MAKNA SIMBOL MANTRA RAPALAN DUNGO DALAM PROSESI SIRAMAN PENGANTIN (suatu Tinjauan Semiotik) OLEH ISWATUL KHOLIFAH Dr. Hj Ellyana Hinta, M. Hum. Dr. Sance Lamusu, M. Hum. Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia ABSTRAK IswatulKholifah. 2014. Mantra Rapalan Dungo dalam Prosesi Siraman pengantin Adat Jawa. Skripsi Program studi Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Negeri Gorontalo. Pembimbing I Dr. Hj. Ellyana Hinta, M.Hum, dan Pembimbing II Dr. Sance Lamusu, M. Hum. Mantra Rapalan dungo merupakan cerminan masyarakat Jawa yang masih memegang teguh adat istiadat dan nilai-nilai agama. mantra Rapalan Dungomempunyai makna tersendiri pada pelaksanaan upacara siraman pengantin sehingga diharapkan seluruh kalangan masyarakat transmigran dapat memahami tentang mantra Rapalan Dungo.Namun pada kenyataannya, mantra
Rapalan Dungo belum dapat terpenuhi.
Penelitianinibertujuanuntukmendeskripsikanstruktur, makna verbal, nonverbal dan fungsi mantra Rapalan Dungo siraman pengantin. sedangkan metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriftif, kualitatif. Metode ini dipilih dengan maksud untuk mendeskripsikan tinjauan semiotik Rapalan Dungosecara jelas. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik observasi, teknik wawancara, dan teknik dokumentasi. Dari hasil penelitian yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa dalam upacara adat siraman pengantin terdapat tiga bait mantra yang di baca pada saat pelaksanaan siraman pengantin. setiap mantra mengandung makna kias, makna yang tidak merujuk pada arti yang tidak sebenarnya, makna kias yang terkandung dalam mantra Rapalan Dungo sebagai berikut: memohon ijin kepada Tuhan yang Maha Esa atas apa yang akan dilakukan, kegiatan yang berupa ritual dengan maksud untuk mendapatkan berkah dari Tuhan.Berdasarkan hasil analisis mantra rapalan Dungo, penulis berharap
masyarakat Jawa, dapat melestarikan budaya dalam bentuk sastra daerah. Karena Rapalan Dungomerupakan warisanbudaya yang di kawatirkan akan mengalami kepunahan. Kata kunci :Mantra RapalanDungoSiramanPengantin PENDAHULUAN Keanekaragaman
budaya antar suku yang ada di Indonesia memiliki
perbedaan. Perbedaan budaya daerah itu sendiri dapat dilihat dari berbagai segi antara lain kepercayaan, bahasa, sastra, kesenian, dan adat istiadat. Bentuk sastra terdiri atas bentuk sastra lisan dan bentuk sastra tulisan. sastra termasuk dalam tradisi lisan. Menurut Yapi Taum, (2011: 22-23) tradisi lisan adalah segala macam wacana yang disampaikan secara lisan turun temurun sehingga memiliki suatu pola tertentu. Sastra lisan adalah bentuk-bentuk kesustraan atau seni sastra yang diekspresikan secara lisan. Sastra lisan hanya mengacu kepada teks-teks lisan yang bernilai sastra, sedangkan tradisi lisan lebih luas jangkauannya yang mencakup teknologi, tradisional, hukum adat, tarian rakyat, dan makanan tradisional. Sastra lisan merupakan salah satu ciri khas dari satu daerah yang menjadi kepercayaan dari setiap daerah masing-masing. Selain itu, sastra lisan bukan hanya sebagai ciri khas tetapi sastra lisan memiliki nilai-nilai luhur yang harus dipahami oleh masyrakat. Mantra adalah salah satu sastra lisan yang dipercayai oleh setiap pemiliknya (daerah). Selain itu, mantra memiliki susunan kata seperti rima dan irama. Jika dilihat secara teks, maka mantra tersebut memiliki struruktur, simbol verbal, simbol nonverbal dan fungsi. Secara umum mantra dapat dibagi menjadi empat jenis berdasarkan fungsi pelafalannya yaitu (1) mantra untuk pelindung diri; (2) mantra pengobatan; (3) mantra untuk pekerjaan; dan (4) mantra adat-adat. Dalam hal ini mantra siraman pengantin dapat berfungsi untuk menghindarkan gangguan roh-roh halus sertamembersihkan lahir dan batin. Mantra juga merupakan sebuah puisi yang mempunyai simbol. Jika dimaknai secara gramatikal maka puisi tersebut sulit untuk dipahami. Oleh karna itu untuk memahami simbol-simbol tersebut, perlu dilakukan sebuah penelitian dengan
