Makalah Seminar Kerja Praktek PEMILIHAN INSTRUMENTASI PENGUKURAN LEVEL UNIT 11- DESALTER PT PERTAMINA (PERSERO) RU-VI BALONGAN, INDRAMAYU Ahmad Siddik Prayogi (21060111130072), Dr. Eng. Wahyul Amien Syafei, ST. MT. (197112181995121001) Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro Jl. Prof. Sudarto S.H Tembalang, Semarang, Indonesia Email:
[email protected] ABSTRAK Penggunaan minyak bumi penting dalam kehidupan sehari-hari karena dibutuhkan untuk sumber energi, pembuatan polimer, bahan bakar kendaraan dan lain-lain sehingga melatarbelakangi berdirinya perusahaan dan pabrik minyak. PT Pertamina (Persero) merupakan salah satu perusahaan minyak di Indonesia yang melakukan proses penambangan, pengolahan, pemurnian, dan pendistribusian bahan bakar minyak. PT Pertamina RU-VI Balongan menyuplai minyak untuk kebutuhan DKI Jakarta, Banten, dan sebagian Jawa Barat. Awal mula proses pengolahan minyak adalah penghilangan kandungan garam dan zat kontaminan pada crude oil yang dapat menyebabkan kerusakan pada alat produksi yang disebut proses desalting. Pemilihan instrumentasi pengukuran level yang tepat pada unit desalter dibutuhkan untuk mengoptimalkan kerja desalting. Pada laporan kerja praktek di PT Pertamina RU-VI Balongan penulis mengambil pokok bahasan tentang analisis dalam memilih instrumentasi pengukuran level berdasarkan kondisi lingkungan, karakteristik sensor level, jenis-jenis fluida, dan interfaces yang terbentuk pada desalter. Kata kunci — Desalter, Interface, Pengukuran Level.
I.PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Minyak bumi merupakan sumber energi yang penting pada kehidupan manusia dan digunakan untuk berbagai kebutuhan. Di Indonesia persediaan minyak bumi cukup melimpah dan diolah untuk pemenuhan kebutuhan dalam negeri. Salah satu perusahaan minyak di Indonesia yang melakukan proses penambangan, pengolahan, pemurnian, dan pendistribusian bahan bakar minyak adalah PT Pertamina (Persero). PT Pertamina RU-VI Balongan melakukan proses pengolahan dan pemurnian minyak mentah melalui 13 unit lengkap dengan berbagai macam instrumentasi penunjang. Awal mula proses pengolahan crude oil adalah penghilangan kandungan garam dan zat kontaminan yang dapat menyebabkan kerusakan pada alat produksi. Proses tersebut disebut desalting yang dilakukan pada unit bernama desalter. Desalter membutuhkan instrumentasi pengukuran level yang tepat untuk memudahkan pekerjaan eksekutor lapangan dan membuat proses produksi efisien. Bertepatan dengan tahun 2015, PT
Pertamina RU-VI Balongan akan melakukan maintenance besar-besaran yaitu menon-aktifkan sebagian besar proses produksi, melakukan penggantian barang produksi, dan upgrading teknologi sehingga melatarbelakangi penulis untuk mengambil tema “Pemilihan Instrumentasi Pengukuran Level Unit 11 – Desalter” di PT Pertamina RU-VI Balongan, Indramayu. 1.2 Tujuan Tujuan dari pelaksanaan Kerja Praktek ini adalah sebagai berikut: 1. Mempelajari desalter dan proses kerjanya. 2. Mempelajari jenis-jenis instrumentasi pengukuran level dan pemilihannya sesuai kebutuhan. 1.3 Batasan Masalah Pembahasan dibatasi untuk proses desalting secara umum dan pemilihan intrumentasi pengukuran level yang diterapkan pada desalter berdasarkan karakteristik sensor.
