PROFIL PETERNAKAN SAPI DAN KERBAU DI PROPINSI SUMATERA BARAT
Wirdahayati R.B. dan Abdullah Bamualim Balai Pengkajian Teknotogi Pertanian Sumatera Barat
ABSTRACT Beef and buffalo farming in West Sumatra play a strategic role to fulfil the meat requirement both for regional and national consumption . The two main aspects breeding and fattening, were still traditionally with low management system . Livestock keeping were second to food crop therefore the productivity are relatively low . The improvement on raising system by applying the proper technology, is expected to enhance the productivity improvement, increasing the beef and buffalo population in West Sumatra . The declining of the grazing area resulting by converting the available land for other purposes, demanding the new changes of livestock keeping from conventional methods to the integrated agribusiness methods . The feed resources are not just relied on the availability of native grasses for grazing animals, the abundant crop-and estate wastes and residues need to be explored and utilised widely for animal feed . Besides, the introduction of tree and herbal legumes are strongly recommended to provide the abundant protein resources on the farmers backyard . The use of animal dung for organic manure, will be beneficiary for crop enterprise especially with the scarcity, more and more expensive an organic fertilizer which hardly afforded by the farmers nowadays . This integrated farming system is believed to be the strong base to establish a sustainable agribusiness to improve the income and welfare of the farmers . Key words : Beef, buffalo, productivity, integrated farming system .
PENDAHULUAN ernak ruminansia besar, terutama sapi potong dan kerbau, merupakan asset sub-sektor peternakan yang penting mengingat nilai ekonomi dan sosialnya yang lebih tinggi dibanding jenis ternak lainnya . Setiap tahun, sekitar 451 ribu ton daging (27% dari total kebutuhan daging nasional) berasal dari daging sapi dan kerbau . Kemampuan pasokan daging sapi dan kerbau dalam negeri hanya sekitar 352 ribu ton, sehingga dalam beberapa dekade terakhir, sebagian kebutuhan konsumsi daging Indonesia disuplai metalui impor daging dan ternak hidup (Ditjen Peternakan, . 2004) . Setiap tahunnya Indonesia mengimpor sekitar 400 ribu ekor ternak hidup ditambah impor daging beku yang merupakan pengurasan devisa negara . Di Sumatera Barat (Sumbar), kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB sebesar 23,3%, sub-sektor peternakan hanya menyumbang 2,2% . Ditilik dari sumberdaya pendukung peternakan yang ada, sebetulnya sub-sektor peternakan mempunyai peluang yang tinggi untuk menambah sumber devisa daerah ini . Permintaan daging sapi dan kerbau yang semakin meningkat membuka peluang untuk meningkatkan populasi dan pemasaran ternak sapi lokal dan kerbau dari berbagai daerah kantong ternak yang berdampak positif terhadap peningkatan pendapatan petani . Masalah utama pengembangan ternak sapi adalah rendahnya pertumbuhan dan angka ketahiran (Wirdahayati, 1994) sapi-sapi lokal, sehingga diperlukan perbaikan manajemen terutama pakan dengan dukungan teknologi tepat guna . Apabila masalah ini kurang diwaspadai maka akan terjadi penurunan populasi yang semakin besar . Oleh sebab itu, optimatisasi pemanfaatan sumberdaya perlu menjadi acuan dalam mengarahkan kebijakan pengembangan usaha pembibitan dan penggemukan ternak dalam suatu sistem yang integratif .
