MAKALAH SEMINAR KERJA PRAKTEK PENGENDALIAN MOTOR LISTRIK PADA BUKA TUTUP PINTU FURNACE DENGAN PLC SIMATIC S7-300 DALAM PROSES CONTINUOUS REHEATING FURNACE Dinas Perawatan Listrik Pabrik Baja Lembaran Panas ( Hot Strip Mill ) PT. Krakatau Steel Cilegon Bernadeta Devina Puspasari1, Wahyudi2 Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Jl. Prof. Sudharto, Tembalang, Semarang, Indonesia Abstrak: Continuous reheating furnace merupakan proses utama yang mengawali pembentukan gulungan baja panas di Divisi Hot Strip Mill (HSM) PT.Krakatau Steel Cilegon. Dalam dapur pemanas berulang ini, slab yang menjadi bahan baku hot rolled coil mengalami pemanasan dengan temperature tinggi antara 1200-13000c hingga 2,5 menit. Tahap ini berlangsung terus menerus selama 24 jam tanpa henti (continuous). Karena berlangsung secara kontinu, maka diperlukan adanya sistem kontrol otomatis untuk menjamin kelancaran produksi dan meningkatkan keselamatan pekerja yang bekerja di dekat proses reheating (pemanasan) yang sedang berlangsung. Salah satu bagian yang perlu dikontrol adalah motor yang mengendalikan proses buka tutup pada pintu furnace. Pada saat furnace bekerja memanaskan slab maka pintu furnace harus tertutup untuk menjaga suhu sesuai kisaran pemanasan. Pintu furnace juga harus terbuka ketika lengan-lengan pendorong slab sedang bekerja memasukkan / menarik slab dari tungku. Sebagai kontrollernya digunakan sistem PLC (Programmable Logic Controller). Laporan Kerja Praktek ini akan membahas tentang pengendalian motor listrik pada proses buka tutup pintu furnace dalam proses produksi di PT. Krakatau Steel Cilegon. Pengendalian ini menggunakan PLC Siemens SIMATIC S7-300 dan software yang digunakan adalah SIMATIC MANAGER. Kata-kunci: Continuous reheating furnace, SIMATIC MANAGER, Programmable Logic Controller (PLC), Function Block Diagram.
Logic Controller (PLC), serta mempelajari pemrograman PLC Simatic S7-300 secara umum.
LATAR BELAKANG Semakin berkembangnya peradaban manusia semakin tinggi pula keinginan dan kebutuhan dari manusia. Dengan didorong oleh perkembangan ilmu dan teknologi yang cukup pesat saat ini memberikan pengaruh dengan berkembangnya dunia industri di Indonesia yang bergerak di bidang perindustrian. PT. Krakatau Steel merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang industri manufaktur. Perusaan ini bergerak dalam bidang pengecoran baja. PT. Krakatau Steel sudah banyak menghasilkan produk seperti: kawat baja, baja profil, plat baja maupun beja beton. Continuous reheating furnace merupakan salah satu proses yang terdapat di Divisi Hot Strip Mill. Bahan baku slab mengalami pemanasan dengan temperature tinggi antara 120013000c hingga 2,5 menit dalam proses ini. Untuk menjamin kelancaran produksi dan keselamatan pekerja, diperlukan sistem kontrol otomatis untuk mengendalikan motor dalam buka tutup pintu furnace tersebut.
BATASAN MASALAH Dalam makalah kerja praktek ini, dibahas hal-hal yang bersifat umum yang menyangkut tentang pengendalian motor listrik pada buka tutup pintu furnace dengan PLC SIMATIC S7-300 pada Continuous Reheating Furnace di Divisi Hot Strip Mill (HSM) PT. Krakatau Steel Cilegon. DASAR TEORI Unit Produksi PT.Krakatau Steel Cilegon PT Krakatau Steel merupakan industri baja terbesar di Indonesia yang mempunyai fasilitas produksi mencakup 6 pabrik utama, yaitu Pabrik Besi Spons (Direct Reduction Plant), Pabrik Slab Baja (Slab Steel Plant), Pabrik Billet Baja (Billet Steel Plant), Pabrik Baja Lembaran Panas (Hot Strip Mill), Pabrik Baja Lembaran Dingin (Cold Rolling Mill), dan Pabrik Baja Batang Kawat (Wire Rod Mill).
