Mahasiswa Tawarkan Program Pengabdian Masyarakat di Ujung Madura UNAIR NEWS – Sebanyak 25 mahasiswa Universitas Airlangga siap mengabdi di ujung Jawa Timur, Pulau Masakambing. Mereka adalah peserta program “Ekspedisi Nusantara Jaya” atau ENJ yang akan mulai belajar bersama masyarakat selama pada 25 September mendatang. Program ini merupakan kegiatan yang dicanangkan oleh Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman. Kegiatan yang telah diselenggarakan kali ketiga sejak tahun 2015 merupakan komitmen pemerintah untuk menjadikan Indonesia sebagai poros maritim dunia. Melalui program ini, para pemuda dan mahasiswa diajak untuk bersentuhan langsung dengan masyarakat di pulau-pulau terdepan dan terpencil di seluruh wilayah Indonesia. Koordinator ENJ UNAIR yang juga mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat, Anca Laika, mengatakan bahwa ia dan rekan-rekannya siap mengabdikan diri kepada warga di Pulau Masakambing yang terletak di Kabupaten Sumenep. “Kami siap berlayar kembali untuk melakukan pengabdian masyarakat di pulau 3T (terdepan, terluar, tertinggal) di Jawa Timur,” tutur Anca. Tawarkan program Untuk menjadi peserta ENJ 2017, mahasiswa wajib mengikuti rangkaian seleksi yang telah ditentukan. Salah satu penilaian yang jadi penentu kelolosan adalah pengalaman kegiatan sosial yang pernah dilakukan mahasiswa. “Memang salah satu poin penilaiannya adalah kegiatan sosial
yang pernah dilakukan mahasiwa. Tujuannya biar ketika terjun ke lapangan nggak kaget sama situasinya. Terkadang situasi di lapangan berbeda dengan apa yang dipikirkan,” tutur M. Sholahuddin Al Ayyubi, salah satu tim penyeleksi perwakilan dari Perintis Nusantara Jaya Jawa Timur. Setelah melewati rangkaian proses seleksi, mahasiswa yang terdiri dari berbagai fakultas akan berangkat ke Pulau Masakambing dan melakukan pengabdian selama 21 hari. Wilayah penerjunan juga ditentukan sendiri oleh kelompok. Anca berpendapat, pemilihan lokasi penerjunan didasari oleh pengalamannya selama mengikuti program ENJ tahun 2016. Ia melihat kondisi masyarakat Masakambing masih perlu diberdayakan. “Masih sangat kekurangan dalam segala segi kehidupan. Fasilitas pendidikan yang minim, di sana semuanya madrasah. Di Pulau Masakambing juga tidak ada puskesmas, adanya polindes. Dari segi ekonomi, penduduk bekerja sebagai nelayan dan jadi TKW di Malaysia. Kami ingin membenahi sedikit demi sedikit agar kondisi di sana layak,” jelas Anca. Ada banyak program yang akan dilakukan oleh mahasiswa peserta ENJ tahun 2017. Di bidang pendidikan, salah satunya, mereka juga akan mendirikan taman bacaan di wilayah setempat. Menurut Anca, keterbatasan media elektronik seperti televisi membuat minat baca anak-anak cukup tinggi. Sayangnya, tingginya minat itu tak didukung dengan fasilitas memadai. “Di sana (Masakambing) anak-anak memiliki minat tinggi tetapi nggak ada buku untuk dibaca. Makanya, membuat rumah baca yang nantinya akan kita letakan Masakambing,” tutur Anca yang juga mahasiswa angkatan 2015.
baca yang kita ingin di dermaga FKM tahun
Di bidang lainnya, warga setempat akan dilibatkan untuk mengolah sampah organik, mengikuti penyuluhan tentang demam berdarah, menanam mangrove dan sayur dalam pot.
