Manajemen Bencana Erupsi (Tiyas Trirahayu) 1
MANAJEMEN BENCANA ERUPSI GUNUNG MERAPI OLEH BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN SLEMAN MERAPI ERUPTION DISASTER MANAGEMENT BY SLEMAN REGIONAL DISASTER MANAGEMENT AGENCY Oleh: Tiyas Trirahayu, FIS UNY,
[email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana tahapan manajemen bencana erupsi Gunung Merapi yang dilakukan oleh BPBD Kabupaten Sleman yang meliputi tahap mitigation, preparedness, response dan recovery. Desain penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Tempat penelitian ini adalah di BPBD Kabupaten Sleman, Desa Kepuharjo dan SD N Umbulharjo 1. Subyek penelitian ini adalah Kepala Seksi (Kasi) Mitigasi, Kasi Kesiapsiagaan, Staff Kedaruratan dan Operasional Bencana, Kasi Penanganan Pengungsi dan Logistik, Kasi Rehabilitasi, Kasi Rekonstruksi, Kepala Bagian Kemasyarakatan Desa Kepuharjo, Kepala Sekolah SD Umbulharjo 1, dan Penguni Huntap Pagerjurang. Instrumen penelitian ini adalah peneliti. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik wawancara, observasi dan dokumentasi. Teknik pemeriksaan keabsahan data menggunakan teknik triangulasi metode dan teknik analisis data dilakukan dengan menggunakan model interaktif Miles dan Huberman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam menghadapi erupsi Gunung Merapi BPBD Kabupaten Sleman telah melaksanakan seluruh tahapan dalam manajemen bencana yaitu tahap Mitigation dengan membuat talud banjir, kantong lahar, Early Warning System dan rambu evakuasi, Preparedness dengan melakukan pemantauan Gunung Merapi, simulasi erupsi, Membentuk Sekolah Siaga Bencana, Desa Tangguh Bencana, dan Sister School, Tahap Response dengan membuat skenario rencana evakuasi, pelatihan pengelolaan barak dan dapur umum, dan Recovery yaitu pemulihan meliputi pembangunan huntap, pemulihan infrastruktur, penggantian ternak dan bantuan sapi perah dengan pengawasan dari BPBD Kabupaten Sleman. Kata kunci: manajemen bencana, erupsi Gunung Merapi, BPBD Kabupaten Sleman Abstract This study aims to determine the phases of Mount Merapi’s eruption disaster management conducted by Sleman Regional Disaster Management Agency which includes the step of mitigation, preparedness, response and recovery. This research is descriptive qualitative. The research location is in Sleman Regional Disaster Management Agency, Kepuharjo Village, and Umbulharjo 1 Elementary School. The subject of this research is the Section Chief (SC) of Prevention, SC of Preparedness, the staff of Emergency and Disaster Operations, SC of Refugee and Logistics Management, SC of the Rehabilitation and SC of Reconstruction of Sleman Regional Disaster Management
Manajemen Bencana Erupsi (Tiyas Trirahayu) 2
Agency, Head of Community Kepuharjo Village, Head of Umbulharjo 1 Elementary School, and Occupant of Pagerjurang Permanent Housing. The instrument of this study is the researcher herself. The data were obtained from interviews, observation and documentation. The collected data were validated with triangulation techniques and collected data were analized with interactive model by Miles and Huberman. The results showed that Sleman Regional Disaster Management Agency has implemented all phases of disaster management such as Mitigation with made the flood embankments, lava pockets, early warning system and evacuation signs, Preparedness by monitoring volcano eruption, simulation, build Disaster Preparedness Schools, Disaster Resilient Villages, and Sister Schools, Response phase is created scenario of evacuation plans, barracks and common kitchen management training, and Recovery with recovery and monitoring of permanent housing construction, restoration of infrastructure, replacement of livestock and help with supervision of dairy cows. Keywords: disaster management, Mount Merapi Eruption, Sleman Regional Disaster Management Agency.
sekitarnya apabila sedang mengalami
PENDAHULUAN Gunung gunung
Merapi
berapi
merupakan
erupsi.
