Syahriandi, Makna dan Nilai Simbol-Simbol…
MAKNA DAN NILAI SIMBOL-SIMBOL DALAM NOVEL TEUNTRA ATOM KARYA THAYEB LOH ANGEN Syahriandi1
Abstrak Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan makna dan nilai simbol yang terkandung dalam novel Teuntra Atom Karya Thayeb Loh Angen. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik dokumenter. Teknik ini digunakan dengan mengumpulkan data dari sumber yang telah ada atau dokumen yang telah tersedia. Setelah data terkumpul, data tersebut dianalisis dengan menggunakan teknik pembacaan heuristik dan hermeneutik. Dari penelitian ini tergambar makna dan nilai simbol yang berupa hubungan antara manusia dan Tuhan, yaitu pemberian nama yang sesuai dengan nilai-nilai keagamaan, adat dalam memotong tali pusar, dan larangan berhubungan dengan makhluk ghaib. Makna dari simbol-simbol sebagai hubungan manusia dengan alam berupa rumah panggung, bonsai tanaman, gambar hewan dan tumbuhan, dan aroma bunga. Hubungan antara manusia dengan manusia yang berupa simbol tercermin dari sikap kesopanan manusia dalam menjaga pandangan. Kemudian, simbol pintu berwarna kuning menyiratkan makna ketangguhan dalam masyarakat. Terakhir, gambar naga ini mencerminkan bahwa dahulu masyarakat kita memiliki kerukunan dengan bangsa-bangsa lain, terutama bangsa Cina. Simbol yang mencerminkan hubungan manusia dengan dirinya berupa menjaga diri agar selalu menjalankan perintah agama, yaitu menutup aurat. Kata Kunci: Makna, Nilai, Simbol-simbol, Novel Teuntra Atom
1
Dosen MKU Fakultas Pertanian, Universitas Malikussaleh, Surel:
[email protected] ISSN 2338-0306
Volume II Nomor 2 Juli–Desember 2014 | 19
Syahriandi, Makna dan Nilai Simbol-Simbol…
tetapi pesan yang berupa simbolik harus
PENDAHULUAN Novel merupakan salah satu bentuk
dipahami lagi lebih mendalam.
karya sastra yang mengungkapkan aspek-
Dari berbagai pesan atau nilai yang
aspek kemanusiaan dengan menggunakan seni
terkandung di dalam novel, penulis ingin
bahasa. Di dalam novel kita dapat menemukan
melihat makna dan nilai yang disampaikan
berbagai nilai kemanusiaan/kehidupan dan
oleh pengarang melalui simbol-simbol yang
ajaran moral. Nilai-nilai tersebut berhubungan
terdapat di dalam novel. Simbol-simbol itu
dengan berbagai sendi kehidupan, baik nilai
nantinya akan penulis hubungkan dengan
yang berhubungan dengan Tuhan, manusia,
kebiasaan
alam, maupun yang berhubungan dengan diri
dengan Tuhan, manusia, alam, dan diri sendiri.
sendiri.
KAJIAN TEORI
Nilai-nilai
tersebut
mampu
menggugah pengalaman dan memberikan
masyarakat
yang
berhubungan
Pengertian Nilai
keteladanan kepada pembacanya. Nilai-nilai
Nilai adalah sesuatu yang berharga,
dan makna yang terkandung dalam novel
bermutu, menunjukkan kualitas, dan berguna
ditampilkan dengan berbagai macam cara. Ada
bagi manusia. Sesuatu itu bernilai berarti
yang menampilkannya secara implisit dan ada
sesuatu itu berharga atau berguna bagi
juga yang menampilkannya secara eksplisit.
kehidupan manusia. Nilai sebagai kualitas
Selain itu, novel juga, umumnya, diciptakan
dari
kehidupan
yaitu tidak berubah yang terjadi pada objek
biasanya
yang dikenai nilai. Persahabatan sebagai nilai
menceritakan masalah hidup dan kehidupan
(positif/ baik) tidak akan berubah esensinya
manusia dalam berinteraksi dengan lingkungan
manakala ada pengkhianatan antara dua yang
dan sesamanya. Dalam sebuah novel, si
bersahabat.
pengarang berusaha semaksimal mungkin
ketetapan yang ada bagaimanapun keadaan di
mengarahkan pembaca kepada gambaran-
sekitarnya berlangsung.
masyarakat.
problematika
yang independen akan memiliki ketetapan
Sebuah
novel
gambaran realita kehidupan melalui cerita yang dipaparkan dalam novel tersebut.