“Ada banyak program yang akan kita eksekusi di sana guna membangun serta memberdayakan masyarakat Masakambing. Jadi, kami sangat berharap agar teman-teman mahasiswa maupun alumni turut serta membantu dan mendukung program-program kerja kami. Aktivitas kami bisa disimak melalui akun Instagram di @enjunair2017,” pungkasnya. Penulis: Anca Laika (mahasiswa FKM UNAIR) Editor: Defrina Sukma S
Warga Surabaya Mengenali Leptospirosis
Diajak Bahaya
UNAIR NEWS – Masyarakat perlu mewaspadai penyakit leptospirosis. Pasalnya, penyakit yang ditimbulkan oleh bakteri Leptospira sp. ini bisa menyebabkan infeksi pada ginjal, abortus, hingga kematian. Pengetahuan tentang penyakit leptospirosis inilah yang terus digencarkan pada masyarakat. Sivitas akademika tiga program studi Fakultas Vokasi Universitas Airlangga mengadakan penyuluhan sekaligus pemeriksaan untuk mendeteksi keberadaan penyakit leptospirosis. Pengabdian masyarakat oleh ketiga prodi D-4 Radiologi, D-3 Pengobat Tradisional, dan D-3 Kesehatan Ternak digelar di wilayah Rukun Warga V, Kecamatan Gubeng, Jumat (28/7). Kegiatan tersebut dihadiri oleh sekitar 120 warga setempat. Koordinator Prodi D-4 Radiologi dokter spesialis dan konsultan radiologi Lailatul Muqmiroh mengatakan, warga yang tinggal di
wilayah Kertajaya ini memiliki risiko tinggi terkena leptospirosis. Pasalnya, mereka tinggal di sekitar aliran sungai dan pemukiman padat penduduk. Keadaan tersebut diperparah dengan datangnya banjir tahunan ketika hujan deras datang. “Warga yang tinggal di sekitar tempat penampungan sampah dan genangan air punya risiko tinggi untuk terkena leptospirosis. Hampir setiap rumah di Surabaya pasti ada tikus. Sedangkan, leptospirosis paling banyak ditularkan melalui urine tikus. Belum lagi jika di sini banjir dan pemukiman di sini padat,” tutur dokter Lailatul. Ada banyak rangkaian kegiatan pengabdian masyarakat kali ini. Masyarakat diajak mengikuti pra-tes dan pos-tes pengetahuan tentang leptospirosis, penyuluhan, pemeriksaan manusia, dan vaksinasi hewan peliharaan.
kesehatan
Dari aspek kesehatan ternak, warga bisa mengetahui secara umum tentang penyakit leptospirosis dari dokter hewan Miyayu Soneta, M.Vet. Dari sisi radiologi, masyarakat diajak mengenali gejala-gejala yang timbul pada manusia apabila leptospirosis mulai muncul. Sedangkan, dari sisi pengobat tradisional, peserta diajak untuk memperbaiki pola hidup melalui makanan. “Kita lakukan screenning USG (ultrasonografi) karena paling banyak Leptospira menginfeksi ginjal dan saluran kemih. Screening kita lakukan kepada 25 orang, sedangkan vaksinasi untuk 20 ekor hewan peliharaan,” terang dokter Lailatul. Guna menjaga kesehatan ginjal, narasumber yang juga ahli gizi D-3 Battra Edith Frederica Puruhito, M.Sc., memberi sejumlah tips kepada warga. “Bikin jus dengan campuran wortel, mentimun biar ada rasa segar. Kemudian agar rasanya manis, saya biasanya tidak menambah gula atau madu tetapi air kelapa. Kalau sudah diblender visualnya tidak terlalu pekat. Ini bisa jadi pilihan
bagi masyarakat untuk menjaga kesehatan ginjal,” tutur Edith. Dengan adanya program pengabdian masyarakat kali ini, masyarakat mengetahui risiko tinggi penyakit yang dapat menyerang mereka serta menjaga kesehatan tubuh. Penulis: Defrina Sukma S