Terlebih
lereng
Gunung
yang
sebagian
Merapi merupakan wilayah yang
termasuk
kedalam
padat
administrasi
Daerah
kecamatan di Kabupaten Sleman
Istimewa Yogyakarta. Gunung ini
yang berada di lereng Merapi adalah
terletak kurang lebih 20 km dari
Cangkringan, Pakem, Turi, Tempel,
pusat
dan
wilayahnya wilayah
pemerintahan
Sleman
di
Kabupaten
Denggung,
Tridadi,
Sleman. Dari total 129 gunung api yang ada di wilayah Indonesia, gunung setinggi 2.980 meter ini termasuk yang paling aktif.
aktif,
Gunung
memiliki
Merapi
potensi
keselamatan
tentunya
bahaya
sewaktu-waktu dapat
Ngemplak
tersebut
menjadi
Beberapa
sehingga
daerah
daerah
dengan
resiko bencana erupsi yang tinggi. Bahaya utama yang mengancam sekitar wilayah Merapi adalah aliran awan
Sebagai gunung berapi yang
penduduk.
panas
(piroclastic
flow),
lontaran batu (pijar), hujan abu lebat, lelehan lava (lava flow) dan gas
yang
beracun di samping bahaya sekunder
mengancam
banjir lahar dingin yang dapat terjadi
masyarakat
di
pada musim hujan (Nurjanah dkk,
Manajemen Bencana Erupsi (Tiyas Trirahayu) 3
2011:30-32). Aliran awan panas
tahun
Merapi memiliki kecepatan luncuran
aktivitas erupsi, arah letusan Gunung
15-250 km/jam dan suhu yang
Merapi selau berubah-ubah karena
mencapai lebih dari 600 derajat
terjadinya perubahan bentuk puncak
celcius sehingga awan panas ini
yang disebabkan oleh aktivitas erupsi
sangat berbahaya bagi apa dan siapa
gunung Merapi.
saja yang ada di sekitarnya. Lontaran batu dapat menyebabkan kerusakan atau bahkan meruntuhkan atap rumah dan
hujan
mengurangi
abu
vulkanik
jarak pandang
dapat serta
dapat
mengganggu
pernapasan.
Selain
itu,
lava
lelehan
dapat
menyebabkan ladang batu saat lava mulai mendingin, sedangkan banjir lahar
dingin
berbahaya
bagi
masyarakat yang berada di wilayah yang dekat dengan sungai yang berhulu di Gunung Merapi seperti Kali
Gendol,
Bebeng,
Boyong,
Kuning, Opak, Bedog dan Krasak karena dalam volume yang banyak dapat menyebabkan banjir bandang (Sumber:
http://www.litbang.
pertanian.go.id/buku/Erupsi-GunungMerapi/BabI /1.2.pdf). Menurut Darurat
Laporan
Erupsi
Tahun
sekali.
Salah
satu
Saat
mengalami
letusan
terbesar
Merapi yang baru-baru ini terjadi adalah letusan Merapi pada OktoberNovember 2010. Pada saat itu, dampak dari letusan Merapi sangat besar. Aliran awan panas menyapu daerah yang berada di lereng Merapi Sapuan awan panas tersebut juga menimbulkan korban baik meninggal ataupun
luka-luka.
Selain
awan
panas, pada saat itu Merapi juga mengeluarkan aliran lahar dingin berjumlah 150 juta m3 dan 35% dari jumlah tersebut
masuk ke Kali
Gendol dan sisanya masuk ke sungai lainnya yang berhulu di Gunung Merapi
(Sumber:
http://www.vsi.esdm.go.id/index.php /gunungapi/data-dasar-gunung api/542-gMerapi? start=1).
