ANALISIS EMOSI TOKOH DALAM NOVEL MIMPI BUNGSU KARYA VANNY CHRISMA W.
ARTIKEL PENELITIAN
OLEH ASIH FITRIANA F11409018
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS TANJUNGPURA PONTIANAK 2014
ANALISIS EMOSI TOKOH DALAM NOVEL MIMPI BUNGSU KARYA VANNY CHRISMA W.
ARTIKEL PENELITIAN
ASIH FITRIANA F11409018
Disetujui,
Pembimbing Utama
Pembimbing Kedua
Dr. Christanto Syam, M.Pd.
Henny Sanulita, M.Pd.
NIP 195911241988101001
NIP 198209222006042002
Mengetahui,
Dekan
Dr. Aswandi NIP 195805131986031002
Ketua Jurusan PBS
Drs. Nanang Heryana, M.Pd. NIP 196107051988101001
ANALISIS EMOSI TOKOH DALAM NOVEL MIMPI BUNGSU KARYA VANNY CHRISMA W. Asih Fitriana, Christanto Syam, Henny Sanulita Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, FKIP Untan, Pontianak e-mail:
[email protected] Abstrak: Penelitian ini dilatarbelakangi oleh ketertarikan untuk mengetahui emosiemosi yang terdapat dalam novel Mimpi Bungsu karya Vanny Chrisma W. Adapun alasan memilih kajian emosi karena emosi merupakan faktor penggerak manusia yang utama, sehingga emosi memberikan sisi positif dan negatif yang terjadi dalam kehidupan. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif, berbentuk kualitatif dan menggunakan pendekatan psikologi behavioristik. Teknik pengumpulan data menggunakan studi dokumenter. Alat pengumpul data yang digunakan adalah manusia, yaitu peneliti sendiri sebagai alat atau instrumen kunci. Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah menganalisis dan menginterpretasikan data sesuai dengan masalah penelitian yaitu emosi positif dan emosi negatif tokoh. Sumber data penelitian ini adalah novel Mimpi Bungsu karya Vanny Chrisma W. Berdasarkan analisis data, penelitian ini menghasilkan suatu simpulan sebagai berikut. (1) Emosi positif tokoh dalam novel Mimpi Bungsu karya Vanny Chrisma W. adalah adanya emosi cinta dan emosi gembira atau bahagia. (2) Emosi negatif tokoh dalam novel Mimpi Bungsu karya Vanny Chrisma W. adalah adanya emosi kecemasan atau kegelisahan, emosi takut, emosi marah, dan emosi sedih. Kata kunci: emosi, tokoh Abstract: This research is based on an interest to find out the emotions that contained in novel Mimpi Bungsu by Vanny Chrisma W. The reason for selecting the study of emotion because emotion is the main factor of human, so that the emotion gives the positives and negatives side that occurs in this life. This research used descriptive method, the form is qualitative and using psychological approach behavioristic. The technique of data collecting used documentary study. The tool of data collection is human being that is the researcher herself as a tool or key instrument. The technique of data analysis in this research is to analyze and interpret the data according to the research problems that is the positive and the negative emotion of the character. The data source of this research is novel Mimpi Bungsu by Vanny Chrisma W. Based on the data analysis, this research made conclusions as follows. (1) The positive emotions in novel Mimpi Bungsu by Vanny Chrisma W. are the emotion of love, happy and delighted. (2) The negative emotions in novel Mimpi Bungsu by Vanny Chrisma W. are the emotion of anxiety or nervousness, afraid, angry and sad. Key word: emotion, character.
