LUAS HUTAN KOTA OPTIMAL BERDASARKAN KEBUTUHAN AIR DI KOTAMADYA BOGOR
AZIZAH
DEPARTEMEN SILVIKULTUR FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
LUAS HUTAN KOTA OPTIMAL BERDASARKAN KEBUTUHAN AIR DI KOTAMADYA BOGOR
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan di Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor
AZIZAH
DEPARTEMEN SILVIKULTUR FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Luas Hutan Kota Optimal Berdasarkan Kebutuhan Air di Kotamadya Bogor adalah benar-benar hasil karya saya sendiri dengan bimbingan dosen pembimbing dan belum pernah digunakan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka si bagian akhir skripsi ini. Bogor, Januari 2009 Azizah E14204005
Judul Skripsi
: Luas Hutan Kota Optimal Berdasarkan Kebutuhan Air di Kotamadya Bogor
Nama
: Azizah
NIM
: E14204005
Dosen Pembimbing,
Dr. Ir. Hendrayanto, M Agr. NIP : 131 578 788
Mengetahui: Dekan Fakultas Kehutanan IPB,
Dr. Ir. Hendrayanto, M Agr. NIP : 131 578 788
Tanggal Lulus:
The Optimum Size of Urban Forest Based on The Need for Water in Bogor City by: Azizah and Hendrayanto Introduction. Water constitutes the basic need for all living creatures, including plants. Plants need water and also serve as important agent for water regulation process. On the other hand, a city, which was identical with densely populated area, had great need for water. The usefulness of urban forest are among other things as water catchment area and as air quality control. Development of urban forest constituted an ideal plan to fulfill the need for open green space in the city. Hopefully, urban forest could serve as water catchment area to increase the supply of ground water. For achieving harmonization between real condition of a city and the actual need for urban forest, there is a need for calculating the optimum size of urban forest, which was performed in this research by using the need for water as its basis. Research Method. The research was conducted from May through August 2008, in Bogor City. Data collection was conducted through observation, data / archive collection from relevant agencies and literature study. The collected data were among other things, size and growth rate of human population, number of industry units, number of livestock, ground water potency, water supply capacity of Local Drinking Water Company, rainfall data, and spatial data (which comprised land cover, city administration map, and soil type map). All of these data were processed and analyzed, so that the following information were obtained: total need for water, total water supply, capacity of urban forest in absorbing water, optimum size of urban forest, capacity rate of infiltration well, and number of infiltration wells which were needed. Results and Conclusion. Based on calculation results, the total amount of water needed in Bogor city was 81.150.693,72 m3 / year, and the total supply of water was 79.442.512,81 m3 / year. Therefore, the water deficit of Bogor city was 1.708.180,91 m3 / year. With the ability of forest to absorb water per year, as much as 1.127,70 m3 / ha / year, then the optimum size of needed urban forest was 1.514,78 ha or 12,78% of the city area size. The existing urban forest at present was only 141,50 ha. The available land for developing urban forest was in the form of scrubland and vacant land, which if being forested, the area size of urban forest would become 933,09 ha. Such available area size of urban forest could not be able to eliminate the deficit of water. For overcoming such problem, designing of infiltration well constituted the appropriate solution. Bogor city had two types of soil, namely Latosol and Regosol. Based on calculation, number of infiltration wells needed in Regosol was as many as 53, whereas that in Latosol was 2.166, therefore, the total number of infiltration well needed in Bogor city was 2.219 infiltration wells. Keywords: The Need for Water, Urban Forest.
Luas Hutan Kota Optimal Berdasarkan Kebutuhan Air di Kotamadya Bogor Oleh : Azizah dan Hendrayanto Pendahuluan. Air merupakan kebutuhan dasar makhluk hidup. Salah satunya adalah tumbuhan, tidak hanya membutuhkan air, tumbuhan juga merupakan agen penting dalam proses pengaturan air, sedangkan kota yang identik dengan kawasan padat penduduk, menyebabkan tingginya kebutuhan air. Manfaat dari hutan kota, antara lain sebagai wilayah resapan air dan kontrol kualitas udara. Pengembangan hutan kota merupakan rancangan ideal untuk pemenuhan kebutuhan ruang terbuka hijau di kawasan kota. Dengan adanya hutan kota diharapkan menjadi areal resapan sehingga dapat meningkatkan pasokan air tanah. Untuk penyelarasan antara kondisi riil suatu kota dengan kebutuhan hutan kota, maka diperlukan perhitungan luas hutan kota optimal, dalam penelitian ini menggunakan dasar kebutuhan air. Metode Penelitian. Penelitian dilaksanakan dari bulan Mei – Agustus 2008 di Kotamadya Bogor. Pengumpulan data dilakukan melalui observasi, pengumpulan data/arsip dari instansi terkait dan studi pustaka. Data yang dikumpulkan antara lain: jumlah dan laju pertumbuhan penduduk, jumlah unit industri, jumlah ternak, potensi air tanah, kapasitas suplai PDAM dan data curah hujan. Serta beberapa data spasial berupa peta tutupan lahan, peta administrasi kota dan peta jenis tanah. Keseluruhan data tersebut diolah dan dianalisis, sehingga diperoleh informasi: kebutuhan air total, suplai air total, kapasitas hutan kota dalam menyerap air, luas hutan kota optimal, debit sumur resapan, dan jumlah sumur resapan yang diperlukan. Hasil dan Kesimpulan. Berdasarkan hasil perhitungan, besarnya kebutuhan air total di Kotamadya Bogor adalah 81.150.693,72 m3/th dan suplai total air adalah 79.442.512,81 m3/th, sehingga defisit air Kotamadya Bogor sebesar 1.708.180,91 m3/th. Kemampuan hutan menyerap air per tahunnya adalah 1.127,70 m3/ha/th maka luas hutan kota optimal yang dibutuhkan adalah 1.514,78 ha atau 12,78% dari luasan kota. Hutan kota yang ada saat ini hanya seluas 141,50 ha. Lahan yang tersedia untuk pembangunan hutan kota yaitu areal semak belukar dan tanah kosong, yang jika dihutankan, maka luas hutan kota menjadi 933,09 ha. Luas hutan kota yang tersedia tersebut tidak cukup untuk menihilkan defisit air. Untuk mengatasi hal tersebut, desain sumur resapan merupakan solusi tepat. Kotamadya Bogor memiliki dua tipe tanah, yaitu tanah Latosol dan Regosol. Berdasarkan perhitungan, jumlah sumur resapan pada tanah Regosol sebanyak 53, sedangkan pada tanah Latosol sebanyak 2.166 sumur resapan, sehingga total sumur resapan yang dibutuhkan Kotamadya Bogor adalah 2.219 sumur resapan. Kata kunci: Hutan Kota dan Kebutuhan Air.
KATA PENGANTAR Penulis mamanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala curahan rahmat dan kasih sayang-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan pada bulan Mei – Agustus adalah hutan kota dengan judul "Luas Hutan Kota Optimal Berdasarkan Kebutuhan Air di Kotamadya Bogor". Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak maupun instansi : 1. Bapak Dr. Ir. Hendrayanto M. Agr. selaku pembimbing. 2. Bapak Dr. Ir. Endes N. Dahlan M. S. selaku dosen penguji dari Departemen Konservasi Sumbedaya Hutan dan Ekowisata dan Ibu Arinana S. Hut, M. Si selaku dosen penguji dari Departemen Hasil Hutan. 3. Beberapa lembaga pemerintahan dan lembaga lainnya yang telah membantu dalam pengumpulan data, yaitu : a.
Dinas Pertamanan dan Tata Kota Kotamadya Bogor.
b.
Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kotamadya Bogor.
c.
Badan Pusat Statistik (BPS) Kotamadya Bogor.
d.
Balai Pengelolaan Daerah Aliran (BPDAS) Citarum – Ciliwung.
e.
Pusat Pengkajian Lingkungan Hidup (PPLH) IPB.
f.
Stasiun Klimatologi Darmaga – Bogor.
4. Kedua orang tua, kakak dan adik tercinta atas segala do'a dan kasih sayangnya. 5. Albi, Ipo, Popon, Wita, Anna, Uci, Wahyu, Dany, Jeje, Diana, Fitroh, Tohirin, Mustian, Boy dan Ady atas motivasi, pertemanan yang baik, diskusi dan bantuannya selama ini. 6. Teman-teman Budidaya Hutan 41. 7. Teman-teman kosan Fairuz. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat. Bogor, Januari 2009 Penulis
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Makkah pada tanggal 12 Juli 1986 sebagai anak ketiga dari lima bersaudara pasangan Ahmad Thontowi Djauhari dan Anis Afifah. Pada tahun 2004 penulis lulus dari SMU I Darul Ulum Jombang dan pada tahun yang sama lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Penulis memilih Program Studi Budidaya Hutan Departemen Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan. Penulis melaksanakan Praktek Pengenalan dan Pengelolaan Hutan (P3H) di KPH Banyumas Timur dan KPH Cilacap – Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah pada bulan Juli-Agustus tahun 2007, dan juga melakukan Praktek Kerja Lapang (PKL) di KPH Kendal – Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah pada bulan Februari-Maret 2008. Selama masa studi, penulis juga pernah menjadi asisten praktikum untuk mata kuliah Inventarisasi Hutan, Ilmu Ukur Tanah dan Pemetaan Wilayah serta Hidrologi Hutan. Selain itu, penulis aktif di beberapa organisasi kemahasiswaan yakni sebagai staf Departemen Silvikultur Forest Management Student Club (FMSC) tahun 2005-2006 dan staf Departemen Ekologi Tree Grower Community (TGC) tahun 2006-2007 Untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan IPB, penulis menyelesaikan skripsi dengan judul Luas Hutan Kota Optimal Berdasarkan Kebutuhan Air di Kotamadya Bogor yang dibimbing oleh Dr. Ir. Hendrayanto M. Agr.
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ............................................................................................... i DAFTAR ISI .............................................................................................................. iii DAFTAR TABEL ...................................................................................................... iv DAFTAR GAMBAR ................................................................................................. v DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................................. vi BAB I. PENDAHULUAN ........................................................................................ 1 1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 1 1.2 Tujuan Penelitian .................................................................................... 2 1.3 Manfaat Penelitian .................................................................................. 2 1.4 Batasan Penelitian ................................................................................... 2 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA............................................................................... 3 2.1 Kebutuhan Sumberdaya Air .................................................................... 3 2.2 Siklus Air / Siklus Hidrologi ................................................................... 5 2.3 Hutan Kota dan Ruang Terbuka Hijau .................................................... 10 2.4 Sumur Resapan ....................................................................................... 16 BAB III. METODE PENELITIAN ........................................................................... 17 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................. 17 3.2 Bahan dan Alat ........................................................................................ 17 3.3 Metode Penelitian ................................................................................... 17 BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN .............................................. 26 4.1 Wilayah Administratif dan Batas Wilayah Kotamadya Bogor ............... 26 4.2 Topografi ................................................................................................. 26 4.3 Iklim ........................................................................................................ 27 4.4 Geologi .................................................................................................... 27 4.5 Demografi ............................................................................................... 27 4.6 Perkembangan Kota ................................................................................ 27 4.7 Tata Guna Lahan ..................................................................................... 28 4.8 Kondisi Hutan Kota ................................................................................ 29 BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN.................................................................... 32 5.1 Kebutuhan Air Kotamadya Bogor .......................................................... 32 5.2 Suplai Air Kotamadya Bogor .................................................................. 35 5.3 Luas Hutan Kota yang Dibutuhkan Kotamadya Bogor .......................... 39 5.4 Sumur Resapan ....................................................................................... 41 BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................. 44 6.1 Kesimpulan ............................................................................................. 44 6.2 Saran........................................................................................................ 44 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 45 LAMPIRAN ............................................................................................................... 47
DAFTAR TABEL No. 1. 2. 3. 4. 5. 6.
7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18.
Halaman Konsumsi air bersih per kapita per hari masyarakat Indonesia......................... 3 Konsumsi air pada beberapa jenis ternak per ekor per hari .............................. 4 Komponen persamaan air.................................................................................. 7 Karakteristik hutan kota dirinci menurut bentuknya ......................................... 15 Bentuk dan kriteria hutan kota .......................................................................... 15 Bilangan Kurva (CN) untuk berbagai penutup tanah dengan kondisi kandungan air tanah sebelumnya : Kondisi II, dan Ia = 0,2 S ............................................. 24 Nilai permeabilitas tanah pada berbagai kelas .................................................. 25 Tata guna lahan di Kotamadya Bogor ............................................................... 28 Jumlah penduduk Kotamadya Bogor tahun 2006 dan 2007, laju pertumbuhan penduduk dan total kebutuhan air domestik setiap kelurahan .... 32 Jumlah total kebutuhan air untuk setiap jenis tenak.......................................... 33 Jenis dan jumlah ternak di setiap kecamatan tahun 2007 ................................. 33 Jumlah unit industri dan kebutuhan airnya pada berbagai skala ....................... 34 Suplai air tanah Kotamadya Bogor ................................................................... 36 Suplai air PDAM Tirta Pakuan – Kotamadya Bogor ........................................ 36 Luas, nilai CN dan nilai S pada setiap tutupan lahan dalam setiap jenis tanah 37 Luas, nilai CN dan S setiap penggunaan lahan dalam setiap jenis tanah setelah konversi tanah kosong dan semak menjadi hutan ................................. 40 Sifat sumur resapan pada kedua jenis tanah...................................................... 41 Volume aliran permukaan setelah konversi tanah kosong dan semak menjadi hutan .................................................................................................... 42
DAFTAR GAMBAR No.
Halaman
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15.
Sketsa siklus air ..................................................................................................... 6 Jalur hijau di Jl. Dr. Semeru .................................................................................. 30 Jalur hijau di Jl. Pemuda ....................................................................................... 30 Taman Topi (Jl. Kapten Muslihat) ........................................................................ 30 Taman Kencana ..................................................................................................... 30 Taman Peranginan (Jl. Sudirman) ......................................................................... 30 Jalur hijau di Jl. Dadali ......................................................................................... 30 Kebun Raya Bogor ................................................................................................ 31 Jalur hijau Jl. Pajajaran ......................................................................................... 31 Halaman Istana Bogor ........................................................................................... 31 Jalur hijau Jl. Batu Tulis ....................................................................................... 31 Pemakaman Dreded .............................................................................................. 31 Arboretum Puslitbang Dephut Gunung Batu ........................................................ 31 Persentase kebutuhan air di Kotamadya Bogor (%) ............................................. 35 Persentase suplai air dari berbagai sumber di Kotamadya Bogor (%) .................. 39
DAFTAR LAMPIRAN No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12.
Halaman Data jumlah penduduk, rata-rata pertumbuhan penduduk per kelurahan/ desa di Kotamadya Bogor ............................................................................................. 48 Data jumlah kebutuhan air harian dan tahunan setiap kelurahan/desa di Kotamadya Bogor ................................................................................................. 51 Data jumlah kebutuhan air harian dan tahunan sektor industri Kotamadya Bogor ..................................................................................................................... 52 Data lokasi dan luas taman di Kotamadya Bogor ................................................. 53 Data curah hujan bulanan stasiun Katulampa tahun 1981-2003 ........................... 59 Data curah hujan bulanan stasiun Empang tahun 1991-2003 ............................... 60 Data curah hujan bulanan stasiun Kebun Raya tahun 2002-2006......................... 60 Rata-rata aritmatika curah hujan tahunan Kotamadya Bogor .............................. 60 Peta batas kecamatan Kotamadya Bogor .............................................................. 61 Peta batas kelurahan/desa Kotamadya Bogor ....................................................... 62 Peta penutupan lahan Kotamdya Bogor tahun 2007 ............................................. 63 Peta jenis tanah Kotamadya Bogor ....................................................................... 64
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Air merupakan salah satu faktor penting dalam kehidupan makhluk hidup.
Makhluk hidup memerlukan air untuk bertahan dan melangsungkan metabolisme, sehingga dapat tumbuh dan tetap sehat. Menurut Leopold dan Davis (1972) dalam Chang (2002), manusia memerlukan minimal sekitar 1 kg/hari per m2 luas permukaan badan, atau sekitar 1-2 liter/hari untuk orang dewasa. Konsumsi tahunan untuk manusia adalah sekitar 5-10 kali berat badan. Air dalam tubuh manusia sekitar 60-90% berat badan. Tubuh manusia mendapat pasokan 47% air dari air minum dan 39% dari makanan padat. Tumbuhan juga sangat tergantung pada air, karena air merupakan bahan dalam proses fotosistesis. Selain membutuhkan air, tumbuhan juga merupakan agen penting dalam proses pengaturan air. Mulyana et.al. (2007) menyatakan bahwa, hutan sudah sejak lama diyakini sebagai regulator air yang baik, yang mampu menyimpan air pada musim hujan dan mengeluarkannya di musim kering. Peranan tersebut tercermin dari proses meresapnya air hujan di lahan berhutan; sebagian air hujan yang sampai di lapisan permukaan tanah akan diabsorbsi oleh humus, sebagian besar lainnya akan berinfiltrasi dan terus meresap lebih dalam lagi melalui proses perkolasi. Aliran perkolasi tersebut akhirnya akan mencapai lapisan batuan (aquifer) membentuk persediaan atau kandungan air tanah (ground water) (Kartasepoetra et. al. ,1991). Aliran air perkolasi juga dapat mengisi sumber mata air. Mata air keluar jika terdapat pertemuan antara lapisan air impermeable dengan permukaan tanah. Di sisi yang lain, wilayah kota umumnya memiliki tingkat kepadatan penduduk tinggi dan didominasi oleh lahan terbangun, sehingga lahan yang berfungsi meresapkan air dan menciptakan lingkungan yang nyaman sangat terbatas.
Minimnya
areal
resapan
di
wilayah
perkotaan
menyebabkan
berkurangnya jumlah air yang dapat terserap, sehingga aliran masuk untuk mengisi air tanah pun berkurang dan menyebabkan suplai air menurun. Padahal kondisi perkotaan yang padat penduduk menyebabkan tingginya kebutuhan air.
