ISSN
2460 - 3996 IK
L HL AS - BER AMA
Edisi 15 April - Juni 2016
Media Komunikasi Pendidikan Dasar di Jawa Barat
Siswa SDN Kayuambon, Lembang, tunjukkan proses letusan gunung berapi dan berbagai dampak yang ditimbulkan dalam simulasi pembelajaran IPA, bagian dari showcase LPTK (30/5) .
LPTK dan Sekolah Mitra Unjuk Dampak Program USAID PRIORITAS sangat membantu Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung (UIN SGD) dalam meningkatkan mutu perkuliahan. Dosen UIN SGD mengalami kemajuan penting dalam memandu perkuliahan tentang pembelajaran dan manajemen sekolah. Madrasah mitra UIN pun telah menunjukkan praktik yang baik dalam pembelajaran dan tata kelola sekolah yang profesional.
teknologi informasi dan komunikasi yang terus berkembang. “Pembangunan pendidikan bisa berjalan efektif dengan sinergi antara berbagai pihak pemangku kepentingan, seperti yang dilakukan USAID PRIORITAS-LPTK ini,” katanya.
Demikian ungkap Prof. Mahmud, Rektor UIN SGD pada showcase LPTK (Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan) di Bandung, Senin (30/5). Showcase terdiri atas simulasi pembelajaran, takshow pendidikan, dan pameran praktik pendidikan yang baik yang diikuti oleh UPI, UIN SGD, konsorsium LPTK, dan sekolah lab/binaan UPI/UIN SGD.
Direktur Kemahasiswaan Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi, Didin Wahidin menaruh apresiasi atas kerjasama LPTK di Jabar dengan USAID. Menurutnya, ada empat dimensi pendidikan dalam pembelajaran, yakni pengembangan keilmuan, pengembangan karakter, pengembangan wawasan kebangsaan, dan persiapan anak-anak di era globalisasi. “Keempat dimensi tersebut mendapat perhatian penuh dalam kemitraan pendidikan yang dilakukan USAID PRIORITAS dan LPTK,” ucapnya.
Prof Soemaro, Ketua LPPM Universitas Pendidikan Indonesia, sebut kerjasama dengan USAID menjadi penting dalam kerangka program UPI melakukan perbaikan bidang pendidikan secara terus-menerus dan berkesinambungan. Menurutnya, pendidikan harus mengikuti perkembangan zaman, khususnya dalam hal
Mewakili guru, Lilis Widiawati, guru di SDN Sukarasa 3, 4 Kota Bandung, mengatakan, “Para orangtua siswa mengakui sekolah kami mengalami kemajuan pesat. Para guru sudah mampu membuat bigbook, minibook, dan pop-up book untuk meningkatkan kemampuan literasi siswa” terang Lilis. [DS/KK]
Festival Literasi SDIT Adzkia Sukabumi
Bagi Siswa Menulis Merupakan Keceriaan SDIT Adzkia 1 Sukabumi menggelar festival dengan tema 'Cinta Allah Cinta Rasulullah,' Sabtu (13/2). Festival ini merupakan agenda rutin tahunan sebagai ajang unjuk kemampuan siswa di hadapan orangtua mereka. Selain itu, festival juga menjadi wahana mempererat hubungan antara sekolah dengan orangtua siswa serta antara anak dengan orangtuanya. Selama festival, dibangun suasana yang hangat sehingga kedekatan orangtua dengan anaknya terasa kental dan melekat. Banyak orangtua yang terharu dan bangga dengan hasil karya anaknya, terutama saat mengunjungi pameran hasil karya siswa, persembahan karya seni serta pemberian cindera mata. Festival kali ini menampilkan tema berbeda di setiap jenjang kelas. Tema seni ditampilkan oleh siswa kelas 1, literasi oleh siswa kelas II, sains oleh siswa kelas III, bahasa Inggris oleh kelas IV, dan market day oleh siswa kelas V. Sementara itu siswa kelas VI diikutkan dalam festival sebagai panitia pendukung dalam rangka melatih mereka untuk belajar menjadi bagian dari kepanitiaan acara. Baca praktik yang baik festival ini selengkapnya di halaman 6. PRIORITASkeun diterbitkan oleh USAID PRIORITAS Jawa Barat sebagai media komunikasi untuk mendorong pembaharuan pendidikan dasar. Isi buletin ini merupakan tanggung jawab konsorsium program USAID PRIORITAS dan tidak mencerminkan pandangan USAID atau pemerintah Amerika Serikat.
Kabar Utama
Dukung GIM, USAID Hibah Jutaan Buku Gerakan Indonesia Membaca (GIM) merupakan ikhtiar kolektif gelorakan budaya literasi. Dengan tingkat literasi yang baik, masyarakat menjadi kritis, kreatif, dan inovatif sehingga memiliki peluang terbuka untuk meraih kemajuan dan berperadaban.
Bupati Ciamis Iing Syam Arifin terima secara simbolis hibah buku (12/4).
Demikian ungkap Direktur Jenderal Pendidikan Keaksaraan dan Kesetaraan Kemendikbud RI Erman Syamsudin, pada acara pencanangan Gerakan Indonesia Membaca tingkat
nasional yang dipusatkan di Ciamis (12/4). Pada pencanangan GIM tersebut dilakukan penyerahan bantuan buku bacaan berjenjang (B3) secara simbolik dari koordinator USAID PRIORITAS Jawa Barat Erna Irnawati kepada Bupati Ciamis IIng Syam Arifin. Bagi Jawa Barat, USAID menyediakan buku bacaan berjenjang sebanyak 606 eksemplar per sekolah dan madrasah. Penerimanya meliputi 1.930 SD/MI dengan jumlah buku mencapai 1.169.580 eksemplar. “Atas nama pemerintah, Kemendikbud secara khusus berterima kasih kepada USAID sebagai donatur buku bagi kelancaran GIM,” ujar Erman. “Bantuan buku dari USAID sangat berarti, apalagi jenis bukunya berimbang dan berjenjang sehingga upaya peningkatan budaya literasi menjadi lebih terukur dan sistematis,” ucap Bupati Iing. Sementara Kepala Dinas Pendidikan Jawa Barat, Asep Hilman mengatakan, sumbangan jutaan buku dari USAID menjadi modal strategis menumbuhkan minat baca, mengembangkan kemampuan membaca, dan membangun literasi masyarakat Jawa Barat. [DS]
Bupati Kuningan:
Jamin Keberlanjutan USAID PRIORITAS Bupati Kuningan Acep Purnama
Renstra Berdaya Saing Regional Capaian SPM (Standar Pelayanan Minimum) pendidikan dasar, sarana prasarana pendidikan, dan kualitas penyelenggaraan pendidikan, merupakan tiga isu strategis. Ketiga isu ini sangat erat kaitannya dengan peningkatan mutu pendidikan secara menyeluruh. Demikian kata Maman Abdurahman, Kadisdik Kabupaten Sukabumi, pada lokakarya persiapan penyusunan Renstra bidang pendidikan pemerintah kabupaten/ kota di Bandung (9/6). Lokakarya diikuti para pemangku kepentingan pendidikan daerah mitra USAID PRIORITAS di Jawa Barat, meliputi perwakilan dinas pendidikan, dewan pendidikan, DPRD, dan Bappeda. Sekdisdik Indramayu Sri Bekti, mengaku pihaknya memokuskan perencanaan pada peningkatan akses dan mutu secara beriringan sesuai dengan misi pertama ‘Menyediakan Layanan Pendidikan yang Merata dan Terjangkau’ dan misi kedua ‘Meningkatkan Profesionalitas dan Akuntabilitas Penyelenggaraan dan Pengelolaan Pendidikan.’ Kabid Dikdas Disdikpora Karawang Cecep Mulyawan, menyampaikan bahwa Karawang berpihak pada pengembangan kualitas pendidikan melalui program pengembangan manajemen mutu sekolah tanpa meninggalkan layanan pendidikan (akses) yang berkualitas. Sementara Kabid SMP Tasikmalaya Bartis Suwargana, sebut Kabupaten Tasikmalaya masih belum bisa meninggalkan keterjangkauan, baik dari sisi fisik maupun ketersediaan guru PNS. Meski begitu, laju dinas pendidikan dipacu lebih cepat pada daya saing melalui pembentukan sekolah/gugus model pada setiap kecamatan [DS].
