PERAN KELUARG K GA DALAM M MELAH HIRKAN GENERASI MAHASIS SWA YAN NG ANTI KORUPSI K K KARYA IL LMIAH Diaju ukan untuk k mengikutii Kompetissi Propagan nda Anti koorupsi 2016 6 Disusun oleh: o Rahmawati R i Kartikasa ari
1202 2130030
Mutiah M Qurr’aniah
1202 2130026
PROGRAM M STUDI S1 S AKUNT TANSI FAKULTA F AS EKONO OMI DAN BISNIS B UNIV VERSITAS S TELKOM M BANDU UNG 2016 6
PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa tulisan ini adalah sepenuhnya karya saya sendiri. Tidak ada bagian di dalamnya yang merupakan plagiat dari karya orang lain. Apabila ternyata di kemudian hari tulisan ini mengandung unsur jiplakan (plagiarism), kami bersedia menerima konsekuensi hukum sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.
Bandung, 10 November 2016 Yang membuat pernyataan,
Penulis
ABSTRAK Korupsi adalah tindakan penyalahgunaan kekuasaan demi keuntungan pribadi dan golongannya, yang dapat merusak kehidupan masyarakat luas. Di lingkungan kampus banyak ditemukan praktik-praktik korupsi. Tindakan korupsi ini dapat dicegah dan diberantas dimulai dari peran keluarga. Ada beberapa faktor yang menyebabkan seorang anak memiliki sikap dan karakter yang nantinya dapat menimbulkan tindakan buruk seperti korupsi, contohnya pengaruh lingkungan dan teman yang buruk dan kesalahan orang tua dalam mendidik anak. Cara memberantas korupsi sejak dini dapat dihubungkan dengan nilai-nilai anti korupsi dimana peran keluargalah yang dapat menumbuhkan nilai-nilai anti korupsi seperti kejujuran, kemandirian, kedisiplinan, tanggung jawab, kerja keras, sederhana, keberanian, dan keadilan sehingga akan menghasilkan generasi mahasiswa yang anti korupsi. Kata Kunci : korupsi, peran keluarga, mahasiswa
PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Korupsi merupakan salah satu masalah utama yang dihadapi oleh pemerintah Indonesia. Korupsi sudah mengakar dari dalam kehidupan masyarakat sehari-hari dan bahkan sudah menjadi suatu budaya di Indonesia. Berbagai upaya pemberantasan korupsi sudah dilakukan mulai dari kepolisian, kejaksaan, kehakiman, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), dan institusiinstitusi lainnya. Tetapi masih saja dapat ditemukan kasus korupsi dimanamana. Keseriusan untuk memberantas korupsi perlu dilakukan di Indonesia agar hak-hak masyarakat terpenuhi dan tidak menimbulkan kesengsaraan di masyarakat. Berdasarkan survey yang dilakukan oleh organisasi anti korupsi internasional (Transparency International), negara pada peringkat pertama yang memiliki tingkat korupsi terbersih adalah Denmark dengan nilai indeks 91. Sedangkan Indonesia ada pada peringkat ke 88 dari 168 negara di dunia, dan memiliki nilai indeks 36 dimana nilai maksimal adalah 100 (semakin tinggi nilai indeks, semakin bersih dari korupsi). Rata-rata nilai indeks dari seluruh negara adalah 43. Ini berarti negara Indonesia masih berada di bawah rata-rata nilai indeks korupsi dunia(www.transparency.org). Perilaku korupsi dapat muncul karena berbagai faktor. Faktor-faktor seperti aspek moral yang dimiliki seseorang contohnya lemahnya keimanan, kejujuran, rasa malu; aspek sikap atau perilaku misalnya pola hidup konsumtif, dan aspek sosial seperti keluarga yang dapat mendorong seseorang untuk melakukan korupsi. Tindakan untuk mencegah dan memberantas korupsi dapat dimulai dari lingkungan kampus. Perguran tinggi yang terdiri dari mahasiswa dan dosen yang merupakan perwujudan dari civil society dapat menjadi penggerak pencegahan dan pemberantasan korupsi di Indonesia. Namun pada kenyataannya, di lingkungan kampus sendiri banyak ditemukan praktik-praktik
korupsi sehingga pencegahan dan pemberantasannya dapat dimulai lebih awal lagi dari lingkungan keluarga.
2. Rumusan Masalah 1. Apakah yang dimaksud dengan korupsi? 2. Faktor-faktor apa saja yang dapat membuat sikap dan karakter seorang anak yang dapat menimbulkan tindakan korupsi? 3. Bagaimana cara memberantas korupsi sejak dini?
4. Manfaat Keluarga memiliki peran yang sangat besar dalam pembentukan nilai dan norma yang ada pada seorang anak sebagai upaya untuk mencegah tindakan korupsi sejak dini. Keluarga merupakan tempat dasar pendidikan yang kemudian diharapkan dapat melahirkan generasi mahasiswa yang anti korupsi.
