Makalah Seminar Kerja Praktek PENGGUNAAN DOPPLER VHF OMNI-DIRECTIONAL RANGE (DVOR) AWA VRB-51D SEBAGAI ALAT NAVIGASI UDARA DI BANDAR UDARA INTERNASIONAL ADI SOEMARMO SURAKARTA Teguh Aryanto (L2F 006 087) Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Jl. Prof. Sudharto, Tembalang, Semarang Abstrak DVOR (Doppler VHF Omni-directional Range) adalah sebuah alat bantu navigasi udara yang dapat memberikan informasi arah kepada pesawat udara terhadap bandara dengan azimuth tertentu. Daerah frekuensi kerja dari DVOR yaitu 108 Mhz – 118 MHz. Untuk DVOR Bandar Udara Internasional Adi Soemarmo Surakarta bekerja pada frekuensi 116,3 MHz. Sistem yang digunakan pada DVOR yaitu antena yang digunakan pada DVOR merupakan suatu antena yang seolah-olah berputar secara horizontal dengan antena tetap yang terletak di bagian tengah antena. Pesawat udara yang terletak pada suatu jarak tertentu akan menerima perubahan frekuensi pada saat putaran menuju pesawat dan akan mengalami pengurangan frekuensi apabila perputaran antena menjauhi pesawat (Efek Doppler). DVOR yang ada di Bandar Udara Internasional Adi Soemarmo berfungsi sebagai Homing, diletakkan tidak jauh dari landasan dan mempunyai 48 antena sideband yang di bagian pinggir dan satu antena carrier yang diletakkan di bagian tengah. Antena DVOR pada prinsipnya berfungsi untuk memancarkan sinyal variabel sebesar 30 Hz yang dimodulasikan secara FM dan sinyal referensi sebesar 30 Hz yang dimodulasikan secara AM. Kata Kunci : DVOR, Efek Doppler, Homing
I
1. Untuk melaksanakan mata kuliah Kerja Praktek. 2. Untuk menerapkan ilmu-ilmu yang telah diperoleh secara teoritis di perkuliahan. 3. Untuk mengetahui dan mengenal alat Navigasi Udara yang ada di Bandar Udara Internasional Adi Soemarmo Surakarta. 4. Mengetahui dan mempelajari sistem dan prinsip kerja dari DVOR (Doppler VHF Omni-directional Range).
PENDAHULUAN
Latar Belakang Secara umum navigasi penerbangan dapat didefiniskan sebagai penuntun jalan atau pemandu arah kepada pesawat terbang. Dalam suasana perjalanan penerbangan di angkasa pada hakekatknya pandangan di sekitar adalah sama, sehingga untuk mengetahui kemana arah pesawat menuju ke satu tujuan sangatlah sulit bila hanya mengandalkan kompas. Hal itulah yang menyebabkan pentingnya DVOR (Doppler VHF Omni-Directional Range) sebagai suatu peralatan navigasi udara. DVOR adalah sebuah alat navigasi udara yang berfungsi untuk memberikan informasi arah kepada pesawat udara terhadap suatu bandara dengan azimuth tertentu dari 0o sampai 3600 dalam bentuk display visual. DVOR yang digunakan di Bandar Udara Internasional Adi Soemarmo Surakarta adalah type AWA VRB-51D, di mana unit ini digunakan sebagai Homing, sehingga sifatnya adalah untuk menunjukkan pada pesawat ke arah mana bandar udara tersebut berada.
Batasan Masalah Mengingat adanya beberapa alat navigasi udara yang ada di Bandar Udara Internasional Adi Soemarmo Surakarta maka dalam makalah ini penulis membatasi pembahasan hanya pada alat navigasi yaitu DVOR (Doppler VHF Omniderectional Range) pada Ground Station. Pembahasan mengenai DVOR (Doppler VHF Omni-derectional Range) ini hanya meliputi deskripsi umum, sistem kerja dan fungsinya pada peralatan navigasi tanpa memfokuskan pada halhal teknis secara terperinci yang memerlukan ketrampilan khusus.