Gambar 3. Diagram Alir Desalting[6] Gambar 1. Desalter
Gambar 2. Titik-titik Air yang Mengandung Garam pada Crude Oil
II. Dasar Teori PT Pertamina RU-VI Balongan melakukan pengolahan dan pemurnian crude oil menjadi bahan bakar minyak siap pakai. Setelah crude oil datang dari tambang maka terlebih dahulu ditampung pada tangki besar bernama unit CDU setelah itu dialirkan ke unit desalter. 2.1 Desalter Desalter adalah unit untuk memisahkan minyak mentah atau crude oil dari kandungan garam dan zat kontaminan yang ditunjukkan gambar 1. Minyak mentah biasanya terdiri dari 84% carbon, 14% hydrogen, 1% - 3% sulfur, dan kurang dari 1% terdiri dari nitrogen, oxygen, logam dan garam[1]. Kandungan garam dapat menyebabkan masalah pada produksi dan pemurnian minyak mentah karena mempercepat korosi pada pipa dan peralatan. Kandungan garam di minyak mentah ini terlarut pada titik-titik air yang tersebar di minyak mentah seperti yang ditunjukkan gambar 2. 2.2 Proses Desalting Desalter menghilangkan kontaminasi yang terdapat pada crude oil dengan terlebih dahulu mengemulsi crude oil dengan injeksi kimia dan air pencuci atau wash water[1]. Media yang dapat mengu –
Gambar 4. Display Program Pemantau Unit Desalter di Pertamina RU-VI
rangi kandungan garam didalam minyak adalah air karena air memiliki tingkat kelarutan (solubility) terhadap garam yang lebih tinggi dibandingkan minyak mentah. Diagram alir proses desalting ditunjukkan gambar 3. Wash water dan crude oil dipanaskan terlebih dahulu pada heat exchanger sampai suhu sekitar 135o - 150o C. Untuk mencegah penguapan air sebelum mencapai suhu 135o - 150o C, maka tekanan dibuat mencapai 8,5 kg/cm2. Proses pencampuran wash water dengan crude oil ini terjadi di mixing/ emulsifying valve. Setelah proses mixing, wash water dan crude oil ditampung di tangki desalter. Proses desalting pada Pertamina RUVI melewati dua tahap. Tahap pertama adalah Desalter V101A menampung campuran crude oil dan wash water yang dicampur di mixing valve seperti yang ditunjukkan display program pemantau unit desalter yang ditunjukkan gambar 4. Sesuai Hukum Stoke, campuran ini akan terpisah di tangki desalter sehingga terbentuk beberapa lapisan yaitu endapan solid, air, emulsi, dan minyak. Endapan solid yang terdapat dibagian bawah harus dihilangkan karena jika dibiarkan akan menumpuk dan menyebabkan volume air cepat naik.
Produk minyak dari tangki V101B diharapkan minimal mengandung 0,5 % ppm (parts per million) sebagai kondisi yang dapat diterima.
Gambar 5. Electrostatic Precipitation[6]
Proses menghilangkannya dengan cara mud wash yaitu memompa air di bagian bawah sehingga endapan solid akan tercampur dengan air dan dikeluarkan lewat bawah tangki. Selain itu di dalam tangki juga terjadi proses electrostatic precipitation yaitu mengendapkan titik-titik air yang masih tercampur pada crude oil menggunakan elektroda yang diberi tegangan tinggi seperti yang ditunjukkan gambar 5. Elektroda yang diberi tegangan tinggi akan mengikat titik-titik air yang melewati elektroda, setelah titik air berkumpul maka akan menjadi berat dan air akan jatuh ke bawah menuju lapisan air. Hal ini bisa terjadi mengetahui berat jenis air lebih besar daripada berat jenis minyak. Proses selanjutnya yaitu minyak pada lapisan atas dalam tangki Desalter V101A dihisap dari atas tangki menuju tangki selanjutnya yaitu V101B. Pada saat perjalanan crude oil ke tangki V101B terjadi proses demulsifier yaitu proses penginjeksian kimia untuk memecah emulsi menjadi minyak dan air. Sedangkan wash water yang terdapat di tangki V101A dihisap dari bawah lalu dibuang ke limbah. Pembuangan air cuci bekas atau desalter effluent water ini memiliki ketentuan kondisi yaitu minimal mengandung minyak 250 ppm (parts per million). Proses tahap kedua adalah pengulangan proses tahap pertama pada tangki desalter V101B. Perbedaannya adalah air yang digunakan sebagai washwater masih baru. Setelah proses desalting pada tangki V101B selesai, crude oil dihisap melalu atas tangki dan dilanjutkan ke proses selanjutnya yaitu Distillation, sedangkan air di tangki V101B akan dihisap dari bawah tangki dan diteruskan ke tangki V101A untuk menjalani proses desalting tahap pertama.