Menristek Dikti Ingin MTQM Nasional Jadi Ajang Persatuan Bangsa UNAIR NEWS – Musabaqah Tilawatil Quran Mahasiswa Nasional (MTQMN) ke-15 yang dilaksanakan di Universitas Brawijaya dan Univeritas Negeri Malang, dibuka dengan berbagai gelaran acara yang sangat meriah. Pada pembukaan acara yang dihelat di halaman rektorat UB pada Jumat (28/7), langsung dihadiri oleh Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi Prof. M. Nasir, M.Si, Ak, Ph.D, CA. Pada sambutannya dihadapan ribuan kafilah dan pendamping MTQMN, Nasir menyatakan bahwa ajang MTQMN tidak hanya menjadi bentuk ajang kompetisi, melainkan momentum untuk mempererat tali silaturahim dan wujud persatuan antara mahasiswa seIndonesia serta bentuk persatuan bangsa. “Harapan kami, ajag ini tidak hanya menjadi laga kompetisi dan silaturahmi tapi juga momen utuk menyatukan bangsa,” tegasnya. Nasir juga menambahkan bahwa dengan MTQMN, mahasiswa diharapkan tidak hanya membaca dan menghafalkan Quran saja, lebih dari itu bagi Nasir upaya untuk mengimplementasikan nilai-nilai yang terkandung di dalam Quran untuk kehidupan
berbangsa dan bernegara sangatlah penting. “Ini merupakan bagian dari revolusi mental untuk meningkatkan ketaqwaan kita kepada Allah SWT. Saya berharap apa yang kita baca dan pelajari dari kitab Alquran ini bisa diwujudkan dalam kehidupan,” paparya. Mewakili tuan rumah perhelatan akbar dua tahunan tersebut, Rektor UB Prof. Dr. Ir. Mohammad Bisri, MS., mengatakan bahwa MTQMN kali ini merupakan yang terbesar sepanjang sejarah. Tercatat ada 2447 kafilah dari 252 perguruan tinggi turut serta meramaikan acara yang akan berlangsung hingga 4 Agustus mendatang. “MTQMN kali ini merupakan yang tersbesar sepanjang 15 tahun kegiatan ini berlangsung,” tegasnya. Sebelum malam pembukaan yang diisi dengan tampilan tarian dari berbagai wilayah di Indonesia serta tampilan dari Opick. Paginya, seluruh kafilah juga mengikuti pawai akbar yang dilakukan dari lapangan Graha Cakrawala Universitas Negeri Malang hingga lapangan rektorat UB. Dalam ajang tersebut Universitas Airlangga mengirimkan 26 Kafilah yang tersebar di 12 cabang perlombaan. Penulis: Nuri Hermawan
Dengan Interpretasi SEM, Madu Lebah Berkhasiat Sebagai Pencegah Osteoporosis UNAIR NEWS – Dalam penelitian dengan metode yang berbeda, yakni melalui interpretasi Scanning Electron Microscope (SEM),
dihasilkan bahwa madu dari lebah Apis dorsata mengindikasikan dapat digunakan sebagai obat pencegahan osteoporosis. Demikian penelitian kelompok mahasiswa Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) Universitas Airlangga yang diketuai Samsi Yordan (2015), dan beranggotakan Abdullah Hasib (2013), M. Huda Ramadhan (2015), Salsabilla Abani (2016), dan Siti Nur Rohmah (2015). Hasil yang menggembirakan ini kemudian dituangkan sebagai proposal Program Kreativitas Mahasiswa bidang Penelitian Eksakta (PKM-PE). Dengan bimbingan dosennya, Dr. Ira Yudaniayanti, drh., M.P., proposal ini berhasil lolos seleksi dan berhak meraih dana penelitian dari Kemenristekdikti dalam program PKM tahun 2016-2017. Dijelaskan oleh Samsi Yordan, bahwa osteoporosis adalah kondisi saat kualitas kepadatan tulang itu menurun. Kondisi ini membuat tulang menjadi keropos dan rentan retak. Gangguan ini dipengaruhi oleh beberapa hal, antara lain jenis kelamin (gender), usia, ras/suku, serta keturunan. ”Faktor utama yang menyebabkan osteoporosis adalah penurunan hormon estrogen .Seorang perempuan atau hewan yang mengalami histerektomi akan mengalami gejala menopouse, karena hormon estrogen tidak diproduksi osteoblast terhambat dan
lagi. Sehingga pembentukan osteoklast meningkat yang
mengakibatkan kerusakan tulang pembentukan tulang,” jelas Samsi.