Artinya
nilai
adalah
suatu
Sastra dan tata nilai merupakan dua fenomena sosial yang saling melengkapi
Melalui novel kita dapat memahami
dalam hakikat mereka sebagai sesuatu yang
dan memaknai berbagai pesan-pesan atau
eksistensial. Sastra sebagai produk kehidupan.,
nilai-nilai
si
mengandung nilai-nilai sosial, filsafat, religi,
pengarang. Pesan-pesan tersebut dapat berupa
dan sebagainya baik yang bertolak dari
pesan moral, religi, bahkan dapat berupa
pengungkapan
kebiasaan suatu masyarakat (adat). Pesan
mempeunyai
tersebut
(Suyitno,
yang
disampaikan
disampaikan
baik
oleh
secara
nyata
maupun menggunakan simbol-simbol. Pesan
kembali
maupun
yang
konsep
baru
penyodoran
1986: 3).
Sastra
tidak hanya
memasuki ruang serta nilai-nilai kehidupan
yang secara nyata dapat langsung dicerma, ISSN 2338-0306
Volume II Nomor 2 Juli–Desember 2014 | 20
Syahriandi, Makna dan Nilai Simbol-Simbol…
personal, tetapi juga nilai-nilai kehidupan
bendanya, peristiwa atau keadaan tertentu
manusia dalam arti total.
maka kita tidak bisa memperoleh makna dari
Menilai
oleh
Setiadi
(2006:110)
kata itu (Tjiptadi, 1984:19).
dikatakan sebagai kegiatan menghubungkan
Kata-kata yang bersal dari dasar yang
sesuatu dengan sesuatu yang lain sehingga
sama sering menjadi sumber kesulitan atau
diperoleh menjadi suatu keputusan yang
kesalahan
menyatakan sesuatu itu berguna atau tidak
penggunaannya harus sesuai dengan makna
berguna, benar atau tidak benar, baik, atau
yang terkandung dalam sebuah kata. Agar
buruk, manusiawi atau tidak manusiawi,
bahasa yang dipergunakan mudah dipahami,
religius atau tidak religius, berdasarkan jenis
dimengerti, dan tidak salah penafsirannya, dari
tersebutlah nilai ada. Lasyo (Setiadi 2006:
segi makna yang dapat menumbuhkan resksi
117) menyatakan, nilai manusia merupakan
dalam pikiran pembaca atau pendengar karena
landasan atau motivasi dalam segala tingkah
rangsangan aspek bentuk kata tertentu.
laku atau perbuatannya. Sejalan dengan Lasyo,
berbahasa,
Ada
maka
beberapa
pilihan
istilah
dan
yang
Darmodiharjo (dalam Setiadi, 2006: 117)
berhubungan dengan pengertian makna kata,
mengungkapkan nilai merupakan sesuatu yang
yakni makna donatif, makna konotatif, makna
berguna bagi manusia baik jasmani maupun
leksikal, makna gramatikal.
rohani. Sedangkan Soekanto (1983: 161)
Makna Denotatif
menyatakan, nilai-nilai merupakan abstraksi daripada
pengalaman-pengalaman
seseorang
dengan
denotatif,
kata
bila
kata
mengandung itu
mengacu
kata atau
Pada
menunjukan pengertian atau makna yang
hakikatnya, nilai yang tertinggi selalu berujung
sebenarnya. Kata yang mengandung makna
pada nilai yang terdalam dan terabstrak bagi
denotative digunakan dalam bahasa ilmiah,
manusia, yaitu menyangkut tentang hal-hal
karena itu dalam bahasa ilmiah seseorang
yang bersifat hakki. Dari beberapa pendapat
ingin
tersebut
gagasan yang disampaikantidak menimbulkan
di
atas
sesamanya.
pribadi
Sebuah
pengertian
nilai
dapat
menyampaikan
disimpulkan sebagai sesuatu yang bernilai,
tafsiran
berharga, bermutu, akan menunjukkan suatu
gagasannya
kualitas dan akan berguna bagi kehidupan
mengandung makna denotative.
manusia.
ganda,
ia
gagasannya.
