Aplikasi Isotopdon Radiasi,1996
PENGARUB TEMPERA TUR LINGKUNGAN PADA KONSUMSI, KECERNAAN RANSUM, DAN TINGKA T KEBUNTINGAN SAPI PERANAKAN ONGOLE (PO), SERTA PENGARUB PEMBERIAN MIKROBA TERPILm PADA TINGKA T KEBUNTINGAN SAPI SUMBA ONGOLE (SO). M. Winugroho*, Y. Wibisono** dan M. Sabrani*
..Balai
.Balai PenelitianTemak, Ciawi-Bogor. PengkajianTeknologi per1anian.Naibonat, NlT.
ABSTRAK PENGARUH TEMPERATUR LINGKUNGAN PADA KONSUMSI, KECERNAAN RANSUM DAN TINGKAT KEBUNTINGAN SAPI PERANAKAN ONGOLE (PO) SERTA PENGARUH PEMBERIAN MIKROBA TERPILIH PADA TINGKAT KEBUNTINGAN SAPI SUMBA ONGOLE (SO). Keterbatasanpakan pada musim kemarau di kantong temak nasional sudah lama disadari. Introduksi HMT unggul belum sepenuhnyadiadopsimasyarakat.Akibatnya. jarak beranak menjadi lama dan kematian pedetyang tinggi. bahkan sampai50%. Informasi mengenaidampak temperatur lingkungan pada interaksi nutrisi dan reproduksi serta informasi mengenaipenerapanperlakukan biologis di lapangan masih terbatas. Penelitian ini dirancang untuk menjawab masalah tersebut dan dilakukan pada 2 lokasi, yaitu di Balitnak Ciawi (temperatur lingkungan) dan Pulau Sumba (perlakukan biologis). Oi Ciawi, sapi PO dipelihara pada temparatur 23 dan 33OCsebelum dikawinkan dengan teknik lB. Temak diberi 3.6 kg BK konsentrat komersial dan rum put gajah !4lli!i!Ym. Sedangkandi Pulau Sumba, 120 ekor induk SO dibagi menjadi 4 kelompok secaraacak. Perlakuan yang diberikan adalah mikroba + dedak padi, atau mikroba. atau dedak padi, atau kontrol (manajemenpakan oleh petani). Temak yang ditempatkan padatemperaturlingkungan 23°C memiliki konsumsibahan kering tercemalebih tinggi dibandingkan dengantemak yang dipelihara pada temperatur lingkungan 33°C (26 ~ 18g/kg BB) (P<0.05), demikian pula kecemaanbahankering ransumnya (74 ~ 67%) (P
ABSTRACT During dry season,lack of feed both quantity and quality is common. Consequently,prolongedcalving interval and high calf mortality are inevitably. Practical interventionof technologypakagesare required. Under laboratory condition, crossbred Ongole cows (PO) were kept in either 23 and 33°C thermal chambers. They were fed about 3.6 kg OM commercia! concentrateand chopped fresh grass~ li!1:i!J!!!!.. They weremated using AI method. In Sumba island, 120 pure Ongole cows (SO) were divided randomly into 4 groups and supplementedeither 0.5 kg dried selectedrumen fill containing appropriate microbes at the peak of dry season,or combination of rumen fill and rice bran 3 kgihead/day for 2 months (October to November 1994), or 3 kg rice bran/head/dayfor 2 months, or control (farmer practice). All obsevation was conducted in dry season.Under laboratory condition, it shows that digestibledry matter intake was hihger for cows kept in 23OC(26 vs 18 g/ kg LW) (P
PENDAHULUAN Peternakanrakyat merupakantulang punggung produksi daging nasional(I). Perrnintaandaging dalam negerimeningkat tajam setiap tahun sehinggaada kecenderungan pengurasanternak nasional (2). Mungkin oleh sebabitu, estimasiimpor daging25 000 ton meningkatsekitar57000 ton sehinggamengurangipemotongan75 ekor sapi perhari di Jakarta(3). lni dapatberarti memberikanpeluang
bagi peternakanrakyat untuk meningkatkanpopulasiteroak sapi, walaupun petani hams menjual ternak untuk menutupikebutuhanhidupnya. Jarak beranakyang ideal bagi sapi adalah 12 bulan, yaitu 9 bulan bunting daD 3 bulanmenyusui.Akan tetapi,kenyataannyatidak demikian, kemgian reproduksimasihtinggi (4). Kematian pedet dilaporkan sampai 50% (5). Hal ini dikaitkan dengan musim kemarau yang panjang sehingga ransum kaya seTalkasar. Introduksi HMT unggul masih terbataspada 13
