12
KEGIATAN USAID PRIORITAS: Mengutamakan Pembaharuan, Inovasi, dan Kesempatan bagi Guru,Tenaga Kependidikan dan Siswa
Pelatihan PAKEM dan MBS di UIN Alauddin
EDISI 04/JULI-NOVEMBER 2013
WARTA PRIORITAS
Semua Antusias, Semua Bersemangat! 1
2
Media Diseminasi Praktik Inovasi di Bidang Pendidikan Dasar di Sulawesi Selatan
3
Kembangkan Konsorsium LPTK Kesepakatan Bersama Meningkatkan Mutu Pendidikan (1) Peserta menyimpulkan apa dan mengapa pembelajaran aktif PAKEM setelah melihat tayangan video; (2) dan (3) Peserta menjelaskan tata ruang yang efektif untuk pembelajaran
School Mitra UIN Alauddin. Masing-masing sekolah Lab mengutus 7 orang peserta dari guru kelas I sampai dengan kelas VI dan kepala sekolah. Selain itu, ada juga peserta yang berasal dari UPPL UNM dan UIN Alauddin Makassar. Pada tanggal 12-14 September 2013, di tempat yang sama dilakukan pelatihan MBS (Manajemen Berbasis Sekolah) bagi sekolah lab dan mitra UNM dan UIN Alauddin Makassar untuk jenjang SD/MI. Kedua pelatihan ini (PAKEM dan MBS) menggunakan Modul “Praktik yang Baik di SD/MI” (Modul 1) yang dikembangkan USAID PRIORITAS dan sudah dilatihkan untuk sekolah mitra. Peserta tampak sangat antusias mengikuti kegiatan ini dari awal sampai akhir kegiatan sesuai dengan jadwal yang ditetapkan. Animo peserta nampak sangat kuat. Mereka bersemangat b e rd i s k u s i d e n g a n ke l o m p o k d a n membacakan hasilnya dihadapan semua peserta secara bergantian. Mereka juga menempelkan semua hasil diskusi menjadi pajangan di dinding tempat workshop berlangsung. Peserta nampak merasa nyaman dengan suasana pelatihan yang difasilitasi oleh para dosen. Antusiasme mereka juga terlihat saat semua peserta ikut dalam kegiatan praktik mengajar yang dilaksanakan di SDN Gunung Sari 1, MI Al WARTA PRIORITAS Abtrar, dan SDN Sudirman. Penanggung Jawab Jamaruddin (Provincial Coordinator) M e n u r u t Redaktur Pelaksana Mustajib (Communication Specialist) Tim Redaksi Nensilianti (TTI Development Specialist), Nensilianti, Universitas Negeri Makassar dan Universitas Islam Negeri Alauddin, kedua LPTK tersebut masing-memiliki sekolah mitra yang menjadi tempat mahasiswa melakukan praktik pengajaran lapangan (PPL) baik untuk mahasiswa reguler ataupun mahasiswa yang sedang menempuh pendidikan profesi guru (PPG). Untuk meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah-sekolah mitra tersebut, USAID PRIORITAS menyelenggarakan pelatihan PAKEM, MBS dan CTL untuk guru, kepala sekolah, pengawas dan komite sekolahsekolah tersebut dengan judul “Training of TTI Lab and Partner Schools: Primary South Sulawesi.” Pelatihan ini diselenggarakan dalam dua tahap. Pertama pelatihan PAKEM dan tahap kedua pelatihan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS). Kegiatan pelatihan Pakem dilakukan tanggal 5 – 7 September di Training Center U I N A l a u dd i n M a k a s s a r. Ke g i a t a n difasilitasi oleh sepuluh dosen fasilitator LPTK dan diikuti oleh 85 peserta dari 1 sekolah lab. dan 11 sekolah mitra LPTK Mitra USAID PRIORITAS Sulawesi Selatan. Dari 12 sekolah tersebut, 6 SD merupakan mitra Universitas Negeri Makassar dan enam Madrasah Ibtidaiyah merupakan Lab
Spesialis Pengembangan LPTK USAID PRIORITAS Sulawesi Selatan, rata-rata lembar kerja peserta terisi sesuai dengan harapan. Dalam pelatihan tersebut, guru kelas I dan kelas IV membuat rencana pembelajaran dengan berpatokan pada KIKD Kurikulum 2013. Pe l a t i h a n M B S y a n g d i h a d i r i pengawas, kepala sekolah, guru, dan komite sekolah telah membuka wawasan peserta pentingnya kerja sama untuk meningkatkan pelayanan dan pengelolaan manajemen sekolah untuk peningkatan kualitas pembelajaran. Pada pelatihan MBS ini, peserta diberikan metode-metode untuk mencari dana sekolah dari luar skema pemerintah, lewat pelibatan masyarakat (PSM) tanpa berbenturan dengan program Sekolah Gratis yang dicanangkan oleh Pemerintah. Kepala Sekolah yang ikut pelatihan juga langsung berpraktek untuk menyusun RKS dan RKT/RKAS dengan para guru dan komite sekolah. “Diharapkan kepala sekolah, komite dan guru lebih memahami praktek yang baik dalam pengembangan sekolah, baik dari segi persiapan dan pelaksanaan PAKEM maupun MBS. Selain itu, mereka juga diharapkan dapat memberikan contoh yang efektif dari praktik yang baik kepada mahasiswa PPL, yaitu pembelajaran aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan (PAKEM),” kata Dr. Nensilianti
1
2
(1) Prof. H. M. Asfah Rahman, Ph.D. (Guru Besar UNM) ikut memberikan sumbangsih saran kerjasama antar LPTK, (2) Prof. Dr. Eko Hadisujiono, M.Si. (PR IV UNM) memaparkan peran LPTK dalam pembelajaran.