N
ovel Mimpi Bungsu merupakan novel yang dicetak pertama pada bulan April 2012. Problematika yang ada dalam novel ini sangat menarik dan menyiratkan banyak hal yang terjadi, seperti pesan moral, gambaran kehidupan sosial yang begitu kejam, serta emosi tokoh yang meluap dalam menjalani kehidupan. Hal yang menonjol yang sering dituangkan ke dalam karya sastra adalah elemen psikologis dari manusia, yang menyangkut berbagai perasaan seperti sedih, senang, marah, atau pun takut. Perasaan-perasaan tersebut sering dianggap sebagai ekspresi emosi manusia. Emosi sebagai kegiatan atau pergolakan pikiran, perasaan, nafsu, atau setiap keadaan mental yang hebat atau meluap-luap. Kegembiraan, kemarahan, ketakutan, dan kesedihan kerap kali dianggap sebagai emosi yang paling mendasar (primary emotion). Situasi yang membangkitkan perasaan-perasaan tersebut sangat terkait dengan tindakan yang ditimbulkannya dan mengakibatkan meningkat ketegangan (Minderof, 2011:40). Pada penelitian ini penulis lebih memfokuskan pada kajian emosi. Emosi merupakan kecenderungan yang membuat seseorang menjadi frustasi, tetapi emosi juga bisa membantu seseorang tetap termotivasi untuk bertahan hidup, meskipun terkadang kadar emosi yang muncul menjadi tidak terkontrol. Ekspresi emosi terbagi ke dalam dua bagian, yaitu ekspresi emosi positif (cinta dan bahagia) dan ekspresi emosi negatif (takut, cemas, marah, dan sedih). Alasan penulis memilih kajian emosi dalam penelitian ini karena emosi merupakan faktor penggerak manusia yang utama, sehingga emosi memberikan sisi positif dan negatif yang terjadi dalam kehidupan. Selain itu, emosi juga merupakan unsur manusiawi yang pasti dimiliki setiap individu. Ruang lingkup dalam penelitian ini penulis mengkhususkan pada emosi positif dan emosi negatif. Novel Mimpi Bungsu karya Vanny Chrisma W. banyak menyoroti unsur-unsur emosional yang dialami oleh tokoh dalam menjalani kejamnya kehidupan sosial di perkotaan. Rangkaian cerita penuh dengan konflik yang dialami oleh tokoh utama sehingga menimbulkan emosi dan memaksa tokoh untuk bertindak lebih baik maupun terpaksa menjalani hal buruk sekalipun. Kejadian atau peristiwa yang terjadi dalam novel dihidupkan oleh tokoh-tokoh yang ditampilkan. Menurut Aminudin (1995:79) tokoh adalah pelaku yang mengemban peristiwa dalam cerita fiksi sehingga peristiwa itu mampu menjalin suatu cerita. Suatu cerita tidak mungkin tanpa menampilkan pelaku-pelaku di dalamnya, karena pelaku itulah yang menggerakkan cerita dari permulaan hingga akhir cerita. Melalui pelaku cerita yang ditampilkan dalam karya sastra, penulis dapat menemukan watak, dan tingkah laku yang mengekspresikan emosi-emosi tokoh pada konflik yang ditimbulkan dari situasi lingkungan yang terdapat pada novel Mimpi Bungsu karya Vanny Chrisma W. Penelitian sebelumnya yang cukup relevan dengan penelitian ini. Pertama, Sumarni (2013) dengan judul ”Kepribadian Tokoh dalam Novel Perahu Kertas Karya Dewi Lestari : Analisis Psikologi Sastra”. Kedua, Erik Yuniastuti (2002) dengan judul ”Analisis Psikologi Tokoh Utama dalam Novel Jepun Negerinya Hiroko Karya NH. Dini”. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah terletak dari novel yang menjadi objek penelitian dan cara menganalisis novel tersebut, sedangkan letak persamaannya adalah sama-sama menganalisis tokoh pada novel dan menjadikan novel sebagai objek penelitian. Pemaparan mengenai penelitian terdahulu dengan penelitian
ini adalah untuk menyatakan adanya perbedaan antara penelitian terdahulu dengan penelitian yang dilakukan. Penelitian ini berkaitan dengan pengajaran sastra di sekolah yaitu terdapat dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pada kelas XI semester ganjil. Standar kompetensi membaca, yaitu 7. Memahami berbagai hikayat, novel Indonesia dan terjemahan. Kompetensi dasar yang berhubungan dengan standar kompetensi itu adalah 7.2 Menganalisis unsur instrinsik dan ekstrinsik novel Indonesia dan terjemahan. Setelah membaca novel Mimpi Bungsu karya Vanny Chrisma W. peserta didik diharapkan mendapat