TUJUAN Makalah Kerja Praktek ini bertujuan untuk mengetahui penerapan sistem kontrol di industri khususnya sistem yang menggunakan Programmable 1 2
Mahasiswa Jurusan Teknik Elektro UNDIP Dosen Jurusan Teknik Elektro UNDIP
1
2 untuk dapat diproses lebih lanjut. Pemanasan ini memerlukan temperature tinggi antara 1200-13000c dengan selang waktu 2,5 menit. Tahap ini berlangsung terus menerus selama 24 jam tanpa henti (continuous). Dalam Pabrik Baja Lembaran Panas / HSM terdapat dua reheating furnace yakni: Gambar 1. Proses Produksi PT.Krakatau Steel.
Hot Strip Mill (HSM) Pada Divisi HSM, untuk menghasilkan produk-produknya digunakan bahan baku berupa baja slab dengan ukuran sebagai berikut : 1. tebal : 180-230 mm (continous casting slab) 2. lebar : 600-2080 mm 3. panjang : max. 12000 mm 4. berat : max. 30 ton Proses utama produksi slab menjadi lembaran baja adalah sebagai berikut : 1) Reheating Furnace Pada tahap ini, slab dipanaskan ulang dalam furnace dengan suhu mencapai 1200o C – 1300o C. 2) Sizing Press Setelah dipanaskan, slab dikurangi ukuran lebarnya dengan melakukan pressing (pukulan) pada kedua sisi slab. Ukuran lebar slab disesuaikan dengan spesifikasi baja yang diinginkan. 3) Roughing Mill Pada Roughing Mill, slab akan dikurangi ketebalannya dengan proses pengerolan. Bagian ini menggunakan stand dengan tipe 4 Hi atau quatro dengan metode pengerolan bolak-balik. Slab akan mengalami proses roll beberapa kali (pass), tergantung dari ketebalan yang diinginkan. 4) Finishing Mill Pada Finishing Mill, slab akan mengalami proses roll untuk memperoleh ketebalan strip yang sesuai dengan pesanan. 5) Down Coiler Sebelum strip (hasil dari Finishing Mill) masuk ke down coiler, slab melewati laminar cooling yang berfungsi untuk mendinginkan strip. Setelah strip mencapai temperatur yang sesuai maka proses yang selanjutnya adalah menggulung strip menjadi coil di down coiler. Continuous Reheating Furnace Continuous reheating furnace merupakan bagian yang tak terpisahkan dari sistem produksi dalam Hot Strip Mill. Continuous reheating furnace mengawali proses pembentukan slab menjadi hot rolled coil. Pada tahap ini, slab mengalami proses pemanasan di dalam tungku yang dikendalikan listrik
a. Reheating furnace tipe Pusher Reheating furnace jenis ini merupakan buatan Jerman. Cara kerjanya mendorong slab baja masuk ke dalam tungku yang digerakkan oleh motor hidrolik pneumatic dan mengeluarkan slab dari dalam furnace menuju hot roll table. Memakai bahan bakar gas alam dan residu minyak yang didistribusikan melalui pipa-pipa yang terlebih dahulu dipanaskan dengan menggunakan boiler. b. Reheating furnace tipe Walking beam Reheating furnace tipe ini digerakkan oleh motor listrik. Slab-slab yang akan dipanaskan dibawa masuk dan keluar furnace dengan menggunakan beam yang bisa bergerak masuk dan keluar tungku (furnace). Furnace ini memakai bahan bakar gas alam dan LFO (liquid fuel oil) / solar. Keunggulan furnace ini dibandingkan dengan tipe pusher adalah furnace ini mampu mengeluarkan slab dari dalam tungku dan tidak memerlukan slab lain untuk mengeluarkan slab yang telah dipanaskan seperti yang dilakukan oleh tungku tipe pusher.
Gambar 2. Furnace di Divisi Hot Strip Mill
Dalam Pabrik Baja Lembaran Panas / HSM, furnace yang digunakan adalah tipe walking beam. Furnace Tipe Pusher tidak sedang digunakan karena alasan efisiensi. PLC SIEMENS SIMANTIC S7 – 300 PLC ini adalah buatan SIEMENS Jerman. S7-300 ini didesain berbentuk modular, sehingga penggunaanya dapat membangun suatu sistem dengan mengkombinasikan komponen-komponen atau susunan modul-modul S7-300. Komponen-Komponen Sistem Sistem S7-300 disusun dari beragam komponen modular. Komponen-komponennya meliputi :
3
Modular Power Supply (PS) Central Processing Unit (CPU) Signal modules (SM) Function modules (FM) Processors Communications(CPs)
Gambar 5. Motor listrik.
