HADIS-HADIS TAWASSUL (Studi Terhadap Pemikiran Sayyid Muhammad ibn Alwi> Al-Maliki> dalam Kitab
Mafa>him Yaji>b ‘an Tus}ahhah)
SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Theologi Islam (S.Th.I)
Disusun oleh: Hasyim Asy’ari 09532015 JURUSAN ILMU AL-QURAN DAN TAFSIR FAKULTAS USHULUDDIN DAN PEMIKIRAN ISLAM UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA 2013
ii
iii
iv
v
MOTTO
كن مع اهلل تري اهلل معك “Jadikan Dirimu Bersama Allah, Maka Allah Akan Bersama Kamu”
Abuya Sayyid Muhammad
v
PERSEMBAHAN Karya ini kupersembahkan kepada : Allah SWT dan kekasihku Muhammad saw Abah Zaini Muhammad dan umiku tercinta Maimunah, dengan cinta dan kasih sayang, pengorbanan mereka yang telah mendidikku dengan baik, mengenalkanku kepada Allah dan mengajarkanku cinta kepada Rasu>lullah. Untuk kakaku tercinta Zulfatul Afifah beserta Amin Margo Santoso yang selalu memotivasi, mendukung dan memberi nasihat. Untuk kakaku Khotibul umam dan Ifah .S yang selalu mendo’akan aku. Untuk kakaku Hartatik beserta M.Rofiq yang selalu menjadi tempat curhat dan meminta nasihat. Untuk keluarga besar K.H. Fad}hil A>rif Alm, Bu Nyai Ratna .M, Gus Hadi, Ning.uul, Ning.icha. Serta Guru-guruku, rekan pembimbing dipon-pes Krapyak Ali Maksum khususnya : K.H. Ashari Abdullah Tamrin, K.H. Hilmi Hasbullah, K.H. Afif Hasbullah, Gus Zaki Hasbullah, Gus Ilzam Yahya. Untuk Guruku K.H. Sirojan Muniro Abdul Rahman dan teman-teman Pon-Pes Nurul Haramain ( Muslih, Heri, Rahim, Fatul, Alwi, Ahmad, Aufa, kifli, uqi dan semuanya ) Serta untuk seseorang yang aku cintai dan sayangi yang telah menemaniku, menjadi semangatku dalam suka dan duka sejak 7 tahun lalu, calon istriku tercinta Nur Izzah Serta sobat-sobatku tercinta yang telah menemaniku di setiap suka dan duka, Khususnya Ali S.M bin Juaji. Almamamterku : Pon-Pes Bina>’ul Muha>jiri>n, Pon-pes Krapyak, Pon-Pes Nu>rul Hara>main
UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
vi
PEDOMAN TRANSLITERASI Pedoman Transliterasi Arab-Latin ini merujuk pada SKB Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI, tertanggal 22 Januari 1988 No: 158/1987 dan 0543b/U/1987. I. Konsonan Tunggal Huruf Arab
Nama
Huruf Latin
Nama
Alif
Tidak dilambangkan
Tidak dilambangkan
Ba>‘
B
Be
Ta'
T
Te
S|a
s\
es (dengan titik di atas)
Jim
J
Je
Ha>’
h}
ha (dengan titik di bawah)
Kha>'
Kh
ka dan ha
Dal
D
De
Z||al
z\
ze (dengan titik di atas)
Ra>‘
R
Er
Zai
Z
Zet
Si>n
S
Es
Syi>n
Sy
es dan ye
S}ad
s}
es (dengan titik di bawah)
Da>d}
d}
d (dengan titik di bawah)
Ta>'
t}
Za>'
z}
‘Ain
…‘…
te (dengan titik di bawah) zet (dengan titik di bawah) koma terbalik (di atas)
Gayn
G
Ge
vii
Fa>‘
F
Ef
Qa>f
Q
Qi
Ka>f
K
Ka
La>m
L
'el
Mi>m
M
'em
Nu>n
N
'en
Waw
W
We
Ha>’
H
Hamzah
…’…
Ha apostrof (tetapi tidak dilambangkan apabila terletak di awal kata) Ye
Ya>' Y II. Konsonan rangkap karena tasydi>d ditulis rangkap:
III.
ditulis
muta‘aqqidi>n
ditulis
‘iddah
Ta>’ marbu>t}ah di akhir kata 1. Bila dimatikan, ditulis h: Ditulis
hibah
ditulis
jizyah
(ketentuan ini tidak diperlukan terhadap kata-kata Arab yang sudah terserap ke dalam bahasa Indonesia seperti zakat, shalat dan sebagainya, kecuali dikehendaki lafal aslinya). 2. Bila dihidupkan karena berangkaian dengan kata lain, ditulis t:
IV.
ditulis
ni’matullah
ditulis
zaka>tul-fit}ri
Vokal pendek (fathah) ditulis a contoh
ditulis d}araba
(kasrah) ditulis i contoh
ditulis fahima viii
ditulis kutiba
(dammah) ditulis u contoh V.
Vokal panjang: 1. Fathah+alif ditulis a> (garis di atas) ditulis
ja>hiliyyah
2. Fathah+alif maqs}u>r, ditulis a> (garis di atas) ditulis
yas‘a>
3. Kasrah+ya>’ mati, ditulis i> (garis di atas) ditulis
maji>d
4. Dammah+wau mati, ditulis u> (garis di atas) ditulis VI.
furu>d
Vokal rangkap: 1. Fathah+ya>’ mati, ditulis ai ditulis
bainakum
2. Fathah+wau mati, ditulis au ditulis VII.
qaul
Vokal-vokal pendek yang berurutan dalam satu kata, dipisahkan dengan
apostrof
VIII.
ditulis
a’antum
ditulis
u‘iddat
ditulis
la’in syakartum
Kata sandang Alif+La>m 1. Bila diikuti huruf qamariyah ditulis alditulis
al-Qur’a>n
ditulis
al-qiya>s
2. Bila diikuti huruf syamsiyyah, sama dengan huruf qamariyah ditulis
al-syams
ix
ditulis IX.
al-sama>’
Huruf besar Huruf besar dalam tulisan Latin digunakan sesuai dengan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD).