pengetahuan dan mampu meningkatkan kemampuan siswa dalam mengapresiasi, menikmati, menghayati, dan memahami karya sastra, serta mengambil hikmah atas nilai-nilai kemanusiaan yang terkandung di dalamnya. METODE Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Penulis menggunakan metode deskriptif karena dalam penelitian ini, penulis menjelaskan fenomena yang terjadi dalam penelitian. Penelitian yang bersifat deskriptif berarti terurai dalam bentuk kata-kata atau gambar, bukan dalam bentuk angka-angka (Semi, 1993:24). Bentuk penelitian ini adalah kualitatif, karena bentuk penelitian kualitatif akan menghasilkan data berupa kutipan kalimat-kalimat dan bukan angka. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan psikologi behavioristik. , karena pendekatan psikologi behavioristik merupakan pendekatan yang mengkaji tentang tingkah laku manusia dengan melihat kejiwaan manusia dalam memberikan rangsangan dan respon yang dipengaruhi oleh kondisi-kondisi lingkungan. Alasan tersebut semakin diperkuat dengan pendapat Desminta (2007:57) yang berpendapat bahwa behavioristik menekankan studi ilmiah tentang respon perilaku yang dapat diamati dan determinan lingkungan. Dengan menggunakan pendekatan psikologi behavioristik, peneliti akan melihat emosi tokoh dalam cerita yang menentukan dasar tindakan atau stimulus serta respon berupa emosi yang akan terlihat pada tokoh tersebut. Data dalam penelitian ini adalah kutipan-kutipan kata, frasa, dan kalimat yang terdapat pada novel Mimpi Bungsu karya Vanny Chrisma W. yang berhubungan dengan emosi yang terdapat dalam tokoh. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini novel Mimpi Bungsu karya Vanny Chrisma W. Novel ini terdiri dari 36 episode, 258 halaman, diterbitkan oleh DIVA Press pada bulan April tahun 2012 cetakan pertama. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Hasil analisis emosi yang terdapat dalam novel Mimpi Bungsu adalah sebagai berikut. (1) Emosi positif (cinta dan bahagia). Emosi cinta dalam novel Mimpi Bungsu terdapat pada tokoh yaitu Hanny Hasrul, Raman, dan Mas Gito, sedangkan emosi bahagia dalam novel Mimpi Bungsu terdapat pada tokoh yaitu Bungsu, Hanny, Thakur, peri kupu-kupu, dan Djeng Soffie. (2). Emosi negatif ( kecemasan, takut, marah dan benci, sedih). Emosi kecemasan dalam novel Mimpi Bungsu terdapat pada tokoh yaitu Bungsu, Hanny, Thakur, dan Raman. Emosi takut dalam novel Mimpi Bungsu terdapat
pada tokoh yaitu Bungsu, Hanny, Djeng Soffie, dan Djeng Ambar. Emosi marah dan benci dalam novel Mimpi Bungsu terdapat pada tokoh yaitu Bungsu, Hanny, Thakur, Warga Premanis, lelaki hidung belang, Raman, dan banci kaleng. Emosi sedih dalam novel Mimpi Bungsu terdapat pada tokoh yaitu Bungsu, Hanny, dan Raman. Pembahasan A. Analisis Emosi Positif Tokoh 1. Cinta a. Emosi cinta dilihat dari perilaku sang tokoh 1) Hasrul Emosi cinta yang dirasakan oleh Hasrul terdapat pada peristiwa berikut yaitu pada saat Hasrul dengan cara diam-diam menemui Hanny kekasihnya di bawah pohon jambu tempat dimana sepasang kekasih itu bertemu. Peristiwa itu dapat dilihat pada kutipan di bawah ini: “Lelaki itu berdiri di bawah pohon jambu di sebuah taman kosong yang tak bertuan, disanalah tempat dimana mereka berdua bertemu dan bermesraan sebagaimana pasangan muda-mudi yang dipenuhi gejolak cinta dalam hatinya. Tatapan sepasang kekasih itu saling beradu, terenyuh melihat nasib cinta mereka yang tak mendapatkan persetujuan”. (hal 35) Kutipan di atas menggambarkan emosi cinta yang terjadi pada diri Hasrul yang disebabkan oleh kehadiran kekasih hatinya yaitu Hanny. Hasrul sangat mencintai Hanny karena Hanny memiliki wajah yang cantik dan mempesona. Rasa cinta yang kuat dapat tumbuh karena melihat penampilan fisik seseorang, contohnya karena orang itu memiliki wajah yang cantik dan mempesona banyak orang. Hal tersebut dapat menyebabkan munculnya perasaan cinta yang sangat besar. Seperti perasaan cinta yang ditunjukkan Hasrul dari tingkah lakunya. Kecantikan wajah Hanny membuat Hasrul menatap tajam mata Hanny dengan