harus
dengan
Agar
menyampaikan
kata-kata
yang
Makna denotatif ialah makna dasar,
Pengertian dan Jenis-jenis Makna Kata
umum, apa adanya, netral tidak mencampuri
dalam Bahasa
nilai rasa, dan tidak berupa kiasan Maskurun
Makna adalah arti atau maksud yang
(1984:10). Makna denotatif adalah makna
tersimpul dari suatu kata, jadi makna dengan
dalam alam wajar secara eksplisit maka wajar,
bendanya sangat bertautan dan saling menyatu.
yang berarti mkna kat ayang sesuai dengan apa
Jika suatu kata tidak bisa dihubungkan dengan
adanya,
ISSN 2338-0306
sesuai
dengan
observasi,
Volume II Nomor 2 Juli–Desember 2014 | 21
hasil
Syahriandi, Makna dan Nilai Simbol-Simbol…
pengukuran dan pembatasan (Perera, 1991:69).
atau kedudukan yang diperoleh seseorang
Makna denotatif didasarkan atas penunjukan
mengandung
yang lugas pada sesuatu diluar bahasa atau
konotatif.
didasarkan
Makna Leksikal
atas
konvensi
tertentu
(Kridalaksana, 1993:40).
makna
kiasan
atau
makna
Makna Leksikal ialah makna kata
Berdasarkan pendapat di atas, penulis
seperti yang terdapat dalam kamus, istilah
simpulkan bahwa makna denotatif adalah
leksikal berasal dari leksikon yang berarti
makna yang sebenarnya, umum, apa adanya,
kamus. Makna kata yang sesuai dengan kamus
tidak mencampuri nilai rasa, dan tidak berupa
inilah kata yang bermakna leksikal. Misalnya:
kiasan. Apabila seseorang mengatakan tangan
batin (hati), belai (usap), cela (cacat).
kanannya sakit, yang dimaksudkan adalah
Makna Gramatikal
tangannya yang sebelah kanan sakit.
Makna gramatikal adalah makna kata yang diperoleh dari hasil perstiwa tata bahasa,
Makna Konotatif Sebuah
kata
mengandung
makna
istilah gramatikal dari kata grammar yang
konotatif, bila kata-kata itu mengandung nilai-
artinya tata bahasa. Makna gramatikal sebagau
nilai emosi tertentu. Dalam berbahasa orang
hasil peristiwa tata bahasa ini sering disebut
tidak hanya mengungkap gagasan, pendapat
juga nosi. Misalnya : Nosi-an pada kata
atau isi pikiran, tetapi juga mengungkapakan
gantungan adalah alat.
emosi-emosi tertentu. Mungkin saja kata-kata
Makna Asosiatif
yang dipakai sama, akan tetapi karena adanya kandungan menyebabkan
emosi
yang
kata-kata
yang
Makna
asosiatif
mencakup
dimuatnya
keseluruhan hubungan makna dengan nalar
diucapkan
diluar
bahasa.
Ia
berhubungan
dengan
mengandung makna konotatif disamping mkna
masyarakat pemakai bahasa, pribadi memakai
denotatif.
bahasa, perasaan pemakai bahasa, nilai-nilai
Makna konotatif adalah makna yang
masyarakat
pemakai
bahasa
dan
berupa kiasan atau yang disertai nilai rasa,
perkembangan kata sesuai kehendak pemakai
tambahan-tambahan sikap sosial, sikap pribadi
bahasa.
sikap dari suatu zaman, dan criteria-kriteria
beberapa macam, seperti makna kolokatif,
tambahan yang dikenakan pada sebuah makna
makna reflektif, makna stilistik, makna afektif,
konseptual.
dan makna interpretatif.
Seperti, kata kursi, kursi bukan lagi
Makna
asositif
dibagi
menjadi
Makna Kolokatif
tempat duduk, melaikan suatu jabatan atau
Makna kolokatif lebih berhubungan
kedudukan yang ditempati oleh seseorang.
dengan penempatan makna dalam frase sebuah
Kursi
diartikan
mengandung
sebagai
makna
lugas
tempat
duduk
bahasa. Kata kaya dan miskin terbatas pada
atau
makna
kelompok farase. Makna kolokatif adalah
denotatif. Kursi yang diartikan suatu jabatan ISSN 2338-0306
makna
kata
yang
ditentukan
Volume II Nomor 2 Juli–Desember 2014 | 22
oleh
Syahriandi, Makna dan Nilai Simbol-Simbol…
penggunaannya dalam kalimat. Kata yang
Tema merupakan ide pokok atau permasalahan
bermakna kolokatif memiliki makna yang
utama yang mendasari jalan cerita novel.
