MAKNA SIMBOL PUISI LISAN SALAMAT MOGUMAN PADA UPACARA ADAT PEMINANGAN SUKU BOLAANG MONGONDOW. (SUATU KAJIAN SEMIOTIK) OLEH Abdul Muhammad Nasir Ganggai Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Dr. H. Dakia N. Djou, M.Hum (Anggota/Pembimbing I) Dr. Sance Lamusu, M.Hum (Anggota/Pembimbing II)
ABSTRAK Abdul Muhammad Nasir Ganggai. 311409042. Makna simbol Puisi Lisan Salamat Moguman pada Upacara Adat Peminangan Suku Bolaang Mongondow. Skripsi Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Negeri Gorontalo. Tujuan penelitian ini adalah (1) Mendeskripsikan simbol-simbol verbal puisi lisan salamat moguman. (2) Mendeskripsikan makna simbol verbal puisi lisan salamat moguman. Metode yang digunakan oleh penulis adalah metode deskriptif. Sumber data yang diperoleh adalah teks salamat moguman. Analisis data sebagai berikut. (1) Mengidentifikasi makna simbol dalam puisi lisan salamat moguman pada upacara adat peminangan, (2) Mengklasifikasikan makna simbol dalam puisi lisan salamat moguman pada upacara adat peminangan, (3) Menganalisis makna simbol dalam puisi lisan salamat moguman pada upacara adat peminangan, (4) Mendeskripsikan makna simbol dalam puisi lisan salamat moguman pada upacara adat peminangan, dan (5) Menyimpulkan makna simbol dalam puisi lisan salamat moguman pada upacara adat peminangan. Berdasarkan hasil penelitian yang dianalisis maka dapat disimpulkan bahwa simbol dan makna simbol verbal yang terdapat dalam teks salamat moguman adalah kata lagapan duduk, dan kata pindan mopusi, disimbolkan sebagai anak laki-laki dan anak perempuan. Makna simbol yang terkandung yaitu anak laki-laki yang menjadi tumpuan orang tua dan keluarga, dan anak perempuan yang baik dan suci.
1
Kata kunci: Makna Simbol Puisi Lisan Salamat Moguman PENDAHULUAN Sastra merupakan bagian karya seni yang menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Dilihat dari segi media pengungkapannya atau cara penyampaiaanya, sastra dibedakan menjadi sastra lisan dan sastra tertulis. Sastra lisan adalah sastra yang penyampaiannya dilakukan
secara lisan atau dari mulut ke mulut,
sedangkan sastra tertulis adalah sastra yang penyampaiannya dilakukan secara tertulis.Selanjutnya, Dilihat dari segi bentuk, sastra dibedakan menjadi dua yaitu prosa dan puisi. Prosa adalah karya yang berbentuk naratif (berisi cerita). Puisi adalah karya sastra yang tidak mengandung cerita, dan berbentuk bait. Baik sastra yang berbentuk prosa maupun berbentuk puisi ada yang disampaikan secara tertulis ada juga yang disampaikan secara lisan. Umumnya karya sastra yang disampikan secara lisan termasuk dalam karya sastra lama terutama puisi. Artinya, bila dilihat perbandingannya, gendre puisi yang lebih banyak disampaikan secara lisan. Bentuk-bentuk sastra yang disebutkan di atas baik prosa maupun puisi hampir dapat ditemukan di setiap daerah di Indonesia. Salah satunya di daerah Bolaang Mongondow. Seperti halnya di daerah lain, sastra lisan yang