Luruh Karya : Titis Widjayanti Tokoh : 1. Jumini 2. Gunawan 3. Ida 4. Mbah Joyo 5. Petugas 1 6. Petugas 2 Babak I Malam hari sekitar pukul 21.20 wib. Setting sebuah ruang tamu. Di dalamnya terdapat sepaket kursi dari rotan yang tampak kuno tapi masih terawat dengan baik, sebuah meja ukir yang di atasnya terdapat tumpukan gelas air mineral, beberapa jajan toples dan sebuah asbak. Sebuah lemari kaca yang isinya adalah kostum pertunjukan, serta jam dinding, lukisan dan beberapa wayang yang tergantung di dinding berbahan kayu jati ( gebyok). Lampu mulai menyoroti pintu yang tampak terbuka. “ Tok, tok, tok..” ( suara pintu diketuk dan mulai terlihat beberapa kepala yang menyembul dari luar pintu) Lampu tengah panggung menyala dan semakin terang. Jumini
Kulonuwun, assalamu’alaikum… Mbah, Mbah Joyo.. Ada orangnya ndak ya? Mbah, assalamu’alaikum.. ( sambil terus mengetuk pintu) Ida Paling ndak ada orangnya Bu, lagian udah jam segini, ndak enak. Kita pulang saja. Jumini Pulang-pulang, hari pernikahanmu itu tinggal sebentar lagi. Kalo ndak diurus sekarang segala tetek mbengek –nya mau kapan lagi. Lagian ndak mungkin jam segini Mbah Joyo pergi, lha wong pintunya saja masih terbuka lebar kayak gini. Ibu yakin pasti beliaunya ini di dalam.Udah, kamu itu jadi anak tinggal terima beres. Lebih baik sekarang bantu Ibu memanggil Mbah Joyo. Sampeyan juga Pak, diem aja kayak patung daritadi. Jumini + Gunawan + Ida Kulonuwun, assalamu’alaikum.. Mbah, Mbah Joyo.. Assalamu’alaikum.. Tak lama berselang keluarlah seorang lelaki bertubuh tinggi besar dengan perut yang agak buncit dan memakai sarung serta kemeja lengan pendek dari dalam kamar. Mbah Joyo Wa’alaikumsalam.. Waduh, ada tamu.Monggo-monggo, silakan masuk. Maaf njeh tadi saya itu sedang sholat, jadi ndak bisa cepat jawab salam dan mempersilakan panjenengan semua masuk. Hehe.. ( sambil menyalami ketiga tamunya)
Gunawan Hehe..iya ndak apa-apa Mbah, kami juga minta maaf lho, sudah bertamu malammalam begini, apalagi kalau suara kami tadi mengganggu sholat Mbah Joyo. Mbah Joyo ( Tertawa) Mari, mari, silakan duduk. ( Gunawan, Jumini dan Ida duduk disusul Mbah Joyo) Bagaimana? Ada hajatan apa kok sepertinya buru-buru sekali sampai dibelabelain jam segini datangnya. Hehe.. Jumini Hehe..iya Mbah. Mbah Joyo benar sekali. Tadinya mau kesini besok tapi takut ndak sempet, mau ngurus urusan yang lain. Sebelumnya perkenalkan saya Jumini, ini Ida anak saya, dan Mas Gunawan suami saya ( sambil menunjuk kedua orang disebelahnya) kesini itu atas rekomendasi dari Mbak Yu yang pernah punya gawe dan nanggap ketopraknya njenengan ini beberapa waktu lalu. Mbah Joyo Wah kapan itu? Jumini Hampir sekitar satu tahun yang lalu, Mbak yu Martini Mbah, yang punya hajatan sunatan. Mbah Joyo ( sambil mengingat-ingat)