PEMBAHASAN Korupsi berasal dari bahasa latin, corruptio yang artinya busuk, rusak, menggoyahkan atau memutarbalikkan. Dilihat dari asal katanya, korupsi adalah semua tindakan yang merusak serta menggoyahkan kehidupan masyarakat luas. Sedangkan menurut UU No.31 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi menyebutkan bahwa korupsi adalah tindakan memperkaya diri sendiri, penyalahgunaan wewenang dan kekuasaan, memberi dan menjanjikan sesuatu kepada pejabat atau hakim, berbuat curang, melakukan penggelapan dan menerima hadiah terkait tanggung jawab yang dijalani. Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa korupsi adalah tindakan penyalahgunaan kekuasaan demi keuntungan pribadi dan golongannya, yang dapat merusak kehidupan masyarakat luas (Napitupulu, 2010). Menurut Ihsan (2008), keluarga merupakan lingkungan pertama bagi seseorang manusia sebagai lembaga pendidikan tertua, yang bersifat informal dan kodrati. Ayah dan ibu di dalam keluarga sebagai pendidiknya, dan anak sebagai terdidiknya. Keluarga sebagai lingkungan pendidikan yang pertama sangat penting dalam membentuk pola kepribadian anak hingga menjadi seorang mahasiswa di perguruan tinggi. Banyak mahasiswa yang terdiri dari latar belakang keluarga yang berbeda-beda di lingkungan kampus Universitas Telkom. Terlihat dari banyaknya mahasiswa yang berasal dari luar bandung, luar pulau jawa, bahkan ada mahasiswa yang berasal dari luar negeri. Seorang mahasiswa yang satu dengan mahasiswa yang lainnya memiliki sikap dan karakter yang berbeda-beda. Hal tersebut biasanya mencerminkan didikan dari orang tuanya. Nilai dan norma diperkenalkan pertama kali oleh orang tua. Oleh karena itu peran keluarga diperlukan sebagai pencegahan terhadap tindakan korupsi untuk seoarang anak sebelum nantinya masuk ke perguruan tinggi.
Menurut Ulwan (2012:75) ada beberapa faktor yang menyebabkan seorang anak memiliki sikap dan karakter yang nantinya dapat menimbulkan tindakan buruk seperti korupsi yang diperoleh dari dalam lingkungan keluarga. Contohnya adalah kondisi keuangan yang kurang baik, ketidakharmonisan dalam keluarga, broken home, menyia-nyiakan waktu luang dengan hal yang tidak bermanfaat, pengaruh lingkungan dan teman yang buruk, perlakuan buruk dari orangtua, serta kesalahan orang tua dalam mendidik anak. Cara memberantas korupsi sejak dini dapat dihubungkan dengan nilai-nilai anti korupsi dimana peran keluargalah yang dapat menumbuhkan nilai-nilai anti korupsi seperti kejujuran, kemandirian, kedisiplinan, tanggung jawab, kerja keras, sederhana, keberanian, dan keadilan. Berikut adalah penjelasannya menurut Puspito, et al (Ed.) (2011:75): 1. Kejujuran Seseorang yang memiliki sifat jujur dikenal sebagai pribadi yang dapat dipercaya dalam perkataan dan tindakan. Orang tua dapat menanamkan nilai kejujuran pada anak dalam kegiatan sehari-hari seperti menghargai milik orang lain dan bisa membedakan mana yang milik pribadi dan mana yang bukan. Nilai kejujuran dalam kehidupan kampus yang diwarnai dengan budaya akademik sangatlah diperlukan. Jika mahasiswa terbukti melakukan tindakan yang tidak jujur, baik pada lingkup akademik maupun sosial, maka selamanya orang lain akan selalu merasa ragu untuk mempercayai mahasiswa tersebut. Sebagai akibatnya mahasiswa akan selalu mengalami kesulitan dalam menjalin hubungan dengan orang lain. 2. Kepedulian Orang tua yang yang memiliki tingkat kepedulian tinggi kepada anaknya, akan dicontoh pula oleh anak tersebut. Seorang anak dapat diajarkan untuk tidak memiliki ego yang tinggi dan peduli terhadap lingkungan sekitar. Nilai kepedulian sangat penting bagi seorang mahasiswa dalam kehidupan di kampus dan di masyarakat. Seorang mahasiswa dituntut untuk peduli terhadap proses belajar mengajar di kampus, terhadap pengelolalaan sumber