berkembang di Bolaang Mongondow adalah bentuk puisi lisan. Salah satu jenis puisi lisan yang terdapat di Bolaang mongondow yaitu salamat. Salamat diucapkan pada pelaksanaan upacara adat. Adat-istiadat yang dimaksud antara lain, adat gunting rambut, (mogonsing kon buok), adat molead, adat mogama (adat yang dilakukan setelah akad nikah dengan tujuan untuk membawa mempelai wanita ke rumah mempelai pria, sekaligus mengisyaratkan mempelai wanita sudah bisa datang dan tinggal di rumah mempelai pria) dan adat moguman (peminangan). Masingmasing adati-istiadat tersebut memilki salamat yang berbeda-beda penggunaan dan isinya. Berdasarkan uraian terdahulu maka yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah salamat adat peminangan yang dalam bahasa Mongondow disebut moguman. Salamat moguman berbentuk puisi lisan yang sampai saat ini kurang
2
dilestarikan oleh masyarakat atau pemerintah setempat bahkan terancam punah dari kehidupan masyarakat Bolaang Mongondow. Oleh sebab itu penulis ingin mengkaji masalah ini melalui penelitian yang berbentuk skripsi sebagai bentuk dokumentasi dalam melestarikan puisi lisan salamat. Yang dikaji dalam penelitian ini terbatas pada sistem simbol verbal salamat moguman agar diketahui makna yang terdapat dalam salamat moguman. Simbol verbal adalah simbol yang menganalisis bentuk dan isi sastra lisan seperti bahasa yang menyampaikan makna. Bentuk simbol verbal diucapkan secara langsung melalui bahasa tanpa menggunaan gerakan tubuh. Penelitian ini difokuskan pada simbol dan makna simbol verbal karena penulis hanya meneliti teks salamat moguman, karena dalam salamat moguman terkandung simbol-simbol bahasa dan maknanya. Adapun kata-kata yang terdapat dalam salamat moguman yaitu kata-kata arif, pepatah dan nasihat yang ditinggalkan oleh leluhur kepada cucu-cucunya, dengan harapan agar tetap dipelihara pelestariannya. Hal ini membuta penulis tertarik melakukan penelitian yang berbentuk skripsi dengan tujuan untuk mendokumentasikan sastra daerah sebagai bentuk pemertahannan budaya. Berdasrakan latar belakang masalah di atas, maka tujuan dalam penelitian ini sebagai berikut. (1) Mendeskripsikan simbol-simbol verbal puisi lisan salamat moguman. (2) Mendeskripsikan makna simbol verbal puisi lisan salamat moguman.
Adapun manfaat secara praktis antara lain: (1) Bagi Penulis, penelitian ini sangat besar manfaatnya. Sebab penelitian ini menambah wawasan serta memberikan pemahaman baru mengenai makna simbol yang terkandung dalam salamat moguman (2) Bagi Masyarakat Bolaang Mongondow, penelitian ini bertujuan untuk memberikan manfaat kepada masyarakat agar senantiasa melestarikan puisi lisan salamat moguman sebagai bentuk positif yang harus diperhatikan oleh masyarakat dan pemerintah Bolaang Mongondow (3) Bagi Lembaga Pendidikan, penelitian ini diharapkan sebagai acuan pembelajaran
3
kesusastraan pada lembaga pendidikan Bolaang Mongondow yang dimuat pada kurikulum sebagai pemertahanan sastra daerah.