2)
Gambar 3. Komponen S7-300.
PLC Modul-modul yang digunakan adalah sebagai berikut: Power Supply CPU Digital Input Module Digital Output Module Analog Output Module
Gambar 6. PLC S7-300.
3) Gambar 4. Kombinasi hardware dan software.
Software yang digunakan adalah SIMATIC MANAGER. Pada PLC S7-300 ada tiga macam pemrograman yang digunakan, yaitu : Ladder Logic Diagram ladder berbentuk jaringan sakelar yang dihubungkan secara seri dan paralel dan hasilnya disimpan di dalam memori tertentu. Statement List Dengan menggunakan cara ini PLC diprogram dengan menggunakan bahasa pemrograman yang ada pada software untuk programming Function Block Diagram Bentuk ini menggunakan blok-blok yang dipasang secara seri atau paralel. Setiap blok merupakan simbol-simbol dalam gerbang logika.
(a) Kontaktor bantu (b) kontaktor utama Gambar 7. Kontaktor dalam PLC S7-300.
4)
Power Source Sumber tegangan yang digunakan untuk sistem ini adalah tegangan AC 220 volt 1 phasa untuk supply PLC, dan tegangan AC 380 volt 3 phasa untuk supply motor. Selain itu terdapat power supply 24 volt DC berasal dari PLC untuk supply main kontaktor dan signal module PLC.
5)
Fuse dan Overload Breaker Keduanya berfungsi sebagai pengaman sistem terhadap hal-hal yang dapat membahayakan sistem dan operator.
Bagian-Bagian Sistem Pengendalian motor listrik pada buka tutup pintu furnace terdapat 6 (enam) bagian. 1)
Motor AC Asinkron 3 phasa 380 volt Motor ini merupakan bagian utama dari sistem, yang berfungsi untuk menggerakkan pintu furnace sehingga pintu dapat membuka dan menutup otomatis. Motor yang digunakan adalah buatan SIEMENS Jerman.
Kontaktor-Kontaktor Kontaktor-kontaktor berfungsi untuk proses switching-nya. Ada dua jenis kontaktor yang digunakan pada sistem ini, yaitu kontaktor utama (main contactor) yang berfungsi sebagai kontak untuk tegangan 380 volt dan motor, dan kontaktor bantu (auxiliary contactor) yang befungsi sebagai kontak untuk mengaktifkan kontaktor utama sesuai perintah PLC.
4
Gambar 8. Overload breaker.
6)
Panel Kontrol Panel kontrol merupakan bagian dari sistem dimana perintah-perintah kerja yang diberikan operator berasal. Pada panel ini terdapat tombol-tombol perintah. Selain itu terdapat meter analog sebagai penunjuk bukaan pintu furnace.
Gambar 9. Panel kontrol
Cara Kerja Sistem Pada dasarnya, sistem ini bekerja secara manual untuk mengendalikan motor listrik pada buka tutup pintu furnace tipe furnace walking beam. Bila reheating furnace sedang bekerja memasukkan / mengeluarkan slab maka diharuskan kondisi pintu furnace terbuka. Maka perintah untuk membuka pintu furnace diberikan dengan menekan tombol “OPEN” (tombol hijau). Motor akan berputar untuk membuka pintu furnace dan lampu indikator hijau akan berkedip menunjukkan motor sedang bekerja untuk membuka pintu furnace. Pada proses continuous reheating furnace ini, motor listrik pada buka tutup pintu furnace mulamula diatur untuk membuka 50% saja untuk memberi kesempatan lengan-lengan pendorong slab bergerak maju menuju furnace tanda ada slab yang siap dimasukkan / dikeluarkan. Saat pintu furnace sudah terbuka sebesar 50%, maka motor akan berhenti berputar. Berhentinya motor listrik untuk membuka pintu furnace menggunakan limit switch yang akan aktif saat pintu furnace terbuka separuh. Pada kondisi ini, lampu indikator hijau akan terus menyala. Kemudian bila diinginkan pintu furnace terbuka lebih lebar untuk memasukkan / mengeluarkan slab, maka tombol “OPEN” harus ditekan lagi namun dengan cara jogging. Jogging adalah cara dengan tombol terus ditekan hingga diperoleh bukaan pintu furnace yang diinginkan