Untuk meningkatkan suplai air, maka hutan kota dapat menjadi areal resapan air hujan yang efektif. Air yang terserap kemudian tersimpan dan menjadi cadangan air tanah. Selain itu, hutan kota dapat menjadi harapan masyarakat kota untuk terciptanya lingkungan yang asri, nyaman dan sejuk. Manfaat utama lain dari hutan kota, antara lain dapat menyerap karbon dioksida dan menghasilkan oksigen. Untuk adanya keselarasan antara pola kebutuhan air dan luas hutan kota, maka dilakukan perhitungan luasan hutan kota optimal. Penentuan luasan optimal hutan kota merupakan bentuk evaluasi terhadap kecukupan hutan kota. Hasil penelitian ini akan menentukan apakah luasan hutan kota di Kotamadya Bogor saat ini telah mencukupi atau belum, dengan menggunakan pendekatan kebutuhan air. 1.2
Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan luas optimal hutan kota yang
dibutuhkan Kotamadya Bogor berdasarkan kebutuhan air. 1.3
Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah hasil penelitian dapat
dijadikan data pendukung untuk membuktikan peranan hutan kota dalam optimalisasi tata air. 1.4
Batasan Penelitian Hutan kota yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah lahan yang
memenuhi kriteria hutan kota, yaitu lahan yang didominasi oleh pohon-pohon dalam kesatuan yang kompak dan rapat di dalam wilayah perkotaan. Meskipun menurut Peraturan Pemerintah No. 63 tahun 2002, yang disebut dengan hutan kota harus ditetapkan sebagai hutan kota oleh pejabat yang berwenang, namun dalam penelitian ini, bentuk hutan kota, seperti taman kota dan jalur hijau yang memenuhi kriteria hutan kota akan tetapi belum ditetapkan oleh pejabat yang berwenang, tetap dianggap sebagai hutan kota. Berdasarkan kaidah hidrologi dan ekologi, areal-areal yang secara formal telah ditetapkan dengan yang belum ditetapkan sebagai hutan kota memiliki fungsi yang sama. Perbedaan keduanya hanya pada aspek legalitas saja, yakni pengukuhan oleh pejabat yang berwenang.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kebutuhan Air Kebutuhan air untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia paling tidak dikelompokkan menjadi kebutuhan air domestik, industri dan ternak, pertanian dan perikanan. 2.1.1 Kebutuhan air domestik Kebutuhan air setiap individu dapat bervariasi, hal ini tergantung pada beberapa faktor. Diantaranya adalah tingkat sosial, tigkat pendidikan, kebiasaan penduduk, letak geografis dan lain-lain. Menurut Puslitbang LIPI, kebutuhan dasar air tiap individu, digunakan untuk memenuhi keperluan minum, masak, mencuci dan lain-lain. Ketiga kegiatan ini merupakan kegiatan utama atau kegiatan minimal yang dilakukan seorang individu dalam mencukupi kebutuhan hidupnya. Kebutuhan untuk mengelola dan mengembangkan sumberdaya air timbul karena adanya kebutuhan air untuk suatu tujuan tertentu. Kebutuhan air pada suatu daerah tergantung pada jumlah penduduk dan pola konsumsi perkapita, sehingga perkembangan penduduk di wilayah tersebut sangat menentukan tingkat kebutuhan air di masa mendatang (Pawitan 1994 diacu dalam Adriyanto 2007). Tabel 1 memuat hasil survey konsumsi rata-rata air bersih di Indonesia. Tabel 1. Konsumsi rata-rata air bersih (clean water) harian masyarakat Indonesia. Konsumsi Persentase (%) Keperluan (liter/orang/hari) Mandi, cuci dan kakus 12 8,7 Minum 2 1,4 Masak 10,7 7,7 Cuci pakaian 31,4 22,7 Kebersihan rumah 11,8 8,5 Taman 21,1 15,2 Cuci kendaraan 16,2 11,7 Wudlu 21,7 15,7 Lain-lain 11,6 8,4 Total 138,5 100 Sumber : Gupta (1989) dalam Adriyanto (2007)
2.1.2 Kebutuhan air industri Industri adalah suatu usaha atau kegiatan pengolahan bahan mentah atau barang setengah jadi menjadi barang jadi yang memiliki nilai tambah untuk mendapatkan keuntungan (Anonim, 2008). Berdasarkan banyaknya tenaga kerja yang bekerja pada industri, industri dikelompokkan menjadi 4 kelompok, yaitu: industri besar, industri sedang, industri kecil dan industri rumah tangga. Perusahaan industri yang memiliki tenaga kerja 100 orang atau lebih diklasifikasikan
sebagai
industri
besar,
diklasifikasikan
sebagai
industri
sedang,
20
sampai
dengan
99
orang
5
sampai
dengan
19
orang
diklasifikasikan sebagai industri kecil, dan kurang dari 5 orang adalah industri rumah tangga (BPS, 1996). Kegiatan industri dalam prosesnya membutuhkan air untuk membantu kelangsungan proses produksi maupun kebutuhan domestik
karyawan.
Penggunaan air untuk industri diantaranya sebagai bahan mentah, pendingin, penggelontor kotoran, serta penggunaan lainnya dalam proses industri (Sugiarto, 1995). Berdasarkan banyaknya pemakaian air, jenis industri dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu industri besar, industri sedang dan industri kecil. Untuk industri besar, pemakaian air berkisar antara 151-350 m3/hari, industri sedang berkisar antara 51-150 m3/hari dan industri kecil berkisar antara 5-50 m3/hari (Purwanto, 1995). 2.1.3 Kebutuhan air ternak Kebutuhan air ternak merupakan tingkat kebutuhan air yang diperlukan untuk pengoperasian peternakan. Meliputi pemberian air minum untuk ternak, tempat makan ternak, pengoperasian peternakan yang memproduksi susu dan kebutuhan lainnya di lahan peternakan (Purwanto, 2006). Pada Tabel 2 disajikan jumlah kebutuhan air untuk beberapa jenis ternak. Tabel 2. Konsumsi air pada beberapa jenis ternak per ekor per hari. Jenis Hewan Sapi potong Sapi perah Domba dan kambing Kuda Ayam Sumber : Shirley (1978) dalam Dilaga (1992)
Intake air (liter/hari) 60 60 6 45 0,4
2.1.4 Kebutuhan air pertanian Kebutuhan air pertanian merupakan suatu gambaran besarnya kebutuhan air untuk keperluan tumbuhnya tanaman sampai tanaman itu siap panen. Kebutuhan air ini harus dipertimbangkan terhadap jenis tanaman, kondisi tanah di lapangan, sifat-sifat tanah, cara pemberian air, pengolahan tanah, iklim, waktu tanam (pola tanaman), kandungan air tanah, efisiensi irigasi, curah hujan efektif, koefisien tanaman bulanan, pemakaian air konsumtif, perkolasi, kebutuhan air untuk tanaman dan kebutuhan air di lingkungan tanaman (Adriyanto, 2007). 2.1.5 Kebutuhan air perikanan Kebutuhan air perikanan merupakan tingkat kebutuhan air yang diperlukan untuk perikanan. Penggunaan air yang dimaksud adalah penggunaan air untuk kolam. Kolam untuk perikanan sendiri terdiri dari berbagai tipe, misalnya kolam pemijahan, kolam pembibitan dan kolam pembesaran. Selain jenis kolam, jenis ikan juga akan berpengaruh pada kebutuhan air perikanan (Adriyanto, 2007).
2.2
Siklus Air / Siklus Hidrologi Siklus air atau siklus hidrologi (hydrological cycle) merupakan rangkaian
proses perubahan fase dan pergerakan air dalam suatu sistem hidrologi (bumi, pulau, DAS). Secara singkat proses siklus hidrologi dijelaskan Glossary of Hydrolgy, 1974 dalam Seyhan (1990) siklus hidrologi merupakan suksesi tahapan-tahapan yang dilalui air dari atmosfer ke bumi dan kembali lagi ke atmosfer ; evaporasi dari tanah atau laut maupun air pedalaman, kondensasi untuk membentuk awan, presipitasi, akumulasi di dalam tanah maupun dalam tubuh air, dan evaporasi kembali. Secara sistematis, siklus air disajikan dalam Gambar 1. Siklus hidrologi meliputi proses evaporasi air dari lautan dan badan-badan air di daratan dan proses transpirasi dari vegetasi, proses kondensasi ke dalam bentuk awan atau bentuk pengembunan lain kemudian kembali lagi ke daratan dan lautan dalam bentuk presipitasi. Presipitasi adalah istilah umum untuk hasil kondensasi di atmosfer yang mencapai permukaan tanah, seperti hujan, salju, dan lapisan es mencair. Di wilayah tropis, umumnya hanya hujan yang diperhitungkan dalam analisis hidrologi. Selain proses-proses tersebut, siklus ini juga mencakup
proses transfer uap air, aliran limpasan dan peresapan air ke dalam tanah (Handoko, 1995).
Gambar 1. Sketsa siklus air. Menurut Arsyad (2006), Di lahan bervegetasi, air hujan yang jatuh akan ditahan dan melekat di permukaan tumbuhan atau benda tersebut. Bagian air yang ditahan dan melekat di permukaan tumbuhan dan kemudian diuapkan disebut air intersepsi (interception), dan peristiwa penahanan air di permukaan tumbuhan disebut intersepsi Bagian air hujan yang tidak diintersepsikan oleh permukaan tumbuhan, ada yang jatuh langsung melalui celah tajuk ke permukaan tanah atau tetesan daun disebut lolosan tajuk (through fall), dan ada yang mengalir di permukaan tumbuhan (ranting, batang) kemudian sampai ke permukaan tanah yang disebut aliran batang (stem flow). Bagian air hujan yang sampai ke permukaan tanah yang disebut suplai air permukaan tanah, akan mengalir di permukaan tanah atau masuk ke dalam tanah. Air yang mengalir di permukaan tanah disebut aliran permukaan (run off), dan air yang masuk ke dalam tanah disebut air infiltrasi. Peristiwa masuknya air ke dalam tanah disebut infiltrasi (infiltration). Air aliran permukaan akan terkumpul di dalam danau atau waduk dan sungai kemudian mengalir ke laut. Air infiltrasi sebagian akan menguap dari permukaan tanah dan kembali ke udara, sebagian lagi diserap tumbuhan kemudian kembali ke dalam tanah menjadi air bawah tanah (ground water) yang kemudian akan masuk
ke dalam sungai atau danau melalui aliran bawah tanah (ground water flow). Air di dalam danau, waduk, sungai dan laut akan menguap dan kembali ke udara. 2.2.1 Persamaan keseimbangan air Menurut Arsyad (2006), persamaan keseimbangan air menyatakan hubungan antara komponen-komponen siklus air pada suatu waktu dan suatu massa tanah. Persamaan umum keseimbangan air dapat ditulis sebagai berikut : (Air yang diterima) – (Air hilang) = (Air tersimpan) ……… (2-1) Adapun komponen persamaan kesemibangan air disajikan pada Tabel 3. Tabel 3. Komponen persamaan keseimbangan air Air yang diterima - Presipitasi : hujan, salju, hujan es - Kondensasi : embun (pada tumbuhan), kondensasi (pada tanah)
-
Air yang hilang Aliran permukaan Perkolasi Evaporasi Transpirasi
Air tersimpan - Perubahan kandungan air tanah - Simpanan permukaan
Embun dan kabut di wilayah tropis keduanya seringkali diabaikan dalam analisis hidrologi karena jumlahnya relative sangat kecil, sehingga hanya hujan yang diperhitungkan sebagai presipitasi. Menurut Arsyad (2006), pada waktu hujan lebat yang terjadi pada waktu singkat, maka kondensasi, adsorpsi, perkolasi, evaporasi dan transpirasi terjadi dalam jumlah yang kecil. Oleh karena itu, hanya aliran permukaan yang diperhitungkan. Air Tersimpan = Curah Hujan – Aliran Permukaan...................(2-2) Untuk
perhitungan
jangka
panjang,
evaporasi
dan
transpirasi
(evapotranspirasi) mempunyai kontribusi besar terhadap pengurangan jumlah air yang dapat tersimpan, sehingga persamaan (2-2) menjadi : Air tersimpan = Curah Hujan – ( Aliran permukaan + Evapotranspirasi) ........(2-3) 2.2.2 Presipitasi Presipitasi meliputi semua air yang jatuh dari atmosfer ke permukaan bumi. Presipitasi terjadi dalam berbagai bentuk yang menjadi perhatian ahli meteorologi, tetapi bagi ahli hidrologi yang penting hanyalah membedakannya dalam
presipitasi cair (curah hujan) dan presipitasi beku (salju, batu es) (Linsley et.al, 1989). Seyhan (1990), membedakan presipitasi berdasarkan arah datangnya, yakni presipitasi vertikal dan horizontal. Presipitasi vertikal jatuh di atas permukaan bumi dan diukur oleh penakar hujan. Sedangkan presipitasi horizontal dibentuk di atas permukaan bumi dan tidak diukur oleh penakar hujan. Presipitasi vertikal meliputi : a.
Hujan : air yang jatuh dalam bentuk tetesan yang dikondensasikan dari uap di atmosfer.
b.
Hujan gerimis : Hujan dengan tetesan yang sangat kecil.
c.
Salju : Kristal-kristal kecil yang membeku yang secara langsung dibentuk dari uap air di udara bila suhunya pada saat kondensasi kurang dari 10o C.
d.
Hujan batu es : Gumpalan es yang kecil, kebulat-bulatan yang dipresipitasikan selama badai.
e.
Sleer : Campuran hujan dan salju. Hujan ini disebut juga glaze (salju basah). Presipitasi horizontal meliputi :
a.
Es : Salju yang sangat dipadatkan
b.
Kabut : Uap air yang dikondensasikan menjadi partikel-partikel air halus di dekat permukaan tanah.
c.
Embun beku : Bentuk kabut yang membeku di atas permukaan tanah dan vegetasi. Disebut juga embun putih.
d.
Embun : Air yang dikondensasikan sebagai air di atas permukaan tubuh yang dingin (permukaan tanah dan vegetasi) terutama pada malam hari. Embun ini menguap di pagi hari. Indonesia merupakan wilayah tropis, sehingga salju, hujan es dan es mencair
bukan hal yang biasa terjadi, maka presipitasi yang diperhitungkan dalam analisis hidrologi adalah hujan. Presipitasi merupakan komponen hidrologi yang penting, karena dapat menggambarkan tipe iklim suatu wilayah dan data presipitasi dapat dimanfaatkan untuk membangkitkan data lain yang berkaitan dalam persamaan neraca air.
2.2.3 Aliran/limpasan permukaan Menurut Arsyad (2006), aliran permukaan adalah air yang mengalir di atas permukaan tanah atau bumi. Dalam Bahasa Inggris disebut dengan istilah run off. Beberapa terminologi terkait limpasan permukaan yang dikutip dari Seyhan (1990) adalah : 1.
Limpasan : Bagian presipitasi yang terdiri atas gerakan gravitasi air dan nampak pada saluran permukaan dari bentuk permanen maupun terputusputus.
2.
Aliran murni : Limpasan yang tidak dipengaruhi oleh pengaliran buatan, simpanan, maupun tindakan manusia lainnya pada atau di atas saluran maupun pada daerah aliran sungai.
3.
Limpasan permukaan : Bagian limpasan yang melintas di atas permukaan tanah menuju saluran sungai.
4.
Limpasan bawah permukaan : Limpasan ini merupakan sebagian dari limpasan permukaan yang disebabkan oleh bagian presipitasi yang berinfiltrasi ke tanah permukaan dan bergerak secara lateral melalui horizonhorizon tanah bagian atas menuju sungai. Menurut Arsyad (2006), jumlah aliran permukaan menyatakan jumlah air
yang mengalir di permukaan tanah untuk suatu masa hujan atau masa tertentu dinyatakan dalam tinggi kolom air (mm atau m) atau dalam volume (m3). 2.2.4 Evapotranspirasi Tidak semua presipitasi yang mencapai permukaan secara langsung berinfiltrasi ke dalam tanah atau melimpas di permukaan tanah. Sebagian darinya, secara langsung atau setelah penyimpanan di permukaan (atau di bawah permukaan), hilang dalam bentuk evaporasi, yaitu proses dimana air menjadi uap, dan transpirasi yaitu proses dimana air menjadi uap melalui metabolisme tanaman (Eagleson, 1970 dalam Seyhan 1990). Jadi proses evapotranspirasi mengurangi air yang ada di permukaan bumi dan perubahan bentuk air menjadi uap dikarenakan adanya energi panas (matahari). Evaporasi, transpirasi merupakan proses-proses penguapan, kedua proses ini sulit untuk diidentifikasi secara terpisah, sehingga sering disatukan menjadi
evapotranspirasi. Evapotransipirasi dalam neraca air bertindak sebagai outflow atau keluaran dalam neraca air (Handoko, 1995). 2.3 Hutan Kota dan Ruang Terbuka Hijau Hutan kota (Urban forest) ialah ruang terbuka yang ditumbuhi vegetasi berkayu di wilayah perkotaan yang memberikan manfaat lingkungan sebesarbesarnya kepada penduduk perkotaan adalah kegunaan-kegunaan proteksi, estetika, rekreasi dan kegunaan khusus lainnya. Untuk wilayah perkotaan persyaratan luasan minimal dapat diganti dengan luas optimal hutan kota yang diperlukan untuk fungsi tertentu pada satu wilayah perkotaan serta dapat tersusun dari luasan yang lebih kecil dari 0,25 ha. Hutan kota menempati lahan Ruang Terbuka Hijau (RTH) pada Rencana Umum Tata Ruang (RUTR). RTH dapat tersusun dari taman, kebun dan pekarangan, jalur hijau dan hutan (Fakuara, 1987). Menurut Direktorat Jenderal Tata Ruang – Departemen Pekerjaan Umum (2009), Ruang
Terbuka
Hijau
(RTH)
adalah
area
memanjang/jalur
dan
atau
mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh tanaman secara alamiah maupun yang sengaja ditanam. Peraturan Pemerintah Nomor 63 Tahun 2002 Tentang Hutan Kota menjelaskan bahwa hutan kota adalah suatu hamparan lahan yang bertumbuhan pohon-pohon yang kompak dan rapat di dalam wilayah perkotaan baik pada tanah negara maupun tanah hak yang ditetapkan sebagai hutan kota oleh pejabat yang berwenang. 2.3.1 Tujuan dan sasaran hutan kota Fakuara (1987) menyebutkan bahwa tujuan dan sasaran hutan kota ialah : 1.
Memelihara keseimbangan antara lingkungan dalam dan lingkungan binaan.
2.
Memperkecil berbagai polusi lingkungan seperti pencemaran udara, air, suara dan visual.
3.
Menciptakan lingkungan perkotaan yang baik dan nyaman.
2.3.2 Alasan pengembangan hutan kota Dalam Fakuara (1987), menurut konsep ekosistem, vegetasi merupakan simpul dari pengaliran energi dan materi, karena vegetasi memegang peranan
sebagai sumber materi dan energi.
Menurut siklus hidrologi, vegetasi dapat
berperan dalam pengendalian air melalui intersepsi, transpirasi dan pengendalian air tanah, sehingga merupakan reservoir air tanah yang sangat esensial bagi keperluan makhluk hidup. Keberadaan komponen yang dapat memenuhi kebutuhan yang esensial itu harus diwujudkan dalam bentuk nyata baik wujud maupun pengelolaannya, sehingga keberhasilannya dapat diandalkan. Salah satu perwujudan yang mengarah pada kebutuhan di atas adalah pengembangan hutan kota, baik pengembangan segi ekstensifikasi maupun segi intensifikasi (peningkatan pengelolaan, pengelolaan teknik dan metoda, peningkatan monitoring dan evaluasi, dan sebagainya). 2.3.3 Fungsi dan manfaat hutan kota Fungsi hutan kota sangat tergantung kepada komposisi dan keanekaragaman jenis dari komunitas vegetasi dan tujuan perancangannya. Secara garis besar fungsi hutan kota dapat dikelompokkan menjadi tiga fungsi yaitu fungsi lansekap (fungsi fisik dan sosial), fungsi pelestarian lingkungan dan fungsi estetika (Suriamiharja, 2005). Beberapa manfaat hutan kota menurut Fakuara (1987) adalah : 1.