lebih
cepat
dibandingkan
Sampai saat ini, pengobatan utama osteoporosis adalah hormone replacement therapy (HRT) dan bifosfonat. Namun risiko penggunaan HRT yang paling utama adalah dapat menimbulkan kanker payudara. Selain itu dapat digunakan kalsium dan vitamin D serta obat-obatan yang harus selalu dikonsumsi. ”Tetapi pengobatan tersebut juga menimbulkan banyak efek samping, seperti nyeri lambung, terutama apabila cara mengonsumsi obatnya tidak sesuai dengan anjuran dokter,”
tambahnya. Sementara itu madu dipercaya kaya akan antioksidan, seperti flavonoid dan asam fenolat. Flavonols pada madu akan berinteraksi secara langsung dengan esterogen melalui reseptor ER-β dan ER-α, dan kandungan asam glukonat yang dapat meningkatkan absorbsi kalsium di dalam usus. Samsi dan kawan-kawan meneliti menggunakan hewan coba tikus putih yang diberi perlakuan Ovariohystercetomy atau pengambilan ovarium. Hewan coba itu diberi madu dengan dosis berbeda-beda selama bulan Maret hingga Juni 2017. Setelah minggu ke-12, tikus dinekropsi untuk pengambilan os femur yang selanjutnya akan dianalisa menggunakan Scanning Electron Microscope (SEM). Dari penelitian itu diperoleh hasil bahwa tulang yang tidak diberi madu menunjukan penurunan mikroarsitektur, namun pada tulang yang diberi madu dengan dosis tertinggi menunjukan kepadatan tulang dalam keadaan normal dan tidak terjadi penurunan mikroarsitektur tulang. Hal ini mengindikasikan bahwa madu lebah Apis dorsata dapat digunakan sebagai obat pencegahan osteoporosis. ”Kami berharap dari penelitian ini agar masyarakat mengetahui dan lebih memilih memanfaatkan bahan pengobatan yang alami dibandingkan bahan kimia yang dapat memberi efek samping pada tubuh,” kata Samsi Yordan. (*) Editor: Bambang Bes
Selamat Jalan Prof. Moetmainah Prajitno, Perintis Konservasi Gigi FKG UNAIR UNAIR NEWS – Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) Universitas Airlangga berduka dengan kehilangan seorang putera terbaiknya. Prof. Dr. Moetmainah Prajitno, drg., Sp.KG (K) dipanggil Sang Khalik, menjelang subuh Jumat (28/7) dalam usia 84 tahun. Perempuan kelahiran Gresik 6 November 1993 ini dikenal sebagai salah seorang perintis bidang konservasi gigi di FKG UNAIR. Lulusan FKG UNAIR tahun 1959 ini wafat setelah 106 hari dirawat di rumah sakit. Dekan FKG UNAIR Dr. R. Darmawan Setijanto, drg., M.Kes., selain merasa kehilangan besar, juga memuji semangat terus belajar almarhumah yang pantas untuk diteladani. Ketika usianya sudah dalam realtif lanjut, namun almarhumah mampu menyelesaikan pendidikan S-3 (Doktor) dengan waktu yang relatif singkat di tahun 1990. ”Selamat jalan menuju ke kediaman abadi, Prof. Moetmainah, jasa-jasamu dalam memajukan fakultas akan tetap kami kenangkan,” tandas Dr. Darmawan Setijanto, dalam upacara persemayanan jenasah, di Aula FKG, Jumat (28/7) siang. Ratusan sivitas UNAIR hadir memberikan penghormatan terakhir untuk Alm. Prof. Moetmainah. Diantaranya ada Wakil Rektor I Prof. Djoko Santoso, dr., Sp.PD-KGH., PhD., FINASIM, Ketua Senat Akademik UNAIR Prof. Dr. Muhammad Amin, dr., Sp.P(K), para Guru Besar FKG, FK dan fakultas lain, staf kependidikan, mahasiswa dan alumni. Wakil Rektor I UNAIR Prof. Djoko Santoso dalam sambutannya atas nama universitas juga menyatakan bahwa UNAIR merasa kehilangan tokoh pengajar yang sangat aktif dan besar pengabdiannya. Maka sebagai penghormatan kepada almarhumah,