METODE PENELITIAN Metode penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode desktiptif menurut Sugiyono (2013: 306) adalah Menetapkan fokus penelitian, memilih informan, sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data, dan membuat kesimpulan atas temuannya. Dalam penelitian ini metode deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan simbol dan makna simbol verbal puisi lisan salamat moguman. sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teks salamat moguman dan informan yang memberikan informasi mengenai salamat moguman dan teori-teori yang dipakai untuk pengkajian salamat moguman. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik wawancara untuk mencari informasi kepada informan mengenai salamat moguman. Teknik analisis yang digunakan yaitu sebagai berikut. (1) Mengidentifikasi makna simbol dalam puisi lisan salamat moguman pada upacara adat peminangan, (2) Mengklasifikasikan makna simbol dalam puisi lisan salamat moguman pada upacara adat peminangan, (3) Menganalisis makna simbol dalam puisi lisan salamat moguman pada upacara adat peminangan, (4) Mendeskripsikan makna simbol dalam puisi lisan salamat moguman pada upacara adat peminangan, dan (5) Menyimpulkan makna simbol dalam puisi lisan salamat moguman pada upacara adat peminangan.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1)
Simbol-simbol verbal
a)
Salamat pihak laki-laki Berdasarkan hasil analisis puisi lisan salamat moguman pihak calon
mempelai pria, penulis menyimpulkan simbol verbal yang terdapat pada bait pertama adalah “lagapan duduk” yang disimbolkan sebagai “anak laki-laki” (calon mempelai pria), kata “kodompa-dompa” disimbolkan sebagai “anak lakilaki masih dalam pangkuan orang tua”, kata “ilumayang” sebagai simbol dari
4
“tanda (waktu)” dan kata
“napomukaan bulan tulug” disimbolkan sebagai
“waktu”. Simbol verbal tersebut meruapakan simbol verbal yang telah disepakati oleh masyarakat karena disesuaikan dengan sosiokultural masyarakat Bolaang Mongondow mengenai pemaknaannya, dengan berdasarkan teori simbol. Pada bait kedua terdapat simbol verbal. Adapun simbol verbal tersebut sebagai berikut. Kata “sinongkana” yang merupakan simbol dari “penyambutan”, kata “kopuyut” sebagai simbol dari “menemukan”, kata “rante intang jamarut” sebagai simbol dari “wanita”, dan “kotompu-tompunuk” sebagai simbol dari “menyampaikan”. Simbol tersebut juga merupakan simbol verbal yang ditentukan oleh masyarakat pemaknaanya Selanjutnya hasil analisis penulis, simbol verbal yang terdapat pada bait ketiga yaitu kata “bogani” sebagai simbol dari “orang tua calon mempelai wanita” serta kata “intoluanku” sebagai simbol dari “memberi Pada bait keempat, simbol verbal terdapat pada kata kata “totungitnya momopud” sebagai simbol dari “mendapat ujian dari ALLAH SWT”. Selanjutnya hasil analisis penulis, pada bait kelima simbol verbal terdapat pada kata “mokouput” sebagai simbol dari “menjalani” dan kata “mokotongganut” sebagai simbol dari “yang dituakan”. Simbol verbal pada bait keenam terdapat pada kata “tulug” sebagai simbol dari “sikap bijak” dan kata “mokotamberu” sebagai simbol dari “sabar”. Berdasarkan teori simbol verbal bahwa simbol merupakan tanda yang memiliki hubungan makna yang bersifat arbriter yaitu penentuan simbol dan pemaknaanya
itu
sesuai
hasil
kesepakatan
masyarakat.
Maka
penulis
menyimpulkan bawa puisi lisan salamat moguman terdapat beberapa kata setiap bait yang mengandung simbol verbal. b)
Salamat pihak perempuan Pada bait pertama simbol verbal “pindan mopusi” sebagai simbol dari
“calon mempelai wanita”, kata “pusaka bua’ bo bai” sebagai simbol dari “warisan raja”, kata “pusaka bua’ bo bai” sebagai simbol dari “warisan raja”, kata “pinuyut bosinolisi” sebagai simbol dari “dilahirkan dan dibesarkan”, kata “binonu kon bantal kayumoyondi” sebagai simbol dari “dirawat dan dijaga”.
