
541.667
-
-
-
-
7
10.000.000
1.083.333
805.556
666.667
-
-
8
15.000.000
1.625.000
1.208.333
1.000.000
-
-
9
17.500.000
1.808.333
1.322.222
1.079.167
933.333
836.111
10
20.000.000
2.066.667
1.511.111
1.233.333
1.066.667
955.556
11
25.000.000
2.583.333
1.888.889
1.541.667
1.333.333
1.194.444
12
30.000.000
3.100.000
2.266.667
1.850.000
1.600.000
1.433.333
Dari data tabel diatas, dapat kita ketahui bahwa nasabah harus melakukan penyetoran simpanan atau tabungan wajib minimal sebesar margin per bulan. Dengan Plafon sebesar Rp. 500.000,- sampai dengan Rp. 30.000.000,- bagi usaha kecil dan menengah. Sedangkan plafon lebih dari Rp. 30.000.000,- untuk pembiayaan menengah atas, perorangan atau corporate (perusahaan).
59
Dengan persyaratan pengajuan sebagai berikut : a. Usaha telah berjalan minimal 1 tahun b. Mengisi formulir aplikasi dengan lampiran : 1) Foto copy KTP Suami dan Istri 2) Foto copy Kartu Keluarga 3) Surat keterangan domisili dari RT setempat 4) Foto copy berkas jaminan (BPKB, Sertifikat + SPPT, SK PNS) untuk pembiayaan > Rp. 1.500.000,-. 5) Foto copy akta pendirian atau perubahan, SIUP, TDP, NPWP dan domisili usaha untuk pembiayaan perusahaan atau lembaga. 6) Melampirkan rekening koran 3 bulan terakhir (lembaga) 7) Melampirkan laporan keuangan 2 tahun terakhir (lembaga)2. 4. Pengawasan (Controlling) Pengawasan merupakan proses untuk memetapkan pekerjaan yang sudah dilaksanakan, menilainya dan bila perlu mengoreksi dengan maksud supaya pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan rencana atau tidak. a. Respon Masyarakat terhadap Dana Bergulir Dhuafa Respon masyarakat cukup baik yaitu antara lain karena mereka senang telah mendapatkan bantuan dana untuk usaha yang dilakukan oleh BMT Usaha Mulya dalam pengembangan sektor usaha kecil mikro untuk
2
BMT Usaha Mulya Masjid Raya Pondok Indah, Profil dan Produk BMT Usaha Mulya Pondok Indah. data diambil pada Selasa, 21 Juni 2011.
60
mengentaskan kemiskinan di negara ini. Hingga saat ini dana yang telah dikumpulkan dan disalurkan oleh BMT Usaha Mulya untuk produk dana bergulir ini adalah sebesar Rp. 550.000.000,00b. Pemberdayaan Penggunaan Dana Sosial Dhuafa Pemberdayaan BMT, usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) merupakan upaya strategis dalam rangka mewujudkan kesejahteraan masyarakat karena UMKM merupakan bagian terbesar dari aktivitas masyarakat Indonesia. Hal itu ditunjukkan dengan jumlah UMKM pada tahun 2008 mencapai 51,3 juta unit usaha atau 99,9 persen dari jumlah unit usaha di Indonesia. Sementara itu, jumlah tenaga kerjanya yang terlibat mencapai 90,9 juta orang atau 97,0 persen dari seluruh tenaga kerja Indonesia. Pada tahun yang sama, jumlah koperasi adalah sebanyak 155 ribu unit, dengan jumlah anggota mencapai sekitar 26,8 juta orang. Produktivitas usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) juga menunjukkan peningkatan sebesar 3,0 persen pada tahun 2008 dibandingkan tahun sebelumnya. Peningkatan produktivitas ini masih lebih rendah dibandingkan dengan peningkatan produktivitas per unit usaha secara nasional sebesar 3,2 persen. Sementara itu, peran ekspor nonmigas UMKM pada tahun 2008 menunjukkan kontribusi yang cukup besar, yaitu 20,2 persen dari total ekspor nonmigas nasional serta pemberdayaan penggunaan dana sosial bergulir yang dilakukan oleh BMT
61
Usaha Mulya yang telah memajukan sebagian masyarakat dhuafa yang memerlukan dana untuk usaha. Analisis SWOT juga termasuk dalam bagian dari manajemen yang mana terdapat dalam pengawasan (controlling) untuk mengetahui seberapa kuat suatu kegiatan atau usaha dapat berjalan atau sebaliknya. Dibawah ini akan membahas lebih rinci tentang analisis SWOT Dana Bergulir Dhuafa BMT Usaha Mulya Pondok Indah.