Modal utama kemajuan masyarakat adalah pendidikan, dan penentu utama kualitas pendidikan adalah budaya baca. Pemerintah bertekad mewujudkan mimpi indah Kuningan sebagai kabupaten pendidikan dengan gerakan Kuningan membaca. Di sinilah letak penting sumbangan USAID dengan 85.536 buku yang telah disumbangkan untuk warga Kuningan. Dengan bantuan ribuan buku ini, kiranya terdorong minat baca di kalangan masyarakat Kuningan mulai usia dini. Demikian ungkap Bupati Kuningan Acep Purnama pada peringatan Hari Pendidikan Nasional di Kuningan (2/5). Peringatan Hardiknas digelar di Gelanggang Olahraga Kuningan dan dihadiri oleh ribuan orang meliputi stakeholder pendidikan, tokoh-tokoh pendidikan, pengawas, guru, dan siswa sekolah. Peringatan Hardiknas juga dijadikan sebagai titik awal pencanangan Kuningan sebagai kabupaten pendidikan. Bupati Acep Purnama menaruh apresiasi atas bantuan USAID sambil menegaskan komitmennya untuk menjamin keberlanjutan program. “Kita teruskan kerjasama sampai tahun 2017 dengan mengoptimalkan program dan menyusun strategi untuk menjamin sustainabilitas program selepas tahun 2017,” ujarnya. [DS]
2
Sri Bekti paparkan rencana strategis bidang pendidikan Kab Indramayu (9/6).
Nomor 15
Kabar Daerah
Semai Benih Literasi Sejak Dini
USAID PRIORITAS/Dindin
Tatit Karniati sedang memfasilitasi kegiatan membaca terbimbing. Para guru peserta pelatihan melakukan refleksi usai praktik mengajar.
Usai apersepsi dengan mengulas materi yang lalu, guru membentuk satu kelompok siswa dengan kemampuan setara berjumlah tujuh orang. Siswa lainnya dibagi menjadi tiga kelompok. Sementara tiga kelompok lain ini bertugas mengerjakan lembar kerja tentang banjir, kelompok setara melakukan kegiatan membaca terbimbing dengan fokus tanda baca dan kosa kata. Itulah awal kegiatan pembelajaran yang dipandu oleh Tatit Kaniati, kepala SDN Cintawana, di ruang kelas tiga, Jumat (13/5). Praktik mengajar membaca ini merupakan sesi praktik dari rangkaian pelatihan guru kelas awal SD/MI di Kabupaten Tasikmalaya selama tiga hari (11-13/5). Tatit bersama 75 orang guru lain dilatih guna memahami model bahan bacaan yang disusun secara berjenjang sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan siswa belajar membaca dan cara penggunaannya dalam proses pembelajaran membaca. Tatit kemudian memperlihatkan buku berjudul Pesta Bakar Ikan dan berdialog dengan siswa tentang situasi gambar yang ada di buku. Ia minta anak membuka halaman delapan dan mempersilakan mereka membaca dalam hati. Seorang anak lantas diminta membaca satu kalimat dengan intonasi yang benar sesuai tanda baca. Tatit menjelaskan spintas tentang cara mengatur intonasi sesuai tanda baca. Diberi beberapa kalimat rumpang (tanpa tanda baca), siswa belajar membubuhkan tanda baca. Tatit pun mengajak siswa menelaah hasil kerjanya membubuhkan tanda baca. Saat ditawari membaca kalimat hasil bubuhan tanda baca itu, siswa berebut mengajukan diri membaca kalimat dengan intonasi sesuai tanda baca. Sesi dengan fokus tanda baca ini lalu diakhir Tatit dengan memberi setiap kalimat rumpang untuk dibubuhi tanda baca. Fokus kedua adalah kosa kata. Tatit arahkan siswa untuk membuka buku halaman sembilan dan mengamati kalimat yang memuat jendela kata (kertas post-it yang menutup sebuah kata). Dengan tanya jawab, Tatit tantang siswa menebak kata yang tertutup dengan bantuan ilustrasi gambar. Dengan memperhatikan gambar, siswa mencoba memprediksi kata tertutup dan berlomba menyebutkan kata yang memungkinkan. Untuk membuktikan akurasi prediksi siswa, jendela kata dibuka huruf demi huruf dari depan, seraya siswa menyebutkan suku kata yang tampak. Untuk memperluas wawasan, Tatit bertanya jawab dengan siswa mengenai arti kata tersebut, sambil mengaitkannya dengan kehidupan sehari-hari. [DS]
April - Juni 2016
Siswa Klaim Asyik Belajar Membaca Aku senang belajar kata-kata dan tanda baca. Aku senang menebak kata yang ditutupi oleh Bu guru. Aku senang sekali bisa belajar membaca dengan judul 'Bermain Bola.' Perasaanku senang sekali diajarkan cara membaca, menjawab pertanyaan, dan menceritakan apa yang dibaca. Ceritanya seru, bagus, dan enak didengar. Demikian kesan umum siswa kelas awal SD Jayamukti 01, SDIT An-Nur, SD Karya Iman, SD Hegarmukti, SD Sukaresmi III,V, dan VI, usai mengikuti proses pembelajaran membaca (11/5). Proses pembelajaran merupakan sesi praktik dari rangkaian pelatihan guru kelas awal SD/MI di Kabupaten Bekasi selama tiga hari (911/5). Sejumlah 75 guru dilatih memahami model bahan bacaan yang disusun secara berjenjang mengikuti kemampuan dan kebutuhan siswa belajar membaca dan dilatih cara penggunaannya dalam proses pembelajaran membaca di kelas awal SD/MI. “Saya berharap model pembelajaran membaca ini ditularkan kepada guru-guru lain yang tidak mengikuti pelatihan sehingga pendekatan pembelajaran membaca yang sangat baik ini dapat dipertahankan dan dikembangkan di sekolah,” pinta Juhara, Kasie Tenaga Pendidik Bidang SD Dinas Pendidikan Kab. Bekasi. [DS]
Pelatihan Tingkat Sekolah Terus Bergulir Siswa gunakan botol bekas, arang, ijuk, pasir, dan air keruh sebagai media percobaan penjernihan air. Usai percobaan, mereka menulis laporan yang cukup rinci, sistematis, dan terstruktur dengan mutu isi sesuai tingkat kelasnya. Demikian ungkap Engking Masduki, guru IPA SDN 5 Cilimus, usai melakukan praktik mengajar di SDN Siswa menuangkan air keruh ke alat 1 Cilimus, Kuningan, Jumat (3/6). penjernih hasil karyanya untuk menguji Praktik mengajar ini merupakan sesi keberhasilan alat. praktik dari pelatihan modul 3 bagi guru SD/MI tingkat Kabupaten Kuningan. Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga, Asep Taufik Rohman, ingin fokus literasi pada modul tiga kiranya mampu mendorong kualitas sekolah sehingga memperkuat posisi Kuningan sebagai kabupaten pendidikan. [DS/ASB]
3
Kabar Daerah Praktik yang Baik