X. Penulisan kata-kata dalam rangkaian kalimat dapat ditulis menurut penulisannya ditulis
z\awi> al-furu>d}
ditulis
ahl al-sunnah
x
ABSTRAK Hadis-hadis tentang tawassul, oleh kelompok baru (Wahhabiyyah) dinyatakan sebagai bentuk bid’ah, musyrik dan sampai mengkafirkan pelakunya. Mereka beralasan pelaku tawassul sebagai orang yang mengotori nilai ketauhidan dan keluar dari ajaran Islam. Pelaku tawassul sama dengan penyembah berhala pada masa kafir Quraisy. Wahhabiyyah yang besar dan tumbuh di Saudi Arabiah tidak serta merta membuat seluruh penduduknya memiliki paham yang sama. Adalah Sayyid Muhammad Ibn ‘Alwi> al-Maliki, seorang ulama’ ahli hadis yang mencoba memberikan solusi terhadap permasalahan tawassul yang dituangkan dalam kitab Mafa>him Yajibu an Tus}ah{h}ah{{. Sebagai seorang yang hidup dan tinggal di lingkungan Wahhabi, ia mencoba menganalisa serta mencari titik perdebatan terhadap pihak yang menerima dan menolak tawassul sebagai salah satu cara taqarrub ilallah. Sehingga perlu dilihat lebih lanjut bagaimana konsep tawassul Sayyid Muhammad Ibn ‘Alwi> al-Maliki dalam kitab Mafa>him Yajibu an Tus}ah{h}ah yang dipahami serta tawaran konsepnya dan juga pemahaman hadishadis tawassul Sayyid Muhammad Ibn ‘Alwi> al-Maliki dalam kitab Mafa>him Yajibu an Tus}ah{h}ah. Counter attack yang dilakukan oleh Sayyid Muahammad untuk meluruskan faham-faham melenceng perlu ditelaah lebih jauh lagi. Kajian ini menggunakan metode analisis taksonomi sebagai alat untuk mengulas bagaimana konsep serta pemahaman hadis-hadis tawassul yang ditawarkan oleh Sayyid Muhammad ‘Alwi> al-Maliki>. Analisa taksonomi adalah sebuah analisa yang ditujukan dengan domain yang jelas, yakni pada hadis-hadis tentang tawassul. Melalui pendekatan deskriptif-analitis, hasil ulasan ini akan disajikan dengan penjelasan yang ringkas. Pemaparan hasil analisa ini juga disusun secara sistematis. Dari kajian ini, terungkap empat konsep Sayyid Muhammad dalam meluruskan pemahaman tawassul yang salah dari kalangan Wahhabiyyah. Pertama, tawassul adalah salah satu metode berdo’a dan salah satu sarana menghadap kepada Allah SWT. Sedangkan obyek adalah sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Kedua, orang yang ber-tawassul harus mencintai mediator tersebut dan meyakini bahwa Allah SWT mencintainya. Ketiga, orang yang ber-tawassul tidak boleh meyakini bahwa objek tawassul dapat memberi manfaat atau menolak bahaya dengan sendirinya. Keempat, tawassul bukanlah sesuatu yang diharuskan atau ketetapan dalam agama. Sedangkan hadis yang digunakan merupakan hadis yang dikuti ulama-ulama Wahhabiyyah, hal ini dilakukan Sayyid Muhammad Ibn ‘Alwi> al-Maliki sebagai peringatan bahwa wahhabiyyah sebenarnya melenceng dari ulama mereka.
xi
KATA PENGANTAR
،سيَِئَاِِ أَْْمَاِلنَا َ ْسنَا ًَمِن ِ ًَنَعٌُذُ بِاهللِ مِنْ شُرًُْرِ َأنْ ُف،ُستَغْفِرُه ْ ستَ ِع ْينُوُ ًَ َن ْ إِّنَ ا ْلحَمْدَ لِّلَوِ َنحْمَدُهُ ًَ َن ُّن الَ إِلَوَ ِإالَ اهللُ ًَحْدَهُ الَ شَ ِر ْيكَ لَو َ َ َأشْيَدُ أ.ُمَنْ يَيْدِ اهللُ فَالَ مُضِّلَ لَوُ ًَمَنْ يُضّْلِّلْ َفالَ ىَادِيَ لَو ِ اَلّلَيُّمَ صَّلِ ًَسَّلِّمْ َّْلَى َن ِب ِينَا ًَ َرسٌُِْلنَا ُمحَمَدٍ صَّلَى ا هللُ ََّْل ْيو.ُْبْدُهُ ًَ َرسٌُْلُو َ ًََأشْيَدُ أَّنَ ُمحَمَدًا أَمَا بَعْدُ؛،ِحسَاّنٍ إِلَى يٌَْمِ ال ِديْن ْ صحَابِوِ ًَمَنْ َتبِعَيُّمْ بِِإ ْ ًََسَّلَّمَ ًََّْلَى آلِوِ ًَأ
Berkat rahmat dan pertolongan Allah swt. peneliti akhirnya
dapat
menyelesaikan skripsi dengan judul: ‚HADIS-HADIS TAWASSUL (Studi Terhadap Pemikiran Sayyid Muhammad ibn Alwi> Al-Maliki> dalam Kitab
Mafa>him Yaji>b ‘an Tus}ahhah)‛. Meskipun demikian, semaksimal usaha manusia tentunya tidak akan lepas dari kekurangan dan kelemahan, karena kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT. Oleh karenanya, saran dan kritik membangun dari berbagai pihak senantiasa peneliti harapkan. Selanjutnya, penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat terselesaikan berkat bantuan dari berbagai pihak, maka dari itu penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih kepada : 1. Prof. Dr. H. Musa Asy’arie selaku Rektor UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. 2. Dr. Syaifan Nur, M.A., selaku Dekan Fakultas Ushuluddin, Studi Agama dan Pemikiran Islam 3. Prof. Dr. Suryadi, M.Ag. dan Dr. Ahmad Baidhowi, M.Si. selaku Ketua dan Sekretaris Jurusan Tafsir Hadis periode 2009-2013
xii
4. Dr. Phil Sahiron Syamsudin dan Afdawaiza, M.Ag, selaku Ketua dan Sekretaris Jurusan Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir (IAT), yang dulunya bernama Tafsir Hadis. Semoga kepemimpinan bapak dapat membawa angin perubahan di lingkungan Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam. 5. Dr. Mahfudz Masduki, M. Ag. selaku Pembimbing Akademik yang berkenan meluangkan waktu di sela-sela kesibukannya untuk mendengarkan keluhkesah penulis selama masa perkuliahan. 6. Prof. Dr. Suryadi, M.Ag . selaku pembimbing skripsi yang telah bersedia dengan penuh ketelitian dan ketelatenan membaca skripsi penulis, dan dengan penuh kesabaran menegur dan memperbaiki berbagai kesalahan dan kealpaan. 7. Kementerian Agama RI, khususnya Direktorat Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melanjutkan studi di bangku perkuliahan dengan beasiswa, serta seluruh pengelola PBSB UIN Sunan Kalijaga yang telah membina dan mengawasi penulis selama ini. 8. Abah Zaini Muhammad dan Umi Maimunah yang tidak pernah berhenti untuk bangkit dalam membimbing jiwa dan raga penulis dengan ketulusan doa dan pengorbanan beliau kepada penulis. 9. Kakakku, Zulfatul Afifah, Amin M.S, Khotibul Umam, Hartatik dan adinda Putra, meskipun dari tempat yang jauh terima kasih selalu memotivasi penulis untuk selalu melakukan yang terbaik demi orang tua yang tercinta.