Emm..iya iya, yang gawenya sehari setelah sedekah bumi itu? Sedesa juga sama dia? Jumini Hehe..iya Mbah, benar. Tapi ndak sedesa, kebetulan itu Mbak Yu suami saya.Katanya ketoprak njenengan yang paling bagus.Dan kebetulan juga tiga minggu lagi anak semata wayang saya ini mau menikah.Rencananya kami mau nanggap ketoprak njenengan buat hiburannya.Ya biar ndak sepi dan tamu undangan bisa mendapat hiburan gratis setelah resepsi pernikahan. Gimana Mbah? Bisa ndak ya kira-kira? Mbah Joyo ( mengangguk-angguk) Iya, ya ya.Wah kok agak mendadak ya.Tiga minggu lagi itu berarti tanggal berapa ya? Jumini Tanggal 27 Juli Mbah.Bisa ndak Mbah? Mbah Joyo 27 Juli.. ( sambil mengingat-ingat, lalu membuka buku catatan di kolong meja) Wah kebetulan ndak ada tanggapan.Pas sekali. Itu kira-kira mau siang, malam? Jumini
Kalo siang berapa Mbah?Terus kalo malam berapa juga sekarang?Maaf saya belum pernah punya hajat sebelumnya, jadi ndak pernah nanggap-nanggap juga. Hehe.. Mbah Joyo Sebenernya sama saja, ya sekitar sekali tanggapan 11 lah. Tapi kalo siang-malam sekaligus nanti bisa dipotong. Jumini Owalah, segitu ya..Sebentar ya Mbah kami diskusi dulu. ( berpaling ke arah suami dan anaknya) Mbah Joyo Iya, iya, monggo.. Sebentar ya saya tinggal ke kamar mandi. Silakan airnya diminum, sama dibuka jajannya. Hehe.. Jumini Iya Mbah, matur suwun. Gimana Pak? Kita nanggap siang-malam ya? Gunawan Apa ndak kemahalan Bu? Kita kan ndak ada duit segitu. Nanggap siang aja masih bingung cari hutangan dimana. Jumini Kan kalau siang-malam dapet potongan Pak. Kalau cuma siang atau malam ya nanggung nanti.
Ida Iya Bu, bener kata Bapak. Kita ndak perlu maksain ada tanggapan segala kalau akhirnya pakai duithutangan. Mau bayar pakai apa nanti? Jumini Ibu ndak tanya sama kamu. Ini urusan Bapak sama Ibu, kamu itu tinggal nunggu beresnya. Gimana Pak? Gunawan Tapi buat biaya resepsi dan orgen tunggal saja masih kurang. Duit dari Mbak Yu yang entah kapan bisa dikembaliin juga udah abis buat beli kalung, gelang sama giwangmu kemarenkan? Mau nyari dari mana lagi? Jumini Udah kalo masalah duit Bapak itu ndak perlu bingung, biar Jumini yang ngatur.Pokoknya pernikahan Ida harus meriah. Masa kita kalah sama tetangga sebelah yang tiap ada acara nanggap-nanggap. Apalagi Ida kan anak satusatunya yang bakal menikah sama bos kapal. Orang kaya raya.Mau ditaruh mana muka saya ini kalo cuma ketoprak saja ndak mampu.Udah, pokoknya Ibuk mau siang-malam.Kalau Bapak ndak setuju, terserah.Dan kalau Bapak ndak bisa nyari biaya buat nanggap-nya biar Jumini saja.Toh nanti yang dipandang hebat juga ndak Jum sendiri, tapi keluarga kita. Ida Bu, tapi Ibu ini sudah keterlaluan kalau begini caranya. Ida ndak mau menjadi beban buat Bapak sama Ibu. Apalagi Ida masih kuliah dan ndak bisa bantu nyari uang sedikitpun. Ida memang setuju untuk segera menikah dengan Mas Rosyid
