MAKALAH SEMINAR KERJA PRAKTEK PENGATURAN PUTARAN MOTOR DC MENGGUNAKAN MODUL PAC C PADA ROLLER TABLE ROUGHING MILL - FINISHING MILL Dinas Perawatan Listrik Pabrik Baja Lembaran Panas (Hot Strp Mill) Irwan Iryanto¹, Tejo Sukmadi² Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Jl. Prof. Sudharto, SH Tembalang, Semarang Abstrak: Pada divisi Hot Strip Mill (HSM), terdapat lima proses penting dalam pembuatan baja lembaran panas yaitu reheating furnace, sizing press, roughing mill, finishing mill, dan down coiler. Tentu saja selama proses ini berlangsung, peran penting dari roller table sangatlah besar yaitu berfungsi untuk membawa baja panas dari satu stand ke stand yang lain selama proses produksi. Dalam proses transfer bar ini roller table digerakan oleh motor DC dengan ukuran yang berbeda-beda antara satu stand dengan stand yang lain. Laporan Kerja Praktek ini membahas mengenai pengaturan putaran motor DC yang terdapat diantara proses roughing mill sampai finishing mill menggunakan Modul PAC C (Programmable Automation Controller) di Dinas Perawatan Listrik Pabrik Baja Lembaran Panas (Hot Strip Mill) PT. Krakatau Steel Cilegon. Kata kunci : modul PAC C, roller table, motor DC
PT. Krakatau Steel merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang industri manufaktur yang menjalankan proses pengecoran baja. PT. Krakatau Steel telah banyak menghasilkan produk seperti: kawat baja, baja profil, plat baja maupun beja beton. Pada Pabrik Baja Lembaran Panas (Hot Strip Mill) terdiri dari beberapa stand proses, diantaranya adalah stand roughing mill dan finishing mill. Selama proses produksi, peran dari roller table sangatlah penting karena berfungsi untuk membawa baja panas dari satu stand ke stand yang lain dan untuk menggerakan roller table ini digunakanlah suatu motor dc.
proses produksi baja tersebut saling berkaitan dari divisi/pabrik yang satu dengan yang lainnya. Pembagian divisi /pabrik pada PT. Krakatau Steel, meliputi : 1. Pabrik Besi Spons (Direct Reduction Plant / DRP) 2. Pabrik Billet Baja (Billet Steel Plant / BSP) 3. Pabrik Baja Slab (Slab Steel Plant / SSP) 4. Pabrik Baja Lembaran Panas (Hot Strip Mill / HSM) 5. Pabrik Baja Batang Kawat ( Wire Rod Mill / WRM ) 6. Pabrik Baja Lembaran Dingin (Cold Rolling Mill / CRM)
I. TUJUAN Makalah kerja praktek ini bertujuan untuk mengetahui prinsip pengaturan putaran motor DC menggunakan modul PAC C secara umum pada Pabrik Baja Lembaran Panas (Hot Strp Mill) PT. Krakatau Steel Cilegon.
Alur produksi dari proses produksi baja pada PT. Krakatau Steel dapat dilihat pada gambar 1 berikut ini.
II. BATASAN MASALAH Dalam laporan kerja praktek ini membahas hal-hal yang bersifat umum tentang penggunaan Modul PAC C untuk pengaturan putaran motor DC khususnya pada roller table antara proses Roughing Mill sampai Finishing Mill di Divisi Hot Strip Mill (HSM) PT. Krakatau Steel Cilegon. III. DASAR TEORI Unit Produksi PT. Krakatau Steel PT. Krakatau Steel, Cilegon sebagai pabrik baja terpadu memiliki unit-unit yang saling mendukung dan terintegrasi, yang kesemua dari
Gambar 1. Alur produksi baja di PT. Krakatau Steel
Hot Strip Mill (HSM) Pada Divisi HSM, untuk menghasilkan produk-produknya digunakan bahan baku berupa baja slab dengan ukuran penampang tebal 180-230
1 ¹Mahasiswa Jurusan Teknik Elektro Undip ²Dosen Jurusan Teknik Elektro Undip
