KEPERCAYAAN MITONI Karya : Neneng Maisaroh
BABAK 1 Opening : panggung terlihat seperti sebuah desa yang kental dengan semua adat, hinggu di suatu pagi hari munculah Wisnu orang betawi yang hendak pergi menemui saudaranya Iwan di kota tegal. Sebelum menuju desanya dia berjalan – jalan kebingungan mencari rumah saudaranya.
Adegan 1 Wisnu
: Segar sekalinya rasanya di desa penuh pepohonan ini, rasanya lama kali aku gak menghirup udara segar di desa ini, aku hanya orang jakarta yang penuh dengan polusi udara di mana – mana, hmmm entahlah sudah berapa lama aku di kota orang. Sekarang aku pulang untuk mencari saudaraku yang tinggal di desa ini. Kangen kali aku, istrinya juga kebetulan sedang hamil. Aku harus bawa sesuatu nih buat si jabang bayi nanti. Tapiiii... apa yah?
Tiba – tiba wisnu kaget melihat banyak ibu – ibu hamil yang sedang menggendong buah waluh yang seukuran bayi dan di gambari seperti wajah. Ibu 1
: bu ini benar kan? Di gambar seperti ini terus di gimanain lagi?
Ibu 2
: ini lo bu, kita harus lakukan tradisi ini, agar bayi kita slamat. Pertama – tama kita bawa buah waluh yang sudah kering lalu lubangin sedikit untuk di masukkan koin terus abis itu kita gendong ke mana aja sampe rumah kita,
Ibu 3
: iyah, terus nanti kita masukin tuh koin ke lubang buah ini, anggap saja kita lagi mengasuh anak kita dan menyuapi makanan ke anak kita.
Ibu 1
: oh seperti itu yah bu, ya sudah, ini sudah siap. Yuk kita jalan kerumah.
Ibu – ibu itu pun pergi, dan tak lama mereka sampai ke salah satu rumah dan disitu sudah ada suami – suaminya, dan tradisi pun kembali di lakukan salah satu dari ibu itu menjatuhkan buah itu lewat dalam sarung dan sang suami sudah siap untuk menangkapnya. Ibu 1
: ayok pak, nanti di tangkap yah jangan sampe pecah nanti anak kita gak selamat.
Bapak 1
: iya bu, ayo lekas lakukan semua, aku sudah menunggu ini tangannya di bawah.
Semua pun melakukan bersama – sama hingga akhirnya semuanya bisa menangkap buah waluh itu yang seperti labu berisi koin banyak. Bapak 2
: alhamdulillah bu, bapak bisa menangkapnya.
Ibu 2
: iya pak, bissmillah semoga anak kita bisa slamat nanti dalam persalinan.
Kemudian mereka semua keluar panggung dengan muka senang dan pergi kerumah masing masing. Wisnu yang dari tadi hanya bengong melihat semua itu tersadar, dan dia kembali keluar dari tempat sembunyinya saat semuanya pergi. Wisnu
: itu tadi apa yah? Apakah ada tradisi seperti itu? Apa itu namanya, aku penasaran, tentang kehamilan saja suami istri sampe seperti itu, melakukan hal yang tidak masuk akal. Hahahaha,, rasanya aneh juga melihatnya, layaknya orang bodoh yang mau ngelakukan hal yang dianggapnya baik. Semoga saja mereka tadi melakukan itu bukan karena niat untuk keselamat saja. Tetapi mereka tetap memohon doa kepada allah yang menciptakan semua manusia ini. Haduuuh,, ada – ada saja.
Wisnu tiba – tiba ingat sesuatu dan bergegas pergi meninggalkan tempat itu.Suasana panggung berubah menjadi hening.
Adegan 2 Hari pun berlalu hingga di suatu malam hari, terdengar suara orang mengaji dengan merdu dan kemudian di susul banyak orang yang datang dengan menggunakan peci dan sarung. Pak lebe
: assalamualaikum semuanya, monggoh duduk semua nggih?
Semua
: iya pak,
Semua para bapak – bapak pun duduk melingkar dan hendak melakukan slametan. Di ikuti seorang perempuan hamil yang duduk berpakaian layaknya putri yang hendak bertemu sang pangeran. Pak lebe
: monggoh, mba yati, duduk dulu di sini, acaranya nanti akan kita mulai kalo mba yati sudah di sini.