xiii
10. Calon Istriku Nur Izzah Motivasimu, perhatianmu, Perjuanganmu dalam membantu penulis selama ini tidak akan penulis lupakan. Tanpamu skripsi ini tidak akan pernah ada. 11. Keluarga besar Pondok Pesantren Bina>ul Muha>jiri>n, Ali Maksum, Nurul H}aramain. Terima kasih telah mengajarkan penulis ilmu-ilmu yang insya Allah barakah. 12. Keluarga NINERS (Yuyun, Bejo, Nikmah, Ika, Nunung, Mony, Ita, Faick, Lala, Lek Nis, Yaya, Azmil, Mila, Izzahku, Atul, Iin, Lila, Kusminah, Yafik, Aswar, David, Azzam, Iyash, Amy, Ipin, Lubab, Said, Asep, Faza, Mughzi, Trisna, Alul, Anis, Atho’, Zuhdi, Rizky, Ali, Huleim, Adib, Tantan, Azhar, Ihya’, Najib, Aji, Sukri, Munir Snape, Syauqi, Didik, Khalil, Ucup, , Maghfur). Terimakasih atas kebersamaannya dan persaudaraannya. 13. Teman-teman mahasantri CSS MORA, khususnya CSS MORA UIN Sunan Kalijaga, terima kasih atas motivasi dan kebersamaannya bersama penulis.. 14. Semua pihak yang tanpa disadari telah membantu penulis, tangan, mata , kaki, semua anggota tubuh yang dengan rajin kerja sama garap skripsiku, kalian memang jozz, Jaza>kumulla>h ah}san al-jaza>’. Akhir kata, semoga karya ini dapat bermanfaat. Amin. Yogyakarta, 8 Oktober 2013 Penulis
Hasyim Asy’ari NIM. 09532015
xiv
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL..................................................................................
i
SURAT PERNYATAAN………………………………………………
ii
HALAMAN NOTA DINAS……………………………………………
iii
HALAMAN PENGESAHAN……………………………………………
iv
HALAMAN MOTTO……………………………………………………
v
HALAMAN PERSEMBAHAN………………………………………….
vi
PEDOMAN TRANSLITERASI………………………………………...
vii
ABSTRAK………………………………………………………………..
xi
KATA PENGANTAR...........................................................................
xii
DAFTAR ISI……………………………………………………………
xv
BAB I: PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah……………………………………………….
1
B. Rumusan Masalah………………………………………………………
6
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian………………………………………
6
D. Telaah Pustaka………………………………………………………….
7
E. Metode Penelitian………………………………………………………
9
F. Sistematika Penulisan.………………………………………………..
12
BAB II: BIOGRAFI SAYYID MUHAMMAD BIN ‘ALWI DAN GAMBARAN UMUM TENTANG KITAB MAFA>HI>>M YAJI>B ‘AN
TUS}AH{H}AH} A. Biografi Sayyid Muhammad bin ‘Alwi al-Maliki>……………………..
13
1. Latar Belakang Kehidupan…………………………………………
13
2. Latar Belakang Pendidikan………………………………………..
14
3. Karya-Karya Sayyid Muhammad………………………………….
17
B. Gambaran Umum Tentang Kitab Mafa>him Yaji>b ‘an Tus}ahhah ……...
20
1. Metode dan Latar Belakang Penulisan Kita.………………….
20
2. Sistematika Penulisan Kitab……………………………………….
24
BAB III: GAMBARAN UMUM TENTANG TAWASSUL
xv
A. Konsep Tawassul Secara Umum……………………………………….
25
1. Pengertian…………………………………………………..............
25
2. Pembagian Tawassul……………………………………………….
32
a. Tawassul dengan amal ibadah (Amal Keimanan, ketaatan dan
33
kecintaan kepada Allah dan Nabi Muhammad saw)………… b. Doa dan syafa’at Nabi Muhammad saw………………………
35
c. Tawassul melalui bersumpah kepada Allah dan dzat, nama
39
orang-orang yang sudah meninggal, (para nabi, wali-wali Allah dan orang-orang saleh yang telah meninggal)…………. B.
BAB
Pro Kontra Tentang Tawassul………………………………………….
43
1. Pemahaman pihak yang menerima tawassul……………………….
44
2. Pemahaman pihak yang menolak tawasssul……………………….
49
3. Titik Perdebatan…………………………………………………….
53
IV:
KONSEP
DAN
PEMAHAMAN
HADIS-HADIS
TAWASSUL A. Konsep Tawassul Sayyid Muhammad………………………………….
55
B. Hadis-Hadis Tawassul dan pemahaman Sayyid Muhammad dalam
71
Kitab Mafa>him Yaji>b ‘an Tus}ah{h{ah…………………………………… 1. Hadis Nabi Adam As ber-tawassul dengan Nabi Muhammad……..
74
2. Hadis bertawassul kepada Nabi Muhammad saw, ketika Nabi
87
Muhammad saw Masih Hidup atau Setelah Meninggal………….. C. Analisa
Pemahaman
Sayyid
Muhammad
tentang
Hadis
90
Tawassul………………………………………………………………... 1. Kritik Periwayatan yang Kontradiktif terhadap al-Qur’an al-
93
Karim………………………………………………………………. 2. Kritik Periwayatan yang Kontradiktif terhadap al-Hadis dan Sirah
94
al-Nabawiyah 3. Kritik periwayatan yang Kontradiktif terhadap Akal, Indera atau Sejarah……………………………………………………………...
xvi
96
4. Kritik Periwayatan yang Tidak Serupa dengan Ucapan Nabi…….
97
BAB V: PENUTUP A. Kesimpulan…………………………………………………………….. B.