Prosiding Peternakan 2006
71
Makalah ini membahas tentang profit peternakan sapi dan kerbau di Provinsi Sumbar, datam upaya mencarikan jalan terbaik untuk meningkatkan produktivitas dan populasi kedua jenis ternak tersebut . SISTEM PEMELIHARAAN TERNAK SAM DAN KERBAU Data total 611 .060 ekor sapi potong yang tersebar pada 179 .120 KK (Ditjennak, 2005) mengindikasikan bahwa peternakan di Sumbar adatah berupa peternakan rakyat yang didominasi oteh pemetiharaan dan pemitikan sapi lokai. dan sapi persf,angan unggul ejengan skala pemetiharaan ternak yang rendah . Sistem pemetiharaannya masih tradisional dengan manajemen yang minim terutama dalam penyediaan pakan yang memadai sepanjang tahun dan penggunaan pejantan yang tayak agar membuahkan turunan yang produktif . Terdapat beberapa daerah di Sumbar yang mengusahakan jenis sapi eksotik seperti Simental, Limousine, Brahman, Angus dan jenis lainnya dengan sistem pemetiharaan yang lebih intensif . Di Kabupaten Agam berkembang usaha budidaya pembibitan sapi Simental yang intensif dan menjadi sumber bakalan bagi daerah lainnya . Usaha penggemukan sapi, balk jenis tokal maupun eksotik, harus didukung oleh usaha pembibitan yang intensif. Hat ini dimaksudkan untuk memproduksi sapi-sapi bakatan yang akan digemukkan dan seterusnya dikirim ke tuar daerah untuk memenuhi kebutuhan nasional . Saat ini, peternakan sapi Sumbar menyumbang 60 .000 ekor untuk memenuhi konsumsi tokal dan sekitar 22 .000 ekor sapi dikirim ke luar provinsi setiap tahun (Anonymous, 2004) . Ternak kerbau di Sumbar tetah dipetihara dan dimanfaatkan sejak beberapa abad yang lalu dan memegang peran penting sebagai simbol budaya daerah sejak berdirinya kerajaan Minangkabau di masa lalu . Setain sebagai sumber tenaga untuk pengolahan tanah sawah, daging kerbau merupakan andatan kedua setelah daging sapi . Pada umumnya daging kerbau lebih disukai untuk bahan rendang sebagai makanan khas Sumbar . Selain daging, susu kerbau juga merupakan hasil yang tidak kalah pentingnya (Zutbardi, 2002) . Sumbangan protein susu kerbau bagi penduduk Sumbar jauh lebih besar dari sumbangan protein yang berasal dari susu sapi . Data menunjukkan bahwa produksi susu kerbau setiap hari dapat mencapai 4 .104 liter (Anonimous, 2000 dan 2002) . Apabila protein susu kerbau diasumsikan 5,26% (Davide, 1977) maka setiap harinya di Sumbar tersedia sebanyak 236,16 kg protein yang berasal dari susu kerbau . Rekomendasi standar kecukupan protein hewani adatah 55 g/kapita/hari yang diharapkan 11 g berasal dari protein hewani . Dengan demikian, sumbangan protein hewani yang berasat dari susu kerbau di Sumbar setara dengan kebutuhan sekitar 21 .469 orang/hari . Pemerahan susu kerbau ini ditakukan peternak di beberapa tempat di Sumbar terutama di Kabupaten 50 Kota, Agam, Tanah Datar dan Solok . Ssu kerbau kemudian diolah menjadi dadih (fermentasi susu menggunakan tabung bambu) yang sangat digemari sebagai makanan tradisional bergizi tinggi dan hanya ditemui di Sumbar . SUMBERDAYA PAKAN TERNAK Di Sumbar, peternak pada umumnya hanya mengandalkan ketersediaan rumput alam dengan memelihara ternak secara tepas atau dikandangkan dan diberikan rumput potong, tanpa memanfaatkan pakan alternatif yang berlimpah . Dengan manajemen pemetiharaan ternak yang umumnya masih tradisional, populasi ternak sapi masih mengalami peningkatan dari 501 .356 ekor pada tahun 2001 menjadi 611 .060 ekor pada tahun 2005 (Ditjennak, 2005) dan populasi ternak kerbau meningkat dari 258 .000 ekor dalam tahun 2001 menjadi 328 .000 ekor pada tahun 2005, sementara dukungan luas padang rumput (lahan penggembalaan) di Sumbar hanya 21 .756 hektar . Seperti yang terjadi di daerah lain, tahan penggembalaan alam ini mengalami alih fungsi dari tahun ke tahun menjadi area[ pemukiman ataupun perkebunan (Boer dan Kasryno, 2005) . Penyusutan luas lahan penggembalaan di Sumbar, selama tahun 2000-2003 setiap tahunnya sekitar 2586 ha atau 8,8% . Di lain pihak terdapat sumber pakan alternatif berupa jerami padi yang bertimpah hampir di semua kabupaten di Sumbar,