2.3 Macam-macam Tipe Instrumentasi Pengukuran Level Pada pengoperasian desalter dibutuhkan instrumentasi pengukuran level untuk mendukung pemantauan tingkat ketinggian lapisan antara air dan emulsi (interface). Untuk itu perlu diketahui prinsip kerja tiap sensor level. 2.3.1 Differential Pressure Transmitter Prinsip kerja differential pressure transmitter level measurement adalah dengan mengkonversikan beda tekanan (differential pressure) antara sisi bawah fluida dalam bejana dengan titik acuan, menjadi level fluida yang dimaksud sesuai dengan konstanta yang sudah ditetapkan sebelumnya[3] seperti ditunjukkan persamaan [1] berikut. = . .ℎ [1] Perubahan tekanan (P) akan menunjukkan perubahan ketinggian (h) karena nilai ρ dan g sama. 2.3.2 Float dan Displacer Level Measurement Float level bekerja dengan prinsip gaya apung yang mana jika ketinggian zat cair berubah dalam wadah, maka akan diikuti oleh pengapungan benda floatnya Dari pergerakan ini dapat dihitung tingkat ketinggian cairan dengan keluaran dari transmitter yang telah dikalibrasi sebelumnya. Displacer bekerja dengan prinsip hukum Archimedes, yaitu besarnya gaya apung pada suatu benda yang tenggelam adalah sama dengan volume fluida yang dipindahkan benda[5]. Besarnya gaya apung ditunjukkan persamaan [2] sebagai berikut. = . . [2] Perubahan gaya apung (Fa) dan nilai massa jenis fluida ( ) yang dideteksi oleh displacer dikalibrasi untuk mengukur ketinggian fluida karena nilai g dan Vb selalu sama.
2.3.3 Ultrasonic Level Measurement Pemancar ultrasonik bekerja dengan prinsip pengiriman gelombang suara berfrekuensi lebih dari 20.000 Hz dari piezo elektrik transduser.Piezo Elektrik Transduser mengirimkan gelombang suara yang akan mengenai permukaan fluida dan memantul yang seterusnya ditangkap kembali oleh transduser[2]. Perangkat ini mengukur waktu yang diperlukan untuk pemantulan gelombang suara kembali ke transduser. 2.3.4 Radar Level Measurement Pulsed Wave System memancarkan ledakan microwave terhadap material proses, ledakan microwave ini dipantulkan kembali oleh permukaan material dan dideteksi oleh sensor yang sama yang sekarang bertindak sebagai penerima. Ketinggian ditentukan dari rentang waktu pemancaran dan penangkapan kembali sinyal microwave. 2.3.5 Nuclear Level Measurement Pengukuran level dengan nuklir digunakan untuk pengukuran kontinyu. Radioisotop yang digunakan untuk pengukuran level memancarkan energi yang cukup konstan. Radiasi Gamma yang biasanya digunakan untuk pengukuran ini menembus dinding vessel dan media proses. Detektor di sisi lain dari vessel memiliki scintillator yang berfungsi untuk mengubah energi yang terpancar dari radioisotope menjadi cahaya[4]. Lalu cahaya diteruskan ke photomultiplier untuk penguatan dan mengkonversi menjadi impuls elektrik. Perbedaan ketinggian level dan jenis fluida dapat diketahui dengan perbedaan daya tembus radioisotop yang dipancarkan. 2.3.6 Capacitance Level Measurement Capacitance level measurement bekerja dengan seiring kenaikan tingkat ketinggian, material mulai menyelimuti sensing element, kapasitansi dalam rangkaian juga meningkat seperti yang ditunjukkan persamaan [3] berikut. = [3] Perubahan kapasitansi (C) dikalibrasikan untuk penentuan ketinggian dengan mendeteksi nilai konstanta