Yati
: iya pak, monggoh di mulai pak.
Pak lebe
: baiklah untuk acara tujuh bulanan mba yati, kita mulai, sebelumnya saya sebagai pak lebe di sini mau membuka acara tujuh bulanan pada hari ini, dengan bacaan hamdalah, berdoa di mulai.
Semua
: bismillahirrohmanirrohim..
Pak lebe
: sebelum kita melakukan doa untuk tujuh bulanan ini, perkenankanlah saya untuk memberikan sedikit pengarahan dan juga ilmu untuk bapak – bapak semua, tentang apa sebenarnya tujuan dari acara tujuh bulanan ini, untuk pertama – tama saya awali assalamualaikum wr. Wb.
Semua
: waalaikumsalam wr. Wb.
Pak lebe
: langsung saja saya akan ngasih pengarahan tentang tujuan di lakukan tujuh bulanan ini, nah bapak – bapak ibu – ibu semua yang hadir di sini, tujuan dilakukan tujuh bulanan itu untuk membuat jabang bayi yang ada di dalam perut mba yati agar tetap dalam keadaan baik dan juga di berkati oleh umat manusia di dunia maupun di akhirat. Untuk lebih jelasnya dalam al qur’an tertulis bahwa dalam masa kehamilan antara 3 atau 4 itu adalah di tiupnya roh
sang jabang bayi ke dalam perut. Dan dalam umur kehamilan yang ke 7 adalah saat dimana bulan di tentukannya nasib sang bayi oleh Allah S.W.T di kemudian hari, jadi untuk lebih jelasnya ritual tujuh bulanan ini adalah bertujuan memohon kepada allah s.w.t agar bayi selamat dan juga mendapatkan nasib baik. Saya kira cukup sekian penjelasan dari saya selebihnya nanti kita lakukan bersama. Wassalamualaikum wr. Wb. Pak hasan
: makasih pak lebe, selanjutnya gimana pak?
Pak lebe
: selanjutnya mari kita membaca al – fatihah bersama di lanjutkan dengan ritual pemandian. Mari kita bersama – sama kita lanjut membaca , al- fatihah...
Kemudian semua para orang yang datang kesitu pun membaca al – atihah bersama, acara pun di mulai dengan sangat hikmat, dan semua membaca doa keselamatan dunia dan akhirat dan juga mengamini doa pak lebe. Pak lebe
: monggoh mba yati duduk di sana, (menunjuk kursi)
yati
: iyah pak,
Kemudian ritual pun dilanjutkan dengan penyiraman, pak lebe mengambil segayung, yang berisi air dan bunga 7 rupa. Dan di siramnya ke kepala mba yati yang sedang hamil dengan membaca sebuah kalimat mantra. Pak lebe
: pun ampun ka sang rumuhun mit sakur nu aya punten ka juraganana. (siraman pertama)
Pak lebe
: astagfirullahhalladhim baju numpang hudang rasa nu bakal jad cahaya bakal manusia. (siraman kedua)
Pak lebe
: manusia nu bade lahir aya dina panitisan . nitis dina gaib heula sememeh nitis ka rama. (siraman ketiga)
Pak lebe
: nelah kasebat datullah ngaliah nitis ka sang rama salin ngancik salin asma nur lenggang putih kancana. (siraman keempat)
Pak lebe
: monggoh selanjutnya boleh ibu mba yati yang memandikannya, baca bismillah yah bu.
Ibu yati
: iyah pak, (kemudian ibu yati membasuk kepala yati dan menyiraminya dengan mebaca bismillah)
Pak lebe
: monggoh selanjtnya bapaknya?
Bapak yati
: (mengangguk) bismillahirrohmanirrohim.. (menyirami kepala yati pula)
Pak lebe
: kemudian buat pak hasan sebagi suami, monggoh..
Hasan
: iya pak.
Setelah semuanya dilakukan, yati yang habis di mandikan pun di bawa ke dalam rumah dan membersihkannya dan berganti pakaian. Kemudian tidak lama hasan membawa sebuah nasi tumpeng dan pak lebe membacakan doa tujuh bulanan. Hasan
: monggoh pak, ( sambil membagi – bagikan nasi tumpeng kepada semua warga yang menginginkannya )
Pak lebe
: monggoh – monggoh, bagi ibu – ibu yang mau minta rujaknya monggoh monggoh.. di ambil saja.