mm, lebar 600-2080 mm dan panjang maksimal 12.000 mm. Serta deberat maksimal hingga 30 ton. Proses utama produksi slab menjadi baja lembaran panas dibagi menjadi 5 tahap, yaitu 1) Tahap Reheating Furnace (pemanasan) Pada tahap ini, slab dipanaskan dalam furnace dengan suhu mencapai 1200 oC – 1300 oC. Dengan kapasitas masing-masing furnace yaitu 300 ton/jam. 2) Sizing Press Setelah dipanaskan, slab yang keluar dari proses furnace, disemprot oleh air bertekanan tinggi untuk menghilangkan kerak. Kemudian slab panas yang telah dibersihkan dikurangi ukuran lebarnya dengan melakukan pressing (pukulan) pada kedua sisi slab. 3) Roughing Mill Pada Roughing Mill, slab akan dikurangi ketebalannya dengan proses pengerolan. Bagian ini menggunakan stand dengan metode pengerolan bolak-balik. Slab akan diroll beberapa kali (pass), tergantung dari ketebalan yang diinginkan. 4) Finishing Mill Pada Finishing Mill, slab akan di-roll untuk memperoleh ketebalan strip yang sesuai dengan pesanan. 5) Down Coiler Sebelum strip (hasil dari Finishing Mill) masuk ke down coiler, slab melewati laminar cooling yang berfungsi untuk mendinginkan strip. Setelah strip mencapai temperatur yang sesuai maka proses yang selanjutnya adalah menggulung strip menjadi coil di down coiler. Motor DC Prinsip Kerja Pada motor DC terdapat dua elemen utama yaitu rotor (armature/jangkar) dan stator (field/medan). Tegangan DC dialirkan ke kumparan jangkar melalui sikat karbon yang menempel pada komutator. Pada saat tegangan dialirkan ke kumparan medan di stator dengan kutub utara dan selatan buatan (elektromagnet) akan dihasilkan medan magnet statis. Adapun susunan komponen utama motor DC dapat dilihat pada gambar 2 di bawah ini.
Gambar 2 Komponen utama motor DC
Motor DC berputar sebagai akibat adanya gaya Lorentz. Adapun arah gaya didasarkan pada kaidah tangan kanan Lorentz dimana arah gaya dipengaruhi oleh arah medan magnet dan arah arus pergerakan elektron seperti terlihat pada gambar 3 di bawah ini.
Gambar 3 Kaidah Tangan Kanan Lorentz
Konstruksi Motor DC terdiri dari beberapa komponen diantaranya Armatur, Stator, Commutator, Brushes, Shaft, Bearing, Fan, End Bracket, dan Frame yang tersusun seperti gambar 4 berikut.
Gambar 4 Konstruksi Motor DC
Kecepatan Putar Motor DC Hubungan antara kecepatan, flux medan dan tegangan armatur ditunjukkan dalam persamaan berikut: Gaya elektromagnetik : Torque : Kecepatan : Dimana : E = Gaya elektromagnetik ∅ = Flux medan n = Kecepatan (rpm) T = Torque elektromagnetik Ia = Arus armatur K = Konstanta
E= K∅n T = K ∅ Ia n=
. ∅
Operasi 4 Kuadran pada Sistem Drive Jika tegangan motor diturunkan secara tibatiba maka akan timbul torsi negatif yang disebabkan oleh inersia yang terhubung ke beban. Motor bekerja seperti halnya generator yang mengubah energi gerak rotor menjadi energi listrik yang dikembalikan ke drive. Hal ini sama seperti
2
mengemudikan sebuah mobil downhill, dimana mesin mobil akan bekerja sebagai rem. Pengereman terjadi pada kuadran II dan IV.
Gambar 5 Operasi 4 kuadran
Kuadran I Torsi dan kecepatan keduanya positif, motor berputar dengan kecepatan (n) yang searah dengan torsinya. Daya motor dihasilkan oleh kecepatan dan torsi, dimana P=T.ω sehingga daya motor bernilai positif. Energi dikonversi dari bentuk listrik menjadi benuk mekanik yang digunakan untuk memutar motor. Mode operasi ini dikenal dengan forward motoring.
Kuadran II Kecepatan dalam arah maju tetapi torsi motor berlawanan arah atau bernilai negatif. Torsi yang dihasilkan oleh motor digunakan untuk pengereman putaran motor. Energi mekanik selama pengereman diubah menjadi energi listrik, ini berarti terjadi perubahan energi dari sistem mekanik menjadi sistem elektrik. Produk dari torsi dan kecepatan adalah negatif yang berarti daya juga bernilai negatif sehingga motor beroperasi pada mode pengereman. Mode operasi ini disebut dengan forward braking.
