Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013
PENGEMBANAGAN INSTRUMEN PENILAIAN KOMPETENSI SOSIAL GURU FISIKA SMA/MA Azhar Laboratorium Pendidikan Fisika, Jurusan PMIPA FKIP Universitas Riau, Pekanbaru 28293 E-mail:
[email protected] Abstrak. Tujuan penelitian ini adalah mengembangan instrumen penilaian kompetensi sosial Guru Fisika SMA/MA. Validitas butir dan reliabilitas instrumen yang dikembangkan dilakukan melalui tiga tahap yaitu (1) penilaian panal melalui pakar, (2) melakukan ujicoba pada sampel dari pupulasi yang berbeda dan (3) melakukan anlisis faktor. Hasil penilaian 20 pakar untuk indikator dengan butir instrumen penilaian kompetensi sosial diperoleh reliabilitas interater sebesar 0,821. Hasil ujicoba empiris tahap pertama kepada 30 guru fisika dari 55 butir instrumen yang dikembangkan diperoleh 37 butir valid yang dihitung dengan rumus product moment dan reliabilitas instrumen dihitung dengan menggunakan rumus Alpha Cronbach sebesar 0,929. Hasil analisis faktor dari data uji coba empiris II dengan SPSS 11,5 for Windows diperoleh bahwa, (1) KMO 0,762 dan terdapat 2 butir (nomor 2 dan 28) yang tidak valid dengan nilai AIC-MSA berturut-turut 0,482 dan 0,489 (kurang dari 0,5), untuk itu kedua butir dikeluarkan dan 35 butir valid dengan KMO-nya 0,769 yang menunjukkan sudah memenuhi persyaratan, (2) indikator-indikator yang dikembangkan sesuai dengan konstruks, setiap indikator yang memiliki muatan faktor besar dari 0,30 dan (3) setelah melakukan rotasi terhadap analisis data “varimax rotation” menunjukkan terdapat 12 faktor yang memiliki eigen value sama atau lebih dari 1,0. (4) Butir-butir yang dikembangkan dapat mengukur konstruk kompetensi sosial guru sebesar 66,956%. Perhitungan reliabilitas instrumen dengan SPSS for Windows di peroleh 0,818. Berdasarkan analisis faktor ini dapat disimpulkan bahwa instrumen penilaian kompetensi sosial guru fisika SMA/MA yang dikembangkan memenuhi persyaratan validitas serta reliabilitas instrumen yang baik dipergunakan untuk mengukur kompetensi sosial guru fisika SMA/MA. Kata Kunci: Pengembangan, Instrumen, Kompetensi Sosial
PENDAHULUAN Guru adalah agen utama proses pendidikan karena dia yang paling bertanggung jawab dalam pentransferan ilmu kepada muridnya. Mantan Mendiknas Wardiman Djoyonegoro tanggal 16 Agustus 2004 dalam Mulyasa (2005a:3) mengungkapkan tiga syarat utama yang harus diperhatikan dalam pembangunan pendidikan agar dapat berkontribusi terhadap peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) yakni: (1) sarana gedung, (2) buku yang berkualitas, (3) guru dan tenaga kependidikan yang profesional. Dalam kesempatan itu, juga dikemukan
bahwa ―hanya 43 % guru yang memenuhi syarat‖ artinya sebagian besar guru-guru (57%) belum memenuhi syarat, tidak kompeten, dan tidak profesional. Pasal 2 UU RI no.14 tentang guru dan dosen tahun 2005 ayat (1) disebutkan bahwa Guru mempunyai kedudukan sebagai tenaga profesional pada jenjang pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal yang diangkat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. (2) Pengakuan kedudukan guru sebagai tenaga profesional sebagaimana dimaksud ayat 1 dibuktikan dengan sertifikasi guru. Kedudukan guru sebagai tenaga profesional
Semirata 2013 FMIPA Unila |293
Azhar: PENGEMBANAGAN INSTRUMEN PENILAIAN KOMPETENSI SOSIAL GURU FISIKA SMA/MA
bertujuan untuk melaksanakan sistem pendidikan nasinonal dan mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Kemudian Mulyasa (2005b:37-38) mengatakan bahwa kompetensi merupakan perbaduan dari pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. Kebiasaan berpikir dan bertindak secara konsisten dan terus menerus memungkinkan seseorang menjadi kompeten, dalam arti memiliki pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai dasar untuk melakukan sesuatu. Dalam Pasal 10 undang-undang Repuplik Indonesia no.14 tahun 2005 tentang guru dan dosen, dijelaskan bahwa kompetensi guru sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 8 meliputi; (a) kompetensi kepribadian, (b) kompetensi pedagogik, (c) kompetensi sosial, dan (d) kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi. Menurut Pakar Psikologi Pendidikan Gardner dalam Sumardi (2006: 14) menyebutkan kompetensi sosial itu sebagai social intellegence atau kecerdasan sosial. Kecerdasan sosial merupakan salah satu dari sembilan kecerdasan (logika, bahasa, musik, raga, ruang, pribadi, alam, dan kuliner) yang berhasil diidentifikasi oleh Gardner. Semua kecerdasan itu dimiliki oleh setiap orang. Hanya saja, mungkin beberapa diantaranya menonjol, sedangkan yang lain biasa atau bahkan kurang. Sejalan dengan ini Amstrong dalam Sumardi (2006: 14) mengemukakan bahwa uniknya lagi beberapa kecerdasan itu bekerja secara terpadu dan simultan ketika seseorang berpikir dan atau mengerjakan sesuatu. Untuk memahami kompetensi sosial guru, maka diperlukan juga pemahaman tentang teori psikologi sosial. Dasar kompetensi sosial yaitu konsep dasar dari teori lapangan (field Theory) yang salah satunya dikembangkan oleh Lewin. Menurut Sarwono (2005: 58) salah satu
294| Semirata 2013 FMIPA Unila