lanjutnya, tidak ada cara lain kecuali melanjutkan dan mengembangkan apa yang sudah dirintis oleh almarhumah di bidang konservasi gigi FKG UNAIR. ”Cara untuk tetap menyayangi beliau, dan sekaligus meneladaninya adalah dengan melanjutkan cita-cita almarhumah, dimana setiap langkah beliau selalu dalam rangka melaksanakan Tridarma Perguruan Tinggi,” tandas Prof. Djoko Santoso, Guru Besar Fakultas Kedokteran UNAIR itu. Mewakili pihak keluarga yang berduka, drg. Meifiyanto, putera kedua almarhumah, menyampaikan terima kasih yang sebesarbesarnya atas perawatan semasih ibunya sakit, saat persemayaman, hingga pemakanan yang dilaksanakan di Mojokerto. Staf kependidikan di bagian DSI UNAIR itu juga memohonkan maaf Prof. Moetmainah jika semasa pengabdian di UNAIR ada salah dan dosa kepada sivitas akademika. Ditambahkan oleh Ir. Ina Juniarti, puteri pertama dari empat bersaudara ini, almarhumah merupakan seorang ibu yang hebat, perempuan yang mandiri. Dalam setiap aktivitasnya, Prof. Moetmainah, tidak pernah merepotkan anak-anaknya. Memeriksa disertasi ratusan halaman dibacanya semua. Karena itu pesannya kepada anak-anaknya, kalau suatu saat meninggal pun diwantiwanti untuk tidak menangisinya. Empat hari sebelum sakit, sempat menunjuk calon makamnya, yang ia pilih disamping almarhum Prof. H.R. Prajitno, suaminya. Kemudian ketika sakit dan dirawat di rumah sakit pun masih menyempatkan mengatur kebutuhan rumah; belanja untuk keluarga, bahkan menguruskan STNK yang sudah habis masa berlakunya. ”Dipanggil Allah pada hari Jumat ini pun merupakan doa ibu setiap saat. Selamat jalan mama, semoga khusnul khotimah dan di syurga Allah nanti berjumpa dengan papa almarhum,” kata Ina Juniarti sambil menahan diri untuk tabah dan tidak menitikkan air mata, pesan almarhumah. Selamat jalan Prof. Moetmainah Prajitno. (*)
Penulis: Bambang Bes.
Madu Lebah Apis Dorsata Bisa Sebagai Obat Anti Osteoporosis UNAIR NEWS – Gangguan osteoporosis sering diderita oleh masyarakat. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) Universitas Airlangga, diusulkan kepada penderita untuk mengonsumni madu lebah Apis dorsata sebagai alternative obat antiosteoporosis. Usul itu disampaikan sebab kandungan dalam madu Apis dorsata terdapat asam glukonat yang dapat meningkatkan absorpsi kalsium di dalam usus. Kandungan fenol pada madu ini juga dapat berperan dalam metabolisme tulang serta flavonoid dapat mencegah terjadinya pengeroposan tulang. Kelima mahasiswa peneliti yang tergabung dalam kelompok Program Kreativias Mahasiswa bidang Penelitian Eksakta (PKMPE) itu diketuai M. Huda Ramadhan Ibrahim, dengan anggota Abdullah Hasib, Samsi Yordan, Siti Nur Rohmah, dan Salsabilla Abani. Dibawah bimbingan Dr. Ira Yudaniayanti, drh., M.P., dosen mereka, penelitian ini kemudian dituangkan dalam proposal PKMPE dan lolos seleksi Ditjen Dikti, sehingga memperoleh dana penelitian dalam program PKM Kemenristekdikti tahun 2016-2017. Diterangkan oleh M. Huda Ramadhan, yang dilakukan timnya adalah meneliti kadar abu kalsium dan gambaran histopatologi tulang hewan coba yang telah diinduksi osteoporosis dengan