UNTUK merancang bentuk kerjasama, penguatan kelembagaan, merumuskan kebijakan, dan pengembangan program pendidikan antara LPTK Mitra dan Konsorsium LPTK, USAID PRIORITAS mengadakan kegiatan Provincial Consortia Meeting di Gedung PINISI Universitas Negeri Makassar. Pertemuan dihadiri oleh para Rektor U n i ve r s i t a s / Ke t u a , Pe m b a n t u Rektor/WakilKetua, Dekan LPTK Mitra dari UNM dan UIN Alauddin Makassar, serta Konsorsium LPTK. Konsorsium LPTK tersebut adalah Universitas Muhammadiyah Makassar, Universitas Muhammadiyah Parepare, Universitas Cokroaminoto Palopo, STAIN Palopo, dan STAIN Bone. Dalam paparannya yang berjudul “LPTK Sebagai Agen Peningkatan Kualitas Pembelajaran” Prof. Eko menyampaikan
berbagai persoalan yang dihadapi oleh guru serta peran yang harus dimainkan oleh LPTK untuk mengatasi masalahmasalah tersebut. Menurutnya persoalan guru tidak mungkin dapat diselesaikan hanya oleh satu lembaga pendidikan, harus ada kesepakatan dan kerja sama yang baik antara LPTK-LPTK yang ada di Sulawesi Selatan. “Forum pertemuan Konsorsium LPTK adalah forum yang sangat tepat untuk membahas lebih jauh kerja sama antar LPTK,” tegasnya. Kegiatan kemudian dilanjutkan dengan diskusi yang dipandu oleh Prof. H. M. Asfah Rahman, Ph.D. (Guru Besar UNM), Drs. Jalaluddin Mulbar, M.Si. (Kahumas UNM), dan Dr. H. Salehuddin Yasin, M.Ag. (Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin Makassar). Diskusi menghasilkan beberapa
Saiful Jihad, (TTO Secondary), Amir Mallarangeng (TTO Primary), Fadiah Machmud (WHS), M. Ridwan Tikollah (GMS), La Malihu (M/E Specialist), Abdul Rahman Patta (IT Specialist) ALAMAT Jl. Rutan No. 75-77, Gunung Sari Baru, Makassar - Sulawesi Selatan Telp. dan Fax: 0411-885595, 886898, E-mail:
[email protected]
Informasi lebih lanjut silakan klik: www.prioritaspendidikan.org
keputusan, antara lain: (1) diperlukan MoU dengan anggota konsorsium sebagai turunan dari MoU yang sudah disepakati masing-masing LPTK UNM dan UIN Alauddin, (2) setiap LPTK secara internal merencanakan dan menyelenggarakan pelatihan untuk menyebarluaskan modul PAKEM/CTL dan MBS kepada dosen berdasarkan anggaran LPTK masingmasing, (3) penyediaan SDM dari unsur LPTK yang akan didayagunakan secara optimal oleh kabupaten/kota, dan perlunya LPTK melakukan komunikasi yang lebih intensif menyusun rencana kegiatan baik internal maupun eksternal. Pertemuan Konsorsium LPTK ini akan dilakukan secara berlanjutan. Untuk pertemuan berikutnya akan d i s e l e n g g a r a k a n o l e h U n i ve r s i t a s Muhammadiyah Parepare. (Ajb/Nen)
USAID PRIORITAS: Prioritizing Reform, Innovation, and Opportunities for Reaching Indonesia's Teachers, Administrators, and Students
02
UTAMA
EDISI 04, 2013
Sudut Baca Sederhana untuk Bangun Minat Baca Pojok sekolah SDN 180 Papandangan Maros Sulsel sebelumnya kosong tidak dimanfaatkan. Terinspirasi dari pelatihan USAID PRIORITAS untuk mengembangkan sudut baca, H.Yadasari Kepala SDN 180 Papandangan mencari cara membangun sudut baca di pojok sekolah. Untuk terlindungi dari hujan, maka diperlukan dinding pembatas yang bisa menjadi sandaran dan tempat buku dan koran. Tetapi dari mana dananya? Kebutuhan itu diutarakan kepada orang tua siswa yang langsung menyanggupi untuk membelikan seng, cat dan kayu bahan dinding pembatas tersebut. Biaya yang dihabiskan tak lebih dari 400 ribu. “Pendekatan ke orang tua siswa merupakan salah satu cara kami untuk mendanai beberapa kegiatan dan fasilitas di sekolah ini,” ujarnya. Setelah selesai dibangun, dibentuklah piket siswa yang bertugas membawa sebagian buku perpustakaan ke sudut baca itu. Buku tersebut dibawa kembali ke perpustakaan pada siang hari sebelum pulang sekolah. “Kami juga menyelenggarakan jam tambahan membaca untuk siswa. Dua jam perminggu pada hari sabtu jam terakhir untuk semua kelas. Para siswa kami arahkan untuk membaca di perpustakaan sekolah dan sudut baca itu,” ujarnya. Lokasi sudut baca yang terbuka dan nyaman, membuat para siswa tampak menikmati kegiatan membaca. “Anak-anak
yang dulunya cuma bermain waktu istirahat, sekarang setelah ada sudut baca di pojok sekolah, banyak yang membaca. Kami menyediakan buku cerita bergambar, koran, dan majalah sehingga mereka menjadi tertarik. Selain tampilan sekolah menjadi lebih baik, siswa menggunakan waktu istirahatnya dengan kegiatan yang positif,” katanya.
Para siswa SDN 180 Papandangan Maros tampak asyik menikmati koleksi buku di sudut baca sekolah.
Kekurangan Guru Tak Mesti Rekrut Guru Baru Ketidakmerataan persebaran guru merupakan salah satu masalah yang menghambat peningkatan mutu pendidikan di Sulawesi Selatan. Guru menumpuk di perkotaan saat mereka dibutuhkan mengajar di daerah terpencil. Selain itu, sejumlah guru juga banyak berada di sekolah-sekolah yang jumlah muridnya sedikit. Fakta-fakta tersebut terungkap pada kegiatan Workshop 2 Analisis Kebijakan Penataan dan Pemerataan Guru Kabupaten Bantaeng, Maros dan Wajo di Hotel Pare Pariwisata, 6-9 November 2013. Workshop yang bertujuan untuk untuk meningkatkan kapasitas kabupaten/kota utamanya dinas pendidikan dalam merumuskan kebijakan penataan dan pemerataan guru di daerah-daerah dihadiri oleh 30 orang perwakilan Dinas Pendidikan Provinsi Sulsel, Dinas Pendidikan dan Kantor Kemenag Kabupaten Bantaeng, Maros dan Wajo. “Agar tidak menimbulkan kebingungan, formulasi-formulasi kebijakan untuk memecahkan masalahmasalah penataan dan pemerataan guru yang dilahirkan dalam workshop ini mesti disosialisasikan dengan baik ke seluruh instansi terkait,” demikian kata Stuart Weston Direktur Program
USAID PRIORITAS saat membuka acara tersebut. Dia juga menyebutkan bahwa Indonesia merupakan negara yang kelebihan guru, namun tidak tertata dan tersebar dengan baik. Jika guru tertata dan tersebar dengan baik, penggunaan anggaran pendidikan bisa lebih efisien. Selama diskusi, untuk efesiensi penggunaan anggaran pendidikan, masalah kekurangan guru tidak melulu harus dijawab dengan kebijakan perekrutan guru PNS baru. Kelompok Kabupaten Maros, misalnya, mengungkap kekurangan guru dan siswa di 70 sekolah di daerahdaerahnya yang terpencil. Solusi yang mereka tawarkan adalah melakukan kebijakan regrouping atau menyatukan sekolah-sekolah kecil yang berdekatan. Sementara kelompok Kabupaten Wajo, walaupun masalahnya sama, mengusulkan multigrade atau menyelenggarakan pembelajaran kelas rangkap. Kelompok Wajo juga mengusulkan kebijakan mutasi sebagai salah satu alternatif pemerataan guru. Usulan-usulan kebijakan yang d i r u m u s k a n d a l a m wo r k s h o p i n i , diharapkan bisa dilanjutkan ke pemerintah daerah masing-masing untuk ditindaklanjuti dalam bentuk peraturan daerah, SK Bupati, atau peraturanperaturan daerah lainnya