B. Analisis SWOT Dana Bergulir Dhuafa Ananlisis SWOT dilakukan untuk mengetahui dan menganalisis kekuatan dan kelemahan yang dimiliki BMT yang dilakukan melalui telaah terhadap kondisi internal lembaga BMT serta analisis mengenai peluang dan ancaman yang dihadapi perusahaan yang dilakukan melalui telaah terhadap kondisi eksternal lembaga BMT. Identifikasi kekuatan, kelemahan juga dapat dilakukan
dengan
melihat
masa
lampau
(past-performance)
dan
membandingkannya dengan hasil-hasil perusahaan lain. Tantangan-tantangan dapat juga diidentifikasi, misalnya melalui masalah-masalah manajerial yang diakibatkan oleh keadaan lingkungan (ketentuan pemerintah, perkembangan ekonomi, keinginan atau tingkah laku nasabah, perkembangan teknologi, dan lain-lain).
62
Tabel 4.3 Matriks IFAS BMT Usaha Mulya.3 Kekuatan (S) 1. Bagi hasil yang kompetitif
Kelemahan (W) 1.
pembiayaan dana bergulir
izin
resmi
bergulir dhuafa 2.
yang ada 3. Pelayanan dari pegawai yang baik,
memiliki
untuk produk pembiayaan dana
2. Produk dana bergulir ini dapat divariasikan dengan beragam skim
Belum
Belum
memiliki
jaringan
pemasaran yang luas 3.
berkualitas dan memiliki dedikasi
Kurangnya
sosialisasi
pada
masyarakat sekitar
serta komitmen untuk memajukan
4.
Jaringan kantor terbatas
perusahaan
5.
Pola pembiayaan yang belum
4. Lembaga swasta independen yang memiliki nama yang cukup familiar di masyarakat sekitar
familiar 6.
Jaringan
komunikasi
dan
informasi yang masih terbatas
5. Tingkat kesehatan BMT yang berada pada kondisi yang sehat dan memiliki tingkat likuiditas yang baik 6. Birokrasi yang begitu teratur di bawah Yayasan Pondok Mulya
3
Juni 2011.
Data ini diambil berdasarkan riset di BMT Usaha Mulya Masjid Pondok Indah pada Mei-
63
Tabel 4.4 Matriks EFAS BMT Usaha Mulya Peluang (O)
Ancaman (T)
1. Adanya
peraturan
yang 1.
Krisis ekonomi global
memungkinkan Koperasi dan BMT
terjadi beberapa waktu lalu
mendapat
Semakin
suntikan
dana
dari 2.
pemerintah maupun pihak luar.
meluasnya
perkembangan BMT dimana-
2. Memanfaatkan event dan acara bazar
mana
3. Hubungan yang baik dengan berbagai 3.
Mengembangkan produk
pihak karena lokasi yang strategis di 4.
Adanya
kawasan pusat perbelanjaan
terhadap
4. Kondisi
ekonomi
yang
mulai
membaik 5. Fatwa
MUI
“Bunga
itu
peraturan
yang
keberadaan
sah BMT
beserta semua produknya 5.
bahwa
yang
Memperluas jaringan dan kantor cabang
Haram”
1. Matriks Faktor Strategi Internal Sebelum membuat matriks faktor strategi internal, kita perlu mengetahui terlebih dahulu faktor strategi internal (Internal Strategic Factors Analysis Summary atau IFAS). Berikut ini adalah cara-cara penentuan faktor strategis internal (IFAS) :
64
a. Tentukan
faktor-faktor
yang
menjadi
kekuatan
serta
kelemahan
perusahaan dalam kolom I b. Beri bobot masing-masing faktor tersebut dengan skala mulai dari 1,0 (paling penting) sampai 0,0 (tidak penting) berdasarkan pengaruh faktorfaktor tersebut terhadap posisi strategi perusahaan. (Semua bobot tersebut jumlahnya tidak boleh melebihi skor total 1,00). c. Hitung rating (dalam kolom 3) untuk masing-masing faktor dengan memberikan skala mulai dari 4 (outstanding) sampai dengan 1 (poor), berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap kondisi perusahaan yang bersangkutan. Variabel yang bersifat positif (semua variable yang masuk kategori kekuatan) diberikan nilai mulai dari +1 sampai +4 (sangat baik) membandingkannya dengan rata-rata industri atau dengan persaingan utama.
Sedangkan
variable
yang
bersifat
negatif,
kebalikannya.
Contohnya, jika kelemahan perusahaan besar sekali dibandingkan dengan rata-rata lembaga keuangan, nilainya adalah I sedangkan jika kelemahan perusahaan dibawah rata-rata sektor lemabaga keuangan nilainya adalah 4. d. Kalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3, untuk memperoleh faktor pembobotan dalam kolom 4. Hasilnya berupa skor pembobotan untuk masing-masing faktor yang nilainya bervariasi mulai dari 4,0 (outstanding) sampai dengan 1,0 (poor).
