MAKNA CANTIK BAGI REMAJA PEREMPUAN: KAJIAN PSIKOLOGI TERHADAP TOKOH MARISSA DI DALAM NOVEL CANTIK KARYA VANNY CHRISMA W Oleh: Istiqamah Nur Inayah NIM: A2A009016 INTISARI Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan makna cantik bagi tokoh utama maupun konsep cantik menurut orang-orang ataupun komunitas di sekitar tokoh utama. Selain itu juga mengungkapkan kondisi psikologis tokoh utama yaitu Marissa. Penulis menggunakan analisis struktur untuk membantu mendeskripsikan aspek struktur (tokoh, alur/plot, latar/setting) yang membangun totalitas novel dan untuk mempermudah di dalam analisis selanjutnya. Hasil dari analisis struktur terhadap novel Cantik adalah terdapat satu tokoh utama dan beberapa tokoh tambahan. Beberapa tokoh tambahan tersebut mempunyai pengaruh yang cukup signifikan terhadap kehidupan tokoh utama. Selain itu novel Cantik menggunakan rangkaian alur yang terdiri dari lima tahapan yaitu tahap penyituasian, tahap pemunculan konflik, tahap peningkatan konflik, tahap klimaks, dan tahap penyelesaian. Sedangkan untuk latar terdiri atas latar waktu dan latar sosial. Hasil dari analisis, Marissa terjebak di dalam konsep cantik menurut keluarga, teman-teman atau komunitasnya. Marissa dianggap tidak sehat karena tubuh terlalu kurus, tidak bisa mengikuti mode, tidak bisa merawat diri, berpenampilan cantik. Marissa juga tidak bisa bersosialisasi dengan baik. Dalam analisis psikologi sastra secara garis besar adalah Marissa mengalami gangguan psikologi yang tergolong ke dalam psikologi abnormal berupa fobia sosial, gangguan mood dan bunuh diri, serta gangguan makan (eating disorder). Marissa juga terkena gangguan makan berupa anoreksia. Hal-hal atau peristiwa tidak menyenangkan dalam kehidupan Marissa juga turut berkontribusi atas gangguan psikologi yang dialami Marissa. Setelah berbagai peristiwa yang dialami Marissa termasuk gangguan kesehatan maupun psikologisnya serta percobaannya untuk bunuh diri, pada akhirnya menyadarkannya juga orang-orang di sekitarnya bahwa cantik tidak hanya dinilai dari wajah, fisik, cara bermake-up, berpakaian. Akan tetapi ada yang lebih penting dari itu yaitu kecantikan hati, dengan kecantikan hati maka aura kebaikan juga akan muncul. Marissa akan sembuh dengan cinta, kasih yang tulus dari orang-orang di sekitarnya dan menerimanya apa adanya. Kata kunci: novel, psikologi sastra, psikologi abnormal, fobia sosial, eating disorder, anoreksia nervosa, makna cantik.
2
A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Karya sastra sebagai hasil cipta manusia selain memberikan hiburan juga sarat dengan nilai, baik nilai keindahan maupun nilai-nilai ajaran hidup. Orang dapat mengetahui nilai-nilai hidup, susunan adat istiadat, suatu keyakinan, dan pandangan hidup orang lain atau masyarakat lain melalui karya sastra. Karya sastra lahir karena adanya keinginan pengarang untuk mengungkapkan eksistensinya sebagai manusia yang memiliki gagasan dan pesan tertentu yang diilhami oleh imajinasi dan realitas sosial budaya pengarang serta menggunakan media bahasa sebagai media penyampaiannya (Aminuddin, 1990:57). Kriteria utama yang dikenalkan pada karya sastra adalah “kebenaran” penggambaran atau apa saja yang ingin digambarkan pengarang ke dalam karyanya. Melalui penggambaran tersebut pembaca dapat menangkap gambaran seorang pengarang mengenai dunia sekitarnya, apakah itu sudah sesuai dengan hati nuraninya atau belum (Pradopo, 2002:26). Sastra yang ditulis oleh pengarang pada suatu kurun waktu tertentu pada umumnya berkaitan dengan norma-norma dan adat istiadat zaman itu (Luxemburg melalui Sangidu, 2004:41). Sastra yang baik tidak hanya merekam kenyataan yang ada dalam masyarakat seperti sebuah tustel foto, tetapi merekam dan melukiskan kenyataan secara keseluruhan. Sebagai sebuah dunia miniatur, karya sastra berfungsi untuk menginvestasikan sejumlah besar kejadian-kejadian yang telah dikerangkakan dalam pola-pola kreativitas dan imajinasi. Sebagai sebuah karya imajiner, fiksi menawarkan berbagai permasalahan manusia dan kemanusiaan, hidup dan kehidupan. Pengarang menghayati berbagai permasalahan tersebut dengan penuh kesungguhan yang kemudian diungkapkan kembali melalui sarana fiksi sesuai dengan pandangannya. Fiksi merupakan hasil dialog, kontemplasi dan reaksi orang terhadap lingkungan dan kehidupan. Fiksi merupakan karya imajinatif yang dilandasi kesadaran dan tanggungjawab dari segi kreativitas sebagai karya seni (Nurgiyantoro, 2005:2-3). Karya sastra adalah hasil suatu kegiatan kreatif sebuah penciptaan karya seni. Sastra merupakan segala sesuatu yang ditulis dan tercetak. Selain itu, karya sastra juga merupakan karya imajinatif yang dipandang lebih luas pengertiannya daripada karya fiksi (Wellek dan Warren, 1995:3-4). Sebagai hasil imajinasi, sastra berfungsi sebagai hiburan yang menyenangkan, juga dapat menambah pengalaman batin bagi para pembacanya. Membicarakan sastra yang memiliki sifat imajinatif, berarti berhadapan dengan tiga jenis (genre) sastra, yaitu prosa, puisi, dan drama. Salah satu jenis prosa adalah novel. Novel sebagai cerita tentang suatu pencarian yang tergradasi akan nilai-nilai yang otentik adalah nilai-nilai yang mengorganisasikan dunia novel secara keseluruhan meskipun hanya secara implisit tidak eksplisit (Goldman melalui Faruk, 1994:79). Novel sebagai salah satu produk sastra memegang peranan penting dalam memberikan pandangan untuk menyikapi hidup secara artistik imajinatif. Hal ini dimungkinkan karena persoalan yang dibicarakan dalam novel adalah persoalan tentang manusia dan kemanusiaan. Novel Cantik merupakan salah satu karya Vanny Chrisma W yang diterbitkan pada tahun 2009. Fani Krismawati atau Vanny Chrisma W merupakan novelis yang lahir pada tanggal 4 Desember 1983 di Sidoarjo, Jawa Timur. Anak
3