KEGIATAN
EDISI 04, 2013
Pelatihan Manajemen Berbasis Sekolah
Komite Sekolah Punya Peran Penting dalam MBS Pola manajemen sekolah lama yang sentralistis perlu diubah menjadi desentralistis. Pendekatannya harus diubah dari pendekatan birokratis menjadi pendekatan profesional. Poinpoin tersebut merupakan poin penting pelatihan manajemen berbasis sekolah yang diadakan kembali oleh USAID PRIORITAS Sulawesi Selatan pada tanggal 3-5 September 2013 di Aula SMPN 1 Turikale Maros. Ashar Paduppa, S.Sos, Kepala Dinas Pendidikan Maros, atas nama bupati membuka kegiatan pelatihan. Lewat sambutan tertulis yang ia bacakan, Bupati Maros sangat mendukung kegiatan pelatihan dan mengharapkan p a r a p e s e r t a n a n t i ny a m e m i l i k i komitmen menerapkan praktik-praktik yang telah dilatihkan di sekolah masingmasing. Kegiatan tersebut dihadiri oleh manajemen USAID PRIORITAS; Stuart Weston (CoP atau Direktur USAID PRIORITAS) dan Jamaruddin (PC USAID
P R I O R I TA S ) , d a n p e j a b a t - p e j a b a t pemerintahan kota Maros; Lory Hendajaya (Ketua Komisi III DPRD Maros), Drs H.Abd Azis Zakariah (Ketua Dewan Pendidikan) dan lainnya. Para peserta merasa pelatihan MBS yang dijalani sangat bermanfaat, “Inilah model pelatihan yang benar-benar ditunggu oleh sekolah. Metode pelatihannya sangat sistematis, dibawakan dengan cara menyenangkan dan materinya juga sesuai d e n g a n ke b u t u h a n s e ko l a h ,” u j a r Alimmuddin Assegaf. Pengawas sekolah yang membawahi tujuh sekolah di Kecamatan Turikale ini, berjanji akan segea mengadakan pertemuan dengan para kepala sekolah di wilayah pengawasannya,“Saya akan meminta semua sekolah mitra untuk betul-betul menerapkan pelatihan MBS ini di sekolahnya masing-masing.” Pada kegiatan penutupan, Drs. Arman Arsyad, M.Si, Kepala Bidang PMPTK, yang aktif mengikuti kegiatan menegaskan bahwa dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan, peran komite sekolah sangat
sentral. “Satu hal yang patut disyukuri bahwa pelatihan USAID PRIORITAS ini memberikan informasi metode bagaimana memicu masyarakat berperan dan terlibat sebagai sumber pendanaan dan pemberdayaan untuk peningkatan mutu pembelajaran dan tata kelola sekolah. Setelah pelatihan ini, kita harapkan komite sekolah menjadi garda terdepan menjalankan fungsinya melaksanakan metode tersebut”
Para peserta berkerjasama belajar menyusun anggaran kegiatan sekolah dan memamerkan hasil diskusi beda MBS dengan non MBS
Pelatihan PAKEM Tingkat SD/MI Kabupaten Wajo Pelatihan Tingkat SD/MI Angkatan I Kabupaten Wajo Ikut TertantangPakem Melakukannya ! IkutPara Tertantang Melakukannya! guru, pengawas, kepala SDN 2 Madukelleng merasa senang bisa 1
2
3
(1)Tim USAID PRIORITAS bertemu dengan Walikota Parepare,H. Taufan Pawe disela-sela kegia tan Wo rksh op (2) Ao s Santosa , menjelaskan strategi penataan guru dan sekolah di kelompok Wajo (3) Kelompok berdiskusi dengan antusias sampai banyak yang berdiri.
sekolah dan komite SD/MI sangat antusias mengikuti pembelajaran Pakem Para guru, pengawas, kepala sekolah dan yang kaliSD/MI ini diadakan di Aula mengikuti Kemenag komite sangat antusias Kab Wajo, 7 -Pakem 9 September 2013. pembelajaran yang kali ini Pe l a t i h adi n Aula y a n gKemenag b e r t u jKab u a nWajo, u n t u7 kdiadakan mengenalkan, merencanakan dan 9 September 2013. Pelatihan yang mempraktikkan b e r t u j u a n u n Pakem t u k mini e ndihadiri g e n a l koleh an, 66 peserta merencanakan dan mempraktikkan Pelatihan dibuka oleh Kepala Pakem ini dihadiri oleh 66 peserta Dinas Pendidikan WajoDinas Drs. Pelatihan dibukaKabupaten oleh Kepala Jasman Juanda, M.Si, yang berharap hasil Pendidikan Kabupaten Wajo Drs. pelatihan dapatM.Si, diterapkan dengan hasil baik Jasman Juanda, yang berharap di sekolah. para peser ta pelatihan dapatSetelah diterapkan dengan baik m n d a l a m i Setelah a p a d apara n m epeser n g a ptaa di e sekolah. menjalankan m e n d a l a mpembelajaran i a p a d a nmodel m e nPakem gapa dan bagaimana menciptakan ruang menjalankan pembelajaran model Pakem lingkungan belajar menciptakan yang efektif, mereka dan bagaimana ruang melakukan simulasi di tempat lingkungan belajar yang efektif,pelatihan. mereka Setelah melakukan evaluatif atas melakukan simulasirefleksi di tempat pelatihan. simulasi melakukan yang dilakukan, besoknya Setelah refleksi evaluatifpada atas hari ketiga para peserta simulasi yang pelatihan, dilakukan, besoknya pada disebar melakukan praktek hari ketiga pelatihan, para langsung peserta dengan mengajar murid-murid 2, 3 disebar melakukan praktek SDN langsung dan 4 Madukelleng. dengan mengajar murid-murid SDN 2, 3 Andi Budiman, guru dan dan 4 Madukkelleng. pengamat pelatihan praktek di Andi Budiman, guru dan mengajar pengamat
mengamati praktik mengajar peserta pelatihan. “Biasanya pelatihan praktek anak-anak mengajar itu di pendiam, SDN 2 tak banyakmerasa yang senang berpendapat. Kali ini Madukelleng bisa mengamati dengan model Pakem, merekapelatihan. saya lihat praktik mengajar peserta berbeda. Banyak perubahan Mereka “Biasanya anak-anak itu terjadi. pendiam, tak menjadiyang lebihberpendapat. berani dan percaya untuk banyak Kali inidiridengan mengacungkan tangan.saya Mereka menjadi model Pakem, mereka lihat berbeda. antusias.perubahan Melihat perubahan sepertimenjadi ini, saya Banyak terjadi. Mereka sendiriberani ikut tertantang mengajar lebih dan percaya diri dengan untuk menggunakan tangan. metode ini,” kelihatan katanya mengacungkan Mereka bersemangat. memungkinkan, menjadi antusias. “Kalau Melihat perubahan seperti sekolah jugaikut dilibatkan dalammengajar program ini, saya kami sendiri tertantang ini,” usulnya. dengan menggunakan metode ini,” katanya Pelatihan“Kalau diakhiri memungkinkan, dengan rencana bersemangat. tindak kami lanjut. guru dalam berkomitmen sekolah jugaPara dilibatkan program menerapkan pembelajaran yang sudah ini,”usulnya. dilatihkan di sekolah Pelatihan diakhiri dengan masing-masing. rencana tindak Pelatihan juga dilakukan di Keera lanjut. Parayang gurusama berkomitmen menerapkan Kab.Wajo pada tanggal 12 s/ddilatihkan 14 September pembelajaran yang sudah di 2013 dihadiri oleh 55Pelatihan peserta,yang Bantaeng sekolah masing-masing. sama padadilakukan tanggal 24 s/d Agustus juga di 26 Keera Kab.2013 Wajodihadiri pada oleh 11212orang dan 2013 Maros pada tanggal s/d 14peserta September dihadiri tanggal s/d 22 Agustus oleh 55 20 peserta, Bantaeng2013 padadihadiri tanggaloleh 24 12026 peserta. s/d Agustus 2013 dihadiri oleh 112 orang peserta dan Maros pada tanggal 20 s/d 22 Agustus 2013 dihadiri oleh 120 peserta.