65
e. Gunakan kolom 5 untuk memberikan komentar atau catatan mengapa faktor-faktor tertentu dipilih dan bagaimana skor pembobotannya dihitung. f. Jumlahkan skor pembobotan (pada kolom 4) untuk memperoleh total skor pembobotan bagi perusahaan yang bersangkutan. Nilai bobot ini menunjukkan bagaimana perusahaan tertentu bereaksi terhadap faktorfaktor strategis internalnya. Total skor ini dapat digunakan untuk membandingkan perusahaan ini dengan perusahaan lainnya dalam kelompok industri yang sama4. Tabel 4.5 Penghitungan Matriks IFAS Faktor-faktor strategi
bobot
rating
internal
Bobot x
Komentar
Rating
Kekuatan 1. Bagi
hasil
kompetitif
yang
0,10
4
0,40
Strategi Pemasaran
0,10
4
0,40
Inovasi Produk
pembiayaan
dana bergulir
2. Produk dana bergulir ini dapat
4
divariasikan
Freddy Rangkuti, Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. h. 24-25.
66
dengan beragam skim yang ada 3. Pelayanan dari pegawai
0,10
3
0,30
Reputasi yang baik
3
0,30
Reputasi yang baik
2
0,10
Manajemen resiko
yang baik, berkualitas dan memiliki dedikasi serta komitmen untuk memajukan perusahaan 4. Lembaga
swasta 0,10
independen memiliki cukup
yang nama
yang
familiar
di
masyarakat sekitar 5. Tingkat kesehatan BMT 0,05 yang
berada
pada
yang baik
kondisi yang sehat dan memiliki
tingkat
likuiditas yang baik 6. Birokrasi teratur
yang begitu 0,05 di
bawah
Yayasan Pondok Mulya
2
0,10
Strategi Pemasaran
67
Kelemahan 1.
Belum memiliki izin resmi
untuk
0,10
3
0,30
produk
pembiayaan
Implikasi,
kurangnya
strategi pemasaran
dana
bergulir dhuafa 2.
Belum
memiliki
jaringan
0,10
3
0,30
pemasaran
Menghambat pemasaran
yang luas 3.
Kurangnya
sosialisasi
0,10
3
0,30
Strategi pemasaran
pada masyarakat sekitar 4.
Jaringan kantor terbatas
0,05
2
0,10
Perluas jaringan
5.
Pola pembiayaan yang
0,10
1
0,10
Akad masih asing di
belum familiar 6.
Jaringan dan
masyarakat
komunikasi
informasi
0,05
2
0,10
yang
Perluas jaringan dan komunikasi
masih terbatas
Total
1,00
2,80
2. Matriks Faktor Strategi Eksternal Setelah
faktor-faktor
strategis
eksternal
suatu
perusahaan
diidentifikasi, suatu tabel EFAS (Eksternal Strategic Factors Analysis
68
Summary) disusun untuk merumuskan faktor-faktor strategis internal tersebut dalam kerangka opportunity and threat perusahaan. Tahapannya adalah : a. Susunlah dalam kolom 1 (5 sampai 10 peluang dan ancaman) b. Beri bobot masing-masing faktor dalam kolom 2, mulai dari 1,0 (sangat penting) sampai dengan 0,0 (tidak penting). Faktor-faktor tersebut kemungkinan dapat memberikan dampak terhadap faktor strategis. c. Hitung rating (dalam kolom 3) untuk masing-masing faktor dengan memberikan skala mulai dari 4 (outstanding) sampai 1 (poor) berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap kondisi yang bersangkutan. Pemberian nilai rating untuk faktor peluang bersifat positif (peluang yang semakin besar diberi nilai +4, tetapi juga peluangnya kecil diberi rating +1). Pemberian nilai rating ancaman adalah kebalikannya, jika ancamannya sedikit ratingnya +4 dan jika ancamannya besar, ratingnya adalah +1. d. Kalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3 untuk memperoleh faktor pembobotan dalam kolom 4, hasilnya berupa skor pembobotan untuk masing-masing faktor yang nilainya bervariasi mulai dari 4,0 (outstanding) sampai 1,0 (poor). e. Gunakan kolom 5 untuk memberikan komentar atau catatan mengapa faktor-faktor tertentu dipilih dan bagaimana skor pembobotannya dihitung. f. Jumlahkan skor pembobotan (pada kolom 4) untuk memperoleh total skor pembobotan bagi perusahaan yang bersangkutan. Nilai total ini
69
menunjukkan bagaimana perusahaan tertentu bereaksi terhadap faktorfaktor strategis eksternalnya. Total skor ini dapat digunakan untuk membandingkan perusahaan ini dengan dengan perusahaan lainnya dalam kelompok lainnya dalam kelompok industri yang sama5. Jika manajer strategis telah menyelesaikan analisis faktor-faktor strategis eksternalnnya (peluang dan ancaman), ia juga harus menganalisis faktor-faktor strategis internal (kekuatan dan kelemahan) dengan cara yang sama. Agar lebih jelas, maka lihatlah tabel EFAS dibawah ini. Tabel 4.6 Perhitungan Matriks EFAS Faktor-faktor Strategi
Bobot
Rating
Eksternal
Bobot
Komentar
X Rating
Peluang 1. Adanya peraturan yang
0,20
4
0,80
Dukungan Pemerintah
0,10
4
0,40
Peluang Pemasaran
memungkinkan Koperasi mendapat
dan
BMT
suntikan
dana dari pemerintah maupun pihak luar. 2. Memanfaatkan dan acara bazar
5
Ibid. h. 22-23.