keempat dari lima bersaudara ini pernah kuliah di STIE Perbanas, Surabaya. Hobinya adalah membaca buku apa saja yang bisa menambah ilmu. Selain membaca, ia sangat menyukai dunia tulis menulis. Novelnya yang sudah terbit adalah Déjà Vu (Sheila), Wo Ai Ni Allah (DIVA Press, 2008), Madah Cinta Shalihah (DIVA Press, 2008), Hati Jasmine (DIVA Press, 2008), Maimunah (DIVA Press, 2009), Cantik (DIVA Press, 2009), dan Menjadi Tua dan Tersisih (DIVA Press, 2009), (http://biopenulis.wordpress.com/2010/06/01/vannychrisma-w/ diunduh pada hari Selasa tanggal 19 Februari 2013 pukul 12.35 WIB) Novel Cantik karya Vanny memuat aspek psikologis, sebagai pengungkapan atau ekspresi jiwa dalam menjalani realita kehidupan sebagai perempuan yang digambarkan melalui tokoh utamanya. Novel ini menceritakan tentang pandangan cantik menurut tokoh utama dan orang-orang di sekitar tokoh utama. Konsep cantik itu sendiri sudah ada takaran, ukuran tersendiri di dalam suatu komunitas, golongan, masyarakat, bahkan negara tertentu. Akan tetapi karena suatu konsep cantik itu pula lah yang pada akhirnya mengubah kehidupan tokoh utama. Tokoh utama perempuan yang masih remaja dan berada di masa transisi dari sekolah menengah menuju bangku kuliah kurang beradaptasi dengan baik. Perempuan yang menjadi tertekan bahkan terganggu secara psikologis yang diawali dari pandangan orang-orang di sekitarnya terhadap tubuh kurus dan penampilannya. Selain itu, diceritakan pula tentang perempuan dengan berbagai permasalahan kehidupan yang rumit bahkan sampai menyebabkan gangguan kejiwaan, disusun ke dalam tulisan dan bahasa sederhana, ringan, sehingga menarik pembaca terlebih kaum perempuan untuk membaca sampai endingnya. Masalah percintaan seperti patah hati, pergaulan dan lingkungan sosialnya juga turut diceritakan dengan cukup unik di dalam novel Cantik. Novel ini mengetengahkan beberapa konflik yang ada dalam kehidupan bermasyarakat. Sebagai contoh seorang perempuan yang mempunyai permasalahan dengan kondisi fisik, sulit untuk bergaul karena teman-teman dan orang-orang di lingkungannya selalu meremehkannya. Permasalahan yang dialami tokoh utama, kejiwaan tokoh utama menjadi salah satu bagian yang paling menonjol, menarik untuk dianalisis atau ditelaah. Lingkungan di sekitar kehidupan tokoh utama juga turut mempengaruhi kondisi kejiwaan dan akhirnya menjadi salah satu faktor pendorong bagi penulis untuk mengalisis lebih dalam dengan ilmu bantu psikologi. Ilmu psikologi dipakai sebagai alat untuk menganalisis kondisi kejiwaan terutama tokoh utama. Faktor pendorong lainnya karena menurut pengamatan penulis di sejumlah media, baik pustaka maupun internet belum pernah menemukan kajian atau analisis tentang novel Cantik ini sehingga memacu penulis untuk terus melanjutkan penelitian dengan ilmu bantu psikologi. 2. Rumusan Masalah Rumusan masalah sangat diperlukan dalam suatu penelitian, agar penelitian tidak menyimpang dan bisa disusun secara sistematis. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini dapat dipaparkan, yaitu: a. makna dan dampak psikologis kecantikan bagi tokoh perempuan; b. kepribadian tokoh utama dalam novel Cantik ditinjau dari aspek psikologi.
4
B. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Berdasarkan uraian latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah pertama mengungkapkan makna dan dampak psikologis cantik bagi tokoh perempuan. Di samping itu, tujuan lain penelitian ini adalah mengungkapkan kepribadian tokoh utama novel Cantik ditinjau dari aspek psikologi. 2. Manfaat Penelitian Secara umum sebuah penelitian harus dapat memberikan suatu manfaat, baik manfaat teoretis maupun praktis. Adapun manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah manfaat teoretis dan manfaat praktis, yaitu: a. Manfaat Teoretis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khazanah ilmu pengetahuan di bidang sastra dan penelitian, khususnya psikologi sastra. Juga memberikan fungsi nyata kepada masyarakat pembaca bahwa karya sastra itu menyenangkan, berguna (dulce et utile) dan menarik yang bisa dilihat dari berbagai perspektif. b. Manfaat Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan rujukan penelitian lain yang sejenis khususnya yang berkaitan dengan psikologi sastra. Selain itu, hasil penelitian ini juga bermanfaat untuk memperkaya referensi tentang telaah sastra Indonesia, khususnya novel. C. Metode Penelitian Metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode sosiologi sastra sebagai metode utama dan metode struktural sebagai penunjang. Metode struktural dan pendekatan sosiologi digunakan karena karya sastra tidak terlepas dari pengarang, latar belakangnya, lingkungan, dan kondisi sosial pada saat karya tersebut ditulis. Sosiologi karya sastra mempelajari isi karya sastra, tujuan serta hal-hal lain yang tersirat dalam karya sastra berkaitan dengan masalah-masalah sosial. Pendekatan sosiologi sastra yang paling banyak dimanfaatkan selama ini adalah kaitannya dengan fungsi sebagai aspek dokumenter sastra. Landasannya adalah gagasan bahwa karya sastra merupakan cermin zamannya. Pandangan ini beranggapan bahwa sastra merupakan cermin langsung dari berbagai segi struktur sosial, hubungan kekeluargaan, pertentangan kelas, dan lain-lain. Dalam hal ini, tugas sosiologi sastra adalah menghubungkan pengalaman tokoh-tokoh khayali dan situasi-situasi ciptaan pengarang itu dengan keadaan sejarah yang merupakan asal usulnya. Tema dan gaya yang ada dalam karya sastra yang bersifat pribadi itu, harus diubah menjadi hal-hal yang sosial sifatnya. Adapun prinsip metode struktural adalah metode yang digunakan untuk membongkar dan memaparkan secermat, sedetail, semendalam mungkin keterkaitan dan keterjalinan semua anasis dan aspek karya sastra yang bersamasama menghasilkan makna menyeluruh (Teeuw, 1984:135). Metode struktural ini akan penulis gunakan sebagai pijakan untuk mengukuhkan analisis psikologi terhadap objek material, yakni novel Cantik. Hal ini sejalan dengan pendapat
5