teori lapangan yang diterapkan dalam psikologi sosial yaitu teori tentang interpersonal yang dikemukakan Heider. Relevansi dengan apa yang dijelaskan tersebut, ialah bahwa walau kita membahas dan berusaha mengembangkan kecerdasan sosial, kita tidak boleh melepaskannya dengan kecerdasan-kecerdasan yang lain. Hal ini sejalan dengan kenyataan bahwa dewasa ini banyak muncul berbagai masalah sosial kemasyarakatan yang hanya dapat dipahami dan dipecahkan melalui pendekatan holistik, pendekatan komprehensif, atau pendekatan multidisiplin. Banyak orang yang sukses yang kalau kita cermati ternyata mereka memiliki kemampuan bekerjasama, berempati, dan pengendalian diri yang menonjol. Hal ini diperkuat oleh teori proksimitas Lev Vygotsky sebagaimana yang dikutip Tilaar (2002: 109) yang mengatakan bahwa perkembangan seorang individu tidak terlepas dalam interaksinya dengan lingkungannya. Menurut Ramly dan Trisyulianti (2006b: 87) cermin sosial guru merupakan suatu pantulan diri yang memberikan bagaimana guru memandang dirinya, masa depannya, dan profesi yang sedang ditekuninya. Hal ini berarti seorang guru, segala ukuran dan standar kebaikan dan pengajarannya ditentukan oleh muridnya yang berfungsi sebagai cermin sosial guru. Dapat dikatakan bahwa kompetensi sosial adalah kemampuan seseorang berkomunikasi, bergaul, bekerjasama, dan memberi kepada orang lain. Lebih lanjut dikatakan bahwa kompetensi sosial bagi seorang guru merupakan suatu kemampuan dalam hal berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan : (a) peserta didik, (b) seseama pendidik, (c) tenaga kependidikan, (d) orang tua/wali peserta didik dan (e) masyarakat sekitar (Departemen Pendidikan Nasional, 2003: 27). Dari uraian-uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa kompetensi sosial
Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013
seorang guru mata pelajaran Fisika SMA/MA adalah; (1) mampu berkomunikasi secara efektif, empatik dan santun dengan peserta didik, (2) mampu berkomunikasi secara efektif, empatik dan santun dengan sesama pendidik dan tenaga kependidikan, (3) mampu berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan orang tua peserta didik dan masyarakat, (4) bersikap kooperatif, bertindak objektif, serta tidak diskriminatif karena pertimbangan jenis kelamin, agama, ras, kondisi fisik, latar belakang keluarga, dan status sosial ekonomi, dan (5) mampu beradaptasi di tempat bertugas diseluruh wilayah Republik Indonesia yang memiliki keragaman sosial budaya. Untuk menjadi guru berkualitas, perlu pengalaman serta menguasai kompetensi sebagai guru. Karena itu dirasa perlu adanya suatu intrumen yang objektif, valid dan reliabel untuk menilai kompetensi guru. Namun sampai saat ini sepengetahuan peneliti, belum ada suatu alat ukur atau instrumen yang baku untuk menilai kompetensi guru tersebut. Oleh karena itu peneliti ingin mengadakan penelitian yang bertujuan untuk mengembangan instrumen penilaian kompetensi sosial guru fisika SMA/MA. Instrumen secara umum adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun fenomena sosial yang diamati. Sejalan dengan ini Muhammad & Djaali (2003:31) mengemukakan instrumen penelitian sebagai alat bantu kegiatan pengumpul data. Instrumen baku adalah instrumen yang dikembangkan secara empiris melalui beberapa pengujian. Gronlund (1990:23) menjelaskan ciri-ciri instrumen baku, yaitu: (a) butir-butir secara teknis berkualitas, (b) administrasi dan penilaian jelas, (c) adanya norma dan penafsiran yang pasti, (d) adanya petunjuk dan perlengkapan instrumen lainnya. Selanjutnya Aiken selain melihat validitas dan reliabilitas,
pembakuan instrumen juga menyangkut segi administrasi instrumen dan pensekorannya (Aiken,1994:77). Pengembangan instrumen dimaksudkan untuk mendapatkan instrumen yang baku, yaitu instrumen yang dikembangkan secara empiris melalui beberapa pengujian. Menurut Ebel (1990: 286) bentuk tes baku merujuk pada tes yang disusun oleh para ahli, diujicobakan, dianalisis dan direvisi, termasuk didalamnya petunjuk administrasi dan teknik penyekorannya. Dengan demikian proses pembakuan intinya adalah pembuatan, pengujian, merevisi dan membuat pedoman administrasi dan penyekoran. Khusus mengenai ukuran sampel yang representatif Azwar (1999:123) mengatakan banyaknya responden yang diperlukan adalah sekitar 6 sampai 10 kali lipat banyaknya butir instrumen yang digunakan. Sejalan dengan kutipan diatas, Karlinger (1986: 593) menyatakan 10 orang subjek untuk setiap variabel (butir). Selanjutnya Crocker & Algina (1986:322) mengemukakan jumlah 200 orang sebagai sampel sudah memadai. Apapun yang digunakan untuk melakukan pengukuran disebut instrumen yang harus terlebih dahulu divalidasi atau dikalibrasi sebelum digunakan. Menurut Thorndike (1997: 175) bahwa konstruk merupakan istilah suatu kerangka phsychologi mengacu pada sesuatu konsep yang tidak tampak tetapi secara harfiah konsep itu digunakan dalam penyusunan instrumen dalam perilaku yang diamati. Tujuan pengujian validitas adalah untuk mendapatkan bukti tentang sejauhmana hasil pengukuran memeriksa konstruk yang diukur. Dalam pengembangan instrumen ini dilakukan dua tahap analisis kesahihan konstruk, yaitu : tahap teoritik, dan tahap empirik. Pada tahap teoritik, yaitu dengan cara penilaian rancangan instrumen oleh