penuh gejolak cinta yang tertanam di hatinya. Ia memeluk dan mencium Hanny dengan harap agar tidak ada perpisahan dalam jalinan cintanya. b. Emosi cinta dilihat dari dialog sang tokoh 1) Mas Gito Emosi cinta yang dirasakan oleh Mas Gito terdapat pada peristiwa berikut yaitu pada saat ia meminta Hanny untuk menemani dan memuaskan nafsunya. Peristiwa itu dapat dilihat pada kutipan di bawah ini: “Hanny aku sangat menyukaimu dan senang berada di dekatmu. Bahkan aku sudah rela untuk menguras uangku demi bia menghidupimu. Jika saja kau bisa kumiliki” lelaki bernama Gito itu menahan Hanny yang hendak masuk ke dalam kamar mandi. Wanita itu memalingkan wajahnya. (hal 82) Kutipan di atas menggambarkan emosi cinta yang dialami pada diri Mas Gito yang disebabkan oleh keindahan dan kemolekkan tubuh Hanny. Mas Gito sangat menyukai Hanny, selain Hanny cantik, Mas Gito selalu merasa senang saat berada di dekat Hanny. Rasa cinta yang ditunjukkan pada kalimat “aku sangat menyukaimu dan senang berada di dekatmu” yang diutarakan Mas Gito pada saat berbicara pada Hanny merupakan bukti kebesaran cinta Mas Gito pada Hanny. Perasaan damai dan senang
saat berada di dekat seseorang adalah tanda bahwa kita sedang jatuh cinta pada seseorang tersebut. c. Emosi cinta berdasarkan pikiran sang tokoh 1) Hanny Emosi cinta yang dirasakan oleh Hanny terdapat pada peristiwa berikut yaitu pada saat kelahiran anaknya ke dunia. Peristiwa itu dapat dilihat pada kutipan di bawah ini: “Bungsu kau telah lahir ke dunia. Ia sangat cantik dan kulitnya putih, tak ada bekas salinan dari wajah ayahnya. Ia mirip seperti aku, ibunya. Oh sayangku si kecil. Dampingilah ibu sampai nanti, sampai ibu mati. Bungsuku sayang”. (hal 220) Kutipan di atas, menggambarkan emosi cinta yang terjadi pada tokoh Hanny yang disebabkan oleh kelahiran anak semata wayangnya ke dunia. Rasa cinta dan bahagia yang dirasakan Hanny ketika ia melihat putri mungilnya sangat cantik dan mirip dengan wajahnya. Rasa cinta yang besar juga dapat dilihat dari kutipan “Oh sayangku si kecil. dampingilah ibu sampai nanti, sampai ibu mati. Bungsuku sayang” kalimat tersebut menggambarkan rasa cinta yang besar pada Hanny terhadap putrinya. Hanny rela mempertaruhkan apapun demi Bungsu, karena Bungsu adalah satu-satunya harta yang paling berharga untuknya sampai ia mati. 2. Gembira atau bahagia a. Emosi gembira atau bahagia dilihat dari lakuan sang tokoh 1) Bungsu Emosi gembira yang dirasakan oleh Bungsu terdapat pada peristiwa berikut yaitu pada saat Bungsu hendak di daftarkan sekolah oleh ibunya. Peristiwa itu dapat dilihat pada kutipan di bawah ini: “Gadis kecil itu menari-nari kegirangan, lantaran akhirnya ia didaftarkan oleh ibunya untuk bersekolah di Madrasah Ibtidayah, sekolah khusus untuk mereka yang ingin belajar ahklak dan agama lebih dalam, tapi juga memasukkan kurikulum seperti SD negeri lainnya” (hal 43) Kutipan di atas mendeskripsikan kegembiraan Bungu yang disebabkan oleh terkabulnya keinginan untuk bersekolah. Keinginan yang sejak lama ia idamkan akhirnya akan ia dapatkan. Ibunya mendaftarkan Bungsu untuk bersekolah di Madrasah Ibtidayah. Dengan perasaan bahagia ia pun kegirangan dan tidak sabar untuk segera tiba di sekolah. Rasa gembira dapat dilihat dari tingkah laku, seperti menari-nari kegirangan, bernyanyi, dan sebagainya. Adanya perilaku seperti itu menunjukkan rasa gembira yang begitu besar terhadap peristiwa yang sedang dialami. Rasa gembira dapat tumbuh karena kejadian yang dialami dapat menimbulkan perasaan senang misalnya, keinginan yang telah lama didamba-dambakan dapat tercapai. b. Emosi gembira atau bahagia dilihat dari dialog sang tokoh 1) Djeng Sofie Emosi gembira atau bahagia yang dirasakan oleh Djeng Sofie terdapat pada peristiwa berikut yaitu pada saat ia sedang bermain kartu domino bersama Djeng Anjar. Peristiwa itu dapat dilihat pada kutipan di bawah ini: “Aku wes pasti menang, Djeng Anjar.” “oh ya? Jare sopo? gak usah kekakean gaya, taruan piro ayo?! Djeng Anjar merasa terejek dengan kata-kata yang disindirkan untuknya.