5
Pada bait kedua terdapat simbol , “kokayu logansi” sebagai simbol dari “pendidikan tinggi”, kata “lagapan umbo mopusi” sebagai simbol dari “calon mempelai pria”, kata “pinosingogan sinampi” sebagai simbol dari “meminang”. Simbol verbal pada bait ketiga terdapat pada kata “kongandaria” sebagai simbol dari “penyerahan”. Puisi lisan salamat moguman pada bait keempat terdapat simbol verbal yang merupakan kesepakatan masyarakat Bolaang Mongondow “mokitonggadi” sebagai simbol dari “siap menjalani” dan kata “lolampanan” sebagai simbol dari “melangkah”. Bait kelima terdapat satu simbol “bobahasaan tobatu” yang merupakan simbol dari “seiring sejalan”. Pada bait keenam terdapat simbol “binutulandon” yaitu simbol dari “diikat erat”. 2)
Makna simbol verbal
a)
Salamat pihak laki-laki Berdasarakan hasil penelitian simbol verbal maka terdapat makna simbol
yang terkandung pada simbol-simbol verbal yang telah dianalisis sebelumnya. Makna simbol pada bait pertama mengandung makna bahwa pemangku adat menceritakan keberadaan calon mempelai pria yang masih berada dalam pangkuan orang tua sebab belum menikah. Selanjutnya calon mempelai pria meminta restu pada orang tuanya saat dia sudah merasa yakin untuk hidup mandiri dan membina keluarga yang baru. Makna tersebut terkandung pada kata “lagapan duduk” sebagai simbol dari “calon mempelai pria”, kata “kodompadompa” sebagai simbol dari “masih dalam pangkuan orang tua”, kata “ilumayang” sebagai simbol dari “tanda”, dan “napomukaan bulan tulug” sebagai simbol dari “waktu”. Bait kedua mengandung makna permohonan restu dari calon mempelai pria disambut baik oleh orang tua karena calon mempelai pria sudah menemukan serta menunjuk seorang wanita sebagai calon pendamping yang tepat dalam menjalani hubungan berumah tangga. Sehingga menanggapi hal itu, orang tua calon mempelai pria datang untuk menyampaikan amanat tersebut yang diwakili oleh pemangku adat dalam penyampaiannya. Makna yang dimaksud terkandung pada kata “sinongkana” yang merupakan simbol dari “penyambutan”, kata “kopuyut”
6
sebagai simbol dari “menemukan”, kata “rante intang jamarut” sebagai simbol dari “wanita”, dan “kotompu-tompunuk” sebagai simbol dari “menyampaikan”. Makna simbol bait ketiga mengandung makna permohonan kepada orang tua calon mempelai wanita untuk meminang anak gadisnya, serta pihak keluarga calon mempelai pria siap memberi mahar sesuai dengan yang ditentukan oleh orang tua calon mempelai wanita. Meskipun mahar yang akan diberikan tidak sebanding dengan calon mempelai wanita yang merupakan harta paling berharga bagi orang tuanya, tetapi orang tua calon mempelai pria sangat mengharapkan agar pinangan dari calon mempelai pria dapat diterima. Permohonan ini disampai dengan bahasa yang santun oleh pemangku adat, agar bisa memperoleh kesamaan persepsi. Makna tersebut terkandung pada kata “bogani” sebagai simbol dari “orang tua calon mempelai wanita” serta kata “intoluanku” sebagai simbol dari “memberi”. Bait keempat mengandung makna nasihat pada calon mempelai wanita apabila keduanya sudah menjalani kehidupan berumah tangga, kemudian mendapat ujian baik itu berupa kesulitan ekonomi ataupun masalah lainnya dalam rumah tangga, orang tua calon mempelai pria berharap calon mempelai wanita mampu bersabar untuk mendampingi calon mempelai pria hingga ujian tersebut mampu dilalui. Makna tersebut terkandung pada kata “totungitnya momopud” sebagai simbol dari “mendapat ujian”. Selanjutnya makna bait kelima mengandung makna nasihat orang tua kepada kedua calon mempelai, bahwa kedua calon mempelai yang akan menjalani kehidupan berumah tangga harus berusaha untuk menjaga satu sama lain agar tetap harmonis. Selain itu, pada bait kelima juga mengandung harapan orang tua agar kelak kedua calon mempelai mampu menjadi panutan bagi keluarga yang lain serta lingkungan karena pengalaman menjaga keharmonisan berumah tangga. Makna tersebut terkandung pada kata “mokouput” sebagai simbol dari “menjalani” dan kata “mokotongganut” sebagai simbol dari “seorang yang dituakan”. Bait keenam mengandung makna mengandung makna harapan orang tua kepada kedua calon mempelai agar kelak bisa bersikap bijak serta sabar dalam
7
menghadapi berbagai rintangan saat menjalani kehidupan berumah tangga. Karena dalam kehidupan berumah tangga, ada banyak ujian serta rintangan yang harus dilalui serta tidak dapat diprediksikan kapan akan datangnya ujian tersebut. Makna tersebut terkandung pada kata “tulug” sebagai simbol dari “sikap bijak” dan kata “mokotamberu” sebagai simbol dari “sabar”.