99
Saran……………………………………………………………………
102
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………
103
CURRICULUM VITAE…………………………………………………
105
xvii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Kajian terhadap sunnah Nabi saw merupakan kajian yang tidak pernah akan ada selesainya, hal yang sama juga terdapat dalam kajian terhadap alQur’an, karena keduanya merupakan sumber pokok Islam yang selalu membutuhkan pemahaman yang sesuai dengan konteks di mana Islam diterapkan. Al-Qur’an1 dan hadis2 adalah sebuah dokumen untuk umat manusia3 yang diturunkan sebagai pedoman hidup dan petunjuk bagi seluruh umat manusia.4 Al-Qur’an merupakan nu>r Tuhan, petunjuk samawi dan
1
Kata ‚al-Qur’ân‛ menurut bahasa bererti bacaan atau yang dibaca. Kata ‚al-Qur’ân‛ adalah masdar dengan arti isim maf’ûl, yaitu maqru yang berarti ‚yang dibaca‛. Sedangkan menurut istilah ahli agama al-Qur’ân ialah nama bagi kalamullah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. yang ditulis dalam mushhaf. Lihat, Hasbi Ash Shiddieqî, Sejarah dan Pengantar Ilmu al-Qur’ân/Tafsir (Jakarta: Bulan Bintang, 1994), hlm. 1-2. Lebih jelasnya yang disebut dengan al-Qur’ân ialah kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. tertulis dalam mushhaf berbahasa Arab, yang sampai kepada kita dengan jalan mutawatir, dan membacanya bernilai ibadah, dimulai dengan surat al-Fâtihah} dan diakhiri dengan surat an-Nas. 2 Rasyīd Ridhā mengatakan bahwa Nabi adalah penjelas al-Qur’an baik melalui ucapan maupun perbuatannya. Penjelasan tersebut dapat berupa pengkhususan, pembatasan (taqyid), maupun perincian (tafsil). Namun demikian, menurut Ridha Nabi tidak dapat menggugurkan hukum-hukum yang terdapat dalam al-Qur’an atau merusak cerita-cerita di dalamnya. Oleh karena itu, sunnah tidak dapat menghapus (naskh) al-Qur’an. Sumber pokok ajaran dalam Islam adalah al-Qur’an dan sunnah amaliyah yang disepakati dan ditetapkan Nabi menempati posisi yang kedua, kemudian hadis-hadis ahad yang mempunyai riwayat yang banyak dan petunjukpetunjuk menjadi sumber ajaran yang ketiga. Lebih lanjut baca: Mahmud Abu Rayah, Adhwa ala al-Sunah al-Muhammadiyah,(Kairo: Dar al-Ma’arif, tt), hlm. 14-15. 3
Fazlur Rahman, Major Themes of The Qur’ân (Chicago: Bibliotheca Islamika, 1989),
hlm. 1. 4
Lihat Q.S. al-Baqarah [2]: 2 dan 185.
1
2
syariat umum yang abadi. Ia memuat apa saja yang dibutuhkan oleh manusia, baik dalam urusan agama ataupun dunia mereka.5 Namun seringkali yang terjadi sebaliknya, di sana-sini banyak sekali dijumpai orang yang salah memahami al-Qur’an dan hadis, hingga pada ujungnya yang terjadi adalah truth claim dan menyalahkan pihak lain yang tidak sepaham dengannya.6 Pemahaman yang salah terhadap hadis Nabi sangatlah disayangkan terutama di zaman-zaman sekarang di mana mulai marak lagi golongan yang mengajak untuk kembali kepada slogan ‛ al-ruju>’
ila> al-kita>b wa al-sunnah‛ di mana sudah barang tentu konsekuensi dari slogan tersebut adalah seseorang harus benar-benar memahami terhadap kandungan al-Qur’a>n dan juga hadis Nabi saw. Di antara sekian permasalahan yang serius dipermasalahkan sejak zaman dulu hingga sekarang adalah persoalan tawassul. Persoalan ini bukanlah persoalan yang baru, namun begitu persoalan ini muncul kembali di zaman-zaman sekarang sehingga sangat layak untuk dikaji lebih lanjut.
Tawassul adalah mendekatkan diri kepada Allah dengan melaksanakan ketaatan kepada-Nya, beribadah kepada-Nya, mengikuti petunjuk Rasul-Nya dan mengamalkan seluruh amalan yang dicintai dan diridhai-Nya, lebih jelasnya adalah melakukan suatu ibadah dengan maksud mendapatkan keridhaan Allah dan surga-Nya. Di samping itu tawassul bisa juga dilakukan
5
Muhammad Ali al-Shabûnî, al-Tibyân fî ’Ulûm al- Qur’ân (Bairut: Dar al-Kutb, 2003), hlm. 65. 6
Abdul Hayyei Kattâni, ‚al-Qur’ân dan Tafsir‛, dalam Jurnal al-Insan, Vol. 1, No. 1, Januari, 2005, hlm. 92.
3
melalui perantaraan hamba-hamba Allah yang shalih baik yang masih hidup ataupun yang sudah meninggal dunia. Tentu saja ini merupakan bentuk ibadah kepada Allah yang sering kali dilakukan dalam kehidupan, namun perlu diketahui bahwa tidak sedikit pula orang yang terjerumus kedalam
tawassul yang itu sama sekali tidak disyari’atkan di dalam agama Islam. Beberapa kesalahan dalam tawassul itulah yang seyogyanya digaris bawahi oleh orang yang menyalahkan orang-orang yang ber-tawassul, bukan semua bentuk ’amaliah tawassul karena pada dasarnya tawassul adalah amalan yang diperintahkan Allah dalam firman-Nya:
53 ‚Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan.‛ (QS. al-Ma>’idah: 35)
Di samping itu juga terdapat hadis Nabi yang menjelaskan persoalan tersebut, yaitu:
‚dari ‘Uthma>n ibn H{unaif r.a., ia berkata bahwa pernah ada seseorang yang tuna netra yang mendatangi Nabi saw dan ia berkata: berdoalah kepada Alla>h agar memberikan kesembuhan kepadaku! Nabi saw bersabda: jika kamu menginginkan, maka aku akan mendoakan, dan jika kamu menginginkan,
4
maka bersabarlah! Seseorang tersebut berkata: berdoalah kepada-Nya. Nabi saw bersabda untuk memerintahkannya supaya berwudhu, maka ia mengambil air wudhu dengan baik dan mendirikan s{ala>t dua rakaat. Setelah itu ia berdoa seperti ini : ‚Ya Alla>h sesungguhnya aku memohon kepada-Mu dan aku mengahdap-Mu dengan perantara Nabi-Mu Muh{ammad, Nabi yang penuh dengan rahmat, sesungguhnya aku menghadap-Mu kepada Tuihanku dalam kebutuhanku ini agar Engkau kabulkan untukku. Ya Alla>h turunkanlah Shafa’atmu kepadanya (Muh{ammad) ke dalam diriku.‛ 7
Di antara sekian ulama yang memiliki perhatian khusus dalam memahami hadis-hadis tentang tawassul adalah Sayyid Muhammad ibn ‘Alwi al-Ma>liki . Beliau adalah orang yang memilih madzhab moderat di mana ia tidak senang dengan kelakuan sebagian orang yang menyalahkan amaliah
tawassul secara mutlak tanpa alasan apapun dan beliau juga tidak sepaham dengan orang yang bertawassul tanpa dasar yang memungkinkan dirinya untuk jatuh dalam kemusyrikan. Sayyid Muhammad al-Ma>liki
dikenal sebagai guru, pengajar dan
pendidik yang tidak beraliran keras, tidak berlebih-lebihan, dan selalu menerima h}iwar dengan h}ikmah dan mau’iz}ah h}asanah. Beliau ingin mengangkat derajat dan martabat Muslimin menjadi manusia yang berperilaku baik dalam muamalatnya kepada Allah dan kepada sesama, terhormat dalam perbuatan, tindakan serta pikiran dan perasaannya. Beliau adalah orang cerdas dan terpelajar, berani dan jujur serta adil dan cinta kasih terhadap sesama. Itulah ajaran utama Sayyid Muhammad bin ’Alwi alMa>liki>. Beliau selalu menerima dan menghargai pendapat orang dan
7
Al-Sayyid Muh{ammad ibn ‘Alwi> al-Ma>liki al-H{asani>, Mafa>him Yajibu an Tus{ah{h{ah{..., hlm. 137-139.