Percobaan Hukum Newton
Latih Analisis Saintifik Asah Keterampilan Literasi Ida Farida Ch & Ade Yeti Nuryantini UIN Sunan Gunung Djati Bandung Mengasah keterampilan literasi tidak selalu harus pada mata pelajaran bahasa Indonesia, tapi bisa diintegrasikan pada mata pelajaran yang lain seperti IPA. Dalam rangka integrasi sains dan literasi, guru MTs Negeri 2 Cicaheum Kota Bandung Tendi Setiadi dan Kurniawan dan dosen FTK UIN SGD Bandung Ida Farida Ch dan Ade Yeti Nuryantini, melakukan kegiatan penelitian tindakan kelas (PTK) dalam upaya mengasah keterampilan menulis melalui kegiatan percobaan hukum Newton. Pada pertemuan pertama, siswa diminta melakukan percobaan Hukum I Newton. Percobaan dilakukan dengan menggunakan telur yang disimpan di atas pipa paralon yang dialasi secarik kertas tebal. Pipa paralon beralas kertas tersebut diletakkan di atas gelas berisi air. Siswa menarik kertas dengan cepat agar telur bisa tepat jatuh ke dalam gelas. Mereka juga mengamati pengaruh tarikan kertas secara cepat dengan lambat terhadap posisi jatuhnya telur. Siswa terlihat membagi tugas, ada siswa yang berperan sebagai pencatat ketika yang lain tengah melakukan percobaan. Siswa lalu membuat laporan sementara. Guru berkeliling ke setiap kelompok siswa memeriksa kinerja siswa untuk memastikan apakah mereka sudah menjawab pertanyaan yang terdapat dalam LKS. Satu berkas laporan sementara diserahkan kepada guru, sedangkan satu berkas lagi oleh setiap kelompok ditempelkan di papan tulis. Penempelan laporan sementara di papan tulis dimaksudkan agar siswa kelompok lain dapat membandingkan hasil kerja kelompoknya dengan kelompok lain, dan memberikan komentarnya. Guru juga memberikan feedback tertulis pada laporan sementara. Setelah diberikan komentar oleh guru, laporan sementara dikembalikan agar diperbaiki siswa. Selanjutnya, siswa mendiskusikan kembali dan memperbaiki laporan sementaranya. Kemudian guru menjelaskan kekeliruan yang umum terjadi dalam laporan sementara. Secara klasikal, guru mengingatkan siswa untuk menjawab pertanyaan pengarah yang belum
4
diselesaikan. Laporan sementara yang telah direvisi siswa diserahkan lagi kepada guru. Tahap penulisan laporan ilmiah secara individual Siswa sedang melakukan percobaan hukum Newton dengan menggunakan dilaksanakan pada telur yang disimpan di atas pipa paralon yang dialasi secarik kertas tebal. pertemuan kedua. Terlebih dahulu, guru memberikan beban dengan massa yang berbeda melintas penjelasan dengan memberikan contoh jarak yang telah ditentukan. Pada hasil laporan ilmiah, kemudian merinci percobaan Hukum III Newton, siswa komponen-komponen laporan ilmiah dan menggunakan dua buah katrol untuk rubrik penilaian. Penjelasan dilakukan menentukan besar gaya aksi dan reaksi. dengan menayangkan power point dan foto Selama melakukan percobaan, guru copy contoh laporan ilmiah dan rubrik memberikan feedback kepada setiap penilaian. Adapun bahan penyusunan kelompok terhadap kinerja mereka untuk laporan ilmiah adalah laporan sementara memastikan mereka mampu mengerjakan hasil revisi. Guru membagikan laporan dan memperoleh data yang diperlukan. sementara hasil revisi yang telah diperbanyak sesuai jumlah siswa dalam Selanjutnya siswa menuliskan data hasil kelompok dan kertas kosong untuk percobaan pada laporan sementara dan membuat laporan individual. menjawab pertanyaan-pertanyaan pengarah pada LKS. Pada pembuatan laporan Ada siswa yang tampak lebih cenderung sementara guru memeriksa hasil pekerjaan menghabiskan waktu untuk mewarnai dan siswa secara berkeliling dan memberikan menghias laporannya, yaitu ketika feedback secara lisan kepada setiap menuliskan bagian judul dan bagian awal kelompok dan feedback secara klasikal, laporan. Akibatnya, tak sedikit siswa pada karena siswa mengalami kekeliruan yang menit keduapuluh baru sampai pada alat sama di semua kelompok. Berdasar feeddan bahan. Perilaku siswa seperti itu back yang diberikan secara klasikal, siswa teramati oleh guru ketika berkeliling memperbaiki laporan sementara. Hasil memeriksa kinerja siswa sehingga guru perbaikan dikumpulkan ke guru untuk mengingatkan siswa agar tidak menghirauselanjutnya diberi komentar untuk bahan kan aspek tampilan, namun lebih kepada isi pembuatan laporan ilmiah. laporan sesuai dengan kriteria. Lima menit sebelum waktu yang tersedia habis, guru Pada pertemuan keempat, siswa membuat meminta siswa mengumpulkan laporan. laporan ilmiah berdasarkan laporan sementara yang telah diberi feedback Pada pertemuan ketiga, siswa melakukan secara tertulis. Saat membuat laporan percobaan Hukum II dan III Newton, kemudian membuat laporan sementara dari ilmiah guru mengingatkan siswa untuk melengkapi komponen-komponen yang hasil percobaan yang dilakukannya. Setiap harus ada dalam laporan. Hasil laporan siswa diberi LKS dan diminta untuk ilmiah siswa mengenai percobaan Hukum II membaca LKS secara seksama selama lima dan Hukum III Newton selanjutnya dinilai menit. Pada percobaan Hukum II Newton, menggunakan rubrik penilaian yang telah untuk menentukan percepatan benda siswa ditetapkan.*** diminta untuk mencatat waktu yang diperlukan ketika troli yang telah diberi
Nomor 15
Praktik yang Baik
Ide Siswa Muncul Berkat Placemate Cicin Kuraesin SMP Negeri 1 Limbangan Garut Seperti biasa dalam proses pembelajaran saya menggunakan model siswa berkelompok. Tetapi ternyata dengan menggunakan model berkelompok ini ada beberapa siswa terutama ketua kelompok mengeluhkan temannya yang tidak mau bekerja atau tidak pernah menyumbangkan idenya. Memang di kelas tersebut ada beberapa siswa yang sudah lama saya amati kurang aktif dalam pembelajaran. Dia hanya memperhatikan ketua kelompok bekerja. Jika saya hampiri baru mereka berlagak ikut sibuk.
Dalam kelompok, siswa memadukan gagasan-gagasan hasil karya individual untuk menjadi gagasan bersama. Placemate buatan siswa.