cara pengambilan ovarium atau biasa disebut Ovariohysterectomy dan diberi madu sebagai perlakuan sehari-hari selama empat bulan. Osteoporosis, lanjutnya, bersal dari kata osteo (tulang) dan porous (keropos), yang disebut juga pengeroposan tulang. Osteoporosis memiliki resiko yang merugikan penderita, dimana akan menyebabkan terjadinya fraktur pada tulang, nyeri pada punggung, dan dapat menyebabkan stres fisik, nyeri pinggang, sakit lutut, sakit persendian, nyeri pada paha, nyeri di kaki, gangguan fungsi aktivitas sehingga menimbulkan hilangnya kemandirian. Penyebab terbanyak Osteoporosis di Indonesia adalah faktor gender, usia, gangguan metabolisme tulang, kurangnya aktivitas, kekurangan protein, dan kurangnya asupan vitamin D. Seorang wanita diindikasikan empat kali lebih rentan terserang osteoporosis dibandingkan dengan pria. Dari penelitian itu, kata Huda, hasilnya sangat luar biasa. Kadar kalsium abu tulang menunjukkan hasil tertinggi pada hewan coba yang diberi perlakuan madu dengan dosis tertinggi. Hasil gambaran histopatologi tulang yang diberi madu dengan dosis tertinggi juga menunjukan tidak terlihatnya osteoporosis berbeda dengan tulang yang diinduksi osteoporosis, namun tidak diberi madu sama sekali. “Dengan penelitian ini diharapkan ada perbedaan gambaran histopatologi dan kadar abu kalsium untuk setiap kelompok perlakuan, dan akhirnya perbedaan itu terlihat nyata sehingga madu dapat dijadikan sebagai obat antiosteoporosis,” ujar M. Huda Ramadhan. Dari penelitian ini juga diharapkan bahwa madu dapat digunakan sebagai bahan ilmiah yang aman untuk mencegah terjadinya osteoporosis. (*) Editor: Bambang Bes
Idamkan UNAIR Sejak Santri WARTA UNAIR – Berangkat dari kehidupan sejak kecil yang berada di lingkungan pesantren, di Pondok Pesantren Nurul Jadid, Paiton, Probolinggo, Mohammad Syaeful Bahar tidak hanya cerdas dalam ilmu keagamaan, tapi juga mencintai ilmu yang berkaitan tentang sosiologi dan politik. “Di pesantren ini semangat belajar saya terbentuk, salah satunya adalah belajar tentang sesuatu yang tidak banyak diajarkan di pesantren, seperti sosiologi dan politik,” jelasnya. Laki-laki kelahiran Bondowoso 49 tahun silam juga bercerita, sejak menjadi santri dia sudah mengagumi beberapa pakar politik dan sosiologi dari Universitas Airlangga. “UNAIR salah satu kampus yang sejak lama saya idamkan. Namanama besar seperti Prof. Tandyo, Prof. Ramlan, dan Prof. Hotman adalah nama-nama besar yang selalu mendorong saya kuliah dan belajar di sini,” terangnya. Cita-cita tersebut ia wujudkan dengan menempuh studi magister hingga doktoral di UNAIR. Berkat kegigihan yang dilandasi rasa cinta serta riset yang berjudul “Interaksi Antara Kiai dan Beijingan dalam Proses Pemilihan Kepala Desa (PILKADES) di Bondowoso”, Syaeful dapat menyebet gelar wisudawan terbaik S3 FISIP UNAIR dengan perolehan IPK 3.94. “Penelitian ini menemukan, paling tidak terdapat empat pola interaksi antara kiai dan bejingan, yaitu kolaboratif, konflik, ko eksistensi dan hegemonik,” jelasnya. Selama studi S3 di UNAIR, Syaeful juga memiliki beragam kesibukan dan tanggung jawab dibeberapa lembaga seperti
menjadi Ketua Lembaga Pendidikan Maarif NU Bondowoso, Ketua Dewan Pendidikan di Bondowoso, dan Wakil Ketua Dewan Riset Daerah di Bondowoso. “Semua tanggung jawab tersebut juga membutuhkan konsentrasi tinggi, sehingga menjadi tidak mudah membagi waktu dengan studi S3 yang saya tempuh,” pungkas Syaeful. (*) Penulis : Akhmad Janni Editor : Nuri Hermawan