karena perut Ida yang sudah mulai membesar. Tapi Ida benar-benar ndak suka cara ibu yang seperti ini. Cuma ngikutin gengsi. Jumini Maksud kamu apa? Justru karena kamu bakalan menikah dengan Rosyid, sang bos kapal yang kapalnya dimana-mana, kamu itu harusnya mendukung ibu. Kamu itu harusnya malu kalau pernikahan kamu cuma begitu-begitu saja. Biar kita ndak selalu dipandang sebelah mata sama Pak Lek, Bu Lek, Dhe mu juga si Peni, tetangga yang suka pamer kekayaan di depan mata ibu. Kalau kamu ingin membantu dan meringankan beban Ibu dan Bapak, kamu cukup duduk diam, nurut, layani suamimu dengan baik nanti, dan baru bisa bantu masalah uang. Bayangkan saja, jika pernikahan kamu ini berlangsung dengan meriah, orangorang yang banyak mulutnya itu bakalan tahu rasa.Keluarga kita bakal dipandang dan disegani. Mereka bakal bilang, “ Eh Yu, sekarang keluarganya Kang Gunawan itu enak ya. Udah anaknya cantik, pinter, pendidikannya tinggi, kalau lulus jadi PNS, lha kok dapet suami juga orang kaya. Pantesan aja nikahnya meriah kayak gini. Tanggapannya banyak.” ( sambil menirukan gaya bicara tetangganya) Hahaha… pasti mereka bakalan iri sama kita. Terus nanti setelah kamu menikah, bapakmu ini ndak perlu susah-susah jadi buruh tambak yang penghasilannya ditentukan sama cuaca dan itu pun ndak seberapa. Dan Ibuk udah ndak perlu lagi capek-capek marung kayak gini. Masa mertuanya Bos kok jualan lontong sama es teh. Ida Coba, aku dari dulu ndak mau dijodohin sama Mas Rosyid. Coba kalau aku masih sama Mas Pundi.
( menggerutu pelan) Jumini Apa? Kamu tadi ngomong apa? Gunawan Heh, udah-udah.Ndak di rumah, ndak di tempat orang kok ribut terus. Inget Bu, ini rumah orang, kita sedang bertamu. Ndak enak kalau sampai kedengeran yang punya rumah. Jumini Tapi anakmu ini selalu saja ndak mau nurut kalau dinasehati. Masih saja nyebutnyebut nama pemuda ingusan yang ndak jelas masa depannya itu. Kamu kira ibu tuli? Ida ( diam dan mencoba menahan emosi) Gunawan Iya, tapi ndak perlu dipanjangin masalahnya.Kalau ibu memang mau ada tanggapan siang-malam, jujur saja Bapak benar-benar ndak sanggup buat biayanya.Tadi kita diskusimasalah itukan?Jangan mengungkit-ungkit hal yang lain. Jumini HehPak, yang ngungkit itu siapa? Anakmu yang mau jadi pembangkang ini kan? Dan Bapakndak perlu nyeramahin ibu.Ibu itu sebenernya udah tahu kalau Bapak bakal bilang kayak gitu. Udah sering, memangnya selama ini Bapak bisa nyari duit banyak?Ndakkan?Bisa nuruti apa yang Ibu mau? Bisa membelikan barang-barang
yang Ibu inginkan? Ndak juga kan? Ya, untungnya Ibu ini masih menghargai Bapak sebagai seorang suami. Gunawan Buk! Masuklah Mbah Joyo ke panggung dan duduk di kursi kembali. Mbah Joyo Hehe..wah maaf ya, saya tadi agak lama. Sakit perut dari kemaren, diare. Jumini Walah habis makan apa to Mbah? Kok sampai diare segala hehe.. Mbah Joyo Makan kepiting sambel, dibawain sama mantu kemaren. Ternyata perutnya sudah ndak kuat makan yang pedes-pedes sedikit. Hehe.. Jumini Owalah hehe.. Mbah Joyo Jadi bagaimana?Sudah diskusinya? Jumini Hehe iya Mbah, sampun. Tapi sebelumnya mau nanya lagi kalau nanggap-nya siang-malam kira-kira jadi berapa ya Mbah? Mbah Joyo