event
70
3. Hubungan yang baik
0,10
3
0,30
Pangsa pasar luas
0,05
3
0,15
Kondisi yang stabil
0,05
2
0,10
Pangsa Pasar Luas
0,15
3
0,45
Menghambat pemasaran
0,10
2
0,20
Persaingan ketat
0,10
2
0,20
Strategi pemasaran
0,10
1
0,10
Pengembangan produk
0,05
1
0,05
Perluas komunikasi
1,00
1
dengan berbagai pihak karena
lokasi
yang
strategis di kawasan pusat perbelanjaan 4. Kondisi ekonomi yang mulai membaik 5. Fatwa
MUI
“Bunga
bahwa
bank
itu
Haram” Ancaman 1.
Krisis ekonomi global yang terjadi beberapa waktu lalu
2.
Semakin
meluasnya
perkembangan
BMT
dimana-mana 3.
Mengembangkan produk
4.
Adanya peraturan yang sah
terhadap
keberadaan beserta
BMT semua
produknya 5.
Memperluas
jaringan
dan kantor cabang Total
71
Setelah manajemen strategis menyelesaikan analisis faktor-faktor strategis eksternal (peluang dan ancaman), ia juga harus menganalisis faktor strategis internal (kekuatan dan kelemahan). Keunggulan perusahaan yang tidak dimiliki oleh perusahaan pesaing harus diintegrasikan ke dalam budaya organisasi sedemikian rupa sehingga perusahaan lain tidak mudah menirunya. Selanjutnya, sebelum suatu perencanaan strategis dikembangkan, manajemen puncak perlu menganalisis hubungan antara fungsi manajemen perusahaan dengan mempelajari struktur perusahaan (corporate structure), budaya perusahaan (corporate culture) dan sumber daya perusahaan (corporate resources). Tabel 4.7 Diagram Matriks SWOT IFAS
STRENGTHS (S) 1. Bagi
hasil
yang
WEAKNESS (W) kompetitif 1. Belum memiliki izin resmi untuk
pembiayaan dana bergulir 2. Produk dana bergulir ini dapat divariasikan
dengan
produk
pembiayaan
dana
bergulir
dhuafa
beragam 2. Belum memiliki jaringan pemasaran
skim yang ada
yang luas
3. Pelayanan dari pegawai yang 3. Kurangnya sosialisasi pada masyarakat baik, berkualitas dan memiliki
sekitar
dedikasi serta komitmen untuk 4. Jaringan kantor terbatas
72
memajukan perusahaan 4. Lembaga EFAS
swasta
5. Pola pembiayaan yang belum familiar
independen 6. Jaringan komunikasi dan informasi
yang memiliki nama yang cukup familiar di masyarakat sekitar 5. Tingkat kesehatan BMT yang berada pada kondisi yang sehat dan memiliki tingkat likuiditas yang baik 6. Birokrasi yang begitu teratur di bawah Yayasan Pondok Mulya.
yang masih terbatas.
73
OPPORTUNITY (O) 1. Adanya
STRATEGI SO
peraturan 1. Membangun brand image
STRATEGI WO 1. Pemanfaatan event dan bazar-bazar
yang memungkinkan
yang baik di benak nasabah
untuk mensosialisasikan produk dana
Koperasi dan BMT
dengan memanfaatkan event
bergulir dhuafa bagi masayarakat
mendapat
dan acara-acara bazar
suntikan
2. Mempermudah pelayanan dan
dana dari pemerintah 2. Mulai mengenalkan dan
persyaratan agar menarik minat
maupun pihak luar.
nasabah dan masyarakat
mengembangkan produk-
2. Memanfaatkan event dan acara bazar 3. Hubungan yang baik dengan
produk unggulan bagi masyarakat melalui pelatihan
berbagai pihak agar suntikan dana
dan seminar-seminar.
dapat mengalir dengan baik.
berbagai 3. Mengembangkan sistem
pihak karena lokasi
informasi dan jaringan
yang
komunikasi yang baik dan
strategis
kawasan
di pusat
perbelanjaan 4. Kondisi
ekonomi
yang mulai membaik 5. Fatwa MUI bahwa “Bunga Haram”
bank
itu
3. Meningkatkan hubungan baik dengan
luas
74
THREATS (T) 1.
