SAMBUTAN REDAKSI
Malaysia-Indonesia (Malindo) telah diperdengarkan diforum "lttltrnational Cnrnference" semangat itu akan ditingkatkan lebih besar yakni Asean, Asia bahkan dul$a.
Spirit
Semangat gerakan perubahan dari Malaysia-Indonesia ini telah mengobarkan semangat pembangunan bangsa-bangsa Asean khususnya dibidang ilmu pengetahuan, ilmu pendidikan, r:lrnu ekonomi, ilmu akuntansi, dan ilmu manajemen.
Cnllng bersambut perguruan tinggi di ASEAN tengah berpartisipasi dalam lnternational Cmference, bahkan dipublikasikan dalam bentuk prosiding bemomor ISSN sebagai dokumen firniatr Prosiding akan terbit dua macam : I
I
I l
Terbit dua jilid dengan nomor sama. Terbit satu utuh.
jenis baik utuh maupul yang dipecah dua jilid adalah sama dan berlaku sama dalam Slrl*uan angka kredit untuk karya ilmiah maupun artikel ilmiah.
fGfu
r-i*qra intemasional dalam bentuk Internasional Conference ini sangat membanggakan *-!rl adanya banyak perguman tinggi yang ikut berpartisipasi, sehingga menjadi contoh lrrmh
menginternasionalkan pemikir-pemikir ilmu pengetahuan yang berasal dari Asean dunia.
$&mat berkary4
Ilfuir Malindo
semoga bermanfaat bagi seluruh umat manusia yang membutuhkan.
dan spirit Asean untuk dunia.
Dn- R- SahedhyNoor S.K., M.M. S-E., M.M.
Snrto.
DAFTAR ISI
fcver Depan
i
Sambutan Redaksi
ii
Sambutan Rektor UST ...
iii
Daftar Isi
tv
vo
JUDUL
PENULIS / ASAL PENULIS
HAL
Gaya Kepemimpinan Pengetua dan Model Laluan Matlamat
l. 2.
I -r0
Model Pembelajaran Mandiri Berbasis Web untuk Meningkatkan Kompetensi Belajar Mahasiswa di Perguruan
2.
n
Tinssi Pendidikan Berbasis Kearifan Lokal
I
.mplementasi Pembelajaran Berorientasi Kontruktivisme Model Siklus Belajar Sebagai Upaya Meningkatkan Motiva-si Mahasiswa PKK FKIP UST 2 Asas-asas Pembinaan Buku Pelajaran Bahasa Arab Berasaskan
Alqurtut
Ke Arah Memperkasakan Seni Muzik dalam Sistem Pendidikan : Satu Pengamatan Awal
6
ptay Wittr Story Fiction Science untuk Mengemtrangkan
1
Aniza Alwi Abdul Rahman ldris Fakulti Pendidikan University Malaya 1. Laksmi Dewi
I l-19
Muhammad Asra I Jniversitas Pendidikan Indonesia Arif Bintoro Johan
20-25
Fakrrltas Keguruan dan
llmu
Pendidikan Unileisitas
Sarianawivata Tamansiswa Yosvakarta Aris Munandar
Fakkultas Keguruan
YosYakarta 1. Muhammad Azhu Zailainr 2. Zamawi lsmail 3. Sainei Awang Damit UniversiW Malaya
EfeLlivitas Pendckatan Lingkungan Terhadap Prestasi Belajar Gelombang Bunyi Ditinjau dari Minat Belaju Mahasiswa Sfudi FiSiK FKIP UST Corak Pembacaan dan Impaknya Terhadap Penerbitan Bahan Bacaan Kanak-kanak : Jangkaan Masa Depan
PTOSTAM
9
10
i]
Pendekatan Akhlak Islamiah Dalam Pengajaran dan Pembelajaran Pendidikan Islam
Model Kewirausahaan Berbasis Anak Putus Sekolah Sebagat
Us$a untuk Mengentaskan Kemiskinan di Wilayah Kotagede t2
l3
t4
Yoevakatta Kebudayaan Adalah endidikan ( Tinjauan Hermeneutik Pidato Doktor HC Ki Hadiar Dewantara) Pengenalan Kepada Amalan Kepemimpinan Guru di Malaysia : Cabaran dan Cadangan
Pengalaman Mengguna Motivasi Dalam Kepemimpinan
Sekolah
t5
16
t7
t8
Aktualisasi Nilai-nilai Wayang Kulit Dalam Konteks Manajemen Pendidikan Budi Pekerti Pada Siswa Sekolah Meneneah Atas Sistem Among Sebagai Budaya Organisasi Korelasinya terhadap Kirierja Anggota Majelis Ibu Pawiyatan Tamansiswa YosYakarta Strategi Menginstitusikan Progam Perkemtrangan Profesionalisme Guru-guru Novis di Sekolah
Usability Of Cooperative Leaming Model In Chinese Lanmrase Teachins
3642
Azil Bin Ariffin
4349
Fakulti Pendidikan dan Pembangunan Manusia Universiti Pendidikan Sultan ldris Astuti WUayanti
50-55
Mc:nincful karnine An"k Usia Dini 8
26-35
dan llmu Pendidikan UST
Hidayati FKIP UST Yogyakarta
5644
l. 2. 3. 4.