Aplikasi [sotopdonRadiasi. 1996
areal proyeknasionaldan tingkat adopsipada masyarakat harus terns ditingkatkan lagi (6). Pemanfaatanisi rumen yang mengandungmikroba pencernaserat mampumemperpendekjarak beranaksapi Bali dari 15 bulan menjadi 13 bolan (P
BAHAN DAN METODE Lokasi Ciawi. SepuIuhekor sapidaraPO (rataan 200 kg) dibagi menjadi 2 kelompok (6 ekor dikandang 23°C dan 4 ekor di kandang33°C) masing-masingdiberi 3.6 kg BK/ekor/hari dan rumput gajah (Pennisetumpurpureum).!!cd~. Koleksi total fesesuntuk mengestimasi konsumsidan kecemaanransurn(3-8 Agustus1994).Air minum tersediasetiapsaat. Untuk mengetahuikesehatan alat reproduksisapiPO dilakukan palpasirektal sebanyak 2 kali, yaitu pada 26 Mei daD 2 Agustus 1994. Setelah observasiini, 5 ekor sapiPO sehatditambahkanpadakandang23°C (total II ekor) temak ditimbang dan disinkronisasi pada 3 Oktober 1994 dengan estrumet2 cc/ekor intra-muskular.Tanggal 5 Oktober 1994ada 13 ekor PO birahi dan dilB sebanyak3 kali padapagi, siang,daDsore. Palpasikebuntingandilakukan pada 12 Januari 1995, Lokasi P. Sumba. Lokasi sturn adalah di Oesa Praimadita, Kecamatan Paberiwai, Kabupaten Sumba Timur. Sejumlah 120 ekor campurandara daD induk sapi SOumur 3-7 tahun (berdasarkan gigi dan catatanm dari petemak)dibagi menjadi4 kelompoksecaraacak,masingmasing30 ekor. Setiapkelompok diberi mikroba+ dedak, atau mikroba, atau dedak, atau kontrol (manajemenpetani). Oedak diberikan 3 kg per-ekor per-hari selama 2 bulan (5 Oktober -30 November 1994)sedangkan0.5 kg isi rumenyang mengadungmikroba pilihan diberikan hanyasekalipadaawal sturn(I Okt~r 1994dan ini jatuh padapuncak musim kemarau)(Gambar I). Pemilihanmikroba dengan menggunakan Metode Balitnak yang dikembangkanoleh WINUGROHO dkk (10). Mikroba tersebutada di isi rumen yang dicampurdengancacahan debogpisangyangsegar.Dedakdiberikanpadasore/malam hari ketika temak pulangdari padangpenggembalaan terbatas(jam 0600 -1700). Oiharapkan kelahiran terjadi pada Juni/JuIi 1995.Penimbangandilakukan 3 kali, perlama awal Oktober 1994, yaitu sebelum mendapat perlakuan pakan. Kedua, pertengahanOesember1994, yaitu akhir musim kemarau. Ketiga, bulan Maret 1995 sekaliguspemerikasaankebuntingan (PKB) yang dilakukan oleh 2 stat (drh. Yusuf dan sdr. Ishak Lauduamah) dengan kecepatan10 -15 ekor induk per-hari. Peubah yang diamati adalah bobot badan daDkaitannya dengan statuskebuntingan. 14
BASIL DAN PEMBAHASAN Lokasi Ciawi. Konsumsidan dayacernaransum lebihbaik padaternakyang dipeliharapadakandang23°C (Tabell). Tabel
Pengaruh temparatur lingkungan terhadap konsumsi dan daya cerna ransum berkualitas pada sapi PO
Pcubah
-
n (ekor) Bobot Badan (BB) (kg) Konsumsi Bahan Kering (KBK): Rumput gajah (kg/h) Konsentrate (kg/h) Total KBK (kg/h) Total KBK (% BB) Total KBK (gikg BB) Daya cerna BK (%) BK tercema (kg/h) (g/kg BB)
---
23°C
33°C
6 --~ 212
4 226
3.8a 3.6 7.4a 3.5a 35a 74a 5.5a 26a
2.Sb 3.6 6.1b
2.7b 27b 67b
4.1b 18b
Perbedaan huruf dalam baris yang sarna P < 0.05
Sedangkanrespons temperatur lingkungan 23 dan 33°C pada pola kebuntingan sapi PO disajikan pada Tabel
2. Tabel 2.
Kasus kebuntingan
dihubungkan
dengan rataan bobot
badan sapi PO.:!:. SO.