Konservasi tanah dan air Di kota-kota besar semakin banyak tanah-tanah yang tertutup oleh bangunan dan aspal, sehingga tidak mampu merembeskan air ke dalam tanah. Untuk mencegah bahaya yang mungkin timbul maka dibangun hutan kota di daerah tertentu karena pohon-pohon dapat meningkatkan peresapan air dan menyimpannya di dalam tanah kemudian dipergunakan lagi, sehingga terjadi siklus hidrologi.
2.
Ameliorasi iklim Berkat kemajuan teknologi, manusia dapat mengatur suhu, cahaya, kelembaban dan aliran udara dalam ruangan tertutup tetapi belum mampu mengatur iklim di ruang terbuka. Pepohonan dan vegetasi lainnya dapat menciptakan iklim mikro yang nyaman bagi manusia melalui pengaturan suhu, cahaya, kelembaban dan aliran udara.
3.
Tempat rekreasi dan wisata Di kota-kota besar kebutuhan rekreasi sudah merupakan bagian dari kehidupan masyarakat modern. Adanya hutan kota memungkinkan kebutuhan penduduk kota terhadap rekreasi akan lebih cepat terpenuhi.
4.
Kesegaran dan keindahan Keadaan di bawah tegakan pohon pada siang hari suhunya lebih rendah dari pada di luar tegakan. Di samping akan menambah kesegaran, pohon-pohon yang mempunyai sifat-sifat tertentu juga mempunyai nilai kecocokan dengan bentuk dan warna benda-benda buatan seperti gedung, jalan dan sebagainya yang akan menambah keindahan pemandangan di perkotaan.
5.
Habitat satwa Satwa terutama burung sangat membutuhkan pohon sebagi tempat mencari
makan
maupun
sebagai
tempat
bersarang
dan
bertelur.
Pembangunaan hutan kota perlu memperhatikan pemilihan jenis yang disenangi burung-burung yang membutuhkan bunga, buah maupun biji sebagai makanannya. 6.
Mengurangi pencemaran udara Polutan dapat berupa gas ataupun partikel-partikel debu yang berasal dari cerobong asap industri, kendaraan bermotor maupun dari rumah tangga akan sangat berbahaya bagi kehidupan manusia. Partikel-partikel debu yang melayang dapat dijebak oleh daun-daun, cabang dan ranting yang kemudian tercuci oleh air hujan.
7.
Pelindung terhadap angin Pohon dan semak mengatur angin dengan menghalangi, menyalurkan, membelokkan dan menyaring. Pengaruh dan tingkat pengaturannya tergantung pada ukuran jenis, kepadatan daun, bentuk tajuk, ketahanan serta penempatan jenis tanamannya. Pohon-pohon dapat mengubah aliran udara di atas lansekap dan di sekeliling bangunan, tetapi menempatkan pohon harus hati-hati karena dapat menghalangi aliran udara ke dalam ruangan.
8.
Optimalisasi tata air Pohon-pohon dapat menguapkan air dan mengurangi penguapan air tanah. Dengan demikian di bawah tajuk hutan kelembaban tinggi dan evaporasi lebih rendah. Di samping itu pohon dapat menahan butir-butir hujan dengan intersepsi. Vegetasi strata bawah dan serasah hutan dapat meningkatkan bahan organik, sehingga daya infiltrasi tanah meningkat, aliran permukaan berkurang dan erosi menjadi kecil. Keefektifan aliran permukaan dan meningkatnya infiltrasi tergantung pada tipe tanah, kandungan bahan organik tanah, topografi, tipe, dan intensitas curah hujan dan susunan vegetasi penutup. Jenis pohon mempengaruhi intersepsi curah hujan. Intersepsi oleh jenis pohon konifer lebih besar dari pada oleh daun lebar. Kira-kira 60% curah hujan akan mencapai bumi setelah melalui tajuk konifer dan 80% setelah melalui tajuk daun lebar. Pola percabangan juga mempengaruhi laju intersepsi, pola percabangan horizontal adalah yang paling efektif. 2.3.4 Bentuk hutan kota Kriteria hutan kota menurut Fakuara (1987) meliputi sasaran, fungsi yang penting, vegetasi, intensitas manajemen, status pemilikan dan pengelola. Kriteria tersebut merupakan persyaratan bagi beberapa bentuk hutan kota, yaitu taman, kebun dan pekarangan, jalur hijau dan hutan kota. Bentuk dan kriteria serta karakteristik hutan kota dapat dilihat pada Tabel 4 dan Tabel 5. Hutan kota dapat diaplikasikan dengan berbagai desain yang memenuhi kriteria hutan kota antara lain (Dahlan, 1992) : 1.
Jalur hijau Pohon peneduh jalan raya, jalur hijau di bawah kawat listrik tegangan tinggi, jalur hijau di tepi jalan kereta api, jalur hijau di tepi sungai di dalam kota atau di luar kota dapat dibangun dan dikembangkan sebagai hutan kota guna diperoleh manfaat kualitas lingkungan perkotaan yang baik. Tanaman yang ditanam pada daerah di bewah jalur kawat listrik dan telepon diusahakan yang rendah saja, atau boleh saja dengan tanaman yang dapat menjulang tinggi, namun batas ketinggian tertentu harus diberikan pemangkasan.
2.
Taman kota Taman dapat diartikan sebagai tanaman yang ditanam dan ditata sedemikian rupa, baik sebagian maupun semuanya hasil rekayasa manusia untuk mendapatkan komposisi tertentu yang indah. Setiap jenis tanaman mempunyai karakteristik tersendiri baik menurut bentuk dan warnanya.
3.
Kebun dan halaman Jenis tanaman yang ditanam di kebun dan halaman biasanya dari jenis yang dapat menghasilkan buah seperti mangga, durian, jambu dan lain-lain atau jenis yang tidak diharapkan hasil buahnya seperti cemara, palem, pakis dan sebagainya. Selain itu, kebun atau halaman dapat dilengkapi dengan bebungaan yang indah, sayur-sayuran, empon-empon dan apotek hidup.
4.
Kebun raya, hutan raya dan kebun binatang Kebun raya, hutan raya, dan kebun binatang dapat dimasukkan ke dalam salah satu bentuk hutan kota. Tanaman yang berasal dari daerah setempat, maupun dari daerah lain, baik dalam maupun luar negeri.
5.
Hutan lindung Daerah dengan lereng yang curam harus dijadikan kawasan hutan karena rawan longsor. Demikian pula dengan daerah pantai yang rawan akan abrasi air laut, hendaknya dijadikan hutan lindung.
6.
Pemakaman dan taman makam pahlawan Pada tempat pemakaman banyak ditanami pepohonan. Nampaknya sebagai manifestasi kecintaan terhadap orang yang sudah meninggal tak akan pernah berhenti, selama pohon tersebut masih tegak berdiri.
Tabel 4. Karakteristik hutan kota dirinci menurut bentuknya Bentuk Taman
Kebun dan pekarangan Jalur hijau Hutan
Karakteristik Hutan Kota Bukan Hutan Kota Vegetasi utama didominasi oleh Jenis tanaman didominasi oleh tumbuhan berkayu yang tanaman hias yang memiliki memiliki kemampuan nilai keindahan yang tinggi menghasilkan oksigen tinggi dan meredam polusi Jenis tanaman yang mempunyai Vegetasi utama pohon-pohon nilai ekonomi yang tinggi yang memiliki kemampuan penghasil oksigen dan meredam polusi Vegetasi terdiri dari semua Khusus jenis peneduh yang strata : perdu, semak, pohon tahan terhadap gangguan Terletak di areal konservasi Letaknya jauh dari kota, fungsi perkotaan, jenis tanaman utama meliputi lindung, memiliki perakaran yang produksi, wisata dan suaka. intensif, daur fisiologis tinggi, Daur sesuai dengan fungsi kemampuan menghasilkan utamanya oksigen
Tabel 5. Bentuk dan kriteria hutan kota Bentuk Kriteria Sasaran
Fungsi yang penting
Vegetasi
Taman Kawasan industri, pemukiman dan pusat kegiatan Ameliorasi iklim, estetika, produksi O2, rekreasi dan peredam polutan Tanaman hias
Intensitas Tinggi manajemen Status Umum dan pemilikan perorangan Dinas Pengelola Pertamanan dan perorangan
Kebun dan Halaman Pemukiman, daerah subur
Jalur Hijau
Hutan
Jalan dan kawasan konservasi
Areal konservasi
Produksi O2 dan tujuan ekonomi, ameliorasi iklim, estetika
Ameliorasi iklim, produksi oksigen, peredam kebisingan dan peredam bau
Hidro-orologis, ameliorasi iklim, produksi oksigen, fungsi konservasi lainnya
Buah-buahan, tanaman hias, pohon lainnya
Pohon dengan tajuk lebar dan perakaran intensif
Sedang
Tumbuhan dari semua strata (perdu, semak, pohon) Sedang
Perorangan
Umum
Umum
Perorangan
Dinas Pertamanan
Dinas Kehutanan /Dinas Pertamanan /Perorangan
Rendah
2.4 Sumur Resapan 2.4.1 Pengertian sumur resapan Sumur resapan merupakan sumur atau lubang pada permukaan tanah yang dibuat untuk menampung air hujan agar dapat meresap ke dalam tanah (Kusnaedi, 2002). 2.4.2 Fungsi sumur resapan Menurut Kusnaedi (2002), beberapa fungsi sumur resapan adalah sebagai pengendali banjir, melindungi dan memperbaiki konservasi air tanah dan menekan laju erosi. Sumur resapan dapat memperkecil aliran permukaan, sehingga permukaan tanah terhindar dari penggenangan aliran permukaan secara berlebihan yang dapat menyebabkan banjir. Karakteristik kota yang memiliki kepadatan penduduk yang tinggi, semakin berpotensi adanya penyedotan dan eksploitasi air tanah secara berlebihan yang dapat mengakibatkan penurunan muka air tanah. Tanda-tanda penurunan muka air tanah terlihat pada keringnya sumur dan mata air pada musim kemarau. Dengan adanya sumur resapan, air hujan yang meresap ke dalam tanah tersimpan dalam tanah, sehingga dapat menjadi cadangan air dalam tanah. Semakin banyak air yang meresap ke dalam tanah berarti akan banyak tersimpan air tanah di bawah permukaan bumi. Sumur resapan dapat mengurangi aliran permukaan, sehingga laju erosi pun akan menurun. Bila aliran permukaan menurun, partikel tanah yang terkikis dan terbawa aliran permukaan akan berkurang, dengan demikian, erosi semakin kecil. 2.4.3 Prinsip kerja sumur resapan Prinsip kerja sumur resapan adalah menyalurkan dan menampung air hujan ke dalam lubang atau sumur, sehingga air dapat meresap ke dalam tanah. Tujuan utama dari sumur resapan adalah memperbesar masuknya air resapan. Dengan demikian, air akan lebih banyak masuk ke dalam tanah (Kusnaedi, 2002).
BAB III METODE PENELITIAN
3.1
Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian
dilaksanakan
di
Kotamadya
Bogor.
Waktu
penelitian
dilaksanakan pada bulan Mei – Agustus 2008. 3.2 Bahan dan Alat Bahan dan alat yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah: a.
Peta wilayah Kotamadya Bogor skala 1 : 180.000 tahun 2007.
b.
Peta penutupan lahan Kotamadya Bogor skala 1 : 180.000 tahun 2007.
c.
Peta jenis tanah Kotamadya Bogor skala 1 : 180.000 tahun 2007.
d.
Software Microsoft Excel 2003.
e.
Software ArcView GIS Versi 3.2.
f.
Komputer.
3.3
Metode Penelitian
3.3.1 Studi pustaka Studi pustaka dilakukan untuk mempelajari materi yang berkaitan dengan hutan kota. Termasuk pustaka yang terkait faktor-faktor dalam penentuan luas hutan kota, seperti faktor hidrologi. 3.3.2 Pengumpulan data Pengumpulan data dilakukan melalui observasi dan pengumpulan data dari instansi terkait. 3.3.2.1 Observasi Observasi dilakukan untuk mengetahui secara langsung lokasi dan kondisi ruang terbuka hijau (RTH) di wilayah Kotamadya Bogor. Ruang terbuka hijau yang dimaksudkan adalah hutan kota, taman kota, kebun raya, pekarangan dan jalur hijau. Kegiatan ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran aktual kondisi RTH Kotamadya Bogor. Selain itu, observasi dilakukan untuk peninjauan lapangan terhadap tata guna lahan di Kota Bogor.
3.3.2.2 Pengumpulan data dari instansi terkait Data yang dikumpulkan merupakan data kuantitatif dari beberapa instansi terkait. Data yang dikumpulkan antara lain: 1.
Jumlah penduduk dan laju pertambahan penduduk.
2.
Konsumsi air per kapita untuk penduduk, industri dan ternak.
3.
Kapasitas suplai air Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM).
4.
Potensi air tanah.
5.
Data curah hujan beberapa stasiun pengamatan.
6.
Kondisi geografis Kotamadya Bogor, meliputi rincian luas dan jumlah penduduk setiap kelurahan/desa.
7. 3.3.3
Data lokasi, luas dan tipe ruang terbuka hijau. Analisis Data
3.3.3.1 Penentuan luas hutan kota berdasarkan kebutuhan air Luas hutan kota berdasarkan kebutuhan air merupakan hasil bagi antara defisit air yang terjadi di Kotamadya Bogor dibagi dengan kemampuan hutan dalam menyimpan air (S hutan). Defisit air merupaka selisih antara kebutuhan air total (KA total) dengan suplai air total (SA total). Rumus luas hutan kota berdasarkan kebutuhan air adalah: LA = KA total – SA total ...................................... (3-1) S hutan 3.3.3.1.1
Penentuan kebutuhan air total (KA total)
Dalam penelitian ini, kebutuhan air yang diperhitungkan adalah kebutuhan air domestik (KA d), kebutuhan air industri (KA ind) dan kebutuhan air ternak (KA tr). Kebutuhan air pertanian dan perikanan tidak dihitung, karena keduanya bukan merupakan kebutuhan air bersih (air jernih), dengan demikian, kebutuhan air (KA) total adalah: KA total = KA d + KA ind + KA tr .......................... (3-2) 3.3.3.1.1.1 Kebutuhan air domestik (KA d) Jumlah penduduk diperlukan untuk menghitung kebutuhan air total untuk penduduk. Jumlah penduduk pada tahun-tahun mendatang dapat diduga jika laju pertumbuhan penduduk diketahui. Dengan asumsi bahwa laju pertumbuhan linier per tahunnya, maka pertambahan jumlah penduduk setiap tahunnya pun linear
mengikuti laju pertumbuhannya. Dalam penelitian ini, data jumlah penduduk yang diperoleh adalah data tahun 2006, untuk untuk menduga jumlah penduduk pada tahun analisis (tahun 2007), maka diperlukan data laju pertambahan penduduk. Untuk meningkatkan ketelitian, maka perhitungannya dilakukan untuk setiap kelurahan/desa. Jumlah penggunaan air setiap individu bervariasi, yang dapat dipengaruhi oleh faktor usia, agama dan tingkat kesejahteraan, akan tetapi dalam penelitian ini, faktor-faktor tersebut tidak diperhitungkan dalam menentukan jumlah kebutuhan air harian per orang, jumlah kebutuhan air harian yang digunakan adalah konsumsi rata-rata orang Indonesia, yakni sebanyak 138,5 liter/orang/hari yang telah disimpulkan oleh Gupta (1989) pada Tabel 1. Angka kebutuhan tersebut terhitung sebagai jumlah konsumsi rata-rata air setiap penduduk dan merupakan suatu kesatuan yang berasal dari berbagai tujuan penggunaan. Ketika terdapat salah satu atau lebih dari tujuan penggunaan tidak digunakan, seperti keperluan cuci kendaraan atau wudlu, hal tersebut tidak mempengaruhi jumlah konsumsi air setiap penduduk. Hal tersebut berdasarkan satuan pengguna air yang digunakan, yakni per satuan penduduk, bukan berdasar pada pemilik kendaraan atau pemeluk agama islam. Dalam penelitian ini, faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi air tidak diperhitungkan secara rinci. Adapun persamaan kebutuhan air domestik (KA d) adalah: KA d = 365 hari*(Nt*(138,5/1000)) …………...…… (3-4) Dimana: KA d
: Kebutuhan air domestik (m3/th)
Nt
: Jumlah penduduk (jiwa)
138,5/1000 : Angka kebutuhan air harian per orang (m3/hari) Rumus pendugaan jumlah penduduk adalah: Nt = Np*(1+r)t ……………...………… (3-3) Dimana: Nt Np r t
: Jumlah penduduk pada tahun analisis (jiwa) : Jumlah penduduk pada tahun dasar hitungan (jiwa) : Laju pertumbuhan penduduk : Selisih tahun antara tahun proyeksi dengan tahun dasar hitungan
3.3.3.1.1.2 Kebutuhan air industri Kebutuhan air industri dihitung berdasarkan jumlah penggunaan air bagi industri besar, menengah dan kecil. Penggunaan air industri besar rata-rata 250 m3/hari, industri sedang memakai 100 m3/hari sedangkan industri kecil pemakaiannya sebesar 25 m3/hari (Purwanto, 1995). Rumus kebutuhan air industri adalah: KA ind = ∑ [365 hari*(N ind i *U ind i)] .................(3-5) Dimana : KA ind : Kebutuhan air industri (m3/th) N ind
: Jumlah industri (unit)
U ind : Kebutuhan air harian per unit (m3/hari) i
: Kategori skala industri
3.3.3.1.1.3 Kebutuhan air ternak Kebutuhan air untuk ternak dibedakan menurut jenisnya sebagaimana dikemukakan oleh Shirley (1978) yang disajikan pada Tabel 2. Kebutuhan air ternak dapat ditentukan dari persamaan: KA tr = ∑ [365 hari*(N tr i *U tr i)] ............................(3-6) Dimana : KA tr : Kebutuhan air ternak (m3/th) N tr
: Jumlah ternak (ekor)
U tr
: Kebutuhan air harian per ekor (m3/hari)
i
: Jenis ternak
3.3.3.1.2 Penentuan suplai air total (SA total) Suplai air dikelompokkan ke dalam dua kategori, yaitu suplai internal dan suplai eksternal. Suplai air internal berasal dari dalam kawasan Kotamadya Bogor, sedangkan suplai eksternal berasal dari luar kawasan Kotamadya Bogor. Suplai air total adalah jumlah dari suplai air PDAM (PAM), suplai air tanah (Pa) dan suplai air simpanan permukaan (SP). SA total = PAM + Pa + SP..................................... (3-7) 3.3.3.1.2.1 Suplai air PDAM (PAM) Suplai air dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) serta air kemasan dikategorikan ke dalam suplai eksternal. Suplai air kemasan tidak diperhitungkan
dalam penelitian ini, karena luasnya pemasaran dan banyaknya merek yang diperdagangkan. 3.3.3.1.2.2 Suplai air tanah (Pa) Suplai internal dapat dalam penelitian ini dibatasi dari dua sumber, yakni air permukaan dan air tanah. Air permukaan berupa air yang mengisi badan-badan air, seperti sungai, mata air kolam dan danau di wilayah Kotamadya Bogor. Dalam penelitin ini, air sungai dan danau tidak diperhitungkan. Sedangkan air tanah (Pa) merupakan air yang mengisi lapisan kedap air dalam tanah, atau yang sering disebut dengan air sumur. Air tanah dapat pula bersumber dari mata air. 3.3.3.1.2.3 Suplai air simpanan permukaan (SP) Suplai lain yang diperhitungkan adalah air simpanan permukaan (SP) yang merupakan bagian air hujan yang tersimpan. Dengan mensubtitusi persamaan (3-2) dan (3-7) ke dalam persamaan (3-1) maka persamaan tersebut dapat ditinjau ulang menjadi : LA = (KA d + KA ind + KA tr) – (PAM + Pa + SP)................(3-8) S hutan 3.3.3.1.3 Penentuan nilai kapasitas hutan dalam menyimpan air (S hutan) Hujan (P) merupakan aliran masuk dari atmosfer ke permukaan bumi yang dapat mengisi badan air permukaan seperti waduk, sungai dan danau atau meresap menjadi air tanah (Ground water). Setiap tipe tutupan lahan memiliki kapasitas penyerapan yang berbeda, nilai tersebut juga dipengaruhi oleh kondisi tanahnya. Menurut Arsyad (2006), prediksi jumlah volume aliran permukaan (Q) akan berguna dalam menentukan volume simpanan air. Salah satu metode perhitungannya adalah metode Dinas Konservasi Tanah Amerika Serikat atau yang dikenal dengan sebutan metode US-SCS (United States-Soil Coservation Service). Berikut kerangka pemikiran metode tersebut: Volume aliran permukaan (Q) tergantung besarnya pada curah hujan (P) dan volume simpanan yang tersedia untuk menahan air (S). Penahanan (retensi) aktual (F) adalah perbedaan antara curah hujan dan aliran permukaan. Selanjutnya, suatu volume air hujan pada permulaan hujan, yang disebut abstraksi awal (Ia) tidak akan menjadi aliran permukaan. US-SCS mengasumsikan hubungan curah hujanaliran permukaan di dalam persamaan :
F = Q ..........................................(3-9) S P-Ia Retensi aktual (F), dengan memperhitungkan abstraksi aktual awal (Ia), adalah : F = (P-Ia)-Q ..................................................(3-10) Dengan mensubtitusi persamaan (3-10) ke dalam persamaan (3-9) didapatkan persamaan berikut : (P-Ia)-Q = S
Q ........................................(3-11) P-Ia
Yang dapat dirubah menjadi : Q=
............................................(3-12) (P-Ia)2 (P-Ia) + S
Abstraksi awal (Ia) yakni merupakan air hujan yang tidak akan menjadi aliran permukaan, tergantung kepada penggunaan tanah, perlakuan dan kondisi hidrologi, dan kandungan air tanah sebelumnya. Nilai Ia ternyata dapat diduga dengan baik menggunakan persamaan : Ia = 0,2 S .........................................................(3-13) Penelitian
yang
dilakukan
sejak
persamaan
(3-13)
dikembangkan
menunjukkan bahwa persamaan (3-13) mungkin tidak benar untuk semua keadaan, akan tetapi masih dapat digunakan sampai penelitian lebih komprehensif dikembangkan. Dengan mensubtitusi persamaan (3-13) ke dalam persamaan (312) didapatkan persamaan sebagai berikut : Q=
(P-0,2 S)2
........................................(3-14)
(P + 0,8 S) Dari penelitian empirik didapatkan bahwa S dapat diduga dari persamaan: S=
25400
- 254.....................................(3-15)
CN Yang menyatakan Curve Number (CN) adalah bilangan kurva yang nilainya berkisar antara 1-100. Nilai CN ditentukan untuk setiap jenis tutupan lahan pada suatu kelompok hidrologi tanah. Untuk suatu kawasan yang terdiri dari beberapa kelompok hidrologi tanah, maka nilai CN ditentukan dengan metode rata-rata berbobot. Prinsip dasar metode tersebut adalah menghitung nilai rata-rata secara proporsional, dimana setiap variasi berkontribusi sebanding dengan bobotnya.