Tujuan Tujuan dari kerja praktek di PT.(Persero) Angkasa Pura I Bandar Udara Internasional Adi Soemarmo Surakarta adalah sebagai berikut :
1
secara berurutan pada setiap antena sideband (48 antena) yang terletak di sekeliling antena carrier.. Pola pembentukan sinyal variabel ditunjukkan pada gambar di bawah ini
II LANDASAN TEORI DVOR (Doppler VHF Omni-Directional Directional Range) Range DVOR adalah fasilitas navigasi udara yang sangat penting. Fasilitas ini memiliki kegunaan untuk memberikan informasi arah kepada pilot mengenai posisi pesawat terhadap suatu Bandar Udara, bekerja pada frekuensi 108 MHz sampai dengan 118 MHz. Untuk DVOR Bandar Udara Internasional ternasional Adi Soemarmo Surakarta bekerja pada frekuensi 116,3 MHz. Sistem DVOR VOR yang ada di Bandara Adi Soemarmo terdiri dari 2 transmitter dengan perubahan otomatis apabila terjadi kerusakan atau mati total pada salah satu transmitternya. transmitter DVOR menggunakan sistem antena tunggal yang memberikan pancaran ke segala arah (omni( directional) dan 48 antena non-directional directional yang diletakkan mengelilingi antena pusat dalam bentuk lingkaran dengan diameter 44 ft yang memberikan pancaran Doppler. Pola pancarann dari DVOR dihasilkan antara sinyal referensi eferensi yang dipancarkan oleh antena carrier dan sinyal variabel v yang dipancarkan oleh antena sideband.
Gambar 2. Pola pembentukan sinyal variabel.
Percampuran antara sinyal referensi dan sinyal varibel terjadi di udara (space ( modulation). Kombinasi sinyal referensi dan sinyal variabel v yang dipancarkan ke udara akan menghasilkan frekuensi carrier yang dimodulasi AM oleh 9960 Hz (subcarrier). Selanjutnya 9960 Hz subcarrier bermodulasi dengan 30 Hz FM karena efek Doppler.. Dengan demikian gambar 3 menunjukkan hasil pancaran DVOR untuk modulasi di udara dari sinyal-sinyal tersebut.
Sinyal DVOR DVOR memancarkan dua sinyal yang berbeda yaitu : Sinyal Referensi adalah sinyal 30 Hz AM 1. dipancarkan dengan fase sesaat seragam ke segala arah yang dihasilkan dari sinyal RF carrier (fc) yang dimodulasi AM dengan sinyal 30 Hz.
Gambar 3. Sinyal pancaran dari DVOR
eferensi dan sinyal variabel Sinyal referensi umumnya digambarkan sebagai pola fase sesaat,. Perbedaan fase antara sinyal variabel dan sinyal referensi eferensi terhadap arah ditunjukkan pada gambar 4 di bawah ini
Gambar 1. Modulasi AM antara 30 Hz referensi dan sinyal carrier
Kemudian sinyal yang dihasilkan ini dipancarkan oleh antena carrier yang berada di tengah-tengah tengah kesatuan antena DVOR. DVOR 2.