dielektrik (K), luas plat (A), dan jarak antar plat (D). 2.3.7 RF Admittance Pada prinsipnya teori RF Admintansi sama dengan capacitance, perbedaannya adalah penambahan rangkaian elektronik yaitu Oscillator buffer dan rangkaian chopper drive yang memungkinkan pengukuran terpisah antara resistansi dan kapasitansi[2]. Dengan mengetahui R dan C yang didapat dari chopper drive, error dari probe yang terselimuti (coating) dapat ditanggulangi dengan mengurangkan total output dengan output baru. III. ANALISA DAN PEMBAHASAN 3.1 Kondisi dan Penggunaan Instrumentasi Pengukuran Level pada Desalter PT Pertamina RU-VI Balongan saat ini menggunakan parameter trycock untuk mengidentifikasi ketinggian lapisan air pada unit desalter. Sebenarnya terpasang instrumentasi pengukuran level kapasitan namun sensornya tidak bekerja. 3.1.1 Penggunaan Parameter Trycock pada Desalter Di dalam tangki desalter terdapat empat fluida yang tersusun berlapis yaitu solid, air, emulsi, dan minyak. Instrumentasi pengukuran level dibutuhkan untuk menjaga ketinggian air selalu pada kondisi standar. Diagram alir unit desalter dan parameter trycock ditunjukkan gambar 6.
Gambar 6. Diagram Alir Desalter dan Parameter Trycock
Pada gambar 6. terlihat ada parameter trycock 1 hingga 5. Trycock adalah saluran pembuangan kecil untuk indikasi tingkat ketinggian lapisan cairan atau interface
Tabel 1. Hubungan Sensor Level dengan Temperatur, Akurasi, dan Model jInstalasi[7]. Level Sensors
Suhu Maks. (0F)
Inaccuracy (1 in = 25.4 mm)
Instalasi
DP Transmitter Float Displacer Ultrasonic Radar
1200 500 850 300 450
0,1% AS 1 % FS 0.5% FS 1 % FS 0.12 in
Kontak Kontak Kontak Non-kontak Non-kontak
Unlimited
0.25 in
Non-kontak
Capacitance
2000
1-2 % FS
Kontak
RF Admittance
2000
1-2 % FS
Kontak
Nuclear
Keterangan: AS = in % of actual span FS = in % of full scale dengan mengamati cairan fluida yang dibuang. Pada kondisi standar, air berada pada tingkat 2 hingga 3. Bila air berada kurang dari tingkat 2 maka intensitas air ditambah namun jika parameter air melebihi 3 maka intensitas air dikurangi. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga agar air tidak terhisap dari pompa bagian atas atau minyak tidak ikut terbuang dari pompa bagian bawah. 3.1.2 Instrumentasi Pengukuran Level Saat ini pada Desalter Dahulu Desalter pada Pertamina RUVI Balongan menggunakan Instrumentasi Pengukuran Level Displacer. Namun alat instrumentasi itu mengalami kerusakan dikarenakan displacernya tertimbun tumpukan solid yang mengendap. Hingga saat ini pada Pertamina RU-VI Balongan menggunakan Instrumentasi Pengukuran Level Capacitance. Instrumentasi ini tidak menghabiskan biaya yang tinggi dan mudah pengaplikasiannya namun kondisi saat ini adalah sensor level pada tangki V101A desalter mati, dan pada V101B bekerja namun tidak akurat. Hal ini disebabkan terselimutinya probe kapasitansi oleh minyak dan emulsi sehingga akurasi berkurang. Dengan kondisi di atas, Unit Desalter membutuhkan instrumentasi pengukuran level interface antara air dan emulsi dan diaplikasikan secara kontinyu. Instrumentasi pengukuran level juga mampu bekerja pada kondisi bertemperatur kira-kira 1500 C dan tekanan 8,5 kg/cm2,