1
2
(1) Kelompok kerja guru-guru Tematik di Foto (1)Kelompok kerjakelasguru-guru Aula Kemenag Wajo sedang serius berdiskusi kelas Tematik di Aula Kemenag Wajo tentang RPP; sedang serius berdiskusi tentang RPP, (2) Ibu Sarnawiyah,S.Pd. Guru SDN 320 Ballere, (2)Ibu Sarnawiyah,S.Pd. Guru SDN 320 Keera, Wajo presentasi hasil diskusi kelompok Ballere, Keera, Wajo presentasi hasil Bahasa Indonesia
diskusi kelompok Bahasa Indonesia
03
04
KEGIATAN
EDISI 04, 2013
JALAN PANJANG SELEKSI DAERAH KOHOR 2 Memasuki tahun kedua pelaksanaan program, USAID PRIORITAS Sulawesi Selatan melakukan seleksi daerah mitra kohor 2. Seleksi dilakukan oleh tim yang beranggotakan seluruh staf USAID PRIORITAS. Tim melakukan penilaian daerah potensial berdasarkan jarak daerah dari LPTK mitra dan jarak daerah mitra serta kriteria pendukung, yaitu; (a) jarak dari kantor USAID PRIORITAS di Makassar, (b) keberadaan lembaga donor bidang pendidikan di daerah tersebut, dan (c) kerjasama dengan LPTK mitra. Tim juga menilai daerah berdasarkan perhatian daerah terhadap pendidikan dan komitmen penganggaran bidang pendidikan. Untuk dua kriteria terakhir, tim USAID PRIORITAS Sulawesi Selatan meminta pertimbangan-pertimbangan dari pemangku kebijakan provinsi yang meliputi: (a) Dinas Pendidikan, (b) Kantor Wilayah Kementerian Agama, (c) Bappeda, (d) Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP), (e) Universitas Negeri Makassar (UNM), dan (f) Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar selaku LPTK mitra. Banyak pertimbangan disampaikan, namun daerah yang direkomendasikan adalah Takalar, Bone, Parepare dan Toraja, dengan alasan keempat daerah tersebut memiliki komitmen yang baik dalam peningkatan mutu pendidikan dan dekat dengan LPTK mitra dan daerah mitra. Berdasarkan masukan tersebut, Tim USAID PRIORITAS memutuskan empat daerah tersebut adalah daerah mitra kohor 2 paling potensial.
Tim USAID PRIORITAS bertemu Bupati Takalar, Dr. Burhanuddin, SE. M.Si menjajaki kerjasama program
Penjajakan Kerjasama Setelah memperoleh daerah potensial untuk kemitraan pada kohor 2, USAID PRIORITAS selanjutnya melakukan penjajakan kerjasama dan menyampaikan surat kesediaan sebagai mitra kepada pemangku jabatan di empat daerah. Pada proses audiensi, tim mengenalkan program USAID 1 PRIORITAS, capaiannya serta memverifikasi komitmen mereka terhadap pendidikan. Tim juga menawarkan 2 bentuk-bentuk kerjasama dan mengharapkan (1) Tim bertemu dengan daerah-daerah Kepala Dinas Pendidikan Parepare Andi Mustafa Mappangara yang dikunjungi (2) dan dengan Walikota Parepare, melakukan Sjamsu Alam diseminasi program. Bupati Takalar, yang didampingi Kepala Dinas Pendidikan dan para staf menyambut baik program USAID PRIORITAS dan siap untuk menjadi mitra.“Saat ini, Pemda Takalar sedang mengembangkan desa model atau percontohan pusat pelayanan yang komprehensif integratif. Untuk itu pemerintah daerah berharap kehadiran USAID PRIORITAS dapat membantu meningkatkan mutu guru dan manajemen sekolah di desa model,” ujarnya. Hal yang sama juga disampaikan Walikota Parepare yang didampingi Kepala Bappeda, Kepala Dinas Pendidikan,Anggota Komisi II DPRD. Sementara di Bone, tim diterima oleh Wakil Bupati dan Kepala Dinas Pendidikan. Di Toraja, tim langsung bertemu dengan Bupati, Kepala Dinas Pendidikan, Kepala Kemenag, Kepala Bappeda, anggota DPRD, dan staf lainnya. Kedua daerah tersebut juga menyambut baik program USAID PRIORITAS dan siap menjadi mitra. Bupati Toraja Theofelus Allorerung, SE menyatakan pihaknya siap melakukan program diseminasi USAID PRIORITAS dengan dana APBD. Tim USAID PRIORITAS juga menerima surat resmi pernyataan kesediaan ke empat daerah menjadi Mitra USAID PRIORITAS. Surat tersebut menjadi tanda daerah tersebut bersedia secara resmi menjadi mitra USAID PRIORITAS.
KEGIATAN
EDISI 04 2013
PEMILIHAN SEKOLAH MITRA KABUPATEN KOHOR 2 Selamat Bergabung Sekolah Mitra USAID PRIORITAS yang Baru! Setelah kepala daerah di empat daerah mitra kohor 2 (Toraja, Bone, Parepare dan Takalar) melayangkan surat resmi kesediaan menjadi mitra, tim USAID PRIORITAS melakukan seleksi sekolah SD/MI dan SMP/MTs mitra di daerah tersebut. Jika terpilih, sekolah-sekolah yang diseleksi akan menerima program-program USAID PRIORITAS, diantaranya; pelatihan dan pendampingan untuk guru dan pemangku kepentingan terkait SD/MI dan pelatihan Contextual Teaching and Learning (CTL) untuk SMP/MTs. Pemangku kepentingan sekolah terpilih juga akan menerima pelatihan MBS (Manajemen Berbasis Sekolah) dan pendampingannya. Sebagai langkah awal, tim USAID PRIORITAS melayangkan surat kepada pemangku kebijakan pendidikan di daerah mitra kohor dua yaitu Dinas Pendidikan dan Kemenag untuk bersama-sama melakukan seleksi terhadap calon sekolah mitra. Dinas Pendidikan dan Kemenag di tiap daerah memberikan sambutan yang baik dan menyatakan kesiapannya untuk bekerjasama.Tim USAID PRIORITAS bergerak ke daerah melakukan pertemuan dengan mereka untuk memperoleh kesamaan persepsi kriteria sekolah mitra dan membentuk tim
seleksi bersama. Dinas Pendidikan dan Kemenag diminta untuk mengajukan calon gugus, masing-masing 2 gugus kota dan 2 gugus luar perkotaan. Ketua-ketua gugus yang telah diajukan diundang ke kantor dinas pendidikan untuk mempresentasikan komitmen dan kesiapan serta potensi gugus termasuk datadata sekolah gugus dan fasilitas pendukung yang dimiliki. Tim juga menilai kesiapan sekolah untuk mengimbaskan praktik baik kepada sekolah lainnya. Hasil presentasi ini dinilai oleh tim, dinas pendidikan dan Kemenag. Sekolah yang mendapat nilai tertinggi selanjutnya diverifikasi secara faktual. Sekolah yang lolos seleksi verifikasi faktual kemudian ditetapkan sebagai mitra resmi. Kepala sekolah yang terpilih melakukan penandatanganan Letter of Commitment kerjasama disaksikan oleh Kepala Dinas Pendidikan dan Kepala Kemenag masing-masing daerah. 24 Sekolah/Madrasah Mitra: 16 SD/Mi dan 8 SMP/MTs terpilih dan secara resmi menandatangani kerjasama kemitraan dengan USAID PRIORITAS. Selamat bergabung!