65-72
Mohd Khairul Amran Md Daud Saedah Siraj
Sharifah Nor Atifah bt Syed Kamarud{in Ahmad Firdaus Mat Som Fakulti Pendidikan, Universiti Malaya 1. Muhammad Azhw Zallainr 2. Sofiah bt Muhamed Fakulti Pendidikan, Universiti Malaya Ida Bagus Nyoman Udayana Fakultas Ekonomi UST Yogyakarta
'73-79
80-92
Hajar Pamadhi
93-102
l. 2.
Muh. Faizal A. Ghani Nofariza Mohd Radzi Fakulti Pendidikan, Universiti Malaya Shahril Fakultas Ekonomi dan Pengurusan, Univenitas Pendidikan Indonesia Faisol Elham Kolei Pemiagaan. Universiti Malava l. Fatanah Mohamed 2. Zuraidah Abdullah
103-120
l. 2.
t32-139
Mundilarno
121-131
Mukhlas
Prayekti
140-1 50
Fakultas Ekonomi UST Yogyakarta
l. 2,
Mohammed Sani Ibrahim Muhammad Faizal A.Ghani Universiti Malaya l. Nor Lidah Aliaz ') Guek Yee Hui
15 I
-18r
I 82-1 85
IV
*
lnternational conference : Globalizing Local wisdom Education & Economic
PENDIDIKAN BERBASIS KEARIFAN LOKAL
Arif Bintoro Johan JPTK-FKIP Universitas
Sarj
anawiyata Tam ansi swa
ABSTRAK
A.
PENDAHULUAN Selama
ini para pendidik diajari teori pendidikan Barat yang sekuler dan
menjadikannya
sebagai standar. Di kampus teori-teori tersebut diagung-agungkan sebagai sebuah menara gading. Fial ini telah membentuk pola pikir dan pral{ek sekuler dalam dunia pendidikan Indonesia; daln apa yang terjadi sekarang ini merupakan hasil dari pola pikir tersebut. Pendidikan bangsa ini seperti metuyang,
kurang membumi. Sebuah contoh: rnata pelajaran yang diajarkan
sekarang ini kurang memiliki muatan kebangsaan.
di sekolih dan perguruun iinggi
Pendidikan seperti itu tidak berhasil meneguhkan identitas sebagai bangsa melainkan justru
telah mencabut sendi-sendi kebangsaan sehingga menjadi bangsa yang kebangsaan yangjelas. Pendidikan sekarang
dirinya.
tidal memiliki identitas ini telah melahirkan bangsa yang ragu clan galau tentang
Hal itu diantaranya karena pendidikan telah mengabaikan kearifan lokal. Lebih dari 30 tahun ini rnelibatkan konsultal Barat dalam pengelolaan pendidikan yang mendiktekan filosofi dan
bangsa
teori mereka. Hasilnya seperti yang kita saksikan sekarang.
Ini merupakan salah satu bukti bahwa rumus pendidikan Barat tidak selalu mujarab untuk mendidik Bangsa Indonesia. Oleh karena itu bangsa ini harus dididik dalam kultur ke-indonesiaan menggunakan dasar filosofi yang diekstrak dari rahim ibu perliwi sehingga melahirkan anak- anak kandung bangsa, bukan anak tiri.