Terlintaslah pengalaman saya berkunjung ke Seaton High School. Kala itu, saya dan teman-teman diminta oleh pemandu dari sekolah tersebut untuk menjelaskan kurikulum yang ada di Indonesia. Semua terdiam malu, tidak ada yang berani menjelaskan. Sang pemandu lalu mengeluarkan kertas. Ia meminta kami membagi kertas tersebut menjadi beberapa kolom dan kami harus mengisi kolomkolom tersebut secara bersamaan. Usai mengisi, kami dipersilakan mendiskusikannya. Pengalaman tersebut saya terapkan pada materi barisan bilangan dengan langkah-langkah sebagai berikut: Siswa dikelompokkan menjadi beberapa kelompok (terdiri dari 4-5 orang); Saya membagikan LK 4.2; Siswa mengamati contoh-contoh barisan bilangan aritmatika dan barisan geometri yang terdapat pada tabel dalam LK 4.2; Secara individual siswa menuliskan dengan bahasa sendiri pengertian barisan aritmetika dan geometri menurut pendapat masing-masing pada placemate yang disediakan. Setiap siswa membacakan hasil kerjanya; Siswa mendiskusikan pendapat individual itu untuk dijadikan hasil kelompok yang disajikan pada placemate bagian tengah; Setiap kelompok menginformasikan hasil diskusinya dan kelompok lain menanggapi. Setelah selesai pembelajaran saya memeriksa placemate yang mereka isi. Mereka ternyata mampu mengisinya dengan bahasa mereka sendiri. Saya merasa mereka sudah mulai berani mengeluarkan pendapatnya sendiri.***
April - Juni 2016
5
Praktikyang yangBaik Baik Praktik
Ketika Menulis Menjadi Kegembiraan Irma Fitriani Guru di SDIT Adzkia Sukabumi Literasi adalah kemampuan yang sangat penting dikuasai oleh siswa. Di SDIT Adzkia I, program literasi khusus dilaksanakan selama semester 1 yang terintegrasi dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Produk akhirnya berupa buku karangan siswa.
Program literasi ini bertujuan mendidik siswa senang membaca dan menulis, serta melatih mereka untuk mampu menuangkan pengalaman, ide-ide, mimpi, dan harapan mereka ke dalam bentuk tulisan. Melalui pembelajaran ini, diharapkan siswa menjadi senang dan terbiasa membaca dan menulis.
(Bawah) Draf buku karangan siswa kelas 1I SDIT Adzkia. (Atas) Setelah buku dicetak. Covernya mereka beri judul dan digambar sesuai imajinasinya. Isi buku juga ditulis dengan kata-kata mereka sendiri. Kebiasaan membaca membantu siswa dalam menuangkan ide-idenya dalam tulisan.
Untuk memperkaya ide-ide siswa dalam menulis, sekolah menggiatkan kegiatan membaca yang dilaksanakan 15 menit sebelum pembelajaran dimulai. Buku-buku bacaan yang menarik disediakan di semua sudut baca kelas.
Berikutnya guru bercerita di depan kelas, misalnya cerita fabel, kisah nabi, atau kisah lainnya. Lalu siswa diminta menceritakan kembali dan menggambar tokoh yang diceritakan di buku gambar. Guru membimbing dan mengarahkan siswa membuat cerita utuh. Pada tahap ini siswa masih melakukannya secara lisan. Kalaupun ditulis, siswa mencoba menuliskan secara sederhana di buku tulis.
Kegiatan membaca berhasil memperluas wawasan siswa dan memengaruhi pola pikir, cara berbicara, serta pola tingkah laku mereka. Kebiasaan membaca ini diharapkan dapat memper-kuat mental siswa dan mampu mengatasi persoalan hidup karena terinspirasi dari buku yang dibaca.
Untuk menambah wawasan ide cerita yang akan mereka kembangkan dalam karangan, siswa perlu diajak berkunjung ke perpustakaan untuk melihat berbagai bahan bacaan. Siswa juga diminta membawa buku cerita dari rumah masing-masing untuk saling ditukar dan dibaca teman-temannya. 2. Draf Kasar
Membuat Festival Literasi Ada enam tahapan kegiatan literasi yang dijadikan program pembelajaran di kelas II SDIT Adzkia, yaitu: 1. Pramenulis Pada tahap ini, siswa belajar mencurahkan gagasan tentang sesuatu, baik itu berupa mendeskripsikan benda, gambar, lingkungan sekitar, profesi ataupun peristiwa yang sedang terjadi, sampai menjadi satu cerita yang utuh dan bermakna. Guru membimbing siswa dengan memberikan contoh terlebih dahulu, misalnya mendeskripsikan sebuah vas bunga, dengan beberapa kalimat yang dibuat bersamasama sehingga membentuk deskripsi lengkap tentang vas bunga tadi. Lalu siswa diminta untuk menceritakan kembali hasil deskripsinya di depan kelas secara lisan.
6
Pada tahap ini siswa dilatih membuat cerita berdasar tema yang ditentukan guru, misal tentang pengalaman mengesankan, cita-cita, bunda, mimpi, dan sebagainya. Lalu siswa diminta membuat karangan bebas berdasar ide mereka sendiri. Hasil tulisan siswa dikumpulkan dalam sebuah buku khusus, dan buku ini yang dinamakan “draf kasar.” 3. Konferensi Pada tahap ini, siswa diminta menceritakan hasil karya mereka di depan kelas. Guru dan siswa lain menyimak dan mengomentari hasil karya itu dan memberi masukan ide cerita agar isi ceritanya bisa berkembang lebih baik lagi. Kegiatan itu sekaligus melatih siswa berkomunikasi dan berani tampil di depan kelas.
4. Revisi Revisi adalah proses di mana siswa memilih satu cerita menarik dan paling diminati dari draf kasar untuk dijadikan buku. Guru memberi masukan ataupun tambahan ide agar cerita menjadi lebih hidup. Di sini guru berperan cukup besar dalam membantu siswa menampilkan hasil karya terbaik mereka, tanpa menghilangkan orisinalitas pemikiran dan ide mereka. 5. Dumi Buku Setelah final direvisi, mereka menulis ulang ke dalam kertas yang baru dengan menambahkan gambar, judul, biodata, dan hal lain yang dianggap perlu. Format buku inilah yang dinamakan Dumi Buku yang siap masuk percetakan untuk dibukukan. 6. Pencetakan Buku Proses selanjutnya dimatangkan di percetakan. Pada tahap ini buku mengalami pengeditan layout tulisan maupun gambar agar layak cetak tanpa menghilangkan ide dan kreativitas siswa dalam hal konten cerita maupun gambar. Diupayakan agar keaslian karya mereka masih dapat terlihat jelas, hanya sedikit dipoles agar terlihat lebih menarik. Hasil buku yang dicetak dan dumi buku ditampilkan pada acara Festival Literasi untuk dilihat oleh orangtua dan diberikan kepada mereka. Guru memang perlu bersabar dan telaten membimbing siswa. Tapi hasilnya luar biasa, siswa mampu menghasilkan buku sederhana yang dicetak indah seperti buku-buku yang mereka lihat di toko buku.***
Nomor 15
Praktik yang Baik Rudianto
Pengawas Jadi Model
Jigsaw Juga Mudahkan Siswa Menulis Karya Ilmiah Menulis laporan masih membosankan bagi siswa. Laporan yang dibuat oleh siswa kadang pendek dan tidak lengkap. Ini terjadi karena data yang dimiliki siswa tidak lengkap. Ini bisa diatasi dengan model jigsaw. Saya pernah mencoba model jigsaw pada materi pembelajaran menulis. Waktu itu, saya menjadi model mengajar praktik bagi guru bahasa Indonesia dari sekolah mitra USAID PRIORITAS di Kecamatan Plered Kabupaten Cirebon, tepatnya kelas 8F SMPN 2 Plered. Guru-guru itu berasal dari SMPN 1 Plered, SMPN 2 Plered, SMPN 3 Plered, dan MTsN 2 Cirebon. Ternyata, dengan jigsaw belajar menulis menjadi
sesuatu yang menarik bagi siswa. Pembelajaran pertemuan pertama dimulai dengan penjelasan alur kegiatan. Lalu dibentuk kelompok asal dengan anggota kelompok sebanyak lima orang. Jumlah ini sesuai dengan jumlah lokasi yang akan diobservasi oleh siswa, yaitu sejarah SMPN 2 Plered, perpustakaan, mushola, lapangan upacara, dan tempat parkir. Setiap siswa dalam kelompok asal diberi tugas untuk mengumpulkan data terkait lima hal tersebut. Setiap siswa dibekali LK yang sesuai. Siswa diberi instruksi yang jelas terkait dengan apa yang harus dilakukan, bagaimana melakukannya, apa yang harus dihasilkan, dan waktu untuk berkumpul kembali di kelas. Siswa bertemu dengan kelompok
Di kelompok asal, siswa sedang berbagi data hasil temuannya untuk dijadikan bahan penulisan laporan.