hingga bukaan 100%. Bila pintu furnace telah terbuka seluruhnya, maka motor akan berhenti berputar karena aktifnya limit switch penanda terbuka maksimal. Bila reheating furnace sedang beroperasi memanaskan slab, maka pintu furnace harus ditutup untuk menghalangi penurunan suhu yang berakibat pada borosnya bahan bakar. Untuk itu, tombol “CLOSE” harus ditekan. Berbeda dengan perintah “OPEN”, perintah “CLOSE” akan membuat motor berputar dengan arah sebaliknya untuk menutup pintu furnace. Pada perintah ini, lampu indikator putih akan berkedip saat motor bekerja. Motor akan berhenti dengan sendirinya bila pintu sudah tertutup karena aktifnya limit switch. Selain dua perintah tersebut di atas, terdapat perintah untuk menghentikan motor membuka pintu pada kondisi bukaan yang diinginkan. Yakni dengan menekan tombol “STOP” (tombol merah). Saat tombol ini ditekan motor akan berhenti seketika. Pada sistem pengendalian motor lisrik untuk buka tutup pintu furnace, terdapat kondisi fault. Fault adalah peristiwa yang membuat sistem berada pada kondisi yang tidak semestinya. Kondisi ini ialah saat overload breaker mengalami trip. Pada situasi ini, supply ke motor terputus. Indikasinya adalah lampu merah pada panel kontrol akan berkedip terus. Jika tombol “STOP” ditekan, lampu tersebut akan terus menyala tanpa berkedip. Ketika overload breaker dikembalikan ke posisi ON lampu akan terus menyala tanpa berkedip. Untuk mengembalikan ke posisi semula (mematikan lampu indikator merah), tombol “STOP” harus ditekan. Indikasi fault ini memanfaatkan limit switch yang mengalami perubahan status, ON-OFF-ONOFF dan seterusnya bila motor berputar. Oleh karena itu bila motor tidak berputar maka monitoring limit switch juga tidak bekerja sehingga muncul indikasi fault. Konfigurasi Sistem Konfigurasi dari sistem ini adalah sebagai berikut : 1) Power Source Sistem ini menggunakan tiga sumber tegangan, yaitu: a. Power supply PLC Power supply ini menggunakan masukan 220 volt AC untuk menghasilkan tegangan 24 volt DC yang dihubungkan ke modul digital input. b. Sumber tegangan AC 220 volt Sumber ini dihubungkan ke PLC S7-300, dan dihubungkan ke dua buah kontaktor bantu pada terminal normally open. c. Sumber tegangan AC 380 volt 3 phasa
5 Tegangan ini digunakan untuk mensuplai motor. Oleh karena itu tegangan ini dihubungkan ke dua buah kontaktor utama pada terminal normally open. 2.)
Digital Input Module Modul PLC ini setelah dihubungkan ke sumber tegangan DC 24 volt, dihubungkan pula pada sumber-sumber input yaitu tiga tombol-tombol perintah, empat limit switch dan satu input dari overload breaker.
Tabel 1. Masukan dan alamatnya. Device Perintah Kondisi Tombol
“OPEN”
Tombol
“CLOSE”
Tombol
“STOP”
Limit switch Limit switch Limit switch MCB
Opened
Limit switch
3.)
Closed
Normally open Normally open Normally close Normally close Normally close
Monitoring
alamat I0.0 I0.1
normally open untuk mengoperasikan kontaktor utama. Kontaktor utama mendapat koneksi AC 220 volt dari kontaktor bantu dan mendapat koneksi tegangan AC 380 volt pada terminal normally open untuk mengoperasikan motor. Keluaran pada dua kontaktor utama dibalik satu sama lain hal ini bertujuan agar motor dapat bekerja pada dua arah PROGRAM Program yang digunakan untuk mengendalikan pintu furnace pada proses continuous reheating furnace terdapat 8 network. Untuk lebih jelasnya, cara kerja program yang terdiri dari 8 network dapat dilihat pada diagram alir pada Gambar 10.
I0.2
BUKA
I0.3 START
I0.4 BUKA 100%?
I0.5
NO
BUKA 50%
YES
Overload
Normally close
50%
I0.6 NETWORK 6 & 7
I0.7
YES
FAULT?
YES NO
NO
NETWORK 1&3&5&8
Digital Output Module Modul ini selain dihubungkan ke sumber tegangan DC 24 volt, juga dihubungkan ke piranti output tiga buah lampu indikator dan dua buah kontaktor bantu. Berikut adalah daftar koneksinya.