Dalam perhitungan nilai CN, digunakan bobot luas setiap variasi tanah, sehingga didapat persamaan: CN i = ∑ (Wm,i * CNm,i) ..................................(3-16) Wmi = Ami / Ai .........................................(3-17) Dimana: CN i : Nilai CN rata-rata berbobot untuk tipe tutupan lahan i Wm,i : Perbandingan luas tipe tanah m dengan luas total areal tutupan lahan i CNn,i : Nilai CN pada tipe tanah m untuk tipe tutupan lahan i A mi : Luas tipe tanah m pada areal tutupan lahan i (ha) Ai
: Luas total areal tutupan lahan i (ha)
Menurut Arsyad (2006), tipe tanah, penggunaan tanah dan kondisi hidrologi penutup tanah adalah sifat-sifat daerah aliran yang mempunyai pengaruh paling penting dalam menduga volume aliran permukaan. a.
Klasifikasi kelompok tanah Dinas Konservasi Tanah Amerika Serikat telah mengembangkan sistem klasifikasi tanah berdasarkan sifat tanah yang mengelompokkan tanah ke dalam empat kelompok hidrologi: Kelompok A : Pasir dalam, loess dalam, debu yang beragregat. Kelompok B : loess dangkal, lempung berpasir. Kelompok C : lempung berliat, lempung berpasir dangkal, tanah berkadar bahan organik rendah dan tanah-tanah berkadar liat tinggi. Kelompok D : tanah-tanah yang mengembang secara nyata jika basah, liat berat, plastis dan tanah-tanah saline tertentu.
b.
Kandungan air tanah sebelumnya Kandungan air tanah sebelumnya mempengaruhi volume dan laju aliran permukaan. Mengingat pentingnya pengaruh faktor ini, maka disusun tiga kondisi kandungan air tanah sebelumnya yakni: Kondisi I : Tanah dalam keadaan kering, tetapi tidak sampai pada titik layu, telah pernah ditanami dengan hasil memuaskan. Kondisi II : Keadaan rata-rata. Kondisi III : Hujan lebat atau ringan dan temperatur rendah, tanah jenuh air.
c.
Matriks penentuan nilai CN Tabel 6. Bilangan Kurva (CN) untuk berbagai penutup tanah dengan kondisi kandungan air tanah sebelumnya : Kondisi II, dan Ia = 0,2 S. No
1
2 3 4 5 6 7
8
9
10
11
12 13 14
Penggunaan tanah / perlakuan / kondisi hidrologi Pemukiman Luas kapling Persentase kedap air - ≤500 m2 65 - 1000 m2 38 - 1300 m2 30 - 2000 m2 25 - 4000 m2 20 Tempat parkir diaspal, atap, dan jalan aspal dll Jalan umum - beraspal dan saluran pembuangan air - kerikil - tanah Daerah perdagangan dan pertokoan Daerah industri Tempat terbuka, padang rumput yang dipelihara, taman, lapangan golf, kuburan dan lain-lain: - kondisi baik : 75% atau lebih tertutup rumput - kondisi sedang 50 – 75% tertutup rumput Bera-larikan menurut lereng Tanaman semusim : Baris : Menurut lereng – buruk Menurut lereng – baik Menurut kontur – buruk Menurut kontur – baik Kontur & teras – buruk Kontur & teras – baik Padi-padian : Menurut lereng – buruk Menurut lereng – baik Menurut kontur – buruk Menurut kontur – baik Kontur & teras – buruk Kontur & teras – baik Leguminosa ditanam rapat atau pergiliran tanaman : Menurut lereng – buruk Menurut lereng – baik Menurut kontur – buruk Menurut kontur – baik Kontur & teras – buruk Kontur & teras – baik Padang rumput penggembalaan : Menurut lereng – buruk Menurut lereng – sedang Menurut lereng – baik Menurut kontur – buruk Menurut kontur – sedang Menurut kontur – baik Padang rumput dipotong Hutan : - buruk - sedang - baik Perumahan petani
Kelompok Hidrologi Tanah A B C D 77 61 57 54 51 98
85 75 72 70 68 98
90 83 81 80 79 98
92 87 86 85 84 98
98 76 72 89 81
98 98 85 92 88
98 89 87 94 91
98 91 89 95 93
39 49 77 72 67 70 65 66 62 65 63 63 61 61 59
61 69 86 81 78 79 75 74 71 76 75 74 73 72 70
74 79 91 88 85 84 82 80 78 84 83 82 81 79 78
80 84 94 91 89 88 86 82 81 88 87 85 84 82 81
66 58 64 55 63 51
77 72 75 69 73 67
85 81 83 78 80 76
89 85 85 83 83 80
68 49 39 47 25 6 30 45 36 25 59
79 69 61 67 59 35 58 66 60 55 74
86 79 74 81 75 70 71 77 73 70 82
89 84 80 88 83 79 78 83 79 77 86
3.3.3.2 Penentuan jumlah sumur resapan Sumur resapan sebagai solusi akhir untuk menambah areal resapan dalam kota. Jumlah sumur resapan yang dibutuhkan (N sumur resapan) pada suatu jenis tanah i merupakan hasil bagi antara debit air masuk dengan debit sumur resapan (Q sumur resapan),
sehingga didapat persamaan (3-18): N sumur resapan i = Q debit masuk i .................................(3-18) Q sumur resapan i
Aplikasi sumur resapan khusus untuk wilayah pemukiman, dengan memanfaatkan aliran permukaan pada wilayah pemukiman sebagai debit air masuk. Q debit masuk = Q pemukiman ....................................... (3-19) Dimana Q
debit masuk
yang bersumber dari aliran permukaan, minimal sejumlah
defisit air yang terjadi, dengan syarat Q
pemukiman
> defisit air, sehingga menjamin
ketersediaan air yang akan diserap. Untuk mengetahui jumlah sumur resapan yang dibutuhkan, maka diperlukan data debit suatu sumur resapan dengan menggunakan rumus pendekatan pada persamaan (3-20) (Bouilliot 1976 dalam Suripin 2002). Q sumur =
2л LKH
..............................(3-20)
Ln [ L/R + √1+(L/R)2 ] Dimana : Q : Debit sumur resapan (m3/dt) L : Kedalaman sumur (m) K : Koefisien permeabilitas (m/dt) H : Tinggi muka air dalam sumur (m) R : Jari-jari sumur (m) Kelas permeabilitas tersebut tergantung kapada tipe tekstur tanah. Nilai permeabilitas tanah untuk setiap kelasnya dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Nilai permeabilitas tanah pada berbagai kelas. Kelas/Sub kelas Sangat lambat Lambat Lambat Agak sedang Sedang Sedang Agak cepat Cepat Cepat Sangat cepat
Sumber : Hakim (1986)
Permeabilitas (inchi/jam) 0,05 0,05-0,20 0,20-0,80 0,80-2,50 2,50-5,00 5,00-10,00 10,00
BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1
Wilayah Administratif dan Batas Wilayah Kotamadya Bogor Luas wilayah Kota Bogor tercatat 11.850 Ha atau 0,27% dari luas provinsi
Jawa Barat. Kota Bogor ini terdiri dari 6 Kecamatan, yaitu Kecamatan Bogor Selatan, Bogor Utara, Bogor Timur, Bogor Barat, Bogor Tengah dan Tanah Sareal, yang meliputi 31 kelurahan dan 37 desa (lima diantaranya termasuk desa tertinggal yaitu desa Pamoyanan, Genteng, Balungbangjaya, Mekarwangi dan Sindangrasa), 210 dusun, 623 RW, 2.712 RT. Luasan kecamatan di Kota Bogor adalah: 1. Kecamatan Bogor Timur seluas 1.015 ha 2. Kecamatan Bogor Utara seluas 1.772 ha 3. Kecamatan Bogor Barat seluas 3.285 ha 4. Kecamatan Bogor Selatan seluas 3.081 ha 5. Kecamatan Bogor Tengah seluas 813 ha 6. Kecamatan Tanah Sareal seluas 1.884 ha Kota Bogor dikelilingi oleh wilayah Kabupaten Bogor yaitu sebagai berikut : 1. Batas sebelah Utara Kec. Kemang, Bojong Gede, dan Sukaraja Kabupaten Bogor. 2. Batas sebelah Timur Kec. Sukaraja dan Kec. Ciawi, Kabupaten Bogor. 3. Batas sebelah Barat Kec. Darmaga dan Kec. Ciomas, Kabupaten Bogor. 4. Batas sebelah Selatan Kec. Cijeruk dan Kec. Caringin, Kabupaten Bogor. 4.2 Topografi Kota Bogor mempunyai ketinggian rata rata minimal 190 meter di atas permukaan laut (mdpl), maksimal 350 mdpl, kemiringan lereng antara 0-3%, 415%, 16-30% dan diatas 40% dengan jarak dari Ibu Kota Jakarta kurang lebih 60 km, dikelilingi Gunung Salak, Gunung Pangrango dan Gunung Gede.
4.3 Iklim Kota Bogor dikenal dengan sebutan Kota Hujan karena memiliki curah hujan yang tinggi yaitu berkisar 3.500 - 4.000 milimeter per tahunnya. Kota Bogor memiliki udara rata - rata setiap bulannya adalah 26oC dan suhu udara terendah 21,8o C, dengan kelembaban udara kurang lebih 70%. Sedangkan curah hujan cukup besar setiap tahunnya yaitu berkisar antara 3500-4000 mm dengan luas 4.992,30 Ha, antara 4000-4500 mm dengan luas 6.424,65 ha, dan antara 4500-5000 mm dengan luas 433,05 ha, terutama pada bulan Desember sampai dengan bulan Januari. 4.4 Geologi Secara umum Kota Bogor ditutupi oleh batuan vulkanik yang berasal dari endapan (batuan sedimen) dua gunung berapi, yaitu gunung Pangrango dan Gunung Salak. Lapisan batuan ini berada agak dalam dari permukaan tanah dan jauh dari daerah aliran sungai. Endapan permukaan umumnya berupa aluvial yang tersusun oleh tanah, pasir dan kerikil hasil dari pelapukan endapan yang baik untuk vegetasi. 4.5 Demografi Ciri-ciri daerah perkotaan adalah kepadatan penduduk per kilometer persegi sangat tinggi diatas 5.000 jiwa/km2, untuk Kota Bogor rata-rata per kilometer ditempati sebanyak 7.419 jiwa penduduk. Kepadatan tertinggi ada di kecamatan Bogor Tengah yaitu sebesar 13.047 jiwa/km2 dan terendah ada di kecamatan Bogor Selatan 5.547 jiwa/km2. Pada tahun 2006, Kota Bogor berpenduduk 879.138 jiwa dengan komposisi 444.508 laki- laki dan perempuan 434.630 jiwa. 4.6 Perkembangan Kota Perkembangan kegiatan kota cenderung berkembang menuju ke segala arah, terutama pada Wilayah perluasan dengan mengalihfungsikan lahan pertanian yang kurang produktif dan kebun campuran. Gambaran arah perkembangan fisik Kota Bogor sebagai berikut : 1.
Bagian Selatan : Yaitu Kecamatan Kota Bogor Selatan berpotensi sebagai daerah permukiman dengan kepadatan penduduk rendah dan Ruang Terbuka Hijau.
2.
Bagian Utara : Yaitu Kecamatan Bogor Utara berpotensi sebagai daerah industri NonPolutan dan sebagai penunjangnya adalah permukiman serta perdagangan dan jasa dan kecamatan Tanah Sareal cenderung berpotensi sebagai permukiman, perdagangan dan jasa, serta fasilitas pelayanan kota.
3.
Bagian Barat : Yaitu kecamatan Bogor Barat berpotensi sebagai daerah permukiman yang ditunjang oleh objek wisata.
4.
Bagian Timur : Yaitu Kecamatan Bogor Timur berpotensi sebagai daerah permukiman.
5.
Bagian Tengah : Yaitu Kecamatan Bogor Tengah berpotensi sebagai pusat perdagangan dan jasa yang ditunjang oleh perkantoran dan wisata ilmiah.
4.7 Tata Guna Lahan Tata guna lahan di Kotamadya Bogor dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8 Tata guna lahan di Kotamadya Bogor tahun 2007. Tipe land cover Hutan Kebun campuran Perkebunan Semak Sawah Pemukiman Tanah Kosong Situ/danau Badan sungai Total
Luas (ha) 141,5 891,1 401,2 234,6 725,2 8.578,8 557,0 109,3 211,2 11.850,0
Persentase (%) 1,2 7,5 3,4 2,0 6,1 72,4 4,7 0,9 1,8 100
Sumber : Dinas Tata Kota dan Pertamanan Kotamadya Bogor.
Karaketer dari setiap tipe penutupan lahan pada Tabel 8 adalah sebagai berikut: 1.
Hutan merupakan hamparan lahan yang didominasi oleh pepohonan yang kompak dan rapat.
2.
Kebun campuran adalah lahan bervegetasi yang terdapat variasi strata dengan kerapatan sedang, .
3.
Perkebunan merupakan penggunaan lahan untuk membudidayakan suatu komoditas pertanian/perkebunan.
4.
Semak adalah lahan bervegetasi yang didominasi oleh tumbuhan perdu dan tumbuhan bawah.
5.
Sawah merupakan lahan pertanian yang digenangi air, digunakan untuk menanam padi atau lainnya.
6.
Pemukiman adalah lahan-lahan terbangun seperti bangunan perumahan, pertokoan, industri dan juga lintasan transportasi seperti jalan beraspal.
7.
Tanah kosong adalah lahan dengan permukaan tanah terbuka tanpa ditutupi bangunan, tetapi terdapat penutupan oleh rumput.
8.
Situ/danau adalah sejumlah air (tawar ataupun asin) yang terakumulasi di suatu tempat cekung yang cukup luas dan cekungan tersebut dikelilingi oleh daratan.
9.
Badan sungai adalah jalur mengalirnya air sungai di permukaan bumi dari tempat yang lebih tinggi mengarah ke tempat yang lebih rendah.