72
Wirdahayati R .B dan AbduUah Bamualim
ditambah lagi limbah tanaman pangan lainnya serta limbah dan hasil ikutan tanaman perkebunan yang sudah biasa digunakan sebagai pakan ternak . Limbah dan hasil ikutan tanaman perkebunan antara lain berupa limbah dan hash ikutan pengolahan minyak sawit (tandan buah kosong, daun ketapa sawit, petepah sawit, lumpur hasil olahan sawit yang biasa disebut solid, bungkil sawit) serta limbah kopi dan kakao (kulit biji) . Pemanfaatan bahanbahan pakan alternatif ini sangat berpeluang dalam meningkatkan produktivitas dan populasi ternak yang ada . Bahan pakan hijauan yang diberikan pada ternak sebagai sumber serat kasar, protein dan mineral pada dasarnya berasal dari rumput-rumputan dan daun kacang-kacangan . Jenis rumput rumputan terdiri dari rumput lapangan yang tumbuh liar di pinggir jalan, pematang sawah dan lain-lain serta rumput introduksi seperti rumput raja, . gajah, benggala setaria panicum dan lainnya . Jenis rumput daerah tropis umumnya mengandung protein yang rendah dan serat kasar yang tinggi . Tanaman kacang-kacangan (leguminosa) merupakan hijauan dengan kandungan protein yang tinggi, dapat digunakan sebagai bahan pakan sumber protein murah yang cocok dikombinasikan dengan rumput . Pohon dan semak belukar berperan ganda, sebagai tempat berteduh dan sumber pakan ternak Di padang rumput savana di daerah kering yang Luas, belukar dan pohon tegum sangat berharga bagi kelangsungan hidup ternak . Selama kemarau panjang, sewaktu rumput/pastura alam menjadi kering dan mati, bagian permukaan tanah kehilangan 'kelembabannya, akar tanaman legum yang menembus jauh di bawah tanah masih mampu menyediakan daun yang hijau, berbunga, dan berbuah, kaya dengan protein, vitamin dan mineral . Tanpa tumbuhan ini ternak hanya hidup dari rumput kering dan kasar dengan nilai nutrisi yang rendah . Beberapa jenis tanaman ini yang banyak digunakan adalah lamtoro, turi, gamal dan Acacia dengan kandungan protein di atas 20% . Selain Lahan penggembalaan umum, tahan sawah dan tegalan menyimpan potensi sumberdaya yang prospektif bagi pengembangan peternakan sapi secara lebih intensif . Luas panen padi sawah irigasi dan padi Ladang di Sumbar pada tahun 2002 tercatat 415 .867 ha dengan hasil panen sebanyak 4,46 ton/ha . Produksi padi sawah 1 .855 .659 ton gabah ditambah 20 .175 ton gabah padi tadang, sehingga total produksi padi per tahun di Sumbar adalah 1 .875834 ton gabah . Setain gabah, dari hasit pertanaman padi juga diperoleh jerami padi, yang jumlahnya setara dengan jumlah gabah, sehingga potensi jerami di Sumbar sebesar 1,8 juta ton/tahun . Di Putau Jawa, untuk 1 ekor ternak sapi dipertukan 2 ton jerami padi per tahun . Dengan demikian, estimasi populasi ternak sapi dengan dukungan pemanfaatan jerami padi sebagai pakan alternatif di Sumbar mencapai hampir tiga kati populasi saat ini (Tabet 1) . Tabet 1 . Luas panen, produksi dan potensi jerami padi (sawah + Wang) untuk pengembangan sapi potong di Sumbar . Luas panen Produksi Populasi sapi yang ada Potensi poputasi sapi Kabupaten/Kota (ha) (ton) (ekor) (ekor) Kabupaten : Kep . Mentawai 378 1547 Pesisir Selatan 47727 212908 105197 211651 Solok 77818 349028 60767 235281 Swl/Sijunjung 25484 104724 65102 117464 Tanah datar 34020 165908 62340 145294 Padang Pariaman 48160 210674 65425 170762 Agam 49465 232447 46597 162821 50 Kota 37862 166509 59384 142639 Pasaman 76353 3.15417 45589 203298 Kota : Padang 13426 57674 16654 45491 Sotok 2913 12521 5574 11835 Sawahlunto 1765 7987 6630 10624 Padang Panjang 1408 6218 867 3976 Bukittinggi 674 3074 620 2157 Payakumbuh 6800 29198 6116 20715 Sumber : Diolah dari data Sumbar Dalam Angka, 2002 .