menggunakan teori semiotik. Teori semiotik merupakan ilmu yang mempelajari tentang tanda yang di dalamnya terdapat simbol, dan simbol itu dapat dijumpai dalam mantra siraman pengantin, sehingga sangat penting untuk dipelajari dan dilestarikan. Pelestarian mantra dapat dilakukan apabila masyarakat memahami struktur, makna dan fungsi, yang terkandung didalamnya. Namun pada kenyataannya dimasyarakat Mopuya khususnya genarasi muda hanya suka memperhatikan prosesi upacara adat yang berlangsung tanpa mengetahui makna yang terkandung dalam mantra siraman pengantin. Melihat kondisi tersebut maka perlu diambil langkah untuk menanggulangi kekhawatiran yaitu dengan malakukan penelitian terhadap mantra siraman pengantin. penelitian ini dibatasi pada makna simbol yang terkandung pada mantra Rapalan Dungo, dengan rumusan masalah yaitu: (1) Bagaiamanakah struktur mantra Rapalan Dungo dalam prosesi siraman pengantin adat Jawa? (2) Bagaimanakah makna simbol verbal dan nonverbal mantra rapalan dungo dalam prosesi siraman pengantin adat Jawa? (3) Apasajakah fungsi mantra Rapalan Dungo dalam prosesi siraman pengantin adat Jawa? adapun tujuan penelitian ini adalah: (1) Mendeskripsikan struktur mantra Rapalan Dungo dalam Prosesi Siraman Pengantin Adat Jawa, (2) Mendeskripsikan makna simbol verbal dan nonverbal mantra Rapalan Dungo siraman pengantin adat Jawa, (3) Mendeskripsikan fungsi mantra Rapalan Dungo siraman pengantin adat Jawa.Manfaat yang dapat diberikan oleh penelitian ini yakni terdapat dua manfaat yaitu manfaat teorotis dan manfaat praktis. manfaat teoritis yang diharapkan yakni untuk menambah atau memperkaya kajian semiotik. Dalam hal kajian semiotik yang berhubungan dengan puisi lisan. manfaat praktis yaitu: (1) Manfaat bagi Penulisyaitu dapat memberikan pengetahuan dan pengalaman serta wawasan tentang ragam adat, dan kebudayaan daerah khususnya daerah Bolaang Mongondow baik itu dilihat dari segi sastra lisan maupun tulisan, (2) Manfaat bagi Masyrakat yaitu penelitian ini sebagai pedoman kepada masyarakat khususnya generasi muda untuk mengetahui dengan jelas pemanfaatan penggunaan mantra Rapalan Dungodan agar masyarakat mengetahui makna mantra Rapalan Dungo,(3) manfaat bagi Pengguna Mantra Rapalan Dungo yaitu
penelitian ini diharapkan dapat menghidupkan kembali suasana pembacaan mantra Rapalan Dungo agar terasa lebih khidmat, karena dengan adanya penelitian ini pembaca dapat mengetahui struktur. METODE PENELITIAN Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalh metode deskriptif, kualitatif. metode ini dilakukan untuk menyajikan data tentang struktur, makna simbol verbal, nonverbal dan fungsi mantra Rapalan Dungo dalam prosesi siraman pengantin. Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini diambil dari literatur yang berhubungan dengan kajian terhadap mantra Rapalan Dungo dan analisis semiotik sebagai teori pengkajian dalam penelitian. Data diperoleh dari informan sebagai pengguna mantra Rapalan Dungo dalam pelaksanaan setiap siraman pengantin adat Jawa.Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi. teknik Observasi dilaksanakan untuk mengetahui wilayah penelitian yang sebenarnya, mengenai keadaan dan situasi yang terdapat dalam lapangan.Dalam penelitian ini informandapat memberikan tanggapan tentang struktur dan makna simbolyang terdapat pada mantraRapalan dungo dalam pelaksanaan upacara adat siraman pengantin, teknik wawancara digunakan untuk mengumpulkan data berupa tanggapan dari para informan yang mengetahui atau mempunyai pengetahuan tentang mantra Rapalan Dungo, sehingga diperoleh data yang lebih banyak dari pada data yang objektif yang telah ada (dari hasil observasi)dan teknik dokumentasi, dilakukan untuk mendapatkan data yang autentik melalui pengambilan gambar pada setiap tahap-tahap pelaksanaan siraman
pengantin.