Teeuw yang mengungkapkan bahwa analisis struktur memang suatu langkah, suatu sarana atau alat dalam proses pemberian makna dan dalam usaha ilmiah untuk memahami proses itu sesempurna mungkin, langkah itu tidak boleh dimutlakkan, tetapi tidak boleh pula ditiadakan atau dilampaui (Teeuw, 1984:154). D. Tinjauan Pustaka Novel Cantik mengisahkan seorang perempuan muda (Marissa) berpenampilan tidak menarik karena tidak bisa merawat diri, mempunyai berat badan yang sangat kurang. Selalu mendapat tekanan dari keluarga termasuk ibunya untuk bisa mengubah pola makan dan mengubah penampilannya agar kecantikannya bisa terpancar. Perlakuan-perlakuan tidak menyenangkan bahkan menyakitkan dari kakak perempuan, teman-teman kampus, dan sebagainya membuatnya stres dan semakin terpuruk. Rasa sakit karena patah hati juga menambah keterpurukan Marissa. Semakin hari perlakuan tidak menyenangkan terhadap Marissa semakin parah, sehingga membuat kondisi kesehatan juga kejiwaannya terganggu. Marissa ingin berubah, ingin berpenampilan menarik, cantik, ingin mendapatkan pengakuan dari kakak perempuannya, juga teman-temannya. Namun sayang, keputusannya untuk berubah menjadi wanita berpenampilan ideal, cantik, dilakukan dengan cara yang salah sehingga berdampak fatal bagi kesehatannya. Selain mengalami gangguan psikologi berupa gangguan kecemasan (fobia sosial), gangguan mood (depresi mayor), Marissa juga terkena anoreksia nervosa dan melakukan percobaan bunuh diri. Berdasarkan pengamatan penulis dan katalog skripsi mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya Undip diketahui bahwa novel Cantik karya Vanny Chrisma W belum pernah menjadi bahan penelitian, pengamatan di media internet pun juga belum diketemukan. Berdasarkan katalog skripsi Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya Undip beberapa mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia Undip pernah melakukan penelitian atau kajian terhadap aspek psikologi, aspek kepribadian, ataupun aspek kejiwaan tokoh dalam sebuah novel. Adapun hasil penelitian di antaranya yang pertama, oleh Agus Santoso dalam skripsi yang berjudul “Analisis Struktur dan Psikologi Tokoh Utama dalam Novel Tarian Bumi Karya Oka Rusmini” (2008) yang membahas kepribadian tokoh utama menggunakan teori Carl Gustav Jung. Agus Santoso menyimpulkan tipe kepribadian antara tokoh satu dengan tokoh lain dalam novel Tarian Bumi ternyata berbeda-beda. Perbedaan tipe kepribadian ini menyebabkan terjadinya kompromi, persinggungan, bahkan konflik antara tokoh satu dengan tokoh lain. Kedua, oleh Ajeng Purborini dalam skripsi yang berjudul “Konflik Batin Tokoh Dini dalam Novel Sebuah Lorong di Kotaku Karya NH. Dini Sebuah Tinjauan Psikologi Sastra” (2012) yang bertujuan untuk mengungkapkan srtuktur novel, dan mengungkapkan masalah psikologi yang dialami tokoh utama. Ajeng Purborini menggunakan metode/pendekatan psikologi sastra untuk mengetahui aspek-aspek psikologi yang ada di dalamnya, yaitu masalah konflik batin. Ketiga, oleh Ayu Wulandari dalam skripsi yang berjudul “Kondisi Kejiwaan Tokoh Utama Novel Perahu Kertas Karya Dewi Lestari: Sebuah Tinjauan Psikologi Sastra” (2012) yang membahas kondisi kejiwaan tokoh utama dalam alur novel Perahu Kertas, yakni Kugy. Ayu Wulandari menggunakan
6
metode struktur untuk mendeskripsikan aspek struktur (tokoh, latar, alur, dan konflik) yang membangun totalitas novel. Ayu juga menggunakan metode psikologi sastra sebagai landasan berpijak dalam melakukan analisis terhadap karakter tokoh. Tujuannya adalah mengungkapkan kondisi kejiwaan pada tokoh utama dalam alur novel Perahu Kertas, yakni Kugy. Keempat, oleh Ulvadisa Santora dalam skripsi yang berjudul “Perjuangan Hidup dan Kemandirian Tokoh Utama dalam Novel Padang Bulan Karya Andrea Hirata: Sebuah Tinjauan Psikologi” (2012) yang bertujuan untuk mengungkapkan struktur novel Padang Bulan dan mengungkapkan kepribadian tokoh utama serta perjuangan dalam mempertahankan hidup dan mewujudkan impian. Teori yang digunakan dalam penelitian yaitu teori struktural dan teori psikologi. Teori psikologi yang digunakan adalah teori kepribadian dalam Car Gustav Jung. Teori Car Gustav Jung dalam mengendalikan tingkah lakunya meliputi persona, animaanimus, shadow, dan self. E. Landasan Teori 1. Teori Struktural Cerita Rekaan (Novel) Menurut Noor, struktur adalah keseluruhan relasi antara berbagai unsur sebuah teks. Strukturalisme adalah ilmu dan kritik yang memusatkan perhatian pada relasi-relasi antarunsur (2009:76). Menurut pendapat Nurgiyantoro, analisis struktural karya sastra, dalam hal ini fiksi, dapat dilakukan dengan mengidentifikasi, mengkaji, dan mendeskripsikan fungsi dan hubungan antarunsur intrinsik fiksi yang bersangkutan. Mula-mula diidentifikasi dan dideskripsikan, misalnya, bagaimana keadaan peristiwa-peristiwa, plot, tokoh dan penokohan, latar, sudut pandang dan lain-lain. Selanjutnya dijelaskan fungsi masing-masing unsur itu dalam menunjang makna keseluruhannya, dan bagaimana hubungan antarunsur itu sehingga secara bersama membentuk sebuah totalitas-kemaknaan yang padu. Misalnya, bagaimana hubungan antara peristiwa yang satu dengan yang yang lain, kaitannya dengan pemplotan yang tidak selalu kronologis, kaitannya dengan tokoh, penokohan, latar, dan sebagainya (2005:37). Prinsip pendekatan struktural menurut Teeuw adalah untuk membongkar dan memaparkan secermat, sedetail, semendalam mungkin keterkaitan dan keterjalinan semua anasir dan aspek karya sastra yang bersama-sama menghasilkan makna menyeluruh (1984:135). Lebih lanjut Teeuw, mengungkapkan bahwa analisis struktur memang suatu langkah, suatu sarana atau alat dalam proses pemberian makna dan dalam usaha ilmiah untuk memahami proses itu sesempurna mungkin, langkah itu tidak boleh dimutlakan, tetapi tidak boleh pula ditiadakan atau dilampaui (1984:154) . Untuk mempermudah dalam penelitian, maka pertama dilakukan analisis struktural seperti meneliti unsur intrinsik novel ini. Selanjutnya analisis dengan menggunakan ilmu bantu psikologi. Pada subpokok bahasan tentang struktur novel, khususnya unsur intrinsik, penulis membatasi pada tokoh, alur/plot, dan latar/setting saja, dengan pertimbangan bahwa ketiga unsur tersebut paling mendominasi jika dihubungkan dengan penelitian selanjutnya, yaitu analisis psikologi tokoh utama.