Pengawas SMP Kabupaten Cirebon
ahli untuk mengumpulkan data sesuai dengan tugas yang diberikan kepadanya dari kelompok asal. Setelah selesai, siswa kembali ke kelas. Pada pertemuan kedua, setiap siswa sudah memiliki data yang dibutuhkan. Siswa duduk di dalam kelompok asal. Pada setiap kelompok asal, sekarang sudah ada data tentang sejarah, perpustakaan, mushola, lapangan upacara, dan tempat parkir SMPN 2 Plered. Setiap kelompok asal menyusun laporan sesuai dengan data yang sudah mereka miliki. Unsur/tempat yang dijadikan objek dijadikan sebagai penuntun pembuatan kerangka laporan. Dalam penyusunan laporan, siswa didorong mengembangkan karya tulis berdasarkan kreasi kelompok masing-masing. Kunjung karya dilakukan dalam rangka saling mengoreksi karya kelompok masingmasing. Setelah kunjung karya, setiap kelompok menyunting laporan berdasarkan koreksi kelompok lain. Laporan dipajang untuk menjadi sumber belajar baru.***
Alat Peraga Irisan Kerucut pada Perkuliahan Geometri Analitik Eyus Sudihartinih & Tia Purniati, UPI Bandung Lingkaran: tempat kedudukan k‐ k pada bidang datar yang berjarak sama terhadap k tetap
Parabola: tempat kedudukan k‐ k yang berjarak sama terhadap k tertentu dan garis
panjangnya disesuaikan dengan pengertian masing-masing untuk dililitkan pada pakupaku tersebut. Lingkaran merupakan tempat
kedudukan titik-titik yang berjarak sama (disebut jari-jari) terhadap suatu titik tetap (disebut titik pusat).
Elips: tempat kedudukan k‐ k yang jumlah jaraknya terhadap dua k tertentu adalah konstan Lingkaran: tempat kedudukan k‐ k pada bidang datar yang berjarak sama terhadap k tetap
Hiperbola: tempat kedudukan k‐ k yang selisih jaraknya terhadap dua k tertentu adalah konstan
Alat peraga mengenai konsep irisan kerucut dibuat untuk menjelaskan pengertian lingkaran, parabola, ellips, dan hiperbola. Langkah pertama, digambar sketsa lingkaran, parabola, ellips, dan hiperbola pada selembar kertas. Kemudian sketsa dipindahkan ke papan kayu. Tancapkan paku-paku kecil pada sketsa tersebut (pada lingkaran, titik pusat lingkaran, parabola, fokus parabola, direktris parabola, ellips, fokus ellips, hiperbola, dan fokus hiperbola). Lengkapi dengan benang yang
April - Juni 2016
Untuk memperagakan definisi tersebut, lilitkan salah satu ujung benang pada titik pusat. Lilitkan ujung benang yang lain pada paku yang terdapat pada lingkaran. Ulangi dengan cara yang sama tetapi melalui paku yang lain pada lingkaran. Peragaan ini menunjukkan, jarak titik-titik tersebut pada titik pusat itu sama. Parabola merupakan tempat kedudukan
titik-titik yang berjarak sama terhadap suatu titik tertentu (fokus) dan suatu garis tertentu (direktis). Lilitkan salah satu ujung benang pada fokus dan lilitkan kembali pada paku yang terdapat pada parabola. Selanjutnya lilitkan kembali pada paku yang terdapat pada direktris. Ulangi dengan cara yang sama tetapi melalui paku yang lain pada parabola dan direktris. Peragaan ini menunjukkan,
jarak titik-titik tersebut pada fokus dan direktris itu sama. Ellips merupakan tempat kedudukan
titik-titik yang jumlah jaraknya terhadap dua titik tertentu (fokus) adalah konstan (panjang sumbu mayor). Lilitkan salah satu ujung benang pada fokus pertama dan lilitkan pada paku yang terdapat pada ellips. Selanjutnya lilitkan kembali pada fokus kedua. Ulangi dengan cara yang sama tetapi melalui paku yang lain pada ellips. Peragaan ini menunjukkan, jumlah jarak dari titik tersebut pada kedua fokus itu konstan. Hiperbola merupakan tempat kedudu-
kan titik-titik yang selisih jaraknya terhadap dua titik tertentu (fokus) adalah konstan (panjang sumbu transverse). Lilitkan salah satu ujung benang pada fokus pertama. Kemudian lilitkan pada paku yang terdapat pada hiperbola. Selanjutnya lilitkan kembali pada fokus kedua. Ulangi dengan cara yang sama tetapi melalui paku yang lain pada hiperbola. Peragaan ini menunjukkan, selisih jarak dari titik-titik tersebut pada kedua fokus itu konstan adanya.***
7
Praktik yang Baik
Media Rambat Tentukan Kualitas Bunyi Ading Rosidi, SMP 1 Cihampelas, Bandung Barat Bunyi merupakan salah satu bentuk gelombang. Tidak seperti gelombang pada tali atau gelombang pada air, gelombang bunyi tidak dapat dilihat mata, melainkan dapat didengar telinga. Banyak sekali sumber bunyi dalam keseharian kita. Setiap benda yang dapat mengeluarkan bunyi dikatakan sebagai sumber bunyi (Wasis, 2008:219). Proses perambatan gelombang bunyi merupakan sebuah konsep abstrak walaupun merupakan fenomena yang kerap ditemui dalam kehidupan sehari-hari. N. Reni, S.Pd, guru IPA SMPN 2 Cihampelas Bandung Barat, membelajarkan konsep gelombang bunyi dengan mengajak siswa bermain menggunakan telepon kabel yang terbuat dari gelas plastik bekas air mineral. Setiap kelompok diberi tugas membawa peralatan praktikum, seperti gelas plastik bekas air mineral, benang kasur, benang layangan, tali kawat, paku kecil, batang korek api, dan gunting. Di awal, siswa diajak mengamati suara ramai di sekitarnya melalui pancaidra telinga sebagai alat pendengar dan menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari. Selanjutnya siswa mengamati demontrasi yang dilakukan oleh guru dengan mendengarkan bunyi kelereng yang digoyanggoyangkan pada gelas yang berisi udara dan gelas yang berisi air. Siswa dimin-ta untuk membandingkan bunyi yang didengar.