4.8 Kondisi Hutan Kota Observasi terhadap hutan kota dilakukan di seluruh penjuru Kotamadya Bogor menyusuri jalan-jalan utama. Seperti jalur hijau di tepi Jl. Dr. Semeru, Jl. Pemuda, Jl. Pajajaran, Jl. Dadali, Jl. Batu Tulis, Jl. Siliwangi, Jl. Juanda. Taman kota yang didokumentasikan antara lain Taman Peranginan, Taman Kencana, halaman Istana Presiden dan Kebun Raya Bogor, sedangkan yang berupa hutan adalah Kebun Raya Bogor. Kebun Raya Bogor tidak seluruhnya dikategorikan sebagai hutan, namun sebagian lagi merupakan taman yang dimasukkan ke dalam kelompok kebun campuran dalam peta citra landsat. Sebagian dokumentasi dapat dilihat pada Gambar 2 sampai dengan Gambar 13.
Gambar 2 Jalur hijau di Jl. Dr. Semeru
Gambar 3 Jalur hijau di Jl. Pemuda
Gambar 4 Taman Topi (Jl. Kapten Muslihat)
Gambar 5 Taman Kencana
Gambar 6 Taman Peranginan (Jl. Sudirman)
Gambar 7 Jalur hijau di Jl. Dadali
Gambar 8 Kebun Raya Bogor
Gambar 9 Jalur hijau Jl. Pajajaran
Gambar 10 Halaman Istana Bogor
Gambar 11 Jalur hijau Jl. Batu Tulis
Gambar 12 Pemakaman Dreded
Gambar 13 Arboretum Puslitbang Dephut Gunung Batu
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Kebutuhan Air Kotamadya Bogor Kebutuhan air suatu kawasan tertentu yang dalam hal ini adalah Kotamadya Bogor, merupakan jumlah total dari segmen-segmen kebutuhan air yang diperhitungkan. 5.1.1 Kebutuhan air domestik Kebutuhan air domestik di Kotamadya Bogor pada tahun 2007 adalah 46.038.160,63 m3/th. Rangkuman data kebutuhan air tahun 2007 setiap kecamatan tersaji dalam Tabel 9, berikut dengan data jumlah penduduknya. Kebutuhan air tertinggi terdapat di Kecamatan Bogor Barat karena berjumlah penduduk paling banyak yakni 202.294 jiwa, sedangkan kebutuhan air terminim dimiliki oleh Kecamatan Bogor Timur yang berjumlah penduduk 92.395 jiwa. Pada tahun 2006, jumlah penduduk Kotamadya Bogor sebanyak 879.138 jiwa, dengan laju pertumbuhan rata-rata di Kotamadya Bogor sebesar 0,0299, maka pada tahun 2007 jumlah penduduk mencapai 910.700 jiwa. Wilayah dengan laju pertumbuhan penduduk tertinggi adalah Bogor Utara sebesar 0,0494, sedangkan terendah adalah Bogor Tengah yang memiliki laju pertumbuhan penduduk 0,0031. Tabel 9 Jumlah penduduk Kotamadya Bogor tahun 2006 dan 2007, laju pertumbuhan penduduk dan total kebutuhan air domestik setiap kecamatan di Kotamadya Bogor. Kecamatan Bogor Selatan Bogor Timur Bogor Utara Bogor Tengah Bogor Barat Tanah Sareal Kotamadya Bogor
Jumlah Laju Penduduk th. pertumbuhan 2006 (jiwa) penduduk 170.908 0,0289 89.237 0,0325 153.843 0,0494 106.075 0,0031 195.808 0,0301 163.267 0,0356 879.138 0,0299
Jumlah Penduduk th. 2007 (jiwa) 177.257 92.395 162.481 106.564 202.294 169.709 910.700
Kebutuhan air Tahun 2007 (m3/th) 8.960.805,18 4.670.791,07 8.213.820,06 5.387.053,34 10.226.487,92 8.579.203,06 46.038.160,63
5.1.2 Kebutuhan air ternak Berdasarkan hasil perhitungan, jumlah kebutuhan air ternak di Kotamadya Bogor adalah 218.533,09 m3/tahun. Tabel 10 memuat kebutuhan air ternak di Kotamadya Bogor berdasarkan data jumlah dan jenis ternak yang diperoleh dari BPS. Tabel 10 Jumlah total kebutuhan air untuk setiap jenis ternak. Jumlah Ternak di Kebutuhan air total Jenis ternak Kotamadya Bogor (m3/tahun) Sapi perah 1.612 35.302,80 Sapi potong 54 1.182,60 Kerbau 258 5.650,20 Kuda 64 1.051,20 Kambing 6.393 14.000,67 Domba 12.554 27.493,26 Ayam Kampung 720.727 105.226,14 Ayam Ras 188.152 27.470,19 Itik 7.918 1.156,03 218.533,09 Total Sapi merupakan jenis ternak dengan kebutuhan air harian tertinggi yakni sebanyak 60 liter/hari, akan tetapi jumlahnya tidak sebanyak ayam kampung, sehingga kebutuhan air ternak tertinggi adalah jenis ayam kampung. Jumlah ayam kampung tercatat sebanyak 720.727 ekor, dengan demikian jumlah kebutuhan air total per tahunnya adalah 105.226,14 m3/tahun. Kebutuhan air harian tiap jenis ternak dapat dilihat pada Tabel 2. Jumlah sapi potong merupakan jenis ternak paling sedikit, yakni sebanyak 54 ekor, akan tetapi kebutuhan air paling sedikit pada jenis ternak kuda yakni sebanyak 1.051,20 m3/tahun. Tabel 11 Jenis dan jumlah ternak di setiap kecamatan tahun 2007. Jenis ternak Sapi perah Sapi potong Kerbau Kuda Kambing Domba Ayam kampung Ayam ras Itik
Bogor Selatan 686 10 152 6 128 3.420 25.846 64.700 355
Jumlah ternak di setiap kecamatan Bogor Bogor Bogor Bogor Tanah Timur Utara Tengah Barat Sareal 19 0 0 71 836 7 7 0 5 25 23 0 0 58 25 7 8 0 18 25 116 3.008 581 212 2.348 690 2.953 496 1.083 3.912 31.711 166.146 22.383 197.304 277.337 14.400 12.817 9.899 50.640 35.696 145 930 0 4.285 2.203
Total 1612 54 258 64 6.393 12.554 720.727 188.152 7.918
Data jumlah per kecamatan juga berguna untuk mengetahui wilayah penyebaran setiap jenis ternak dan juga jenis ternak yang mendominasi. Sapi perah, sapi potong, domba, ayam kampung dan kuda paling banyak terdapat di Kecamatan Tanah Sareal. Kerbau dan ayam ras terbanyak di Kecamatan Bogor Selatan. Jenis kambing paling banyak dipelihara di Kecamatan Bogor Utara, sedangkan jumlah itik terbanyak terdapat di Kecamatan Bogor Barat. Data jumlah ternak setiap kecamatan dapat dilihat pada Tabel 11. 5.1.3 Kebutuhan air industri Perindustrian di Kotamadya Bogor didominasi oleh industri kecil atau mencapai 96,88% dari total industri yang ada. Dan dari 2.894 unit industri kecil, sebanyak 2.051 unit merupakan industri kecil non-formal, dengan demikian, sektor industri kecil non-formal membutuhkan air sebanyak 18.715.375 m3/tahun. Seperti terlihat pada Tabel 12, total kebutuhan air untuk sektor industri adalah sebanyak 34.894.000 m3/tahun. Data yang dihimpun oleh BPS menggolongkan industri ke dalam tiga skala, yaitu industri besar dan menengah, industri kecil formal dan industri kecil nonformal. Data yang diperoleh tidak merinci jumlah besar dan menengah, sehingga untuk industri besar dan menengah, angka yang digunakan adalah pemanfaatan air untuk industri besar. Hal tersebut untuk menghindari hasil yang under-estimate. Tabel 12 Jumlah unit industri dan kebutuhan airnya pada berbagai skala. Skala Industri Besar dan menengah Kecil formal Kecil non-formal Total
Jumlah Unit 93 843 2.051 2.987
Kebutuhan air per unit (m3/hari) 250 25 25
Kebutuhan Kebutuhan air air total total (m3/hari) (m3/tahun) 23.250 8.486.250 21.075 7.692.375 51.275 18.715.375 95.600 34.894.000
5.1.4 Kebutuhan air total Kotamadya Bogor Dari penjumlahan seluruh kebutuhan air dari setiap sektor, besarnya kebutuhan air total di Kotamadya Bogor adalah 81.150.693,72 m3/th. Persentasenya dapat dilihat pada Gambar 15. Kebutuhan air domestik memiliki persentase tertinggi yakni 56,73%, sedangkan terendah adalah kebutuhan air ternak yang hanya 0,27% dari total kebutuhan air di Kotamadya Bogor.
Kebutuhan air total tersebut terhitung pada tahun 2007 yang mencapai puluhan juta meter kubik per tahunnya. Di tahun-tahun mendatang, dengan pertumbuhan di semua sektor, maka kebutuhan air Kotamadya Bogor akan lebih tinggi lagi, sehingga penting untuk melakukan upaya-upaya penekanan laju pertumbuhan pengguna air. Upaya tersebut dilakukan terutama terhadap pertumbuhan penduduk, karena dilihat dari persentasenya, kebutuhan air domestik paling dominan. 56.73 23.06
9.48
10.46
0.27
Industri Menengah/ Besar Industri Kecil Formal Industri Kecil Non Formal Penduduk / rumah tangga Ternak
Gambar 14 Persentase Kebutuhan Air di Kotamadya Bogor (%). 5.2
Suplai Air Kotamadya Bogor Suplai air terbagi ke dalam tiga segmen, yaitu: air tanah, air PDAM dan air
simpanan permukaan. 5.2.1 Suplai air tanah Volume suplai air tanah di Kotamadya Bogor adalah 35.478.000 m3/tahun, sebagaimana disajikan pada Tabel 13. Air tanah terdiri dari mata air dan air sumur. Persentase pasokan mata air adalah 30,7%, sedangkan persentase air sumur 68,3%. Air tanah merupakan sumber air yang penting bagi masyarakat kota, karena dapat memasok kebutuhan air sehari-hari. Air sumur merupakan ground water yang bersumber dari air hujan yang meresap melalui proses perkolasi dan tersimpan dalam lapisan akuifer. Mata air merupakan suatu titik di mana air tanah mengalir keluar dari permukaan tanah, akibat dari permukaan muka air tanah (akuifer) bertemu dengan permukaan tanah.
Tabel 13 Suplai air tanah Kotamadya Bogor. Produksi Suplai Air Tanah Produksi (m3/tahun) (liter/detik) Mata Air 345 10.879.920 Air Sumur 780 24.598.080 Total 35.478.000 Sumber : Badan Pengendalian Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) Jabar (2004) 5.2.2 Suplai air PDAM Produksi air PDAM di Kotamadya Bogor adalah 39.420.000 m3/tahun. Tabel 14 memuat data besarnya kapasitas produksi PDAM yang berasal dari berbagai sumber, baik dari mata air, maupun air permukaan. Mata air yang dimaksud adalah mata air yang menjadi hak kelola PDAM, besar pasokannya adalah 12.929.760 m3/tahun. Sedangkan air permukaan merupakan air sungai yang dipompa dan masuk ke dalam instalasi penyulingan air PDAM, jumlah pasokan air permukaan adalah 26.490.240 m3/tahun. Tabel 14 Suplai air PDAM Tirta Pakuan – Kotamadya Bogor Suplai air PDAM
Sumber air PDAM Tangkil Sumber mata air Bantar Kambing Kota Batu WTP Dekeng Air permukaan WTP Cipaku Total Suplai Air PAM Sumber : PDAM Tirta Pakuan (2008)
Produksi (liter/detik) 170 170 70 600 240
Produksi (liter/tahun) 5.361.120.000 5.361.120.000 2.207.520.000 18.921.600.000 7.568.640.000 39.420.000.000
Produksi 3 (m /tahun) 5.361.120 5.361.120 2.207.520 18.921.600 7.568.640 39.420.000
5.2.3 Suplai air Simpanan Permukaan (S) Berdasarkan perhitungan, nilai air simpanan permukaan (S total) sebesar 4.544.512,81 m3/th. Setiap tutupan lahan memiliki kontribusi dalam suplai total air simpanan permukaan. Pada Tabel 15, disajikan data hasil perhitungan air simpanan permukaan pada setiap tutupan lahan. Lahan pemukiman berkontribusi terbanyak, sebesar 2.505.618,34 m3/th, sedangkan lahan semak berkontribusi paling sedikit yaitu 150.123,24 m3/th. Lahan pemukiman berkontribusi terbesar karena mendominasi luasan penutupan lahan di Kotamadya Bogor, yakni sebesar 72,40%.
Tabel 15 Luas, bilangan kurva (CN) dan nilai S pada setiap tutupan lahan setiap jenis tanah. Land Cover Hutan Kebun campuran Perkebunan Semak Sawah Pemukiman Tanah kosong Situ/danau Badan sungai Total
Regosol Luas CN (ha)
Latosol Luas CN (ha)
Total
CN*
S (m3/th)
S (m3/ha/th)
2,35
25
139,15
70
141,50
69,25
159.566,31
1.127,68
145,51
49
745,62
79
891,13
74,10
791.083,29
887,73
0,00 79,79 37,55 206,53 7,04 2,35 0,00 481,11
65 68 61 77 72 -
401,23 154,84 687,67 8.372,29 549,92 106,98 211,18 11.368,89
82 86 81 90 85 -
401,23 234,63 725,22 8.578,82 556,96 109,33 211,18 11.850,00
82,00 79,88 79,96 89,69 84,84 -
223.710,19 150.123,24 461.538,34 2.505.618,34 252.873,10 4.544.512,81
557,56 639,83 636,41 292,07 454,02 -
Keterangan: *) Nilai CN rata-rata berbobot
Kotamadya Bogor terbagi ke dalam dua jenis tanah yakni tanah Latosol dan Regosol. Jenis tanah Latosol mendominasi sebesar 95,94% atau seluas 11.368,89 ha, sedangkan 481,11 ha atau 4,06% lainnya adalah tanah Regosol. Pada setiap jenis tanah tersebut kemudian dirinci luasan setiap tipe tutupan lahan. Hasil tersebut dapat dilihat pada Tabel 15. Di kedua jenis tanah, tutupan lahan didominasi oleh pemukiman. Di tanah Regosol 42,93% (206,53 ha) adalah pemukiman, sedangkan di tanah Latosol mencapai 73,64% atau seluas 8.372,29 ha. Tutupan lahan perkebunan dan sungai seluruhnya hanya terdapat di wilayah tanah Latosol. Penetapan nilai CN berdasarkan kelompok hidrologi tanahnya. Tanah Regosol bertekstur pasir, sehingga masuk dalam kelompok hidrologi A. Sedangkan tanah Latosol yang bertekstur liat termasuk dalam kategori C. Pengelompokan tersebut berdasarkan kelas permeabilitasnya, sehingga dapat dikatakan kelompok hidrologi tanah A merupakan tanah-tanah yang memiliki kelas permeabilitas tinggi. Nilai CN yang digunakan dalam perhitungan adalah nilai rata-rata berbobot. Nilai CN rata-rata berbobot dapat dilihat pada Tabel 15. Nilai CN untuk hutan merupakan nilai terendah yakni sebesar 25 di tanah Regosol dan 70 di tanah Latosol. Hutan terdapat di kawasan lahan tanah Regosol sebesar 1,66% dan di tanah Latosol 98,34%, dengan proporsi demikian, maka hutan memiliki nilai CN rata-rata berbobot 69,25.
Nilai CN tertinggi adalah tipe pemukiman dengan nilai sebesar 77 di tanah Regosol dan 90 di tanah Latosol. 97,59% kawasan pemukiman terdapat di tanah Latosol, sisanya sebesar 2,41% di lahan tanah Regosol, dengan demikian nilai CN rata-rata berbobot sebesar 89,69. Semakin rendah nilai CN, maka jenis tutupan lahan tersebut semakin baik, karena nilai CN berbanding terbalik dengan nilai S atau retensi potensial maksimum air hujan yang dapat disimpan oleh tanah. 5.2.4 Suplai air total Kotamadya Bogor Berdasarkan penjumlahan seluruh suplai air, suplai total air untuk Kotamadya Bogor adalah 79.442.512,81 m3/th. Persentase suplai air dari ketiga sumber dapat dilihat pada Gambar 16. Suplai air terbesar berasal dari PDAM sebesar 49,62% menyusul kemudian air tanah dan air simpanan permukaan. Dilihat dari tingginya suplai air PDAM untuk masyarakat Kotamadya Bogor, hal ini menunjukkan bahwa peranan penting PDAM dalam memasok kebutuhan air bersih. Di tahun-tahun mendatang, untuk memenuhi tuntutan kebutuhan yang semakin tinggi, PDAM diharapkan dapat memenuhi tuntutan tersebut, dengan menambah kapasitas produksinya. Suplai-suplai air yang diperhitungkan adalah air untuk pemenuhan kebutuhan air bersih atau air dengan standar kualitas tertentu, yakni air bersih (clean water). Menurut Peraturan Menteri Kesehatan No. 416 Tahun 1990 Tentang Syarat-syarat Dan Pengawasan Kualitas Air, air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak. Dengan demikian, perhitungan mengabaikan air yang belum terproses, baik itu proses alam maupun proses buatan manusia seperti air danau, air kolam dan air sungai. Hal ini menjadi alasan mengapa air untuk pertanian dan perikanan tidak turut dihitung dalam kebutuhan air di Kotamadya Bogor, karena air untuk lahan pertanian (misalkan lahan sawah atau ladang/kebun) memanfaatkan air hujan dan atau air sungai/air irigasi untuk memenuhi kebutuhan airnya.