7
a. Pengertian Tokoh Tokoh cerita (character), menurut Abrams dalam Nurgiyantoro adalah orang(orang) yang ditampilkan dalam suatu karya naratif, atau drama yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan apa yang dilakukan dalam tindakan (2005:165). Kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dalam kaitannya dengan dengan keseluruhan cerita, peranan tiap-tiap tokoh di dalam sebuah novel tentu tidak sama. Menurut Nurgiyantoro dilihat dari segi peranan atau tingkat pentingnya tokoh dalam sebuah cerita, ada tokoh yang tergolong penting dan diampilkan terus-menerus sehingga terasa mendominasi sebagian besar cerita, dan sebaliknya, ada tokoh(-tokoh) yang hanya dimunculkan sekali atau beberapa kali dalam cerita, dan itu pun mungkin dalam porsi penceritaan yang relatif pendek. Tokoh yang disebut pertama adalah tokoh utama cerita (central character, main character), sedangkan yang kedua adalah tokoh tambahan (peripheral character) (2005:176).. b. Pengertian Alur atau Plot Alur atau plot adalah cerita yang berisi urutan kejadian, namun tiap kejadian itu hanya dihubungkan secara sebab akibat, peristiwa yang satu disebabkan atau menyebabkan terjadinya peristiwa yang lain (Stanton dalam Nurgiyantoro, 2005:113). Masih menurut Nurgiyantoro, plot merupakan unsur fiksi yang penting, bahkan tidak sedikit orang menganggapnya sebagai yang terpenting di antara berbagai unsur fiksi yang lain. Tinjauan struktural terhadap karya fiksi pun sering lebih ditekankan pada pembicaraan plot, walau mungkin mempergunakan istilah lain (2005:110). Dalam buku Burhan Nurgiyantoro, dijelaskan bahwa tahapan alur dibagi menjadi lima bagian, yaitu: i. tahap penyituasian; ii. tahap pemunculan konflik; iii. tahap peningkatan konflik; iv. tahap klimaks; v. tahap penyelesaian. Menurut Nurgiyantoro, tahap penyituasian adalah tahap yang berisi pelukisan dan pengenalan situasi latar dan tokoh cerita. Tahap pemunculan konflik adalah tahap awal munculnya konflik melalui peristiwa-peristiwa yang diceritakan. Tahap peningkatan konflik adalah tahap pengembangan konflik, yang mana konflik yang telah muncul semakin berkembang. Tahap klimaks adalah tahap puncak yang mana konflik yang dialami tokoh sudah berada di titik puncak. Terakhir, tahap penyelesaian adalah tahap yang mana konflik yang sudah berada di titik puncak mengalami pengendoran, mendapat penyelesaian atau jalan keluar (2005:149150). c. Pengertian Latar atau Setting Menurut pendapat Abrams, latar atau setting disebut juga sebagai landasan tumpu, menyaran pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan (1981:175). Sedangkan menurut Stanton (1965) mengelompokkan latar bersama dengan tokoh dan plot, ke dalam fakta (cerita) sebab ketiga hal ini lah yang akan dihadapi, dan dapat diimajinasi oleh pembaca secara faktual jika membaca cerita fiksi. Atau, ketiga hal inilah
8
yang secara konkret dan langsung membentuk cerita: tokoh cerita adalah pelaku dan penderita kejadian-kejadian yang bersebab akibat, dan itu perlu pijakan, di mana dan kapan. Burhan Nurgiyantoro dalam bukunya yang berjudul Teori Pengkajian Fiksi, membedakan latar atas tiga unsur pokok, yaitu: i. latar tempat; ii. latar waktu; iii. latar sosial. Berdasarkan pendapat Nurgiyantoro, latar tempat menyaran pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Latar waktu berhubungan dengan masalah “kapan” terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Latar sosial menyaran pada pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi. Tata cara kehidupan sosial masyarakat mencakup berbagai masalah, meliputi kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi, keyakinan, pandangan hidup, cara berpikir dan bersikap, dan lain-lain. Ketiga unsur ini nantinya akan saling berkaitan dan saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya (2005:227-237). 2. Teori Psikologi Sastra Setelah unsur-unsur intrinsik selesai dianalisis secara struktural, kemudian dilakukan analisis berikutnya yaitu analisis unsur ekstrisik. Menurut Noor, untuk menganalisis unsur-unsur ekstrinsik sebuah karya sastra perlu memanfaatkan ilmu lain sebagai ilmu bantu, misalnya ilmu filsafat, biografi, sosiologi, sejarah, agama, psikologi, cabang-cabang seni yang lain, dan sebagainya (2009:38). Lebih lanjut Noor menyebutkan bahwa terdapat persamaan fungsi antara sastra dan psikologi, yaitu keduanya sama-sama berurusan dengan persoalan manusia sebagai makhluk individu sekaligus makhluk sosial. Keduanya memanfaatkan landasan yang sama, yaitu menjadikan pengalaman manusia sebagai bahan utama penelaahan. Itulah sebabnya, pendekatan psikologi dianggap penting penggunaannya dalam kajian sastra (2009:44-47). Endraswara berpendapat bahwa penelitian psikologi sastra yang otentik memiliki tiga kemungkinan, yaitu (1) penelitian hubungan ketidaksengajaan antara pengarang dan pembaca, (2) penelitian kehidupan pengarang memahami karyanya, dan (3) penelitian karakter para tokoh yang ada dalam karya yang diteliti (2008:64). Dalam penelitian ini penulis menggunakan penelitian karakter pada tokoh yang ada dalam karya sastra (novel) khususnya tokoh utama. Penelitian juga dimaksudkan untuk mengetahui kondisi kejiwaan sang tokoh, termasuk gejala-gejala yang mungkin mengindikasikan suatu keadaan kejiwaan yang tidak wajar dan masuk ke dalam teori psikologi abnormal. 3. Teori Psikologi Abnormal Menurut Nevid, teori ini berpendapat bahwa psikologi abnormal (abnormal psychology) merupakan salah satu cabang psikologi. Kondisi emosional seperti kecemasan dan depresi dapat dikatakan abnormal apabila tidak sesuai dengan situasinya (2005:4-5). Sebelumnya Nevid juga mengatakan bahwa pola perilaku abnormal meliputi gangguan fungsi psikologis atau gangguan perilaku