Peubah Bunting: n @ Bobot badan (kg) Belurn bunting: n @ Bobot badan (kg)
23°C
33OC
5
I
241 :!: 3
262
6
3
227:t 23
232:t
Berdasarkanpalpasirektal pada 12Januarl 1995, dietimasikan 4 ekor positif bunting (3 ekor di kandang 23°C daD 1 ekor di kandang 33°C). Selanjutnya,2 ekor sapi PO bunting dikandang 23°C. Atau, total 5 ekor bunting di kandang 23°C daD 1 ekor di kandang33°C. Diduga kisaran temperatur lingkungan 23 -33°C tidak mempengaruhi kebuntinganasalkanbobotbadaninduk PO lebih dari 240 kg. Konsumsirumput menurundari 3.8 kg/ekor/hari menjadi2.5 kg/ekor/haribila ternak dipeliharapadatemperatur lingkungan 33°C (P<0.05) (Tabel 1). Walaupun terjadi penurunanefisiensipakan, temperaturlingkungan 33°C menyebabkaninduk sapi PO memiliki kinerja reproduksiyang lebih baik asalkanbobotbadanternak di atas bobotbadanminimal, dalamkasusini yaitu 300 kg, padahal bobot badan minimal sapi PO adalah 260 kg (9, 11) Bila data tersebutbenar,makadaerahhangatsebaiknyadijadikan daerah pembibitan daD daerah sejuk dijadikan
Aplikasi Isotopdan Radiasi,1996
daerahperbesaranataupenggemukandan dari datadi Tabel 2, daerahsejuk23°C rnasihbait bagi programpembibitan seperti~ breeding~. (12),merangkumbasil penelitian-penelitianterdahulu dan mengusulkan~ daerahpembibitandaDpenggemukansapiOngole. Lokasi P. Sumba. Pola temperatur,curahhujan, dan kelembapanoishi Pulau Sumbadisajikanpada Gambar I. Bulan April sampaidenganNovemberadalahperiode hujanrendahyaitudi bawah100rom per-bulan.Rataan temperaturberkisar dari 25 -28°C dengankisaran temperatur minimax 19.5 -33.5°C. Tidak banyak fluktuasi kelembapanyangtercatat.Sedangkanpengaruhsuplementasi dan pemberian~ ~ mikroba pada tingkat kebuntingan sapi induk SO disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3. Pengaruh pemberian mikroba dan penambahan dedak pada tingkat kebuntingan sapi SO pads bobot badan berbeda (BB 8 Maret 95).
Kontrol
~nB
~
100 -ISO
0
0
2.
1
0
2.
1
0
2.
0
151 -200
4
0
Q
12 2
11
15 0
Q.
14
1
201-250.
16
11 ~
10 9
2Q
10 9 2Q
12 3
~
251 -300
8
8
.!.QQ 6
6
0
Q
lQQ44lQQ22lQQ
khususnya pada musim kemarau merupakan kendala besar.Menurut CHANIAGO ~ (18), kecukupanpakan terjadi dari Februari sampaiMei dalam setahun.WINUGROHO~ (9) melaporkanbahwa pemberiansuplemen yang strategis(pre- daDpost-partusdan pre-kawin) msertai dengan pemberianmikroba unggul secarasignifikan mampumemperpendek jarak beranakdari 15 bulan menjadi 13 bulan. Berdasarkandata, puncak bulan beranak jatuh pada Juli. Sehingga,tiga periode kritis nutrisi sapi SO dapat diestimasiberdasarkanbasil penelitian WINUGROHO~ (7). Dengan kata lain, dari pre-partus(Juni -Juli), post-partus(Agustus),dan pre-kawin (September sid Oktober).Pada masa-masakritis ini sebaiknyaternak diberi suplemendedak(3 kg/ekor/hari), tetapi karenakesulitan di lapanganmaka pemberiandedakhanyadilakukan pada5 Oktober-30 Novembersepertiterteradi atas. Walaupun demikian suplementasidedak meningkatkan tingkat kebuntingansapi SO. Saat ini sedangmrencanakan mengambildata kelahiran dari Pulau Sumba.Disimpulkanbahwatemperaturlingkungan 23°C meningkatkan konsumsi bahan kering daD kecernaanransum sapi PO dibandingkan bila ternak diperlihara pada temperatur lingkungan33°C. Tampaknya,bobot badanlebih menentukan tingkat kebuntingannyadibandingkan denganpengaruhtemperaturlingkungan.Pemberianmikrobapencerna seratmampumemperbaikitingkat kebuntingansapiSO di Pulau Sumba. Perlu penelitian lebih lanjut mengenai identifikasi bakteri, jamur serta protozoa yang bersifat selulolitik itu.