Teknik
analisis
datadilakukan
dengan
cara:
(1)
mengidentifikasi struktur, makna simbol verbal, nonverbal dan fungsi mantra Rapalan Dungopada upacara adat siraman pengantin. (2) mengklasifikasikan struktur, makna simbol verbal, nonverbal dan fungsi mantra Rapalan Dungo pada upacara adat siraman pengantin.(3) menganalisis struktur, makna simbol verbal,nonverbal dan fungsi mantra Rapalan Dungo berdasarkan hubungan arbiter. (4) mendeskripsikan struktur, makna simbol verbal,nonverbal dan fungsimantra Rapalan Dungo pada upacara adat siraman pengantin (5)
menyimpulakan hasil analisis struktur, makna simbol verbal, nonverbal dan fungsi mantra Rapalan Dungo pada upacara adat siraman pengantin HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Struktur Mantra Rapalan Dungo dalam Prosesi Siraman Pengantin Adat Jawa Tema Tema adalah gagasan pokok yang diungkapkan penyair melalui puisi lisan yang diungkapkan. Tema puisi biasanya mengungkapkan persoalan hidup manusia yang bersifat hakiki. Berikut ini akan di paparkan tema puisi lisan pada setiap baitnya. Mantra lisan yang diucapkan pada ritual siraman pengantin bait pertama Kembang mlathi Warna putih merak ati Kembang mlathi Ganda arum amrik wangi Kembang mlathi Lambang ing ati suci Yen rinonce pantes Kagem manten putri
Bunga melati warna putih gemulai hati Bunga melati Semerbak juga harum Bunga melati Lambang di hati suci Kalau siang pantas Digunakan pengantin putri
Pada puisi lisan yang digunakan pada tahap ini bertemakan penyucian diri dari segala kotoran dan dosa. Diksi Seperti yang telah kita ketahui bahwa, dalam puisi diksi selalu menjadi pilihan yang terpenting, karena puisi memerlukan keindahan bahasa dan kepadatan bahasa. Dalam puisi, diksi merupakan bagian yang terpenting untuk menentukan makna itu sendiri. Untuk lebih jelasnya akan diuraikan penggunaan diksi pada setiap puisi lisan yang digunakan pada masing-masing bait. Pada bait pertama tedapat kata kembang melati dan warna putih merak ati. Kata ini sengaja digunakan untuk memberi kesan bahwa sebelum melakukan suatu pernikahan
seorang
calon
pengantin
harus
melakukan
penyucian
atau
pembersihan diri dari segala kotoran dan dosa. Diksi tersebut dapat dilihat pada kutupan mantra berikut.
Penggalan kutipan mantra pada bait pertama Kembang mlathi Warna putih merak ati Kembang mlathi Ganda arum amrik wangi Kembang mlathi Lambang ing ati suci Yen rinonce pantes Kagem manten putri
Bunga melati warna putih gemulai hati Bunga melati Semerbak juga harum Bunga melati Lambang di hati suci Kalau siang pantas Digunakan pengantin putri
Penggalan kutipan mantra pada bait kedua Bismillah Niyat engson ngedusi penganten Ngresiki sesuker penganten Ngudunake cahyo Ancek-ancek e watu gilang Ciduke canteng cendani Tak siram pisan reresek Tak siram kapindo tumurune cahyo Tak siram ketelu gumilar Nor cahyo widodoro widodari Cahyane tumurun marang Sanubarine pengantenku Sak klorom
Bismillah Saya niat memandikan pengantin Membersihkan kotoran pengantin Menurunkan cahaya Alas kaki batu gilang Gayung yang terbuat dari emas Kusiram sekali membersikan kotoran Kusiram kedua menurunkan cahaya Kusiram ketiga terang Cahaya terang bersinar dari satria dan bidadari Cahayanya turun masuk Kedalam jiwa raga pengantin
Penggalan kutipan mantra pada bait ketiga Dina ngarepake midodareni Penganten lanang wadon Didusi lan kramas Aduse nganggo banyu sekar setaman Kosokane glepung beras mancawarna
Kang ngedusi sanake kang sepuh-sepuh Dene lungguhe ing dhinklik dilemeki klasa anyar Lan ghodong-ghodongan