9
diklasifikasikan oleh ahli kesehatan mental sabagai gangguan psikologis (psychological disorder) atau gangguan mental (mental disorder). Istilah penyakit mental (mental illness) secara kolektif mengacu pada semua gangguan mental yang didiagnosis, termasuk gangguan kecemasan, gangguan mood, skizofrenia, disfungsi seksual, dan gangguan penyalahgunaan zat (USDHHS, 1999a) (2005:3). Adapun gangguan psikologis yang akan dibahas secara khusus dalam landasan teori ini yaitu: a. Pengertian Fobia Sosial Menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM )-IV di dalam buku Nevid, bahwa fobia sosial masuk dalam tipe spesifik dari gangguan kecemasan. Orang-orang dengan fobia sosial (social phobia) atau disebut juga gangguan kecemasan sosial mempunyai ketakutan yang intens terhadap situasi sosial sehingga mereka mungkin sama sekali menghindarinya, atau menghadapinya tetapi dengan distres yang sangat besar. Fobia sosial yang mendasar adalah ketakutan berlebihan terhadap evaluasi negatif dari orang lain. Orang-orang dengan fobia sosial takut untuk melakukan atau mengatakan sesuatu yang memalukan atau yang akan membuat dirinya merasa hina. Mungkin mereka merasa seakan-akan seribu pasang mata sedang memeriksa dengan teliti setiap gerak yang mereka lakukan. Mereka cenderung untuk sangat kritis terhadap kemampuan sosial mereka dan terbawa dalam mengevaluasi performa mereka sendiri ketika berinteraksi dengan orang lain, beberapa di antara mereka bahkan mengalami serangan panik yang parah dalam situasi sosial (2005:170). Orang-orang dengan fobia sosial mungkin akan menemukan berbagai macam alasan untuk menolak suatu undangan sosial. Mungkin mereka akan makan siang di meja mereka umtuk menghindar bersosialisasi dengan rekan-rekan sekerja. Atau bila mereka mendapati diri mereka berada dalam situasi sosial, mereka akan berusaha untuk cepat pergi pada tanda pertama adanya kecemasan. Kelegaan dari kecemasan secara negatif menguatkan tingkah laku menghindar. Meninggalkan situasi sebelum kecemasan hilang hanya memperkuat asosiasi antara situasi sosial dengan kecemasan. Leibowitz dalam Nevid (2005:171) mengungkapkan, fobia sosial dapat mempunyai pengaruh besar pada fungsi sehari-hari dan kualitas hidup seseorang. b. Gangguan Mood dan Bunuh Diri. Menurut Nevid, mood adalah kondisi perasaan yang terus ada yang mewarnai kehidupan psikologis kita. Perasaan sedih atau depresi bukanlah hal yang abnormal dalam konteks peristiwa atau situasi yang penuh tekanan. Namun orang dengan gangguan mood (mood disorder) mengalami gangguan mood yang luar biasa parah atau berlangsung lama dan mengganggu kemampuan mereka untuk berfungsi dalam memenuhi tanggung jawab secara normal. Sejumlah orang mengalami depresi berat bahkan ketika semua hal tampak berjalan lancar, atau saat mereka menghadapi peristiwa yang sedikit membuat kesal yang dapat diterima dengan mudah orang lain. Sebagian lainnya mengalami perubahan mood yang ekstrem. Mereka bagaikan menaiki roller coaster emosional dengan ketinggian yang membuat pusing dan turunan yang bukan kepalang ketika dunia di sekitar mereka tetap stabil (2005:229). Menurut Nevid, mood yang menurun
10
lebih banyak terjadi pada mahasiswa tingkat pertama dibanding pada mahasiswa tingkat senior atau pascasarjana, di mana hal ini dapat merefleksikan kesulitankesulitan yang dialami banyak mahasiswa baru untuk menyesuaikan diri dengan kehidupan kampus (2005:230). Sesuai penelitian yang akan dilakukan terhadap novel Cantik, maka tahapan ini berfokus pada tipe gangguan mood dengan jenis gangguan depresi mayor. Dalam bukunya yang berjudul Psikologi Abnormal, Jeffrey S. Nevid menjelaskan diagnosis dari gangguan depressive mayor (major depressive disorder) (juga disebut depresi mayor) didasarkan pada munculnya satu atau lebih episode depresi mayor tanpa adanya riwayat episode manik (manic) atau hipomanik (hypomanic). Dalam episode depresi mayor, orang tersebut mengalami salah satu di antara mood depresi (merasa sedih, putus asa, atau “terpuruk”) atau kehilangan minat/rasa senang dalam semua atau berbagai aktivitas untuk periode waktu paling sedikit 2 minggu (APA, 2000). Adapun ciri-ciri diagnostik dari suatu episode depresi mayor adalah yang pertama adalah mood yang depresi hampir sepanjang hari, dan hampir setiap hari. Dapat berupa mood yang mudah tersinggung pada anak-anak atau remaja. Kedua, penurunan kesenangan atau minat secara drastis dalam semua atau hampir semua aktivitas, hampir setiap hari, hampir sepanjang hari. Ketiga, Suatu kehilangan atau pertambahan berat badan yang signifikan (5% lebih dari berat tubuh dalam sebulan), tanpa upaya apapun untuk berdiet, atau suatu peningkatan atau penurunan dalam selera makan. Keempat, setiap hari (atau hampir