Semirata 2013 FMIPA Unila |295
Azhar: PENGEMBANAGAN INSTRUMEN PENILAIAN KOMPETENSI SOSIAL GURU FISIKA SMA/MA
sejumlah penilai yang menguasai masalah pengembangan instrumen dan melalui kajian pustaka. Pada tahap empirik, adalah berdasarkan uji coba instrumen kepada sejumlah responden uji coba. Telah pakar yang dilakukan pada tahap teoritik untuk menilai butir instrumen (proses validasi konstruk melalui panel) dimaksudkan untuk (1) memeriksa instrumen mulai dari konstruk sampai penyusunan butir, dan (2) untuk menilai butir itu sendiri. Menurut Litwin (1995:82), metode analisis faktor dilakukan dengan bantuan komputer untuk menilai apakah butir-butir yang beragam dalam suatu survei memiliki kebersamaan dalam suatu atau skala. Jadi analisis faktor bertujuan untuk menganalisis sejumlah variabel dari sejumlah pengukuran atau pengamatan yang didasarkan pada teori dan kenyataan sebenarnya, serta menganalisis interkorelasi (hubungan) antar variabel tersebut berasal atau berdasarkan sejumlah faktor dasar yang jumlahnya lebih sedikit dari jumlah variasi yang ada pada variabel. Analisis faktor merupakan kumpulan prosedur matematis yang kompleks guna menganalisis saling hubungan diantara variabel-variabel dan menjelaskan saling hubungan itu dalam kelompok variabel yang terbatas yang disebut faktor. Reliabilitas merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Popham (1975:117) mengemukakan reliabilitas merupakan keandalan suatu pengukuran. Makin tinggi koefisien reliabilitas suatu instrumen, maka kemungkinan kesalahan yang terjadi semakin kecil. Menurut Litwin ( 1995:31), koefisien reliabilitas pada taraf 0,70 atau lebih biasanya dapat diterima sebagai reliabilitas yang baik. Salah satu teknik analisis yang dapat digunakan untuk mengukur reliabilitas instrumen adalah koefisien Alpha Cronbach.
296| Semirata 2013 FMIPA Unila
METODE PENELITIAN Secara umum penelitian ini adalah penelitian dan pengembangan atau Research and Development (RAD) untuk mengembangkan dan memvalidasi instrumen penilaian kompetensi sosial guru mata pelajaran Fisika SMA/MA. Penelitian ini dilakukan pada Guru mata pelajaran Fisika SMA/MA. Tahap pengembangan instrumen penilaian kompetensi guru mata pelajaran Fisika SMA/MA di lakukan mulai Juli-September 2006. Tahap pengujian rasional (expert judgment) di lakukan di Jakarta, Palembang dan Pekanbaru pada Oktober- November 2006. Tahap kedua merupakan, pengujian empiris pertama di lakukan di Palembang pada bulan Maret 2007 yang melibatkan guru mata pelajaran Fisika SMA/MA. Selanjutnya tahap ketiga adalah pengujian empiris kedua di lakukan di Propinsi Riau dari bulan Mei 2007 sampai Desember 2008 melibatkan guru mata pelajaran Fisika SMA/MA di Propinsi Riau. Responden Penelitian dalam pengembangan instrumen ini adalah seluruh guru dan calon guru mata pelajaran Fisika SMA/MA di Propinsi Riau. Tahap pertama, sebanyak 20 orang panelis (pakar) yang berasal dari Jakarta, Palembang dan Pekanbaru. Tahap kedua, sebanyak 30 orang guru mata pelajaran Fisika SMA Negeri di Kota Palembang Propinsi Sumatera Selatan. Tahap ketiga, dilakukan kepada 254 orang responden yang terdiri guru mata pelajaran Fisika SMA/MA di Proinsi Riau. Dalam penelitian pengembangan instrumen ini dilakukan dua tahap analisis kesahihan konstruk, yaitu tahap teoritik dan tahap empirik. Pada tahap teoritik, yaitu dengan cara penilaian rancangan instrumen oleh sejumlah penilai yang menguasai masalah pengembangan instrumen, khususnya instrumen kompetensi sosial guru fisika SMA/MA. Dalam uji teoritik ini para pakar diminta untuk memberi nilai
Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013
(sekor) antara 1 sampai 9 untuk aspek yang di nilai. Uji validitas konstruk pakar ini dilakukan dengan melihat nilai median yang diberikan pakar dari setiap aspek yang dinilai. Adapun hasil uji kriteria sekor yang diberikan para pakar dinterpretasi seperti Tabel 1. Pada tahap empirik, adalah berdasarkan Ujicoba instrumen kepada sejumlah responden ujicoba. Uji validitas butir pada tahap empiris dihitung dengan menggunakan rumus product moment dari Pearson untuk instrumen berupa non tes. Nilai koefisien validitas butir dinyatakan baik, bila koefisien hasil perhitungan empiris lebih besar dari nilai koefisien tabel, pada taraf signifikan tertentu. Reliabilitas (reliability) adalah kekonsistenan pengukuran yang dihasilkan atau konsistensi sekor yang dihasilkan. Wiersma and Jurs (1990:288) menyatakan reliabilitas adalah konsistensi suatu instrumen mengukur sesuatu yang hendak diukur. Tinggi rendahnya reliabilitas ditunjukkan oleh suatu angka yang disebut koefisien reliabilitas. Makin tinggi koefisien reliabilitas suatu instrumen, maka kemungkinan kesalahan yang terjadi akan semakin kecil. Salah satu teknik yang dapat digunakan adalah untuk mengukur reliabilitas instrumen adalah koefisien Alpha Cronbach untuk instrument non tes, yang bertujuan untuk mendapatkan gambaran tentang konsistensi internal antar semua butir dalam instrumen. Reliabilitas instrumen diikatakan memadai apabila nilai koefisiensinya diatas 0,70. Tabel 1. Kriteria Pemberian Interpretasi Sekor Para Pakar
No 1. 2. 3.
