Lulusan UNAIR Harus Memiliki Softskill Bagus UNAIR NEWS – Universitas Airlangga kerapkali menjadi langganan tempat berkunjung pelajar dan guru pendamping dari sekolah menengah atas. Tujuannya, untuk mendapatkan informasi tentang kehidupan dan penerimaan mahasiswa baru, khususnya di UNAIR. Pada Selasa (27/9), sebanyak 223 pelajar siswa kelas XII Madrasah Aliyah Unggulan Amanatul Ummah, Mojokerto, dan 20 guru mengunjungi UNAIR. Rombongan Amanatul Ummah diterima di Aula Garuda Mukti, Kantor Manajemen UNAIR. Menurut Mujiono, kunjungannya ke UNAIR didasari tujuan untuk menggali informasi tentang salah satu kampus favorit di Indonesia. “Terima kasih karena kami sudah diizinkan datang kemari. Saya sangat senang atas sambutan yang luar biasa dari pihak UNAIR. Kunjungan ini diadakan agar para siswa lebih mengenal UNAIR, dan mengikuti jejak kakak kelasnya yang sudah diterima di UNAIR. Jadi, ya, mereka senang ketika kunjungan ini diumumkan,” tutur Mujiono. Dalam kunjungan itu, Sekretaris Pusat Informasi dan Humas UNAIR Dr. Eduardus Bimo, drh., M.Kes, memberi pengantar mengenai informasi tentang UNAIR, mulai dari sejarah, letak kampus, fakultas, asrama, dan lain-lain. Selain fasilitas, Bimo juga menjelaskan tentang unit kegiatan mahasiswa. Bimo juga menegaskan, lulusan UNAIR harus memiliki kemampuan nonteknis. “Lulusan UNAIR harus berbeda dengan lulusan lainnya. Oleh karena itu, di UNAIR ini mahasiswa harus memiliki softskill (kemampuan non-teknis). Nah, softskill itu dapat dikumpulkan mahasiswa dalam bentuk poin satuan kredit prestasi (SKP). Kalau mahasiswa S-1 harus mengumpulkan sebanyak seratus poin, dan diploma itu 75 poin. Jadi, mahasiswa UNAIR ketika lulus
akan menerima dua transkip, satu dari hasil softskill dan satu lagi dari hasil indeks prestasi kumulatif,” ungkap Bimo. Selain Bimo, materi juga disampaikan oleh perwakilan Pusat Penerimanaan Mahasiswa Baru Imam Siswanto. Imam menjelaskan tentang jalur masuk UNAIR, kuota, proses seleksi hingga biaya pendidikan. “Kuliah di UNAIR itu tidak mahal, tergantung gaji orang tua. Ada kok yang bayar cuma Rp 500ribu tiap semesternya, jadi per bulan kurang lebih Rp 90ribu. Ada juga yang jutaan. Semua bergantung penghasilan orang tua ya,” kata Imam. (*) Penulis: Pradita Desyanti Editor: Defrina Sukma S
Peduli Kesehatan Ibu Hamil, FKG UNAIR Adakan Pemeriksaan Gigi dan Mulut UNAIR NEWS – Dalam rangka menjalankan salah satu fungsi dari Tri Dharma Perguruan Tinggi, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga (FKG UNAIR) menggelar acara Pengabdian Masyarakat di salah satu rumah Kader Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) daerah Kali Rungkut Jalan Kedungasem No. 32 Kali, pada Rabu, (14/9). Kegiatan ini melibatan lima orang mahasiswa UNAIR, lima orang mahasiswa dari Universitas Hiroshima Jepang, Departemen Ilmu Kesehatan Gigi Masyarakat (IKGM), tiga orang dokter gigi dan mulut, satu dosen pembimbing, serta 15 orang ibu hamil yang berasal dari tiga Rukun Tetangga (RT) dari Kelurahan Kedungasem.
Kebersihan gigi dan mulut seringkali di pandang sebelah mata oleh sebagian masyarakat. Masih banyak yang belum memahami tentang resiko mengabaikan kebersihan gigi dan mulut, terutama untuk ibu hamil. Salah satu Dokter pada Program Pendidikan Dokter Gigi Spesialis (PPDGS) Periodensia UNAIR mengatakan bahwa kebersihan gigi dan mulut bagi ibu hamil sangatlah penting bagi tubuh. “Kalau tidak di pelihara dengan baik, maka kelahiran bayi akan rendah dan prematur. Sebelum memilih program hamil, sebenarnya mereka harus check up terlebih dahulu terkait kesehatannya secara keseluruhan, tidak terkecuali kesehatan gigi dan mulut,” kata Made Deby Artika, drg. MM. Saat pemeriksaan itu, ia mengungkapkan bahwa pemeriksaan dental bagi ibu hamil itu normalnya bisa di lakukan selama 6 bulan sekali, kecuali jika terjadi pembengkakan gusi. “Kegiatan maintenance paling tidak dilakukan dua sampai tiga minggu sekali, hal tersebut terjadi karena produksi hormon yang tidak stabil,” terangnya. Berdasarkan hasil pemeriksaan yang ia lakukan, data yang ia peroleh bersifat fluktuatif. Nyatanya, beberapa dari 15 ibu hamil yang diperiksa, masih memiliki kesadaran yang rendah terhadap maintenance gigi. “Kata dokternya tadi, gigi saya kurang bersih. Biasanya kalau tidak hamil itu saya rajin sikat gigi dan periksa, tapi sekarang jadi sering males. Tapi setelah ikut kegiatan pemeriksaan dan penyuluhan ini, saya akan lebih rajin lagi membersihkan gigi, dan kami berharap kegiatan seperti ini ada keberlanjutannya,” jelas Nur Laila, salah satu warga Kedungasem.(*) Penulis : Disih Sugianti Editor : Dilan Salsabila