“wes ndang mrotoli duitmu meneh, ben..!” ejek Djeng Sofie tertawa terpingkalpingkal sampai dadanya yang besar itu terguncang-guncang satu persatu, yang kanan di atas, yang kiri di bawah.” (hal 58) Kutipan di atas mendeskripsikan emosi bahagia yang dialami pada diri Djeng Sofie yang dikarenakan ia mampu membuat Djeng Anjar kalah taruhan lebih dari sepuluh kali. Rasa gembira ditunjukkan Djeng Sofie dengan tingkah lakunya. Ia tertawa terpingkal-pingkal menyaksikan kekalahan yang dialami Djeng Ajar dalam perjudian. Rasa bahagia pada seseorang juga dapat dilihat dari tingkah laku, seperti tertawa terbahak-bahak, tersenyum, loncat-loncat kegirangan dan sebagainya. Adanya perilaku seperti itu menunjukkan perasaan senang yang begitu besar pada suatu peristiwa atau kejadian yang sedang dialami. c. Emosi gembira atau bahagia berdasarkan pikiran sang tokoh 1) Hanny Emosi gembira atau bahagia yang dirasakan oleh Hanny terdapat pada peristiwa berikut yaitu saat ia mengetahui bahwa suaminya mengidap penyakit kelelakian. Peristiwa itu dapat dilihat pada kutipan di bawah ini: “Entah malam pertama yang gagal justru membuat Hanny bahagia. Ia jauh lebih baik dalam bersikap pada suaminya. Karena semenjak menikah dan mengalami malam-malam pernikahan, selalu berujung pada ketidak bahagiaan sang lelaki yang tidak bisa menjadi lelaki sempurna. Hanny memaklumi, mungkin itu sebabnya Amas tidak laku kawin”. (hal 235) Kutipan di atas, menggambarkan emosi bahagia yang terjadi pada diri Hanny yang disebabkan oleh Amas, suami keduanya. Amas mengidap penyakit kelelakian. Rasa bahagia Hanny tergambar pada kalimat “Entah malam pertama yang gagal justru membuat Hanny bahagia” kalimat tersebut menggambarkan rasa bahagia yang sangat mendalam yang dirasakan oleh Hanny saat itu. Hanny bahagia karena tubuhnya tidak terlalu terjamah dengan sempurna dan menjadikan ia kembali memiliki harapan. B. Analisis Emosi Negatif Tokoh 1. Kecemasan atau kegelisahan a. Emosi kecemasan atau kegelisahan dilihat dari perilaku sang tokoh 1) Raman Emosi kecemasan yang dirasakan oleh Raman terdapat pada peristiwa berikut yaitu pada saat Raman menanti kabar yang akan di beritahu oleh istrinya. Peristiwa itu dapat dilihat pada kutipan di bawah ini: “Sosok lelaki itu menanti di depan pintu kamar mandi dengan perasaan cemas yang teramat sangat. Sedari tadi mondar-mandir kesana kemari menunggu seorang wanita yang akan memberikan kabar baik untuknya. Untuk ketiga kalinya. Perasaan cemasnya sampai tak bisa dilukiskan dengan kata-kata”. (hal 212) Kutipan di atas menggambar emosi kecemasan yang terjadi pada diri Raman yang disebabkan oleh menanti kabar dari sang istri yang sedang berada di dalam kamar mandi. Rasa cemas tergambar jelas pada kalimat di atas, apabila seseorang dalam keadaan cemas takut terjadi sesuatu yang tidak diinginkan maka ia akan berperilaku aneh dan tidak karuan, misalnya seperti jalan mondar-mandir, pikiran kacau, dan tidak sabaran karena cemas sesuatu yang tidak diinginkan terjadi.