5
menghormati orang yang tidak sealiran dengannya atau tidak searah dengan
thariqahnya. Dalam kehidupannya beliau selalu bersabar dengan orang-orang yang tidak bersependapat baik dengan pemikirannya atau dengan aliranya. Semua yang berlawanan diterima dengan sabar dan usaha menjawab dengan hikmah dan menyelesaikan sesuatu masalah dengan kenyataan dan dalil-dalil yang jitu bukan dengan emosi dan pertikaian yang tidak bermutu dan berkesudahan. Beliau tahu persis bahwa kelemahan Islam terdapat pada pertikaian para ulamanya dan ini memang yang diinginkan musuh Islam. Sampai-sampai beliau menerima dengan rela digeser dari kedudukannya baik di Universitas dan ta’lim beliau di masjidil Haram. Semua ini beliau terima dengan kesabaran dan keikhlasan bahkan beliau selalu menghormati orang orang yang tidak bersependapat dan sealiran dengannya, semasih mereka memiliki pandangan khilaf yang bersumber dari al-Qur’a>n dan Sunah8. Adapun dipilihnya kitab Mafa>hi>m Yajib an Tus{ah{h{ah{9 sebagai pokok kajian pemikiran Sayyid Muhammad tentang hadis-hadis tawassul adalah karena di dalam buku ini terdapat pemikiran hadis Sayyid Muhammad tentang tawassul yang dibahas secara rinci dan mendalam. Selain dari itu, kitab Mafa>hi>m Yajib an Tus{ah{h{ah adalah kitab yang disajikan secara akademis logis dimana Sayyid Muh{ammad menanggapi argumen-argumen
8
“Selayang pandang Abuya Sayyid Muhammad ibn ‘Alwi al-Maliki‛, Multaqo Hai’ah As Shofwah. 9 Lihat: Sayyid Muhammad ibn ‘Alwi al-Maliki, Mafahim yajib an Tushahhah, (Makkah: Maktabat Sayyid Muhammad ibn ‘Alwi al-Maliki, 1425 H).
6
seputar hadis-hadis tawassul dengan akademis bukan dengan emosi dan kemarahan. Berangkat dari beberapa permasalahan di ataslah penulis tertarik untuk mengkaji secara lebih lanjut penelitian hadis-hadis tentang tawassul dari pemikiran Sayyid Muh{ammad ibn ‘Alwi> al-Ma>liki dalam kitab Mafa>hi>m
Yajib an Tus{ah{h{ah. B. Rumusan Masalah Agar penelitian ini lebih spesifik, maka penulis sengaja membatasi pada satu kitab karya Sayyid Muhammad ibn ‘Alwi al-Ma>liki yaitu Mafa>hi>m
Yajib ’an Tus}ah}h}ah} dengan mengambil fokus pemahaman hadis-hadis tentang tawassul. Dari sinilah kemudian muncul rumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana konsep tawassul menurut Sayyid Muh{ammad ibn ‘Alwi> alMa>liki dalam kitab Mafa>hi>m Yajib an Tus{ah{h{ah ? 2. Bagaimana pemahaman hadis-hadis tawassul menurut Sayyid Muh{ammad ibn ‘Alwi> al-Ma>liki dalam kitab Mafa>hi>m Yajib an Tus{ah{h{ah ? C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk: 1) Mengetahui konsep tawassul menurut Sayyid Muhammad ibn ‘Alwi alMa>liki dalam kitab Mafa>hi>m Yajib an Tus{ah{h{ah ? 2) Mengetahui
pemahaman
hadis-hadis
Muhammad ibn ‘Alwi al-Ma>liki
Tus{ah{h{ah ?
tawassul
menurut
dalam kitab Mafa>hi>m
Sayyid
Yajib an
7
Adapun kegunaan penelitian ini adalah: 1. Secara akademik, penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan khazanah keilmuan keislaman, terutam tentang masalah hadis
tawassul dalam pandangan Sayyid Muhammad ibn ‘Alwi al-Ma>liki dalam kitab Mafa>hi>m Yajib an Tus{ah{h{ah serta dapat menambah pengetahuan penulis dan pembaca tentang tawassul. Selain itu, untuk
menambah
kepustakaan dan memperkaya khazanah kepustakaan Islam. 2. Secara tidak langsung, penelitian ini memiliki arti penting bagi masyarakat Indonesia dalam melihat permasalahan agama, khususnya bagaimana
memahami
tawassul
yang
benar
dan
bagaimana
menerapkannya dalam elemen kehidupan manusia. Oleh karena itu, kajian ini diharapkan dapat memberikan wacana baru dan masukan bagi umat Islam mengenai konsep tawassul. D. Telaah Pustaka Setelah dilakukan penelusuran, penulis menemukan beberapa karya yang membahas tentang tawassul, dan diantaranya adalah : Karya Muhammad Nashiruddin al-Albani dan Ali bin Nafi al-‘Ulyani yang berjudul
Tawassul dan Tabarruk, menjelaskan bahwa tawassul dan tabarruk merupakan ibadah yang dipraktekkan sejak zaman sahabat hingga kini. Namun pada masa kini banyak dijumpai praktek-praktek tawassul dan
tabarruk yang tidak berdasarkan kepada sunnah, bahkan membahayakan aqidah. Maka tujuan dari buku tersebut adalah mengarahkan umat muslim
8
agar terhindar dari praktek-praktek yang tidak berdasar dan menuju kepada apa yang telah didasarkan kepada sunnah.10 Skripsi yang berjudul ‚Pemikiran Ibnu Taimiyyah tentang T^awassul‛ karya Muhammad Zaid Abdullah. Di dalam skripsinya, ia menjelaskan tentang logika dan cara berpikir Ibnu Taimiyyah dalam memahami teks kitab suci (al-Qur’an dan al-Hadis) serta bagaimana respon terhadap kenyataan dan realitas umat tentang maraknya praktek tawassul waktu itu.11 Skripsi yang berjudul ‚Tipologi Konsep Tawassul Menurut Hamka (Kajian Deskriptif Analitis Kitab Tafsir al-Azhar)‛ karya Fajar Irmawan membahas tentang konsep tawassul pada kitab tafsir al-Azhar. Menurutnya, konsep tawassul yang ditafsirkan oleh Hamka merupakan pengaruh dari pemikiran Ibnu Taimiyyah. Pengaruh ini dapat dilihat dari larangan beliau pada sebagian orang yang pergi ke makam Nabi atau wali untuk ber tawassul, meminta doa dari orang yang sudah meninggal.12 Skripsi yang berjudul ‚Studi Komparatif Pendapat Ibnu Taimiyyah dan al-Syaukani tentang Tawassul‛ karya Zainal Abidin. Dalam skripsinya ia menjelaskan konsep dan beberapa masalah yang terkait dengan tawassul dan ia mengkomparasikan antara dua tokoh yang fenomenal, yaitu Ibnu Taimiyyah dan al-Syaukani.13
10
Muhammad Nashiruddin al-Albani dan Ali bin Nafi al-‘Ulyani, Tawassul dan Tabarruk, terj. Ainur Rafiq dan Abdul Rasyad Shiddiq (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 1998), hlm. 58. 11 Muhammad Zaid Abdullah, ‚Pemikiran Ibnu Taimiyyah tentang Tawassul‛, skripsi Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2001. 12
Fajar Irmawan, ‚Tipologi Konsep Tawassul Menurut Hamka (Kajian Deskriptif Analitis Kitab Tafsir al-Azhar)‛, skripsi Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2003.