NETWORK 6 & 7
FAULT?
NETWORK 1&3&5&8
JOGGING & NETWORK 3 & 5 & 8
TUTUP
(a) Diagram alir buka furnace.
Tabel 2. Keluaran dan alamatnya. TUTUP
Device Kontaktor bantu Kontaktor bantu Lampu hijau Lampu putih Lampu merah 4.)
5.)
alamat Q4.0 Q4.1 Q4.2 Q4.3 Q4.4
Analog Output Module Modul ini duhubungkan ke sumber tegangan DC 24 volt dari power supply PLC. Kemudian outputnya pada alamat 304 dihubungkan ke analog meter. Kontaktor Kontaktor bantu mendapat koneksi dari DC 24 volt dari power supply PLC. Lalu mendapat koneksi tegangan AC 220 volt pada terminal
START
NETWORK 2 & 4 & 5 & 8
BUKA
(b) Diagram alir tutup furnace. Gambar 10. Diagram alir program pengendali motor pada buka tutup furnace.
Sistem pengendali motor pada buka tutup pintu furnace secara garis besar terdiri dari dua program, yakni program BUKA dan program TUTUP. Untuk buka, terdiri dari dua pilihan, buka 50% atau 100%. Jika memilih program buka 50%,
6 maka yang bekerja ialah program pada network 1, 3, 5, dan 8. Di mana network 1 merupakan perintah untuk mengaktifkan motor untuk membuka, network 3 untuk mengaktifkan lampu indikator buka / open, network 5 merupakan perintah untuk mengatur hitungan keluaran ke meter analog, serta network 8 yang berfungsi menerima input hitungan dari counter pada network 5. Ketika network pada program BUKA berjalan, digambarkan adanya pilihan terjadinya FAULT. Jika tidak terjadi, network pada program BUKA akan terus berjalan, jika terjadi indikasi FAULT (MCB Overload sehingga breaker mengalami trip) maka network 6 dan 7 yang akan bekerja. Network 7 berfungsi menunjukkan indikasi terjadinya fault saat terjadi trip pada breaker. Network 7 disusun dengan output dari network 6. Aksi yang sama dilakukan apabila kita memilih untuk membuka pintu furnace 100%. Cara kerjanya sama dengan apabila kita memilih buka 50%, hanya setelah mencapai bukaan 50%, harus menekan tombol hijau dengan cara jogging (tekan terus) sampai pintu terbuka 100%. Dalam hal ini, network 3 ikut bekerja untuk menunjukkan aktifnya lampu indikator hijau saat kita membuka. Setelah pintu terbuka, kita dapat menutupnya kembali dengan program yang ada. Berbeda dengan program buka yang terdiri dari dua pilihan, buka 50% dan 100%. Untuk menutup, hanya ada satu aksi yakni menutup 100%. Dalam hal ini, network 2, 4, 5, 8 yang bekerja. Network 2 berfungsi untuk mengaktifkan motor agar bekerja menutup. Network 4 berfungsi untuk menyalakan lampu indikator tutup / close. Network 5 merupakan perintah untuk mengatur hitungan keluaran ke meter analog, serta network 8 yang berfungsi menerima input hitungan dari counter pada network 5, demikian seterusnya. 1.
Network 1 Network 1 merupakan program eksekusi yang berfungsi untuk mengaktifkan motor agar membuka pintu furnace sampai setengah terbuka.
mengunci perintah ”CLOSE” tidak dapat dieksekusi. Bila tombol “PB_OPEN” ditekan maka kontaktor “RY_OPENING” akan aktif dan mempertahankan perintah “OPEN” tersebut. Bila “PB_STOP” ditekan, limit switch “LS_50%” aktif, limit switch “LS_OPENED” aktif dan overload breaker mengalami trip, maka motor akan berhenti karena perintah tersebut disusun dengan instruksi AND. 2.
Network 2 Network 2 merupakan program eksekusi yang berfungsi untuk mengaktifkan motor agar bekerja menutup.
Gambar 12. Network 2.
Program pada network ini berfungsi untuk mengaktifkan kontaktor “RY_CLOSING” agar membuat motor akan menutup pintu furnace dan juga mengunci perintah “OPEN” sehingga tidak dapat dieksekusi. Selain itu, perintah ini akan mempertahankan perintah “close” tersebut. Bila tombol “PB_STOP” ditekan, limit switch “LS_CLOSED” aktif dan overload breaker mengalami trip, maka motor akan berhenti bekerja karena perintah tersebut disusun berdasar instruksi AND. 3.