Skor Nilai Median 1 Median < 4 4 Median < 7 7 Median 9
Kategori Dibuang Diperbaiki Baik
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Uji Coba Secara Rasional (Ujicoba Tahap I) Sehubungan dengan hal diatas, maka salah satu tahapan dalam pengembangan instrumen penilaian kompetensi guru mata pelajaran Fisika SMA/MA adalah melakukan uji coba secara rasional kepada pakar (Expert Judgment). Penilaian oleh pada pakar dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui validitas isi, dan validitas konstruk. Selain itu juga diketahui reliabilias dan keterbacaan secara teoretik dari perangkat instrumen penilaian kompetensi sosial guru mata pelajaran Fisika SMA/MA yang dikembangkan. Ujicoba secara rasional oleh pakar terhadap perangkat instrumen penelitian ini sebanyak 20 orang Pakar yang terdiri atas: (a) 2 Guru Besar (Profesor) bidang Penelitian dan Evaluasi Pendidikan, 4 orang Doktor Penelitian dan Evaluasi Pendidikan (PEP) Universitas Negeri Jakarta, (b) 2 orang tenaga Badan Standar Nasional Pendidikan-BSNP (1 Doktor PEP dan 1 Kandidat Doktor PEP (c) 4 orang Kandidat Doktor yang terdiri atas 2 orang kandidat doktor PEP Universitas Negeri Jakarta dan 1 Kandidat Doktor ahli Bahasa (1 orang dari Balai Bahasa Jakarta dan 1 orang dari Pekanbaru) dan (d) 1 Orang Doktor ahli Fisika masing-masing dari Univesitas Negeri Jakarta (e) 2 orang Ahli Pendidikan Fisika,(f). 2 Magister pendidikan Fisika selaku Widyaswara pada LPMP (g) 1 orang Widyaswara Fisika dari Balai Diklat Keagamaan Depertemen Agama Sumatera Selatan dan 1 Magister guru mata pelajaran Fisika di lingkungan Depag Provinsi Riau dan (h) 1 Magister guru mata pelajaran Fisika SMA/MA. Para pakar panelis mencermati masingmasing dimensi kompetensi guru yang
Semirata 2013 FMIPA Unila |297
Azhar: PENGEMBANAGAN INSTRUMEN PENILAIAN KOMPETENSI SOSIAL GURU FISIKA SMA/MA
sesuai dengan kompetensi inti guru yang telah dirancang. Demikian juga para pakar menilai butir-butir indikator sesuai dengan kompetensi inti sosial guru, serta mencermati dan menilai butir-butir pertanyaan/pernyataan yang sesuai dengan indikator untuk kompetensi sosial guru mata pelajaran Fisika SMA/MA. Penilaian para pakar tentang kesesuaian tersebut digunakan skala 1 sampai 9. Sebagai contoh, para pakar peserta panelis memberikan sekor 9 apabila kesesuaian kompetensi inti dengan indikator sangat cocok, sebaliknya memberikan sekor 1 bila kesesuaiannya tidak cocok. Hasil penilaian panelis terhadap butirbutir kompetensi sosial yang dikembangkan terdapat 9 butir yang perlu direvisi. Dari data-data penilaian pakar terhadap kesesuaian antara butir-butir dengan indikator kompetensi yang dikembangkan, lebih lanjut dilakukan analisis reliabilitas interrater. Adapun ringkasan hasil analisis realibilitas interrater melalui uji pakar diperoleh seperti Tabel 2 sebagai berikut. Karena semua koefisien reliabitas kesesuaian butir-butir pertanyaan/pernyataan dengan indikator kompetensi sosial guru mata pelajaran Fisika SMA/MA yang dikembangkan memiliki koefisien reliabilitas lebih besar dari 0,70. Tabel 2. Penilaian Pakar terhadap instrumen penilaian Kompetensi sosial No
Kesesuaian
1.
Dimensi dengan kompetensi inti Kompetensi Inti dengan Indikator butir dengan indicator
2.
3.