gelombang bunyi dapat merambat pada berbagai jenis zat padat. Kegiatan tersebut dilakukan melalui permainan di lapangan sekolah. Permainan ini diawali dengan pembagian peran setiap siswa dalam kelompok. Satu orang bertugas menjadi pengirim pesan sementara siswa yang lainnya bertugas sebagai penerima pesan. Pengirim pesan menyampaikan beberapa kalimat melalui gelas plastik yang berfungsi sebagai pemancar gelombang bunyi, sementara siswa penerima pesan menempelkan telinganya pada pesawat penerima gelombang bunyi (gelas plastik yang lainnya), untuk mendengarkan kalimat yang disampaikan oleh pengirim pesan. Siswa yang bertugas sebagai penerima pesan mencatat kalimat yang disampaikan oleh pengirim pesan. Permainan ini berlanjut sampai semua jenis tali telepon mainan dicoba dan semua anggota kelompok berbagi peran baik sebagai pengirim maupun sebagai penerima pesan. Setelah selesai melakukan permainan, pembelajaran kembali dilanjutkan di dalam kelas. Siswa bekerja dalam kelompok untuk mencatat data yang diperoleh hasil pengamatan melalui lembar kerja (LK) dan membahasnya pada diskusi kelompok sampai menemukan suatu kesimpulan. Beberapa kelompok siswa diberi kesempatan untuk mempresentasikan hasil
percobaan di depan kelas dan hasilnya dipajang pada papan pajangan. Selanjutnya siswa membuat laporan hasil pengamatan secara individu. Berdasarkan hasil presentasi kelompok, siswa berkesimpulan bahwa makin tinggi kerapatan media perambatan (zat padat) yang digunakan, makin besar pula cepat rambatnya. Dari tiga media perambatan bunyi yang dugunakan pada telepon mainan menghasilkan kualitas bunyi yang berbeda, telepon mainan dengan tali kawat menghasilkan bunyi yang paling keras diikuti benang layangan dan benang kasur. Tetapi bunyi yang dihasilkan pada telepon mainan yang menggunakan kawat, masih menyisakan pertanyaan pada siswa, sebab walaupun bunyi yang terdengar paling keras, bunyinya kurang begitu jelas (berdengung). Dari diskusi yang berkembang Bu Reni memberikan penjelasan, bahwa karena kawat sangat sensitif, udara dapat memengaruhi kualitas bunyi yang terdengar. Bila kawat dibungkus isolatif, diperkirakan dapat menghilangkan dengung yang terjadi. Proses pembelajaran gelombang bunyi ini ternyata dapat mengaktifkan seluruh siswa. Dari refleksi pembelajaran, hanya satu orang yang menyatakan pembelajaran hari ini membuat capek. 37 siswa menyatakan menikmati, senang, dan dapat memahami materi pembelajaran.***
Guru membagikan sebuah artikel tentang jenis-jenis telepon untuk dibaca dan meminta siswa untuk merumuskan beberapa pertanyaan berkaitan dengan artikel yang dibacanya. Dari pertanyaan yang dirumuskan, guru menggiring siswa untuk merumuskan masalah dan merumuskan hipotesis yang akan dibuktikan jawabannya melalui percobaan. Pada kegiatan inti, siswa bekerja dalam kelompok untuk membuat telepon mainan dari bahan-bahan yang telah disiapkan. Setiap kelompok menyediakan enam buah gelas plastik bekas air mineral. Gelas plastik lantas dilubangi bagian bawahnya. Satu pasang gelas dihubungkan dengan benang kasur, sepasang lain dihubungkan dengan benang layangan, dan dua buah lagi dihubungkan dengan tali kawat. Setiap tali penghubung yang digunakan berukuran panjang 4 meter. Kegiatan pembelajaran dilanjutkan dengan pengamatan untuk membuktikan apakah
8
Laporan siswa praktik gelombang bunyi dengan menggunakan telepon kabel yang terbuat dari gelas plastik bekas air mineral.
Nomor 15
Praktik yang Baik
Sinergikan Keterampilan Kinestetik dan Literasi dengan Barang Bekas Saida Safitri SDN Wanasari 12 Bekasi
Pukul 07.15 pagi bel tanda masuk sekolah berbunyi. Siswa berbaris dan masuk dengan tertib ke dalam kelas. Wajah mereka terlihat bersemangat. Ketua kelas maju menghampiri saya dan mengatakan bahwa semua siswa sudah membawa alat dan bahan untuk membuat bingkai foto keluarga.
Para siswa menunjukkan bingkai foto hasil karyanya.
Semua alat dan bahan sudah siap di atas meja kelompok, ada kardus–kardus bekas, gunting, lem, dan kertas kado bermotif batik. Kali ini saya mengajar membawakan tema 5: Pengalamanku dengan Sub tema: Pengalaman Masa Kecil.
dimaksudkan agar siswa bebas berkreasi sesuai dengan imajinasi dan keinginannya. Senang luarbiasa ketika saya menyaksikan siswa dengan penuh semangat menyelesaikan tugasnya.
Ada 3 tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, yaitu (1) menjelaskan fungsi bingkai, (2) membuat bingkai foto menggunakan bahan dari barang bekas, dan (4) menjelaskan cara membuat bingkai foto
Saya berkeliling memberi bimbingan di kelompok dan menunjukkan cara bekerja yang benar dan aman. Misalnya cara menggunakan gunting atau pisau cutter, mengoleskan lem, dan menempel dengan hati-hati agar tidak mengotori meja.
Bahan utama pembuat bingkai adalah barang bekas yang mudah didapat, yaitu kardus yang sudah tidak terpakai. Pembelajaran dimulai dengan membaca teks tentang cara pembuatan bingkai diikuti dengan tanya jawab dan diskusi seputar bahan, alat, dan urutan pembuatan. Selain itu, siswa pun berdiskusi tentang fungsi dari bingkai yang akan mereka buat. Setelah semua jelas, siswa secara individual memeriksa kelengkapan alat dan bahan yang dibawanya dari rumah masing-masing. Meskipun duduk mereka berkelompok, namun kali ini mereka bekerja individu. Proses membuat bingkai adalah tahapan yang sangat mengasyikkan. Seluruh siswa nampak aktif dan menikmati kegiatan tersebut. Mulai dari membuat pola dan desain bingkai, mengukur bahan, menggunting dan membentuk, menempel, sampai menghiasnya menggunakan kertas warna dan kertas pembungkus kado yang telah mereka siapkan. Bentuk dan ukuran bingkai sengaja tidak ditentukan. Hal ini
April - Juni 2016
Saya melihat semua siswa hampir menyelesaikan tugasnya. Untuk menghilangkan kepenatan sekaligus memberi semangat kepada siswa agar segera menyelesaikan tugas. Saya pun menghitung mundur mulai dari 10. Begitu sampai pada hitungan satu, tanpa dikomando semua siswa serentak berteriak sambil mengacungkan karya yang dibuatnya, “Horeee…, sudah jadi!”
mempresentasikan pembuatan bingkai foto. Menyebutkan bahan-bahan dan alat yang digunakan serta menceritakan proses pembuatannya dari awal sampai akhir. Mereka juga diminta untuk menceritakan siapa saja yang ada di foto yang dipasang pada bingkai buatannya. Terakhir, barulah mereka menempelkannya di mading kelas agar bisa berbagi hasil dengan teman – temannya. Saya berharap melalui pembelajaran banyak hal penting yang siswa dapatkan. Selain paham tentang pemanfaatan barang bekas, mereka pun diharapkan mampu mengasah keterampilan motoriknya, melatih kepekaan rasa dan daya ciptanya, serta memunculkan sikap sayang terhadap orangtua dan saudaranya.***
“Aku juga bisa, Bu!” teriak Soko, salah seorang siswa yang bisanya sulit sekali berkonsentrasi dalam belajar dan seringkali jadi siswa terakhir yang menyelesaikan tugas. Bahkan terkadang tugas itu tidak selesai dikerjakannya. Rupanya pembelajaran kali ini sangat cocok dengan minat dan gaya belajar Soko yang cenderung kinestetik, sehingga membuatnya bersemangat dalam berkarya. Setelah selesai semua, saya meminta beberapa siswa maju
Bingkai foto hasil karya salah seorang siswa.