Apabila pendidikan diperankan menyatu dengan budaya, kemqjuan keduarya akan dirasakan
sebagai peningkatan mutu kehidupan dan perrberdayaan. Sekarang
ini, pandanganlalaterfokus pada dunia luar yang dianggap lebih maju dalam penguasaan iptek. Konsekuensiny4 nilai-nilai budayanya juga dianggap lebih tinggi dari apa yang kita miliki. Padahal, sejatinya nitai-niiai kita lebih uiupiir dan relational. Tidak seharusnya kita membuang jauh atau menganggap rendah pada kultur sendiri. Jepang dan Korea umpamany4 telah berhasil menunjukkan kesuksesan itu. Dengan berpijak padatata cara dan adat istiadatny4 mereka kembangkan keberartian sains yang diakui dunia luai. Hal-ini patut ditiru oleh kita. Sebab dengan berbasis kekayaan buday1 kita bisa maJu dan bangkit melebihi mereka Rumus mujarabnya adalah: kembali ke kearifan lokal. Bukan berarti bahwa kita menolak filosofi dan teori Barat, tetapi harus memberikan ruh kultural yang akan memberikan orientasi terhadap tujuan penggunaannya. Bangsa Indonesia masih harus tetap telajar dari dunia luar namun dalam transfonnasi pengetahuannya harus menggunakan cara berpikir kultural.
Kearifan lokal dalam pendidikan Indonesia diantaranya adalah sosok Ki Hajar Dewantara. Beliau telah menancapkan pilar-pilar pendidikan nasional yang dapat menopang bangunan pendidikan yang berkebangsaan dan bermartabat. Bangsa Indonesia memiliki ke1'akinin bahrva tralau saja negeri ini sejak awal mencoba menegakkan pilar-pila:'tersebut niscal.a pendidikan di negeri ini tidak akan seburuk seperti sekarang ini.
Seperti yang dijelaskan dalam filsafat eksistensialisme bahna manusia bersifat terbuka dalam arti bahwa manusia adalah eksistensi yang tidak pernah selesai unruk djbentuk. Eksistensi manusia adalah juga potensi kemanusiaan yang tak pemah selesai untuk berkembans. Bertolak dari landasan itu Ki Hajar Dewantara beranggapan bahwa pendidikan merupakan upava pengembangan aspek halaman 2O
hternationolconference : Globalizing Localwisdom Education & Economic
manusia seutuhnya secara seimbang dan tak pernah henti. Menurr"rt Beliau pendidikan yang terlalu menitikberatkan pada satu daya saja akan menghasilkan ketidakutuhan perkembangan manusia. Sejak dini Beliau sudah memperingatkan bahwa pendidikan yang menekankan pada aspek intelektual belaka hanya akan mencabut seseorang dari hakikat ke-manusiaannya. Dalam kacamata Ki Hajar Dewantara pendidikan spiritual dan budi pekerti lebih didahulukan dari pada aspek lainnya karena merupakan landasan pengembangan untuk potensi lainnya.
Berdasarkan landasan tersebut
operasionalisasi pendidikan
Ki Hajar Dewantara
yang mengkristal dalam
mengembangkan prinsip-prinsip untuk asas-asas pedagogik, teori belajar,
pengernbangan kurikulum dan pengelolaan pembeiajaran. Dalarn asas-asas tersebut tercennin ide orisinai dan modern dari sosok Ki Hajar Dewantara yang tidak kalah kualitasnya apabila dibandingkan dengan teori yang digagas oleh ahli pendidikan Barat seperti Piaget, Maria Montessori, Frobel dan sebagainya. Bahkan ditinjau dari isu multikultura-lisme ide Ki Hajar lebih rnodern clari ahli-ahli tersebut karena telah mengakomodasi aspek rnultikultural dalarn gagasannya. Salah satu asas yang paling dikenal rnisalnya Ing I'lgarsa Sung Tuladha, lng Madya Mangw Karsa, Tut Wuri Handayani. Asas tersebut sering diinterpretasi secara terbatas dalam kaitannya dengan fungsi guru sebagai teladan, dinamisator dan motivator. Padahal asas lebih dalam menggambarkan pentingnya partisipasi sernua lini masyarakat dalam proses pendidikan. Sebuah landasan untuk membangw learning society. Malah apabila dikernbangkan dapat melahirkan teori pendidikan sosio kultural seperti yang digagas oleh Vigotsk-v dan yang setara dengan cooperative
learning yang dikembangkan David Johnson, Spencer Kagan dan lainnya. Konsep Ing Ngarsa Sung Tuladha, Ing Matlya fuIangztn Karsa, Tut Wuri ltandoyani, pada hakekatnya kongruen dengan stttdent centet"ed learning /SCII. Pernikiran tersebut menunjukkan bahwa pada dasarnya konsep SCL bukanlah barang intport. Namun, telah menjadi tmdisi penditiikan di tanah air. Bahwa Ki Hajar juga pernah menghirup tradisi pendidikan Barat di era kolonial, tiCaklah menghapus akar konsep pendidikan SCL dalam budaya lokal Indonesia.Dengan filosofi ini tidak ada relasi subjek-objek yang hirarkis. Jika pun ada hirarki sosial, konstruksinya tidaklah dominatif cian hegemonik, yang menghambat kreatifitas.