2.
STRATEGI ST
Krisis ekonomi global 1. Memberikan kemudahan bagi masyarakat
tengah
pelayanan nasabah sehingga pelayanan
waktu lalu
kesulitan dana usaha agar
dapat berjalan dengan mudah, cepat
bisa membangun brand image
dan efisisen
Semakin
meluasnya
dimana-mana
4.
yang baik.
2. Melakukan
2. Optimalkan pelayanan yang
Mengembangkan
baik agar nasabah merasa
produk
aman dan nyaman
Adanya yang
peraturan 3. Inovasi
sah
terhadap
keberadaan
BMT
beserta
semua
produknya 5.
yang
1. Memperbaiki sistem dan prosedur
yang terjadi beberapa
perkembangan BMT
3.
STRATEGI WT
Memperluas jaringan dan kantor cabang
dilakukan
produk
penyempurnaan
di
berbagai aspek untuk menata kinerja BMT agar lebih baik lagi 3. Perkuat manajemen SDM yang handal
perlu
agar BMT tetap mampu bersaing dengan lembaga maupun BMT lain.
75
C. Keberhasilan dan Hambatan Pengelolaan Dana Bergulir Dhuafa Analisis ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana manajemen yang dilakukan oleh BMT Usaha Mulya dalam menjalankan usahanya terutama fokus pada produk dana bergulir dhuafa ini. 1. Permasalahan yang Dihadapi Upaya pemberdayaan BMT dan Dana bergulir dhuafa telah dilakukan dengan langkah-langkah yang nyata. Namun, hingga saat ini keduanya masih menghadapi beberapa permasalahan sebagai berikut : a. Permasalahan yang terkait dengan iklim usaha yang kurang kondusif menjadi penghambat bagi tumbuhnya produk ini. Salah satunya adalah masih besarnya biaya transaksi usaha sebagai akibat dari ketidakpastian dan ketidakjelasan prosedur perizinan, panjangnya proses perizinan dan timbulnya berbagai pungutan tidak resmi, serta masih adanya praktik bisnis serta persaingan usaha yang tidak sehat di masyarakat. Produktivitas UMKM sudah menunjukkan peningkatan, tetapi nilainya masih sangat kecil dibandingkan dengan produktivitas usaha besar. Hal ini mengakibatkan produk yang dihasilkan kurang memiliki kemampuan untuk bersaing dan kualitas yang baik yang dapat memenuhi permintaan masyarakat khususnya kaum dhuafa. b. Masih rendahnya produktivitas UMKM ini diakibatkan antara lain, oleh rendahnya kualitas dan kompetensi kewirausahaan sumber daya manusia.
76
c. Selain itu, keterbatasan modal dan penguasaan teknologi pada sektor usaha kaum dhuafa di masyarakat berakibat sangat sulit untuk meningkatkan nilai tambah usahanya sehingga pendapatan yang diperoleh juga masih rendah. d. Kualitas kerja yang kurang baik berdampak pada lingkungan kerja dan produk yang dihasilkan menjadi kurang berdaya saing. Produk ini juga masih menghadapi kendala keterbatasan pada akses pemasaran yang mempengaruhi pendapatan nasabah produk dana bergulir dhuafa ini. e. Permasalahan khusus yang dihadapi dalam pemberdayaan dana bergulir dhuafa adalah belum meluasnya pemahaman tentang dana bergulir sehingga BMT harus menggunakan istilah yang lebih mudah seperti talangan dana untuk mempermudah pemahaman nasabah dan masyarakat tentang dana bergulir yang hanya diperunuthkan untuk kaum dhuafa ini. 2. Keberhasilan yang Telah Dicapai Kebijakan pemberdayaan Baitul Maal Wa Tamwil secara umum diarahkan terutama untuk mendukung pelaksanaan prioritas pembangunan nasional melalui : a. Peningkatan ekonomi ummat dengan mengembangkan usaha skala mikro khususnya dana bergulir dhuafa dalam rangka mendukung peningkatan pendapatan kelompok masyarakat berpendapatan rendah b. Peningkatan produktivitas dan akses BMT sebagai sumber daya produktif untuk mendukung pertumbuhan ekonomi, termasuk ekonomi daerah,
77