Ibu Afdalina, kepala sekolah SDN 183 Inpres Balla Bituang sedang mempresentasikan potensi dan kesiapan gugus sekolah pada seleksi calon sekolah mitra.
05
06
PRAKTIK YANG BAIK
EDISI 04, 2013
Transparansi Memicu Peningkatan Sumber Dana dari Masyarakat
Tradisi Sumbangan Jum'at di SDN 110 Tidak adanya pembatas antara sekolah dengan tanah milik warga merupakan masalah yang merisaukan Zainuddin Tang, SPd, Kepala SDN 110. Ketiadaan pembatas itu menyebabkan ternak warga seperti kambing, sapi dan lain-ain bebas keluar masuk ke sekolah dan merusak tanaman yang ada di sekolah. Seringkali tanaman seperti bunga-bunga dan buahbuahan ludes dimakan hewan peliharaan penduduk sekitar. Padahal sekolah ini berencana lebih banyak lagi menanam berbagai macam pepohonan produktif agar lingkungan sekolah menjadi lebih nyaman untuk belajar. Hal itu merupakan masalah utama sekolah yang berada di Sabbang Paru Desa Wiring Tasi Kecamatan Suppa, Pinrang. Terinspirasi oleh pelatihan MBS USAID PRIORITAS yang diikutinya, kepala sekolah berpikir melibatkan masyarakat untuk bekerjasama dengan sekolah membangun tembok pembatas. Kepala sekolah mengundang semua orang tua siswa dari kelas satu sampai kelas enam yang jumlahnya 133 orang.
Maksud undangan pertemuan tersebut adalah untuk membicarakan pembangunan pagar pembatas yang tidak ditanggung oleh BOS. Setelah membicarakan pencapaian-pencapaian sekolah dan pertanggungjawaban pengelolaan keuangan, dalam pertemuan tersebut, Pak Zainuddin menyampaikan idenya tentang partisipasi masyarakat untuk membangun tembok pembatas melalui sumbangan Jum’at siswa. Setiap siswa pada hari Jum'at diminta untuk menyumbang dengan besaran Rp. 1000 per anak. Asumsinya, jika 130 anak menyumbang Rp. 1000 berarti akan terkumpul sumbangan sebesar Rp. 130.000 per minggu. Dalam sebulan, dana yang bisa terkumpul bisa mencapai Rp. 520.000 dan dalam setahun Rp. 6.240.000. Berangkat dari perhitungan tersebut, kepala sekolah menargetkan dalam 2 tahun, pembangunan pagar pembatas sudah bisa dimulai pengerjaannya. Tetapi hasilnya sungguh di luar dugaan.Tradisi sumbangan Jum'at baru berlangsung selama 3 bulan, sudah terkumpul dana sekitar Rp. 7.000.000. Hasil sumbangan tiap hari Jum'at diumumkan kepala sekolah pada setiap hari Senin pada saat upacara. Kepala sekolah mengumumkan jumlah sumbangan per kelas.Tradisi ini sudah berjalan dan dampaknya luar biasa, masyarakat melalui siswa menjadi lebih peduli kepada sekolah dan ikut bersemangat membangun sekolah. Menurutnya, kunci kesuksesan melibatkan partisipasi masyarakat adalah transparansi. “Masyarakat menjadi percaya karena kami secara terbuka melaporkan semua dana yang diperoleh, peruntukannya, dan kegiatan apa saja yang telah dilakukan dengan dana tersebut. Transparansi membangkitkan kepercayaan, dan kepercayaan membuat sumberdana lebih mudah diperoleh,” ungkap Pak Zainuddin. Diakuinya, ide memperoleh dana tersebut lahir setelah mengikuti pelatihan USAID PRIORITAS. Ia terinspirasi dari pelatihan MBS pada sesi peran serta masyarakat. Pada sesi tersebut, para peserta banyak mengungkapkan ide-ide untuk memperoleh dukungan dari masayarakat dengan berbagai cara atau metode. “Ternyata ada banyak cara untuk memperoleh dukungan dari masyarakat. Dari situlah saya mendapatkan ide sumbangan Jum'at itu,” demikian ungkap pak Zainuddin.
.(Muh. Hamka Syah)
Zainuddin Tang S.Pd, Kepala SDN 110
PRAKTIK YANG BAIK
EDISI 04, 2013
BUKU PUISI KARYA SISWA SD/MI DILUNCURKAN BUPATI Sengkang. SMPN 3 Sengkang adalah salah satu sekolah mitra USAID PRIORITAS di Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan. Sekolah ini pada tahun 1990-an menjadi sekolah favorit. Siswanya mencapai lebih dari 700 orang. Namun dalam empat tahun terakhir mengalami banyak penurunan, hanya 80-100 siswa yang mendaftar. Saat ini jumlah siswa hanya sekitar 300an. ”Kalah dengan SMP negeri lainnya di kota ini,” ujar Drs.Aco Karumpa, kepala sekolah yang baru menjabat pada bulan Juli 2013. Menurutnya, banyak tamatan SD/MI tidak tertarik melanjutkan ke sekolah yang ia pimpin, karena kurangnya sosialisasi dan menurunnya kualitas pembelajaran. Sebagai kepala sekolah yang baru, ia merasa tertantang merekrut kembali banyak siswa supaya ruang kelas tidak banyak yang kosong dan meningkatkan kualitas pembelajaran sekolah. Dengan slogan “SMPN 3 Sengkang Bergerak Selangkah Lebih Maju” ia mulai memancangkan program perubahan sekolah. Keikutsertaannya dalam pelatihan USAID PRIORITAS menjadi modal awal strategi mengubah sekolah. Bersama guruguru, ia mulai meningkatkan kualitas pembelajaran dengan mengubah model pembelajaran, dari pembelajaran guru sebagai penceramah menjadi pembelajaran kontekstual murid yang aktif dan kreatif. Kelas dibuat menjadi lebih menarik karena banyak pajangan karya siswa yang terpampang. Manajemen sekolah juga ia pacu mengikuti MBS (Manajemen Berbasis Sekolah) yang menekankan transparansi dan akuntabilitas. Terinspirasi dari pelatihan MBS yang ia pernah ikuti, untuk mengembalikan jumlah murid seperti tahun-tahun sebelumnya, ia merancang Lomba Cipta Puisi untuk siswa SD/MI seSengkang. Dengan lomba itu, ia berharap siswa SD/MI yang ikut lomba bisa berkunjung ke sekolah, mengenal lebih dekat dan tertarik dengan situasi pembelajaran yang menggunakan pendekatan kontekstual. Sosialisasi kegiatan dilakukan ke SD/MI di Sengkang. Para Kepala Sekolah SD/MI se-Kabupaten Wajo diundang ke sekolah. Penciptaan karya puisi anak-anak mendapat bimbingan guru di sekolah masing-masing dan anak-anak yang ikut lomba diundang ke sekolah untuk verifikasi lebih lanjut orisinalitas karya yang yang diciptakan. Puisi hasil lomba cipta puisi tersebut dibukukan dalam sebuah Kumpulan Puisi Anak Negeri 2013. Para pemenang menerima hadiah pada acara peluncuran buku yang diselenggarakan bertepatan upacara memperingati Hari Sumpah Pemuda Tingkat Kabupaten Wajo di Lapangan Merdeka Sengkang. Pemenang pertama menerima piala langsung dari Bupati Wajo, dan pemenang kedua dari Ketua DPRD Wajo. Acara tersebut juga diliput secara langsung oleh televisi lokal. Pemerintah Kabupaten Wajo sangat mengapresiasi acara ini. Bupati hadir didampingi Ketua DPRD dan MUSPIKA Kabupaten Wajo. Bupati Andi Burhanuddin Unru sendiri yang membuka tirai baliho tanda diluncurkannya buku puisi tersebut. “Katakan langsung kepada saya apa yang dibutuhkan sekolah ini untuk lebih maju lagi,” kata Bupati Wajo. H. Yunus Panaungi, Ketua DPRD, pada sambutan buku tersebut, menyatakan buku kumpulan puisi tersebut bisa menginspirasi peningkatan kreativitas dan minat menulis anak-
anak. Ia yakin bahwa SMPN 3 Sengkang telah memenuhi slogannya bergerak selangkah lebih maju. Acara peluncuran dihadiri anggota DPRD, pejabat pemerintah daerah, komite sekolah, pengawas, kepala sekolah, guru, dan siswa SD/MI, serta masyarakat umum. Memanfaatkan acara tersebut, siswa SMPN 3 Sengkang membagi-bagi buku kumpulan p u i s i ke p a d a p a r a u n d a n g a n y a n g menyambutnya dengan memberikan sumbangan dana untuk kegiatan sekolah. Ide kreatif ini merupakan salah satu metode MBS melibatkan peran serta masyarakat dalam pembiayaan kegiatan sekolah.