UCAPANTERIMA KASm *, Kisaran batasbobot badankritis. Bobotbadan sapi induk SO paling banyakterdapat padakisaran 20I sampai250 kg dan pada kisaran ini terdapat perbedaandampak perlakuan pada tingkat kebuntingan ternak. Di atas bobot badan ? 250 kg induk bunting semuanya.Sd>aliknya,ternak denganrobot badan ~ 200 kg memangsukarbunting. Pembahasan selanjutnya kembali padakisaran 201-250 kg. Pemberianisi rumen yang mengadungmikroba serat daD atau suplementasi dedakpadi meningkatkanpersentasekebuntingansapiSO daTi 25% menjadi 90%. Pemberianisi rumen yang mengadungmikroba pencernaserat mampu memperpendek jarak beranaksapiBali daTi15 bulan menjadi13bulan (7), meningkatkanPBBH daTi0.7 kg/hari menjadi 1.0 kg/hari (13), menurunkan~ Conversion~ dari 21 kg menjadi 19 kg untuk menghasilkan I kg pertambahanrobot badan(pBBH) (12). Transfer isi rumenkerbaudilaporkan meningkatkankinerja domba (13) dan sapi (15). Respons petani terhadappenerapanteknik transfer isi rumen cukup baik (16). Teknik kemudiandikembangkanuntuk dicobapadausahapenggemukankomersial(14). Hubungan robot badandaD profil hormon progesterondiulas oleh WINUGROHO and TELENI (II). Interaksi antara nutrisi, kondisi tubuh dan aktivitas ovariaum kerbau dilaporkanolehWlNUGROHO~ (17). Kekuranganpakan,
Ucapan terima kasih diucapkankepada star Balitnak Ciawi, Sdr I Ketut Pustaka daD Hari Purwanto sebagaipengawaskandangsertaPak Wagio dengankeahlian teknik palpasi.Untuk lokasi PulauSumba,teknik paIpasi dilakukan oleh drh. Yusuf Wibisono daDSdr. Ishak LauduamahdaD untuk itu kami ucapkan terima kasih. BantuanBapakUmbo Yadar sebagaipernilik ternak, dan doronganmoril Bapakdrh. Palulu Ndima daDstar Dinas PeternakanTK II KabupatenSumbaTimur Bapak serta Bapak Drs. Lucas Kaborang,Bupati TK II SumbaTimur sangatkami hargai. Terima kasih pada star Laboratorium RumenMikrobiologi Balitnak, khususnyaIr. Yeni Widiawati yang menyiapkan isi rumen terpilih. Penelitian ini dibiayai oleh dana APBN 1994/95.
DAFTARPUSTAKA SOEHADJI, "Reorientasi pembangunan petemakan daIam rangka mengantisipasiera globalisasi",Seminar Nasional PetemakandaDVeteriner, Pusat Penelitiandan Pengembangan Peternakan,Cisama (1995). 2. ANONIMUS, SturnpersiapantahapIII ProyekPengemhangaRPetani Ternak Kecil di Propinsi Sulawesi Selatan, NTT, NTB (Analisis suplai bibit Sapi Bali), Direktorat Jenderal Peternakan, Jakarta (1990). 15
\7.