Tidak lama semua makanan habis dan semua warga pulang dan juga pak lebe pamit kepada hasan. Hasan
: makasih pak buat semuanya, ini mohon di terima (menyelipkan amplop kepada pak lebe di balik jabat tangannya)
Pak lebe
: iyah, makasih, yuk mari , bapak pulang dulu yah? Salam buat semuanya. Bapak pamit dulu. Assalamualaikum.
Hasan
: (Mengangguk) waalaikumsalam.
Pak lebe pun pulang kerumhnya dan juga hasan kembali masuk ke dalam rumhanya. Suasana panggung berubah menjadi sunyi kembali.
Adegan 3 Suara jangkrik mengiringi malam yang gelap, lampu mulai redup dan suara ayam berkokok ria dilanjut suara kicauan burung dan lampu pun mulai terang menandakan hari semakin pagi dan siang. Hingga di suatu ketika datang seorang wanita yang hamil dengan begitu senangnya tidak sengaja jatuh dan terpeleset. Intan
: senangnya hari ini, pasti mas iwan senang dengan kehamilanku yang semakin besar ini, mas.. mas iwan... (memangil dan berlari.)
Intan memanggil suaminya tanpa berfikir bahwa jalan yang dia tempuh itu licin, dan akhirnya intan jatuh terpeleset dan keserimbet sama kakinya sendiri. Hingga pada akhirnya. Muncul darah dari roknya, dan dia histeris ketakutan. Intan
: hah? Darah?... aaaaa sakiit, tolong..
Tak lama intan menjerit kesakitan muncullah iwan sang suami dan kebingungan harus berbuat apa. Iwan
: Istriku kau kenapa? Ya allah ini darah banyak banget.
Intan
: Skit mas sakiit...
Iwan
: iya istriku, mas bingung ini harus gimanah?
Yati terus saja meronta kesakitan, tiba – tiba muncullah wisnu melihat kejadian tersebut dan langsung menolongnya. Wisnu
: duuuh ini ada apa? Mba yati kenapa?
Iwan
: kamu ini orang mba mu lagi sakit gini malah ditanyain kaya gitu.
Wisnu
: oh ya aku tau mas, tapi kan istri mas itu kenapa bisa jadi begini.
Iwan
: mas gak tau.
Wisnu
: lah kenapa malah di biarin harusnya kan ke dokter.
Yati
: aduuuh kalian ini, malah ribut, ini sakit banget...
Wisnu
: iya mba iya,
Yati
: aduuuuuuuh...
iwan
: de biar saya saja yang bawa kedokter, mas panggil ibu saja.
Wisnu
: oke oke
Wisnu langsung pergi meninggalkan tempat tersebut dan tak lama iwan pun menuntun yati ke dokter. Suasana panggung berubah menjadi gersang panas, seperti mengikuti keadaan tersebut. Wisnu
: disini bu disini..
Ibu intan
: dimana wisnu kakamu. (muka ketakutan dan cemas)
Wisnu
: loh ko udah gak ada bu?
Ibu intan
: lah kamu gimana sih wisnu ngasih informasi tuh yang bener! Dimana sekarang kakamu ( sambil mengretak wisnu)
Wisnu
: iya bu tadi disini, ya udah aku nanti hubungi iwan.
Ibu intan
: sekarang!
Wisnu
: i.. iya bu.
Wisnu mengeluarkan hpnya dan menghubungi iwan. Wisnu
: mas iwan, dimana mba yati? Oh, gitu iya , iya aku kesitu sama ibu sekarang.
Ibu intan
: gimanah? Gimanah?
Wisnu
: eee mba yati udah di rumah sakit bu, di rumah sakit kardinah dekat desa ini ko bu, tapi..
Ibu
: oh ya sudah ayo kita lekas kesana,
Wisnu
: tapi,
ibu
: aah sudahlah wisnu, sekarang gak ada waktu buat bicara lagi.
Wisnu
: iya sudah bu.