Hehe..ya kalau sama adiknya Martini karena sudah beberapa kali nanggap “ Wahyu Joyo” juga, saya kasihlah 19. Jumini Wah yang bener Mbah? Ya sudah kami ambil yang siang-malam tanggal 27 besok. Lah ini berarti saya harus bayar berapa dulu sebagai tanda jadi? Mbah Joyo Biasanya ngasih DP dulu, terserah mau berapa saya terima hehe.. Jumini Hehe..iya saya baru ada 500 Mbah, ini saya serahkan Mbah Joyo buat uang muka. ( mengambil dan menyerahkan uang dari tasnya) Mbah Joyo Iya iya, ini saya terima ya. Saya lingkari tanggal 27, atas nama? Jumini Jumini Mbah.. Nah buat pelunasannya kira-kira harus dibayar kapan ya Mbah? Mbah Joyo Wah kalau itu nanti saja pas tanggal 27 juga ndak apa-apa. Jumini
Ooo..begitu ya Mbah. Mbah Joyo Ada tanggapan apa saja besok ini selain ketoprak? Jumini Sementara ketoprak saja Mbah, sama paling nanti pas resepsinya ada orgen tunggal kecil-kecilan. Mbah Joyo Wah makan-makan enak ini.Dan pasti rame.Hehe.. Nanti juga sorenya kita kasih orgen tunggal sebelum mulai penceritaan, karena memang ketoprak sekarang seperti itu, biar ndak kalah sama tontonan yang lain. Hehe.. Lha ini lakonnya mau minta apa? Kang Gun? Gunawan Wah kalau lakon saya agak ndak paham Mbah.Terserah Mbah saja. Mbah Joyo Lho, nanti kalau terserah saya dan ndak cocok sama tuan rumah kan malah repot jadinya hehe.. Mbak yu Jumini? Jumini Sama Mbah, saya juga ndak terlalu ngerti. Saya serahkan ke Mbah Joyo saja.Yang penting tamu undangan senang, dan ndak bertolak samaritual pernikahan. Hehe.. Mbah Joyo
( Tertawa) Ya, ya, ya..nanti saya carikan lakon yang bagus dan ndak bertentangan sama ritual nikahan. Gunawan Ya sudah Mbah, begitu saja.Sudah malam, kami pamit dulu. Mbah Joyo Lho minumnya belum habis kok sudah pulang.Di dapur juga masih ada kopi kalau mau ngopi-ngopi dulu.Maaf sugguhannya cuma air, ndak sempet buatin wedang.Maklum sudah ndak ada istri, jadi kalau anak-anak ndak nginep sini ya gini jadi jarang ngopi di rumah.Tapi kalau memang masih mau lama, nanti saya buatkan wedang. Hehe.. Jumini Walah ndak perlu repot-repot Mbah.Benar kata suami saya, sudah malam.Biar Mbah Joyo juga istirahat, kami juga cepat istirahat.Soalnya besok masih harus kesana-kemari ngurus yang belum keurus. Hehe.. Mbah Joyo Hehe.. Iya, iya. Memang kalau mau punya gawe harus siap tenaga, siap pikiran dan siap dana yang pasti. Apalagi kalau gawe-nya besar-besaran seperti panjenengan ini. Hehe.. Jumini Hehe..iya Mbah. Ya sudah kami pamit dulu.Terima kasih sebelumnya njeh Mbah. Jumini, Gunawan dan Ida berdiri dan menyalami Mbah Joyo.
Jumini+Gunawan+Ida Assalamu’alaikum.. ( pergi meninggalkan panggung) Mbah Joyo ( mengantarkan tamunya sampai kedepan pintu) Wa’alikumsalam… Lampu panggung mulai meredup dan mati.