Sinyal Variabel adalah sinyal yang dihasilkan dari modulasi frekuensi yang berasal dari simulasi pergerakan atau perputaran sumber sinyal RF non-directional non (fc±9960 Hz) di sekeliling lingkaran dengan deng diameter lingkaran 44 ft (13,4 (13, m) dengan kecepatan 1800 rpm yang menimbulkan modulasi frekuensi 30 Hz. Hal ini dilakukan dengan penghubung switching elektronik
Gambar 4. Perbedaan fase antara sinyal Variabel dan sinyal Referensi
2
Pada satu pasang antena misalnya antena 1 dengan antena 25 memiliki frekuensi USB (upper ( sideband) dan LSB (lower lower sideband). sideband Antena 1 adalah USB sedangkan antena 25 adalah LSB USB
Antena DVOR DVOR memancarkan sinyal ke segala arah (omni-directional). ). Antena DVOR terdiri dari 1 buah antena carrier dan 48 buah antena subcarrier. Sinyal yang dipancarkan antena DVOR merupakan frekuensi tinggi, sehingga setiap benda padat dapat memantulkan sinyal ini. ni. Tanah mampu memantulkan sinyal yang dipancarkan oleh antena DVOR (tanah sebagai reflektor). ). Oleh karena itu penerima sinyal (penerbang) akan memperoleh 2 buah sinyal yaitu sinyal pancaran langsung (direct) ( dan sinyal pancaran pantutulan (reflected). ( Keduanya duanya memiliki frekuensi yang sama akan tetapi memiliki garis pancar yang berbeda. Garis pancar sinyal pantul lebih panjang daripada garis pancar sinyal direct
fc
LSB Gambar 6. LSB dan USB pada antena DVOR
Pola Radiasi DVOR Pola radiasi yang dihasilkan oleh antena DVOR yaitu pola radiasi yang memiliki 3 lobe utama dengan pusat di 80 , 280 , dan 500 .
Pancaran langsung
Antena
h
Pancaran pantulan
θ θ
h x
Gambar 7. Tiga major lobe centred
Image antena
Dari gambar 7 di atas terlihat ada jarak yang cukup besar antara lobe yang satu sat dengan yang lainnya, yang ang menyebabkan tidak adanya radiasi (diakibatkan adanya penghilangan antara sinyal langsung dan sinyal pantul) Untuk mengatasi hal tersebut maka DVOR akan dipasang Counterpoise ( penyeimbang tambahan) yang dipasang tepat di bawah antena yang bertindak sebagai area pantul pant tambahan. Jika antena dipasang ½ λ diatas Counterpoise maka akan menghasilkan lobe energi utama yang melebar dan berpusat di 300 .
Gambar 5 Garis pancar antena DVOR
Dari gambar di atas terlihat bahwa hwa garis pancar sinyal pantul lebih panjang daripada garis pancar sinar direct yaitu ditandai dengan penambahan sepanjang X Antena DVOR pada prinsipnya adalah untuk memancarkan sinyal variabel 30 Hz yang dimodulasikan secara FM dan sinyal referensi 30 Hz yang dimodulasikan secara AM. Dua buah sinyal yang mempunyai frekuensi yang sama dipancarkan bersama-sama sama tetapi terpisah satu sat sama lain. Hasil kombinasi dari kedua sinyal yang dipancarkan membentuk frekuensi carrier 30 Hz. Frekuensi ini didapat dari pemutaran antena DVOR sebanyak 30 kali putaran/detik. putaran/detik Perputaran antena merupakan hasil simulasi dari dua buah antena yang memancarkan memanca sinyal sesaat dan sebelum off diikuti antena selanjutnya secara kontinyu sehingga terlihat seperti bergerak berputar. Saat memancarkan sinyalnya antena ini berpasang-pasangan pasangan “ganjil dengan ganjil” dan “genap dengan genap”. Contohnya antena 1 dengan antena ntena 25, antena 2 dengan antena 26. Dari “antena 1 dan antena 25” dengan “antena 2 dan antena 26” menghasilkan beda fasa 90o.
Gambar 8 Major lobe centered yang menggunakan counterpoise
Kombinasi radiasi sinyal yang berasal dari tanah dan dari pantulan Counterpoise akan menghasilkan radiasi keseluruhan dari DVOR yang akan menghasilkan cakupan yang lebih luas pada sudut antara 00 sampai 600 yang terlihat pada gambar 8, sedangkan edangkan daerah tepat te di atas DVOR
3
(sudut lebih dari 600) tidak terdapat radiasi dan biasa disebut dengan area Cone of Silence yang dapat dilihat pada gambar 9
Power supply yang digunakan oleh alat ini diposisikan pada tegangan 24 V DC yang di dapatkan dari supply listrik PLN untuk operasi baterai charger dan baterai bank. bank Pada saat aliran energi dari PLN terputus, maka sebagai sebag pengganti supply dari listrik PLN untuk operasi baterai charger dan baterai bank menggunakan mesin pembangkit tenaga listrik (genset). (g Peralatan DVOR AWA VRB-51D 51D ini menggunakan sistem antena tunggal yang meringkas dari 1 pusat antena directional yang memberikan pancaran omnidirectional dan 48 antena non directional yang diletakkan mengelilingi dalam bentuk lingkaran dengan diameter 44 ft yang memberikan pancaran Doppler.