Hari siraman pengantin Pengantin laki dan perempuan Dimandikan dan keramas Mandinya pake air bunga Digosok menggunakan tepung beras bermacam warna Yang memandikan saudara yang tua-tua Dan tempat duduknya dialas tikar baru dan daun-daunan
Yen wis resik banjur Diwuloni banyu kang diwadahhi klenting Sartha klentinge nuli dipecah Dening para sepuh kang ngedusi Sarta karo muni : wis pecah pamore
Jika sudah bersih Diberi air yang tempatnya kendi Serta kendi dipecah Saudara tertua sampai memandikan Serta sambil bicara: sang pengantin siap untuk menikah
Selain itu, terdapat pula kata bismillah , pada penggalan kutipan mantra pada bait kedua. Kata itu sengaja dipilih karena memberi kesan setiap apa yang akan dikerjakan akan mendapat ridho dari Allah Swt. Kalimat Dina ngarepake midodareni, Penganten lanang wadon sengaja digunakan karena kedua calon pengantin tersebut sudah melakukan prosesi siraman pengantin, dan kedua orang tua calon pengantin mengharapkan berkah dari Allah Swt. Rima Rima merupakan penggalan bunyi yang sama pada akhir kata atau pada akhir kalimat. Pengulangan bunyi tersebut dapat memperkuat makna puisi dan menimbulkan bunyi-bunyi puisi yang indah. Hal ini berlaku pula pada puisi lisan mantra Rapalan Dungo yang digunakan pada ritual siraman pengantin. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat jenis yang terdapat dalam puisi lisan mantra ini. Contoh puisi berima berangkai aa-aa Kembang mlathi Warna putih merak ati Kembang mlathi Ganda arum amrik wangi Kembang mlathi Lambang ing ati suci Yen rinonce pantes Kagem manten putri Amanat
Bunga melati warna putih gemulai hati Bunga melati Semerbak juga harum Bunga melati Lambang di hati suci Kalau siang pantas Digunakan pengantin putri
Dalam setiap puisi pasti mengandung amanat atau pesan yang disampaikan oleh penyair pada pembaca. Setiap pembaca dapat menafsirkan amanat atau pesan yang terkandung di dalam puisi itu sendiri secara individu. Setiap individu memiliki pemahaman yang berbeda pula tergantung dari tema
yang ditafsirkan oleh pembaca itu sendiri. Berikut ini akan diuraikan tema pada setiap masing-masing bait. Pada bait pertama terdapat amanat bahwa membersihkan diri dari kotoran dan dosa itu harus dikerjakan karena umat islam mewajibkan menjaga kebersihan itu sangat perlu, seperti dalam dalil yang ada di Al-Qur’an kebersihan itu sebagian dari iman. Untuk itu siraman pengantin sangat wajib dilakukan oleh umat islam. Hal ini dapat dilihat pada kutipan mantra Rapalan Dungo berikut. Kembang mlathi
Bunga melati
Warna putih merak ati
warna putih gemulai hati
Kembang mlathi
Bunga melati
Ganda arum amrik wangi
Semerbak juga harum
Kembang mlathi
Bunga melati
Lambang ing ati suci
Lambang di hati suci
Yen rinonce pantes
Kalau siang pantas
Kagem manten putri
Digunakan pengantin putri
Amanat puisi lisan mantra Rapalan Dungo pada bait kedua yaitu tidak ada satu orang pun dimuka bumi ini yang berkuasa atas segala hal kecuali Allah Swt dan setiap apa yang akan dikerjakan harus dimulai dengan Bismillah. Hal ini dapat dilihat pada kutipan puisi berikut. Bismillah Niyat engson ngedusi penganten Ngresiki sesuker penganten Ngudunake cahyo Ancek-ancek e watu gilang Ciduke canteng cendani Tak siram pisan reresek Tak siram kapindo tumurune cahyo Tak siram ketelu gumilar Nor cahyo widodoro widodari
Bismillah Saya niat memandikan pengantin Membersihkan kotoran pengantin Menurunkan cahaya Alas kaki batu gilang Gayung yang terbuatdariemas Kusiram sekali membersikan kotoran Kusiram kedua menurunkan cahaya Kusiram ketiga terang Cahaya terang bersinar dari satria dan bidadari
Cahyane tumurun marang Sanubarine pengantenku Sak klorom
Cahayanya turun masuk Kedalam jiwa raga pengantin