sekaligus menciptakan lapangan kerja khususnya bagi masyarakat kurang mampu atau kaum dhuafa. Dalam rangka mendukung peningkatan pendapatan masyarakat berpendapatan rendah melalui pemberdayaa ekonomi lokal, kota, dan perdesaan, pemberdayaan usaha mikro pada produk dana bergulir dhuafa difokuskan untuk mendorong pertumbuhan yang berpihak pada rakyat miskin. Langkah kebijakannya yaitu : a. Meningkatkan kapasitas dan memperluas jangkauan lembaga keuangan mikro yaitu BMT melalui dana bergulir dhuafa b. Meningkatkan kemampuan pengusaha kecil dan mikro dalam aspek manajemen
usaha
unthasilkan
pendapatan
yang
layak
untuk
melangsungkan hidup para dhuafa c. Meningkatkan fasilitasi pengembangan sarana dan prasarana BMT sebagai bagian dari usaha kecil mikro d. Meningkatkan fasilitasis pembinaan sentra-sentra produksi tradisional dan usaha ekonomi produktif dan daerah tertinggal yang membutuhkan dana untuk usaha. Dalam kaitannya dengan peningkatan akses BMT dan UMKM kepada sumber daya produktif dalam masyarakat. Saat ini, cukup banyak lembaga keuangan mikro syariah atau Baitulmal Wat Tamwil (BMT) yang sengaja berkantor di dekat pasar. Alasannya, karena pasar merupakan tempat sejumlah pedagang mengadu untung meraih rupiah dengan berjualan dari pagi hingga petang hari. Hingga
78
kini, mereka merupakan salah satu konsumen utama penyerap pembiayaan BMT. Namun, pasar bukan satu-satunya lokasi strategis. Karena ada juga BMT yang menjadikan masjid sebagai pusat operasi. Bagi BMT Usaha Mulya, menjalankan operasi bisnis keuangan mikro syariah di Masjid Pondok Indah adalah satu pilihan bisnis yang penting dijalankan. Hal itu karena pengembangan usaha masyarakat ekonomi menengah kecil dan ibadah merupakan dua hal yang berjalan beriringan. Salah satu alasan pengurus BMT Usaha Mulya memilih majid karena diharapkan bisa mendorong pengembangan usaha keuangan mikro syariah sekaligus meningkatkan kualitas keimanan baik bagi BMT maupun nasabahnya. „‟Kami ingin masjid tidak hanya sebagai pusat ibadah saja, tapi juga menjadi pusat pengembangan masyarakat,‟‟ kata Kabid Usaha BMT Usaha Mulya, Faisal Qosim, beberapa waktu lalu. BMT Usaha Mulya pertama kali didirikan pada Agustus 2002. Pendirian dilakukan oleh Yayasan Pondok Mulya yang bergerak pada pengembangan sektor pendidikan, kemasjidan, dan usaha. Saat itu, modal awal yang digunakan BMT untuk memulai operasi bisnis keuangan mikro syariahnya tercatat sebesar Rp 200 juta. Modal awal itu, digunakan sebagai dana pembiayaan bagi penguatan permodalan usaha kecil dan mikro masyarakat. Selain itu, dana tersebut juga digunakan untuk membiayai kegiatan operasional harian BMT. Menurut Faisal, alasan utama pendirian BMT Usaha Mulya adalah untuk membantu
79
pengembangan perekonomian masyarakat usaha kecil dan mikro. Hingga kini, cukup banyak masyarakat Indonesia yang mencari nafkah melalui usaha jenis kecil dan mikro. Namun, banyak dari mereka yang tidak memiliki akses penguatan permodalan ke sektor perbankan. Karena itulah, BMT hadir untuk membantu pengembangan usaha mereka. „‟Melalui BMT, kami ingin membantu pengembangan usaha masyarakat menengah ke bawah,‟‟ ujarnya. Menurutnya, sebelum BMT ini didirikan, masyarakat usaha menengah ke atas sebetulnya sudah ingin memiliki akses kepada layanan perbankan berbasis syariah. Namun, saat itu, layanan keuangan mikro syariah belum banyak hadir. Padahal, mereka juga berhak mengakses layanan keuangan syariah. „‟Karena itu, bisa dibilang, BMT Usaha Mulya hadir untuk melayani masyarakat ekonomi menengah ke bawah. Hingga Mei lalu, BMT Usaha Mulya telah menyalurkan pembiayaan hampir Rp 3 miliar. Dana itu disalurkan bagi ribuan nasabah dengan nilai pembiayaan masing-masing paling kecil sebesar Rp 500 ribu, dan paling besar Rp 50 juta. Namun rata-rata rata-rata pembiayaan per nasabah berkisar Rp 2 juta. Faisal menyebutkan, nasabah pembiayaan BMT berasal dari berbagai profesi. Tapi, mereka umumnya merupakan pelaku usaha kecil dan mikro. Di antaranya adah pedagang sayur mayur di pasar dan pengusaha toko kelontong.