Dalam kependidikan, ha1 itu berarti pendidikan harus ngangeni atau rnen3,enangkan. Tumbuhrya atmosfer menyenangkan hampir mustirhil jika segala sesuatu berpusat pada pendidik, sedangkan siswa hanya duduk pasif mendengarkan cerita sang guru. Menyenangkan membutuhkan keterlibatan peserta didik dalam suasana yang bebas tanpa tekanan dan takut serta kondusif untuk melontarkan gagasan.
Hai itu berarti siswa bukan lagi diandaikan sepefii cangkir-cangkir yang siap diisi oleh "ceretceret" yang difungsikan oleh guru. Pemikir dan praktisi pendidikan Arnerika Latin, Paula Freire, menyebut sistem tersebut sebagai banking system. Siswa bukan lagi dianggap objek yang diajar, Jisuruh, diperintah, diatur, didikte, dan guru sebagai pengajar, penyuruh, pemerintah, pengantur, dan rendikte. Fr"rngsi guru lebih sebagai fasilitator dan dinamisator.
Filosofi tersebut mengajarkan untuk selalu menegakkan kedaulatan subjek. Dalam bidang :endidikan, salah satu subjek pendidikan adalah siswa. Dengan pola ini pembelajaran meniadi, :renyenangkan, sebab siswa memiliki keterlibatan lebih luas dan total" baik secara pikiran, emosional, :rlaupun fisikal. Pola ini menggeser kedudukan siswa yang selalu diposisikan sebagai objek. Sebagai .a1ah satu implikasinya adalah, guru tidak saja dituntut untuk menguasasi materi, kreatif, dan dinamis, ..amun juga prigel.
B.
PENDIDIKAN KARAKTER
Pedidikan karaicier marak menjadi perbincangtrn di Indonesia pada beberapa tahun terakhir. Hal :::ebut berkaitan dengan menurunnya morai dan nilai yang dialami oleh peserta didik dan lulusan ,:iagai output pendidikan Indonesia. Pada prinsipnya pendidikan karakter di lndonesia sudah :::akukan sejak zaman Ki Hajar Dervantara, tetapi kemudian tergerus dengan adanya nilai-nilai halarrran
2- I
ffitW
InternationalConference : Gtobatizing LocalWisdom Educotion & Economic
modern yang masuk dengan begitu derasnya, termasuk dalam bidang pendidikan di Indonesia. Karena itulah, pendidikan karakter sekarang ini masih dipandang sebagai wacana dan belum menjadi bagian yang terintegrasi dalam pendidikan formal, padahal pendidikan di Indonesia sudah memiliki mata pelaj aran Pancasi la, Kewarganegaraan, Budi Pekerti, dan sej en isnya.