5.72 49.62 44.66
Suplai Air PDAM Suplai Air Tanah Suplai Air Simpanan Permukaan
Gambar 15 Persentase suplai air dari berbagai sumber di Kotamadya Bogor (%). 5.3
Luas Hutan Kota yang Dibutuhkan Kotamadya Bogor Berdasarkan perhitungan kebutuhan dan suplai air, terdapat defisit air di
Kotamadya Bogor sebesar 1.708.180,91 m3/th. Kemampuan hutan menyerap air per tahunnya sebesar 1.127,70 m3/ha, maka luas hutan kota optimal berdasarkan kebutuhan air di Kotamadya Bogor adalah 1.514,78 ha atau 12,78% dari luasan kota. Hutan kota di Kotamadya Bogor yang ada saat ini seluas 141,50 ha, yang dengan keberadaannya tersebut masih menimbulkan defisit air. Untuk memenuhi kebutuhan air di Kotamadya Bogor, maka harus dialokasikan lahan yang tersedia untuk pembangunan hutan kota sebagai areal resapan. Dalam hal ini, lahan tersedia yang memungkinkan untuk dikonversi menjadi hutan dibandingkan tutupan lahan lain adalah semak dan tanah kosong. Kedua lahan tersebut mempunyai kemampuan dalam menyerap airnya (nilai S) lebih rendah dari hutan. Yakni sebesar 639,83 m3/ha/th untuk semak dan 454,02 m3/ha/th untuk tanah kosong. Hutan kota total seluas 933,09 ha merupakan jumlah luas dari hutan yang telah ada serta semak dan tanah kosong yang dikonversi menjadi hutan, sebagaimana disajikan pada Tabel 16. Luasan tersebut merupakan luasan hutan kota maksimal yang dapat dibangun pada lahan tersedia. Dengan dihutankannya semak dan tanah kosong, maka nilai CN dan S berubah. Nilai S hutan setelah konversi menjadi 1.326,11 m3/ha/th. Perubahan nilai S berimplikasi pada volume air total yang dapat diserap oleh hutan per tahunnya yakni sebesar 1.237.382,77 m3/th, karena luas setelah konversi bertambah 791,59 ha. Nilai suplai air dari simpanan permukaan sebesar 5.259.164,26 m3/th, dengan demikian, suplai air
untuk Kota Bogor menjadi 80.157.164,26 m3/th, meningkat 714.651,45 m3/th dari suplai sebelum konversi, akan tetapi peningkatan suplai air tersebut belum juga mampu menihilkan defisit air, masih terdapat defisit air sejumlah 993.529,46 m3/th. Tabel 16 Luas, bilangan kurva (CN) dan S setiap penggunaan lahan dalam setiap jenis tanah setelah konversi tanah kosong dan semak menjadi hutan. Land Cover Pemukiman Kebun campuran Hutan yang telah ada Tanah kosong Hutan menjadi hutan Semak menjadi hutan Total Sawah Perkebunan Situ/danau Badan sungai
Regosol Luas CN (ha) 206,53 77 145,51 49 2,35
7,04
79,79
Latosol Luas CN (ha) 8.372,29 90 745,62 79 139,15
25
549,92
CN*
S (m3/ha/th)
8.578,82 891,13
89,69 74,10
292,07 887,73
2.505.618,34 791.083,29
65,70
1.326,11
1.237.382,77
78,61 82.00 -
691,33 557,56
501.369,67 223.710,19
141,5
70
154,84
89,18 843,91 37,55 61 687,67 0.00 65 401,23 2,35 106,98 0.00 211,18 481,11 11.368,89 Keterangan: *) Nilai CN rata-rata berbobot
S ( m3/th )
Total
556,96
234,63 81 82 -
933,09 725,22 401,23 109,33 211,18 11.850.00
5.259.164,26
Kondisi yang digunakan untuk semak dan tanah kosong yang dikonversi menjadi hutan adalah hutan pada kondisi baik. Hasil perhitungannya dapat dilihat pada Tabel 16. Nilai S hutan setelah konversi yaitu 1.326,1 m3/ha/th merupakan nilai yang lebih tinggi dari sebelumnya (1.127,68 m3/ha/th). Hal tersebut disebabkan adanya perbedaan kombinasi luas setiap jenis tanah, dimana dari luas total hutan 933,09 ha tanah Regosol menempati 9,5%, sedangkan tanah Latosol sebesar 90,5%. Dengan proporsi tanah Regosol yang lebih luas daripada sebelumnya, maka nilai CN hutan lebih rendah menjadi 65,70. Setelah konversi semak dan tanah kosong menjadi hutan kota, masih terdapat defisit air sebanyak 993.529,46 m3/th, padahal tidak ada lagi lahan yang dapat dikonversi, maka solusinya adalah dengan meningkatkan resapan air ke dalam tanah, yakni dengan membuat sumur resapan sebanyak yang dibutuhkan.
5.4 Sumur Resapan 5.4.1 Sifat sumur resapan yang dirancang Sifat-sifat sumur resapan yang dirancang, dimuat dalam Tabel 17. Tabel 17 Sifat sumur resapan pada kedua jenis tanah Parameter Tekstur tanah Kelompok hidrologi tanah Kelas permeabilitas Koefisien permeabilitas Jari-jari sumur resapan (R) Kedalaman sumur (L)
Tanah Latosol Tanah Regosol Liat (BPDAS CitarumPasir (Hakim, 1986) Ciliwung, 2007) C A Sedang s/d lambat (BPDAS Cepat (Hakim, 1986) Citarum-Ciliwung, 2007) 0,05 inchi/jam 5 inchi/jam (Hakim, 1986) (Hakim, 1986) 0,5 m 2m
Kotamadya Bogor memiliki dua jenis tanah yang berbeda, maka penting untuk mengetahui tipe teksturnya. Menurut BPDAS Citarum-Ciliwung (2007), tanah Latosol bertektur liat (clay) dengan kandungan bahan organik 1,24-6,39%, berstruktur gumpal, permeabilitas sedang sampai lambat. Menurut Hakim (1986), tanah Regosol yang bertekstur pasir, permeabilitas cepat dan porositas yang tinggi. Tanah disebut memiliki nilai permeabilitas lambat jika meresapkan air dengan kecepatan 0,05-0,20 inchi/jam, sedangkan disebut permeabilitas cepat jika melolosakan air ke dalam tanah secepat 5,00-10,00 inchi/jam (Hakim et. al. , 1986). Dimensi sumur resapan yang dirancang memiliki jari-jari (R) 0,5 m dan kedalaman sumur (L) 2 m. Dinding sumur resapan berupa buis/hong beton bergaris tengah 1 m. Nilai koefisien permeabilitas yang digunakan adalah angka minimum pada selang nilai permeabilitas, nilai permeabilitas lambat sama dengan 0,05 inchi/jam, sedangkan permeabilitas cepat sama dengan 5 inchi/jam (Hakim, 1986). Nilai permeabilitas kedua jenis tanah tersebut dikonversi ke dalam satuan m/tahun, menjadi 11,12 m/th untuk tanah Latosol dan 1.112,52 m/th untuk tanah Regosol. 5.4.2 Debit masuk sumur resapan Terdapat perbedaan luas dan sifat tanah pada kedua jenis tanah, sehingga jumlah debit masuk berbeda. Berdasarkan hasil perhitungan untuk mencapai nilai kerapatan sumur resapan yang sama pada kedua jenis tanah, maka debit masuk
sumur resapan di tanah Latosol adalah 288.966,06 m3/th, sedangkan di tanah Regosol adalah 707.096,85 m3/th. Angka tersebut merupakan debit masuk minimal untuk sumur resapan dengan tujuan menihilkan defisit air. Debit air masuk untuk sumur resapan berasal dari limpasan permukaan dari wilayah pemukiman, karena sumur resapan dibuat di wilayah ini. Defisit air di Kotamadya Bogor yang masih tersisa adalah 993.529,46 m3/th, angka tersebut yang menjadi dasar pencarian jumlah sumur resapan di Kotamadya Bogor sebagai debit air masuk sumur resapan. Volume air sebanyak defisit air, merupakan jumlah total mimimal air hujan yang diresapkan oleh sejumlah sumur resapan. Pada
Tabel
18
terlihat
volume
limpasan
permukaan
di
pemukiman
3
(333.209.747,24 m /th) lebih besar dari debit air yang harus masuk ke dalam sumur resapan per tahunnya (993.529,46 m3/th), sehingga menjamin tersedianya sumber air untuk diresapkan oleh sumur resapan. Tabel 18 Volume aliran permukaan setelah konversi tanah kosong dan semak menjadi hutan. Tipe Land Cover Pemukiman Kebun campuran Hutan Sawah Perkebunan
Luas (ha) 8578,82 891,13 933,09 725,22 401,23 Total
P (mm) 3.919 3.919 3.919 3.919 3.919
Q (mm) 3.884,10 3.814,38 3.764,17 3.864,39 3.874,83
Q (m3/th) 333.209.747,24 33.991.059,36 35.123.049,69 28.025.348,11 15.546.967,61 445.896.172,01
5.4.3 Debit sumur resapan Dari perhitungan menggunakan persaman (3-20), debit sumur resapan di tanah Regosol adalah 13.341,4499 m3/th, sedangkan di tanah Latosol senilai 133,4145 m3/th. Menurut Kusnaedi (2002), tanah berpasir dan porus lebih mampu merembeskan air hujan dengan cepat, sehingga waktu yang diperlukan air hujan untuk tinggal dalam sumur resapan relatif singkat dibandingkan dengan tanah yang kandungan liatnya tinggi. Daya resap sumur resapan tergantung kepada tingkat permeabilitas tanah. Permeabilitas adalah kemampuan tanah untuk mentransfer air atau udara. Permeabilitas berkaitan erat dengan kelas tekstur tanahnya. Bilamana kapasitas infiltrasi dan permeabilitas besar seperti pada tanah berpasir yang mempunyai kedalaman lapisan kedap yang dalam, walaupun dengan curah hujan yang lebat
kemungkinan untuk terjadi aliran permukaan kecil. Sedangkan tanah-tanah bertekstur halus akan menyerap air sangat lambat, sehingga curah hujan yang cukup rendah akan menimbulkan aliran permukaan (Hakim, 1986). 5.4.4 Jumlah sumur resapan Berdasarkan perhitungan debit masuk sumur resapan dan debit sumur resapan pada kedua jenis tanah, diperoleh jumlah sumur pada tanah Latosol sebanyak 2.166 sumur, sedangkan pada tanah Regosol sebanyak 53, sehinggga total sumur resapan yang dibutuhkan adalah 2.219 sumur. Pemukiman di tanah Latosol seluas 8.372,29 ha, sedangkan di tanah Regosol 206,53 ha. Berdasarkan luas pemukiman dan jumlah sumur resapan, maka kerapatan sumur di tanah Latosol dan Regosol adalah sama, yakni, minimal terdapat 1 sumur untuk setiap 3,9 ha wilayah pemukiman. Selain tipe dan kondisi tanah, hal lain yang harus diperhatikan dalam aplikasi sumur resapan adalah ketinggian tempat (altitude) titik lokasi sumur resapan. Pergerakan air dipengaruhi oleh gaya gravitasi, sehingga untuk efektifitas sumur resapan, penentuan titik lokasi harus memperhatikan arah aliran air. Selain bermanfaat untuk konservasi air tanah, sumur resapan juga berguna dalam menekan laju erosi. Dengan adanya penurunan aliran permukaan, maka laju erosi akan menurun. Bila aliran permukaan menurun, tanah yang tergerus dan terhanyut akan berkurang, sehingga sumur resapan mampu menekan laju erosi (Kusnaedi, 2002). Dengan manfaatnya yang begitu besar terhadap konservasi tanah dan air, maka sumur resapan layak direkomendasikan dalam upaya peningkatan resapan air hujan ke dalam tanah dan pengurangan laju erosi.
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1
Kesimpulan Dengan pola penggunaan lahan dan pola konsumsi air di Kotamadya Bogor
seperti saat ini, terdapat defisit air sebesar 1.708.180,91 m3/th. Kemampuan hutan menyerap air per tahunnya adalah 1.127,70 m3/ha/th, maka luas hutan kota optimal yang dibutuhkan adalah 1.514,78 ha atau 12,78% dari luasan kota. Defisit air belum dapat dinihilkan dengan perluasan hutan kota di semak dan tanah kosong sebagai lahan yang tersedia. Setelah kedua lahan tersebut dikonversi, luas hutan kota menjadi 933,09 ha. Luas hutan kota maksimal pada lahan yang tersedia tersebut tidak cukup untuk menihilkan defisit air, masih terdapat defisit air sebanyak 993.529,46 m3/th. Untuk mencukupi kebutuhan air, maka diperlukan struktur lain, yaitu sumur resapan. Kotamadya Bogor memiliki dua tipe tanah, yaitu tanah Latosol dan Regosol. Diperoleh hasil perhitungan bahwa jumlah sumur resapan pada tanah Regosol sebanyak 53, sedangkan pada tanah Latosol sebanyak 2.166 sumur resapan. Total sumur resapan yang dibutuhkan Kotamadya Bogor adalah 2.219 sumur resapan. 6.2 Saran 1.
Untuk memperoleh keakuratan data kebutuhan air di Kotamadya Bogor yang lebih tinggi, maka dibutuhkan penelitian lebih lanjut mengenai kebutuhan air yang sesuai dengan konsumsi sebenarnya di masyarakat.
2.
Dibutuhkan studi lebih lanjut mengenai efektifitas sumur resapan dalam menyerap air hujan yang sesuai dengan kondisi nyata di lapangan.
3.
Untuk pengendalian kebutuhan air di Kotamadya Bogor, maka diperlukan upaya menekan pertumbuhan penduduk seperti penggalakan program Keluarga Berencana (KB) dan penekanan laju urbanisasi.
DAFTAR PUSTAKA
Adriyanto E. 2007. Prediksi Kebutuhan Air di Sub DAS Ciomas DAS Cidanau – Banten [skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan IPB. Anonim. 2008. Pengertian, Definisi, Macam, Jenis dan Penggolongan Industri di Indonesia - Perekonomian Bisnis. http://organisasi.org/pengertian _definisi_macam_jenis_dan_penggolongan_industri_di_indonesia_ perekonomian_bisnis. [6 Mei 2008]. Arsyad S. 2006. Konservasi Tanah dan Air. Bogor: IPB Press. [BPLHD] Badan Pengendalian Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jawa Barat. 2004. Tingkat Pelayanan Air Bersih Menurut Kabupaten/Kota di Jawa Barat, hlm 6. Di dalam Lemtek Konsultan Indonesia. 2007. Kajian Daya Dukung Pulau Jawa. Jakarta. [BPS] Badan Pusat Statistik.1996. Bogor dalam Angka Tahun 1996. Bogor: BPS. _____________________. 1998. Bogor dalam Angka Tahun 1998. Bogor: BPS. _____________________.1999. Bogor dalam Angka Tahun 1999. Bogor: BPS. _____________________. 2000. Bogor dalam Angka Tahun 2000. Bogor: BPS. _____________________. 2001. Bogor dalam Angka Tahun 2001. Bogor: BPS. _____________________. 2002. Bogor dalam Angka Tahun 2002. Bogor: BPS. _____________________. 2003. Bogor dalam Angka Tahun 2003. Bogor: BPS. _____________________. 2004. Bogor dalam Angka Tahun 2004. Bogor: BPS. _____________________. 2005. Bogor dalam Angka Tahun 2005. Bogor: BPS. _____________________. 2006. Bogor dalam Angka Tahun 2006. Bogor: BPS. _____________________. 2007. Bogor dalam Angka Tahun 2007. Bogor: BPS. Chang M. 2002. Forest Hydrology, an Introduction to Water and Forest. Boca Raton, London, New York: CRC Press. Dahlan E. 1992. Hutan Kota: untuk Pengelolaan dan Peningkatan Kualitas Lingkungan Hidup. Jakarta : Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia. Direktorat Jenderal Penataan Ruang – Departemen Pekerjaan Umum. Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan. http://www.penataanruang .net [20 Januari 2009]
Dilaga SH. 1992. Nutrisi Mineral pada Ternak (Kajian Khusus Selenium). Jakarta: Akademika Pressindo. Fakuara Y. 1987. Konsepsi Pengembangan Hutan Kota. Bogor: Fakultas Kehutanan – Institut Pertanian Bogor. Hakim. 1986. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Lampung: Penerbit Universitas Lampung. Handoko. 1995. Klimatologi Dasar. Jakarta: PT. Dunia Pustaka Jaya. Kartasapoetra G, Kartasepoetra AG, Sutedjo MM .1991. Teknologi Konservasi Tanah dan Air. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Kusnaedi. 2002. Sumur Resapan untuk Pemukiman, Perkotaan & Pedesaan. Jakarta: Penebar Swadaya. Linsley RK & Franzini JB. 1989. Teknik Sumberdaya Air: Jilid 1. Jakarta: Erlangga. Mulyana N, Kusmana C, Abdullah K dan Prasetio LB. 2007. Hubungan Luas Tutupan Hutan Terhadap Potensi Banjir dan Koefisien Limpasan di Beberapa DAS di Indonesia. Solo: Balai Penelitian Kehutanan Solo. Menteri Kesehatan. 1990. Peraturan Menteri Kesehatan No. 416 Tahun 1990 Tentang : Syarat-syarat Dan Pengawasan Kualitas Air. Jakarta: Republik Indonesia. [PDAM] Perusahaan Daerah Air Minum Tirta Pakuan. 2008. Kapasitas Produksi PDAM Kotamadya Bogor Tirta Pakuan. http://www.pdamkota bogor.go.id/. [14 November 2008]. Purwanto MYJ. 1995. Water Demand for Industry, Village and City. Di dalam : Water Demand in Developing Country. Tokyo. [RI] Republik Indonesia. 2002. Peraturan Pemerintah No. 63 Tentang Hutan Kota. Jakarta: Presiden Republik Indonesia. Seyhan E. 1990. Dasar-dasar Hidrologi. Yogyakarta: UGM Press. Sugiarto E. 1995. Kajian Ketersediaan dan Kebutuhan Air untuk Daerah Aliran Sungai Citarum Hulu [tesis]. Bogor: Program Pascasarjana IPB. Suripin. 2002. Pelestarian Sumberdaya Tanah dan Air. Yogyakarta: Penerbit Andi. Suriamiharja, PS. 2005. Penentuan Luasan Hutan Kota Berdasarkan Kebutuhan Oksigen di Kotamadya Jakarta Pusat [skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