Tanggap 2010
Kabupaten Sleman, siklus erupsi Gunung Merapi adalah setiap 2-7
Korban bencana akibat letusan Gunung Merapi meliputi korban meninggal,
korban
luka,
dan
pengungsi. Jumlah korban akibat
Manajemen Bencana Erupsi (Tiyas Trirahayu) 4
bencana Merapi 2010 adalah 346
akan resiko bahaya ini tentunya
korban meninggal, 5 korban hilang,
sangat
121 korban luka berat. Korban
mereka
apabila
meninggal berdasarkan fase erupsi
Merapi
mengeluarkan
pertama yaitu 26 Oktober – 4
erupsi.
November 2010 adalah 40 orang dan pada fase erupsi kedua yaitu 5 November – 23 Mei 2011 berjumlah 306 orang. Penyebab korban jiwa tersebut 186 diantaranya karena luka bakar dan 160 lainnya non luka bakar (Sumber: Laporan Tanggap Darurat Erupsi
Tahun
2010
Kabupaten
Sleman). menimbulkan
keselamatan sewaktu-waktu material
Erupsi Gunung Merapi juga menimbulkan kerugian material yang tidak
sedikit.
Kerusakan
dan
kerugian akibat erupsi Merapi dibagi dalam lima sektor yaitu: pemukiman, infrastruktur, sosial, ekonomi dan lintas
sektor.
Total
perkiraan
kerusakan dan kerugian akibat erupsi Gunung
Selain
mengancam
Merapi
di
Kabupaten
dampak
Sleman adalah sebesar Rp. 5,405
korban jiwa dan luka-luka, erupsi
trilyun yang terdiri dari : nilai
Merapi juga menyebabkan kerugian
kerusakan sebesar 894,357 milyar
yang
rupiah serta nilai kerugian sebesar,
sangat
besar
pada
sektor
perekonomian. Sebagian besar mata
4,511
pencaharian penduduk di
Tanggap Darurat Erupsi Tahun 2010
lereng
Gunung Merapi adalah petani dan peternak. Dari kejadian erupsi pada 2010 lalu saja tercatat 3.361 hewan ternak mati. Saat terjadinya erupsi, banyak warga yang sudah mengungsi kembali lagi ke desa asal untuk mengurus ternaknya yang masih berada
didalam
kawasan
rawan
bencana saat merapi masih dalam status Awas. Kurangnya kesadaran
trilyun
(Sumber:
Laporan
Kabupaten Sleman). Berdasarkan peta daerah rawan bencana
erupsi
Merapi
yang
dikeluarkan Balai Penyelidikan dan Pengembangan
Teknologi
Kegunungapian
(BPPTK)
Yogyakarta, Kecamatan
ada
31
dusun
Cangkringan
di dan
Kecamatan Ngemplak, Sleman, yang termasuk dalam daerah rawan. 31
Manajemen Bencana Erupsi (Tiyas Trirahayu) 5
dusun tersebut dikategorikan dalam
untuk tidak dijadikan tempat tinggal
daerah rawan bencana I hingga III.
adalah dusun-dusun yang berada di
Daerah rawan bencana III artinya
sekitar aliran awan panas yang
terancam langsung awan panas meski
melalui Kali Gendol sepanjang 15
dalam letusan normal, daerah rawan
kilometer.
bencana II adalah jika terjadi letusan
direkomendasikan di bantaran sungai
besar dan muncul hujan abu lebat,
adalah 300
sedangkan untuk kawasan bencana I
tersebutlah
jika muncul ancaman lahar (Sumber:
(Sumber:
http://nasional.news.viva.co.id/news/
news.viva.co.id/news/read/199529-
read/200726--tak-hanya-8--31dusun-
dusun-mbah-maridjan-tak-boleh-
lereng-Merapi-rawan-).
dihuni-lagi).
Delapan dusun yang ada di dua
Jarak
minimal
meter yang
karena dinilai
yang
jarak aman
http://nasional.