Pendidikan dipandang sebagai faktor strategis dalam menciptakan kemajuan sebuah bangsa. Pendidikan yang berkualitas akan mampu menghasilkan sumber daya manusia yang bermutu dengan indikator berkualifikasi ahli, terampil, kreatif, inovatil berkualitas, produktif, serta memiliki attitude (sikap dan perilaku) yang positif. Dewasa ini, pendidikan karakter marak dibicarakan oleh berbagai kalangan, terutama stakeholder yang berkecimpung pada ranah pendidikan. Pendidikan karakter dianggap dapat menjadi solusi yang solutif untuk menanggulangi kemorosotan moral dan nilai yang sekarang ini banyak dialami oleh peserta didik. Pendidikan karakter adalah pendidikan budi pekerti plus, yaitu pendidikan yang melibatkan aspek pengetahuan(cognitive), perasaan (feeling), dan tindakan (action), Dengan pendidikan karakter, seorang anak akan menjadi cerdas emosinya. Kecerdasan emosi adalah bekal terpenting dalam mempersiapkan anak menyongsong masa depan karena dengannya seseorang akan dapat berhasil dalam menghadapi segala macam tantangan, termasuk tantangan untuk berhasil secara akademis.
Survei di lapangan membuktikan bahwa kecerdasan otak seorang peserta didik tidak selalu menjadi tolok ukur utama yang mampu menunjukkan keberhasilan seorang peserta didik dala:n bidang akademis. Faktor lain yang sangat mempengaruhi keberhasilan pesetla didik adalah faktor karakter Karakter tersebut dapat tercermin dalam rasa percaya diri, kemampuan bekerja sama, kemampuan bergaul, kemampuan berkonsentrasi, rasa empati, dan kemampuan berkomunikasi.
Hal ini sesuai dengan pendapat Daniel Goleman dalam Williams, Russel T. dan Ratna Megawangi (2010: 1) tentang keberhasilan seseorang di masyarakat, temyata 80 persen dipenganfti oleh kecerdasan emosi, dan hanya 20 persen ditentukan oleh kecerdasan otak (lQ). Anak-anak yang mempunyai masalah dalam kecerdasan ernosinya, akan mengalami kesulitan belajar, bergaul dan tidak dapat mengontrol emosinya. Anak-anak yang bermasalah ini sudah dapat dilihat sejak usia prasekolah, dan kalau tidak ditangani akan terbawa sarnpai usia dewasa. Sebaliknya para remaja yang berkarakler atau mempunyai kecerdasan emosi tinggi akan terhindar dari masalah-masalah umum yang dihadapi oleh remaja seperli kenakalan, tawuran, narkoba, minuman keras, perilaku seks bebas, dan sebagainya.
Pendidikan karakter di sekolah sangat diperlukan, walaupun dasar dari pendidikan karakter adalah di dalam keluarga. Kalau seorang anak mendapatkan pendidikan karakter yang baik dari keluarganya, alak tersebut akan berkarakter baik sela{utnya. Namun banyak orarg tua yang lebih mementingkan aspek kecerdasan otak ketimbang pendidikan kalakter. Selain itu Daniel Goleman dalam Williams, Russel T. dan Ratna Megawangi (2010: 1) juga mengatakan bahwa banyak orang tua yang gagal dalam mendidik karakler anak-anaknya entah karena kesibukan atau karena lebih
mementingkan aspek kognitif anak. Namun ini semua dapat dikoreksi dengan memberikan pendidikan karakter di sekolah. Namun masalah lain muncul karena kebijakan pendidikan di Indonesiajuga lebih mementingkan aspek kecerdasan otak dan hanya baru-baru ini saja pentingnya pendidikan budi pekerti menjadi bahan pembicaraanyang ramai diperbincangkan.
Pendidikan karakter yang dilaksanakan di sekolah dan lembaga pendidikan yang lain dapat dilakukan dengan menggali nilai-nilai kearifan lokal. Hal tersebut dilakukan karena dalam jangka panjang, pendidikan karakter yang dilakukan diharapkan dapat memberi dampak yang positif pula dalam perkembangan bangsa Indonesia selanjutnya. Peserta didik yang memiliki karakter akan menjadi lulusan atau output pendidikan yang berdaya saing, baik dalam skala nasional maupun intemasional. Adanya globalisasi dengan segala macam arus ide yang membanjiri dan memasuki setiap bidang kehidupan tentu membutuhkan tameng yang tepat. Pendidikan karakter dengan penggalian nilai-nilai kearifan lokai ini dapat menjadi langkah bijaksana agar bangsa lndonesia tetap tidak kehilangan karakter bangsa dengan keanekaragamannya.
lurlarnarr ?2
I
Internationalconference : Globalizing Locolwisdom Education & Economic
Dengan pendidikan karakter yang diterapkan secara sistematis dan berkelanjutan, seorang anak akan rnenjadi cerdas emosinya. Kecerdasan emosi ini adalah bekal penting dalam mempersiapkan anak menyongsong masa depan, karena seseorang akan lebih mLrdah d'an berlasil *"ngnuoupi segala macam tantangan kehidupan, lermasuk tantangan untuk berhasil secara akademis
C.