bersifat adaptable pada perubahan densitas atau SG antara air dan minyak, dan dapat mendeteksi secara langsung jenis fluida yang diukur. Penggunaan parameter trycock masih bersifat konvensional karena kesulitan pembedaan antara emulsi dan minyak sehingga terkadang harus dibawa ke laboratorium terlebih dahulu untuk pengujian jenis fluida tersebut. 3.2 Identifikasi Karakteristik Tiap Sensor Level Pemilihan Instrumentasi Pengukuran Level dipertimbangkan metode pengukuran yang tepat dan dapat diaplikasikan secara kontinyu sesuai kondisi pada Unit Desalter dengan pengukuran empat lapisan (interfaces) meliputi solid, air, emulsi, dan minyak. Berikut beberapa karakteristik sensor level dengan parameter temperature, inaccuracy, dan model instalasi pada tabel 1. Pada desalter kondisi suhunya sekitar 130o – 150o C yang berarti 266o -312o F. Untuk operating pressure dari sensor diatas semua mampu bekerja pada tekanan 8,5 kg/cm2 sesuai spesifikasi dari vendor masing-masing sensor. Dari tabel 1. semua sensor memenuhi syarat untuk parameter temperatur. Untuk jenis fluida yang terlihat pada tabel 2. terlihat perbedaan. Untuk fluida liquids (cair) semua sensor level diatas dapat bekerja dengan baik. Untuk fluida granular (mengandung butiran-butiran padat) DP Transmitter dan Displacer/ Float tidak dapat beroperasi.
Tabel 2. Hubungan Sensor Level dengan Jenis Fluida[2] Level Sensors DP Transmitter
Liquids 1
Granulars 3
Slurries 2
Interfaces 2
Displacer / Float
1
3
2
2
Ultrasonic
1
2
1
3
Radar
1
2
1
3
Nuclear
1
2
1
2
Capacitance
1
2
3
2
RF Admittance
1
2
1
1
Keterangan: 1 = Baik 2 = Dengan Kondisi Tertentu 3 = Buruk atau tidak dapat diaplikasikan Untuk fluida slurries (seperti bubur) DP Transmitter dan displacer/float memerlukan perhatian khusus dan tidak dapat beroperasi pada sensor level capacitance. Untuk pengukuran interface sensor radar dan ultrasonik tidak dapat beroperasi, memerlukan perhatian khusus untuk sensor DP transmitter, displacer / float, nuclear, dan capacitance, dan bekerja dengan baik pada sensor RF Admittance. Untuk memenuhi kondisi pengukuran di desalter, sensor bisa mengukur pada media interface karena yang dijaga adalah ketinggian air dan granular karena pada kondisi tertentu terjadi penumpukan solid di lapisan bawah air. Oleh karena itu setiap sensor level diatas akan dibahas satupersatu bila diaplikasikan pada desalter. 3.3 Analisis Tiap Sensor Level untuk Aplikasi di Desalter 3.3.1 DP Level Transmitter Sensor ini umum digunakan dan familiar dengan keuntungan instalasi secara eksternal sehingga tidak mengubah struktur tangki[2]. Sensor ini juga dapat diaplikasikan pada pengukuran interface namun terjadi kesalahan pengukuran bila terjadi perubahan densitas fluida[8]. Di dalam desalter terdapat banyak interface dengan berbagai densitas, tekanan dan suhu juga dapat menyebabkan perubahan densitas. Untuk itu sensor ini tidak cocok untuk diaplikasikan pada desalter.