9
Praktikyang yangBaik Baik Praktik
Inisiatif Orangtua Dorong Budaya Baca di Sekolah Lebih dari sekadar mengantar anak, orangtua siswa MI Cokroaminoto, Kuningan, berpartisipasi aktif dalam program khusus partisipasi orangtua untuk mendorong pertumbuhan budaya baca di madrasah. Program ini bertajuk “Dari Orangtua, oleh Orangtua, untuk Sekolah.” Program sudah berjalan sejak awal tahun ajaran 2015-2016. Program dijalankan atas inisiatif kepala madrasah, Tatat Pujiati berdasarkan masukan dari guru-guru yang telah mengikuti program pelatihan USAID PRIORITAS. Usai berdiskusi dengan para guru, Tatat mengajak pengurus Yayasan Cokroaminoto untuk rapat bersama pengurus komite sekolah dan perwakilan guru. Orangtua siswa dioptimalkan untuk membantu siswa yang belum lancar membaca, memupuk minat baca, dan meningkatkan kemampuan literasi mereka. Setiap pagi, secara bergiliran orangtua mendampingi siswa yang belum lancar membaca. Setiap hari ada tiga orangtua yang datang di pagi hari ke madrasah untuk membantu membaca secara bergantian. Orangtua membantu anaknya sendiri atau anak lainnya. Kegiatan ini menjangkau siswa kelas I dan II. Dampaknya, para siswa tampak menikmati proses belajar dan kegiatan membaca sudah mulai menjadi kegiatan menarik bagi siswa. Keterlibatan orangtua dalam meningkatkan keterampilan membaca membuat siswa lebih asyik membaca. Ada 11 siswa yang sekarang sudah lancar membaca berkat program ini. Dukungan madrasah terhadap program ini begitu besar, terlebih
Orangtua siswa sedang mendampingi siswa melancarkan kemampuan membaca.
didukung oleh pengurus Yayasan Cokroaminoto. Ilah Karmilah, guru kelas I mengaku sangat terbantu dengan program ini. Dia mengucapkan terima kasih atas dukungan komite madrasah dan pengurus yayasan. Program 'Dari Orangtua, oleh Orangtua, untuk Sekolah' menjadi bagian penting dari rangkaian program madrasah dalam meningkatkan minat baca dan kemampuan membaca siswa. Ia menjadi terpadu dengan program buku bacaan berjenjang (B3) masuk ke dalam kurikulum, praktik B3 secara regular, kunjungan perpusda keliling, asistensi staf perpusda, penyediaan sudut baca, dan bantuan CSR dari sebuah perusahaan penerbitan mading. [ASB/DS]
Belajar Membaca dengan Metode MMBB Karlina Effendi, SDN Sukarapih 01 Tambelang Bekasi Saat kali pertama mengajar kelas II, saya menemukan ada lima siswa saya yang belum lancar membaca. Chellsie, Hellisa dan Aldi baru mengenal huruf, sementara Fahrizal dan Fuja belum bisa membaca. Mulailah kucari cara membantu kelima muridku agar bisa lancar membaca. Saya menggunakan buku Lancar Membaca untuk Kelas 1 SD, sebuah buku tipis yang digunakan untuk membimbing siswa yang belum lancar membaca. Meskipun buku itu diperuntukkan untuk kelas I, tetapi untuk kelima muridku ini kupikir buku sederhana itu cocok. Dengan menggunakan buku itu, mereka kutugaskan menulis menyalin buku bacaan (MMBB), di buku tersebut. Keesokan harinya saat siswa yang lain menulis atau mengerjakan tugas yang kuberikan, kelima orang muridku yang belum dapat membaca itu satu persatu kupanggil ke mejaku untuk membaca teks pada halaman buku yang kutugaskan. Kubimbing mereka membaca. Jika halaman buku yang kutugaskan sebelumnya bisa lancar dibaca, kutuliskan kata “berlanjut”
10
pada pojok halaman. Jika mereka masih belum lancar membaca pada halaman buku tersebut kutulis kata “mengulang.” Pengertian mengulang bukan hanya membaca pada buku bacaannya tetapi juga mengulang menyalin dan menuliskan kembali bacaan yang ada pada halaman tersebut di rumah.
yang sebelumnya tidak bisa membaca, kini mulai lancar membaca. Satu orang siswa yang masih kesulitan dalam membaca, ternyata anak berkebutuhan khusus. Saya termotivasi untuk menemukan cara lainnya mengajarnya membaca.***
Saya selalu membubuhkan tanda tangan pada lembar buku tugas yang mereka kerjakan. Tujuannya agar mereka tetap menulis meskipun tugas tersebut sudah pernah mereka kerjakan. Pada prinsipnya ketika anak menulis sudah pasti mereka pun belajar membaca. Kelemahan dalam penerapan pembelajaran membaca seperti ini adalah tertinggalnya penguasaan materi siswa yang belajar membaca dibandingkan dengan murid lain. Karena waktu yang digunakan untuk belajar membaca bersa-maan dengan waktu yang digunakan siswa lain untuk mengerjakan tugas berbeda. Dalam kurun waktu dua bulan, empat siswa
Karlina dekati setiap siswa guna mengecek hasil tulisannya.
Nomor 15
Praktik yang Baik
Pelatihan untuk fasilitator tambahan di Tasikmalaya.
Jamin Keprofesian Semua Guru
Tasik Siapkan Ratusan Fasilitator Baru Setelah melihat peningkatan kualitas perkembangan di sekolah mitra USAID PRIORITAS, Pemerintah Kabupaten Tasikmalaya berkomitmen untuk meningkatkan kompetensi dan profesionalitas guru-guru nonmitra USAID PRIORITAS dengan memanfaatkan program Pengembangan Keprofesian Bekelanjutan (PKB). Diskusi intensif melibatkan pemerintah, pengawas sekolah, kepala sekolah, dan guru mengerucut pada kesepahaman bentuk PKB guna menjamin keprofesian ribuan guru non mitra USAID PRIORITAS, yakni kloning fasilitator daerah (fasda). Tasik membutuhkan lebih banyak tambahan fasda, di luar 30 orang fasda binaan USAID PRIORITAS, untuk melatih guru-guru secara berbasis kecamatan/ gugus. Disusunlah waktu itu rencana serangkaian training of trainers (TOT), difasilitasi oleh 30 orang fasda itu, untuk melatih fasda baru bagi 39 kecamatan, serangkaian pelatihan guru tingkat sekolah dalam rangka mendiseminasikan program USAID PRIORITAS, dan pendampingan sebagai tindaklanjut pelatihan. Tentukan Arah dan Modelkan Wajah Agar pelaksanaan kegiatan ini dapat berjalan dengan baik dan lancar, disusunlah panduan kegiatan untuk memberikan gambaran kepada guru-guru dan semua pihak terkait tentang pelaksanaan Pengembangan Keprofesian Bekelanjutan Guru Tahun 2016. Panduan ini menjadi acuan bagi para pemerintah, pelaksana kegiatan, dan peserta dalam pelaksanaan kegiatan. Panduan memuat hakikat PKB, tujuan, sasaran, manfaat, bentuk kegiatan, metode dan strategi, alur kegiatan, kepanitiaan, kepesertaan, fasilitator, materi, dan jadwal pelaksanaan. “PKB adalah pengembangan kompetensi guru yang dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan, bertahap, dan berkelanjutan untuk meningkatkan profesionalitasnya,” tutur Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Tasikmalaya EZ. Alfian. Menurutnya, standar kompetensi profesinal guru berimplikasi pada perolehan angka kredit untuk kenaikan pangkat/jabatan fungsional guru dan untuk pengembangan karir guru.