motor ini digunakan untuk mengerem putaran motor yang berlawanan. Energi mekanik diperkuat selama pengereman yang dikonversi menjadi bentuk elektrik, ini berarti terjadi perubahan energi dari sistem mekanik menjadi sistem elektrik. Produk dari torsi dan kecepatan adalah negatif yang berarti daya juga bernilai negatif sehingga motor beroperasi pada mode pengereman. Mode operasi ini disebut dengan reverse braking. Pengendali PID Sistem kendali adalah proses pengaturan atau pengendalian terhadap satu atau beberapa besaran (variabel) sehingga berada pada suatu harga atau suatu rangkuman harga (range) tertentu. Ditinjau dari segi peralatan, sistem kendali terdiri dari berbagai susunan komponen fisis yang digunakan untuk mengarahkan aliran energi ke suatu mesin atau proses agar dapat menghasilkan prestasi yang diinginkan. Gangguan Pembanding + Set Point
+
Galat Pengendali
-
+
Proses
Umpan Balik
Gambar 5 Diagram Sistem Kendali
Di dalam suatu sistem kendali dikenal adanya beberapa macam aksi kendali, diantaranya yaitu aksi kendali proporsional, aksi kendali integral dan aksi kendali derivatif. Masing-masing aksi kontrol ini mempunyai keunggulan-keunggulan tertentu, dimana aksi kendali proporsional mempunyai keunggulan risetime yang cepat, aksi kendali integral mempunyai keunggulan untuk memperkecil kesalahan, dan aksi kendali derivatif mempunyai keunggulan untuk memperkecil kesalahan atau meredam overshot/undershot.
Kuadran III Kecepatan dan torsi motor berarah sama tetapi keduanya negatif. Pengembalian torsi elektrik digunakan untuk memutar motor dalam arah yang berkebalikan. Daya yang merupakan hasil dari torsi dan kecepatan bernilai positif dan ini berarti motor beroperasi pada mode motoring. Energi dikonversi dari bentuk elektrik menjadi benuk mekanik yang digunakan untuk memutar motor. Mode operasi ini dikenal dengan reverse motoring.
Kuadran IV Kecepatan berada pada arah yang berlawanan, tetapi torsinya bernilai positif. Torsi
Gambar 6 Jenis Respon keluaran
Setiap jenis memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing, hal ini terlihat pada tabel 1 di bawah ini.
3
Tabel 1 Respon kendali PID terhadap perubahan konstanta ClosedLoop Response
Rise Time
Over Shoot
Settling Time
SS Error
Kp
Decrease
Increase
Small change
Decrease
Ki
Decrease
Increase
Increase
Eliminate
Kd
Small change
Decrease
Decrease
Small change
Parameter-parameter tersebut tidak bersifat independent sehingga pada saat salah satu nilai konstantanya diubah, maka mungkin sistem tidak akan bereaksi seperti yang diinginkan. Tabel 1 di atas hanya dipergunakan sebagai pedoman jika akan melakukan perubahan konstanta. Untuk merancang suatu kendali PID, biasanya dipergunakan metode trial and error sehingga perancang harus mencoba kombinasi pengatur beserta konstantanya untuk mendapatkan hasil terbaik yang paling sederhana. Setiap kekurangan dan kelebihan dari masing-masing kendali PID dapat saling menutupi dengan menggabungkan ketiganya secara paralel menjadi kendali proposional, integral, dan derivatif (kendali PID). Elemenelemen kendali PID masing-masing secara keseluruhan bertujuan untuk mempercepat reaksi sebuah sistem, menghilangkan offset dan menghasilkan perubahan awal yang besar.
d) e)
Group 4 sebanyak 32 buah Memiliki tipe : 12 kW, 265 rpm Group 5 sebanyak 32 buah memiliki tipe : 12 kW, 265 rpm
V. MODUL PAC C Modul PAC (Programmable Automation Controller) adalah sebuah modul pengontrol terprogram yang bekerja close loop yang terdiri dari enam buah modul dengan fungsi yang berbeda dan saling berhubungan.