daya di kampus secara efektif dan efisien, serta terhadap berbagai hal yang berkembang di dalam kampus. 3. Kemandirian Sebagai orang tua, perlu mengajarkan apa itu kemandirian kepada anaknya. Seorang anak yang mendiri dapat lebih mudah beradaptasi dengan lingkungan baru karena tidak terlalu bergantung pada orang tuanya. Pada contoh kondisi mandiri bagi mahasiswa, dapat diartikan sebagai proses mendewasakan diri yaitu dengan tidak bergantung pada orang lain untuk mengerjakan tugas dan tanggung jawabnya. 4. Kedisiplinan Orang tua perlu mengajarkan kedisiplinan agar seorang anak dapat hidup tertib dan teratur. Disiplin adalah mampu mengelola waktu yang ada untuk dipergunakan dengan sebaik-baiknya untuk menyelesaikan tugas dengan baik. Dalam lingkup akademik maupun sosial kampus, diperlukan kedisiplinan agar dapat menjadi mahasiswa yang mempu mengatur kegiatan perkuliahahannya secara baik dan tidak berantakan. 5. Tanggung jawab Seorang anak diajarkan untuk memiliki sikap tanggung jawab agar kelak menjadi orang yang dapat diperhitungkan dalam masyarakat dan lingkungan akademik. Sebagai contoh, mahasiswa yang memiliki rasa tanggung jawab akan memiliki kecenderungan menyelesaikan tugas lebih baik dibanding mahasiswa yang tidak memiliki rasa tanggung jawab. Mahasiswa yang memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi mudah untuk dipercaya orang lain dalam masyarakat misalkan dalam memimpin suatu kepanitiaan yang diadakan di kampus. Tanggung jawab adalah menerima segala sesuatu dari sebuah perbuatan yang salah, baik itu disengaja maupun tidak disengaja. 6. Kerja keras Bekerja keras didasari dengan adanya kemauan. Bekerja keras merupakan hal yang penting ditanamkan orang tua pada anak guna tercapainya hasil yang sesuai dengan target. Akan tetapi bekerja keras akan menjadi tidak berguna jika
tanpa adanya pengetahuan. Di dalam kampus, para mahasiswa dilengkapi dengan berbagai ilmu pengetahuan. 7. Sederhana Seorang anak diajarkan untuk hidup sederhana dengan tidak semua keinginannya dituruti oleh orang tua. Dengan gaya hidup sederhana, setiap anak yang nantinya menjadi mahasiswa dibiasakan untuk tidak hidup boros, hidup sesuai dengan kemampuan orang tuanya dan dapat memenuhi semua kebutuhannya. 8. Keberanian Orang tua menanamkan nilai keberanian kepada anaknya dengan mencontohkannya dalam kegiatan sehari-hari seperti berani mengatakan sesuatu kepada orang tuanya dan berani melakukan hal baru bersama orang tuanya. Nilai keberanian dapat dikembangkan oleh mahasiswa dalam kehidupan di kampus dan di luar kampus. Antara lain dapat diwujudkan dalam bentuk berani mengatakan dan membela kebenaran, berani mengakui kesalahan, berani bertanggung jawab, dan lain sebagainya 9. Keadilan Orang tua harus berlaku adil terhadap anaknya. Seorang anak yang diperlakukan adil akan memiliki rasa damai dan tenteram serta dapat mencontoh pula dari tindakan orang tuanya. Bagi mahasiswa karakter adil ini perlu sekali dimiliki agar mahasiswa dapat belajar mempertimbangkan dan mengambil keputusan secara adil dan benar.
PENUTUP
Kesimpulan Korupsi yang merajalela di Indoneia, tidak hanya terjadi di lingkup pemerintahan saja tetapi juga di lingkungan akademik banyak ditemukan praktikpraktik korupsi. Sikap dan karakter mahasiwa yang ditunjukkan dalam kegiatan di perguruan tinggi, sebenarnya mencerminkan didikan dari orang tuanya. Oleh karena itu, pendidikan anti korupsi dapat diajarkan sejak dini. Melalui peran keluarga yang menanamkan nilai-nilai anti korupsi seperti kejujuran, kemandirian, kedisiplinan, tanggung jawab, kerja keras, sederhana, keberanian, dan keadilan akan menghasilkan generasi mahasiswa yang anti korupsi. Saran Jadilah mahasiswa yang memiliki sikap dan karakter baik dengan mempraktekkan nilai-nilai anti korupsi yang telah diajarkan oleh orang tuanya agar menjadi mahasiswa yang berintegritas dan tidak mencoreng nama perguruan tinggi.
DAFTAR PUSTAKA Ihsan, F. (2008). Dasar-dasar Kependidikan. Jakarta: Rineka Cipta. Napitupulu, D. (2010). KPK in Action. Jakarta: Raih Asa Sukses. Puspito, N. T., S., M. E., Utari, I. S., & Kurniadi, Y. (Ed.). (2011). Buku Pendidikan Anti Korupsi untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan RI Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Ulwan, Abdullah Nashih. (2012). Pendidikan Anak Dalam Islam. Solo: Insan Kamil Undang-undang
Republik
Indonesia
Nomor
Permberantasan Tindak Pidana Korupsi. (t.thn.).
31
Tahun
1999
tentang