Ibu dan wisnu segera ke rumah sakit, akan tetapi terlihat di wajah wisnu penuh dengan kebingungan karena untuk menjelaskan kepada ibunya, sedangkan ibunya tidak memperdulikan kata “ tapi “ dari wisnu, dan segera pergi menyeret wisnu untu mengantarnya ke rumah sakit kardinah, sesampainya di sana ibunya sedih melihat sang istri yang menangis tak henti – henti dan ternyata ada kabar yang sangat mengejutkan yaitu istrinya keguguran, wisnu yang sejak tadi ingin menjelaskannya pun ikut sedih. Tidak lama kemudian hari mulai gelap mba yati pun pulang bersama suami dan juga adik, dan ibunya. Terlihat yati yang terus saja menangis. Iwan
: mah, sudahlah jangan menangis terus. (mengusap pundak istrinya)
ibu intan
: iya nak, sudah jangan tangisi terus,
Yati terus saja menangis, tak memperdulikan suami dan ibunya berkata apa, iwan pun terus mengantar istrinya untuk masuk kedalam rumah. Diikuti iwan dan wisnu, dan mereka berdua tidak masuk tetapi duduk di depan rumah. Wisnu
: yang sabar yah mas.
Iwan
: iyah de.
Wisnu
: kenapa bisa sampe seperti itu sih mas?
Iwan
: entahlah de, mungkin karena aku melarang yati untuk melakukan tradisi dalam kehamilannya yang ke 7 bulan.
Wisnu
: hah maksudnya mas?
(Iwan hanya terdiam) Wisnu
: Mba yati itu gak ngelakuin yang sering desa kita lakukan mas.
Iwan
: iya de, karna mas larang hal itu?
Wisnu
: emang tradisi apa mas yang sering dilakukan?
Iwan
: ya tradisi mohon kesalamatan buat si jabang bayi?
Wisnu
: apa mungkin yang waktu kemarin aku liat itu suatu
ritual tradisi yah?,Ap itu benar? Apa mas gak percaya? Iwan
: mas sih sebenarya masih ragu dengan hal seperti itu de?. Tapi ya namanya juga tradisi, ya kita mau gak mau harus lakuin itu. Buktinya sekarang yang aku lakuin salah melarang dan malahan kejadiannya begini.
Wisnu
: wisnu malah gak percaya mas dengan hal seperti itu.
Iwan
: loh kenapa gak?
Wisnu
: ya menurutku sih untuk apa percaya sama hal seperti itu. Toh nanti juga bayinya slamet.
Iwan
: tapi sekrang nyatanya mbamu ajah yang gak ngelakuin itu malahan jadi keguguran gitu.
Wisnu
: hmmm.. mas mas, sudahlah jangan berfikir seperti itu, mungkin saja ini cobaan dari Allah s.w.t untuk keluarga mas.
Iwan
: iyah yah nu, hmmm...
Wisnu
: masuk yuk mas,, rasanya badan ini pegal semua.
Iwan
: oh iya kamu kan baru pulang dari jakarta. Maaf malah mas jadi curhat gini.
Wisnu
: tak apa mas, yuk masuk. (Iwan dan wisnu masuk kedalam rumah.)
Adegan 4 Hari pun berlalu tetapi Intan tetap saja menangisi perutnya yang keguguran. Hingga suatu hari. Intan
: tuhan,,, kenapa kau ambil anakku. Kenapa??? (menangis) kenapa hal ini terjadi padaku. Hmmm (sambil melamun)
Tiba tiba ibunya muncul dan menenangkan anaknya.
Ibu intan
: nak,, sudahlah nak, jangan seperti ini.
Intan
: kenapa? Kenapa?? (muka setres)
Ibu intan
: nak, sadar nak, istigfar. Ya allah (ikut menangis)
Intan
: hummm.. hah?? Ini bayiku... (melihat ada buah waluh dan mengambilnya)
Intan
: anakku, ini ibu, maaf ya nak, ibu gak liat kamu. (sambil menimang)
Ibu intan
: astagfirullahhallaziim.. ya allah intan.. sadar nak,
Intan
: ibu, bu liat ini anak aku bu, cantik kan bu?
Ibu intan hanya bisa menangis melihat keadaan anaknya yang stres kehilangan anaknya yang berada di kandungan. Intan
: ibu kenapa? Ibu pasti bahagia.
Ibu intan
: (mengangguk) iyah nak, sudah yah, kita masuk . itu taruh di situ saja.
Intan
: iih ibu, masa anak aku di taruh di tempat sampah. Gak bu.