Gambar 8 Modul PAC C
Prinsip Kerja Modul PAC C Modul ini bekerja close loop yang terdiri dari dua loop yaitu Speed Loop dan Current Loop. Kedua loop ini berfungsi untuk mengontrol putarn motor DC agar sesuai dengan set point atau referensi. Speed Loop Speed Controler
Current Loop Current Current Reference Controlle r Current Transduc er
Gambar 7 Blok diagram kendali PID analog
Plant
Current
Speed Transduc er
IV. ROLLER TABLE DAN PENGGUNAAN MOTOR Roller table merupakan kumpulan dari beberapa motor yang disusun secara parallel yang berfungsi untuk proses transfer bar yaitu mengantarkan strip baja dari stand satu ke stand lainnya. Roller table yang berada diantara Roughing Mill sampai Finishing terdiri dari 5 group yang berbeda yang terdiri dari : a) Group 1 sebanyak 24 buah memiliki tipe : 39 kW, 176 rpm b) Group 2 sebanyak 15 buah memiliki tipe : 19 kW, 265 rpm c) Group 3 sebanyak 20 buah memiliki tipe : 8,2 kW, 265 rpm
Gambar 9 Diagram blok modul PAC C
Speed Controller menerima masukan speed reference dan menghasilkan current reference sebagai masukan Current Controller. Plant (motor DC) akan berputar sesuai dengan keluaran Current Controller. Apabila terdapat error pada plant (kecepatan tidak sesuai dengan referensi) maka plant akan memberikan umpan balik yang akan diolah oleh transducer sebgai masukan dari Speed Controller sdan Current Controller. Bagian-Bagian Modul PAC C Modul PAC C yang digunakan terdiri dari enam buah modul yang masing masing memiliki
4
fungsi yang berbeda-beda. Funsi dari modul-modul ini antara lain adalah untuk mengatur gate atau pemicuan thyristor pada rectifier armature dan sebagai proteksi untuk melindungi sistem pengemudian motor. Enam buah modul tersebut diantaranya adalah: Modul A1 (Power Supply) Modul ini berfungsi sebagai pemberi supply tegangan pada kelima modul lainnya pada Modul PAC C. Modul A2 (Current Control) Pada Modul PAC, modul A2 adalah Current Control outstage 1 yang berfungsi sebagai pengontrol arus untuk torsi motor yang bernilai positif. Pada modul ini terdapat rangkaian PI Controller dengan current feedback sebagai umpan baliknya. Modul A3 (Current Control) Seperti halnya modul A2, modul ini berungsi sebagai pengontrol arus, namun dengan arah torsi yang berlawanan dengan arah torsi yang dikontrol oleh modul A2. Modul A4 (Speed Control) Modul ini berfungsi sebagai pengontrol kecepatan motor agar sesuai dengan kecepatan referensi (set point). Pada modul A4 ini terdapat rangkaian PI Controller untuk memperbaiki respon perubahan kecepatan motor DC dengan umpan balik berupa speed feedback yang berasal dari error atau selisih tegangan armature dengan rugi-rugi armature. Modul A5 (Control Logic) Modul ini berfungsi sebagai pengatur sinyal gate yang digunakan sebagai input thyristor pada rectifier armature. Modul A5 bekerja berdasarkan current control dan speed control yang menghasilkan sudut picu thyristor. Modul A6 (Proteksi) Untuk melindungi system diperlukan mekanisme proteksi yang berada pada modul A6. Modul ini dikoneksikan dengan beberapa kontaktor proteksi yang lengkap dengan LED indicator apabila terjadi fault saat system pengontrol kecepatan bekerja. VI. ARMATURE RECTIFIER Pada driver ini digunakan penyearah 3 fasa gelombang penuh terkontrol yang menggunakan 12 buah thyristor seperti terlihat pada gambar berikut :
Gambar 10 penyearah 3 fasa gelombang penuh terkontrol
Pada penyearah armature digunakan 2 group thyristor yang bekerja secara bergantian. Group I berfungsi untuk penyearah mode Motoring Bridge dimana motor akan berputar sesuai dengan set point. Sedangkan pada thyristor Group II berfungsi sebagai Regen Bridge yaitu fungsi regenerative untuk memutar motor pada arah sebaliknya. VII. FIELD RECTIFIER Untuk penyearah medan, digunakan penyearah tak terkontrol menggunakan empat buah dioda sebagai berikut :
iS v1 N v2
i1
i3
D1
D3
iL
LOAD D4
D2
i4
i2
vL
Gambar 11 penyearah 1 fasa gelombang penuh tak terkontrol
Pada field rectifier hanya digunakan 1 fasa dari tegangan jala-jala. Hal ini dimaksudkan untuk lebih menghemat penggunaan komponen elektronika rangkaian simoreg. Penyearah ini tak terkontrol, karena pengontrolan dilakukan pada penyearah armature agar respon pengontrolan dapat lebih cepat. VIII. HASIL SIMULASI Ramp Fuction Fungsi Ramp dalam modul PAC C dapat diatur Ramp Up dan Ramp Down secara manual dengan memutar resistor variabel. Simulasi perubahan fungsi Ramp dapat divariasikan sebagai berikut :
5
Ramp Up minimum – Ramp Down minimum
V
V
0
t
Ramp Up maksimum – Ramp Down minimum
0
t
-V
-V Ket.