Babak II Tanggal 26 Juli.Malam hari sekitar pukul 19.00 wib. Setting di sebuah kamar.Ada dipan dan kasur kapuk yang tertata rapi.Sebuah lemari baju, kaca rias, dan beberapa tempelan poster boy band Korea yang ditempel di dinding kamar. Sebuah jam dinding, dan beberapa baju kebaya yang digantung di belakang pintu kamar dengan motif berbeda. Di panggung sudah ada seorang perempuan memakai baju tidur.Ia duduk di depan cermin sambil menyisir rambut. Lampu mulai menyoroti gadis itu dengan cahaya yang tidak terlalu terang. Ida Sebentar lagi, kamu sudah jadi milik orang.Menjadi seorang istri yang harus patuh sama suaminya.Kamu ndak perlu menangis.Bukannya ini memang sudah menjadi kodratmu?Kodrat seorang anak yang harus patuh dengan keinginan orang tua?
Kodrat seorang gadis miskin yang harus mau dinikahi lelaki yang sama sekali ndak dicintainya, demi kebahagiaan orang tuanya? Ya, kamu harus mengubur dalam-dalam dirimu untuk menjadi diri orang lain yang diinginkan mereka. Pendidikan tinggi, perhiasan, mobil, rumah mewah, duit berlimpah ruah, apa ndak cukup membahagiakanmu? Heh, Ibumu benar, kamu itu seorang gadis desa yang lahir dari keluarga miskin.Kamu harusnya itu bersyukur sudah ada bos kaya raya yang mau menikahimu.Dan sekaligus merenggut kegadisanmu dengan paksa. ( Mengelus perutnya sambil berdiri. Lampu panggung tengah mulai menyala, namun masih tak terlalu terang) Heh, mudah sekali Tuhan menciptakan makhluk-Nya, semudah hancurnya yang Ia ciptakan oleh lelaki bejat yang dengan mudah merenggut keluarga dan hidupku. ( Menangislirih dan memukul-mukul perutnya di atas kasur) Arrrgh…. ( Tangisan pilu dan tertahan) Pergi! Keluar kamu dari perutku. Aku sama sekali ndak pernah menginginkan keberadanmu. Ayo keluar. Aku membencimu… Cepat keluar! “ Tok tok tok,” suara pintu kamar di ketuk. Masuklah Gunawan memeluk putrinya yang sedang menangis. Lampu mulai menyala dengan terang. Gunawan Ya Allah Gusti, Nduk, istighfar Nduk.. Istighfar..
( masih mencoba menenangkan putrinya) Ida Pak, Ida pengen mati saja Pak. Pengen mati. Gunawan Nduk, ndak boleh bicara kayak gitu. Cuma Ida yang Bapak punya, Nduk .Ndak ada lagi. Bapak sayang sama Ida.Cuma Ida yang bisa membuat Bapak bertahan sama Ibumu bertahun-tahun ini. Ida ( Tangisannya semakin lirih) Lalu kenapa Bapak kok ndak pernah bela Ida di depan Ibu. Kenapa Bapak selalu diam saja Pak? Gunawan Maaf Nduk, maafkan Bapak. Ida ( berhenti menangis dan memandang Bapaknya) Pak, Bapak ini laki-laki. Bapak adalah kepala rumah tangga, Bapak itu harus tegas sama Ibu Pak. Ndak seperti ini. Gunawan Iya Nduk, sekali lagi Bapak minta maaf. Bapak ndak bisa menjadi laki-laki yang Ida maksud.Bapak ndak bisa.Karena ini memang salah Bapak. Ida Bapak selalu saja menyalahkan diri sendiri.Sementara ibu?