Dengan kawasan rawan bencana
desa di Kecamatan Cangkringan,
yang
Sleman, termasuk ke dalam daerah
resiko
rawan bencana III yang artinya
dampak erupsi Gunung Merapi pun
rawan
primer
akan bertambah pula. Dengan adanya
langsung yaitu tersapu awan panas
hal tersebut, maka perlu diketahui
meskipun dalam letusan normal.
bagaimana
Dusun-dusun
terkena
rekomendasikan
dampak
semakin
bertambah,
masyarakat
yang
tahapan
maka terkena
manajemen
tersebut
di-
bencana untuk menghadapi erupsi
untuk
tidak
Gunung Merapi yang dilakukan oleh
dijadikan tempat tinggal lagi tetapi
Badan
lahannya masih dapat dimanfaatkan.
Daerah (BPBD) Kabupaten Sleman
Delapan dusun itu adalah Dusun
sebagai lembaga yang mempunyai
Kinahrejo,
dan
tugas dan fungsi untuk melaksanakan
Pangukrejo di Desa Umbulharjo, dan
penanggulan bencana. Oleh karena
Dusun Petung, Kaliadem, Jambu,
itu,
Kopeng, Kalitengah Lor di Desa
bagaimana
Glagaharjo. Selain lokasi tersebut,
bencana
Ngrangkah
lokasi lain yang direkomendasikan
Penanggulangan
peneliti
Bencana
ingin
mengetahui
tahapan
manajemen
erupsi
Gunung
Merapi
Manajemen Bencana Erupsi (Tiyas Trirahayu) 6
dilaksanakan oleh BPBD Kabupaten Sleman.
Data sekunder yang digunakan dalam penelian ini adalah dokumen rencana kontijensi erupsi Gunung
METODE PENELITIAN
Merapi,
Resume
Kegiatan
Desain Penelitian
Rehabilitasi
Penelitian ini menggunakan metode
Laporan Penanganan Erupsi Gunung
penelitian deskriptif kualitatif.
Merapi
Penelitian
di
Tahun
Pengurangan
Tempat dan Waktu Penelitian Tempat
dan
BPBD
Kabupaten Sleman, Desa Kepuharjo
Rencana Ternak
Rekonstruksi,
2010,
Laporan
Resiko
Kontijensi Untuk
Bencana, Penanganan
Penanggulangan
Bencana Erupsi Merapi, Data Huntap
dan SD N Umbulharjo 1.
Korban Erupsi Merapi, SOP Barak Subjek penelitian
dan Logistik, Peta Lokasi EWS, Alur
Bapak Djokolelana Juliyanto, ST,
Skema Evakuasi, dan Peta Zonasi
Ibu Rini Isdarwati, A.Md, Bapak
Ancaman Lahar Dingin, Undang-
Aditya Purnomo, S.IP, M.Sc., Bapak
undang No. 24 Tahun 2008 tentang
Dwi Harjanto, SE, Bapak Y. Dwi Ari
Penanggulangan Bencana serta Perda
Hariyanto, ST, M.Eng, Bapak Saiful
Sleman No. 7 Tahun 2013
Bachri, ST, M.Eng, Bapak Wiyono
Teknik Pengumpulan Data
Suhadi, Bapak Pairin, Bapak Suhadi. Instrumen Penelitian
mengetahui dan mendapatkan data
Dalam penelitian ini, eneliti bertindak sebagai instrumen utama.
ini,
wawancara
yang
digunakan
petunjuk umum wawancara.
Data Primer menggunakan
data
primer untuk mendapatkan informasi dari lapangan atau tempat penelitian melalui wawancara atau pengamatan langsung (observasi). Data Sekunder
dalam penelitian. Dalam penelitian
adalah wawancara baku terbuka dan
Sumber dan Jenis Data
Peneliti
Wawancara dilakukan untuk
Observasi dilakukan dengan melakukan langsung
pengamatan di
lapangan
secara mengenai
rambu-rambu jalur evakuasi, Early Warning
System,
kondisi
barak
pengungsian, hunian tetap korban
Manajemen Bencana Erupsi (Tiyas Trirahayu) 7
erupsi Merapi 2010 dan kendaraan
Penarikan Kesimpulan
operasional penanggulangan bencana
Penarikan kesimpulan adalah
yang dimiliki oleh BPBD Kabupaten
usaha untuk mencari atau memahami
Sleman.
makna,
Dokumen merupakan catatan peristiwa
yang
sudah
berlalu.
keteraturan
pola-pola
penjelasan, alur sebab akibat atau proposisi.