Aplikasi [sotop don Radiasi. [996
3. ANONIMUS, Harlan Kompas 7 November (1995).
4. WlRDAHAY All, R.B., Penarnpilanproouksidan struktur populasi Sapi Bali di Pulau Timor, NTf, Laporan Intemak SubBalitnak Lili, Kupang (1990). 5. WIRDAHAYATI, RB., "Efisiensi produksiternak sapi di Nusa Tenggara", Annual AssessmentMeeting, Indonesia-Australia Development Programme, Mataram, Lombok,NTB. (1992). 6. BAMUALIM,
Komunikasi pribadi
WINUGROHO, M.M., SABRANI, SANTOSO, M., PANJAITAN, ERWAN and SAID, M., "Drought feeding strategy",Internal Report for the Agricultural ResearchManagement,AARD-Departmentof Agriculture, Jakarta(1995). 8. MA'SUM, K., and TELENI, E., The working cattle of Indonesia,Draught Animal Bulletin 2 (1993). 9. WINUGROHO,M., PUlU, I.G., BESTARI, J., SAEPUDIN, Y., CHANIAGO, T.D., dan SABRANI, M., Kandunganprogesteron,triiodothyronine(T3), dan bobotbadan sapi PO pada temperaturlingkungan yang berbeda,IImu dan Peternakan12 (1994)4. 10. WINUGROHO, M., SABRANI, M., PUNARBOWO, P., WIDIAWATI, Y., and THALm, A., Non-genetic approachfor selectingrumenfluid containing specific microorganisms(Balitnak Method), I1mu dan PeternakanQ 2 (1993) 5. 1. WlNUGROHO, M., and TELENI, E., "Feeding and breedingstrategies",Draught Animal Systemsand Management:An IndonesianStudy (TELENI, E., CAMPPBELL,R.S.F.,and HOFFMANN,D., eds.), ACIAR MonographNo. 19, Australia (1993)60. 12. SABRANI, M., WINUGROHO,M., THALffi, A., DlWYANTO, K., daD SAEPUDIN, Y., Teknologi PengembanganSapi SumbaOngole,Balai Penelitian Ternak, Bogor (1994).
13. SANTOSO, M., WlNUGROHO, M., SABRANI, CHANIAGO, T., Evaluasisosiao-ekonomi plasma pola PIR di Lampung,Laporan intern, Balai Penelitian Ternak, Ciawi (1994). 14. WlNUGROHO, M., WIDIATI, Y., HERNAWAN, I., DEW!, K.P., KADARUSMAN, L., THALffi, A., BAWUK, T., and SABRANI, M., "Buffalo rumen fluid transferto improve sheepperformance",Proceedingsof the 7th AAAP Animal ScienceCongress held in Bali, Indonesia, Balitnak, Bogor (1994) 393. 15. WINUGROHO, M., HERNAWAN, I., HADI, TAUFIK, daD SABRANI, M., "Transfer cairan rumenkerbau tingkatkan pertumbuhansapi PO", SeminarHasil PenelitiandaDPengembangan BioteknologiII. Puslitbang.Bioteknologi,LIPI, Jakarta (1994). 16. WINUGROHO, M., WIDIAWATI, Y., ERWAN, SAID, M., and SABRANI, M., "FarDler's reSJX>nse to rumen fill transfer technique", Bulletin of Animal Science, University of Gadjah Mada -Special Edition (proceedings the 1st International Seminar on Tropical Animal Production, Yogyakarta, 1995), University of Gadjah Mada, Yogyakarta (1995) 67.
WINUGROHO,M., SUDJANA A.D., dan SABRANI, M., Penerapanbioplus dan CYC-IOOpada usaha penggemukankomersial, Laporan Intern. Balai PenelitianTernak, Ciawi (1995). 18. WINUGROHO,M., SITUMORANG P.,and TELENI, E., "Interaction betweenbody condition, lebel of nutrition and ovarian activity in working swamp buffalo", Draught Animals in Rural Development (HOFFMANN, D., NARI, J., and PETHERAM, R.J.,eds.),AustralianCentrefor InternationalAgricultural Research(ACIAR). ProceedingNo. 27 (1989) 336. 19. CHANIAGO, T., BAMUALIM, A., and LIEM, C., "NusaTenggaraTimur", Draught Animal Systems and Management:An IndonesianStudy (TELENI, E., CAMPPBELL, R.S.F., and HOFFMANN, D., eds.),ACIAR MonographNo. 19,Australia (1993) 4.