Gambar 9. Daerah cone of silence dari pancaran DVOR
Ukuran dari Counterpoise secara nyata berpengaruh pada pola radiasi yang yang akan bertindak sebagai reflector (pemantul) di atas sudut tertentu. Sedangkan pada sudut di bawah sudut ini yang menjadi reflector adalah permukaan tanah. Sudut ini dinamakan sudut kritis dan dapat dihitung tung dengan menggunakan formula sebagai berikut : sudut kritis = Tan - 1
tinggi antena diatas Counterpoise Radius Counterpoise
Oleh karena itu, cakupan sudut rendah dihasilkan dari pantulan permukaan tanah sedangkan untuk cakupan sudut tinggi dihasilkan dari pantulan Counterpoise.
Gambar 10. Bentuk fisik dari kesatuan DVOR
Pola pancaran dari DVOR AWA VRB VR 51D dihasilkan antara sinyal referensi r yang dipancarkan oleh antena carrier dan sinyal variabel yang dipancarkan oleh antena sideband. Percampuran antara sinyal referensi dan sinyal variabel bel terjadi di udara (space ( modulation). Keberadaan antena carrier berada di tengah dan dikelilingi oleh 48 antena sideband pada jari-jari 22 ft.
III
DVOR AWA VRB 51D Spesifikasi DVOR yang ada di Bandara Internasional Adi Soemarmo Surakarta adalah sebagai berikut: Nama Peralatan Merk Type/No.Seri Lokasi/ Tahun Operasi Frekuensi Power Out Ident Fungsi
: DVOR : AWA : VRB-51D/034 51D/034 : Bandara Adi Soemarmo oemarmo/2007 : 116,3 MHz : 75 Watt : SLO : Memandu pesawat ke arah approach
Pembentukan Sinyal DVOR AWA VRB 51D
Peralatan ini memiliki monitor antena tunggal yang dilokasikan pada jarak tertentu dari pusat kesatuan antena yang memberikan nilai pada dual monitor yang dipancarkan dari DVOR yang digunakan sebagai change over control dan shut down function.. Penghubung dalam hubungan jarak jauh antara kesatuan antena DVOR dan peralatan peral kontrol yang ada di ruang RCMS (Remote Remote Control and Monitoring System) digunakan Radio Link sebagai media transmisinya.
Gambar 11. Blok diagram pembentukan sinyal pada DVOR AWA VRB-51D
4
Pada gambar 11 terlihat blok diagram proses pembentukan sinyal referensi dan sinyal variabel. Pada proses pembentukan sinyal referensi melibatkan modul RPG (Reference Phase Generator ), modul CMP (Carrier Modulation and protection) , modul CGD (Carrier Generator and Driver ), modul CPA (Carrier Power Amplifier), Directional Coupler, kemudian baru sinyal referensi dipancarkan melalui antena carrier. Proses pembentukan sinyal variabel, melibatkan modul SGN (Sideband Generator), modul SMA (Sideband Modulator Amplifier), modul SCU (Sideband Changeover Unit ), modul ASD (Antenna Switch Driver), modul ADS (Antenna Distribution Switch), kemudian sinyal variabel dipancarkan oleh 48 antena sideband. Modul TSD (Timing Sequence Diversity) berfungsi untuk memberikan sinyal pewaktu yang digunakan dalam proses pembentukan baik pada sinyal referensi maupun pada pembentukan sinyal variabel.