Disini
peneliti
telah
Dokumen bisa berbentuk tulisan,
melakukan verifikasi dari data dan
gambar,
bukti – bukti yang didapat dari
atau
monumental
karya-karya
dari
seseorang.
Dokumentasi dalam penelitian ini dimaksudkan sebagai upaya untuk memperkuat
data
yang
peneliti
peroleh dari informan di lapangan. Teknik Pemeriksaan Keabsahan
informan
untuk
dapat
ditarik
kesimpulan dari penelitian ini. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Mitigation (PenguranganPencegahan)
Data Penelitian
ini
menggunakan
teknik triangulasi metode.
Dalam BPBD
tahap
mitigation
Kabupaten
Sleman
Teknik Analisis Data
melakukan upaya pengurangan
Reduksi Data
resiko dan dampak dari erupsi
Mereduksi
data
berarti
Merapi
dengan
melakukan
merangkum, memilih hal-hal yang
pembuatan
pokok, memfokuskan pada hal-hal
pembuatan kantong lahar atau
yang
dam, pemasangan Early Warning
penting,
dicari
tema
dan
talud
polanya.
System
Penyajian Data
dengan sistem peringatan dini dan
Setelah dilakukan reduksi data,
(EWS)
evakuasi.
data
pelaksanannya
dengan
manajemen
bencana erupsi Gunung Merapi oleh BPBD Kabupaten Sleman.
dikenal
pemasangan rambu-rambu jalur
peneliti menyusun dan menyajikan terkait
atau
banjir,
bidang
Namun kegiatan
mitigation
dalam dalam masih
Manajemen Bencana Erupsi (Tiyas Trirahayu) 8
mengalami kendala yaitu kendala
Kabupaten Sleman dengan
anggaran.
berbagai
kegiatan
pemantauan
2. Preparedness (Perencanaan-
seperti
di
Gunung
Persiapan)
Merapi yang dilakukan oleh
a.
BPPTKG (Balai Penyelidikan
Perencanaan Perencanaan kegiatan atau yang
disebut
dilakukan
Rengiat
oleh
Seksi
Kesiapsiagaan
dan
Pengembangan
Teknologi
Kegunungapian
dan Geologi) berkoordinasi
BPBD
dengan
BPBD
Kabupaten
Kabupaten Sleman dengan
Sleman
untuk
kemudian
didasarkan
diinformasikan
analisis
pada resiko
hasil kemudian
disusun
kegiatan
yang
memang
diperlukan
untuk
memperkuat
kapasitas
masyarakat
dalam
masyarakat, pelatihan atau simulasi erupsi, pembentukan Desa
Tanggap
(Destana),
dan
Merapi. Perencanaan ini juga
School.
untuk
me-
pembentukan
pembentukan
Pertolongan)
yang tersedia serta untuk
a. Penyelamatan
bidang-bidang
dengan yang
lain
Sister
3. Response (Penyelamatan-
nyesuaikan dengan anggaran
menyesuaikan
Bencana
Sekolah Siaga Bencana (SSB)
menghadapi erupsi Gunung
dilakukan
kepada
BPBD Kabupaten Sleman telah
menyusun
Skenario
karena dalam pelaksanaannya
Rencana
upaya
Erupsi Gunung Api Merapi.
melibatkan
preparedness personil
lintas
bidang.