3.3.2 Float dan Displacer Float sudah tidak menjadi pilihan karena bekerja berdasarkan prinsip gaya apung. Media yang akan diukur adalah ketinggian interface antara air dan emulsi yang berada di bagian tengah tangki, sedangkan float akan mengapung di permukaan. Displacer baik untuk mengukur interface karena bekerja dengan menetapkan nilai densitas dan massa jenis fluida. Dengan menetapkan nilai densitas air pada displacer maka yang terukur adalah ketinggian air[8]. Namun kendala alat ini adalah solid-solid yang mengendap pada tangki dapat membuat kesalahan pengukuran dan memerlukan kalibrasi ulang. Dahulu pada desalter digunakan sensor level displacer dan rusak setelah tertimbun tumpukan solid. Dengan lebih meningkatkan pengawasan pada tumpukan solid maka sensor jenis displacer masih bisa jadi pilihan. 3.3.3 Ultrasonic dan Radar Dengan melihat tabel sebelumnya maka ultrasonic dan radar sudah tidak menjadi pilihan. Ultrasonic bekerja dengan pemancaran gelombang sonar/ sonic/ ultrasonic dan penangkapan kembali gelombang oleh receiver[8]. Pada desalter terdapat material solid, interface, noise yang menyebabkan pengukuran tidak akurat. Radar bekerja dengan pemancaran gelombang microwave dan penangkapan kembali gelombang oleh receiver. Sensor
ini tidak akurat untuk pengukuran interface dan juga terkendala oleh elektroda tegangan tinggi pada desalter yang dapat menyebabkan kesalahan pengukuran. 3.3.4 Nuclear Nuklir bekerja dengan pemancaran energi dari radioisotop yang ditangkap oleh detektor. Sensor ini dapat mengetahui density tiap lapisan fluida dengan mengidentifikasi kekuatan daya tembus yang dibutuhkan oleh radioisotop menuju detector. Nuklir cocok digunakan untuk pengukuran kontinyu dan dalam kondisi lingkungan yang ekstrim[2]. Dalam pengukuran interface, nuklir juga dapat mengukur lebih dari satu lapisan interface sesuai jumlah detektor yang dipasang[4], hal ini cocok untuk kondisi pada desalter yang terdiri dari 4 lapisan fluida. Nuklir punya keuntungan lain yaitu dapat mengetahui profil dari isi fluida desalter dengan mengidentifikasi density tiap media[4]. Hal ini memudahkan petugas lapangan karena dapat mengetahui jenis lapisan fluida tanpa melakukan uji lab. 3.3.5 Capacitance dan RF Admittance Sensor capacitance dapat digunakan untuk mengukur interface namun fluida yang menyelimuti probe menyebabkan kesalahan pengukuran[2]. Pada RF Admitansi kesalahan pengukuran pada probe yang terselimuti dapat ditanggulangi dan akurat namun kondisi pada desalter memiliki banyak interface yaitu solid, air, emulsi, dan minyak. Rf Admitansi bekerja dengan baik untuk identifikasi interface antara 2 lapisan. Untuk kapasitan kedepan sudah tidak menjadi pilihan, sedangkan untuk RF Admitansi masih bisa jadi pilihan. 3.4 Pemilihan Instrumentasi Pengukuran Level Dalam pengaplikasiannya pada Desalter, diharapkan sensor level dapat memenuhi kondisi-kondisi sebagai berikut. 1. Dapat bekerja pada kondisi desalter yaitu suhu ± 150o C dan tekanan ± 8,5 kg/cm2. 2. Dapat digunakan untuk pengoperasian pengukuran interface pada desalter yang terdiri dari banyak lapisan. 3. Digunakan untuk pengukuran kontinyu. 4. Dapat mengetahui profil dari lapisan fluida di dalam Desalter.