LAMPIRAN
Lampiran 1 Data jumlah penduduk, rata-rata pertumbuhan penduduk per kelurahan/desa di Kotamadya Bogor Kecamatan
Bogor Selatan
Bogor Timur
Jumlah Penduduk (Jiwa)
Kelurahan
Luas (ha)
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
Batu tulis Bojong kerta Bondongan Cikaret Cipaku Empang Genteng Harjasari Kertamaya Lawang Gintung Muarasari Mulyaharja Pakuan Pamoyanan Rancamaya Rangga mekar Sub total Baranangsiang Katulampa Sindangrasa Sindangsari Sukasari Tajur Sub total
66 276 68 345 174 79 173 149 360 61 154 470 104 245 200 148 3081 235 491 106 90 48 45 1015
10342 5931 13582 14321 8429 17274 5047 7244 3309 8010 6412 10449 4419 5619 4242 8065 132695 23784 13569 7865 6043 11208 4794 67263
10220 5906 13491 14152 9591 17077 5249 7194 3449 7670 6390 10454 4459 5636 4444 8216 133598 23920 13871 7867 6015 11055 4715 67443
10074 6178 13826 14620 9616 17015 5349 7246 3483 7127 6408 10557 4451 5755 4466 8424 134595 24068 14017 7990 7099 11059 4773 69006
10260 5789 13652 15644 4664 16816 5502 9484 3794 7799 7267 10659 6481 5738 4467 8136 136152 24388 17846 9339 7887 11781 6016 77257
10535 6236 13642 16769 9993 16613 5948 9791 4228 7832 8367 12346 5131 8915 4414 9540 150300 23862 18005 9386 7979 11755 6038 77025
9804 6780 13669 15476 10828 17294 6167 10837 4225 7989 8684 13048 5043 9860 4774 10144 154622 24867 19445 10296 7689 11960 6490 80747
9886 7536 13864 15815 11350 17661 6415 11457 4479 8113 8933 13316 5098 10358 5088 10638 160007 25688 20919 10804 7798 12012 6703 83924
10089 7691 14149 16140 11583 18024 6547 11692 4571 8280 9117 13590 5203 10571 5193 10857 163295 25683 20915 10802 7796 12010 6702 83907
10251 7897 14288 16599 11304 18128 6786 11774 4768 8114 9693 14323 5175 11458 5249 10938 166745 26153 22250 11858 7440 11955 7322 86978
10507 8094 14645 17013 11586 18581 6955 12068 4887 8317 9935 14681 5304 11744 5380 11211 170908 26832 22828 12166 7633 12265 7512 89237
Rata-rata pertumbuhan penduduk 0.0022 0.0363 0.0085 0.0202 0.1024 0.0083 0.0364 0.0620 0.0449 0.0051 0.0511 0.0395 0.0321 0.0956 0.0272 0.0386 0.0289 0.0136 0.0623 0.0511 0.0285 0.0103 0.0540 0.0325
Lanjutan Lampiran 1 Jumlah Penduduk (Jiwa) Kecamatan
Bogor Utara
Bogor Tengah
Bogor Barat
Kelurahan Bantarjati Cibuluh Ciluar Cimahpar Ciparigi Kedung Halang Tanah Baru Tegal Gundil Sub total Babakan Babakan pasar Cibogor Ciwaringin Gudang Kebon Kelapa Pabaton Paledang Panaragan Sempur Tegallega Sub total Balumbangjaya Bubulak Cilendek Barat Cilendek Timur Curug Curugmekar
Luas (ha) 170 154 220 444 161 192 233 198 1772 122 41 44 73.4 32 47.5 63 178 27 63 123 813 154 314 174 105 195 104
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
19759 13453 8216 8211 10237 11018 14446 16096 101436 8082 11561 7985 9162 8754 9489 4047 11731 7685 9687 15790 103973 8014 8482 12054 8253 6272 5885
19852 12975 8329 8435 10457 11286 14465 16165 101964 8171 11562 8001 9147 8752 9486 4125 11654 7612 9584 15451 103545 8101 8498 13671 8264 8296 5824
19806 14145 8280 9199 11901 14380 15634 16211 109556 8091 11606 7968 9291 9118 9538 4205 11627 7533 9693 15720 104390 8179 8535 14149 10054 6292 6306
19763 14561 8309 9286 11146 15612 15510 16382 110569 8038 11560 8004 9039 8640 9527 4087 11589 7496 9755 15679 103414 8031 8971 14242 9561 7014 7447
22409 17560 9064 11017 20643 15511 17318 22772 136294 6189 10519 7539 7056 7634 10402 3773 10468 6296 7944 14616 92436 8645 9023 14660 10284 6784 6605
22291 15914 10496 12375 18131 16678 18417 24068 138370 7082 10388 7557 7360 7624 10560 3572 11188 6550 8175 15634 95690 9033 9683 14608 11284 7791 8752
22305 16365 12042 13152 19095 17880 18936 24815 144590 7876 10343 7689 8002 7782 10743 3608 11560 6921 8336 16930 99790 9398 10601 14792 11736 8278 9496
22848 16763 12335 13472 19559 18315 19397 25419 148107 7984 10485 7795 8112 7889 10891 3658 11719 7016 8451 17163 101162 9525 10745 14993 11895 8390 9625
22219 13656 13184 14896 20491 18333 20309 26490 149578 8992 10251 7588 8877 7655 10904 3362 12444 6993 8722 17388 103176 9763 10917 15068 12847 9296 11137
22853 14045 13560 15321 21075 18856 20888 27245 153843 9245 10539 7801 9126 7870 11210 3456 12794 7189 8967 17877 106075 10039 11226 15494 13210 9559 11452
Rata-rata pertumbuhan penduduk 0.0172 0.0102 0.0588 0.0731 0.1089 0.0643 0.0425 0.0656 0.0494 0.0210 -0.0097 -0.0023 0.0038 -0.0106 0.0190 -0.0165 0.0108 -0.0055 -0.0062 0.0148 0.0031 0.0257 0.0321 0.0290 0.0560 0.0582 0.0833
Lanjutan Lampiran 1 Jumlah Penduduk (Jiwa) Kecamatan
Bogor Barat
Tanah Sareal
Kelurahan/Desa
Gunungbatu Loji Margajaya Menteng Pasirjaya Pasirkuda Pasirmulya Semplak Sindangbarang Situgede Sub total Cibadak Kayumanis Kebon Pedes Kedungbadak Kedungjaya Kedungwaringin Kencana Mekarwangi Sukadamai Sukaresmi Tanah Sareal Sub total Kota Bogor
Luas (ha) 220 253 355 209 290 225 100 44 370 273 3285 464 243 104 195 72 142 135 112 98 105 214 1884 11850
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
15682 10933 4062 14499 14139 10544 4128 8302 12636 6203 150088 11362 6499 20495 21845 9693 12755 5512 6855 7495 7469 9739 119719 675174
15515 10786 4066 14602 14216 10632 4104 8311 12459 6293 153638 11273 6493 20367 21769 9735 13087 6536 8073 7709 7420 9864 122326 682514
16104 10909 4254 15342 14219 10732 4104 8760 12815 6287 157041 11531 6674 20137 21773 9770 12862 7560 7530 7567 7425 10079 122908 697496
18178 12293 5019 13323 17058 12059 4271 8344 11445 6966 164222 11590 6616 20227 21866 9823 12927 7585 7577 7598 7303 9986 123098 714712
18267 12062 5108 13723 17470 12178 4255 8643 12079 7067 166853 15677 8473 21226 22050 10543 16459 7346 8489 9801 8709 8648 137421 760329
18103 12541 4617 14062 18210 12403 4347 9173 13349 7386 175342 15821 8922 21553 22976 10945 17930 8631 9543 10294 9151 8886 144652 789423
18312 12873 4628 14280 18741 12823 4448 9877 14082 7630 181995 16123 9186 21750 24611 11176 18711 9448 10537 10583 9440 8836 150401 820707
18560 13048 4691 14474 18995 12997 4508 10011 14273 7734 184464 16148 9200 21784 24649 11193 18740 9463 10553 10600 9455 8850 150636 831571
17945 13399 4047 14806 19618 12945 4464 10289 15875 8005 190421 16024 9768 22235 24884 11656 20530 11031 11439 11207 9935 9478 158187 855085
18453 13778 4161 15225 20173 13311 4590 10580 16324 8231 195808 16539 10082 22949 25683 12030 21189 11385 11806 11567 10254 9782 163267 879138
Rata-rata pertumbuhan penduduk 0.0191 0.0268 0.0062 0.0068 0.0417 0.0268 0.0120 0.0279 0.0308 0.0324 0.0301 0.0475 0.0530 0.0128 0.0184 0.0245 0.0610 0.0870 0.0648 0.0526 0.0374 0.0020 0.0356 0.0299
Lampiran 2 Data jumlah kebutuhan air harian dan tahunan setiap kelurahan/desa di Kotamadya Bogor Kecamatan Kelurahan / Desa
Bogor Selatan
Bogor Timur
Bogor Utara
Bogor Tengah
Bogor Barat
Batu tulis Bojong kerta Bondongan Cikaret Cipaku Empang Genteng Harjasari Kertamaya Lawang Gintung Muarasari Mulyaharja Pakuan Pamoyanan Rancamaya Rangga mekar Sub total Baranangsiang Katulampa Sindangrasa Sindangsari Sukasari Tajur Sub total Bantarjati Cibuluh Ciluar Cimahpar Ciparigi Kedung Halang Tanah Baru Tegal Gundil Sub total Babakan Babakan pasar Cibogor Ciwaringin Gudang Kebon Kelapa Pabaton Paledang Panaragan Sempur Tegallega Sub total Balumbangjaya Bubulak
Jumlah Penduduk th 2007 (Jiwa) 10530 8388 14769 17357 12772 18735 7209 12816 5106 8359 10443 15260 5475 12867 5526 11644 177257 27198 24249 12787 7850 12392 7918 92395 23246 14189 14357 16441 23370 20068 21775 29033 162481 9439 10437 7783 9161 7786 11424 3399 12931 7150 8911 18141 106564 10297 11586
Kebutuhan air (m3/hari) 1458,40 1161,79 2045,51 2404,00 1768,95 2594,77 998,41 1775,06 707,23 1157,78 1446,34 2113,50 758,22 1782,13 765,39 1612,68 24550,15 3766,99 3358,48 1771,03 1087,29 1716,29 1096,61 12796,69 3219,51 1965,19 1988,48 2277,13 3236,81 2779,47 3015,88 4021,13 22503,62 1307,29 1445,48 1078,00 1268,79 1078,42 1582,21 470,83 1790,99 990,28 1234,24 2512,51 14759,05 1426,10 1604,70
Kebutuhan air (m3/tahun) 532315,23 424053,57 746612,15 877460,88 645666,23 947091,44 364421,34 647895,47 258138,14 422588,74 527915,19 771425,80 276749,97 650475,82 279367,94 588627,28 8960805,18 1374951,61 1225843,59 646427,51 396860,80 626445,14 400262,41 4670791,07 1175122,80 717295,33 725794,24 831153,84 1181435,11 1014507,14 1100797,38 1467714,22 8213820,06 477159,74 527600,47 393471,36 463109,53 393623,48 577507,98 171851,93 653712,02 361453,87 450498,29 917064,69 5387053,34 520527,97 585714,28
Lanjutan Lampiran 2 Kecamatan Kelurahan / Desa
Bogor Barat
Tanah Sareal
Cilendek Barat Cilendek Timur Curug Curugmekar Gunungbatu Loji Margajaya Menteng Pasirjaya Pasirkuda Pasirmulya Semplak Sindangbarang Situgede Sub total Cibadak Kayumanis Kebon Pedes Kedungbadak Kedungjaya Kedungwaringin Kencana Mekarwangi Sukadamai Sukaresmi Tanah Sareal Sub total Total
Jumlah Penduduk th 2007 (Jiwa) 15944 13950 10115 12406 18806 14147 4187 15328 21015 13668 4645 10875 16827 8498 202294 17323 10616 23243 26156 12326 22482 12376 12571 12175 10638 9802 169709 910700
Kebutuhan air (m3/hari) 2208,18 1932,04 1400,98 1718,16 2604,61 1959,36 579,93 2122,99 2910,57 1893,07 643,38 1506,23 2330,52 1176,94 28017,78 2399,29 1470,30 3219,14 3622,62 1707,09 3113,81 1714,08 1741,09 1686,31 1473,37 1357,56 23504,67 126131,95
Kebutuhan air (m3/tahun) 805985,95 705195,41 511357,03 627129,89 950682,94 715166,72 211674,64 774890,55 1062358,20 690969,10 234835,27 549774,46 850641,13 429584,39 10226487,92 875739,65 536660,71 1174987,70 1322255,68 623088,66 m1136540,71 625640,70 635498,04 615501,68 537778,53 495510,99 8579203,06 46038160,63
Lampiran 3 Data jumlah kebutuhan air harian dan tahunan sektor industri Kotamadya Bogor Skala Industri
Jenis Usaha
Makanan Minuman dan tembakau Kayu olahan dan rotan Pulp dan kertas Bahan Kimia industri dan karet Bahan galian non logam Besar dan Kimia Menengah Logam Alat angkut Industri tekstil Industri kulit Industri alpora Industri elektronika Sub total
Jumlah Unit 9 9 10 8 6 2 5 10 5 23 2 1 3 93
Kebutuhan air (m3/hari) 2250 2250 2500 2000 1500 500 1250 2500 1250 5750 500 250 750 23250
Kebutuhan air (m3/tahun) 821250 821250 912500 730000 547500 182500 456250 912500 456250 2098750 182500 91250 273750 8486250
Lanjutan Lampiran 3 Skala Industri
Kecil Formal
Kecil Non Formal
Jenis Usaha
Jumlah Unit
Makanan Minuman dan tembakau Kayu olahan dan rotan Pulp dan kertas Bahan Kimia industri dan karet Bahan galian non logam Kimia Mesin dan rekayasa Logam Alat angkut Industri tekstil Industri kulit Industri alpora Industri elektronika Sub total Makanan Minuman dan tembakau Kayu olahan dan rotan Pulp dan kertas Bahan galian non logam Kimia Logam Alat angkut Industri tekstil Industri kulit Industri alpora Industri elektronika Sub total Total
180 40 111 79 13 37 43 5 79 92 81 68 8 7 843 979 203 80 28 35 23 129 65 142 316 14 37 2051 2987
Kebutuhan air 3 (m /hari) 4500 1000 2775 1975 325 925 1075 125 1975 2300 2025 1700 200 175 21075 24475 5075 2000 700 875 575 3225 1625 3550 7900 350 925 51275 95600
Kebutuhan air 3 (m /tahun) 1642500 365000 1012875 720875 118625 337625 392375 45625 720875 839500 739125 620500 73000 63875 7692375 8933375 1852375 730000 255500 319375 209875 1177125 593125 1295750 2883500 127750 337625 18715375 34894000
Lampiran 4 Data lokasi dan luas taman di Kotamadya Bogor No I 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Nama Taman Kecamatan Bogor Timur Taman depan Ekalokasari (bulat) Taman depan Ekalokasari (trapesium) Taman depan Ekalokasari Taman median Ekalokasari Taman sebelah kanan dari depan PDAM s/d seberang Mardi Yuana Taman dari lampu merah Damkar s/d Terminal Baranang Siang (Kanan) Taman dari lampu merah Damkar s/d Terminal Baranang Siang (Kiri) Taman dari lampu merah Damkar s/d Terminal Baranang Siang Taman depan Terminal Bis Baranang Siang Taman Tol Jagorawi
Luas(m2)
Jenis Taman
3385,19 696,88 174,96 179,69
Pulo Jalan Pulo Jalan Pulo Jalan Median
2229,91
Jalur Hijau
4066,06
Jalur Hijau
6323,56
Jalur Hijau
7486,50
Median
297,56 2113,00
Jalur Hijau Median
Lanjutan Lampiran 4 No 11 12 13 14 15 16 17
Nama Taman Taman depan Terminal Bis Baranang Siang I Taman depan Terminal Bis Baranang Siang II Taman Sudut Jalan Binamarga Taman Jalan Binamarga Taman lapangan Jl. Riau Taman lereng Jl. Riau Taman Bantaran Sungai Ciliwung
18 Taman jalan Riau 19 Taman Jl. Sukasari II dari pasar gemrong (kiri) Taman Jl. Padi dari simpang Pakuan s/d ujung Jl. 20 Binamarga (kanan) Taman Jl. Padi dari simpang Pakuan s/d ujung Jl. 21 Binamarga (kiri) 22 Taman Jalan Pakuan Taman depan Ekalokasari Plaza (sebelah kiri 23 Jl.Siliwangi dari Damkar s/d jl. Masuk plaza Ekalokasari 24 Taman depan Ekalolasari Plaza 25 Taman Segitiga Sukasari III Taman Jl. Bantar Kemang sebelah kiri Jl. 26 Pajajaran Taman sebelah kanan Jl. Otista sebelah kanan SD 27 Bangka s/d belokan Jl. Pajajaran Taman Jl. Malabar sebelah kanan depan 28 Internusa s/d Jl. PMI depan IPB Taman sebelah kiri belokan Jl. Malabar s/d Jl. 29 PMI depan IPB 30 Taman Malabar 31 Taman Lingkungan Malabar Jumlah Luas Taman Kec. Bogor Timur II Kecamatan Bogor Selatan 1 Taman Jl. Sukasari II dari pasar gemrong (kanan) 2 Taman Segitiga Ciawi 3 Taman sudut Ciawi 4 Taman Segitiga Ciawi II Taman dari Auto 2000 sebelah kiri Jl.Siliwangi 5 s/d Gg. Aut Taman Jl. Batutulis I (simpang tiga Jl. Batutulis, 6 Jl. Siliwangi) Taman Jl. Batutulis II (simpang tiga Jl. Batutulis, 7 Jl. Siliwangi) Taman Jl. Batutulis III (simpang tiga Jl. 8 Batutulis, Jl. Siliwangi) Taman Jl. Batutulis sebelah kanan dari belokan 9 Siliwangi s/d belokan pertigaan Bondongan Taman Jl. Batutulis sebelah kiri dari belokan 10 Siliwangi s/d belokan pertigaan Bondongan
Luas(m2) 32,00 114,00 420,42 396,00 1820,40 1306,80 1472,40
288,55
Jenis Taman Pulo Jalan Pulo Jalan Taman Sudut Jalur Hijau Lapangan Lereng Jalur Hijau Bantaran Sungai Jalur Hijau
3510,87
Jalur Hijau
618,70
Jalur Hijau
623,00
Median
799,56
Jalur Hijau
152,70 164,65
Pulo Jalan Taman
1486,16
Jalur Hijau
411,04
Jalur Hijau
5040,57
Jalur Hijau
2363,50
Jalur Hijau
5517,85 210,00 55911,08
Taman Lapangan
2208,60
379,66 35,05 53,63 51,13
Jalur Hijau Pulo Jalan Taman Sudut Pulo Jalan
3255,22
Jalur Hijau
20,16
Pulo Jalan
22,75
Pulo Jalan
16,12
Pulo Jalan
774,60
Jalur Hijau
650,98
Jalur Hijau