Skenario evakuasi warga dan ternak dibedakan berdasarkan tipe
b. Persiapan Kegiatan
Penanggulangan
persiapan
letusan
Merapi,
letusan Efusif
yaitu
dan letusan
menghadapi erupsi Gunung
Eksplosif. Selain itu, di Desa
Merapi dilakukan oleh BPBD
Tangguh
Bencana
juga
Manajemen Bencana Erupsi (Tiyas Trirahayu) 9
memiliki
dokumen
Draft
dilaksanakan
karena
setelah
Rencana Kontijensi Gunung
BPBD
Api
Rencana
terbentuk pada tahun 2011,
Kontijensi Penanganan Ternak
hingga September 2015 ini
Untuk
Gunung
Merapi
dan
Penanggulangan
Bencana Erupsi Merapi sebagai panduan
apabila
Merapi
mengalami erupsi. Selain itu, dalam upaya evakuasi ternak BPBD Kabupaten Sleman juga bekerjasama
dengan
Dinas
Peternakan.
Dalam
memberikan kepada
korban
bencana, pada saat pengungsi telah
berada
di
barak
maka
BPBD
Sleman
mulai
dilakukan
distribusi
logistik
dengan
terlebih
dahulu
pengungsian, Kabupaten
melakukan pendataan jumlah pengungsi,
menghitung
kebutuhan
pengungsi,
mendirikan posko darurat, dan penanganan korban bencana yang diatur dalam SOP Barak dan Logistik. Namun, dalam prakteknya yang
tahap
response
berkaitan
dengan
penyelamatan
Sleman
Merapi
tidak
mengalami erupsi. Meskipun
belum
melaksanakan respons terhadap erupsi, Seksi Kedaruratan dan Operasional Bencana beserta Seksi Penanganan Pengungsi dan Logistik Bencana telah
b. Pertolongan
pertolongan
Kabupaten
ini
belum
melakukan kegiatan pelatihan kebencanaan yaitu Pengelolaan Barak
dan
Pelatihan
Dapur
ini
Umum.
diikuti
oleh
berbagai elemen masyarakat mulai dari perangkat desa, BPD,
LPMD,
tokoh
masyarakat, remaja dan kader. Dalam
pelatihan
tersebut,
BPBD
Kabupaten
Sleman
melibatkan
berbagai
pihak
seperti Dinas Kesehatan, PMI, dan Polisi untuk memberikan materi pelatihan. Namun dalam pelaksanaannya tersebut
kegiatan
dihadapkan
pada
kendala utama yaitu anggaran. Di dalam pengelolaan barak
Manajemen Bencana Erupsi (Tiyas Trirahayu) 10
pengungsi
belum
anggaran
terdapat
untuk
membuat
pembangunan
hunian
penggantian
ternak,
tetap, bantuan
kamar mandi dan penggantian
modal usaha dan bantuan sapi
lampu.
perah. Luas dari hunian tetap
Dalam tahap ini, apabila erupsi yang terjadi merupakan erupsi
ringan,
maka
yang
pertama terjun adalah Tim Reaksi
Cepat
(TRC)
yang
beranggotakan PNS 6 orang dan
non
PNS
27
orang,
sedangkan apabila skala erupsi adalah sedang atau besar, maka pemerintah membentuk Tim Komando
Tanggap
Darurat
yang beranggotakan berbagai macam elemen pemerintah dan masyarakat.
adalah 100 m², dengan anggaran tiap
huntap
30.000.000,-.
adalah Didalam
Rp. huntap
sendiri terdapat berbagai fasilitas, seperti adanya tempat ibadah, balai warga, kandang komunal, dan lapangan. Namun
dalam
laksanaannya,
rehabilitasi
pedan
rekonstruksi yang dilakukan juga mengalami kendala. Salah satu kendala tersebut adalah waktu pelaksanaan dan jumlah personil yang terbatas. Hal ini karena pelimpahan dana dari BPBD DIY
4. Recovery (Pemulihan-
ke BPBD Kabupaten Sleman
Pengawasan) Setelah Bidang
dilakukan pada pertengahan tahun terjadinya
erupsi,
2012 yaitu bulan Juli sedangkan
Rehabilitasi
dan
dana yang dikelola sangat banyak
Rekonstruksi BPBD Kabupaten
yaitu
Rp.