Amanat puisi lisan mantra Rapalan Dungo pada bait ketiga yaitu kedua calon pengantin tersebut sudah melakukan prosesi siraman pengantin, dan kedua orang tua calon pengantin mengharapkan berkah dari Allah Swt. Berikut penggalan kutipan mantra siraman pengantin. Dina ngarepake midodareni Penganten lanang wadon Didusi lan kramas Aduse nganggo banyu sekar setaman Kosokane glepung beras mancawarna
Kang ngedusi sanake kang sepuh-sepuh Dene lungguhe ing dhinklik dilemeki klasa anyar Lan ghodong-ghodongan Yen wis resik banjur Diwuloni banyu kang diwadahhi klenting Sartha klentinge nuli dipecah Dening para sepuh kang ngedusi Sarta karo muni : wis pecah pamore
Hari siraman pengantin Pengantin laki dan perempuan Dimandikan dan keramas Mandinya pake air bunga Digosok menggunakan tepung beras bermacam warna Yang memandikan saudara yang tua-tua Dan tempat duduknya dialas tikar baru dan daun-daunan Jika sudah bersih Diberi air yang tempatnya kendi Serta kendi dipecah Saudara tertua sampai memandikan Serta sambil bicara: sang pengantin siap untuk menikah
Makna Simbol Nonverbal pada Mantra Rapalan Dungodalam Prosesi Siraman Pengantin Adat Jawa Mantra Rapalan Dungo dalam prosesi siraman pengantin memiliki makna simbol non verbal yang terdapat pada bait pertama, kedua, dan ketiga yakni sebagai berikut: 1) Air Air bersih dari sumber dipakai untuk memandikan calon pengantin agar menjadi bersih/suci dan bersih lahir batin. Hal ini merupakan persiapan untuk menyambut kedatangan sang bidadari yang akan turun dari khayangan (surga)
untuk memberikan doa restu dan ikut mempercantik putrinya yang akan melangsungkan pernikahan. 2) Kembang Sritaman Bunga Sritaman adalah bunga bunga taman yang indah, seperti kenanga, kanthil, melati, dan mawar. 3) Sepasang kelapa hijau Sepasang kelapa hijau ini sebagian sabutnya diikat menjadi satu kemudian dimasukkan kedalam air yang ditaburi kedalam siraman. Makna kedua kelapa hijau yang sabutnya diikat menjadi satu itu adalah harapan agar calon pengantin dikemudian hari dapat selalu hidup rukun yang dikatakan orang tua-tua seperti mimi lan mintuna, dan berdaya guna bagaikan buah kelapa. 4) Alas duduk Alas duduk calon pengantin ini dibuat bagus, dan terdiri dari:Sehelai kain motif yuyu sekandang, yaitu kain lurik tenun coklat bergaris- garis benang emas.Sehelai kain motif pulo watu, yaitu kain lurik putih bergaris-garis atau lerek merah hitam. Alas duduk semacam itu dimaksudkan untuk tolak bala atau penolak balik terhadap mara bahaya. Selain itu, dimaksudkan agar calon pengantin dapat mengatasi segala tantangan yang akan dihadapi dalam hidupnya 5) Konyoh panca warna Konyoh adalah sejenis param atau bedak basah yang dibuat dari tepung beras di campur kencur, sejenis tanaman untuk jamu tradisional.Konyoh ini berwarnawarni. Warnanya lima macam, yakni merah, putih, kuning, hijau, dan biru.Simbol dari merah yaitu semangat, Simbol putih yaitu keindahan, kelembutan, kemurnian, kepolosan, dan kebaikan.Simbol kuning yaitu keanggunan, Simbol hijau yaitu tenang, dan Simbol biru yaitu kekuatan. 6) Klenthing atau Kendi yang berisi Air bersih Klenthing atau kendi yang berisi air bersih digunakan sebagai tanda penutup dalam mengakhiri upacara siraman. Fungsi mantra Rapalan Dungo dalam Prosesi Siraman Pengantin Adat Jawa Secara psikologis, fungsi mantra Rapalan Dungo yaitu sebagai sarana untuk menambah kekuatan jiwa. Artinya mantra dapat membersihkan secara