Lanjutan Lampiran 4 No Nama Taman 11 Taman Jl. Lawang Gintung (pot berlampu) Taman sudut kota Cibalek pertigaan 12 Lawanggintung Taman Jl. Lawang Gintung sebelah kiri dari 13 Siliwangi s/d belokan Cipaku(sebelum komplek Mbah dalem) Taman Jl. Lawang Gintung sebelah kanan dari 14 Siliwangi s/d belokan Cipaku(sebelum komplek Mbah dalem) 15 Taman Jl. Segitiga Istana Cipaku 16 Taman lereng mbah dalem Cipaku Taman Jl. Cipaku depan istana sebelah kiri dari 17 mebel Mirah s/d belokan Batutulis (International motor) Taman Jl. Cipaku depan istana sebelah kanan 18 dari mebel Mirah s/d belokan Batutulis (International motor) Taman Jl. Pahlawan dari belokan Batutulis SMP 19 PGRI s/d Empang (kiri) Taman Jl. Pahlawan dari belokan Batutulis SMP 20 PGRI s/d Empang (kanan) 21 Taman lapangan Empang pulo 22 Taman pertigaan Empang (pot berlampu) Jumlah luas Taman Kec. Bogor Selatan III Kecamatan Bogor Barat 1 Taman Jl. Pasar Mawar (pot berlampu) 2 Taman sudut Jl. Mawar 3 Taman sebelah kiri Pusat Gizi s/d Jl. Cilendek Taman sebelah kanan dari belokan Jl. Manunggal 4 s/d Perumahan Pusdikintel 5 Taman median depan Pusdikintel Taman Jl. Darul Quran sebelah kiri dari RS. 6 Karya Bakti s/d lampu merah Sindang Barang Taman Jl. Darul Quran sebelah kanan dari RS. 7 Karya Bakti s/d lampu merah Sindang Barang 8 Taman Pulo Jl. Gunung Batu Taman sebelah kiri depan Yonif 316 s/d komplek 9 SD-SMP-SMA Al-Azhari/Asrama Polisi Taman Jl. Raya Bubulak sebelah kiri dari lampu 10 merah Jl. Raya Semplak s/d Jl. Darmaga Taman Jl. Raya Bubulak sebelah kanan dari 11 lampu merah Jl. Raya Semplak s/d Jl. Darmaga 12 Taman median Jl. Raya Bubulak depan terminal 13 Taman median Yasmin 14 Taman sudut kota pertigaan Yasmin 15 Taman pulo jalan Pertigaan Yasmin Jumlah luas Taman Kec. Bogor Barat
Luas(m2) 35,42
Jenis Taman Pulo Jalan
88,20
Taman Sudut
1110,64
Jalur Hijau
1166,48
Jalur Hijau
1013,00 823,98
Pulo Jalan Lereng
1067,67
Jalur Hijau
542,61
Jalur Hijau
866,97
Jalur Hijau
1068,25
Jalur Hijau
3660,54 199,86 16902,92
Lapangan Pulo Jalan
9,77 124,00 3867,30
Pulo Jalan Taman Sudut Jalur Hijau
9536,81
Jalur Hijau
650,60
Median
773,20
Jalur Hijau
686,00
Jalur Hijau
46,15
Pulo Jalan
2052,66
Jalur Hijau
4326,35
Jalur Hijau
4567,95
Jalur Hijau
1124,99 116,73 52,96 1680,00 29615,47
Median Median Taman Sudut Pulo Jalan
Lanjutan Lampiran 4 No IV 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
Nama Taman Kecamatan Bogor Tengah Taman sebelah kiri Jl. Otista dan Pasar Bogor s/d Pos Polisi Tugu Kujang Taman Pulo Tugu Kujang Taman Jl. Pajajaran seberang terminal sebelah kanan Tol Jagorawi s/d lampu merah Bangbarung Taman Jl. Pajajaran sebelah kiri dari pos polisi Tugu Kujang s/d lampu merah Bangbarung Taman Jl. Pajajaran dari Telkom s/d lampu merah Bangbarung Taman Segitiga Pangrango Plaza (depan rumah dinas Walikota) Taman depan rumah dinas Walikota Taman sudut kota Pangrango (kanan) Taman sudut kota Pangrango (kiri) Taman pulo Jl. Pangrango Taman Jl. Jalak Harupat sebelah kanan s/d pintu gerbang Kebun Raya/lampu merah Taman lereng Jl. Jalak Harupat s/d jembatan Ciliwung Taman Jl. Halak Harupat sebelah kiri dari jembatan Ciliwung s/d belakang rumah dinas Walikota Taman lereng istana Jl. Jalak Harupat sebelah kanan Taman Jl. Halimun sebelah kanan dari Jl. Salak s/d pertigaan RRI Taman Jl. Halimun sebelah kiri s/d belakang pertigaan RRI Taman sudut kota belakang RRI Taman sudut kota kanan Pangrango Taman sudut kota kiri Pangrango Taman Jl. Salak sebelah kanan dari belokan Jl. Harupat s/d belokan lampu merah Jl. Pajajaran Taman Jl. Salak sebelah kiri dari belokan Jl. Harupat s/d belokan lampu merah Jl. Pajajaran Taman sudut kota Jl. Salak Taman Kencana Taman jalur ijau taman kencana Taman sudut kota Lapangan sempur Taman lapangan Sempur Taman lereng Lapangan Sempur Taman depan Balitbang Perikanan Taman Bantaran Sungai Ciliwung sebelah kiri gardu listrik Sempur s/d Bantarjati ujung Taman depan pasar Bogor Jl. Ir Juanda Taman jalan depan AKA Jl. Ir. Juanda
Luas(m2)
Jenis Taman
16481,71
Jalur Hijau
379,36
Pulo Jalan
11459,55
Jalur Hijau
4418,79
Jalur Hijau
1684,44
Median
865,69
Pulo Jalan
229,20 1879,54 1820,26 78,77
Jalur Hijau Taman Sudut Taman Sudut Pulo Jalan
4925,96
Jalur Hijau
2833,98
Lereng
1172,51
Jalur Hijau
1489,94
Lereng
763,72
Jalur Hijau
195,76
Jalur Hijau
900,36 41,08 159,12
Taman Sudut Taman Sudut Taman Sudut
1294,37
Jalur Hijau
1585,86
Jalur Hijau
97,96 4795,56 169,78 1307,00 38831,49 1098,13 127,00
Taman Sudut Taman Jalur Hijau Taman Sudut Lapangan Lereng Jalur Hijau
5860,87
Bantaran Sungai
138,00 140,40
Jalur Hijau Pulo Jalan
Lanjutan Lampiran 4 No 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63
Nama Taman Taman Jl. Ir. H. Juanda Taman depan Mall BTM Taman median depan KBN s/d BNI 46 Taman depan BCA Taman depan Bank Mandiri s/d Regina Pacis Taman sudut Bakorwil Jl. Ir Juanda Taman depan istana Jl. Ir Juanda Taman Jl. Paledang sebelah kiri dari BNI s/d belokan Jl. Kapten Muslihat Taman Jl. Paledang sebelah kanan dari BNI s/d belokan PLN Taman Jl. Veteran sebelah kiri SD Panaragan s/d jembatan Cisadane Taman Jl. Veteran sebelah kanan SD Panaragan s/d jembatan Cisadane Taman jalan pertigaan Panaragan Taman depan LP Paledang Taman depan PLN s/d Toko Matahari Taman depan POLWIL s/d SMP Budi Mulia Taman Blumbak depan taman Topi Kapten Muslihat Taman jalan pertigaan Bank Jabar Taman dari depan Bank Jabar s/d Kantor DPRD Taman sudut kota Katedral belakang pos polisi Kapten Muslihat Taman pertigaan Kapten Muslihat dan Juanda (kiri) Taman pertigaan Kapten Muslihat dan Juanda (kanan) Taman sebelah kiri Jl. Pengadilan dari Apotik Sehat s/d Photo copy Taman sebelah kanan Jl. Pengadilan dari SD Pengadilan s/d pintu masuk Regina Pacis Taman sawojajar sebelah kiri dari Hotel Risana s/d Bank Panin Taman sawojajar sebelah kanan dari belokan Bogor Permai s/d Rumah Bersalin Taman Jl. Sudirman sebelah kanan daeri kantor CPM s/d bundaran air mancur Jl. Sudirman Taman lereng jembatan sempur Jl. Sudirman dari jembatan s/d Ruko baru Taman bantaran kali ciliwung jembatan gantung Sempur Taman peranginan Jl. Sudirman Taman sebelah kiri Jl. Sudirman depan Regina Pacis s/d belokan Jl. Martadinata Taman Jl. Merdeka depan bioskop Presiden Taman Jl. Salimun depan pabrik gas
Luas(m2) 338,67 71,05 730,58 48,18 1379,39 14,96 70,56
Jenis Taman Pulo Jalan Pulo Jalan Median Jalur Hijau Jalur Hijau Taman Sudut Taman
960,10
Jalur Hijau
1316,98
Jalur Hijau
592,66
Jalur Hijau
849,38
Jalur Hijau
1,73 143,95 116,07 418,48
Pulo Jalan Jalur Hijau Jalur Hijau Jalur Hijau
77,28
Taman blumbak
11,79 339,11
Pulo Jalan Jalur Hijau
465,14
Taman Sudut
21,99
Pulo Jalan
20,85
Pulo Jalan
381,50
Jalur Hijau
803,28
Jalur Hijau
522,35
Jalur Hijau
778,10
Jalur Hijau
2730,63
Jalur Hijau
1601,79
Lereng
1699,44
Bantaran Sungai Taman
5995,60
Jalur Hijau
10,05 245,18
Pulo Jalan Jalur Hijau
4512,00
Lanjutan Lampiran 4 No 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 V 1 2 3 4 5 6 7
Nama Taman Taman Jk. Ciwaringin Merdeka sebelah kiri dari kantor Uniskop s/d belokan Jl. Martadinata Taman Jl. Cimanggu sebelah kiri pos polisi s/d Gg. Pesantren Taman Jl. Cimanggu sebelah kanan gardu listrik s/d Gg. Mentri guru Taman depan hotel Mirah Jl. Pangrango/Taman Lingkungan Taman Jl. Martadinata dari Kel. Ciwaringin s/d Masjid UIK Taman Jl. Martadinata sebelah kanan dari sekolah Taman Siswa s/d belokan Pusdizi Taman lapangan sempur kaler depan SD Sempur Taman sebelah kiri Jl. Pajajaran / Jl. Kumbang s/d Jl. Bogor Baru Taman sebelah kanan Jl. Pajajaran/Jl. Kumbang s/d Bogor Baru Taman Jl. Lodaya sebelah kiri dari Bogor Baru s/d Lab. IPB Taman Jl. Lodaya sebelah kanan dari Bogor Baru s/d Lab. IPB Taman Jl. Bogor Baru sebelah kanan Jl. Pajajaran s/d Cimahpar Taman Jl. Bogor Baru sebelah kiri dari Jl. Pajajaran s/d Cimahpar Kebun pembibitan Taman lereng Ciremai dari SMP 3 s/d Tanjakan Sempur Jumlah luas Taman Kec. Bogor Tengah Kecamatan Bogor Utara Taman Jl. Pajajaran sebelah kiri dari lampu merah s/d pos polisi warung jambu Taman Jl. Pajajaran sebelah kanan dari pertigaan Bangbarung s/d kantor Deppen Warung Jambu Taman sudut kota Warung Jambu Taman segitiga Warung Jambu Taman median dari lampu merah Bangbarung s/d Warung Jambu Taman median dari pertigaan lampu merah Bangbarung s/d Jl. Pandu Raya Taman pulo jalan Bangbarung
8 Taman lapangan bola Indraprasta Taman Narkoba sebelah kiri dari arah Jl. Cibinong 10 Taman Narkoba (tengah) Taman Narkoba sebelah kanan dari arah 11 Cibinong 12 Taman sudut kota Cibuluh 9
Luas(m2)
Jenis Taman
432,20
Jalur Hijau
3805,83
Jalur Hijau
4419,17
Jalur Hijau
1655,26
Taman
1848,49
Jalur Hijau
1279,16
Jalur Hijau
1920,05
Lapangan
6002,45
Jalur Hijau
357,00
Jalur Hijau
957,26
Jalur Hijau
1114,14
Jalur Hijau
1458,80
Jalur Hijau
904,70
Jalur Hijau
4818,04
Kebun pembibitan
9681,00
Lereng
175148,53 1328,40
Jalur Hijau
3949,59
Jalur Hijau
142,78 60,86
Taman Sudut Pulo Jalan
5320,18
Median
1604,17
Median
232,23
Pulo Jalan Lapangan
8870,00 486,45
Pulo Jalan
663,98
Pulo Jalan
191,20
Pulo Jalan
712,96
Taman Sudut
Lanjutan Lampiran 4 No Nama Taman 13 Taman median Jl. Jenderal A. Yani Jumlah luas Taman Kec. Bogor Utara VI Kecamatan Tanah Sareal 1 Taman air mancur Jl. Sudirman 2 Taman sudut kota jembatan situ duit Jl. A. Yani Taman sebelah kanan Jl. A. Yani dari belokan Jl. 3 Dadali s/d bundaran Taman Air Mancur Taman sebelah kiri dari belokan pasar Warung 4 Jambu s/d Taman air mancur (Jl. A. Yani) Taman sudut kota belakang air mancur Jl. 5 Sudirman Taman sebelah kanan Jl. Dadali s/d belokan A. 6 Yani Taman Jl. Dadali sebelah kiri dari TK kartika s/d 7 belokan pom bensin A. Yani 8 Taman Jl. Pertigaan Kebon Pedes (pot berlampu) Taman Jl. Kesehatan sebelah kanan dari Jl. 9 Dadali s/d Jl. A. Yani Taman Jl. Kesehatan sebelah kiri dari Jl. Dadali 10 s/d Jl. A. Yani 11 Taman median Jl. Kesehatan Taman Jl. Merak sebelah kiri dari Kantor Agraria 12 s/d Jl. Dadali Taman Jl. Merak depan kantor Agraria s/d Jl. 13 Dadali 14 Taman lapangan bola Heulang Taman Jl. Heulang sebelah kanan dari Jl. Dadali 15 s/d Jl. A. Yani Taman Jl. Heulang sebelah kiri dari Jl. Dadali s/d 16 belokan Jl. A. Yani Jumlah luas Taman Kec. Tanah Sareal Jumlah luas Taman se-Kota Bogor
Luas(m2) 182,75
Jenis Taman Median
23745,55 3036,75 88,91
Taman Taman Sudut
12589,32
Jalur Hijau
2681,66
Jalur Hijau
186,18
Taman Sudut
4270,82
Jalur Hijau
4110,68
Jalur Hijau
11,58
Pulo Jalan
292,16
Jalur Hijau
641,76
Jalur Hijau
902,40
Median
1614,00
Jalur Hijau
1644,11
Jalur Hijau
28388,44
Lapangan
1058,39
Jalur Hijau
1617,55
Jalur Hijau
63134,71 364458,26
Lampiran 5 Data curah hujan bulanan stasiun Katulampa tahun 1981-2003 Tahun 1981 1982 1983 1984 1985 1986 1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994
Jan 497 706 357 509 646 444 512 383 553 409 518 292 676 346
Peb 526 333 449 387 450 381 668 381 478 421 403 565 332 499
Mar 923 267 283 703 305 544 540 499 478 274 317 408 475 399
Apr 314 368 250 629 341 269 440 296 190 259 211 353 489 362
Mei 623 410 681 318 445 171.5 200 234 547 372 113 100 271 281
Jun 413 117 34 198 239 258 405 106 75 60 271 275 428
Jul 437 87.5 158 234 281 222 113 32 116 157 83 57 229 113
Ags 138 19 0 436 245 355 43 156 164 386 77 405 484 105
Sep 344 260 190 423 566 804 110 195 210 87 189 269 332 425
Okt 254 109 502 293 315 548.5 200 420 363 367 198 835 393 548
Nop 170 650 414 418 225.5 653.5 341 469 363 356 405 295 460 562
Des 472 464 505 224 60 501 278 273 418 497 389 500 561 315
Tahunan 5108 3702.5 3822.5 4770 3892 3776 3849 3443.5 3954 3584 2962 4350 4975.5 4381.5
Lanjutan Lampiran 5 Tahun 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003
Jan 843 398 411 569 443 481 448 628 162
Peb 449 430 140 435 222 249 573 388 629
Mar 456 412 261 744 264 207 293 432 459
Apr 551 340 274 397 239 234 442 277 537
Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des Tahunan 296 43 2 24.5 132 410 498 306 4010 388 147 247 453 312 308 396 368 4199 383 45 57 49 10 147 490 359 2626 321 586 418 405 306 496 293 135 5104.5 342 308 139 63 57 699 499 354 3629 341 115 260 335 237 351 416 152 3378 312 327 363 179 410 408 362 102 4219 320 203 420 45 130 355 574 507 4279 275 129 4 308 291 475 255 356 3880 Rata-rata CH tahunan 4014 Keterangan : Data curah hujan tahun 1990 tidak diperhitungkan dalam rata-rata curah hujan tahunan stasiun Katulampa, karena data curah hujan bulan Juni 1990 tersebut hilang dan tidak bisa diduga menggunakan rumus, karena tidak ada data pada tahun yang sama di stasiun Empang maupun Kebun Raya.
Lampiran 6 Data curah hujan bulanan stasiun Empang tahun 1991-2003 Tahun 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003
Jan 328 458 660* 713 522 507 385 351 226 331 331 648 153
Peb 363 473 374 359 380 514 152 490 183 290 247 459 630
Mar 583 418 455 424 426 167 394 658 127 119 117 498 400
Apr Mei Jun Jul 274 103 78 51 246 245 248 311 326 387 260 194 597 406 126 14 418 400 536 200 332 236 66 291 289 486 45 22 285 332 408 254 423 315 374 389 229* 548 293 213 284 514 290 212 571 263 244 341 619 511 88 26 Rata-rata CH tahunan
Ags 135 360 560 16 27 440 40 310 64 223 212 133 63
Sep 122 233 493 149 374 453 64 186 61 230 318 148 300
Okt 365 661 555 446 600 305 144 458 564 253 253 265 587
Nop 590 361 487 537 560 383 661 218 455 253 452 437 301
Des 509 484* 614 307 259 307 351 120 228 468 131 477 208
Tahunan 2992 4014 4751 3787 4443 3694 2682 3950 3181 2982 3230 4007 3678 3645
Keterangan : *) Data curah hujan bulanan yang hilang dan kemudian diduga menggunakan formula Normal Ratio Methode.
Lampiran 7 Data curah hujan bulanan stasiun Kebun Raya tahun 2002-2006 Tahun 2002 2003 2004 2005 2006
Jan 673 269 440 410 555
Peb 416 712 282 599 527
Mar 462 493 500 519 188
Apr Mei Jun Jul 682 305 162 364 633 552 212 25 694 275 57 67 271 412 985 228 389 322 224 37 Rata-rata CH tahunan
Ags 163 97 57 228 49
Sep 79 286 267 368 115
Okt 532 601 204 373 119
Nop 469 322 480 136 214
Lampiran 8 Rata-rata aritmatika curah hujan tahunan Kotamadya Bogor Stasiun Pengamatan Stasiun Katulampa Stasiun Empang Stasiun Kebun Raya Bogor Rata-rata aritmatika
Rata-rata Curah Hujan Tahunan (mm) 4014 3645 4097 3919
Des 336 368 396 156 130
Tahunan 4643 4570 3719 4685 2869 4097
SKALA 1 : 180.000
Sumber : Pusat Pengkajian Lingkungan Hidup IPB
Lampiran 9. Peta batas kecamatan Kotamadya Bogor
LEGENDA
SKALA 1 : 180.000 Sumber : Pusat Pengkajian Lingkungan Hidup (PPLH) IPB
Lampiran 10. Peta batas kelurahan/desa Kotamadya Bogor
SKALA 1 : 180.000
Sumber : Pusat Pengkajian Lingkungan Hidup
Lampiran 11. Peta penutupan lahan Kotamdya Bogor tahun 2007
SKALA 1 : 180.000
Legenda : Tanah Latosol Tanah Regosol
Sumber : Pusat Pengkajian Lingkungan Hidup (PPLH) IPB
Lampiran 12. Peta jenis tanah Kotamadya Bogor.