Reliabilitas interrater 0,855
Keterangan
0,832
Reliabel
0,821
Reliabel
298| Semirata 2013 FMIPA Unila
Reliabel
Pengujian Secara Empiris Pertama (Ujicoba Tahap II) Ujicoba empiris tahap I (ujicoba tahap ke II) Instrumen penilaian kompetensi sosial guru mata pelajaran Fisika SMA/MA dilakukan terhadap 30 guru mata pelajaran Fisika SMA Kotamadya Palembang Propinsi Sumatera Selatan. Berdasarkan hasil analisis korelasi product moment dari hasil pengujian secara empiris tahap pertama didapatkan sebanyak 18 butir yang tidak valid dan 37 butir valid dari 55 butir instrumen penilaian kompetensi sosial. Adapun butir-butir yang tidak valid adalah butir yang bernomor 1, 6, 12, 13, 14, 18, 21, 26, 28, 31, 36, 38, 39, 40, 46, 50, 53 dan 55. Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan rumus Alpha Cronbach, diperoleh koefisien reliabilitas instrumen kompetensi sosial sebesar 0,929. Sehubungan dengan nilai koefisien reliabilitas untuk instrumen sosial dapat dikategorikan baik diatas 0,70. Hasil ini dapat disimpulkan bahwa instrumen kompetensi Sosial guru Fisika SMA/MA yang dikembangkan memiliki reliabilitas baik untuk dipergunakan dalam penilaian kompetensi sosial guru mata pelajaran Fisika SMA/MA. Ujicoba Empiris Tahap kedua (Ujicoba Tahap III) Ujicoba empiris Tahap II (Ujicoba tahap III) instrumen penilaian kompetensi sosial guru mata pelajaran Fisika SMA/MA yang dilibatkan sebagai ujicoba empiris tahap kedua adalah sebanyak 254 orang guru fisika. Data hasil ujicoba empiris tahap kedua dianalisis dengan Analisis faktor menggunakan program SPSS 11,5 for windows. Hasil analisis data ujicoba empiris II terhadap data kompetensi sosial diperoleh KMO 0,762 dan terdapat 2 butir (5,405%) yang memiliki nilai AIC MSA-nya kecil dari 0,5 dari 37 butir, maka butir tersebut harus dikeluarkan. Butir-butir yang gugur
Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013
(5,405%) adalah butir nomor 2 dan 28 yang memiliki nilai AIC-MSA nya masingmasing secara berurutan 0,482 dan 0,489, sehingga butir instrumen yang valid berdasarkan analisis faktor adalah sebanyak 35 butir (94,595%) dengan KMO 0,769 setelah butir nomor 2 dan 28 dibuang atau dikeluarkan seperti pada tabel 3 Berdasarkan hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa KMO tergolong baik. Tabel 3. KMO dan Bartlett‘s Test Penilaian Kompetensi sosial.
KMO and Bartlett's Test
Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. Bartlett's Test of Sphericity
.769
Approx. ChiSquare Df Sig.
4025.414 595 .000
Banyaknya faktor ditetapkan berdasarkan aturan bahwa jumlah faktor yang akan dipakai dikaitkan dengan nilai eigen “eigen value” yang lebih besar atau sama dengan 1,0 (Agung, 1992: 303). Selanjutnya keseluruhan faktor yang memiliki variansi sama atau lebih dari 1,0 harus mengukur minimal 60% dari variansi total. Selanjutnya muatan faktor (factor loading) diseleksi setelah dilakukan ekstraksi komponen utama (extracting principal component) dengan rotasi ortogonal untuk memaksimalkan variansi (variance maximizing/varimax) antar variabel utama. Muatan faktor yang tetap dipertahankan adalah diatas 0,3 sesuai dengan aturan bahwa muatan faktor yang lebih dari 0,3 cenderung signifikan, sebaliknya apabila muatan faktor kurang dari 0,3 tidak dapat memberikan kontribusi yang signifikan terhadap suatu faktor. Hasil analisis faktor dengan menggunakan SPSS 11,5 for windows menghasilkan total variance explained seperti pada Tabel 4 dibawah ini.
Tabel 4. Total Variance Explained Penilaian Kompetensi Sosial
Faktor / Komponen 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Total 6,482 2,959 2,177 1,730 1,545 1,497 1,384 1,260 1,187 1,147 1,064 1,004
Extraction Sum of Square Loading % of Variance % of Comulative 18,520 18,520 8,453 26,973 6,219 33,192 4,942 38,134 4,414 42,547 4,277 46,824 3,955 50,779 3,601 54,381 3,392 57,773 3,276 61,049 3,039 64,088 2,868 66,956
Semirata 2013 FMIPA Unila |299
Azhar: PENGEMBANAGAN INSTRUMEN PENILAIAN KOMPETENSI SOSIAL GURU FISIKA SMA/MA
Eigenvalue
Berdasarkan hasil analisis validitas konstruks melalui analisis faktor diperoleh hasil, bahwa ada 12 faktor yang memiliki eigenvalue sama atau lebih dari 1,0. Dari hasil analisis didapatkan bahwa butir-butir yang dikembangkan dapat mengukur konstruk kompetensi sosial guru sebesar 66,956 %. Ini berarti telah melebihi standar komulatif minimal 60 %. Berdasarkan analisis faktor ini dapat disimpulkan bahwa instrumen penilaian kompetensi sosial guru Fisika SMA/MA yang dikembangkan telah memenuhi syarat validitas konstruk. Total variance explained dalam bentuk grafik ditunjukkan seperti diagram scree (scree plot) pada gambar 1 dibawah ini. Scree plot merupakan suatu plot dari eigenvalue sebagai fungsi banyaknya faktor dalam upaya ekstraksi.
Scree Plot 7
6
5
4
3
2
1 0 1
3
5
7
9
11
13
15
17
19
21
23
25
27
29
31
35
Gambar 1. Scree Plot instrumen Penilaian Kompetensi Sosial
Hasil analisis faktor setelah dilakukan rotasi varimax sebanyak 18 pengulangan “iterations”, semua butir mempunyai muatan faktor diatas 0,30 dengan demikian semua butir valid, menunjukkan bahwa instrumen penilaian kompetensi sosial memiliki sebaran butir seperti pada tabel 5 dibawah ini.