Gunawan Ibumu seperti itu karena Bapak Nduk, Bapakmu ini yang memang ndak bisa menjadi suami yang Ibumu inginkan.Yang bisa ngasih uang banyak, beliin perhiasan, beliin baju-baju bagus, rumah mewah, mobil. Dari dulu sampai kamu sebesar ini, ibumu belum pernah sama sekali dapet apa yang diinginkannya seketika. Upah bapak sebagai buruh tambak yang mengandalkan cuaca supaya panen garam berlimpah, tetap saja ndak mampu memenuhi keinginan ibumu seperti yang di dapatkan Peni atau tetangga lain dari suaminya. Ida Dan sekarang Ibu lupa daratan Pak. Dia sama sekali ndak mikir tentang kebahagiaan keluarganya. Ini belum terlambat Pak, masih ada waktu. Bilang Pak, bilang sama Ibu, kalau Bapak ndak setuju dengan pernikahan ini. Gunawan Ndak bisa, Nduk. Maafkan Bapak.. Ida Kenapa Pak? Karena perut Ida?Bapak malu dengan kehamilan Ida ini? ( sambil memegang tangan Bapaknya) Pak, kalau memang Ida harus hidup sebatang kara sampai mati karena aib ini, Ida ikhlas Pak. Ida akan membesarkan anak dalam perut Ida ini sekuat tenaga. Tapi asalkan Bapak ndak terus-terusan dihina Ibu.Dan asalkan Ida ndak hidup dengan orang bejat yang memperkosa Ida Pak. Gunawan Ndak bisa, Nduk. ( berdiri)
Pernikahanmu ini harus tetap terjadi.Karena beberapa hari yang lalu, Ibu sudah menggadaikan sertifikat tanah dan rumah di bank, untuk acara besok. Ida Ya Allah Pak… ( menangis) Gunawan Maaf Nduk, Bapak ndak bisa menahan Ibumu. Terdengar sayup-sayup suara keributan dari luar kamar. ( dialog dari luar panggung) Jumini Enak saja.Jangan mentang-mentang Bapak ini polisi ya.Bisa nggledah rumah orang sembarangan. Saya tidak mengizinkan! Petugas 1 Maaf Bu, kami sudah ditugaskan untuk memeriksa rumah Ibu. Ini surat tugasnya. Jadi mau ndak mau kami akan tetap masuk ke dalam. Dua orang petugas masuk ke kamar Ida yang disusul Jumini. Jumini Eeeh..benar-benar ndak tahu sopan santun ya kalian ini. ( menarik tubuh salah satu petugas dan menahan tubuh mereka supaya tidak masuk ke kamar) Gunawan
Ada apa sih Bu? Kok ada polisi segala. ( Menghampiri Ibu dan menarik tubuhnya) Jumini Ini Pak, ada petugas yang ndak tahu tata karma. Masuk ke rumah orang ndak permisi.Aku itu tadi baru pulang, tahu-tahu mereka sudah mau masuk kamar. Mana nanya-nanya yang namanya Susilo. Padahal udah Ibu bilang kita ndak bakalan kenal sama yang mereka maksud. Petugas 1 Iya kami mohon maaf, sudah masuk tanpa izin.Tadi kami sudah mengetuk pintu, tapi mungkin Bapak ndak mendengar. Gunawan Jadi sebenarnya apa yang Bapak sekalian ini cari di rumah saya? Jika benar Bapak mencari yang namanya Susilo seperti yang istri saya bilang, memang benar kami itu ndak kenal. Ida Susilo? ( sambil mendekat) Orangnya tinggi?Umurnya sekitar 32 tahun?Rambutnya agak keriting?Kulitnya hitam?Dan ada tahi lalat di sekitar dahi? Petugas 1 Ya benar.Kurang lebih seperti itu ciri-cirinya. Ida