April - Juni 2016
Kepala Bidang Peningkatan Mutu Pendidikan dan Tenaga Kependidikan (PMPTK) Kartiwa menjelaskan, program PKB Tasikmalaya Tahun 2016 mengambil tiga bentuk kegiatan. Pertama, pelatihan untuk para pelatih (Training of Trainers) bagi calon fasda tambahan untuk jenjang SD/MI dan SMP/MTs. Proses seleksi calon fasda tambahan menjadi sangat penting karena mereka adalah motor utama dalam melakukan pelatihan penguatan di tingkat sekolah. Sehingga, ditentukanlah kriteria berikut: 1. Khusus untuk fasda pembelajaran diutamakan berasal dari unsur guru dan/atau kepala sekolah/pengawas sekolah yang berpengalaman sebagai guru; 2. Khusus untuk fasda MBS diutamakan berasal dari unsur kepala sekolah dan pengawas sekolah; 3. Calon fasda lebih diutamakan berasal dari gugus terpilih (sasaran PKB); 4. Memiliki sisa masa kerja minimal 10 tahun; 5. Mendapat izin dari institusi/sekolah asal untuk menjadi fasda; 6. Memiliki kemampuan komunikasi lisan dan komunikasi massa yang baik; 7. Mampu mengoperasikan komputer dan media yang relevan; 8. Mempunyai integritas dan komitmen tinggi pada program yang akan dilaksanakan. Mekanisme nominasi calon bermula dari gugus/KKG/MGMP yang terpilih dan dilanjutkan dengan seleksi oleh tim kecil lewat wawancara langsung/tertulis dengan instrumen yang telah disiapkan. Kedua, pelatihan tingkat sekolah dalam rangka mendiseminasikan program USAID PRIORITAS. Di dataran ini, fasda tambahan hasil TOT melatih guru/kepala sekolah/komite sekolah di kecamatan/ gugus masing-masing. Pelatihan tingkat sekolah dibagi menjadi tiga tahap, meliputi disiminasi pembelajaran untuk jenjang SD/MI, disiminasi pembelajaran untuk jenjang SMP/MTs, dan MBS (Manajemen Berbasis Sekolah) untuk Kepala Sekolah dan Komite Sekolah jenjang SD/MI dan SMP/MTs. Khusus untuk pembelajaran (PAKEM dan CTL), baik TOT maupunpelatihan tingkat sekolah, peserta melakukan praktik mengajar pada hari terakhir pelatihan yang kemudian diikuti dengan refleksi. Ketiga, sebagai tindak-lanjut pelatihan, dilakukan pendampingan guru. Para fasda, usai melatih guru dalam diseminasi pembelajaran, memikul kewajiban untuk melakukan pendampingan guru di tingkat MGMP/KKG/Kelas. Pendampingan guru menjamin hasil pelatihan terimplementasi dan berdampak efektif dan menjamin proses peningkatan keprofesian guru berjalan secara berkesinambungan. Wawan Herawan, Sekretaris Dinas Pendidikan Kabupaten Tasikmalaya, menyebut kegiatan PKB menyasar semua guru pada satuan pendidikan SD dan SMP yang berada di lingkungan Dinas Pendidikan Kabupaten Tasikmalaya, serta satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat. Untuk itu, Wawan menyebut pihaknya telah dan sedang melatih 400 orang fasilitator daerah (fasda) sebagai tambahan atas 30 orang fasda yang selama ini sudah ada. Mereka diproyeksikan untuk melatih semua guru SD/MI dan SMP/MTs di Kabupaten pada paruh kedua tahun 2016 dan paruhpertama tahun 2017. PKB juga dijalankan secara berbasis gugus dan komunitas profesi, yakni dalam bentuk perintisan 39 gugus rujukan dan 12 MGMP rujukan. “Untuk mendukung program PKB tersebut, pemerintah Kabupaten telah menyiapkan dana sebesar 900 juta rupiah,” ujar Wawan.***
11
Inspirasi
Siswa SMP NU Indramayu berbagi ide di sela-sela memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar
Saking antusias membaca, siswa SDN 1 Cilimus Kuningan rela mengisi daftar antrian untuk dapat meminjam bahan bacaan.
Siswa SDN 3 Sukamanah, Sindangkasih, Ciamis, tampak asyik menikmati buku cerita. Usai membaca, setiap siswa berbagi cerita kepada temannya.
Siswa MI Ar-Rahmah Karawang amati bentuk daun, jenis akar, dan jenis batang pohon untuk kemudian mendiskusikannya dalam kelompok.
Siswa SMPN 1 Mangunreja Tasikmalaya manfaatkan setiap waktu luang untuk membaca untuk membuka jendela ilmu.
Bukan hanya siswa, orangtua pun selalu merindukan kesempatan ini.
Siswa MI Al-Misbah Kota Bandung gunakan kacang hijau untuk melatih keterampilan membuat gambar hewan.
Buletin PRIORITASkeun Stuart Weston, Anwar Holil Erna Irnawati Dindin Solahudin Dindin,Yeti Heryati, Seno M. Daud, Makinuddin, Rudi Sopiana, Khaerudin K., Eman Sulaeman TI & Fotografi: Danang T. Mulyanto, Irwan Rudiansyah, Pribadi, Koordinator Daerah: Fery Apriadi, Ipin Rohana, A.Syaeful Bahri, Iin Rahmawati, H. Firdaus, Asep Iryanto, Arief T. Cahyana Tata Usaha: Ika Prasari Cessnarsi Bendahara: Eka Rosmitalia Distributor: Kastam Yanto, Deby Riyanto, Aji Waluyo Dewan Penasehat: Penanggung Jawab: Pemimpin Redaksi: Dewan Redaksi:
Ketua MGMP paparkan hasil kerja kelompok, bagian dari pelatihan guru nonmitra diseminasi modul 1 di Kuningan (21/6).
USAID PRIORITAS (Prioritizing Reform, Innovation, and Opportunities for Reaching Indonesia’s Teachers, Administrators, and Students) merupakan program lima tahun yang didanai oleh USAID dan dirancang untuk meningkatkan akses pendidikan dasar yang berkualitas. Program USAID PRIORITAS dirancang berdasarkan pengalaman dan pelajaran yang dipetik dari program Decentralized Basic Education (DBE) yang telah dilaksanakan pada tahun 2005-2010. Di Jawa Barat, USAID PRIORITAS meneruskan dukungan terbatas terhadap kabupaten/kota mitra DBE menyatakan kesediaan dan terpilih untuk menjadi mitra program. USAID PRIORITAS memberikan dukungan dan pembinaan secara penuh kepada kabupaten/kota baru di Jawa Barat selama 2012-2017.
Alamat: Jl. Sindang Sirna No. 38 Bandung 40153 Tlp 022-2003133 Fax 022-2007266 Email:
[email protected] www.prioritaspendidikan.org
12
Nomor 15