PENDIDIKAN BERBASIS KEARIFAN LOKAL Pendidikan berbasis kearifan lokal adalah pendidikan yang mengajarkan peserta didik untuk
selalu dekat dengan situasi konkrit yang mereka haclapi setarl-nari.-Model pendidikan berbasis
kearifan lokal merupakan sebuah contoh pendidikan yang mempunyai relevansi tinggi bagi kecakapan pengembangan hidup, dengan berpijak pacla pemberdayaan ketrampilan serta poteiil lok"al pada tiaptiap daerah.
Kearifan lokal milik kita sangat banyak dan beraneka ragam karena Indonesia terdiri atas bermacam-macam suku bangsa, berbicara dalam aneka bahasa dairah, serta menjalankan ritual adat istiadat yang berbeda-beda pula. Kehadiran pendatang dari luar seperti etnis Tiongloa Arab dan India semak in memperkaya kem aj ernukan keari fan I okal. Pendidikan berbasis kearifan lokal dapat cligunakan sebagai media untuk melestarikan potensi masing-masing daerah' Kearifan lokal harus dikembangkan dari potensi daerah. potensi daerah merupakan potensi sumber daya spesifik yang dimiliki suatu daerahtertentu. Salah satu contohnya, potensi Yogyakarta yang cukup dominan dan dikenal luas adalah warisan kuliner seperti gudeg, bakpi4 geplak dan lain sebagainya. Yogyakarta juga dikenal luas karena merniliki kesenian tradisi wayang kulit, jathilan, tari-tarian dan sendratari ramayana.
budi pekerti berbasis kearifan lokal di keluarga menjurus pada pendidikan individual. - Pendikan Sementara, anak tidak bisa hidup sendiri. Artinya, anaf-anak'lain pada- iain keluarga perlu berinteraksi. Interaksi ini akan rnenjadi baik jika anak-anak tidak saja hafbl betapa fentingnya menghormati orang lain tetapijuga dipraktikkan dalam kehiclupan sehari-hari. Sebagian bisar waktu anak dihabiskan di sekolah. oleh karenanya, pendidikan budi pekerti di sekolah aka:n lebih baik jika berorientasi kolektivitas dan praktis.
Di sekolah' anak berinteraksi dengan beragam perilaku. Perilaku itu bisa baik atau tidak baik. Di sinilah tempatnya bagi anak untuk berani mimilii dan rnemilah dengan siapa ia b".t",r,un d* fagaimana ia berperilaku. Di sini puia ia diuji apakah dengan pergaulaniya di sekolah, pendidikan budi pekerti di rumah bisa dipertahankan atau tidak.
Peran guru di sekolah dalam mengajarkan pendidikan budi pekerli tidak lagi bagi masingSTing individu. Tetapi, guru lebih berperan sebagai fasilitator dalam membimbing alnak b'erlaku dan berbudi pekeni. Pendidikan budi pekerti tidak selisai ketika anak hapal kata-kata bijak, atau mampu menjawab soal-soal di ujian akhir' Tetapi, ia lebih berorientasi kepada perilaku dalam berinteraksi dengan sesama temanny4 kepada guru, dan kaum papa.
Pendidikan budi pekerti di sekolah lebih mudah ditanamkan di tingkat dasar. Tetapi, ia pun -atas. membutuhkan pendidikan yang berkelanjutan di tingkat menengah dan
napat olbayangkan, selama 12 tahun anak sekolah dengan penanaman budi pekerti yang baik, hemat plnulis, akan tahir generasi berbudi pekerti luhur dan tidak berpikirun pragmatis.
Hal utama bagi pendidikan budi pekerti berbasis kearifan lokal di sekolah adalah keberadaan guru' Pendidikan budi pekerti di sekolah menjadikan guru sebagai taulaclan muridnya. Guru bukan sekedar mengajarkan mata-mata pelajaran, tetapi juga tindaf tanduknya menjadi contoh bagi siswanya' Jika orangtua di rumah menjadi Rgur Luai pekerti luhur maka guru di sekolah menjadi
tauladan nyata.