sebenarnya.
b. Setting Setting merupakan latar belakang yang
Makna Reflektif Makna reflektif adalah makna yang
membantu kejelasan jalan cerita, setting ini
mengandung satu makna konseptual dengan
meliputi waktu, tempat, social budaya.
konseptual yang lain, dan cenderung kepada
c. Sudut Pandang
sesuatu
yang
bersifat
sacral,
suci/tabu
Sudut pandang dibagi menjadi tiga,
terlarang, kurang sopan, atau haram serta
yaitu (1) pengarang menggunakan sudut
diperoleh berdasarkan pengalaman pribadi
pandang orang pertama, mengisahkan apa
atau pengalaman sejarah.
yang
Makna Stilistika
mengugkapkan perasaannya sendiri dengan
Makna stilistika adalah makna kata
terjadi
kata-katanya
dengan
sendiri,
dirinya
(2)
dan
pengarang
yang digunakan berdasarkan keadaan atau
mengunakan sudut pandang tokoh bawahan, ia
situasi dan lingkungan masyarakat pemakai
lebih banyak mengamati dari luar daripada
bahasa itu. Sedangkan bahasa itu sendiri
terlihat di dalam cerita pengarang biasanya
merupakan salah satu cirri pembeda utama dari
menggunakan kata ganti orang ketiga, dan (3)
mahluk lain didunia ini. Mengenai bahasa
pengarang
secara
berbicara
impersonal, ia sama sekali berdiri di luar
mempelajari kosa kata yang terdapat dalam
cerita, ia serba melihat, serba mendengar,
bahasa yang digunakan pada eaktu komunikasi
serba tahu. Ia melihat sampai ke dalam pikiran
itu.
tokoh dan mampu mengisahkan rahasia batin
Makna Afektif
yang paling dalam dari tokoh.
tidak
langsung
akan
Makna ini biasanya dipakai oleh pembicara
berdasarkan
perasaan
menggunakan
sudut
pandang
d. Alur / Plot
yang
Alur / plot merupakan rangkaian
digunakan dalam berbahasa.
peristiwa
Makna Interpretatif
menjadi 2 bagian, yaitu alur maju (progresif)
Makna interpretatif adalah makna
yaitu
dalam
apabila
novel.
Alur
peristwa
bergerak
bertahap
tanggapan dari pembaca atau pendengar,
menuju alur cerita. Sedangkan alur mundur
menulis
(flash back progresif) yaitu terjadi ada
berbicara,
membaca
atau
urutan
secara
yang berhubungan dengan penafsiran dan
atau
berdasarkan
dibedakan
kronologis
mendengarkan (parera,1991:72).
kaitannya dengan peristiwa yang sedang
Unsur-Unsur Novel
berlangsung.
Unsur Intrinsik
e. Penokohan
a. Tema
Penokohan menggambarkan karakter untuk
ISSN 2338-0306
pelaku.
Pelaku
bisa
diketahu
Volume II Nomor 2 Juli–Desember 2014 | 23
Syahriandi, Makna dan Nilai Simbol-Simbol…
karakternya dari cara bertindak, ciri fisik,
mendapatkan
lingkungan tempat tinggal.
percaya akan dirinya sendiri.
f. Gaya Bahasa
e. Nilai Koleksi
Merupakan gaya yang dominant dalam sebuah yang
Unsur Ekstinsik
membelinya
penciptaan, sejarah, biografi pengarang, dan
yang
tangguh
Novel yang bisa dibaca berkali-kali
novel.
Unsur ini meliputi latar belakang
kepribadian
berakibat
bahwa
orang
harus
sendiri,
menyimpan
dan
juga
memberikan
dan
diabadikan. f. Nilai Kultural
lain-lain, di luar unsur intrinsik. Unsur-unsur
Novel
yang ada di luar tubuh karya sastra. Perhatian
melestarikan
budaya
dan
terhadap unsure-unsur ini akan membantu
masyarakat,
sehingga
keakuratan penafsiran isi suatu karya sastra.
mengetahui
kebudayaan
Nilai-nilai yang Terkandung dalam Novel
daerah.
Sastra
METODE PENELITIAN
a.Nilai Sosial
Pendekatan Penelitian
peradaban
pembaca
dapat
masyarakat
lain
Nilai sosial ini akan membuat orang
Pendekatan yang digunakan dalam
lebih tahu dan memahami kehidupan manusia
penelitian ini adalah pendekatan kualitatif.
lain.