Network 3
Network 3 merupakan program eksekusi yang berfungsi untuk mengaktifkan lampu indikator hijau, yang menandakan motor sedang bekerja membuka pintu furnace.
Gambar 11. Network 1.
Network ini berfungsi mengaktifkan kontaktor bantu untuk membuka pintu furnace hingga 50% dan
Gambar 13. Network 3.
7 Program pada network 3 berfungsi untuk menyalakan lampu indikator hijau “LP_OPEN” berdasarkan aktifnya kontaktor “LS_OPENED”. Lampu akan menyala berkedip karena disusun dengan limit switch “LS_MONITORING” yang berkondisi on-off-on-off bila motor berputar atau pada saat proses membuka pintu furnace, menggunakan instruksi AND. Dan akan terus menyala bila limit switch “LS_OPENED” aktif yang menunjukkan bahwa pintu furnace telah terbuka penuh (100%). Pada saat pintu furnace terbuka separuh (50%), lampu indikator hijau juga akan menyala berkedip. Namun, nyala lampunya lebih cepat dengan t=100ms karena mengacu pada timer T20, yang berfungsi untuk membuat lampu menyala flip-flop. 4.
Network 4 Network 4 merupakan program eksekusi yang berfungsi untuk mengaktifkan lampu indikator putih, yang menandakan motor sedang bekerja menutup pintu furnace. Gambar 5.16 menunjukkan Network 4 dalam bentuk Function Block Diagram.
Gambar 15. Network 5.
Bila perintah membuka atau menutup bekerja, berdasarkan aktifnya limit swich “RY_OPENING”, “RY_CLOSING” dan “LS_MONITORING” maka counter akan memulai hitungan. Hitungan tersebut akan dikeluarkan ke internal memori PLC MW20 yang kemudian pada network 8 akan dikeluarkan ke perangkat meter analog.
6.
Network 6 Network 6 merupakan program yang nantinya akan menjadi masukan bagi network 7, yakni network yang berfungsi mengaktifkan lampu indikasi terjadinya fault.
Gambar 14 Network 4.
Program pada network 4 ini berfungsi untuk menyalakan lampu indikator putih “LP_CLOSE” berdasarkan aktifnya kontaktor “LS_CLOSED”. Lampu akan menyala berkedip karena disusun dengan limit switch “LS_MONITORING” yang berkondisi on-off-on-off bila motor berputar berbalik arah atau pada saat proses menutup pintu furnace, menggunakan instruksi AND. Dan akan terus menyala bila limit switch “LS_CLOSED” aktif yang menunjukkan bahwa pintu furnace telah tertutup penuh. Program ini memiliki cara kerja yang sama dengan program pada network 3 hanya dengan variabel perintah yang berbeda.
5.
Network 5 Program pada network 5 ini berfungsi untuk menghasilkan hitungan keluaran ke internal PLC dan akan diatur pada network 8 sehingga dapat ditampilkan pada meter analog. Disusun dari instruksi counter up down.
Gambar 16 Network 6.
Program pada network ini berfungsi untuk menghasilkan sinyal kotak atau pulsa. Pulsa ini berfungsi untuk indikator fault yaitu nyala lampu merah yang berkedip. Untuk membuat sinyal ini disusun dari dua buah on delay timer yang masingmasing di-set 0,1 detik. timer 20 akan aktif, 0,1 detik kemudian dimatikan oleh timer 21 selama 0,1 detik dan seterusnya. 7.
Network 7 Network 7 merupakan program eksekusi yang berfungsi mengaktifkan lampu merah pada panel kontrol, yakni lampu indikator terjadinya fault saat terjadi trip pada breaker.
8 dengan nilai 1350 menggunakan instruksi “MULL” (multiply). Ini dimaksudkan selama selang waktu hitungan dari awal hingga akhir dapat ditampilkan pada meter analog. Hasil kali tersebut kemudian dikeluarkan ke piranti analog meter melalui output pada alamat PQW304 yang merupakan alamat dari analog meter di analog output module.