Sinyal output yang berasal dari modul CPA kemudian disaring oleh Low Pas Filter guna menghilangkan sisa-sisa carrier harmonics sebelum masuk ke dalam Directional Coupler. Di dalam Directional Coupler sinyal tersebut diteruskan ke antena pusat yang memberikan pancaran (carrier generation) sinyal referensi. Selain memberikan feed back yang digunakan dalam modulasi tahap dua dalam modul CMP, Directional Coupler juga memberikan feedback pada modul CMP yang berfungsi sebagai perlindungan pada transmitter terhadap energi forward dan reverse serta memberikan sinyal pertalian untuk phase lock sideband pada modul SGN. Coding untuk fungsi identifikasi (sinyal identifikasi) dihasilkan oleh modul RPG (Reference Phase Generator) dalam bentuk kode morse yang kemudian diberikan pada modul CMP (Carrier Modulation and Protection) sebagai sinyal identifikasi. DVOR AWA VRB-51D yang digunakan di Bandar Udara Internasional Adi Soemarmo Surakarta memiliki kode morse identifikasi tiga letter (huruf) yang berasal dari modul RPG yang diterjemahkan menjadi kata SLO
Pembentukan Sinyal Referensi Pada proses pembentukan sinyal referensi, sinyal yang dihasilkan akan dipancarkan oleh antena carrier yang berada di tengah-tengah kesatuan 48 antena sideband DVOR AWA VRB51D. Proses pembentukan sinyal referensi dimulai dari kristal kontrol oscillator yang ada di dalam modul CGD (Carrier Generator) yang membangkitkan RF carrier. Frekuensi carrier yang digunakan oleh Bandar Udara Internasional Adi Soemarmo Surakarta adalah 116,3 MHz. RF carrier yang dihasilkan akan dimodulasi dengan low level modulation yang kemudian baru dikuatkan dan diteruskan ke CPA. Pada modul CMP (Carrier Modulation and Protection) sinyal yang terdiri dari 30 Hz referensi yang berasal dari modul RPG (Reference Phase Generator), 1020 Hz sebagai sinyal identifikasi, dan voice signal dijumlahkan dan disebut sebagai low level modulation yang kemudian dibandingkan dengan envelope feedback yang berasal dari Directional Coupler. Hal ini merupakan modulasi tahap dua dari driver amplifier pada modul CMP dan sinyal inilah yang kemudian dimodulasi amplitudo dengan RF carrier pada modul CGD. Sinyal keluaran yang berasal dari modul CGD di teruskan ke modul CPA (Carrier Power Amplifier) untuk dikuatkan sehingga dapat menghasilkan daya maksimum 75 Watt. Power amplifier yang ada di dalam modul CPA (Carrier Power Amplifier) menghasilkan output 75 watt, DVOR AWA VRB-51D menggunakan dua PA (Power Amplifier) untuk menghasilkan output maksimal 75 watt.