setiap hari) mengalami insomnia atau hipersomnia (tidur berlebihan). Kelima, agitasi yang berlebihan atau melambatnya respons gerakan hampir setiap hari. Keenam, perasaan lelah atau kehilangan energi hampir setiap hari. Ketujuh, perasaan tidak berharga atau salah tempat ataupun rasa bersalah yang berlebihan atau tidak tepat hampir setiap hari. Kedelapan, berkurangnya kemampuan untuk berkonsentrasi atau berpikir jernih atau untuk membuat keputusan hampir setiap hari. Kesembilan, pikiran yang muncul berulang tentang kematian atau bunuh diri tanpa suatu rencana yang spesifik, atau munculnya suatu percobaan bunuh diri, atau rencana yang spesifik untuk melakukan bunuh diri (2005:231). Menurut Nevid, untuk perilaku bunuh diri bukanlah merupakan suatu gangguan psikologis, tetapi sering merupakan ciri atau simtom dari gangguan psikologis yang mendasarinya, biasanya gangguan mood (2005:262). Setengah lebih (54%) dari suatu sampel yang merupakan 694 mahasiswa tahun pertama dilaporkan telah memikirkan bunuh diri paling tidak dalam satu kesempatan (Meehan, 1991). c. Gangguan Makan (Eating Disorder) Gangguan makan (eating disorder) merupakan sebuah gangguan kebiasaan makan seperti makan berlebihan atau kekurangan yang dapat merugikan fisik dan emosional manusia (news-medical, 2012). Gangguan makan dapat disebabkan berbagai faktor, seperti faktor genetik, psikologis, dan sosio-kultural (http://psikologi-untar.blogspot.com/2012/11/mengenal-gangguan-makananorexia.html, diunduh pada hari Senin tanggal 25 Februari 2013, pukul 10.41 WIB).
11
Adapun jenis gangguan makan yang akan dibahas secara khusus sebagai dasar penelitian yaitu anoreksia nervosa. Orang dengan anoreksia nervosa berusaha melaparkan diri, hidup dengan sedikit atau tanpa makanan untuk waktu yang sangat lama, namun mereka tetap yakin bahwa mereka masih perlu untuk menurunkan berat badan lebih banyak lagi. Anoreksia nervosa lebih dari sekedar masalah dengan makanan. Ini adalah cara menggunakan makanan untuk merasa mengendalikan perasaan-perasaan lain yang mungkin tampak luar biasa. Kelaparan adalah cara untuk orang dengan anoreksia merasa lebih mengendalikan kehidupan mereka dan untuk meredakan ketegangan, kemarahan, dan kecemasan. Meskipun tidak ada penyebab tunggal tentang anoreksia nervosa, beberapa hal yang mungkin berkontribusi pada perkembangan gangguan ini yaitu pertama keluarga, orang dengan ibu atau saudara perempuan dengan anoreksia lebih mungkin untuk mengembangkan penyakit ini. Orangtua yang terlalu banyak menempatkan nilai pada penampilan, diet sendiri, dan mengkritik tubuh anak-anak mereka lebih mungkin untuk memiliki anak dengan anoreksia. Kedua, karakteristik pribadi, seseorang dengan anoreksia mungkin merasa buruk tentang dirinya sendiri, merasa tidak berdaya, dan membenci cara dia terlihat. Dia memiliki harapan yang tidak realistis terhadap dirinya sendiri dan berusaha untuk kesempurnaan. Dia merasa tidak berharga, meskipun prestasi dan merasakan tekanan sosial untuk menjadi kurus. Ketiga, gangguan lain emosional, lain masalah kesehatan mental, seperti depresi atau kecemasan, terjadi bersama dengan anoreksia. Keempat, stres peristiwa atau perubahan hidup, hal-hal seperti memulai sekolah baru atau pekerjaan. F. Makna Cantik atau Konsep Cantik Menurut Beberapa Ahli Kecantikan di Indonesia Menurut Dr. BRA Mooryati Soedibyo, Presiden Direktur Mustika Ratu, pemilik Woman Entrepreneurship Academy, Ketua Umum Asosiasi Spa Indonesia, cantik adalah saat kondisi fisik seperti tubuh sehat, bugar, dan kondisi pikiran atau rohani sehat pula. Di berbagai kesempatan seminarnya, Mooryati selalu memberikan saran akan pentingnya kecantikan dan kesehatan dengan cara berolahraga, olahraga adalah kunci sehat bagi semua orang. Dengan rajin berolahraga, tubuh tidak hanya dapat mengeluarkan racun-racun tetapi juga dapat dapat memproduksi hormon-hormon pemicu rasa bahagia seperti dopamine dan serotonin. Olahraga membuat jauh dari stress. Tidak hanya olahraga fisik yang dilakukan, akan tetapi olahraga mental juga harus dilakukan. Menyempatkan diri untuk melakukan meditasi dan berdoa adalah hal baik agar fisik dan jiwa terhindar dari tekanan, juga otomatis akan memancarkan aura cantik. (http://bola.viva.co.id/news/read/228666-resep-awet-muda-mooryati-soedibyo). Sedangkan menurut Dr. Martha Tilaar, perempuan juga harus cantik di dalam bukan hanya di luarnya saja. "Saraswati menjadi simbol perempuan yang cantik dan educated. Kecantikan perempuan harus lahir dan batin. Perempuan juga harus well educated," kata Dr Martha, saat berbincang bersama sejumlah wartawan menjelang acara Martha Tilaar Beauty Journey Bali, Jumat (21/1/2011). Saraswati dalam keyakinan Hindu adalah sosok dewi, istri Brahma, yang dimaknai sebagai
12