Tabel 5. Sebaran butir Instrumen Penilaian Sosial Setelah Rotasi
Faktor
Sebaran butir
Nama Faktor
1
1, 7,9, 10, 17, 34
Berkomunikasi secara santun dan efektif
2
13, 24, 27, 30
Berkomunikasi dengan orang tua peserta didik
3
3, 8
Tatacara berkomunikasi secara tertulis
4
15, 16, 20
Berkomunikasi dengan masyarakat
5
18, 31, 32
Masyarakat ikut mengatasi kesulitan peserta didik
6
12, 22, 23, 25
Berkomunikasi dengan orang tua peserta didik dan bersinergi dengan teman sejawat
7
5, 6, 21
Bersikap kooperatif dan objektif
8
19, 26
Tidak diskriminatif terhadap peserta didik
9
14, 36
Berkomunikasi dengan orang tua peserta didik
10
33, 35, 10
Melaksanakan program untuk kualitas pendidikan
11
11
Berkomunikasai secara empatik dan efektif
12
4, 29
Mengikutkan orang tua mengatasi kesulitan siswa
300| Semirata 2013 FMIPA Unila
33
Component Number
Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013
Pada tabel 5 diatas terlihat jumlah faktor yang terbentuk setelah dirotasi adalah 12 faktor. Hasil rotasi terjadi pengurangan jumlah faktor dengan analisis faktor, yaitu dari 15 faktor menjadi 12 faktor (80,00%). Hasil analisis terlihat adanya kecenderungan beberapa faktor yang bergabung menjadi faktor yang baru. Hasil perhitungan terhadap 35 butir instrumen kompetensi sosial yang valid, diperoleh koefisien reliabilitas sebesar 0,818 Sehubungan dengan nilai koefisien reliabilitas untuk instrumen kepribadian dapat dikategorikan baik karena diatas 0,70. Pembahasan Hasil Penelitian Instrumen Penilaian Kompetensi sosial guru mata pelajaran Fisika SMA/MA dikembangkan berdasarkan kajian teoretik dan telaah pakar, kemudian diujicobakan secara empiris terhadap guru mata pelajaran Fisika SMA/MA. Secara umum instrumen yang telah dikembangkan dapat digunakan untuk mengukur atau menilai kompetensi sosial guru mata pelajaran Fisika SMA/MA. Jika dibandingkan dengan konsep dan rancangan awal dari perangkat pengembangan instrumen penilaian kompetensi, terdapat cukup banyak perbaikan dan pengembangan sebagai hasil masukan dari ujicoba rasional melalui pakar dan ujicoba empiris. Pengembangan tersebut mencakup isi, dan format penyusunan kisi-kisi instrumen serta butir-butir instrumen. Selanjutnya juga dilakukan perbaikan dan penyempurnaan berdasarkan masukan panel kesesuaian isi pada setiap indikator penilaian kompetensi yang dinilai oleh pakar, melakukan revisi pada kalimat butir-butir instrumen, sehingga penggunaan instrumen mudah dimengerti oleh peserta uji penilaian kompetensi sosial guru mata pelajaran Fisika SMA/MA, dan uraian penjelasan mengenai mekanisme penyelenggaraan penilaian kompetensi sosial guru mata
pelajaran Fisika SMA/MA yang ada petunjuk penggunaan instrumen. Pada ujicoba empiris tahap pertama terungkap bahwa masih terdapat berbagai kelemahan pada perangkat instrumen, terutama masalah pada penggunaan istilahistilah teknis dan penulisan kalimatnya yang dipandang kurang jelas. Sehingga dilakukan perbaikan pada penulisan kalimat yang lebih ringkas, jelas, dan sederhana sehingga mudah dipahami oleh semua peserta yang mengikuti penilaian kompetensi. Reliabilitas instrumen tergolong tinggi, baik dari hasil penilaian pakar, ujicoba empiris pertama dan kedua. Koefisien reliabilitas instrumen secara rasional dapat diketahui bahwa reliabilitas antar penilai (rxy) tentang kesesuaian butir dengan indikator untuk kompetensi sosial sebesar 0,821. Dengan koefisien reliabilitas tersebut diharapkan butir-butir instrumen penilaian kompetensi sosial guru Fisika SMA/MA tersebut memiliki konsistensi atau keajegan dalam mengukur kompetensi sosial guru Fisika SMA/MA, karena koefisien reliabitas kesesuaian butir-butir pertanyaan/pernyataan dengan indikator kompetensi guru mata pelajaran Fisika SMA/MA memiliki koefisien reliabilitas lebih besar dari 0,70. Selanjutnya hasil ujicoba empiris kedua yang dianalis melalui analisis faktor, bahwa indikator yang dikembangkan dalam instrumen valid dalam mengukur variabel kompetensi sosial guru mata pelajaran Fisika SMA/MA. Hasil analisis memenuhi syarat validitas jika setiap butir harus memiliki nilai AIC-MSA lebih besar dari 0,5. Berikutnya adalah jika jumlah faktor yang diekstraksi sama dengan jumlah faktor yang mempunyai variansi (eigen value) sama atau lebih besar dari 1,0 dan keseluruhan faktor yang memiliki variansi sama atau lebih dari 1,0 harus mengukur minimal 60% dari variansi total. Proses
Semirata 2013 FMIPA Unila |301
Azhar: PENGEMBANAGAN INSTRUMEN PENILAIAN KOMPETENSI SOSIAL GURU FISIKA SMA/MA