Pendekatan kualitatif merupakan pendekatan
b. Nilai Ethik
yang bertujuan untuk memahami fenomena
Novel
yang
untuk
yang dialami oleh subjek penelitian, misalnya
penyempurnaan diri yaitu novel yang isinya
perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan
dapat memausiakan para pembacanya, Novel-
lain-lain secara holistik (Moleong, 2008:6).
novel demikian yang dicari dan dihargai oleh
Kemudian, Endraswara (2008:5) menjelaskan
para pembaca yang selalu ingin belajar sesuatu
bahwa dalam kajian sastra ada lima ciri
dari
penelitian
seorang
baik
dibaca
pengarang
untuk
kualitatif,
peneliti
merupakan
c. Nilai Hedorik
membaca secara cermat sebuah karya sastra, hedonik
ini
yang
kunci
(1)
menyempurnakan dirinya sebagai manusia.
Nilai
instrumen
yaitu
yang
akan
bisa
(2) penelitian dilakukan secara deskriptif.
memberikan kesenangan kepada pembacanya
Artinya, terurai dalam bentuk kata-kata atau
sehingga pembaca ikut terbawa ke dalam
gambar yang diperlukan, bukan berbentuk
cerita novel yang diberikan
angka, (3) penelitian lebih mengutamakan
d. Nilai Spirit
proses daripada hasil karena karya sastra
Nilai sastra yang mempunyai nilai
merupakan
fenomena
yang
banyak
spirit isinya dapat menantang sikap hidup dan
mengandung penafsiran, (4) analisis secara
kepercayaan pembacanya. Sehingga pembaca
induktif, dan (5) makna merupakan andalan utama.
ISSN 2338-0306
Volume II Nomor 2 Juli–Desember 2014 | 24
Syahriandi, Makna dan Nilai Simbol-Simbol…
Teknik Pengumpulan dan Penganalisisan
dalamnya karena nama merupakan sebuah doa.
Data
Makanya, Teknik
pengumpulan
data
yang
masyarakat
sebelum Aceh
memberikan pada
nama,
umumnya
akan
digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
menanyakan dahulu kepada teungku nama apa
dokumenter. Teknik ini digunakan dengan
yang cocok diberikan kepada sang anak. Hal
mengumpulkan data dari sumber yang telah
tersebut terlihat dalam kutipan berikut ini.
ada atau dokumen yang telah tersedia. Setelah data terkumpul, data tersebut dianalisis dengan
Tujuh hari setelah aku lahir, ibuku
menggunakan teknik pembacaan heuristik dan
menamakanku ‘Irfan’, artinya sebuah
hermeneutik.
pengetahuan. (halaman 1)
HASIL DAN PEMBAHASAN Cerita dalam novel Teuntra Atom ini merupakan cerita pada era konflik 1999-2002
Selanjutnya,
simbol
yang
lain
di seputar Lhokseumawe. Novel Teuntra
berhubungan dengan adat dalam masyarakat
Atom, karya Thayeb Loh Angen, dapat
Aceh. Adat-adat yang berlaku di Aceh harus
dikatakan sebagai kisah nyata yang diangkat
yang tidak bertentangan dengan agama Islam.
dari dunia konflik Aceh. Jika dicermati,
Apabila ada yang berlainan dengan ajaran
banyak hal yang menarik dalam tulisan sastra
agama, dapat dikatakan syirik. Oleh karena itu,
ini. Salah satunya, sisi kemanusiaan seorang
semua kegiatan-kegiatan dalam adat di Aceh
kombatan yang dimunculkan sebagai tokoh
selalu berisi doa-doa atau pujian kepada Allah.
utama oleh si penulis.