Prosiding Peternakan 2006
73
Pola pemeliharaan ternak yang integratif dengan memanfaatkan jerami padi dan pakan tambahan lainnya dapat menghasilkan tambahan berat badan sapi sebesar 0,4-0,8 kg/ekor/hari atau 150-300 kg/ekor/tahun . Apabila setiap tahunnya di Sumbar dihasilkan sekitar 1,8 juta ton jerami padi yang diasumsikan dapat mendukung sekitar 900 .000 ekor ternak sapi, maka akan tersedia tambahan produksi daging sekitar 900 .000 x 150-300 kg yaitu 135-2 .700 ton daging/ tahun . Apabila harga 1 kg berat sapi hidup diperkirakan Rp .15 .000, maka setiap tahun terdapat tambahan pendapatan penjualan daging sebesar Rp . 1 .950 .000 .000-13 .500 .000 .00 0 . Pengembangan Pertanaman Jagung datam jumlah ribuan hektar di Sumbar, seperti di Pasaman Barat dan Pesisir Setatan (Anonymous, 2004) membuka peluang penyediaan pakan ternak alternatif yang berasal dari timbah tanaman jagung guna menunjang . pengembangan peternakan yang integratif . Pemeliharaan ternak secara integrasi membuka tambahan pendapatan dan usaha agribisnis yang sating menunjang Namun sebelum sampai ke taraf integrasi, masih perlu dibenahi karakter dan budaya petani/masyarakat setempat yang memerlukan sosiatisasi pemanfaatan jerami padi dan timbah-timbah tanaman yang potensiat untuk pakan ternak . Masyarakat harus bersedia mengubah paradigma beternaknya dari cara-yang sederhana dan mengandalkan rumput alam menjadi peternak yang responsiif, memanfaatkan bahan pakan alternatif yang terdapat di sekitar tokasi ternaknya . Disamping lahan sawah dan tegalan, lahan kering di Sumbar ternyata cukup . Luas yang didominasi oleh tanaman perkebunan, terutama ketapa sawit, karet dan ketapa . Luas perkebunan ketapa sawit mencapai 152 .824 ha, tanaman karet 90 .686 ha dan kelapa 77 .603 ha (BPS, 2002) . Apabila rumput yang tumbuh di areal perkebunan karet dan ketapa sawit dimanfaatkan untuk pemetiharaan ternak secara semi-intensif maka diperkirakan dapat menampung tambahan puluhan ribu ekor ternak besar . Dsamping itu, Limbah perkebunan seperti tandan buah kosong, daun dan petepah daun, bungkil ketapa sawit serta timbah berupa Lumpur otahan ketapa sawit (solid) tersedia cukup banyak di Lokasi pabrik pengolahan ketapa sawit . Limbah Lumpur sawit saja mempunyai potensi yang besar sebagai pakan ternak, dihasilkan tidak kurang dari 20 ton/hari untuk luasan 10 .000 ha tanaman ketapa sawit, namun sampai saat ini belum banyak dimanfaatkan sebagai pakan ternak . Di negara penghasil ketapa sawit seperti Malaysia, tumpur ketapa sawit tetah banyak digunakan sebagai pakan terutama untuk ternak ruminansia . Selain dari ketapa sawit, timbah komoditas perkebunan lainnya seperti kutit biji kopi, kutit kakao juga berpeluang sebagai bahan pakan ternak . Apabila Luas area[ dan potensi limbah perkebunan dapat diidentifikasi dengan baik, dapat puta direncanakan pola pengembangan usaha peternakan yang rinci dan terintegrasi dengan usaha perkebunan . UPAYA PENINGKATAN PRODUKSI SAPI DAN KERBAU Sesuai dengan mandat nasional dan didukung oleh sumberdaya yang ada maka pengembangan ternak sapi di Sumbar sebagian besar ditujukan pada pengembangan peternakan rakyat dengan prioritas sapi potong . Usaha peternakan rakyat pada umumnya ditandai oleh rendahnya kualitas manajemen, seperti : (i) keterampilan beternak rendah, terutama dalam penggunaan teknologi yang tepat dan benar, (ii) belum digunakannya bibit unggut, (iii) skala pemetiharaan ternak rendah dan (iv) modal usaha terbatas . Oleh sebab itu disamping permodatan, perbaikan penyediaan pakan dan manajemen reproduksi merupakan kunci dan prioritas dalam pengembangan ternak yang harus ditangani dengan baik . . Produktivitas ternak kerbau berpeluang untuk ditingkatkan melalui perbaikan manajemen dan pemanfaatan sumberdaya pakan lokat selain tanaman rumput alam yang kuantitas dan kualitasnya terbatas .