Ibu intan langsung merebut buah waluh itu dan langsung melemparnya. Intan yang melihatnya meronta dan menangis ingin mengambilnya lagi. Intam
: ibu.... jangan!
Ibu intan
: sudah nak, ayok masuk. Itu bukan anakmu sayang, (menangis dan membawa intan masuk kedalam rumah).
Intan
: anakku,, anakku... (menangis)
Tiba – tiba iwan sang suami bangun dari tidurnya karena mendengar suara istrinya yang menjerit keras. Iwan
: intan....
Intan
: siapa kamu!
Iwan
: aku suamimu, bu kenapa intan jadi begini bu?
Ibu intan
: entahlah nak. Kita bawa masuk saja yah.
Iwan
: iya bu,
Ketika iwan hendak menuntun istrinya, tiba – tiba memberontak tak ingin dekat dengan suaminya. Intan
: pergi kau! Jangan kau dekati aku!
Iwan
: sayang, kenapa ?
Intan
: ini semua gara – gara kamu!
Iwan
: salah aku apa?
Intan
: karna kamu melarang aku melakukan tradisi itu, makanya sekarang anakku mati.
Ibu intan
: intan, jangan berkata seperti itu nak,
Intan
: kenapa bu, kenapa tidak boleh. Apakah kepercayaan ibu sudah tergoyahkan Cuma gara – gara orang ini yang tak peraya dengan tradisi kita!
Ibu intan
: intan !
Intan
: dan kau! Sekarang tau kan kalo kita tidak melakukan itu sekrang anak kita pergi!
Iwan
: bu.. bukan begitu sayang.
Intan
: diam kau! Apa perlu aku jelasin semua tradisi yang harus dilakukan agar kau mengerti!
(Iwan hanya terdiam) Ibu intan
: hentikan nak! Jangan kau mengucapkan itu pada suamimu!
Intan
: kenapa bu? Apa bodoh kita melakukan hal yang seharusnya dilakukan oleh semua nenek moyang kita!
Ibu intan
: tidak nak..
Intan
: sudahlah bu, jangan lagi menyuruhku untuk patuh dengan suami macam dia!
Ibu intan
: (menampar intan) jaga omonganmu! Ibu gak pernah ngajarin kamu untuk kasar sama suamimu!
Intan kemudian terdiam dan dia lari kedalam rumah. Ibu intan
: nak.. (mengelus pundak iwan )
Iwan
: iyah bu.
Ibu intan
: sudahlah nak, jangan difikirin,
Iwan
: tapi bu,
Ibu intan
: mungkin saja dia melakukan itu karna kejiwaanya lagi terganggu nak, kamu yang sabar yah.
Iwan
: tapi memang semua ucapan intan itu benar bu, aku suami yang tak berguna. Hanya bisa melarang tapi tidak bisa berbuat apa – apa setelah kejadian ini.
Ibu intan
: tidak nak, semua ini hanya tentang kepercayaan saja terhadap hal itu. Nyatanya banyak juga ko yang gak melakukan hal itu tapi mereka banyak yang selamat janinnya.
Iwan
: tapi bu
Ibu intan
: sudahlah nak, ini hanya musibah saja, yang dilakukan intan yang kurang hati hati dalam berjalan.
Iwan
: memangnya intan kenapa bisa jadi begini sih bu, aku saja belum tau karna apa.
Ibu intan
: semalem intan bilang ke ibu, ini semua karna dia terlalu gembira dengan hasil tes kesehatan kehamilan, dan dia lari menuju rumah untuk ngasih tau kamu. Tapi dia malah terjatuh karna keserimbet rok panjangnya.
Iwan
: jadi ini karna kecerebohan dia.
Ibu intan
: iyah nak, tapi jangan kau marahin dia yah?
Iwan
: ya tidak lah bu, mana mungkin aku memarahi istri
yang menurut apa kata suami. Ibu intan
: (tersenyum) alhamdulillah kalo begitu, ya sudah kamu masuk gih, ajak bicara istrimu mungkin dia butuh pelukanmu. Biar tenang menerima semua ini.
Iwan
: iyah bu.
Ibu intan
: ibu juga mau pamit pulang kerumah ibu yah, tolong jaga intan.
Iwan
: iyah bu,
Ibu intan
: oh ya wisnu manah?