9
Dalam skripsi karya Arofah Ahmad, ia mencoba mengkomparasikan antara dua ormas besar di Indonesia, yaitu Muhammadiyah dan NU dalam menanggapi masalah tawassul yang notabenenya selalu mempunyai pandangan yang berbeda antara keduanya. Dalam karyanya yang berjudul ‚Hukum Tawassul Menurut Muhammadiyah dan NU‛, tersebut ia mengungkapkan dalil-dalil dan alasan-alasan dari masing-masing ormas tersebut di dalam menjelaskan masalah tawassul.14 Dari beberapa penelitian di atas, nampaknya belum ditemukan kajian yang serupa dengan tema penelitian yang sedang penulis lakukan. Dengan demikian, maka penelitian ini merupakan penelitian yang penting untuk dilakukan, sebagai wacana baru dan membangkitkan semangat ibadah umat muslim. E. Metode Penelitian Penelitian ini dapat dikategorikan ke dalam jenis penelitian
library
research (studi kepustakaan), karena obyek penelitian ini adalah literatur, yaitu mengusahakan sintesis atas hadis-hadis tawassul dalam Kitab Mafa>hi>m
Yajib an Tus{ah{h{ah{ karya Sayyid Muh{ammad ibn ‘Alwi> al-Ma>liki. Penelitian ini bersifat analisis-deskriptif yaitu dengan mengumpulkan data yang telah ada, kemudian menjelaskan dan menganalisa mengenai masalah tawassul. 1. Sumber Data
13
Zainal Abidin, ‚Studi Komparatif Pendapat Ibnu Taimiyyah dan al-Syaukani tentang
Tawassul‛, skripsi Fakultas Syari’ah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2008. 14 Arofah Ahmad, ‚Hukum Tawassul Menurut Muhammadiyah dan NU‛, skripsi Fakultas Syari’ah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2010.
10
Sumber data dalam penelitian ini terbagi menjadi dua, yakni sumber data primer dan sumber data sekunder. Sumber data primer yang dimaksud adalah kitab Mafa>hi>m
Yajib an Tus{ah{h{ah
karya Imam Sayyid
Muhammad ibn Alwi Al-Ma>liki . Sedangkan sumber data sekunder adalah data-data yang dapat diperoleh dari buku-buku maupun media atau sumber lain yang tersedia yang besangkutan dengan tema penelitian ini. Sumber data sekunder ini diperlukan sebagai data pendukung dalam melakukan analisis seputar tema yang akan dibahas. 2. Metode Analisis Data Metode analisis data dalam penelitian ini bertumpu pada hadis-hadis
tawassul dalam kitab Mafa>hi>m Yajib an Tus{ah{h{ah{ karya Imam Sayyid Muhammad ibn Alwi Al-Ma>liki , di sisi lain upaya untuk memperkuat argumentasi juga akan dilakukan dengan mengikutsertakan pemikiranpemikiran lain yang relevan, yang mungkin akan didapatkan melalui wawancara atau melalui buku-buku, sejumlah artikel maupun bentukbentuk karya yang lain. Model analisis seperti ini biasa disebut dengan analisis taksonomi,15 yakni analisis yang memusatkan perhatian terhadap domain tertentu dari pemikiran tokoh (dalam hal ini, domain yang dimaksud ialah hadis-hadis tawassul dalam kitab Mafa>hi>m Yajib an
Tus{ah{h{ah{ karya Imam Sayyid Muhammad ibn Alwi Al-Ma>liki . Analisis taksonomi ini berbeda dengan analisis domain yang digunakan untuk mendapatkan gambaran secara menyeluruh perihal pemikiran seorang 15
Arief Furchan dan Agus Maimun, Studi Tokoh, Metode Penelitian Mengenai Tokoh (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005) hlm.64-67.
11
tokoh. Pandangan matan hadis Sayyid Muhammad dikaji dengan analisis kritik matan al-Idlibi, dengan analisis ini akan didapatkan pandangan yang obyektif. 3. Pendekatan Penelitian ini akan dilakukan dengan menggunakan pendekatan deskriptif-analitis, dimana konsep-konsep akan ditelisik, diurai dan dijelaskan secara filosofis dan sistematis dalam rangka menggapai pemahaman hadis-hadis tawassul dalam kitab Mafa>hi>m Yajib an Tus{ah{h{ah{ karya Imam Sayyid Muhammad ibn Alwi Al-Ma>liki . Pendekatan deskriptif dalam penelitian ini penting digunakan dalam rangka menjabarkan pemahaman hadis-hadis tawassul dalam kitab
Mafa>hi>m Yajib an Tus{ah{h{ah{ karya Imam Sayyid Muhammad ibn Alwi AlMa>liki , secara gamblang dan apa adanya. Dengan demikian, dari deskripsi yang dilakukan itu akan didapatkan pengetahuan berupa gambarangambaran yang mudah-mudahan cukup jelas mengenai nilai-nilai ketauhidan. Namun penulis sadar bahwa itu saja tidak cukup. Analisa yang kritis terhadap data-data yang telah dideskripsikan mengenai tawassul perlu dilakukan dalam rangka menafsirkan dan memahami maksud yang ‚sesungguhnya‛
(atau
sekurang-kurangnya
mendekati
yang
‚sesungguhnya‛ itu) dari pemikiran mereka mengenai hal tersebut. Untuk itulah pendekatan analitis juga akan diterapkan, sebab kiranya dengan cara demikian penulis akan dapat melakukan kajian dalam tema ini secara memadai dan mendalam.