Salah satu contoh adat yang dilaksanakan
Selain munculnya segi kemanusiaan seorang pejuang, novel Teuntra Atom juga
dalam masyarakat Aceh adalah pada kutipan berikut ini.
menampilkan berbagai simbol-simbol yang
Tubuhku berlumuran darah ibuku,
mencerminkan
kedaerahan
cerita.
meronta-ronta. Bidan tua mengurut-
Simbol-simbol
tersebut
simbol
urut
latar berupa
perut
ibuku,
tali
pusarku
hubungan manusia dengan Tuhan, manusia
dipotong. Ayahku menanam ariku di
dengan alam, manusia dengan manusia, dan
bawah tangga sesuai dengan adat
manusia dengan dirinya sendiri.
orang daerah kami, namun tidak
Hubungan yang terjadi antara manusia
kusidik mengapa.
dengan Tuhan berupa pemberian nama yang sesuai dengan nilai-nilai keagamaan, adat
(halaman 1) Simbol yang terakhir menggambarkan
dalam memotong tali pusar, dan larangan
larangan
melakukan
kegiatan
berhubungan dengan makhluk ghaib. Dalam
berhubungan dengan makhluk ghaib. Larangan
hal pemberian nama, masyarakat Aceh selalu
tersebut terlihat dalam kutipan berikut ini.
memperhatikan makna yang terkandung di ISSN 2338-0306
Volume II Nomor 2 Juli–Desember 2014 | 25
yang
Syahriandi, Makna dan Nilai Simbol-Simbol…
Sulaiman
seorang
pemain
rapa-i
Saat
itu
aku
mengelepar-gelepar,
handal. Ia memiliki sebuah rapa-i uke
berenang kosong atas plastik putih
yang dipercaya berkekuatan magis.
yang terhampar di sebuah balai-balai
Balong, kayu penyangga kulit rapa-i,
papan,
memiliki ruh penghuni gaib rimba.
rumbia di ujung selatan Paloh Dayah.
rumah
panggung
Namun pada suatu malam, “bermain
beratap
(halaman 1)
rapa-i itu haram,” kata Tgk. Syeh sambil menatap Sulaiman. Kata-kata
Rumah panggung merupakan rumah
itu begitu dalam dan begitu kuat
khas masyarakat Aceh. Rumah panggung
menembus alam bawah sadar suami
(rumoh Aceh) bukan sekedar tempat hunian,
Zibaidah.
melainkan (halaman 9)
ekspresia
keyakinan
terhadap
Tuhan dan adaptasi terhadap alam. Melalui rumah panggung, kita dapat melihat budaya,
Pada kutipan itu terlihat Tgk. Syeh
pola hidup dan nilai-nilai yang diyakini oleh
melarang Sulaiman agar tidak bermain rapa-i
masyarakat Aceh. Adaptasi masyarakat Aceh
uke karena si Syeh menganggap rapa-i uke
terhadap lingkungannya dapat dilihat dari
tersebut berhubungan dengan dunia ghaib.
bentuk rumah yang berbentuk panggung, tiang
Karena itu perintah Tgk. Syeh, si Sulaiman
penyangganya yang terbuat dari kayu pilihan,
tidak mampu untuk tidak mengikutinya. Si
dindingnya dari papan, dan atapnya dari
Sulaiman
rumbia. Pemanfaatan alam juga dapat dilihat
harus
rela
meninggalkan
kebiasannya bermain rapa-i. Dalam
masyarakat
ketika mereka hendak menggabungkan bagianAceh
dikenal
bagian rumah, mereka tidak menggunakan
istilah takzem ke tengku. Istilah ini bermakna
paku, tetapi menggunakan pasak atau tali
bahwa apa-apa yang dikatakan oleh tengku
pengikat rotan. Walaupun hanya terbuat dari
itulah yang benar. Tidak ada yang berani
kayu, bertap rumbia, dan tidak menggunakan
membantah karena tengku merupakan seorang
paku, rumah panggung ini dapat bertahan
yang ahli dalam bidang keagamaan. Tidak ada
hingga 200 tahun (Dunia Melayu Sedunia,
seorang pun yang berani bermain-main dengan
2007:1).
agama. Kemudian, makna dari simbol-simbol
Tanaman pagar kuning sebelah timur
sebagai hubungan manusia dengan alam
halaman digunting berbentuk bebek
berupa rumah panggung, bonsai tanaman,
angsa.
gambar hewan dan tumbuhan, dan aroma bunga.
Berikut
ini
kutipan
menggambarkan hubungan tersebut.
(halaman 155)
yang Pada
kutipan
di
atas
tergambar
keindahan halaman. Keindahan itu terlihat dari ISSN 2338-0306
Volume II Nomor 2 Juli–Desember 2014 | 26
Syahriandi, Makna dan Nilai Simbol-Simbol…
tanaman-tanaman yang dihias menyerupai hewan (bebek angsa).