PEMBAHASAN 1) Simbol verbal puisi lisan salamat moguman a) Puisi lisan salamat moguman pihak laki-laki Puisi lisan salamat moguman pada bait pertama hampir semua mengandung simbol verbal. Tetapi dari semua simbol verbal yang ada, hanya ada empat kata simbol verbal yang menjadi kesepakatan masyarakat yang mempunyai makna yaitu kata “lagapan duduk”, kata “kodompa-dompa”, kata “ilumayang” dan yang terakhir kata “napomukaan bulan tulug”. Simbol verbal pertama pada bait pertama yaitu kata “lagapan duduk” terdapat pada baris kedua, secara leksikal kata “lagapan duduk” berarti “burung bertuah”. Dalam puisi lisan salamat moguman kata “lagapan duduk” disepakati oleh masyarakat sebagai simbol “anak laki-laki” sebab burung bertuah merupakan burung yang kuat dan perkasa bisa terbang tinggi, sehingga bila dikaji secara keseluruhan, simbol verbal pada baris kedua berarti anak laki-laki kuat. Simbol verbal kedua yaitu kata “kodompa-dompa” terdapat pada baris ketiga yang secara leksikal diartikan dengan “hinggap”. Dalam puisi lisan salamat moguman, kata “kodompa-dompa” merupakan simbol dari “masih dalam pangkuan orang tua”. Sebab kata “hinggap” hanya bersifat sementara dan suatu saat akan pergi. Simbol verbal selanjutnya yaitu kata “ilumayang” terdapat pada baris keempat yang secara leksikal berarti “terbang”. Dalam puisi lisan salamat moguman, kata “ilumayang” adalah simbol dari “tanda”. Sebab kata “terbang” merupakan tanda untuk pergi dari tempat persinggahan sebelumnya.
8
Simbol verbal terakhir pada bait pertama adalah kata “napomukaan bulan tulug” yang secara leksikal berarti “saat terbitnya bulan purnama”. Dalam puisi lisan salamat moguman, kata “napomukaan bulan tulug” merupakan simbol dari “waktu”. Sebab menurut kesepakatan masyarakat saat terbitnya bulan purnama merupakan tanda yang baik karena pada saat itu bulan memantulkan cahaya secara penuh. Berdasarkan analisis sebelumnya, simbol verbal yang menjadi kesepakatan masyarakat pada bait kedua adalah kata “sinongkana”, kata “kopuyut”, kata “rante intang jamarut” dan kata “kotompu-tompunuk”. Kata “sinongkana” terdapat pada baris pertama dan merupakan simbol verbal. Secara leksikal kata “sinongkana” berarti “buntut”. Dalam puisi lisan salamat moguman kata “sinongkana” merupakan simbol dari “penyambutan”. Sebab kata “sinongkana” berarti mengikuti arah suara. Simbol verbal selanjutnya adalah kata “kopuyut” dibaris kedua. Secara leksikal kata “kopuyut” berarti “memungut”. Dalam puisi lisan salamat moguman kata “kopuyut” merupakan simbol dari “menemukan”. Sebab kata “kopuyut” berarti memungut sesuatu yang dicari. Simbol verbal pada baris ketiga adalah kata “rante intang jamarut” yang secara leksikal berarti “rantai intan jamrud”. Dalam teks salamat moguman kata “rante intang jamarut” adalah simbol dari “wanita”. Sebab kata “rante intang jamarut” merupakan benda yang tak ternilai harganya. Simbol verbal selanjutnya terdapat dibaris keempat yaitu pada kata “kotomputompunuk” yang secara leksikal berarti “kupangku”. Dalam teks salamat moguman kata “kotompu-tompunuk” merupakan simbol dari “menyampaikan”. Sebab kata “kotompu-tompunuk” berarti memangku amanat yang harus disampaikan. Pada bait ketiga ada dua kata yang mengandung simbol verbal pada bait ketiga yaitu kata “bogani” dan kata “intoluanku”. Kata “bogani” terdapat pada baris pertama. Secara leksikal “bogani” berarti “ningrat”, namun dalam puisi lisan salamat moguman kata “bogani” adalah simbol dari “orang yang dihormati”. Kata ini merupakan kesepakatan masyarakat karena kata “bogani” berarti ningrat atau