1
2
(1) Drs. Aco Karumpa, Mpd; (2) Para pemenang lomba cipta puisi berfoto bersama bupati, dan jajaran pemerintah Kab. Wajo lainnya
“Tanah Wajo” Karya : Nurul Izzah Afiqah Inilah tanah warisan leluhurku TanahWajo.... Negeri tanddangpare puangrimaggalatung Tanah kelahiranku tercinta Tempat berpijak menyongsong harapan Bagi anak negeri Kubangga akan dirimu Atassekian kelebihan yang Dikau miliki Rumah adat atakkae yang megag TapparengTempe yang memantang luas Kain suteramu yang diminati banyak negara Ataupun.... Kokohnya Bulu AlaunaTempe Yang membujur hijau Tenangnya arus sungaiWalannae Serta situs sejarah tosora, tempat merangkai Rantai sejarah “Arung Matoa” Ini dikau... Tanah leluhurku Yang kian besolek menuju kemajuan Menata diri menuju pembaharuan Marilah terus kita jaga Mengembalikan arti dan makna “Maradeka toWajo'e Adena Napopuang” Jaya negeriku jayaWajoku
07
PRAKTIK YANG BAIK
08
EDISI 04, 2013
PRAKTIK PAKEM DI KELAS SATU SD
Kreasi Siswa yang Menginspirasi Orang Tua
Terlalu Senang Belajar Sampai Lupa Jajan!
D
engan metode team teaching, H. St Bahra dan Marwah masuk mengajar praktik PA K E M d i S D N 1 5 B o n t o - B o n t o. Sebelumnya mereka mengikuti pelatihan PA K E M s e l a m a d u a h a r i y a n g diselenggarakan oleh USAID PRIORITAS dengan Pemda Pangkep. Sesudah mengenalkan diri, ibu guru H. St. Bahra bertanya pada para siswa, “Siapa tadi yang jajan bakso?” Ibu guru berusaha masuk tahap kedua membuat koneksi dengan murid-murid. Beberapa murid mengacungkan tangan. “Nah mari kita hitung sama-sama, satu, dua, tiga… Ada berapa anak-anak yang jajan Bakso?” tanya ibu guru keras-keras. “Sembilan!” anak-anak menjawab serempak. Bu guru bertanya lagi, “Nah siapa tadi membeli Siomai?” Beberapa anak juga mengacungkan tangan. Mereka kembali menghitung dan menjumlah siswa yang makan Siomai. Guru kemudian menjelaskan bahwa hari ini mereka akan belajar tentang penjumlahan dan pengurangan dari angka 1 sampai 10. Sambil memasang gambar pemandangan di papan tulis, guru bertanya, “Gambar apa ini anak-anak?” Gambar pemandangan yang ukurannya cukup besar terpampang jelas menjadi sumber belajar berhitung. “Sekarang mari kita hitung jumlah gunungnya, berapa?” Anak-anak berebutan menjawab. Ketika benar jawabannya, untuk menghidupkan suasana guru memberi penghargaan dengan mengajak para siswa bertepuk tangan. “Nah, anak-anak sekarang mari kita menjumlah. Berapa jumlah awan yang ada
1
PRAKTIK YANG BAIK
EDISI 04, 2013
di kiri gunung?” “Dua!” jawab anak-anak “Berapa jumlah awan di bagian kanan gunung?” “Tiga!” “Kalau jumlah rumah di sisi jalan bagian kanan berapa?” Walau agak ragu, beberapa anak memberanikan diri menjawab, “Tujuh, Bu!” “Kalau jumlah rumah di sisi bagian kiri jalan berapa? “Dua, Bu!” “Nah kalau di jumlah berapa?” Anak-anak berusaha menghitung dan menjawab. “Karena rata-rata kalian sudah bisa, sekarang berkelompok dua-dua ya. Nanti s e t i a p ke l o m p o k m a j u ke d e p a n menjumlahkan benda satu dengan benda yang lain,” Para siswa bergeser sedikit memilih teman pasangan di sampingnya. Setiap pasangan maju ke depan, menjumlah beberapa benda di gambar pemandangan. Setelah selesai dan tim yakin rata-rata siswa sudah bisa melakukan penjumlahan, guru memasang kertas plano berisi syair lagu “Tekotek-kotek” menggantikan gambar pemandangan. “Sekarang kita belajar lagu Tekotekkotek ya!” Guru mengajak sepuluh anak maju ke depan lalu berbaris di belakangnya. Ibu guru menaruh tangan kanan di depan mulutnya dengan jemari membentuk paruh ayam, tangan kiri diletakkan di pinggulnya sambil digoyang ke kiri dan ke kanan. Anak-anak diminta menirukan sambil menyanyi. Suasana jadi riuh. Yang tidak diminta maju ikut-ikutan menari di tempat duduknya. Begini lagu lengkapnya, Tekotek kotek. Anak ayam turun
berkotek. Tekotek kotek. Anak ayam turun 10. Pergi satu, tinggal berapa? “Tinggal berapa anak-anak?” bu guru St. Bahra bertanya. Pas syair 'pergi satu', ibu Marwah menarik satu anak ke samping. Anak-anak serempak menjawab. “Tinggal sembilan!” Lagu itu diulang-ulang sampai tidak ada anak tersisa. Mereka kemudian kembali ke kelompoknya masing-masing. Setelah dianggap rata-rata bisa melakukan pengurangan, ibu guru Marwah membagi lembar kerja penjumlahan dan pengurangan dengan gambar pemandangan. Walaupun berkelompok, mereka bekerja sendiri-sendiri sambil sesekali bertanya kepada temannya, baik menjumlah, mengurangi maupun menulis hurufnya. Setelah pekerjaan siswa selesai, hasilnya dikoreksi bersama-sama. “Siapa yang benar semua?” Beberapa murid mengacungkan tangan. “Berapa jumlah anak-anak yang benar semua ini?” “Enam!” jawab mereka serempak . Dengan per tanyaan ini, guru melangkah ke tahap terakhir pembelajaran yaitu penguatan terhadap pengetahuan yang telah didapatkan. Enam orang mendapatkan hadiah permen. Lembar kerja itupun kemudian beramai-ramai dipajang. Sebelum kelas diakhiri, anak-anak kembali menyanyi lagu Tekotek-kotek. Begitulah belajar hari itu, sungguh menyenangkan! Menurut ibu Lisnawati, salah satu guru SDN 14 Bonto-Bonto yang bertindak sebagai pengamat praktek pembelajaran, PAKEM seringkali membuat anak-anak sampai lupa istirahat dan lupa jajan, lebih senang belajar bersama-sama.