74
Wirdahayati R . B don Abdullah Bamualim
Jangka panjang, peningkatan produtivitas ternak sapi dan kerbau diharapkan dapat membantu menanggulangi permasalahan kecukupan daging secara nasionat . Dalam angka pendek, diharapkan dapat mencukupi kebutuhan daerah sendiri . Berkembangnya pariwisata diharapkan berdampak positif membuka peluang pemasaran daging ternak untuk konsumsi para pelancong ke daerah ini, sehingga dapat memacu peningkatan pendapatan peternak di Sumbar . PENGKAJIAN MENUNJANG PENGEMBANGAN TERNAK Sebagai salah satu institusi yang bertanggung jawab dalam menemukan dan mentransfer teknologi, Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sumbar telah metakukan serangkaian pengkajian menyangkut aspek penggemukan (fattening) perkembang-biakan (breeding) dan manajemen pemetiharaan sapi potong di Sumbar . Dsamping itu telah dilakukan, introduksi beberapa jenis tanaman pakan ternak, inventarisasi ketersediaan pakan ternak menurut musim, serta identifikasi ketersediaan dan daya dukung lahan penggembalaan ternak berdasarkan musim . Khusus untuk sapi lokal Pesisir sejak tahun 2005 dilakukan pengkajian yang intensif mengenai produktivitasnya, serta dukungan sumberdaya pakan dan sosial ekonomi peternaknya melalui survai monitoring secara reguler setiap 3 bulan sekali . Sedangkan untuk ternak kerbau tetah dilakukan pengumpulan data awal tentang sistem pemeliharaan serta kapasitas produksi dan kendala usaha ternak yang ada, sehingga dapat dijadikan acuan dalam perencanaan peningkatan pertumbuhan dan perkembangan populasi kerbau dan produksi dadih . Dukungan sumberdaya lahan, lingkungan dan budaya, serta dukungan hasil sampingan dan hasit ikutan usahatani berpotensi meningkatkan populasi ternak besar di Sumbar . Pemanfaatan hasil ikutan tanaman pangan dan perkebunan, rumput dan leguminosa dapat mendorong percepatan peningkatan produksi, populasi ternak, dan penjualan ternak ke luar Sumbar, sekaligus membantu mencukupi kebutuhan nasional . Peluang menggantikan suplai ternak sapi impor sebenarnya dengan mudah dapat diraih oleh Sumbar . KESIMPULAN Budidaya sapi dan kerbau di Propinsi Sumbar umumnya merupakan peternakan rakyat berupa usaha sambilan dengan manajemen yang masih rendah, serta mengandalkan pengembalaan dan ketersediaan rumput atam, sehingga pertumbuhan dan perkembangan populasi ternak ruminansia besar ini lamban . Penyusutan area[ penggembalaan akibat atih fungsi lahan menuntut perubahan paradigma pemeliharaan ternak dari ketergantungan dengan rumput alam menjadi pemanfaatan secara optimal sumberdaya pakan alternatif yang berasal dari limbah, hasil ikutan atau hasil sampingan dari tanaman pangan, perkebunan atau hasit olahan agro-industri yang berpotensi besar sebagai pakan ternak . Peluang pemasaran ternak di Sumbar sendiri dan ke propinsi tetangga cukup besar . Jangka panjang kelebihan produksi diharapkan dapat membantu suplai daging untuk memenuhi kebutuhan daging secara nasionaL Perlu sosiatisasi dan aptikasi teknologi . tepat guna pemanfaatan bahan pakan atternatif sebagai pakan ternak potensial . Pemeliharaan ternak yang integratif dengan usahatani lainnya dapat memberikan keuntungan dan pendapatan yang optimal bagi petani . DAFTAR PUSTAKA Anonymous 2000 dan 2002 . Laporan Tahunan Dinas Peternakan Provinsi Sumatera Barat .
Prosiding Peternakan 2006
75
Anonymous 2004 . Program pengembangan swasembada jagung di Propinsi Sumatera Barat . Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikuttura Sumatera Barat . Anonymous 2005 . Statistik Peternakan 2005 . Direktorat Jenderal Peternakan . Boer, M dan F . Kasryno 2005 . Dalam Kearifan Lokal : Pola Pengandangan Ternak dolam Sistem Integrasi Tanaman-Ternak di Sumatera Barat . Dalam Integrasi Tanaman-Ternak di Indonesia . Penyunting : Effendi Pasandaran, A . M . Fagi dan Faisal Kasryno . Badan Penelitian dan Pengernbangan Pertanian . Him 145- 159 . Davide, C. L . 1977 . Laboratory Guide in Dairy Chemistry Practicals . FAO Region Dairy Development and Training Center for Asia and Pacific, Los Banos . Wirdahayati R . B. 1994 . Reproductive characteristics and productivity of Bali and Ongole Cattle in Nusa Tenggara, Indonesia . PhD Thesis . Department of Farm Animal Medicine and Production, The University of Queensland, Brisbane, Australia .
76
Wirdahayati R . B don Abdullah Bamualim