9
raja sehingga dalam meminta izin harus menggunakan bahasa yang baik dan santun. Simbol verbal selanjutnya adalah kata “intoluanku” terdapat pada baris kedua. Secara leksikal kata “intoluanku” berarti “kugantikan”. Dalam puisi lisan salamat moguman kata “intoluanku” merupakan simbol “memberi”. Kata ini merupakan kesepakatan masyarakat sebab dianggap akan mengambil sesuatu dan harus ditukar dengan benda yang sama nilainya. Berdasarkan analisis, simbol verbal pada bait keempat terdapat pada kata “totungitnya momopud” yang secara leksikal diartikan dengan “paruhnya tumpul”. Dalam teks salamat moguman kata “totungitnya momopud” merupakan simbol dari “mendapat ujian”. Sebab paruh merupakan organ yang sangat penting bagi burung untuk bertahan hidup, sehingga apabila dia patah maka akan mengalami kesulitan dalam mempertahankan hidup. Setelah dianalisis, pada bait kelima terdapat dua kata yang mengandung simbol verbal sesuai dengan kesepakatan masyarakat. Kata tersebut adalah “mokouput” dan “mokotongganut”. Kata “mokouput” terdapat pada baris pertama yang secara leksikal diartikan dengan “melanjutkan”. Dalam puisi lisan salamat moguman kata “mokouput” adalah simbol dari “menjalani”. Kata “mokouput” merupakan kesepakatan masyarakat sebab dianggap menjalani sampai batas yang ditentukan. Simbol verbal kedua adalah kata “mokotongganut” yang secara leksikal diartikan dengan “panutan”. Dalam puisi lisan salamat moguman kata “mokotongganut” disimbolkan sebagai “yang dituakan”. Kata “mokotongganut” menjadi kesepakatan masyarakat sebab merupakan contoh yang patut untuk ditiru. Berdasarkan analisis, simbol verbal pada bait keenam terdapat pada kata “tulug” yang secara leksikal berarti “kuat”. Dalam salamat moguman kata “tulug” disimbolkan sebagai “sikap bijak”. Kata “tulug” menjadi kesepakatan masyarakat sebab dianggap sebagai kekuatan yang muncul karena pengalaman-pengalaman yang telah dilalui. Selanjutnya simbol verbal pada kata “mokotamberu” yang secara leksikal “mampu menahan”. Namun dalam salamat moguman disimbolkan dengan
10
“sabar”. Kata “mokotamberu” ini menjadi kesepakatan masyarakat sebab dianggap banyak ujian yang dihadapi dalam menjalani kehidupan. b)
Puisi lisan salamat moguman pihak perempuan Berdasarkan analisis simbol verbal puisi lisan salamat pihak wanita terdapat
beberapa simbol verbal yang terkandung dalam setiap baitnya dan telah menjadi kesepakatan masyarakat. Analisis simbol verbal pada bait pertama terdapat pada kata “pindan mopusi”, kata “pusaka bua’ bo bai”, kata “pinuyut bosinolisi”, dan kata “binonu kon bantal kayumoyondi”. Simbol verbal pertama yaitu kata “pindan mopusi” baris pertama. Kata “pindan mopusi” secara leksikal diartikan sebagai “piring putih”. Namun dalam salamat moguman kata “pindan mopusi” disepakati oleh masyarakat sebagai simbol “anak perempuan”. Sebab kata piring putih adalah piring yang mempunyai nilai yang baik dalam pelaksanaan upacara adat. Simbol verbal kedua yaitu kata “pusaka bua’ bo baii” yang secara leksikal diartikan “pusaka dari leluhur”. Tetapi dalam salamat moguman kata “pusaka bua’ bo baii” disepakati masyarakat sebagai simbol “warisan dari raja”. Sebab “warisan dari raja” dianggap sesuatu yang sangat berharga dan harus dijaga. Simbol verbal selanjutnya yaitu kata “pinuyut bosinolisi” yang secara leksikal diartikan “kupungut dan kubersihkan”. Dalam salamat moguman kata “pinuyut bosinolisi” disimbolkan sebagai “anak yang dilahirkan dan dibesarkan”. Sebab kata “pinuyut bosinolisi” dianggap mendapatkan sesuatu