Iwan
: di dalam bu. Kayanya tadi dia tidur.
Ibu intan
: aduh, itu anak, malah tidur. Wisnu.....wisnu.... (memangil)
Terdengar dari dalam rumah wisnu menjawab. Wisnu
: iya bu..
Ibu intan
: ayok pulang! Wisnu... wisnu..... (memanggil lagi) itu anak di panggil nyaut tapi di panggil lagi malah gak ada suaranya.
Ibu intan
: wisnu.. ayok nak pulang.
Iwan
: bu,, sudahlah bu, mungkin wisnu tidur lagi.
Ibu intan
: iya memang itu anak dasar gak tau malu.
Iwan
: ya sudah bu, wisnu biar bermalam di sini saja bu,
Ibu intan
: tapi nak,
Iwan
: gak papa bu, lagian kasian dia kan abis pulang dari jakarta.
Ibu intan
: eem.. ya sudah nak, titip wisnu juga yah, kalo dia nakal bilang aja sama ibu.
Iwan
: iyah bu.
Ibu intan
: ibu pamit dulu. Wassalamualaiku.
Iwan
: waalaikumsalam.
Ibu intan pun meninggalkan rumah tersebut, dan iwan masuk ke dalam rumah. Beberapa jam kemudian wisnu terbangun dan langsung keluar kedalam rumah. Wisnu
: hoaaaam... (menguap) enak banget tidur disini, tadi itu apa yah yang manggil – manggil aku, kaya mak lampir bikin kaget hahahah.. eeeeh itu apa? Ko ada orang hamil pake begituan. (melihat dari jauh)
Terlihat seorang suami yang menunggu istrinya, dan wisnu mendekati seorang suami itu. Wisnu
: pak? Sedang apa?
Bapak 1
: ouh ini saya sedang melihat istriku melakuakn tradisi tebus weteng atau metoni nak.
Wisnu
: apa itu pak?
Bapak 1
: tradisi yang dilakukan orang tegal atau orang jawa untuk memperingati hari 7 bulan umur kehamilan istriku. Nah itu liat.
Terlihat seorang perempuan yaitu istrinya bapak 1 berjalan mejajakan atau menjual makanan rujak yang di bungkus dalam mika kecil. Dan menghampiri wisnu. Ibu 1
: ini mas rujaknya monggoh di beli?
Wisnu
: kenapa harus ibu yang menjual rujaknya? Padahal kan ada suami ibu, dan ibu kan sedang hamil ko ibu mau?
Ibu 1
: mau gimana lagi nak, ini kan sebagian dari ritual adat jawa di desa kami tegal.
Wisnu
: memangnya tradisi apa bu?
Ibu 1
: gini nak, kata orang tegal kalo misal ada orang yang hamil harus melakukan tradisi tebus weteng atau Mitoni.
Wisnu
: emang itu apa bu?
Bapak 1
: mitoni atau tebus weteng itu seperti tradisi jawa yang biar bertujuan untuk keselamatan si jabang bayi nak,
Wisnu
: terus kalo gak melakukan itu?
Bapak 1
: kalo gak melakukan itu ya gak tau, tanya saja sama pak lebe dia lebih tau semuanya, bapak sama ibu pamit dulu yah mau jualan lagi.
Wisnu
: Eh pak bu, tunggu dulu saya belum jelas ini,
Tiba – tiba pak lebe datang. Bapak 1
: nah, itu ada pak lebe tanyakan saja padanya nak. Kami pamit.
Bapak 1 dan ibu 1 pun pergi meninggalkan tempat itu. Pak lebe
: assalamualaikum..
Wisnu
: waalaikumsalam.
Pak lebe
: nak wisnu yah?
Wisnu
: iya pak, ko tau?
Pak lebe
: karna ibumu yang sering cerita pada bapak.
Wisnu
: emang ibu cerita apa pak?
Pak lebe
: cerita tentang kamu yang gak percaya tradisi tebus weteng atau mitoni.
Wisnu
: aduuh si ibu mah suka gitu pake bilang bilang lagi ( bergumam sendiri)
Pak lebe
: hey nak, kenapa?
Wisnu
: eeee.. gak papa ko pak,
Pak lebe
: lantas kenapa mukamu takut gitu nak?
Wisnu
: masa sih pak?
Pak lebe
: iya, oh ya mbamu mana?