analisis faktor tersebut dilakukan melalui seleksi muatan faktor (factor loading) yaitu melakukan ekstraksi komponen utama (extracting principal component) dengan rotasi ortogonal untuk memaksimalkan variansi antar variabel utama (variance maximizing /varimax). Hasil analisis instrumen kompetensi sosial guru mata pelajaran Fisika SMA/MA, terdapat 12 faktor baru yang terbentuk. Ini berarti bahwa terdapat 12 faktor yang signifikan yang mengkonstruk kompetensi sosial guru dari 15 faktor yang dikembangkan dalam istrumen penilaian kompetensi sosial. Hasil analisis di dapatkan bahwa ke 12 faktor tersebut cukup representatif mengukur konstruk kompetensi keperibadian guru dengan total varians sebesar 66,956%, telah memenuhi standar minimal komulatif 60%. Selanjutnya dari hasil rotasi matrik faktor didapatkan bahwa ada beberapa butir yang mengelompok bukan pada faktor asal menurut teori. Hal ini dapat dimaklumi karena ketika dikaji secara rasional, dalam menjabarkan indikator ke dalam butir-butir pertnyaan/pernyataan kompetensi sosial guru memang mengalami kesulitan, karena butir-butir tersebut memungkinkan untuk dimasukkan kedalam lebih dari satu indikator. Oleh karen itu dapat kita pahami, jika hasil analisis faktor menunjukkan adanya beberapa faktor yang letaknya tidak sesuai yang berpindah tempat pada faktor lain. Validitas instrumen berkaitan dengan sejauhmana suatu instrumen mampu mengukur apa yang seharusnya hendak diukur. Instrumen penilaian kompetensi sosial guru Fisika yang dikembangkan ini memiliki validitas yang memadai, baik validitas isi hasil penilian pakar, validitas butir dan validitas konstruk hasil ujicoba empiris. Dari hasil analisis validitas isi terhadap instrumen kompetensi sosial guru
302| Semirata 2013 FMIPA Unila
Fisika didapatkan bahwa indikator yang dikembangkan telah sesuai dengan kajian teoretik yang merujuk pada kompetensi inti guru Fisika. Hasil analisis uji empiris kedua diperoleh bahwa reliabilitas instrumen penilaian kompetensi sosial sebesar 0,818. Hasil perhitungan tersebut menunjukkan bahwa instrumen penilaian kompetensi sosial guru Fisika yang dikembangkan telah memenuhi persyaratan validitas dan reliabilitas instrumen yang baik. KESIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil penelitian pengembangan instrumen penilaian kompetensi sosial guru Fisika SMA/MA, dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Setiap guru mata pelajaran Fisika SMA/MA harus memiliki dan menguasai kompetensi sosial sebagai salah satu kompetensi profesi guru yang terdiri empat dimensi yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan professional/bidang ilmu yang diampu. Keempat kompetensi tersebut saling mendukung, tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya saling mendukung. 2. Indikator yang mendasari kompetensi sosial guru mata pelajaran Fisika SMA/MA, berdasarkan hasil analisis faktor yang dilakukan terhadap instrumen penilaian kompetensi sosial, diperoleh sebanyak 12 indikator/faktor. 3. Cara mengembangan instrumen penilaian kompetensi guru dilakukan dengan tiga tahapan penting yaitu (a) Tahap pengembangan butir-butir instrumen penilaian kompetensi guru, (b) Tahap ujicoba, yang terdiri dari uji coba empiris pertama dan uji coba empiris kedua, dan (c) Tahap pelaporan hasil untuk tujuan pembakuan dan pengadministrasian instrumen penilaian kompetensi.
Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013
4. Kalibrasi instrumen penilaian kompetensi sosial guru mata pelajaran Fisika SMA/MA dilakukan melalui pengujian pakar (expert judgment) dan pengujian secara empiris. Berdasarkan penilaian yang dilakukan para pakar dan praktisi terhadap indikator yang dikembang, pada umumnya instrumen tersebut memiliki validitas isi, validitas konstruk dan tingkat keterbacaan yang memadai/baik. Disamping itu instrumen yang dikembangkan juga memenuhi reliabilitas interrater yang baik dengan koefisien reliabilitas besar dari 0,8. 5. Hasil analisis data terhadap pengujian empiris tahap pertama yang tidak valid untuk kompetensi sosial didapatkan sebanyak 18 butir yang tidak valid dari 55 butir instrumen (37 butir valid). Dari hasil perhitungan reliabilitas dengan menggunakan Alpha Cronback terhadap instrumen penilaian kompetensi sosial yang telah dikembang diperoleh koefisien reliabilitas sebesar 0,929. 6. Berdasarkan hasil analisis data ujicoba empiris II dengan SPSS 11,5 for Windows diperoleh KMO 0,762 dan terdapat 2 butir (butir nomor 2 dan 28) memilik nilai AIC-MSA 0,482 dan 0,489 (kurang dari 0,5). Untuk ini berarti butir 2 dan 28 tidak valid, sehingga butir tersebut gugur (dikeluarkan). Setelah butir nomor 2 dan 28 dikeluarkan, hasil analisis data menghasilkan KMO 0,769 7. Selanjutnya berdasarkan hasil perhitungan reliabilitas instrumen terhadap data ujicoba empiris tahap kedua diperoleh reliabilitas instrumen penilaian kompetensi sosial 0,818. Saran Berdasarkan kesimpulan penelitian yang telah dilakukan diatas, berikut ini dapat disampaikan saran-saran yaitu: 1. Berdasarkan indikator kompetensi sosial pada kisi-kisi instrumen penilaian kompetensi sosial guru kiranya perlu dikembangkan yang lebih variatif. Hal