kemudian diambil untuk disimpan. Selanjutnya simbol verbal pada kata “binonu kon bantal kayumoyondi” yang secara leksikal diartikan “kumasukkan dalam peti kayu hitam”. Dalam salamat moguman disimbolkan sebagai “dirawat dan dijaga”. Berdasarkan kesepakatan masyarakat, kata “binonu kon bantal kayumoyondi” dianggap sebagai cara untuk menjaga benda yang berharga agar tidak kotor dan rusak. Analiisis simbol verbal pada bait kedua terdapat pada kata “kokayu logansi” kata “lagapan umbo mopusi” dan terakhir kata “pinosingogan sinampi”.
11
Simbol verbal pertama yaitu kata “kokayu logansi” yang secara leksikal diartikan sebagai “kayu yang sakti” tetapi dalam puisi lisan salamat moguman disimbolkan sebagai “pendidikan tinggi”. Kata “kokayu logansi” diartikan sebagai kayu yang memiliki kualitas bagus sebab sangat kuat dan bermanfaat. Simbol verbal kedua yaitu terdapat pada kata “lagapan umbo mopusi” yang secara leksikal diartikan sebagai “seekor burung merpati yang putih” tetapi dalam salamat moguman disimbolkan sebagai “seorang pria”. Sebab burung merpati dianggap sebagai simbol cinta/perjodohan. Karena puisi lisan salamat moguman ini disampaikan oleh pemangku adat dari pihak wanita, maka burung merpati putih yang dimaksud adalah burung merpati jantan. Selanjutnya simbol verbal ketiga terdapat pada kata “pinosingogan sinampi” yang secara leksikal diartikan sebagai “merayu sambil menari”. Tetapi dalam puisi lisan salamat moguman kata “pinosingogan sinampi” disimbolkan sebagai “meminang”. Sebab kata “pinosingogan sinampi” merupakan bentuk pernyataan dari seorang pria terhadap seorang wanita untuk melamarnya sebagai pendamping hidup. Analiisis simbol verbal pada bait ketiga terdapat pada kata “kongandaria” yang telah disepakati oleh masyarakat. Kata “kongandaria” secara leksikal diartikan sebagai “serambi”. Tetapi dalam salamat moguman kata “kongandaria” disimbolkan sebagai “penyerahan”. Sebab kata “kongandaria” dianggap sebagai melepaskan sesuatu yang disimpan dan dijaga. Pada bait keempat terdapat
dua kata simbol verbal yaitu kata
“mokitonggadi” dan kata “lolampanan”. Analisis simbol verbal pertama yaitu kata “mokitonggadi” yang secara leksikal berarti “berbakti”. Tetapi dalam salamat moguman disimbolkan sebagai “siap menjalani” sebab menurut kesepakatan masyarakat dalam menjalani kehidupan berumah tangga, kedua calon mempelai harus siap lahir dan batin. Simbol verbal kedua adalah kata “lolampanan” yang secara leksikal berarti “kehidupan”. Dalam salamat moguman, kata “lolampanan” merupakan simbol dari “melangkah”. Sebab kata “lolampanan” dianggap berpindah dari kehidupan
12
yang belum memiliki tanggung jawab ke kehidupan dengan tanggung jawab yang lebih besar. Analisis simbol verbal bait kelima terdapat pada kata “bobahasaan tobatu” yang secara leksikal “satu bahasa”. Dalam salamat moguman kata “bobahasaan tobatu” disimbolkan sebagai “seiring sejalan” sebab menurut kesepakatan masyarakat kata “bobahasaan” merupakan perilaku yang santun dan harus selalu dijunjung karena merupakan identitas suku Bolaang Mongondow. Sedangkan kata “tobatu” berarti persatuan. Sehingga apabila dikaji, simbol verbal pada kata “bobahasaan tobatu” berarti harus selalu menjaga perilaku yang santun agar tidak terjadi perselisihan. Berdasarkan analisis, simbol verbal pada bait keenam terdapat pada kata “binutulandon” yang secara leksikal berarti “diikat erat”. Dalam salamat moguman kata “binutulandon” merupakan simbol dari “perjodohan”. Sebab kata “binutulandon” dianggap sebagai ikatan yang tidak akan lepas.