5. Teraplikasi non-kontak sehingga mengurangi kemungkinan error dan pengulangan kalibrasi. Dari semua kondisi diatas, sensor yang paling cocok digunakan saat ini adalah nuklir karena handal digunakan untuk pengukuran kontinyu sesuai pada kondisi di desalter yang prosesnya terus berjalan menjernihkan crude oil dari garam. Dengan menambah detektor nuklir dapat mengukur interface pada desalter yang terdiri lebih dari satu lapisan sekaligus mengidentifikasi jenis medianya yang berlapis. Sensor ini dapat bekerja pada kondisi ekstrim yaitu temperatur dan tekanan tinggi. Metode instalasi sensor secara non-kontak dapat mengurangi eror dan memudahkan untuk pemeliharaan dan pengujian. IV. PENUTUP 4.1 Kesimpulan Di dalam tangki Desalter terbentuk lapisan material proses yaitu solid, air, emulsi, dan minyak. Tangki Desalter selalu penuh sehingga instrumentasi pengukuran level yang dibutuhkan adalah pengukuran interface antara air dan emulsi sehingga tingkat ketinggian air bisa dijaga agar tidak terlalu tinggi atau terlalu rendah. Melihat metode dan kehandalan instrumentasi pengukuran level nuklir yang bersifat kontinyu, dapat mengetahui profil dari isi tangki, dapat bekerja pada kondisi ekstrim, dan dapat digunakan untuk pengukuran interface karena menggunakan prinsip identifikasi density atau kepadatan tiap jenis fluida menjadikan sensor ini pilihan terbaik untuk diterapkan pada pengukuran interface pada Desalter di PT Pertamina (Persero) RU-VI Balongan, Indramayu. 4.2 Saran 1. Pemilihan instrumentasi pengukuran level pada Desalter lebih detail dan melihat dari segi ekonomi, karakteristik, lingkungan dan sosial. 2. Pemilihan melibatkan jenis, merk, dan vendor sehingga jelas dan tuntas dalam pemilihan instrumentasi pengukuran level pada Desalter.
DAFTAR PUSTAKA
[1]
[2]
[3]
[4]
[5]
[6]
[7]
[8]
New Logic Research. (2003). Using VSEP to Treat Desalter Effluent. Makalah New Logic, Emeryville, CA 94608 USA [Online].URL: http://www.iceweb.com.au/Technical/L evelTechnologies.html. Diakses tanggal 16 April 2014 [Online].URL: http://artikel-teknologi.com/sensorketinggianlevel-fluida-dalam-bejanadengan-menggunakan-sensor-tekanan/ . Diakses tanggal 27 April 2014 Fraden, J. 2010. Handbook of Modern Sensors Physics, Design, and Applications Fourth Edition. Springer. California. [Online]. URL: http://qbaca.wordpress.com/2013/01/14/ hukum-archimedes-soal-danpembahasan-lengkap/ . Diakses tanggal 21 Mei 2014 [Online].URL: http://hupseng.com.sg/html/components /product/electrostatic.html . Diakses tanggal 16 April 2014 [Online].URL: http://www.omega.com/literature/transa ctions/volume4/t9904-11-level.html . Diakses tanggal 9 Juni 2014 NJATC. 2008. Fundamental of Instrumentation Second Edition. Delmar Cengage Learning: USA
BIODATA Ahmad Siddik Prayogi Lahir pada tanggal 28 Maret 1993. Beralamat di Jalan Jomblang Timur 828 C Semarang. Anak ketiga dari tiga bersaudara. Saat ini menjadi mahasiswa di Universitas Diponegoro mengambil Jurusan Teknik Elektro Konsentrasi Elektronika. Semarang, Juni 2014 Menyetujui, Dosen Pembimbing
Dr. Eng. WahyulAmienSyafei, ST, MT NIP.197112181995121001