2
(1) Ibu H. St. Bahra mengajar pengurangan dengan lagu tekotek-kotek di SDN 15 Bonto-Bonto; (2) Murid mengerjakan LKS penjumlahan dan pengurangan dengan memakai media gambar pemandangan.
SMP YP PGRI Makassar pada tahun ini selain memajangkan hasil karya siswa dari pembelajaran mata pelajaran, juga hasil karya ketrampilan. Hasil karya tersebut dipajang di dekat deretan piala juara perlombaan di perpustakaan dan di ruang kepala sekolah. Karya tersebut berupa tas-tas indah yang terbuat dari plastik gelas bekas, bunga-bunga dari pipet plastik, tas-tas dari karton dan kardus bekas, tempat pulpen dari koran bekas, dan lain lain. Gelas plastik yang digunakan sebagai bahan untuk pembuatan tas diambil dari tong-tong sampah di sekolah dan sekitarnya. “Ini adalah pembelajaran kontekstual, mereka tidak hanya diajak untuk jadi aktif dan kreatif, tetapi juga peduli akan lingkungannya,” demikian ujar Dra. Hj. Siti. Nasrah, MPd.I, Kepala Sekolah SMP YP PGRI selaku guru yang membimbing murid-murid untuk membuat berbagai macam kerajinan tangan tersebut. Kegiatan ini, tambahnya, bukan hanya menghasilkan yang berdampak baik untuk kebersihan lingkungan, tetapi juga bernilai ekonomis. Pendidikan yang ia jalankan, menurutnya, sangat kontekstual. Pembuatannya dilakukan secara berkelompok, hasilnya dinilai sendiri oleh siswa, dan dipakai masyarakat sekitar. Ketrampilan membuat benda eksotis tersebut masuk pada kompetensi Prakarya kurikulum 2013 dan diajarkan pada jam muatan lokal. Meskipun sekolah ini belum menerapkan kurikulum 2013, Ibu Nasrah merasa perlu mempersiapkan penerapan kurikulum tersebut sejak dini. Sekolah dipersiapkan dulu agar tidak kaget memulai kurikulum baru tersebut di tahun 2014. Untuk menstimulasi guru-guru menerapkan kurikulum 2013, kepala sekolah turun mengajar ketrampilan prakarya ini. Tas dan Barang Cantik Banyak karya unik hasil ketrampilan Prakarya. Namun dari semua yang dipajang di perpustakaan dan di ruang kepala sekolah, tas cantik dari kemasan gelas plastik paling banyak menyita perhatian. Selain kelihatan cantik, tas itu juga jelas fungsi dan peruntukannya; bisa untuk tempat telur, baju, atau benda benda rumah tangga yang lain. “Tas ini nyaman kalau dibawa ke pasar untuk belanja,” ujar Edward Ar, salah satu murid SMP YP PGRI. Untuk menghasilkan satu tas cantik tersebut dibutuhkan 120 gelas plastik. Untuk mendapatkan jumlah sedemikian, maka tiap anak dari satu kelompok yang terdiri dari enam sampai tujuh anak diwajibkan membawa 20 gelas plastik. Setiap kelas terdiri dari enam kelompok sehingga kurang lebih 24 tas dihasilkan dari empat rombel kelas tiga. Selain itu, dibutuhkan pula tali-tali kecil yang
digunakan untuk mengikat gelang-gelang gelas plastik tersebut, dan selang sebagai penjinjing tas. Untuk mempercantik dan memperkuat tas, di dalam selang juga dimasukkan tali warna-warni yang tampak dari luar. Dengan aksesoris semacam itu, hasil karya siswa ini menjadi indah dan enak dipandang mata. “Harganya kalau dijual berkisar antara 50 sampai 200 ribu,” ujar Ibu Nasrah bangga. Sebelum diambil gelangnya saja, gelas yang dikumpul dari tempat sampah tersebut harus dicuci sampai bersih. Setelah bersih, lingkar ujung yang berbentuk gelang dilepas. Lingkar berbentuk gelang inilah yang jadi bahan dasar tas ini. Menurut Ibu Nasrah, uk melepaskan lingkar dari teh gelasnya, dibutuhkan teknik khusus tersendiri, dan itulah yang ia ajarkan pada anak-anak. Gelang-gelang tersebut disusun sedemikian rupa dan dikait satu dengan lainnya dengan tali sehingga tidak lepas.
1
1
2
Kelompok yang kerjasamanya bagus dan pembagian kerjanya jelas dapat menyelesaikan tugas dalam satu kali pertemuan. “Saya ingin mereka sendiri yang membuatnya dam mengetahui detaildetailnya. Kalau tidak selesai, saya akan memberikan waktu tambahan untuk dikerjakan disela-sela waktu yang lain. Tujuannya agar mereka sendiri yang mengerjakannya sampai selesai,” ujar Bu Nasrah. Siswa tidak hanya mengerjakan karya tersebut karena tugas atau nilai. Banyak diantara mereka yang juga mengerjakan di rumah untuk mereka sendiri. Mereka menjadi kreatif dan membuat sendiri tempat bedak, lampu lampion, bunga-bunga mungil dari pipet, tempat tisu dari kardus, vas bunga dari koran, dan lain-lain. Bentuk lampu lampionnya juga bermacam-macam. Ada yang tudungnya dibuat dari kertas berwarna, ada juga dari botol bekas. Saat lampu-lampu dinyalakan terlihat indah. Ker tas pembungkusnya yang berwarna biru membuat cahaya yang keluar jadi temaram dan kebiru-biruan sehingga tampak menawan. Bahan yang dipakai untuk karya tersebut kebanyakan dari barang bekas. Kalau terdapat benda yang menarik, namun bahannya sulit didapat, seperti rotan, maka dimodifikasi dengan bahan lain, seperti daun pisang. Beberapa orang tua siswa, menurut ibu Nasrah, mulai ikut-ikutan membuat kreasi sendiri setelah belajar dari anakanaknya. Salah satu orang tua membuat keranjang untuk tempat pakaian yang membutuhkan banyak gelas plastik sampai ratusan. “Kegiatan ini bisa memicu masyarakat aktif membersihkan lingkungannya sendiri dari sampah. Mereka melihat benda-benda yang selama ini tidak berguna bisa dijadikan berfungsi dan menghasilkan duit,” ujar Ibu Nasrah yang berhasil membuat lingkungan sekolahnya bersih dari sampah.