Pembentukan Sinyal Variabel Pada proses pembentukan sinyal variabel, perjalanan sinyal dimulai dari dua Voltage Controller Oscillator (VCO) yang ada di dalam modul SGN (sideband generation) yang memberikan dua phase locked sideband signal, yaitu fc+9960 Hz yang dikenal sebagai USB VCO dan fc-9960 Hz yang dikenal sebagai LSB VCO. Kemudian masing-masing sinyal ini memberikan nilai pada driver amplifier di modul SMA (Sideband Modulator). Phase locked sideband (fc±9960 Hz) pada modul SGN dicapai dengan membandingkan output yang berasal dari carrier dan sideband generator didalam modul SGN yang kemudian juga menghasilkan output DC untuk kontrol VCO dan sumber RF lower sideband. Sideband Modulator (SMA) menghasilkan fungsi sinus dan cosinus untuk masing-masing sideband yang menghasilkan sinyal ganjil dan sinyal genap yang kemudian digunakan untuk fungsi pencampuran (blending function). Odd (sinyal ganjil) atau even (sinyal genap) baik upper sideband (USB) maupun lower sideband (LSB) kemudian memberikan nilai untuk modul SCU (Sideband Change Unit) dan kemudian ke modul ADS yang memberikan perputaran sumber RF lower dan upper sideband baik pada odd group of antenna (kelompok antena ganjil) atau even group of antenna (kelompok antena genap). Urutan sinyal dari modul SMA kemudian diteruskan ke modul
5
SCU dan ADS ditunjukkan pada gambar 11. Modul ASD (Antenna Switch Driver) memberikan nilai kepada ADS (Antenna Distribution Switch) yang berfungsi untuk menghubung sinyal ke antena-antena sideband. Master clock circuit didalam modul TSD (Timing Sequence Diversity) memberikan sinyal pewaktu yang diperlukan untuk kontrol pada antenna switching unit (SCU), blending function pada modul SMA, dan tambahan ahan yang berasal untuk frekuensi 9960 Hz dan 30 Hz. Modul TSD memberikan sinyal pewaktu yang di antaranya adalah sebagai berikut: 1. 30 Hz Referansi Sinyal ini disalurkan untuk modul RPG. 2. 12.96 KHz dan 207.36 KHz Sinyal ini berfungsi sebagai sinyal pewaktu pada modul RPG. 3. 720 Hz Sinyal ini berfungsi sebagai sinyal pewaktu pada modul ASD. 4. 77.76 KHz Functions Berfungsi sebagai Blending Functions. 5. 3.1104 MHz Sebagai sinyal pewaktu pada modul SGN
SMA yang memiliki dua modulator yaitu LSB modulator dan USB modulator, kemudian masingmasing masing modulator memberikan sinyal ganjil (odd) dan sinyal genap (even) ke sideband changeover switch pada modul SCU (Sideband Changeover Unit) dan diteruskan ke antenna distribution switch (ADS) yang kemudian baru ke antena sideband. Jika kita menganggap hanya pada antena ganjil (odd group of anntena) pada nol derajat, LSB yang berasal dari LSB modulator, mengeluarkan sinyal ganjil LSB yang memberikan memb nilai melalui switch A pada odd sideband switch untuk antena 1 sampai dengan antena 23. 23 Switch 1 pada modul ADS juga ditutup sehingga memberikan nilai untuk antena 1. Pada saat itu juga USB yang berasal dari USB modulator, mengeluarkam sinyal odd USB U pada bagian odd outputnya yang memberikan nilai melalui switch C pada modul SCU dari odd sideband switch untuk antena 25 sampai dengan antena 47. Semua antena akan memancarkan bersamaan antara USB dan LSBnya dan ketika memancarkan sinyal hanya ada satu pasangan USB dan LSB yang memancarkan sinyalnya. Pada saat itu juga sinyal even yang berasal baik dari LSB modulator ataupun USB modulator juga mengeluarkan sinyal genap secara berkesinambungan. Karena setelah antena 1 memancarkan sinyal odd LSB yang bersamaan itu juga antena 25 memancarkan sinyal odd USB. Maka, kemudian disusul pancaran antena 2 yang memancarkan sinyal even LSB yang bersaman itu antena 26 memancarkan sinyal even USB. Hal itu akan berlangsung terus-menerus menerus keseluruh antena sideband eband dengan delay waktu antara pancaran sinyal ganjil dan sinyal genap selama 0.7 ms. Pada saat setengah gelombang berikutya 0 (180 ), sideband changeover switch pada modul SCU akan mengubah posisi switch D dan B menjadi close dan switch A dan C menjadi open baik pada sideband change over switch odd ataupun sideband changeover switch even. Pada kondisi ini, odd group of antenna (kelompok antena ganjil) akan memancarkan sinyal USB dari antena 1 sampai dengan 23 dan sinyal LSB dipancarkan rkan dari antena 25 sampai dengan antena 47. Sedangkan pada even group of antenna (antena genap) sinyal USB akan dipancarkan oleh antena 2 sampai dengan antena 24 dan sinyal LSB akan dipancarkan oleh antena 26 sampai dengan antena 48.