80
Selain itu, ada juga pengusaha industri kerajinan kayu rumahan yang juga menjadi nasabah BMT. Selain di Masjid Pondok Indah, Yayasan Pondok Mulya juga mengelola beberapa masjid lainnya di wilayah Jadebotabek. Di antaranya adalah Masjid Akbar Kemayoran, Masjid Al Huriyah Puri Kembangan, dan Masjid Al Furqon Bekasi. Rencananya, usaha BMT juga akan dikembangkan di beberapa masjid tersebut. Tujuannya adalah agar layanan keuangan mikro syariah dapat diakses oleh banyak masyarakat di Jadebotabek. Dengan demikian, masjid tidak hanya menjadi solusi keimanan, tapi juga solusi bagi perekonomian masyarakat. BMT kini dapat menjadi salah satu lembaga ekonomi yang berlandaskan syariah dan memiliki target untuk menumbuh-kembangkan perekonomian khususnya usaha mikro, kecil dan menengah di Indonesia6
6
Baihaqi Abdullah Majid, Paradigma Baru Ekonomi Kerakyatan Sistem Syariah, Gagasan dan Gerakan BMT di Indonesia (Jakarta : PINBUK, 2002). h. 275.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan BMT merupakan badan atau lembaga yang dapat meningkatkan kinerja perekonomian dan sekaligus dapat mengentaskan kemiskinan sehingga tercapai kesejahteraan ummat. Oleh karena itu, untuk mewujudkan peran BMT dalam perekonomian tersebut diperlukan peranan pemerintah yang intensif terhadap eksistensi BMT itu sendiri. Dari penelitian yang dilakukan oleh penulis tentang manajemen dana bergulir dhuafa BMT Usaha Mulya Masjid Pondok Indah dapat disimpulkan secara keseluruhan bahwa : 1. Manajemen yang dilakukan oleh BMT Usaha Mulya Masjid Pondok IndahJakarta Selatan pada produk dana bergulir dhuafa sudah berjalan dengan baik namun tetap membutuhkan dukungan dari masyarakat khususnya ummat Islam untuk lebih mengembangkannya baik dari segi permodalan maupun peningkatan kualitas sumber daya manusianya (SDM) dalam menjalankan amanah agama untuk senantiasa membantu sesama manusia dalam kebaikan. 2. BMT Usaha Mulya telah dapat menjadi inspirasi bagi sebagian masyarakat untuk membuka usahanya yang tidak hanya di dekat pasar namun juga dapat dilakukan di masjid agar dapat tercipta sinergi antara ibadah sekaligus meningkatkan optimalisasi pemanfaatan dana bergulir terhadap perekonomian
81
82
masyarakat khususnya bagi sebagian kaum dhuafa yang mau dan ingin untuk mendapatkan dana dalam memulai usaha atau menjalankan bisnisnya. 3. Produk unggulan yang ditawarkan oleh BMT Usaha Mulya Pondok Indah ini adalah Dana Bergulir Dhuafa yang hingga saat ini berkembang pesat dengan tingkat keberhasilan yang baik dalam manajemennya bahkan jika dana yang terkumpul dari produk ini telah mencapai 1 milyar rupiah maka pihak BMT Berjanji akan membagi habis dana tersebut ke seluruh nasabah dana bergulir untuk kemudian digunakan dalam mengembangkan usahanya. Subhanallah semoga semua niat dari BMT ini dapat terealisasi agar dapat mengurangi sedikit kemiskinan yang terjadi di negara kita ini. Namun dibalik semua kesuksesan maupun keberhasilan yang diraih tiap orang atau lembaga pasti ada saja kendala dan tantangan yang dihadapi pada kenyataannya, hal ini pula yang dialami BMT Usaha Mulya Masjid Pondok Indah, kendala atau hambatan dalam hal ini berhubungan dengan masalah teknis seperti belum adanya akses internet dan website yang dapat mempermudah nasabah dan pihak-pihak lain untuk menerima informasi lebih banyak lagi tentang semua aspek terkait dengan BMT Usaha Mulya Masjid Pondok Indah, dll yang mungkin bisa jadi masukan pada BMT tersebut agar kinerjanya ke depan akan lebih baik dan maju.
83
B. Saran Penciptaan Iklim yang baik bagi usaha yang dilakukan oleh BMT Usaha Mulya Masjid Pondok Indah Jakarta Selatan dapat dilakukan dengan berbagai kegiatan yaitu : 1. Penguatan status badan hukum harus dilakukan BMT Usaha Mulya Masjid Pondok Indah agar produk-produknya dapat diakui dan berkembang dengan baik. 2. Lebih ditekankan lagi dengan pengembangan teknologi informasi yaitu mungkin membuat website sendiri untuk BMT Usaha Mulya Masjid Pondok Indah agar semua info tentang BMT ini dapat diakses oleh siapapun, kapanpun dan dimanapun, jika membutuhkan info. 3. Penelaahan peraturan perundang-undangan. Orientasi pembinaan BMT dan Usaha kecil mikro lebih diarahkan pada penciptaan iklim usaha yang kondusif dan pemberian kesempatan yang seluasluasnya kepada masyarakat di bidang perkoperasian. Untuk itu, Pemerintah telah melakukan upaya penguatan status badan hukum BMT karena hingga saat ini badan hukum BMT masih dibawah naungan Undang-Undang Perkoperasian. 4. Perluasan usaha, dalam hal ini mungkin membuka cabang BMT Usaha Mulya Masjid Pondok Indah di tempat lain agar memudahkan masyarakat untuk menjangkau lembaga ini
84
5. Dari sisi produk dana bergulir sendiri, masih banyak kekurangan di sana-sini yang harus dibenahi, misalnya dasar hukum yang masih kurang, serta para nasabah masih kurang mengetahui apa dana yang mereka gunakan. 6. Kurangnya pemahaman masyarakat tentang dana bergulir dhuafa ini, sehingga ke depan harus ada penyuluhan yang dilakukan oleh pihak BMT Usaha Mulya Masjid Pondok Indah untuk mengembangkan produk dana bergulir dhuafa yang sangat berpotensi dengan baik ini.