Selanjutnya, keharmonisan manusia dengan alam juga tergambar dari aroma-aroma
“Kau Elli?” Kukerutkan dahi lebarku,
wewangian yang menggunakan aroma alam
menatap lebih dekat gadis bercadar
(bunga) seperti yang terlihat pada kutipan di
hitam yang membelakangi dinding
atas.
bergambar sepasang bebek kuning.
wangian yang harum sering diambil sebagai
(halaman 331)
Bunga-bunga
kuduga!”
tersenyum, bergambar
Elli
menghadap sepasang
menghasilkan
pengharum, baik pengharum tubuh maupun pengharum
“Sudah
yang
ruangan.
Bahkan,
di
dalam
berdiri,
masyarakan aceh sendiri terdapat beberapa
dinding
banga yang selalu dipakai dalam berbagai
burung
onta
memandang sebutir telurnya.
kegiatan, seperti acara pemakaman. Hubungan antara manusia dengan
(halaman 331)
manusia yang berupa simbol tercermin dari sikap kesopanan manusia dalam menjaga
..., kumatikan bara sialan lingkaran
pandangan,
hijau dekat pantatku itu, kututup
berpagar seng...”. Kemudian, simbol pintu
hidungku dengan ujung selimut batik
berwarna
Jawa bermotif daun palem.
ketangguhan dalam masyarakat. Terakhir,
(halaman 193)
yaitu
kuning
pada
kutipan
menyiratkan
“Sumur
makna
gambar naga ini mencerminkan bahwa dahulu masyarakat kita memiliki kerukunan dengan
Selain tanaman yang dihias, terlihat juga
gambar-gambar
berhubungan
Masalah warna kuning yang dikaitak
dengan alam seperti yang terlihat pada kutipan
dengan ketangguhan berdasarkan nilai-nilai
di atas. Gambar sepasang bebek dan sepasang
yang terdapat dalam kasab (layar dalam adat
burung onta memandang sebutir telurnya
Aceh). Kasab tersebut terdiri atas 4 warna
mengambarkan
tersebut
khusus, seperti pada tiree atau tirai yang
menyayangi hewan. Begitu juga dengan motif
membentang beludu polos secara vertikal
daun
juga
antara warna kuning, merah, hujau dan hitam.
menggambarkan keharmonisan antara manusia
Keempat warna tersebut mewakili status sosial
dan tumbuhan.
masyarakat tradisional Aceh mulai dari kuning
palem,
...,
yang
bangsa-bangsa lain, terutama bangsa Cina.
bahwa
motif
manusia
tersebut
menggoyang-goyangkan
buku
yang melambangkan raja, merah sebagai
mengetuk-ngetuk
hulubalang atau panglima, hijau sebagai
kaca rak buku tempat jemari kirinya
ulama, dan hitam sebagai rakyat jelata (Amien,
meremas-remas tissue beraroma bunga
2013:1).
bercover
merah,
tanjung.
Selanjutnya, (halaman 322)
ISSN 2338-0306
gambar
naga
menyimbolkan bahwa masyarakat Aceh sejak Volume II Nomor 2 Juli–Desember 2014 | 27
Syahriandi, Makna dan Nilai Simbol-Simbol…
dulu sudah menjalin kerukunan dengan bangsa
Memakai jilbab merupakan bentuk
lain. Naga merupakan lambang bangsa Cina.
menjaga aurat agar tidak terlihat oleh orang
Berarti, zaman dulu bangsa Cina sudah
lain. Sebagai masyarakat yang bersyariat
menjalin hubungan denga Aceh. Oleh sebab
(Aceh), jilbab adalah benda yang selalu
itu, tidak salah jika dalam sejarah ada yang
digunakan jika berpergian atau keluar rumah.
menyebutkan bahwa Laksamana Cheng Ho
Makanya, jika ada anak perempuan yang
pernah tiga kali singgah ke Aceh.
keluar rumah tampa memakai jilbab (menutup
Aida mendekati sumur berpagar seng,
orang),
ingin mencuci tangannya, dua anak
sebagai bukan masyarakat Aceh.
usia taman kanak-kanak.....