b. Emosi kecemasan atau kegelisan dilihat dari pikiran sang tokoh 1) Bungsu Emosi kecemasan yang dirasakan oleh Bungsu terdapat pada peristiwa berikut yaitu pada saat Bungsu dijemput dan disuruh pulang bersama ibunya. Peristiwa itu dapat dilihat pada kutipan di bawah ini: “Dalam perjalanan pulang, ibu si Bungsu terus menerus berbicara tanpa henti, sesekali terdengar isakan tangisnya. Sedang Bungsu sama sekali tak menggubris, pikirannya hanya satu. Apakah paman mainan itu tidak kedinginan nanti malam, ketika hawa dingin mulai menusuk tulang. Dan gigitan-gigitan nyamuk yang amat ganasnya, sedang ramainya suara di pinggir jalan terkadang pernah membangunkan Bungsu dan penasaran untuk mengintip ke luar rumah dari balik jendela kamarnya”. (hal 75-76) Kutipan di atas, menggambarkan emosi kecemasan dari dalam diri Bungsu yang disebabkan oleh kepergiannya untuk meninggalkan paman mainan seorang diri. Rasa cemas tergambar jelas pada kutipan di atas. Rasa cemas itu tergambar ketika pikiran Bungsu hanya tertuju pada keadaan paman mainan. Bungsu tidak memperdulikan ocehan ibunya yang khawatir dengan keadaan Bungsu. Kalimat tersebut menggambarkan kecemasan karena orang yang sedang cemas terhadap sesuatu cenderung tidak memperdulikan apa yang terjadi dihadapannya. 2. Takut a. Emosi ketakutan dilihat dari perilaku sang tokoh 1) Djeng Ambar “Kiamat!”, jerit seorang wanita yang menutup telinganya dan berlari tak terarah. Ia tak lain adalah Djeng Ambar yang baru saja pulang dari kota Jombang. Melihat area lokalisasi tiba-tiba porak poranda, ia menyangka hari itu adalah hari kiamat, ia sampai bersembunyi dibalik tong kaleng besar dengan tubuh gemetaran. (hal 191) Kutipan di atas mendeskripsikan emosi ketakutan yang terjadi pada diri Djeng Ambar yang disebabkan oleh area sekitar gang Jarak terlihat porak poranda. Perasaan takut tergambar jelas pada kutipan kalimat di atas, apabila seseorang takut ia akan berusaha berlari dari hal yang ia takuti tersebut. Ketakutan yang terlihat pada tokoh Djeng Ambar ketika ia berteriak ketakutan dan berlari tak berarah, selain itu ketakutan yang dirasakan oleh Djeng Ambar juga membuat tubuhnya gemetar dan memaksakan diri untuk bersembunyi di kaleng besar agar selamat dari hari kiamat. b. Emosi ketakutan dilihat dari pikiran sang tokoh 1) Bungsu Emosi ketakutan yang dirasakan oleh Bungsu terdapat pada peristiwa berikut yaitu pada saat Bungsu sedang bermain dengan kucing hitam. Peristiwa itu dapat dilihat pada kutipan di bawah ini: “Jangan dekat, kamu kucing hantu ya? Jangan dekat, aku tidak akan mengganggumu lagi, tapi kau jangan mengejarku. Aku janji tidak akan menarik ekormu lagi”, gemetar kaki dan tangan si Bungsu, sampai ia merasakan sesuatu pada dirinya. Celana dalamnya basah, Bungsu terkencing-kencing sangking takutnya. Dan ia pun menangis histeris”. (hal 91-92) Kutipan di atas menggambarkan emosi ketakutan yang terjadi pada diri Bungsu. Perasaan takut pada tokoh Bungsu terlihat jelas pada kalimat “Celana dalamnya basah,
Bungsu terkencing-kencing sangking takutnya” kalimat tersebut bermakna Bungsu sedang merasa takut yang luar biasa, hingga membuatnya menangis dan kencing dalam celana. 3. Marah dan Benci a. Emosi marah dan benci dilihat dari perilaku sang tokoh 1) Thakur Emosi marah dan benci yang dirasakan oleh Thakur terdapat pada peristiwa pada yang dapat dilihat kutipan di bawah ini: “Bajingan tengik ini harus mati!! Pukul dia sampai mati! Pukul dia, orang bangsat! Tukang perkosa anak orang!! Bejat kamu, serigala berbulu domba!! Busuk!!” pekik suara Thakur membabi buta saat menemukan putrinya tengah dianiaya dan diperkosa oleh laki-laki bejat di dalam sebuah gubuk kecil di pinggiran sawah yang biasanya di pakai untuk menyimpan gabah. (hal 39) Kutipan di atas mendeskripsikan emosi marah yang terjadi pada diri Thakur (Ayah Hanny) yang disebabkan oleh Hasrul (kekasih Hanny). Emosi marah pada tokoh Thakur terlihat jelas pada kutipan “Bajingan tengik ini harus mati!! Pukul dia sampai mati! Pukul dia, orang bangsat! Tukang perkosa anak orang!! Bejat kamu, serigala berbulu domba!! Busuk!!” pekik suara Thakur membabi buta” kalimat tersebut bermakna Thakur sedang merasa marah yang luar biasa. Emosi marah biasanya ditunjukan dengan rasa ingin memukul atau menyakiti lawannya. b. Emosi marah dan benci dilihat dari dialog sang tokoh 1) Hanny “Bungsu diam! Mana ada ustadz yang berbicara tidak sopan seperti itu? Ibu tidak perlu diajari ngaji, ibu Cuma ingin Bungsu yang pintar ngaji, sudah itu saja! Ustadz itu bodoh! Pekiknya sampai akhirnya ia menarik tangan Bungsu dan menghadang sebuah taksi yang tengah mencari penumpang. “Taksi!!”