DAFTAR PUSTAKA
An-Nabhani, Membangun Sistem Ekonomi Alternatif Perspektif Islam, Surabaya : Risalah Gusti, 1996. Baihaqi Abdullah Majid, Paradigma Baru Ekonomi Kerakyatan Sistem Syariah, Gagasan dan Gerakan BMT di Indonesia. Jakarta : PINBUK, 2002. Dahlan, Perkembangan Baitul Maal Wa Tamwil. Jakarta : Wordpress, 1999. Ernie Trisnawati, Kurniawan Sefullah, Pengantar Manajemen. Jakarta : Kencana, 2005. Freddy Rangkuti, Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama, 2006. Ghafur, Muhammad. Potret Perbankan Syariah Indonesia Terkini, Yogyakarta : Biruni Press, 2007. Cetakan.1. Gozali Saydam, Manajemen dan Kepemimpinan. Jakarta : Djambatan, 1993. Hadari Nawawi, Manajemen SDM Untuk Bisnis Kompetitif. Jakarta : UGM Press, 2004. Hasbullah Husain, Manajemen Menurut Islamologi. Jakarta : Biro Konsultasi Islamologi, 1997. Cet ke-1. Ibnu Syamsi, Pokok-pokok Organisasi dan Manajemen. Jakarta : PT. Rineka Cipta, 1994. Cet. Ke-3. Ismail Yusanto, Pengantar Manajemen Syariah. Jakarta : Khairul Bayan, 2002. Hasan Iqbal, Pokok-Pokok Materi Statistik 2-Statistik Inferensif . Jakarta : Bumi Aksara 2003. Cet ke-2. Krismiaji, Dasar-dasar Akuntansi Manajemen. Yogyakarta : Unit Penerbit dan Percetakan AMP YKPN, 2002. Cet ke-2. Lexi, Moleong, Metodogi Penelitian Kuantitatif. Bandung : Remaja Rosda Karya, 1997.
85
86
Media Amal Islam, Keberpihakan Islam Kepada Kaum Dhuafa. Jakarta : Wordpress.com, 2011. M. Manullang, Dasar-dasar Manajemen. Jakarta : Ghalia Indonesia, 1996. Cet ke15. Mochtar Effendi, Manajemen Suatu Pendekatan Berdasarkan Ajaran Islam.Jakarta : Bhatara, 1996. Cet . ke-2. Nazaruddin Umar , Guru Besar Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta dalam kuliah umumnya. Pandji Anoraga, Manajemen Bisnis. Jakarta : PT.Rineka Cipta, 1997. Peraturan Direksi Lembaga Pengelola dana bergulir koperasi dan usaha mikro, kecil dan menengah No. 010/PER/LPDB/2011 tentang petunjuk teknis pemberian tambahan pinjaman atau pembiayaan kepada koperasi, direksi lembaga pengelola dana bergulir koperasi dan usaha mikro, kecil dan menengah RI. Presley, John. Perbankan Syariah : Membahas Prinsip, Praktik dan Prospek. Jakarta : PT. Serambi Ilmu Semesta, 2001. Suhendi, Hendri, Fiqh Muamalah : membahas Ekonomi Islam. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2002. Sunyoto, Danang. Analisis Regresi dan Korelasi. Yogyakarta : Amara Books. 2007. Syarifuddin, Amir. Ushul Fiqh. Jakarta : Logos Wawancara Ilmu, 1997. Jilid 1. Yusuf Wibisono, Sumber: Republika Online : 25 Desember 2010. Zulkarnaen, Perekonomian Indonesia, Jakarta : LPFE, 1989. http://hendrakholid.net-tabung-haji-perbankan-syariah-2010. http://lowongankerjamu.info/search/contohpenelitianmetodepenelitiankuantitati-.pdf http://www.pikiran-rakyat.com, Mengenal Baitul Maal Wa Tamwil (9 Oktober 2005) http://rumahdhuafa.org/baitulmal-rumah-dhuafa/
87
LAMPIRAN-LAMPIRAN