PENUTUP
(halaman 13)
masyarakat
sering
menyebutnya
Simpulan Hubungan yang terjadi antara manusia
Selesai berpidato, Sanusi kembali ke
dengan Tuhan berupa pemberian nama yang
rumah berpintu kuningnya.
sesuai dengan nilai-nilai keagamaan, adat
(halaman 146)
dalam memotong tali pusar, dan larangan berhubungan dengan makhluk ghaib. Makna
“Mana timbanya?” aku mencari-cari,
dari simbol-simbol sebagai hubungan manusia
menusuri tembok bergambar naga
dengan alam berupa rumah panggung, bonsai
yang sedang tidur sepanjang dua puluh
tanaman, gambar hewan dan tumbuhan, dan
meter.
aroma bunga. Hubungan antara manusia (halaman 205)
dengan manusia yang berupa simbol tercermin dari sikap kesopanan manusia dalam menjaga
Pada novel ini juga terdapat sebuah
pandangan. Kemudian, simbol pintu berwarna
simbol yang mencerminkan hubungan manusia
kuning
dengan
berupa
dalam masyarakat. Terakhir, gambar naga ini
menjaga diri agar selalu menjalankan perintah
mencerminkan bahwa dahulu masyarakat kita
Agama, yaitu menutup aurat. Gambaran
memiliki kerukunan dengan bangsa-bangsa
menutup aurat itu terlihat dalam kutipan
lain, terutama bangsa Cina. Simbol yang
berikut ini.
mencerminkan hubungan manusia dengan
dirinya.
Simbol
tersebut
menyiratkan
makna
ketangguhan
“Abang, namamu Irfan ya?” Gadis
dirinya berupa menjaga diri agar selalu
langsing depanku itu mengerutkan
menjalankan perintah agama, yaitu menutup
dahi,
aurat.
memiringkan
kepala
jilbab
hijaunya.
Saran (halaman 32)
1) Bagi peneliti yang akan meneliti nilai budaya
ISSN 2338-0306
hendaknya
menggunakan
Volume II Nomor 2 Juli–Desember 2014 | 28
Syahriandi, Makna dan Nilai Simbol-Simbol…
metode
dan
pendekatan
yang
digunakan dalam penelitian ini. 2) Karya ilmiah ini diharapkan menjadi bahan masukan bagi peneliti lain yang akan mengkaji/meneliti nilai budaya dalam karya sastra.
ISSN 2338-0306
Volume II Nomor 2 Juli–Desember 2014 | 29
Syahriandi, Makna dan Nilai Simbol-Simbol…
DAFTAR PUSTAKA Amien, Rahmat. 2013. Khasab Sulaman Khas Aceh. Online. Diakses tanggal 5 Mei 2013 Damono, Sapardi Djoko. 1979. Sosiologi Pusat Pembinaan dan
Sastra: Sebuah Pengantar Ringkas.
Pengembangan Bahasa Departemen
Dunia Melayu Sedunia. 2007. Rumoh
http://rahmatscorner.blogspot.com.
Jakarta:
Pendidikan dan Kebudayaan.
Aceh. http://melayuonline.com. Diakses tanggal 5 Mei 2013
Endraswara, Suwardi. 2003. Membaca, Menulis, Mengajarkan Sastra. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.
FBS
Harun, Mohd. 2009. Memahami Orang Aceh. Bandung: Citapustaka. Kridalaksana. 1993. Kamus Linguistik. Jakarta: PT Gramedia. Maskurun, 1984. Bahasa dan Sastra
Indonesia. Jakarta Yudistira.
Newton, KM. 1990. Menafsirkan Teks: Pengantar Kritis Mengenai Teori Penafsiran Sastra. Singapore: Harvester Wheatsheaf. Nurgiyantoro, Burhan. 1998. Teori Press.
dan
Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada
Parera. 1991. Sintaksis. Jakarta. Garamadia
Utama.
Rosyidi, M. Ikhwan dkk.. 2010. Analisis
Teks Sastra. Yogjakarta: Graha Ilmu.
Praktek
University
Semi, M. Atar. 1993. Metode Penelitian Sastra. Bandung: Angkasa. Siswantoro. 2005. Metode Penelitian University Press.
Sastra: Analisis Psikologis.
Surakarta: Muhammadiyah
Waluyo, Herman J. 1994. Pengkajian
Cerita Fiksi. Surakarta: Sebelas Maret University Press.
Setiadi, Elly. M. 2006..Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Jakarta: Kencana. Suyitno. 1986. Sastra, Tata Nilai, dan
Eksegesis. Yogyakarta: Anindita.
Tjiptadi, Bambang.1984.Tata Bahasa Indonesia. Cetakan II. Jakarta: Yudistira
ISSN 2338-0306
Volume II Nomor 2 Juli–Desember 2014 | 30