Gambar 17 Network 7. Bila breaker overload mengalami trip, maka “MCB_OVERLOAD” akan bernilai 0 yang di-invert sehingga menjadi 1. Kondisi tersebut disusun dengan output dari timer flip-flop T20 berupa pulsa menggunakan instruksi AND. Kemudian dikeluarkan ke lampu “LP_FAULT”, sehingga lampu menyala berkedip. Lampu akan berhenti berkedip dan terus menyala bila tombol “STOP” (PB_STOP) ditekan. Kondisi fault ini akan kembali normal bila breaker overload kembali ke posisi ON. Dan saat tombol “STOP” (PB_STOP) kembali ditekan, maka lampu merah akan mati yang menunjukkan bahwa keadaan sudah kembali normal. 8.
Network 8 Program pada network ini berfungsi menampilkan hasil hitungan dari counter pada network 5. Hitungan yang berasal dari network 5 tidak begitu saja bisa ditampilkan dalam meter analog, harus dikalikan dengan program yang terdapat di network 8 dengan instruksi “MULL”.
PENUTUP Berdasarkan pembahasan di atas, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut. Pertama, Continuous reheating furnace merupakan salah satu bagian yang penting dalam proses produksi di HSM,. Furnace yang dipakai di Divisi HSM adalah tipe walking beam. Kedua, salah satu PLC yang digunakan dan yang terbaru di HSM adalah PLC SIMATIC S7-300 buatan SIEMENS Jerman. PLC ini memiliki fitur yang sangat lengkap dan memiliki bentuk yang compact. Ketiga, pengendalian motor listrik pada buka tutup pintu furnace merupakan salah satu sistem yang dikendalikan secara otomatis dengan menggunakan PLC tersebut. Pada sistem ini, pintu terbuka hanya 50%, namun bisa dibuka hingga penuh (100%) dengan cara jogging (tombol ditekan terus). Keempat, Pengendalian motor listrik pada buka tutup pintu furnace ini sangat dibutuhkan untuk menjamin kelancaran produksi dan keselamatan pekerja. Kelima, Dalam membangun sebuah sistem yang berbasiskan otomasi, perlu diperhatikan dalam penyusunan hardware dan software-nya. Konfigurasi hardware bertujuan untuk memudahkan dalam troubleshooting bila terjadi permasalahan pada sistem. Konfigurasi software bertujuan untuk memaksimalkan kinerja PLC.
1.
2. Gambar 18. Network 8. Hitungan tersebut kemudian dibandingkan melalui instruksi “COMPARE INTEGER” (“GREATER THAN”). Instruksi ini berfungsi sebagai pembanding antar dua nilai input. Ini dimaksudkan agar nilai input dari MW20 (counter up down) tidak melebihi nilai yang telah ditentukan, dalam hal ini bernilai 20. Kemudian hasil perbandingan tersebut dikalikan
Beberapa hal yang dapat diperhatikan ialah: Perlu adanya pemahaman yang mendasar baik teori maupun praktek dalam melakukan perawatan dan perbaikan pada reheating furnace, hal ini dimaksudkan untuk mempermudah pelacakan kesalahan atau kerusakan yang ada. Penguasaan teknik perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software) mutlak diperlukan dan tidak bisa dipisahkan satu sama lain.
DAFTAR PUSTAKA [1]
Ogata,
Katsuhiko. Teknik Automatik Jilid 1, Jakarta, 1996.
Kontrol Erlangga,
9 [2]
Ogata,
Katsuhiko. Teknik Automatik Jilid 2, Jakarta, 1994.
Kontrol Erlangga,
[3]
Setiawan, Iwan. Programmable Logic Controller (PLC) dan Teknik Perancangan Sistem Kontrol, Andi, Yogyakarta, 2006.
[4]
; 2000: SIMATIC Function Block Diagram (FBD) for S7-300 and S7-400 Programming; Siemens.
[5]
; 2000: SIMATIC Working with STEP 7 V5.2; Siemens.
[6]
; 2000: SIMATIC S7-300 pProgrammable Controller Hardware and Installation; Siemens.
[7]
;2000: SIMATIC S7-300 and M7-300 Programmable Controllers Module Specifications; Siemens.
[8]
; www.krakatausteel.com
B. Devina Puspasari (L2F 006 016). Lahir di Semarang, 26 Juli 1987. Saat ini masih menjadi Mahasiswa S1 di Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Semarang dengan konsentrasi Kontrol. Mengetahui dan Mengesahkan : Pembimbing
Wahyudi, S.T, M.T. NIP. 132 086 662 Tanggal :