Wisnu
: eee.. di dalam pak,
Pak lebe
: minta tolong panggilkan boleh?
Wisnu
: boleh pak boleh, aku panggil dulu yah pak.
Pak lebe
: Iya ( tersenyum).
Wisnu pun memanggil mbanya ke dalam rumah, di dalam terdengar wisnu memanggil mbanya. Wisnu
: mba..... mba intan.. ada pak lebe datang mba,,, mbaaa mas iwan.
Intan
: iya de, mba nanti keluar.
Terlihat intan pucat di tuntun sang suami iwan keluar. Dan wisnu pun mengikutinya. Intan
: pak lebe?
Pak lebe
: (membalikkan badan ) eeh nak intan, gimana kabarnya?
Intan
: alhamdulillah baik pak.
Pak lebe
: iwan gimana sehat?
Iwan
: sehat pak, bapak ini ada apa kesini, maaf pak iwan jarang kerumah bapak.
Wisnu tiba – tiba kaget dan langsung ikut ngomong. Wisnu
: apa??? Bapak? Jadi?
Iwan
: iya de, pak lebe itu bapakku, dia yang slalu memandu kalo ada acara tebus weteng atau mitoni.
Wisnu
: looh ko kenapa malah mas iwan gak kaya bapaknya yang percaya sama hal seperti itu.
Intan
: wisnu.. udah sih, jadi cowo itu yang cool bukannya malah bawel gitu.
Wisnu
: hiiih mba mah.. wisnu kan pengin tau.
Intan
: kepo deh.
Semua pun menertawakan wisnu yang sedang kebingungan itu. Intan
: oh ya pak, intan ambilkan minum dulu yah pak.
Pak lebe
: iya nak,
Iwan
: tapi, kamu kan masih lemas mah?
Intan
: mamah gak lemes ko pak, mamah ambil dulu yah?
Iwan
: ya sudah hati hati.
Intan hanya mengangguk dan pergi meninggalkan mereka di luar rumah. Iwan
: wisnu.. dari pada kamu diem ambilin mas karpet gih, buat duduk disini.
Wisnu
: iya mas.
Adegan 5 Wisnu pun masuk kedalam dan keluar membawa karpet lantai. Dan memasangnya di lantai. Dan semuanya duduk disitu sambil berbincang. Wisnu
: jadi gimana itu pak?
Pak lebe
: gimana apanya wisnu?
Iwan
: iyah, kamu ini mau tanya apa mau bikin bingung sih?
Wisnu
: hehehe.. iya iya, maksudnya itu, sebenarnya itu mitoni itu apa?
Pak lebe
: ooh mitoni?
Wisnu
: iya pak. Apa itu? Wisnu bingung pengin tau lebih dalam soal adat tegal.
Pak lebe
: mitoni itu sebenarnya ya kaya minta diberi keselamatan sama Allah buat sang janin yang ada di perut sang ibu.
Iwan
: iya nu, itu ya sama aja kaya orang berdoa sama Allah.
Wisnu
: alaah diem luh mas, kemarin aja bilangnya gak percaya ko sekarang malah jadi ikut – ikutan.
Iwan
: loh kan emang mas tau, Cuma itu kan tergantung kepercayaan masing masing de,
Pak lebe
: iya wisnu, mas iwan ini benar, bukan berarti bapaknya seseorang yang melakukan ritual itu anaknya juga harus kaya bapak. Itu salah besar. Justru dengan perbedaan itu bisa saling mengerti satu sama lain. Dan jangan salah. Ibunya iwan juga dulu sama kaya dia suka menentang kalo bapaknya sedang memulai ritual kaya gitu. Katane syirik gitu.
Tiba – tiba intan keluar. Dan membawa minuman. Intan
: seru banget ngobrolnya?
Iwan
: eh mamah,
Pak lebe
: nak, gini mumpung kalian sudah pada kumpul bapak ini gak mau Cuma gara – gara antara kepercayaan sama mitoni itu bisa jadi buat ribut gini, duduk nak.
Intan
: iya pak, maaf toh pak kalo aku salah.