12
F. Sistematika Penulisan Secara garis besar kajian ini memuat tiga bagian utama, yaitu memuat pendahuluan, isi dan penutup. Bagian pendahuluan terletak pada bab I yang berisi tentang Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan dan Kegunaan Penelitian, Telaah Pustaka, Metode Penelitian dan Sistematika Pembahasan. Sedangkan untuk isi dipaparkan ke dalam dua bab, yaitu tediri dari bab II dan
bab III. Bab II yaitu Tinjauan Umum Tentang Imam Sayyid
Muhammad ibn Alwi Al-Ma>liki dan kitab Mafa>hi>m Yajib an Tus{ah{h{ah{. Di dalam bab ini dipaparkan menjadi dua bagian yaitu: Pertama, menjelaskan tentang Riwayat Hidup Imam Sayyid Muhammad ibn Alwi Al-Ma>liki yang meliputi: Biografi Imam Sayyid Muhammad ibn Alwi Al-Ma>liki , Latar belakang pendidikan, Karya-Karyanya, Situasi Dan Kondisi Sosial Budaya Politik Dan Ekonomi; Kedua, Mengenai kitab Mafa>hi>m Yajib an Tus{ah{h{ah{ yang meliputi: Latar belakang penulisan kitab, Metode penulisan, pemahaman hadis, Motifasi Penulisan dan penilaian para ulama terhadap Imam Sayyid Muhammad ibn Alwi Al-Ma>liki . Memasuki pada bab III menjelaskan mengenai konsep tawassul secara umum dan perdebatan tawassul dari golongan yang pro dan kontra, serta titik permasalahan yang diperdebatkan. Adapun pada bab IV akan dijelaskan tentang analisis dan kritik. Kemudian masuk pada bagian akhir tepatnya pada bab V yaitu penutup yang memuat tentang kesimpulan dan saran-saran.
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Pemaparan pembahasan sebelumnya dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Dalam menjelaskan tawassul Sayyid Muhammad sepakat dengan pembagian tawassul ulama’ terdahulu, akan tetapi pemikiran Sayyid Muhammad bin Alwi> Al-Maliki> al-Hasani> dalam masalah tawassul dengan selain amal orang yang ber-tawassul dapat menjadi suatu pencerahan, karena Sayyid Muhammad dapat memberikan konsep yang membedakan antara tawassul yang dianjurkan (masyru>’) dan yang dilarang (mamnu>). Empat syarat yang diwajibkan oleh Sayyid Muhammad adalah : a. Tawassul adalah salah satu metode berdo’a dan salah satu sarana dalam menghadap kepada Allah SWT. Sedangkan, objek yang dijadikan
tawassul berperan sebagai mediator dan sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah. b. Orang yang ber-tawassul tidak akan ber-tawassul dengan mediator tersebut, kecuali karena ia mencintai mediator tersebut dan meyakini bahwa Allah SWT mencintainya. c. Orang yang ber-tawassul tidak boleh meyakini bahwa objek tawassul dapat memberi manfaat atau menolak bahaya dengan sendirinya, tanpa seizin-Nya, niscaya ia telah musyrik. d. Tawassul bukanlah sesuatu yang diharuskan atau ketetapan dalam agama.Terkabulnya doa seseorang yang ber-tawassul tidak ditentukan
99
100
oleh adanya tawassul, bahkan tawassul ini mutlak berdoa kepada Allah SWT. Empat pilar inilah yang digunakan Sayyid Muhammad untuk membenarkan pemahaman yang keliru, di dalam menghukumi orangorang yang ber-tawassul dengan selain amal. Di dalam menyanggah tuduhan kaum Wahhabi terhadap kekafiran, kemusyrikan kaum Ahlu alSunnah yang ber-tawassul, Sayyid Muhammad mampu memberikan bukti-bukti yang berasal dari ulama’ mereka sendiri, seperti Imam Ahmad bin Hanbal, Ibnu Taimiyyah dan Muhammad bin Abdul Wahhab. Sayyid Muhammad memberikan penjelasan yang sangat logis dalam menyikapi
tawassul dengan selain amal. Sistematika berargumen beliau sangat tersistematis dalam memberikan penjelasan bahwa hakikatnya yang dikatakan sebagai tawassul dengan selain amal adalah tawassul dengan amal, semua itu adalah formalitas semata. Sayyid Muhammad mengutip fatwa Ibnu Taimiyyah mengenai kebolehan tawassul dengan iman, ketakwaan dan rasa cinta. Kemudian Sayyid Muhammad menjelaskan bahwa orang yang ber-tawassul dengan orang salih yang telah meninggal, berarti dia mencintai orang tersebut, karena dia meyakini bahwa Allah SWT mencintai kesalihahanya, ketakwaanya dan dia mempunyai derajat yang mulia di hadapan Allah SWT. Dengan kecintaan itulah, orang tersebut dapat ber-tawassul dengan amal. Karena kecintaan, rasa hormat, itu merupakan amal, jadi
101
hakikatnya tawassul dengan selain amal adalah tawassul dengan amal, karena itu merupakan formalitas semata. 2. Hadis –hadis yang terdapat dalam tawassul kebanyakan dinukil dari kitab selain kitab sembilan, hal ini disebabkan Sayyid Muhammad dalam mengutip hadis menggunakan hadis yang telah dijadikan oleh Ibnu Taimiyyah sebagai dalil dalam ber-tawassul. Seperti hadis tentang tawassul nabi Adam as kepada nabi Muahmmad saw. Namun sayyid Muhammad juga menguatkan pendapatnya menggunakan hadis yang bersumber dari
sah}i>h}ain, maupun kitab yang masyhu>r yang lain. Dalam menganalisa kualitas hadis Sayyid Muhammad mengutip pendapat dari ulama’-ulama’ hadis, terutama hadis –hadis yang status kualitasnya diperdebatkan. Walaupun status hadis yang dikutip bukan dari kitab yang tidak
masyhu>r, namun hal itu tidak mengurangi bobot pemikiran Sayyid Muhammad, karena dalam hal ini Sayyid Muhammad hanya memaparkan hadis yang digunakan oleh Ibnu Taimiyyah (orang yang diklaim sebagai ulama’ besar Wahhabiyyah)
untuk dijadikan bumerang bagi kelompok
Wahhabiyyah. Sementara kutipan hadis Sayyid Muhammad yang digunakan untuk menguatkan bersumbber dari kitab yang masyhu>r. Analisa yang digunakan untuk melihat pemikiran Sayyid Muhammad dalam mengkaji matan adalah analisa Sala>h al-Di>n bin Ahmad al-Idlibi> didalam kitab Manhaj Naqd al-Matn. Dari hasil analisa matan tersebut tidak ditemukan pemikiran Sayyid Muhammad yang menyimpang dari kaidah Ilm al-hadis. Sayyid Muhammad mendasarkan pendapat beliau
102
berdasarkan al-Quran dan hadis-hadis yang sesuai dengan tema kajiannya, bahkan Sayyid Muhammad mampu memberikan penjelasan yang mampu diterima akal, tidak bertentangan dengan logika berfikir yang sangat mendasar. B. Saran-saran Didalam melihat perbedaan jangan mudah menghukumi seseorang dengan bid’ah, musyrik dan kafir. Lihatlah dengan seluruh sudut pandang agar timbul kebijaksanaan, dan ketenangan dalam berfikir. Pernah suatu ketika dalam keadaan perang berkecamuk seorang sahabat sudah mendapati seorang kafir quraisy dipedangnya, lalu orang kafir tersebut dalam keadaan terdesak mengucapkan syahadat, namun sahabat tersebut tetap membunuhnya karena dia menghukumi syahadat orang kafir tersebut tipu muslihat agar selamat dari pedangnya. Setelah cerita ini sampai kepada Rasul Saw, Rasul memerintahkan sahabat tadi untuk membedah hatinya agar tahu isi hatinya (bentuk sindiran Rasul saw agar berhati-hati dalam menilai urusan hati seseorang, karena hal itu adalah iman yang sungguh menjadi urusan seorang hamba dan Tuhannya). Kekeliruan yang terjadi disekitar dimasyarakat hendaknya diluruskan dengan cara yang lurus pula, dengan hikmah dan nasihat yang baik. Sudah menjadi kewajiban sesama muslim untuk saling menasihati dalam kebenaran dan kesabaran. Tidak ada paksaan dalam Islam, Islam menolak pemaksaan berfikir, Islam mengajarkan cara yang santun yaitu dengan mengedepankan musyawarah, tabayun dan bertukar fikiran.