( memandang Ibu dan Bapaknya dengan lekat) Susilo? Rosyid Edi Susilo? Petugas 1 Ya benar.Kami ini sedang mencari Susilo alias Rosyid yang belakangan menurut kabar sering terlihat di sekitar rumah Bapak ini. Jumini Ooo…kan tadi saya sudah bilang, kami ndak kenal!Kalian pasti salah.Susilo atau Rosyid itu pasti bukan Rosyid calon mantu saya yang bos kapal itu. Petugas 1 Benar Bu, Susilo alias Rosyid yang kami cari ya yang kalian dan warga desa ini kenal sebagai pemilik kapal nelayan itu.Kami sudah mengincarnya berbulanbulan.Karena memang dia adalah buronan. ( mengisyaratkan kepada Petugas 2 untuk menggeledah seluruh rumah) Ida Maksud Bapak? Jumini Eee..ndak mungkin ya. Anda ini kalo ngomong dijaga mulutnya.Main nuduh orang seenaknya. Anda ini mau menangkap penjahat apa mau jadi tukang fitnah? He? ( sambil melangkah maju menarik baju Petugas 1) Gunawan ( menarik tubuh Jumini dan menahannya supaya tenang)
Bu, diam dulu Bu! Ibu itu ndak perlu bela dia lagi. Jumini ( mencoba melepaskan diri dari dekapan Gunawan) Ndak Pak, aku ndak trima jika seperti ini. Mentang-mentang dia polisi. Kalau Bapak masih seperti banci dan ndak bisa mengusir polisi gadungan ini, biar Ibu saja Pak. Aggrrh… Pergi kalian, pergi dari rumahku! Gunawan ( semakin mendekap Jumini) Diam Bu, tenang! Ida Apa salahnya? ( sambil duduk di kursi rias dan menatap depan panggung dengan penuh kebencian) Petugas 1 Dua tahun lalu dia memperkosa 34 wanita di daerah Sumatera dan kemudian lari ke Jawa.Beberapa kali kami
melacaknya, namun selalu dia berhasil
kabur.Setengah tahun lalu kami hampir menangkapnya di rumah mantan istrinya di daerah Pekalongan.Namun lagi-lagi kami gagal. Ida Setengah tahun lalu?Mantan istri? Petugas 1
Iya, ternyata sekian lama pelariannya ke Jawa, ia menikah dengan seorang gadis anak pemilik kapal, tapi ketika kami ke sana ternyata mereka sudah bercerai. Jadi sebenarnya kapal-kapal yang diakui Susilo itu milik mantan istrinya yang di Pekalongan. Ida ( Terdiam dan menetes air matanya) Jumini Ndak mungkin! Ndak mungkin! Dasar tukang fitnah! Pergi dari rumah saya! Pergi.. ( menangis) Petugas 2 Lapor! Tersangka tidak ditemukan.Laporan selesai. Petugas 1 Baiklah.Terima kasih waktunya, maaf mengganggu, kami permisi dulu.Selamat malam. Pencarian pun selesai dengan hasil nihil.Lalu kedua petugas itu pergi. Jumini Ndak mungkin, ndak mungkiin… pasti polisi itu salah orang. ( masih menangis) Gunawan Bu, sudah bu. Istighfar..
Ibu harus menerima kalau calon mantu Ibu itu memang bukan lelaki baik-baik. Sudah Bu, sudah… Jumini Ndak mungkin Pak, Ibu ndak percaya.. Gunawan Bu, memang seperti ini faktanya.Rosyid itu penipu dan penjahat. Ibu harus sadar Bu.. Jumini Kenapa jadi begini Pak?Semuanya sudah Ibu korbankan, termasuk hutang di koperasi dan menggadaikan sertifikat ke bank.Semua sudah disiapkan buat pernikahan Ida besok Pak. Kita ndak punya apa-apa lagi. Apa kata orang-orang nanti.. Habis kita Pak, habis.. Gunawan Bu, sadar Bu! Selalu saja omongan orang yang Ibu perdulikan. Ida Bu, Ida. Anak kita yang sekarang menanggung dosa akibat ulah kita. Dia yang harus kita perdulikan Bu. Istighfar Bu, istighfar… ( sambil menunjuk Ida yang masih terduduk diam, memandang tajam kedepan dan menitikan air mata) Jumini Astaghfirullah… ( pingsan) Gunawan Bu, bu..sadar Bu.. Ya Allah Gusti..
( sambil memeluk istrinya) Lampu mulai meredup dan mati. Selesai.