dewi pelindung, pelimpah pengetahuan, kesadaran (widya), dan sastra. Dewi Saraswati digambarkan sebagai seorang wanita cantik bertangan empat, biasanya digambarkan sedang memegang genitri (tasbih) dan kropak (lontar). Yang lain memegang wina (alat musik/rebab) dan sekuntum bunga teratai. Tasbih, kata Dr Martha, mengartikan perempuan harus kuat iman. Rebab adalah simbol komunikasi, sedangkan lontar simbol pengetahuan. "Perempuan harus pintar berkomunikasi kepada suami, anak, dan masyarakat. Perempuan juga harus well educated seperti makna daun lontar," ujar Martha. Sementara bunga teratai, lanjutnya, bermakna simbol perempuan cantik yang mampu beradaptasi kapan saja dan di mana saja. Seperti bunga teratai yang bisa hidup di mana saja, bahkan dalam selokan yang bau. Perempuan, kata Dr Martha, harus mampu hidup seperti teratai, kuat bertahan tetapi tetap terlihat cantik dalam suka duka. Kecantikan perempuan semestinya tercermin dalam sikap. (http://female.kompas.com/read/2011/01/24/19212361/martha.tilaar.perempuan.b ukan.kanca.wingking) Dari dua ahli kecantikan tersebut bisa disimpulkan bahwa untuk menjadi cantik tidak hanya sebatas pada wajah, cara ber make-up, cara berpakaian, dan sebagainya. Akan tetapi, juga harus diimbangi dengan kesehatan jasmani juga rohani. Bermeditasi, berdoa, beribadah juga merupakan cara untuk memancarkan aura kecantikan, karena dengan tubuh sehat serta diimbangi dengan jiwa, rohani yang sehat akan lebih memancarkan aura kecantikan dengan sendirinya. Selain itu juga kecantikan bisa dilihat dari bagaimana seorang perempuan bersikap, bersikap baik di dalam keluarga, masyarakat akan menambah nilai plus seorang perempuan. Perempuan juga harus berpendidikan, seperti kata Dr. Martha Tilaar perempuan harus well educated. Sebagai perempuan juga harus bisa menyesuaikan diri di berbagai lingkungan, bisa beradaptasi dengan baik, luwes dalam bergaul, maka perempuan akan semakin berkharisma dan cantik. G. Simpulan 1. Struktur Novel Cantik. Ada satu tokoh yang dikategorikan sebagai tokoh utama cerita (central character, main character) di dalam novel Cantik, yaitu Marissa. Marissa merupakan tokoh yang tergolong penting karena ia ditampilkan terus-menerus dan mendominasi cerita. Selain itu, ada juga tokoh tambahan (peripheral character), yaitu Natasha yang merupakan kakak Marissa, Ibu, Ayah, teman-teman di kampus Marissa seperti Alexander, Rosita, Zita Martini, Yuanita, Au’, Bram. Tokoh tambahan lainnya yaitu Harry yang merupakan pacar Natasha, Dokter Nicholas dan Dokter Linkan yang merawat Natasha. Ada juga Pooja, gadis pengidap anoreksia dan merupakan pasien Dokter Linkan. Ronald, pemuda pengidap anoreksia, juga merupakan pasien Dokter Linkan dan akhirnya memberikan pengaruh buruk serta tujuh mitos kepada Marissa. Ada lima tahapan yang berhubungan dengan alur atau plot di dalam novel Cantik, yaitu tahap penyituasian, tahap pemunculan konflik, tahap peningkatan konflik, tahap klimaks, dan tahap penyelesaian. Tahap penyituasian berupa pengenalan tokoh-tokoh yang ada di dalam novel Cantik terutama tokoh utama,
13
yaitu Marissa. Tahap pemunculan konflik, yaitu tahap di mana Marissa mulai mengalami konflik dan orang-orang di sekitarnya mulai mempermasalahkan badan kurus serta penampilannya. Tahap peningkatan konflik yaitu konflik atau permasalahan yang dialami Marissa semakin berkembang dan meningkat, saat keluarganya terutama Ibunya sendiri mulai cerewet dengan kondisi badan serta penampilannya. Lebih parah lagi ketika Marissa menemukan catatan Natasha yang berisi kebencian kepadanya. Selain itu, Marissa harus mengalami patah hati dan terlibat peristiwa yang sangat memalukan saat Au’ memberikan catatan pribadinya kepada Alex yang berisi perasaan sukanya terhadap Alex. Permasalahan yang terus datang, juga ejekan-ejekan pada dan patah hatinya pada Alex, akhirnya membuat Marissa depresi lalu berusaha untuk menaikkan berat badannya dengan cara pintas, yaitu meminum pil perangang nafsu makan ilegal. Akibat pil ilegal, lambung Marissa bermasalah, kondisi kejiwaannya juga semakin buruk dan harus dirawat di rumah sakit. Di rumah sakit itu Marissa bertemu dengan pengidap anoreksia bernama Ronald dan akhirnya Marissa tersugesti untuk melakukan mitos pemberian Ronald, serta membuat Marissa terkena anoreksia juga. Selanjutnya tahap klimaks, dimana Marissa menjadi sangat membenci kata gemuk, menjalankan program diet juga selalu menghitung kalori pada setiap makanan. Kondisi psikologis Marissa semakin memburuk disaat mengetahui bahwa lelaki pujaannya yaitu Alex pulang kampung dan tidak kuliah lagi. Marissa shock hebat dan akhirnya melakukan percobaan bunuh diri. Terakhir, tahap penyelesaian, yaitu saat semua orang seperti teman-teman kampus Marissa, keluarga terutama Natasha, sadar akan kejahatan yang telah dilakukan kepada Marissa. Akhirnya, semua peduli dan menerima apa adanya Marissa. Latar atau setting di dalam novel Cantik yaitu berupa latar tempat, latar waktu dan latar sosial. Latar tempat antara lain lingkungan kampus, lingkungan rumah Marissa, rumah sakit. Latar waktu bisa dikatakan variatif, mulai dari pagi, siang, sore, senja dan malam hari. Sedangkan latar sosial berupa kesenjangan ekonomi antara Marissa dan teman-temannya di kampus termasuk gaya hidup. Juga permasalahan etnis, budaya, permasalahan spiritual yang berhubungan dengan kepercayaan dan dukun serta makhluk halus. 2. Makna Cantik Bagi Tokoh Utama Maupun Orang-orang di Sekitarnya dan Kondisi Psikologi Tokoh Utama Novel Cantik. Sebagai remaja perempuan yang berada dalam masa transisi, Marissa terjebak di dalam konsep cantik menurut keluarga juga lingkungan kampusnya. Ketika semua orang mempermasalahkan tubuh kurus dan penampilannya Marissa menjadi stress. Belum lagi masalah patah hatinya kepada seorang pemuda bernama Alex, pada akhirnya Marissa berusaha sekuat tenaga untuk bisa menjadi apa yang diinginkan keluarga dan teman-temannya. Marissa ingin menaikkan berat badannya supaya lebih menarik, lebih cantik untuk bisa berdekatan dengan Alex, laki-laki pujaannya. Selain itu, Marissa juga ingin mempermalukan mereka yang selalu menghina tubuh dan penampilannya. Sampai suatu saat Marissa nekat mengkonsumsi pil-pil ilegal penambah nafsu makan. Memang selama satu bulan setelah mengkonsumsinya, badan Marissa mengalami kenaikan sampai delapan kilogram. Namun, pola makan Marissa juga semakin tidak terkontrol. Marissa seolah tidak mau berhenti mengunyah makanan, Marissa menjadi rakus. Keluarga,