Ket.
1 = Nilai aktual sebelum Ramp Up 2 = Nilai aktual setelah Ramp Up 3 = Nilai aktual sebelum Ramp Down 4 = Nilai aktual setelah Ramp Down
1 = Nilai aktual sebelum Ramp Up 2 = Nilai aktual setelah Ramp Up 3 = Nilai aktual sebelum Ramp Down 4 = Nilai aktual setelah Ramp Down
Gambar 12 Respon Ramp Up minimum – Ramp Down minimum
Gambar 14 Respon Ramp Up minimum – Ramp Down minimum
Meskipun nilai resistansi Ramp Up dan Ramp Down diminimalkan, namun respon putaran motor tidak tegak lurus seperti terlihat pada gambar di atas. Hal ini karena motor dijaga agar tidak terjadi over current karena perubahan arah putar yang mendadak. Meski demikian, respon arah putar dari clockwise menuju counterclockwise maupun sebaliknya cukup cepat, hal ini karena kecilnya resistansi Ramp Up dan Ramp Down.
Sebaliknya apabila Resistansi Ramp Up diperbesar hingga mendekati maksimum, sedang resistansi Ramp Down diminimalkan maka respon putaran motor akan terlihat seperti Gambar diatas.
Ramp Up minimum – Ramp Down maksimum
Ramp Up maksimum – Ramp Down maksimum
V
0
t
V
-V 0
-V
t
Ket.
1 = Nilai aktual sebelum Ramp Up 2 = Nilai aktual setelah Ramp Up 3 = Nilai aktual sebelum Ramp Down 4 = Nilai aktual setelah Ramp Down
Gambar 13 Respon Ramp Up minimum – Ramp Down maksimum
Pada variasi ke dua, resistansi Ramp Down diperbesar hingga mendekati maksimum sehingga respon putaran motor terlihat seperti gambar di atas. Pada saat grafik naik, saat motor berubah arah dari counterclockwise menuju clockwise terjadi sangat cepat (grafik hampir tegak lurus) namun ketika arah putar diubah menjadi counterclockwise kembali, respon menjadi lebih lambat (grafik miring) yang disebabkan karena resistansi Ramp Down yang besar.
Ket.
1 = Nilai aktual sebelum Ramp Up 2 = Nilai aktual setelah Ramp Up 3 = Nilai aktual sebelum Ramp Down 4 = Nilai aktual setelah Ramp Down
Gambar 15 Respon Ramp Up maksimum – Ramp Down maksimum
Pada variasi ini resistansi Ramp Up dan Ramp Down diperbesar hingga mendekati maksimum, maka respon perubahan arah putar motor dc akan terlihat seperti Gambar diatas. Apabila suatu sistem dibuat seperti respon tersebut, maka setiap kali terjadi perubahan arah putar motor, maka akan berlangsung lambat. PI Controller Respon perubahan putaran motor ditentukan pula oleh besarnya konstanta P Controller (Kp) dan besarnya I Controller (Tn). Besarnya Kp dan Tn dapat divariasikan sehingga menghasilkan respon putaran motort DC sebagai berikut :
6
V
Kp Minimum – Tn Minimum V
0
t
-V
Gambar 16 Respon putaran dengan Kp Minimum – Tn Minimum
Dengan meminimalkan nilai konstanta Kp dan Tn maka respon putaran motor akan tampak seperti Gambar diatas. Grafik kecepatan aktual dengan kecepatan referensi memiliki perbedaan dimana pada grafik kecepatan aktual terjadi osilasi akibat nilai Tn yang terlalu rendah. Selain itu grafik kecepatan aktual memiliki respon yang lebih lambat mencapai kecepatan referensi, hal ini disebabkan karena konstanta Kp yang terlalu rendah. Kondisi seperti ini dapat mengakibatkan kerusakan pada motor DC apabila sering dioperasikan dengan respon seperti gambar di atas. Oleh karena itu untuk memperbaikinya perlu adanya perubahan terhadap besarnya konstanta Kp dan Tn.