Terbantu Pengemudi Ojek, Nadia Jadi Lulusan Terbaik S2 FKp UNAIR NEWS – Keterbatasan dalam sarana transportasi dan tidak memiliki SIM (Surat Ijin Mengemudi) bukan menjadi kendala bagi Nadia Rohmatul Laili, M.Kep untuk menyelesaikan studinya di program Magister (S-2) Fakultas Keperawatan (FKp) Universitas Airlangga. Malah, pada wisuda September 2016 ini, ia terpilih sebagai wisudawan terbaik dengan IPK 3,98. Dengan tersediaan aplikasi ojek online mempermudah baginya untuk berkeliling mengambil data penelitian di semua Puskesmas di Surabaya. Ia butuh waktu tujuh minggu untuk ambil data itu. Lalu Nadia mencari pengemudi ojek yang mau mengantarkan untuk waktu berbulan-bulan itu. Seorang driver ojek online menerima tawaran itu, jadilah ia partner Nadia untuk antar-jemput saat ia pooling data. “Saya serahkan daftar Puskesmas se-Surabaya beserta alamatnya, dia yang menentukan Puskesmas mana dulu yang harus dituju. Malah kadang ia mengingatkan bahwa saya ada janji dengan kepala Puskesmas tertentu, hari apa jam berapa. Jadi selain dapat driver, saya serasa punya asisten penelitian,” katanya. Terkait tesisnya, Nadia mengangkat penelitian berjudul “Perilaku Perawat dalam Penerapan Edukasi Diabetes Mellitus berbasis Theory of Planned Behavior”. Ia mengulas mengenai tindakan penerapan edukasi Diabetes Mellitus oleh perawat Puskesmas se-Kota Surabaya yang berjumlah 62 Puskesmas ini. Usaha dan kerja keras itu akhirnya membuahkan hasil memuaskan. Ia meraih nilai A untuk tesisnya. Gadis asal Sidoarjo ini
mengaku bahwa niat, komitmen, dan disiplin pada dirinya merupakan hal yang penting untuk meraih hasil yang memuaskan ini. “Tiap ada tugas kuliah atau ujian, saya selalu membuat janji dengan diri saya: kapan harus mengerjakan, harus belajar, dan bagaimana harus mengerjakan,” katanya. Atas predikat wisudawan terbaik ini, Nadia merasa senang karena mampu membahagiakan orang tuanya. Ia bercita-cita untuk menjadi seorang akademisi, sehingga dirinya tetap fokus pada penelitian Diabetes Mellitus (DM) seperti yang ia tekuni ketika kuliah S-I. “Saya berterima kasih kepada orang tua, para dosen, dan teman-teman yang sudah memotivasi dan membantu mengerjakan tesis ini. Saya juga berterimakasih kepada tukang ojek itu, karena mau saya ajak curhat dan diskusi masalah tesis meskipun nggak ada background keperawatan,” katanya bangga. (*) Penulis: Faridah Hariani Editor: Dilan Salsabila
Berkat Ridho Suami dan Doa Anak, Liliek Susilowati Lulus Terbaik S3 FST UNAIR UNAIR NEWS – Liliek Susilowati baru saja menyelesaikan studinya jenjang S-3 pada program studi MIPA di Fakultas Sains dan Teknologi (FST) Universitas Airlangga. Ia finish dengan IPK 3,96. Hasil ini membawanya meraih predikat wisudawan terbaik pada wisuda September 2016. Kecintaannya terhadap matematika sejak kecil dan kemampuannya memahami matematika dengan mudah, dianggapnya sebagai karunia
Illahi. Dengan kondisi ini, Liliek memperoleh pencapaian dan sukses menyelesaikan disertasinya “Karakterisasi Kekomutatifan Operasi pada Graf Secara Dimensi Metrik.” Tetapi baginya yang lebih penting adalah ridho suami dan doa anak-anaknya yang menjadi dorongan utama bagi pencapiannya. Selain itu, katanya, tentu tak lepas dari pertolongan Allah SWT yang diyakini telah memudahkan dalam menjalani kewajiban untuk terus mengembangkan ilmu. “Karena makna keberhasilan yang sesungguhnya adalah apabila yang kita capai ini dapat membawa kebahagiaan hakiki bagi kita di dunia dan akhirat,” ujarnya. Staf pengajar di Departemen Matematika FST UNAIR ini beberapa penelitian dan tulisannya sudah nembus publikasi (jurnal) internasional, salah satunya Far East Journal of Mathematical Sciences. Sebagai pengajar, ia berharap besar dapat mencetak generasi penerus yang menjadi manusia seutuhnya, manusia cerdas dan menebar manfaat bagi sesama. Ia menyatakan keprihatinannya dengan kaum intelektual yang mulai tergerus arus materialisme, hedonisme dan individualisme. Ia ingin generasi penerus cetakan kampus dapat menjadi kaum intelektual yang menebar manfaat dan serius mengembangkan ilmu pengetahuan demi kesejahteraan umat. ”Kerusakan yang terus meningkat di negeri ini pun menjadi tanggungjawab para intelektual. Karena Allah telah memberi karunia lebih kepada para intelektual, yaitu kemampuan berpikir lebih dibanding rakyat kebanyakan, serta diberi kesempatan menempuh kuliah di PTN yang tidak dimiliki oleh rakyat kebanyakan,” tandas perempuan kelahiran Ponorogo 12 Januari 1970 ini. (*) Penulis: Oky Putri Rahayu Editor: Nuri Hermawan