Pembagian Energi Sideband Antena pada DVOR AWA VRB 51D yang dihasilkan Energi sideband memberikan nilai untuk antena dari bagian yang berbeda sebagaimana ditunjukkan dalam gambar 12
Gambar 12 Pembagian energi sideband
Untuk lebih jelasnya antena sideband dipisah ke dalam 2 grup, yaitu odd group of antenna (antena ganjil) dan even group of antenna (antena genap). Penghubung (switch) RF pada SCU (sideband Changeover Unit) dalam bentuk single pole-single throw. Sideband energi diperoleh dari sideband modulator or pada modul
6
IV PENUTUP Kesimpulan Dari hasil uraian di atas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Doppler Very High Frequency Omni Directional Range (DVOR) AWA VRB 51D suatu fasilitas navigasi yang bekerja pada frekuensi 108 Mhz sampai dengan 118 MHz, untuk Bandar Udara Internasional Adi Soemarmo Surakarta menggunakan frekuensi 116,3 MHz. 2. DVOR merupakan alat bantu navigasi untuk jarak pendek yang memberikan suatu informasi azimuth kepada pesawat, sehingga seorang pilot akan mengetahui posisi dimana ia berada pada saat pesawat sedang mengudara. 3. Pancaran sinyal dari DVOR AWA VRB 51D adalah pancaran sinyal VOR yang dalam proses pembentukan sinyal variabelnya menggunakan efek Doppler. 4. DVOR memancarkan dua sinyal, satu sinyal dikenal sebagai sinyal referensi dan sinyal yang lain dikenal sebagai sinyal variabel. 5. Pesawat hanya akan kehilangan sinyal dari DVOR, jika pesawat berada pada daerah kerucut tanpa sinyal radio dari DVOR yang dituju dan inilah yang disebut daearah ”cone of silence”.
DAFTAR PUSTAKA [1] Anonim. 1993. Module 2 Doppler VOR Basic Theory N.01E.MO2. [2] Anonim. 1990. Fungsi Kegunaan Fasilitas Telekomunikasi, Navigasi Udara dan Listrik. [3] AWA Technical Handbook DOPPLER VOR VRB-51D Volume 1 of 10. [4] Directorate General Of Air Communication Directorate Of electronics and Electrical. 1994. Standart Training Manual For Doppler VOR “AWA” VRB 51D. Jakarta. [5] http://hatta16.multiply.com/journal/item/4.19 Juli 2011. [6]mhttp://www.eyefetch.com/image.aspx?ID=179 318. 19 Juli 2011.
BIODATA
Teguh Aryanto, lahir di Dorowati tanggal 08 Januari 1988, menempuh pendidikan dasar di SD Negeri 2 Penagan Ratu, melanjutkan ke SLTP Negeri 1 Bunga Mayang dan SMA Negeri 1 Rangkasbitung lulus pada tahun 2006 dan sekarang tercatat sebagai Mahasiswa Teknik Elektro Universitas Diponegoro Angkatan 2006, Konsentrasi Elektronika dan Telekomunikasi.
Saran Berdasarkan hasil kerja praktek di PT.(Persero) Angkasa Pura I Bandar Udara Internasional Adi Soemarmo Surakarta, penyusun memberikan saran sebagai berikut: 1. Pengembangan sistem navigasi udara sangat diperlukan untuk meningkatkan keselamatan dan kenyamanan penerbangan karena lalu lintas penerbangan berkembang sangat pesat. 2. Pada masa yang akan datang dunia penerbangan bisa menggunakan sistem navigasi yang berbasis satelit, karena satelit dipandang lebih handal dan efisien.
Semarang, Juli 2011 Menyetujui, Dosen Pembimbing Kerja Praktek
Achmad Hidayatno, ST MT NIP 196912211995121001
7