14
dokter yang merawatnya, teman-teman bahkan dosen di kampus Marissa merasa risih dengan perilaku Marissa yang dianggap tidak wajar. Akibat Marissa pil-pil ilegal itu, lambung Marissa terinfeksi dan harus dirawat di rumah sakit. Di rumah sakit itu pula lah Marissa bertemu sosok Ronald, pengidap anoreksia akut. Marissa tersugesti pesan atau mitos yang telah diberikan Ronald. Marissa juga selalu teringat kata-kata Ronald, bahwa tubuh Marissa masih cukup ideal dan akan lebih bagus, lebih cantik apabila dikuruskan lagi. Marissa terpengaruh, tersugesti kuat, dan akhirnya menjadi sangat benci dengan kata gemuk. Marissa hanya ingin kurus dan kurus bahkan sampai mati sekalipun. Marissa stress dengan konsep cantik orang-orang di sekitarnya, ditambah dia harus menerima kenyataan bahwa laki-laki yang dicintainya telah pulang kampong. Marissa tidak mempunyai semangat hidup lagi, Marissa melakukan percobaan bunuh diri. Setelah semua peristiwa tragis itu, pada akhirnya semua sadar dan membuka mata bahwa cantik tidak hanya bagaimana cara bermake-up, berpakaian, berpenampilan yang baik. Akan tetapi kecantikan hati, kesehatan, rasa cinta dan sayang yang akan memancarkan aura kebaikan. Dampak dari permasalahan hidup yang dialami Marissa pada akhirnya membuat kondisi kejiwaan Marissa terganggu dan mengindikasikan ke dalam suatu gangguan psikologi atau suatu keadaan kejiwaan yang tidak wajar serta masuk ke dalam teori psikologi abnormal. Dan beberapa gangguan psikologi yang dialami Marissa yaitu fobia sosial, gangguan mood dan bunuh diri, serta gangguan makan (eating disorder) berupa anoreksia nervosa. Beberapa tindakan Marissa mengindikasikan ke dalam fobia sosial yaitu ketakutan berlebih sebelum sesuatu terjadi dan kekhawatiran berlebih apabila dipermalukan di tempat umum. Hal tersebut misalnya saat Marissa selalu ketakutan bahkan sampai gemetaran pada waktu perkuliahan berlangsung. Marissa juga selalu memilih duduk di tempat yang sekiranya tidak terjangkau oleh pandangan dosen. Marissa takut apabila sang dosen menyuruhnya maju ke depan kelas dan dipermalukan teman-temannya. Selain itu Marissa mengalami gangguan mood yang berfokus pada jenis gangguan depresi mayor/ depressive mayor (major depressive disorder). Akibat dari berbagai gangguan tersebut akhirnya Marissa melakukan percobaan bunuh diri. Pola pikirnya yang semakin tidak sehat dan juga seperti tersugesti oleh mitos dari Ronald akhirnya Marissa membenci kata gemuk, menghitung setiap kalori pada makanan, melakukan diet salah sehingga pada akhirnya Marissa dinyatakan anoreksia. Daftar Pustaka Aminuddin. 1990. Pengembangan Penelitian Kualitatif dalam Bidang Bahasa dan Sastra. Malang: Yayasan Asih Asuh. Chrisma W, Vanny. 2009. Cantik. Yogyakarta: Diva Press. Damono, Sapardi Djoko. 1978. Sosiologi Sastra: Sebuah Pengantar Ringkas. Jakarta:Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen P dan K. Darma, Budi. 1983. Solilokui: Kumpulan Esai Sastra. Jakarta: Gramedia. Endraswara, Suwardi. 2008. Metode Penelitian Psikologi Sastra. Yogyakarta: Media Pressindo.
15
Escarpit, Robert. 2008. Sosiologi Sastra. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Faruk. 1994. Pengantar Sosiologi Sastra. Yogyakarta: Pustaka Belajar. ______, 2011. Hadila, Remaja Tanpa Cinta. Solo: Yayasan Sollopeduli Umat. Jeffrey S, dkk. 2005. Abnormal Psychologi/Psikologi Abnormal. Jakarta: Erlangga. Kartono, Kartini. 1972. Psikologi Abnormal. Bandung: Mandar Maju. Koeswara. 1991. Teori-Teori Kepribadian. Bandung: Eresco. Noor, Redyanto. 2009. Pengantar Pengkajian Sastra. Semarang: Fasindo. Nurgiyantoro. Burhan. 2007. Teori Pengkajian Sastra. Gajah Mada University Press. Sangidu. 2004. Penelitian Sastra, Pendekatan, Teori, Metode, Teknik dan Kiat. Yogyakarta: Unit Penerbitan Sastra Asia Barat Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gajah Mada. Soerjabrata, Soemadi. 1976. Psychologi Kepribadian. Yogyakarta: Rake Press. Teew, A. 1984. Sastra dan Ilmu Sastra: Pengantar Teori Sastra. Jakarta: Pustaka Jaya. Warren, Wallek. 1995. Teori Kesusatraan. Jakarta: Gramedia SUMBER INTERNET http://fobiasosial.blogspot.com/ http://health.kompas.com/read/2012/09/13/08563480/Fobia.Sosial.yang.Mengham bat.Karier http://psikologi-untar.blogspot.com/2012/11/mengenal-gangguan-makananorexia.html http://ureport.news.viva.co.id/news/read/293542-tanda-tanda-fobia-sosial Vannychrisma.blogspot.com www.scribd.com/doc/19072121/Pendekatan-Dalam-Penelitian-Sastra