Sleman menyusun rencana aksi
yang
berarti
(Renaksi)
hanya dalam waktu 6 bulan saja.
rehabilitasi
dan
rekonstruksi.
Kegiatan
yang
dilakukan
oleh
Rehabilitasi
dan
bidang Rekonstruksi
189.361.367.000,00 pemanfaatannya
SIMPULAN DAN SARAN SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan
adalah pembuatan shelter bagi
pembahasan, maka dapat ditarik
korban erupsi Gunung Merapi,
kesimpulan bahwa:
Manajemen Bencana Erupsi (Tiyas Trirahayu) 11
1.
2.
BPBD Kabupaten Sleman telah
pengelolaan
melaksanakan tahap Mitigation
rangka
dalam
manajemen
terjadi keadaan darurat erupsi.
yaitu
dengan
melakukan
4.
dalam
melatih warga saat
BPBD Kabupaten Sleman telah
kegiatan pembangunan fisik
melaksanakan tahap Recovery
seperti pembuatan talud banjir,
yang
kantong lahar dan pemasangan
pembangunan
Early Warning System (EWS)
pemulihan
dan
penggantian
pemasangan
rambu
pemulihan
meliputi huntap,
infrastruktur, ternak
dan
evakuasi.
bantuan sapi perah dengan
BPBD Kabupaten Sleman telah
pengawasan
melaksanakan
Kabupaten Sleman.
Preparedness
tahap yaitu
melakukan
3.
bencana
barak
dengan
pemantauan
dari
BPBD
SARAN 1.
Penambahan kegiatan mitigasi
Gunung Merapi, pembentukan
dan
Desa
wawasan masyarakat tentang
Tangguh
Bencana,
kesiapsiagaan
Sekolah Siaga Bencana dan
erupsi
Sister School.
dengan
BPBD
Kabupaten
belum
melaksanakan
semakin
bertambah,
begitu
kapasitas
Sleman
masyarakat dalam menghadapi
tahap
erupsi Gunung Merapi pun
Response yaitu penyelamatan dan
sehingga
akan meningkat.
pertolongan.
Namun
Kabupaten
Sleman
kebencanaan agar ilmu yang
perencanaan
didapat oleh masyarakat tidak
dokumen
mudah hilang dan terus diasah.
BPBD membuat evakuasi
dalam
Skenario
Rencana
Penanggulangan
Bencana
Erupsi Gunung Api Merapi,
2.
Menambah intensitas pelatihan
Daftar Pustaka Arie Priambodo. 2013. Panduan
pembuatan SOP barak dan
Praktis Menghadapi Bencana.
logistik,
Yogyakarta: Kanisius
dan
melaksanakan
pelatihan dapur umum dan
Manajemen Bencana Erupsi (Tiyas Trirahayu) 12
A.B Susanto. 2006. Sebuah
Riant Nugroho. 2008. Public Policy.