. (hal 87) Kutipan di atas menggambarkan emosi marah dan benci yang terjadi pada diri Hanny yang dikarenakan perbuatan seorang ustadz yan merendahkan dirinya. Emosi marah dapat terjadi apabila seseorang merasa terhina oleh sesuatu yang dapat membuat dirinya merasa dilecehkan, sehingga dapat menyebabkan emosi seseorang akan memuncak. Akibatnya, orang tersebut tidak segan-segan untuk melakukan tindakan kejam serta berbicara kasar pada objek yang membuatnya marah. c. Emosi marah dan benci dilihat dari pikiran sang tokoh 1) Raman Emosi marah dan benci yang dirasakan oleh Raman terdapat pada peristiwa yaitu pada saat ia sedang sendirian di atap rumah. Hal itu dapat dilihat dari kutipan di bawah ini: “Mengapa seseorang yang sangat dicintainya itu tidak pernah bahagia, bahkan untuk berkata ‘aku cinta suamiku’ saja ia tak pernah. Apakah masih di dalam hatinya tertanam cinta Hasrul, lelaki bajingan tengik itu!” jeritnya geram di dalam hati. Ia mengepalkan tangannya, sedang ekspresi wajahnya yang kesal tak bisa ia pandang sendiri di depan cermin. Mungkin jika ia memandang wajahnya itu, cerminnya itu akan terbelah menjadi berkeping-keping. (hal 204) Kutipan di atas menggambarkan kemarahan dan kebencian yang terjadi pada diri Raman yang disebabkan oleh perasaan Hanny yang tidak mencintainya karena Hanny mencintai Hasrul. Rasa marah dan benci yang besar ditunjukkan Raman dengan tingkah
lakunya. Ia mengepalkan tangannya, dan ekspresi wajahnya yang kesal pun menggambarkan bahwa ia sedang marah besar. Rasa marah dan benci yang besar pada seseorang juga dapat dilihat dari tingkah laku, seperti mengepalkan tangan, tatapan tajam, tubuh gemetaran dan sebagainya. 4. Sedih a. Emosi sedih dilihat dari perilaku sang tokoh 1) Bungsu Emosi sedih yang dirasakan oleh Bungsu terdapat pada peristiwa yaitu pada saat ia di kuncikan di dalam rumah oleh ibunya. Hal itu dapat dilihat dari kutipan di bawah ini: “Bungsu jatuh terduduk, menangis, dan menangis, tidak ada pintu lain selain pintu depan itu. Si gadis kecil mulai putus asa, ia terus meronta-ronta. Pikirnya, sudah dua hari ini ia dikunci di dalam rumah tanpa alasan yang jelas, sungguh penyiksaan”. (hal 56) Kutipan di atas menggambarkan emosi kesedihan dari dalam diri Bungsu yang disebabkan oleh ibunya yang menguncikan di dalam rumah untuk kedua kalinya. Perasaan sedih sangat tergambar jelas pada kutipan di atas, apabila seseorang dalam keadaan sedih, maka orang tersebut biasanya menumpahkan segala kesedihannya itu dengan menangis, putus asa, dan meronta-ronta. b. Emosi sedih dilihat dari dialog sang tokoh 1) Hanny Emosi sedih yang dirasakan oleh Hanny terdapat pada peristiwa berikut yaitu pada saat Bungsu mengetahui pekerjaan Hanny yang sebenarnya. Peristiwa itu dapat dilihat pada kutipan di bawah ini: “Ibu bohong! Kenapa sih, selalu bohongin Bungsu?! ibu jangan kerja malammalam, Bungsu nggak mau!!” Hanny menangis terisak-isak dan langsung memeluk Bungsu erat-erat. Ia tidak tahu jika rupanya anak kecilnya itu sudah tahu tentang profesinya sebagai wanita malam. “apa Bungsu mau kita jadi gelandangan lagi? Bukankah kau senang kalau ibu belikan kamu boneka, sepatu bari Cinderella,” bujuknya merayu. (hal 77-78) Kutipan di atas menggambarkan emosi kesedihan yang terjadi pada diri Hanny yang disebabkan oleh Bungsu yang sudah mengetahui profesinya sebagai wanita malam. Perasaan sedih tergambar jelas pada kutipan tersebut, apabila seseorang dalam keadaan sedih ia akan cenderung menangis dan merasa bersalah karena telah menyakiti orang yang