Pendidikan budi bekerti berlandas kearifan lokal secara tidak langsung memperpanjang nafas iradisi kebudayaan lokal. Siapa lagi yang akan mempertahankan budaya kita jika bukan kita sebagai
halaman 23
rehternationalConference:GtobolizingLocalWisdomEducation&Economic peffrilik dan pelestari budaya bangsa. Budaya itu, salah satuny4 adalah budaya berbudi pekerti luhur sebagai ciri masyarakat berbudaya luhur.
D.
KEARIFAN LOKAL DI SEKOLAH
Pendidikan berbasis kearifan lokal tentu akan berhasil apabila guru memahami wawasan kearifan lokal itu sendiri. Guru yang kurang memahami makna'kearifai lokal, cenderung kurang sensitif terhadap kemaiemukan budaya setempat. Hambatan lain yang biasanya muncul adalah guru yang mengalami lack of skill. Akibatnya mereka kurang *u*po menciptakan pembelajaran yang
menghargai keragaman budaya daerah.
Solusi yang paling tentu saja dengan memudahkan para guru untuk memperoleh -tepat, informasi akurat dari media cetak dan media ilektronik. Sekolah dapai melakukannya dengan menyediakan buku-buku rujukan, kaset vCD edukatif, majalah, tabloid dan surat kabar terbaru secara rutin di perpustakaan. sekolah juga dapat menugaskan gu* *iuk berpartisipasi aktif sebagai peserta dalam pelatihan, serninar dan lokakarya tentang leaffan total. pasti iebih - . Para guru yang sudah mampu mendapatkan informasi secara cepat dari internet, -*"ny.barkan aktif dalam penanaman kearifan lokal di ruang kelas. Akan lebih baik apabila gu.u "virus-virus cinta kearifan lokal" dengan rajin berbagi pengalaman, misainya menulis di majalah, koran, maupun blog milik unit kerja masing-masing. Buhtarrlika kemampuan sudah memungkinkan, guru dapat berbicara dalam seminar-seminar skala lokal *urprn tingkai nasional. peran aktif guru semacam itu bahkan sanggup memotivasi rekan-rekan sekeda untuk rnempraktekkannya.
Satu kegiatan terpenting yang harus segera dilakukan adalah memulai. Kegiatan awal ini tidak mudah, karena sebagai ujung tombak pembaharuan, guru harus berani melaw* ,i.u roalus, jenuh dan keengganan untuk berubah. Perubahan harus dimui"ai sekarang, karena kearifan lokal sudah mulai dilupakan' Kiat harus belajar banyak dari bangsa Jepang yang tJiap menjunjung tinggi
sekalipun mereka sudah menguasai teknologi ketinggalan zaman.
E.
kearifan lokal,
mode;. Iriencintai t"urlfuri kjfi'l, bukan berati
SIMPULAN
Nilai-nilai kearifan lokal kiranya
dapat dimanfaatkan sebagai sumbang nilai terhadap kehidupan masa sekarang dan masa yang akan datang. Ayat-ayat -cerlang kearifan hidup mlnjadi nilai untuk direvitalisasi' Kearifan lokal geius) atau wu]ud budaya mampu bertahan, mampu ,(locat menghalau budaya luar, memiliki kemampuan mengakomodasi 6udaya-budaya baru yang menyerbu, mampu berintegrasi dengan kebudayaan baru atau budaya luar, mampu mengendalikan budaya yang ada, serta menyumbangkan nilai untuk arah kebudayaa'yung ut un