Pendekatan Strategic
Jakarta: PT. Elex Media
Management: Disaster
Komputindo
Management Di Negeri Rawan Bencana. Jakarta: Aksara Grafika Pratama. Bevaola Kusumasari,. 2010. Manajemen Bencana dan Kapabilitas Pemerintah Lokal. Yogyakarta: Gava Media Budi Winarno. Kebijakan Publik, teori dan proses. 2002.Yogyakarta: Media Presindo. Henri Subiakto. 2008. Memahami Bencana: Informasi Tindakan
Soehatman Ramli. 2010. Pedoman Praktis Manajemen Bencana.Jakarta: Dian Rakyat Sudibyakto. 2011. Manajemen Bencana Indonesia Ke Mana?. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Sugiyono, 2003.Metode Penelitian Administrasi Metode R&D. Bandung:Alfabeta T. Hani Handoko. 2011. Manajemen Edisi 2.Yogyakarta: BPFE
Masyarakat Mengurangi
Undang-undang No. 24 Tahun 2007
Risiko Bencana. Jakarta:
Tentang Penanggulangan
Departemen Komunikasi dan
Bencana
Informasi. Lexy J. Moleong. 2011. Metode Penelitian Kualitatif Edisi
Peraturan Daerah Kabupaten Sleman No. 7 Tahun 2013 Skripsi
Revisi. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya
Gilang Rosul Nur Ihsan Kamil.2011. Manajemen Bencana Pada
Nurjanah, dkk. 2011. Manajemen Bencana. Bandung: Alfabeta
Kegiatan Pra Bencana (Studi Kasus di desa Kemiri kecamatan Panti Kabupaten
Manajemen Bencana Erupsi (Tiyas Trirahayu) 13
Jember).Skripsi.Jember:
Jumat, 31 Oktober 2014 pukul
Universitas Negeri Jember.
19.00 WIB
Tesis
http://www.litbang.pertanian.go.id/b
Mulyagus .2007.Manajemen Bencana Dalam Penanganan Korban Gempa dan Tsunami di Kabupaten Aceh Barat. 2007.Tesis.Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada Tusrianto F. D Rumengan.2007. Manajemen Bencana Gempa Bumi di Kabupaten Bantul : Suatu Studi Manajemen Bencana Tanggap Darurat
uku/Erupsi-GunungMerapi/Bab-I/1.2.pdf
diakses
pada Jumat, 31 Oktober 2014 pukul 19.10 WIB http://www.republika.co.id/berita/bre akingnews/nusantara/11/01/28/1611 87-total-kerugian-erupsimerapi-rp-7-3-t diakses pada Kamis, 1 Januari 2015 pukul 10.07 WIB)
Gempa Bumi 27 Mei 2006 di
http://www.slemankab.go.id/categor
Kecamatan Imogiri Kabupaten
y/update-data-pengungsi-
Bantul.Tesis.Yogyakarta:
bencana-merapi-2010 (diakses
Universitas Gadjah Mada
pada Kamis,1 Januari 2015
Website http://krjogja.com/read/216049/siklu s-erupsi-merapi-4-tahun-sekaliini-jawaban-bpptkg.kr diakses pada Sabtu, 3 Januari 2015 pukul 11.45 WIB http://www.vsi.esdm.go.id/index.php /gunungapi/data-dasargunungapi/542-gmerapi?start=1 diakses pada
pukul 10.10 WIB) http://geotek.lipi.go.id/riset/indek.ph p/content/article/39-tempatwisata/68-gunung-merapi (diakses pada Kamis,1 Januari 2015 pukul 11.00 WIB) http://nasional.news.viva.co.id/news/ read/199529-dusun-mbahmaridjan-tak-boleh-dihuni-lagi diakses pada Sabtu, 3 Januari 2015 pukul 11.20 WIB
Manajemen Bencana Erupsi (Tiyas Trirahayu) 14
http://geospasial.bnpb.go.id/2010/11/ 05/peta-zona-bahaya-merapiradius-20-km/ Jumat,
diakses
pada
18 Desember
2014
pukul 20.00 WIB http://geospasial.bnpb.go.id/2010/11/ 30/peta-rekapitulasi-perkabupaten-jumlah-korbanpengungsi-dan-kerusakanakibat-letusan-gunungapimerapi-30-nov-2010/
diakses
pada Jumat, 18 Desember 2014 pukul 20.03 WIB http://geospasial.bnpb.go.id/2010/11/ 07/peta-zonasi-ancamanbanjir-lahar-dingin/
diakses
pada Jumat, 18 Desember 2014 pukul 20.05 WIB http://www.bpkp.go.id/diy/konten/83 0/Profil-Kabupaten-Sleman diakses pada Kamis 16 Juli 2015 pukul 10.15 WIB