Wisudawan Terbaik Ini Sempat Tak Dipercaya saat Praktik di Puskesmas UNAIR NEWS : “Bagi saya, prestasi paling menonjol selama studi adalah dapat menyelesaikan praktik kerja profesi psikologi di Puskesmas dengan baik.” Begitulah yang diucapkan Fusha Maulida Rahma, wisudawan terbaik S-2 Fakultas Psikologi Universitas Airlangga periode Juli 2017. Setelah merampungkan studi dan melewati beragam tahap, Fusha ditetapkan sebagai wisudawan terbaik dengan perolehan IPK 3,72. Baginya, perjuangan paling berkesan adalah saat dirinya melaksanakan praktik psikologi profesi sebagai konselor selama enam bulan di Puskesmas Keputih, Surabaya dan UPTD Liponsos Kampung Anak Negeri Surabaya. “Pada saat menempuh praktik di Puskesmas, saya harus berhadapan dengan orang yang tidak percaya pada fungsi dan kemampuan psikolog maupun calon psikolog,” kata perempuan kelahiran Blitar, 30 Juni 1991. Namun, setelah dilakukan
pendekatan, masyarakat kemudian menyadari pentingnya peran seorang psikolog maupun calon psikolog dalam kesehatan fisik maupun mental. Praktik psikologi profesi bagi Fusha tidak hanya sekedar memberikan solusi semata, tetapi harus melakukan analisis serta peka terhadap permasalahan yang muncul. Secara tidak langsung, psikolog maupun calon psikolog memegang peran penting pada masa depan anak maupun orang dewasa yang memiliki masalah. “Jika intervensi yang diberikan memberikan pengaruh yang buruk, maka pengaruh itu akan berdampak pada kehidupan anak atau orang dewasa itu selanjutnya,” imbuh alumnus MAN 3 Malang ini. Kepada UNAIR NEWS, Fusha membagi tips dalam menjalani studi S-2 Psikologi. Ia mengakui bahwa studi S-2 sangat berbeda dengan studi S-1. “Yang paling penting ya menjaga motivasi agar tetap stabil. Pada jenjang S-2, kemandirian mahasiswa lebih terasah. Dosen tidak akan memberikan materi secara detil, jadi mahasiswa dituntut mengasah pengetahuannya sendiri. Jika mahasiswa tak mampu menjaga motivasi, maka akan tertinggal dengan teman lain dan kesulitan dalam menyelesaikan studi yang ditempuh,” ujar Fusha mengakhiri. (*) Penulis : Binti Q. Masruroh Editor : Defrina Sukma S.
Penyiar Terbaik
Jadi
Wisudawan
WARTA UNAIR – Selain mampu berprestasi secara akademik, Danan Prima Nanda juga membuktikan bahwa ia berprestasi di bidang non akademik. Laki-laki ini tercatat sebagai wisudawan terbaik S-1 Fakultas Psikologi Universitas Airlangga periode Juli 2017. Ia meraih indeks prestasi kumulatif (IPK) 3,78. Selama disibukkan dengan kegiatan perkuliahan, ia bekerja sebagai penyiar di televisi dan radio. Tahun 2013-2015, ia adalah penyiar radio EBS FM. Pada tahun 2014-2016 Danan menjadi pembaca berita di BBS TV. Lepas dari BBS TV, Danan menjadi News Reader di stasiun televisi RCTI. Selain itu, ia juga mengajar di Professional Broadcasting School dan menjadi pembicara di beberapa acara yang mengangkat topik public speaking, hingga sekarang. Danan mengaku, sejak SMP dan SMA tidak pernah mendapatkan peringkat 10 besar di kelas. Namun, berkat kerja keras, doa, dan dukungan orangtua, ia mampu merasakan dinobatkan sebagai wisudawan terbaik. “Sejujurnya saya tidak pernah mendapatkan ranking 10 besar selama mengenyam pendidikan di jenjang SMP dan SMA. Saya ranking 10 besar itupun ranking 7 saat kelas 2 SD,” ucap lelaki kelahiran 13 Mei 1994 ini, seraya mengaku perjuangan menempuh studi ini sangatlah keras. Ia harus bisa menyeimbangkan waktu dan stamina agar semua peran dapat dijalani dengan maksimal. ”Sempat ada masalah di pekerjaan dan kuliah seperti jadwal dosen yang mendadak mengajar di hari tertentu, sementara jadwal bekerja sudah diumumkan pada minggu sebelumnya, ingin tukar jadwal dengan rekan kerja tapi semuanya nggak bisa. Terpaksa saya harus memenuhi kewajiban di pekerjaan,” katanya.