ini dapat dilakukan dengan menyusun kembali butir-butir yang relevan. Namun perlu ditekankan bahwa materi penilaian tetap merujuk pada kisi-kisi instrumen penilaian kompetensi sosial guru mata pelajaran Fisika SMA/MA. 2. Sebaiknya LPMP menggunakan instrumen penilaian kompetensi sosial guru mata pelajaran Fisika SMA/MA yang telah dikembangkan dalam penelitian ini ketika menguji kompetensi sosial guru mata pelajaran Fisika SMA/MA. Hasil penilaian kompetensi kepribadian tersebut dapat menjadi acuan kualitas (standar) untuk memutuskan kelayakan sosial seorang guru mata pelajaran Fisika SMA/MA untuk mendapatkan sertifikat atau tidak. 3. Alat Evaluasi untuk penyaringan /seleksi penerimaan guru Fisika. Instrumen yang telah disusun ini juga dapat dipergunakan sebagai instrumen untuk menyeleksi atau penyaringan penerimaan guru Fisika yang baru, sehingga para calon guru dapat mengetahui kemampuan sosial yang dimilikinya 4. Salah satu model untuk uji kompetensi program sertifikasi guru. Disisi lain, instrumen penilaian kompetensi sosial guru mata pelajaran Fisika SMA/MA ini dapat digunakan sebagai salah satu model instrumen penilaian kompetensi sosial pada program sertifikasi guru. DAFTAR PUSTAKA Agung, I Gusti Ngurah. 1992. Metode Penelitian Sosial: Pengertian dan Pemakaian Praktis. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka. Aiken, Lewis R. 1994. Psychological Testing and Assesment. Boston: Allyn and Bacon. Azwar, Saifuddin.1986. Seri Pengukuran Psikologi : Reliabilitas dan Validitas,
Semirata 2013 FMIPA Unila |303
Azhar: PENGEMBANAGAN INSTRUMEN PENILAIAN KOMPETENSI SOSIAL GURU FISIKA SMA/MA
Interpretasi Dan Komputasi. Yogyakarta : Penerbit Liberty. Azwar, Saifuddin.1988. Dasar-Dasar Psikometri. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Blood, Don F. and William C. Budd. 1972. Educational Measurement and Evaluation. New York: Harper and Row. Crocker, Linda & Algina, James. 1986. Introduction to Classical and Modern Test Theory. Chicago: Holt, Rinehart and Winston.. Depdiknas. 2002. Pengembangan Sistem Tenaga Kependidikan Abad ke-21 (SPTK-21). Jakarta : Depdiknas. Depdiknas.2005. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan. Jakarta: Sekretariat Jenderal Depdiknas. Depdiknas 2006. Undang Undang Republik Indonesia No.14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen. Cetakan Pertama Januari 2006. Jakarta: BP. Karya Mandiri.. Djaali & Muljono, Pudji .2004.. Pengukuran Dalam Bidang Pendidikan. Jakarta : PPs Universitas Neger Jakarta. Ebel, Robert L. & Frisbie David A. 1991. Essentials Of Educational Measurement : Fifth Edition. London : Prentice-Hall International, Inc.
Kerlinger, Fred. 1986. Foundations Of Behavioral Research: Third Edition. New York : CBS College Publishing. Litwin, Mark S. 1995. How to Measure Survey Reliability and Validity .London: Sage Publ. Mardapi, Djemari. 2008. Teknik Penyusunan Instrumen Tes dan Nontes, Jogyakarta: Mitra Cendika. Muhammad, Forouk & Djaali.2003 Metodologi Penelitian Sosial: Bunga Rampai. Jakarta: PTIK Press. Mulyasa. 2005a. Menjadi Guru Profesional : Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya. Mulyasa. 2005b.Kurikulum Berbasis Kompetensi: Konsep, Karakteristik, dan Impleentasi. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya. Popham, W.James. 1975.Educational Evaluation. London: Prentice-Hall International, Inc. Popham, W. James.1981 Modern Educational Measurement. Englewood Cliffs, NJ: Prentice-Hall Inc. Postman, Neil & Weingartner. 1978. Teaching As A Subversive Activity. New York : Delacorte Press.
Ebel, Robert L.1979. Essentials Of Educational Measurement : Third Edition. London : Prentice-Hall International, Inc.
Raynolds, Anne.1992. What is Competent Beginning Teaching? A Review of the literature”: Review of Educational Research . American Educational Reseach Association. Volume 62 Number 1 . pp 1-35.
Gorsuch, Richard L. 1983. Faktor Analysis: Second Edition. London: Lawrence Erlbaum Associates, Publishers.
Suryabrata, Sumadi. 2000. Metodologi Penelitian . Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Grounlund, Norman E & Linn, Robert L. 1990. Measurement And Evaluation In Teaching . New York: Macmillan Publishing Company..
Sukardi. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan: Kompetensi dan Praktiknya. Jakarta : Penerbit Bumi Aksara.
304| Semirata 2013 FMIPA Unila
Thorndike, Robert M. 1997. Measurement and Evaluation in Psychology and
Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013
Education. Sixth edition. Colombus : Merrill, an imprint of prentice Hall. Thorndike, Robert L 1982. Applied Psychometrics. Boston: Houghton Mifflin Comp.
Yusuf LN, Syamsu. 2000. Psikologi Perkembangan. Bandung : PT.Remaja Rosdakarya Bandung. Wiersma, William & Stephan G Jurs.1990. Educational Measurement and Testing. London: Allyn and Bacon.
Semirata 2013 FMIPA Unila |305