spiritual dan berhati suci. Mantra Rapalan Dungo mengandung sugesti yang mampu membangkitkan semangat, dan rasa percaya diri terhadap pengantin. Mantra Rapalan Dungo juga merupakan sebuah permohonan kepada yang Maha Kuasa, agar mendapatkan ridho dan berkah dalan pelaksanaan siraman pengantin. Mantra Rapalan Dungo mempunyai fungsi sebagai berikut: (1) fungsi Penyucian diri, penyucian diri yang dimaksud dalam hal ini yaitu calon pengantin membersikan diri yang disertai dengan niat, agar menjadi bersih dan murni/suci lahir batin. Seorang calon pengantin jika sudah melakukan siraman akan memiliki paras yang cantik dan tampan jika orang lain melihatnya, atau dalam bahasa Jawa biasa disebut dengan manglingi.(2) fungsi penolak balahal itu dilakukan dengan harapan agar pengantin dapat mengarungi kehidupan rumah tangganya dengan selamat dan jauh dari malapetaka. Keyakinan ini memang sudah mengakar dalam keyakinan banyak orang Jawa. (3) Fungsi nasehatsecara simbolis mantra Rapalan Dungo merupakan persiapan dan pembersiahan diri lahir batin kedua calon mempelai yang dilakukan dirumah masing-masing. Juga merupakan media permohonan doa restu dari para sesepuh. PENUTUP Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulakan sebagai berikut: Struktur Mantra Rapalan Dungoterdiri dari tiga bait, pada setiap baitnya terdapat beberapa baris. Ada bait mantra Rapalan Dungoyang terdiri dari delapan baris bahkan lebih dari delapan baris. Di dalam setiap barisnya terdiri dari 24 sampai 25 suku kata. Makna simbol verbal terdapat pada mantra Rapalan Dungoyaitu: (1) Bismillah memiliki simbol untuk menghormati Allah Swt, karena dalam segala aktivitas yang dilakukan masih ada dzat yang lebih tinggi untuk dihormati.Makna simbolnonverbal yang terdapat pada mantra Rapalan Dungo yaitu : (1) Air bersih dari sumber dipakai untuk memandikan calon pengantin agar menjadi murni/suci dan bersih lahir batin; (2) Kembang Sritaman (3) Sepasang Kelapa Hijau harapan agar calon pengantin dikemudian hari dapat selalu hidup rukun yang dikatakan orang tua-tua seperti mimi lan mintuna,; (4) Alas duduk agar calon pengantin dapat mengatasi segala tantangan yang akan dihadapi dalam hidupnya; (5)
konyoh Panca Warna sejenis param atau bedak basah yang dibuat dari tepung beras di campur kencur, sejenis tanaman untuk jamu tradisional; (6) Kendi Klenthing atau kendi yang berisi air bersih digunakan sebagai tanda penutup dalam mengakhiri upacara siraman. Fungsi Mantra Rapalan Dungo dalam Prosesi siraman pengantin adat Jawa dapat disimpulkan bahwa mantra ini dipergunakan untuk suatu ritual pencucian diri, dari yang tadinya kotor, menjadi suci. Saran dalam penelitian ini yaitu: (1) dilihat dari kenyataan sekarang ini, Guru Bahasa Indonesia, sudah jarang menerapkan karya Sastra lisan kepada siswa. Untuk itu melalui penelitian ini, kiranya Guru Bahasa Indonesia dapat mengembangkan lagi sastra lisan melalui pembelajaran sastra. (2) kiranya mantra lisan yang merupakan warisan leluhur dapat dijadikan pelajaran bagi siswa, yang saat ini sudah kurang mengenal nilai budaya yang ada di Bolaang Mongondow, khususnya di daerah transmigran Desa Mopuya, demi menjaga keberlangsungan mantra-mantra lisan yang sudah mulai bergeser nilainya dibandingkan dengan sastra modern sekarang ini. (3) penelitian terhadap sastra daerah harus terus dilakukan karena dikhawatirkan akan mengalami kepunahan. DAFTAR PUSTAKA Yapi, Taum Yoshep. 2011Studi Sastra Lisan: Sejarah, Teori, Metode dan Pendekatan Disertai Contoh Penerapannya. Yogyakarta: Lamatera. Aminuddin. 2010 Pengantar Sastra Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru Didipu,
Herman.
2010Sastra
Daerah:
Konsep
Dasar
dan
Ancangan
Penelitianya.Gorontalo: Ideals Publisin Didipu, Herman. 2010 Teori Pengkajian Sastra (Sebuah Pengantar). Fakutas Sastra dan Budaya Uneversitas Negeri Gorontalo