J"tang. Kearifan lokal yang terdapat dalam peninggalan peradaban masa lalu seharusnya menjadi nilai revitalisasi unfuk pembentukan karaktei generasi Lerikutnya. Sebab revitalisasi dari sebuah kebudayaan dapat didefinisikan sebagai upaya yang terencana, sinambung, da:i diniati agar nilai-nilai budaya itu bukan hanya dipahami oteh p"*ifif.niiu, *"luink;; j;;; membangkitikan segala wujud kreativitas dalam kehidupan sehari-hari dan dalarnmenghaaapi berfiagai tantangan. Demi revitalisasi, makaayat-ayat kebudayaan tersebut harus dikaji ulang a:tau ditafsir baru. Revitalisasi memang perlu dilaksanakan.Transfer nilai harus dilakukan. agar ada benang merah yang tetap terjalin antara masa lalu dan masa sekarang. Terkait hal itu, saat iil p"or"rintut sedang merencanakan mata aiat pendidikan karakter untuk di tingkat pendidikan dasar ieitl. ir-. aan soy, pendidikan menengah (SMP dan sMA), seria pada tingkai perguruan tinggi. Alangkal baiknya kegiatan mentransfer ulang nilai dari masa lalu ke **u r"tuiun!- i,u -.nggunakan pernbelajaran pendidikan karakter. Pemerintah melah,ri Kementerian Pendidikai Nasional sudah merencanakan bahwa tahun mendatang harus hadir mata ajar pendidikan karekter di tengah-tengah kelas. dan bukan saja implisit, tetapi harus eksplisit dengan melibatkan pusat kurikulum. pusar kurikulum harus halaman
24
reil
hternational Conference : Globatizing Loca!Wisdom Education & Economic
mempersiapkan rambu-rambu pembelajaran pendidikan karakter di tingkat dasar dan menengah, sebagaimana layaknya mata pelajat"an lain. Pendidikan karakter bisa dipadukan ke dalam mata pelajaran; pendidikan agama, pendidikan moral pancasila, pendidikan kewarganegaraan, pendidikan sejarah bangsa, pendidikan kesusastraan, pendidikan budi pekerti, dan kepada pendidikan filsafat ilmu (bagi mahasiswa). Tetapi pemerintah ingin jelas output, ingin melihat hasilnya dalam bentuk evaluasi diri, sehingga pendidikan karakter harus menjadi mata pelajaran tersediri dalam kurikulum. lndonesia rnembutuhkan lulusan-lulusan pendidikan yang tidak hanya kompeten namun juga
berkarakter agar bangsa Indonesia tetap menunjukkan karakternya dalam kancah persaingan internasional. Salah satu yang dapat dilakukan dalam pendidikan karakter adalah penggalian nilainilai kearifan lokal. Pengintegrasian nilai-nilai di dalamnya dalam pendidikan di Indonesia akan membuat anak didik memiliki karakter sekaligus menunjukkan kepribadian bangsa. Hal tersebut akan membuat keluaran pendidikan Indonesia memiliki kompetensi yang cukup, bukan hanya dalam kecerdasan kognitif, melainkan juga kecerdasan emosi. Curu sebagai pendidik dan pengajar memiliki peran penting dalam pelaksanaan pendidikan karakter tersebut.
DAFTAR PUSTAKA Alwasilah, A. C. 2006. Pokofuiya Snnda, Interpretasi untuk Aksi. Bandung: Kiblat. Asip Suryadi. 2009. Ajaran Ki Hajar Dewantara Butiran Mutiara Yang Hilang. luledik No. I Januari
April 2009.
-
Assyita. 2A11. Pendidikan Karaher Melalui Penggalian Nilai-Nilai Kearifan Lokal Budaya Jawa. http://ass),ita.blogspot.com/201 1/05/pendidikan-karakter-melalui-penggalian.hhnl. Diunduh 5 Mei 20 t l.
Azis, H.A.2011. Pendidikan Karakter Berpttsat Pada Hati, Akhlak Mulia Pondasi Membangun Kar akt er B an gs a. J akarta: Al-Mawardi. Khan, D. Y. 2010. Pendidikan Karakter Berbasis Potensi
Diri: Mendongkrak Kualitas
Pendidikan.
Semarang: Pelangi Publishing.
Williams, Russel T. dan Ratna Megawangi. 2010. "Dampak Pendidikan Karakter terhadap Akaderni
Anak"
http:,fpondokibu.c
karakter-terh adap:akadeld:an41v_Di unduh 3 Mei 20
11.
Biodata Singkat
Arif Bintoro Johan, Dosen di Pendidikan Teknik Mesin Fakultas Keguruan dan llmu Pendidikan Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa. Menyelesaikan Sl dari Pendidikan Teknik Mesin Universitas \egeri Yogyakarta dan 32 dari Pendidikan Teknologi Kejuruan Universitas Negeri Yogyakarta tahun 1008.
halaman 25