Kp Maksimum – Tn Minimum
0
t
-V
Gambar 18 Respon putaran dengan Kp Maksimum – Tn Minimum
Dengan memaksimalkan nilai konstanta Kp dan meminimalkan nilai konstanta Tn maka respon putaran motor akan tampak seperti Gambar diatas. Grafik kecepatan aktual dengan kecepatan referensi memiliki sedikit perbedaan dimana pada grafik kecepatan aktual terjadi osilasi hal ini disebabkan karena nilai konstanta Tn yang kecil, selain itu tampak bahwa grafik kecepatan aktual memiliki respon yang cepat untuk mencapai kecepatan referensi, hal ini disebabkan karena nilai konstanta Kp yang besar.
Kp Maksimum – Tn Maksimum
V
0
Kp Minimum – Tn Maksimum
t
V
-V 0
t
-V
Gambar 17 Respon putaran dengan Kp Minimum – Tn Maksimum
Dengan meminimalkan nilai konstanta Kp dan memaksimalkan nilai konstanta Tn maka respon putaran motor akan tampak seperti gambar diatas. Grafik kecepatan aktual dengan kecepatan referensi memiliki perbedaan dimana pada grafik kecepatan aktual memiliki respon yang lambat untuk mencapai kecepatan referensi, hal ini disebabkan karena nilai konstanta Kp yang kecil, sedangkan osilasi yang terjadi hanya sedikit karena nilai konstanta Tn yang besar.
Gambar 19 Respon putaran dengan Kp Maksimum – Tn Maksimum
Dengan memaksimalkan nilai konstanta Kp dan Tn maka respon putaran motor akan tampak seperti gambar diatas. Selain itu grafik kecepatan aktual memiliki respon yang cepat untuk mencapai kecepatan referensi, hal ini disebabkan karena nilai konstanta Kp yang besar. Grafik kecepatan aktual dengan kecepatan referensi hamper sama, hal ini merupakan hasil paling optimal diantara variasi konstanta yang lain. Beberapa grafik di atas adalah hasil dari perubahan konstanta Kp dan Tn dimana variasinya didasarkan pada mekanisme trial and error yang didapatkan hasil paling optimal pengaturan konstanta pada Modul PAC seperti gambar 19 di atas.
7
IX. PENUTUP Kesimpulan Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa : 1. Roller table merupakan kumpulan beberapa motor yang disusun secara parallel yang berfungsi untuk proses transfer bar yaitu mengantarkan strip baja dari stand satu ke stand lainnya. 2. Pada modul PAC C terdapat 6 buah modul yaitu modul A1 (power supply), modul A2 dan A3 (current control), modul A4 (speed control), modul A5 (logic control), dan modul A6 (proteksi). Modul PAC C ini juga dirangkai dengan rectifier dan kontrol drive berupa simoreg. 3. Optimalnya respon putaran motor DC menggunakan modul PAC C tergantung pada besarnya konstanta Kp dan Tn, serta
besarnya resistansi ramp up dan ramp downnya. 4. Untuk merancang suatu kendali PID, biasanya dipergunakan metode trial & error sehingga perancang harus mencoba kombinasi pengatur beserta konstantanya untuk mendapatkan hasil terbaik yang paling sederhana.
BIOGRAFI Irwan Iryanto (L2F006056) Dilahirkan di Boyolali, 3 September 1987, menempuh pendidikan di SD Randu, SMP 1 Cepogo, SMA 1 Boyolali, dan saat ini sedang melanjutkan studi S1 di jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Semarang angkatan 2006 dengan konsentrasi Teknik Energi Listrik.
Mengetahui dan Mengesahkan, Pembimbing
Ir. Tejo Sukmadi, MT. NIP. 196111171988031001 Tanggal : Desember 2009
Saran Beberapa hal yang dapat diperhatikan diantaranya adalah : 1. Penggunaan motor DC sebaiknya memperhatikan kondisi lingkungan, mengingat bahwa motor DC harus bekerja dalam kondisi yang bersih, untuk menghemat biaya perawatan. 2. Pemahaman tentang mesin-mesin listrik hendaknya diimbangi dengan pemahaman mengenai proses kendali/pengontrolan agar keilmuan dapat berkembang di dunia kuliah maupun perusahaan.
DAFTAR PUSTAKA [1] Frederic Frohr. “Electronic Control Engineering Made Easy”. Siemens Aktingesellschaft 1985 [2] Theodore Wildi, “Electrical Machenes Drives and Power System”. Prentice Hall. 1989 [3] ___________, “Projection Of A Drive System”. Siemens [4] Zuhal. “Dasar Teknik Tenaga Listrik dan Elektronika Daya”.Jakarta:PT Gramedia.2000 [5] ___________, http://www.krakatausteel.com//
8