ia sayangi. c. Emosi sedih dilihat dari pikiran sang tokoh 1) Raman “Baru kali ini ia menangis, seorang lelaki yang menangis sendirian di atas atap genting rumahnya, tak ada siapa pun yang melihat kecuali dirinya sendiri beserta bayangannya. Menutup sepi dalam hening, senyap. Memikirkan satu jawaban untuk dirinya, apa yang harus dilakukannya kini. Melihat kondisi istrinya yang seperti itu, keguguran sampai dua kali, hatinya pun tak lagi kuat’’. (hal 204) Kutipan di atas menggambarkan emosi kesedihan yang terjadi pada diri Raman yang disebabkan oleh penderitaan yang dialami oleh istrinya. Perasaan sedih sangat
tergambar jelas pada kutipan di atas, Raman memilih untuk tetap menyendiri dan duduk di atas atap genting rumahnya sambil menangis. Apabila seseorang dalam keadaan sedih, maka ia akan lebih senang menyendiri, selain itu tanpa disadari apabila kita dalam kesedihan biasanya akan menangis dan hati akan terasa sakit karena meratapi nasib atau hal yang membuat kita sedih SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan analisis tentang emosi pada tokoh dalam novel Mimpi Bungsu karya Vanny Chrisma W. maupun kaitannya dengan pembelajaran sastra di sekolah, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran sastra yang berkaitan dengan emosi tidak dapat dilepaskan dengan kehidupan sehari-hari. Emosi dapat mengajarkan siswa bagaimana sulitnya kehidupan di dunia ini. Adapun analisis emosi yang terdapat dalam novel Mimpi Bungsu adalah sebagai berikut. (1) Emosi Positif terdiri atas emosi cinta dan emosi bahagia. (2) Emosi Negatif terdiri atas emosi kecemasan, takut, marahdan benci, dan sedih. Saran Hasil penelitian tentang Analisis Emosi pada tokoh dalam novel Mimpi Bungsu karya Vanny Chrisma W. dapat dijadikan acuan bagi banyak pihak, yaitu. (1) Bagi Guru, penelitian ini dapat dijadikan rujukan dalam pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Pengajar dapat memanfaatkan analisis sastra yaitu novel dalam hasil penelitian untuk materi pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia, sebagai bagian dalam pembelajaran kesusastraan dan muatan lokal. (2) Bagi Siswa, penelitian ini diharapkan dapat membantu siswa dalam memahami bagaimana emosi-emosi yang terkandung dalam sebuah karya sastra. Selain itu, siswa juga dapat menjadikan pemahaman tentang emosi-emosi dalam karya sastra tersebut sebagai sebuah pelajaran sehingga siswa dapat menyikapinya dengan baik jika terjadi dikehidupan masyarakat. (3) Bagi Lembaga Pendidikan dan Sekolah, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan acuan pengajaran sastra di sekolah. Hasil penelitian ini juga dapat menjadi pertimbangan bagi sekolah untuk menyediakan sarana yang menunjang, khususnya pada bagian perpustakaan untuk menyediakan novel-novel yang dianggap layak menjadi bahan pembelajaran di sekolah khususnya pembelajaran bahasa Indonesia. (4) Bagi Penulis, penelitian ini diharapkan dapat membantu perkembangan dalam penulisan karya sastra. Penulis dapat menjadikannya sebagai acuan agar dapat menyajikan tulisan yang tidak hanya bersifat menghibur, tetapi juga memberikan pengalaman dan pelajaran tentang emosi-emosi yang terjadi di dalamnya. (5) Bagi Masyarakat, penelitian ini diharapkan dapat membantu memahami dalam menikmati karya sastra. Tujuannya, selain memperoleh hiburan, masyarakat juga mendapatkan pemahaman tentang nilai kehidupan setelah membaca karya sastra.
DAFTAR RUJUKAN Aminuddin. 2010. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru. Chrisma, Vanny. 2012. Mimpi Bungsu. Yogyakarta: DIVA Press. Desmita, 2007. Psikologi Perkembangan. Bandung: PT. Remjka Rosdakarya. Minderop, Albertine. 2011. Psikologi Sastra. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia. Semi, M Atar. 1993. Metodologi Penelitian Sastra. Bandung: Angkasa, Gramedia. Sumarni. 2013. “Kepribadian Tokoh dalam Novel Perahu Kertas Karya Dewi Lestari: Analisis Psiologi Sastra”. Skripsi. Pontianak: FKIP Untan. Yuniastuti, Erik. 2002. “Analisis Psikologi Tokoh Utama dalam Novel Jepun Negerinya Hiroko Karya NH. Dini”. Skripsi. Pontianak: FKIP Untan.