Namun berkat kerja keras mengejar ketertinggalan, ia lulus dengan IPK terbesar diantara teman-temannya. Saat ini, Danan tengah meningkatkan kemampuan bahasa asing dan ingin meneruskan studi master di luar negeri. “Kalau timbul rasa malas, ingat aja perjuangan orang tua buat biayain SPP, orang tua sudah berusaha untuk memberikan yang terbaik untuk membayar biaya kuliah, kamu juga harus memberikan yang terbaik juga,” ujar Danan berbagi tips. (*) Penulis : Binti Q. Masruroh Editor : Defrina Sukma S.
Tiga Pakar UNAIR Bahas Kajian Lingkungan UNAIR NEWS – Pemanfaatan kekayaan alam berbasis pelestarian lingkungan menjadi bahasan hangat pada talkshow Gelar Inovasi Guru Besar yang diselenggarakan Pusat Informasi dan Humas Universitas Airlangga, Kamis (27/7). Dalam acara tersebut, ketiga profesor yang berbagi kepakarannya adalah Prof. Dr. Herry Agoes Hermadi, drh., M.Si (Fakultas Kedokteran Hewan), Prof. Dr. Agoes Soegianto, Ir., DEA (Fakultas Sains dan Teknologi), dan Prof. Dr. H.J. Mukono, dr., MS., MPH (Fakultas Kesehatan Masyarakat). Prof. Agoes memaparkan tentang Ekotoksikologi. Prof. Agoes menjelaskan, kajian ekotoksikologi sebenarnya amat diperlukan oleh pemerintah dalam membuat kebijakan soal lingkungan. Namun, kajian ini tak begitu berkembang di Indonesia. Berbicara
soal
pelestarian
lingkungan,
Prof.
Herry
menyampaikan inovasinya berupa isi perut sapi (rumen) yang dijadikan biofermentor bermerek Aras. Rupanya, dosen FKH ini bersemangat berkontribusi dalam menyelesaikan persoalan lingkungan. Metode seperti ini juga dapat dimanfaatkan oleh rumah potong hewan yang berbau untuk diolah kembali jadi pakan hewan ataupun biofermentor. “Dalam satu hari, para pemotong hewan bisa menyembelih sekitar seratus ekor sapi. Tak disangka, darah yang dibuang ini bisa dikembangkan menjadi pakan ternak yang memilki nilai ekonomis,” imbuh Prof. Herry yang mempublikasikan penelitian berjudul “Conversation Impact on Molecular Gentic Changes on Java Green Peacock (Pavo musticus)” di jurnal Environment and Conversation Ecology. Menghadirkan narasumber dari berbagai disiplin ilmu, Prof. Mukono membahas tentang dampak perubahan iklim terhadap kesehatan manusia serta upaya-upaya yang harus dilakukan. Ia mengatakan, kerusakan alam yang terjadi saat ini, seperti perubahan iklim dan pemanasan global disebabkan oleh ulah manusia. “Dampak
perubahan
iklim
penyebabkan
munculnya
berbagai
penyakit. Air dan makanan juga menjadi pemicu munculnya penyakit. Untuk itu diperlukan upaya manusia untuk tidak merusak alam dan lingkungan,” ucap guru besar FKM. Dihadiri oleh kalangan sivitas akademika, praktisi, pembuat kebijakan hingga wartawan memberi wawasan. Acara tersebut merupakan komitmen UNAIR dalam untuk terus berinovasi merespon permasalahan lingkungan. (*) Penulis: Tim UNAIR News