103
DAFTAR PUSTAKA al-Alu>si> al-Bagda>di>, Mah{mu>d.Ru>h{ al-Ma’a>ni>.Beirut: Da>r al-Fikr.1983 al-As{fahani, Al-Ragi>b.Mu’jam Mufrada>t Alfa>z{ al-Qur’a>n.Beirut: Da>r al-Fikr.tt al-Bukhara>ri.S{ah{i>h{ al-Bukha>ri> dalam CD. ROM mausu>’ah h{adi>th al-shari>f _______.al-Qawa>’id al-Asa>siyyah fi> ‘Ilm Mus{t{alah{ al-H{adi>th.Jakarta: Dinamika Berrkah Utama.tt Hamka.Tafsir al-Azhar.Jakarta: Pustaka Panjimas.1984 Ibnu Manz{ur.Lisa>n al-‘Arab.Beirut: Da>r al-S{adr.tt Ibnu Taimiyah.Tawassul dan Wasi>lah.Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.2006 Ibnu Kathi>r.Tafsi>r Ibnu Kathi>r.CD. ROM al-Maktabah al-Sha>milah Kattâni Abdul Hayyei, ‚al-Qur’ân dan Tafsir‛, dalam Jurnal al-Insan, Vol. 1, No. 1, Januari, 2005 al-Maliki, Sayyid Muhammad ibn Alawi. Mafahim yajib an Tushahhah. Makkah: Maktabat Sayyid Muhammad ibn Alawi al-Maliki.1425 H. al-Manu>fi al-H{usaini, Al-Sayyi>d Mah{mu>d Abu> al-Faid.Himpunan Auliya’ dan
Ulama Tasawuf, terj. Abu Bakar Basymeleh.Surabaya: Bina Ilmu.1996 _______.Manhaj al-Salaf fi> Fahm al-Nus{u>s{ bayna al-Nadhariyyah wa al-
Tat{bi>q.Makkah: Maktabat Sayyid Muh{ammad ibn ‘Alwi> al-Ma>liki.1419 H Maimun, Arief Furchan dan Agus. Studi Tokoh, Metode Penelitian Mengenai
Tokoh. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2005. Madjid, Nurcholis.‚Tasawuf dan Pesantren‛, dalam Abdurrahman Wahid,
Pesantren dan Pembaharuan, (ed.) M. Dawam Raharjo.Jakarta: LP3S.1995
104
Munawwir, A. W.Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap.Surabaya: Pustaka Progresif. 1997 Rahman, Fazlur. Major Themes of The Qur’ân. Chicago: Bibliotheca Islamika. 1989. Rayah, Mahmud Abu. Adhwa Ala al-Sunah al-Muhammadiyah. Kairo: Dar alMa’arif. tt. al-Shabûnî, Muhammad Ali. al-Tibyân fî ’Ulûm al- Qur’ân. Bairut: Dar al-Kutb. 2003. al-Sijista>ni>
al-Azdi>,
Abu>
Dawu>d
Sulaima>n
ibn
al-Ash’as.Sunan
Abi>
Dawu>d.Beirut: Da>r al-Fikr.tt Ash Shiddieqî, Hasbi . Sejarah dan PengantarIlmu al-Qur’ân/Tafsir. Jakarta: Bulan Bintang. 1994. Shihab, M. Quraish.Tafsir al-Misbah.Jakarta: Lentera Hati.2002 Subh{an> i>, Ja’far.Tawassul, Tabarruk, Ziarah Kubur, Karamah Wali Termasuk
Ajaran Islam; Kritik atas Faham Wahabi, terj. Zahir.Bandung: Pustaka Hidayah.1995 al-Tirmi>z{i>, Sunan al-Tirmi>z{i> dalam CD.ROM mausu>’ah h{adi>th al-shari>f al-Zarkasyi Badr al-Din Muhammad Ibn Abdullah, al-Burhan fi ‘Ulum al-Qur’ân, (Beirut: Dar al-Fikr, 1988) al-Zarqânî ‘Abd al-‘Azhîm, Manâhil al-‘Irfân fî ‘ulûm al-Qurân (Mesir: Musthafa al-Bâbî al-Halabî, t. th.)
105
CURRICULUM VITAE
Nama
: Hasyim Asy’ari
NIM
: 09532015
Fakultas
: Ushuluddin dan Pemikiran Islam
Prodi
: Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir
TTL
: Lamongan 19 November 1989
Email
:
[email protected]
Orang Tua
: Ayah : Zaini Muhammad : Ibu
Alamat Asal
: Maimunan
: JL.Rawa Pelita, Desa Rawa Mulia, Babulu, Penajam Paser Utara, Balikpapan Kalimantan Timur
Alamat di Yogya
: Jl. KH Ali Maksum No.21c RT.01 Krapyak Kulon Sewon Bantul Yogyakarta
Pendidikan Formal
: SDN 019 Babulu Kal-Tim
: 1996-2002
: MTs Bina’ul Muhajirin Babulu
: 2002-2005
: MA Ali Maksum Yogyakarta
: 2006-2009
: S1 UIN Sunan Kalijaga
: 2009-2013
Pengalaman Organisasi : - OSIS Mts Bina’ul Muhajirin - IPNU MA Ali Maksum - MPK Ali Maksum - PSNT Ali Maksum - IPSNU PN Mts Bina’ul Muhajirin