Pak lebe
: gini yah, terutama nak wisnu yang gak percaya karena baru melihat. Sebenarnya acara tradisi mitoni itu tradisi tegal. Yang sering di sebut itu tebus weteng. dan tebus weteng itu, tebus yang artinya menebus dengan berdoa. Dan weteng itu kan perut, ya jdi tebus weteng itu juga tradisi tegal untuk meohon keselamatan kepada Allah s.w.t untuk si jabang bayi yang ada di dalam perut. Makanya iwan bapak sering kasih tau kamu buat nglakuin itu, walaupun kamu tidak percaya tidak papa, tapi setidaknya manut sama omongan orang tua. dan yang sering di desa ini lakukan wisnu itu bukan hal bodoh melainkan usaha untuk keselamatan anaknya kelak.
Wisnu
: ooh tapi kenapa beda beda yah pak? Acara ritual
mitoni itu? Pak lebe
: itu karna kembali lagi. Kepercayaan orang masing masing.
Iwan
: iya pak, iwan juga gak ada maksud buat bikin orang gak percaya sama bapak, dulu yang aku masih kecil sebenarnya hanya pikiran aku saja yang masih kekanakan makanya, banyaknya iwan percaya saja omongan ibu, padahal ibu dulu juga katanya melakukan itu kan pak?
Pak lebe
: iya nak.
Wisnu
: kalo gitu, brarti yang orang lain sering lakukan itu benar semua?
Pak lebe
: insyaallah asalkan niatnya untuk meminta kepada Allah.
Intan
: iya pak, intan juga salah terlalu memaksakan kehendak intan pada mas iwan.
Suasana berubah menjadi mendung dan terdengar suara petir. Pak lebe yang mendengar hal seperti itu pn bergegas utuk pulang kerumah. Pak lebe
: owalah nak, itu suara petir besar pisan. Bapak pulang dulu yah?
Intan
: oh iya pak, kayanya juga mau ujan besar.
Pak lebe
: ya sudah bapak pamit yah. Wassalamualikum.
Mereka semua menjawab salam pak lebe bersama – sama. Kemudian intan, wisnu dan juga iwan membereskan tempat itu, dan intan membawa bekas minumannya kedalam. Iwan pun gak langsung masuk tetapi malah duduk sendiri di depan rumahnya. Iwan
: hmmm.. benar juga omongan bapak. Kepercayaan itu tergantung orangnya. Tapi berkat bapak dan para sesepuh di desa ini, maka semuanya percaya. Selagi kita percaya itu
benar insyaallah benar. Ya tuhan.. tolong berikan hamba selalu pedoman yang benar. Intan tiba – tiba keluar dari luar rumah dan menghampiri suaminya. Intan
: papah?
Iwan
: eh mamah..
Tiba – tiba intan bersujud dan menangis di lututnya. Iwan
: eh mamah, ada apa? (mencoba membangunkan istrinya)
Intan
: mamah minta maaf pah ? (menangis)
Iwan
: untuk apa mah?
Intan
: untuk yang tadi pagi, udah bentak – bentak papah dan pake nyalahin papah soal kehamilan yang gugur itu.
Iwan
: sudahlah sayang, papah gak papa ko, papah tau kalo mamah pasti lagi kacau fikirannya makanya mamah seperti itu.
Intan
: maafin mamah yah pah?
Iwan
: iyah mah, papah maafin. Dan papah juga janji akan melakukan apa yang menurut kepercayaanmu itu benar.
Intan
: benarkah?
Iwan
: iya sayang
Mereka pun saling memeluk satu sama lain dan masuk kedalam rumah. Hingga beberapa tahun kemudian, intan pun hamil kembali. Dan melakukan ritual mitoni khas daerah tegal yaitu berpura – pura menjual rujak kepada para undangan yang datang dan semua orang pun membelinya seharga 5000, intan mengitari semua tamu udangan dan menjajakan semua. Terlihat intan yang sedang menjual rujak. Intan
: monggoh pak , bu di beli rujaknya.
Ibu 2
: Iya nk, semoga anaknya selamat yah?
Iwan
: giman ibu – ibu bapak bapak. Rasanya?
Warga
: manis nak,
Pak lebe
: alhamdulillah.. insyaallah anakmu perempuan nak intan.
Intan
: aamiin ya allah. Makasih pak.
Intan kemudian menghampiri suaminya. Intan
: makasih mas sudah percaya sama mitoni.
Intan memeluk suaminya dan semua para warga menyaksikannya dan saling tepuk tangan.
SEKIAN.