16
Aplika8i 18oropdan Radias;. 1996
Aver age
-+-
Maximum
---MinimJm
Rainfall (mm) & Humidity (%)
Rainfall (rrnn)
-+-
R. Humidity (%)
Gambar Temperatur Avg, Max, Min
17
Aplikasi [sotopdon Radiasi,1996-
DISKUSI
TOlTI TJIPTOSUMIRAT Mohonpenjelasan.bagaimanatara mendapatkan mikroba seratdari rumenpadaternak nuninansia,mengingat mikrobanyaadalahanaerob?
sapiOugole.Hasil percobaaoini, berapakali sapi bunting dalam 1 tabuo bila dibaodiogkaodeogansapiyang tidak diberi suplemeot?
M. WINUGROHO
M. WINUGROHO Menggunakan metode Balitnak (WINUGROHO, dkk., 1993), menghasilkan mikroba unggul yang hila diberikan pada "target ternak" akan menimbulkan efek sinergistik pada fermentasi serat di rumen. Akibatnya, MPSnya meningkat, aktivitas enzim lebih tinggi, sehingga mengurangi bobot badan pada musim kemarau. Pada usaha komersial, penambahan mikroba (transfer isi rumen) dapat ditingkatkan dari 0.7 -> 1.0 kgiekor sapi/hari.
C. HENDRA TNO Apakah dalam teknologi pemberian mikroba rumen sebagai pemacu pencemaan serat kasar ini mikroba yang diberikan masih mempunyai sifat seperti mikroba rumen dengan dibiakkannya dalam lingkungan anaerob dan
subudi bawah37.C? M. WINUGROHO Dari uji laboratorium, isi rumen pilihan masih mengandungmikroba seratdan hidup ketika daIam media anaerob.Profil sinergistikjuga tetapada.Dari dataini, uji m YiY2padasapidan dombadilakukan (pemberianmikroba kering) dan berhasil. M. ARIFIN Berapajumlah minimal mikrobayangbisadiberikan agar bisa meningkatkandaya cerna?Bagaimanabila terialu banyak,apakahakan ada kemungkinanterjadi persaingannegatif? M. WINUGROHO Mikroba ada di isi rumen (kering). Jumlah yang diberikan0,5-1,0 kg/ekor per periodepenggemukanatau awal rnusimkernarau. Tidak ada masalahhila pemberian isi rumen (kering) lebih dari 1.0 kg, tetapitidak menguntungkan dari segi ekonorni.
SUPANDI
Kebuntingan yang mendekati nonnal untuk Sapi Bali jarak beranak daTi 15 bulan menjadi 13 bulan, dengan catatan 9 bulan masa kebuntingan clan 3 bulan masa menyusui.
BINTORO HERSASANGKA 1. Bagaimana cara mengumpulkan mikroba seTal? 2. Apakah mikroba serat tersebut bersifat anaerob? 3. Seandainya bersifat anaaerob, apakah mikroba tersebut tidak mati pada waktu diberikan pada sapi?
M. WINUGROHO
Sudahtercakuppada pertanyaansebelumnya.
JENNY EDWARDLY I. Apakah pemberianmikroba seTalmerangsangpertumbuhanataumerangsanghormon reproduksihewan? 2. Kenapapadaberatbadandi antaraberat 250kg kebuntingan tinggi, tolong jelaskan hubungan tingkat berat badan ini denganfisiologi reproduksi? 3. Untuk peternakanyang ekstensif di Sumba, apakab hanya cukup penambahansuplemenpada konsentrat untuk peningkatanproduksi?
M.WINUGROHO 10Pemberianmikroba pilihan akan meningkatkanbobot badanyang erat hubungandengancadanganenergituhuh daD kinerja reproduksi, misalnya profil hormon progesteronoBobot badan minimal pada sapi dan kerbau dipublikasikanoleh WlNUGROHO dan TELENI, "Drought Animal Systemand Management"(1993). 2. Untukpeternakanyang ekstensifdi Sumba,saatini yang cocokadalahdiberi garamdan mikroba serat.Sedangkan pemberiansuplemenpada umumnyatidak dilakukan, karena mahal daD makan banyak waktu. Maka pemberianmikrooapilihan merupakanjalan keluaryang mudah,murah, tahan lama, daDmenguntungkan.
Dengan pemberian mikroba, pencernaanserat/ suplementasidapat meningkatkantingkat keberuntungan
18
Ke Daftar Isi