4 3
Foto (1) (2) dan (3) berbagai mac am hasil kreasi siswa SM P YP PGRI Mak assar (4) Kepala Sekolah SMP YP PGRI memperlihatkan salah satu hasil kreasi siswa
09
10
PRAKTIK YANG BAIK
EDISI 04 2013
EDISI 04, 2013
PRAKTIK YANG BAIK
CTL Buat Pembelajaran Bahasa Inggris Jadi Bermakna
Perkaya Kosa Kata Bahasa Inggris dengan Pajangan
D
alam mempelajari bahasa Inggris, murid-murid di sekolah biasanya mengalami kesulitan dalam menghapal kosa kata dan menerapkan struktur bahasa dalam susunan kalimat. Tanpa penguasaan kedua aspek tersebut, siswa tidak akan bisa memiliki ketrampilan berbahasa Inggris dengan baik. Untuk mengatasi kesulitan itu, guru-guru belum memiliki metode yang jitu. Mereka masih mengembangkan model pengajaran lama yaitu menerangkan dan murid mendengarkan. Hal demikian juga dialami oleh Ibu Nurshiam, Spd, guru bahasa Inggris SMPN 36 Makassar. Suasana pembelajaran dengan model demikian baginya lama-kelamaan terasa monoton. Ia kehilangan gairah mengajar. Hal yang sama juga terlihat pada anak-anak didiknya. Karena tidak banyak terlibat aktif dalam pembelajaran, sebagian siswa kelihatan tidak memperhatikan pembelajaran yang ia terangkan, kurang berminat dan bahkan muncul keluhan para siswa bahwa bahasa Inggris pelajaran yang amat susah. Sampai kemudian dia mendapatkan pelatihan pembelajaran kontekstual yang diselenggarakan oleh USAID PRIORITAS. Ia menerapkan metode tersebut di sekolahnya, dan melihat banyak perubahan. Pembelajaran di kelas menjadi menyenangkan. Murid-murid kelihatan bergairah belajar. Tak ada lagi keluhan bahwa bahasa Inggris itu susah. Mereka aktif terlibat dalam diskusi memecahkan masalah-masalah yang disodorkan, membuat percakapan dan cerita sendiri, serta memainkan permainan secara berkelompok untuk menghapal kata. Murid juga belajar menghubungkan bahasa Inggris dengan konteks kehidupannya sendiri. Salah satu contoh mengatasi kesulitan menghapal kosa kata dan menyusun kalimat, Ibu Nurshiam memberi tugas
membuat surat secara berkelompok. Tiap kelompok harus mengawali menulis surat minimal satu kata, misalnya 'Hallo', kelompok lainnya membuat kalimat lanjutannya. Pembelajaran menjadi dinamis dan bergairah. Tiap kelompok dengan bersemangat menulis lanjutan surat tersebut dengan cepat. Karena kalau tidak cepat, kertas kerja dari kelompok lain yang datang bisa-bisa menumpuk di meja. Setelah semua selesai, hasil-hasil tugas tersebut dipresentasikan dan dikomentari. Siswa yang mempresentasikan berdiri di tengah tata kelas berbentuk U. Karena semua dekat dengan presenter, semua siswa jadi aktif berkomentar. “Kadang saya sampai heran sendiri,” kata ibu Nurshiam. “Mereka yang biasanya diam menjadi aktif berkomentar, mungkin karena karyanya dikomentari oleh yang lain, jadinya dia membalas,” lanjutnya. Menurutnya, minat tersebut semakin tumbuh bukan hanya karena pembelajaran dengan model demikian, tetapi juga karena hasil karya siswa dipajang. Pajangan karya membuat mereka merasa dihargai dan meningkatkan kompetisi menjadi yang terbaik. Siswa akhirnya menjadi lebih kreatif. Misalnya, Ibu Nurshiam contohkan, dalam sesi pelajaran dengan topik membuat iklan, seorang siswa yang merupakan penggembala sapi di daerah yang agak terpencil tersebut membuat iklan tentang penjualan daging sapi yang segar dan murah. Siswa yang lain, yang sering membantu orang tuanya kerja di sawah, membuat iklan tentang penjualan beras. Hasil karya seperti itu membuat Nurshiam terkesan. Siswa yang dia ajar dapat menghubungkan pengalaman kontekstual hidupnya dengan pelajaran di sekolahnya.
“Pada mulanya guru wali kelas agak ragu dengan pemajangan hasil karya siswa di kelas-kelas tempat saya mengajar. Terutama karena ada lomba kebersihan antar kelas. Kami bersepakat pemajangan hasil karya harus dilakukan dengan rapi di bidang dinding kelas yang disediakan,” ujar Drs. Mara Rusli, Guru Bahasa Inggris SMPN 1 Sengkang “Selain mengapresiasi hasil karya siswa, pajangan dapat digunakan sebagai salah satu sumber belajar,” lanjut guru yang juga salah satu Fasilitator Daerah SMP/MTs Kabupaten Wajo. Setelah mengikuti ToT (Pelatihan untuk Pelatih) untuk Fasilitator Daerah USAID PRIORITAS, Pak Rusli segera menerapkan ilmu yang diperolehnya dalam pembelajaran. “Banyak perubahan terjadi setelah saya menerapkan pembelajaran CTL. Dulu siswa kurang antusias mengikuti pembelajaran, sekarang mereka semua menjadi aktif,” tukasnya.
Perkaya Kosa Kata Siswa Sebelum mendapatkan pelatihan USAID PRIORITAS, dia merasa menjadi satu-satunya narasumber pembelajaran kelas. Untuk menghapal kosa kata, siswa tinggal menghapal kosa kata yang ia tulis di papan tulis. Sekarang siswa sendiri yang difasilitasi mencari kosa kata tersebut. Mereka diminta untuk membaca buku cerita, menggarisbawahi kosa kata yang sulit, mencari arti dan menyusun kalimat dari kata tersebut secara berkelompok, menuliskan kosa kata dan artinya di atas kertas post-it, dan menempelkannya di kertas khusus untuk dipajang. Siswa yang paling banyak hapalan kosa kata dari yang dipajang, akan diberi penghargaan oleh pak Mara Rusli. Ia juga melatih kemampuan m e ny u s u n k a l i m a t l ew a t t u g a s m e m b u a t p e rc a k a p a n s e c a r a berkelompok. Hasil karya percakapan tersebut saling ditukar dengan
kelompok lain untuk dikoreksi. Setelah dikoreksi bersama-sama, kelompok m e m p r e s e n t a s i k a n p e rc a k a p a n tersebut di depan kelas, siswa lain mengomentari. “Kelas menjadi ramai dengan percakapan bahasa Inggris,” ujarnya. Metode-metode yang ia gunakan sebelumnya ia tuangkan dalam RPP. “Siswa sangat senang dengan berbagai metode pembelajaran yang saya terapkan. Tanpa saya minta, siswa selalu menyediakan sendiri peralatan untuk membuat karya siswa ataupun yang digunakan dalam belajar, seperti kertas, kalender bekas, koran bekas, spidol, gunting, lem dan lain lain,” imbuhnya. Beliau berharap suatu saat teman-teman guru di sekolahnya bisa memperoleh pelatihan CTL seperti dirinya. Walaupun belum pernah menerima pelatihan CTL, tetapi setelah melihat keberhasilannya mengajar, ada rekan guru sekolahnya yang mulai mencontoh pendekatan CTL yang ia terapkan. (Andi Irmahaerani)
Siswa SMPN 1 Sengkang melakukan praktek procedure text Membuat Kue
(1) Nurshiam Spd; (2) Drs. Mara Rusli mengawasi para siswa dalam praktek kerja kelompok menyusun kalimat bahasa Inggris.
Dra. Hj, Darmiati Siampa, M.Pd, 1 Kasek SMPN 1 Enrekang
11