PENUTUP Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa puisi lisan salamat moguman terdapat dua teks puisi lisan yakni puisi lisan salamat pihak laki-laki dan wanita. Masing-masing puisi lisan salamat mempunyai simbol-simbol dan makna simbol verbal. Puisi lisan salamat moguman adalah salah satu sastra lisan Bolaang mongondow,
dan
merupakan
identitas
kehidupan
masyarakat
Bolaang
Mongondow. Makna simbol verbal yang terkandung pada teks puisi lisan salamat moguman merupakan hasil kesepakatan mastarakat setempat. Makna simbol verbal yang terdapat dalam puisi lisan salamat moguman terdiri atas dua yaitu makna simbol salamat pihak laki-laki dan wanita. Makna simbol pada pihak laki-laki terdapat pada kata lagapan duduk sebagai simbol anak laki-laki yang diharapkan akan menjadi panutan bagi keluarganya. Kotompu-tompunuk sebagai simbol bermakna orang tua dari pihak calon mempelai pria datang dengan tujuan mengutarakan maksud untuk meminang calon mempelai wanita atas dasar niat serta permohonan restu dari calon
13
mempelai pria. Makna simbol salamat pihak wanita yaitu kata pindan mopusi diartikan sebagai simbol anak perempuan yang sangat disayangi oleh orang tuanya. Berdasarkan simpulan di atas maka dapat diambil saran sebagai berikut. Berdasarkan kenyataan sekarang ini, puisi lisan salamat moguman sudah mulai punah karena jarang digunakan, oleh pemerintah, masyarakat dan pemerhati budaya. Sehingganya melalui penelitian bisa menjadi perhatian oleh pemerintah, masyarakat dan pemerhati budaya bahwa betapa pentingnya makna yang terkandung dalam puisi lisan salamat moguman pada upacara adat peminangan suku Bolaang Mongondow. Penulis berharap kiranya puisi lisan salamat moguman yang merupakan warisan leluhur dapat dijadikan sebagai pelajaran muatan lokal disetiap sekolah yang ada di daerah Bolaang Mongondow, demi menjaga keberlangsungan puisi lisan salamat moguman yang sekarang ini sudah mulai bergeser nilainya. Contohnya pemerintah harus membuat sanggar budaya disetiap wilayah Kabupaten dan Kota. Pemerintah harus memberikan kebijakan kepada dinas pendidikan agar salamat moguman bisa dimasukkan pada kurikulum muatan lokal.
DAFTAR PUSTAKA
Barthes, R .2007. Petualangan Semiologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Benny, Hoed. 2008. Semiotik dan Dinamika Sosial Budaya. Depok: UI Fakultas Ilmu Budaya. Dharmojo, 2005. Sistem Simbol Dalam Munaba Waropen Papua. Jakarta: Pusat Bahasa, Rawamangun. Endraswara, Suwardi. 2008. Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta: Media Pressindo.
14