No. 7 Agustus 2010 Kunjungi Sekolah, Peserta Bangga
Inovasi Pendidikan Media Komunikasi SMP dan MTs
Rencana USAID Memperpanjang DBE USAID berencana untuk memperpanjang program DBE1, DBE2, dan DBE3 sampai Juni 2011dengan tambahan dana. Prioritas DBE3 dengan tambahan waktu dan dana tersebut adalah untuk memantapkan program di sekolah mitra, serta mendiseminasikannya ke sekolah non-mitra. Untuk menunjang proses tersebut DBE3 bekerjasama dengan pemerintah daerah secara lebih intensif dalam perencanaan dan pelaksanaan program dengan adanya kegiatan advokasi dan perencanaan di tingkat daerah maupun nasional.
Pemerintah Daerah Menindaklanjuti Kegiatan DBE3
Melihat pembelajaran aktif di MTsN Binjai membuat bangga peserta perencanaan nasional DBE3 yang sebagian
KUNJUNGAN ke sekolah juga menjadi bagian dari kegiatan perencanaan nasional DBE3 yang diadakan pada tgl. 3-4 Agustus di Medan. Para peserta diajak berkunjung ke sekolah dan menyebar ke 4 sekolah mitra yaitu SMPN 2 Binjai, SMPN 11 Binjai, MTsN Binjai, SMPN 2 Lubuk Pakam, serta satu sekolah yang mereplikasi program DBE3 yaitu SMPN 9 Binjai.
KEGIATAN perencanaan nasional DBE3 yang dilaksanakan di Medan pada tgl. 3-4 Agusutus bertujuan membuat perencanaan pengembangan program DBE3 di 25 daerah mitra DBE3, yang mengikuti program pemantapan. Kegiatan yang dihadiri unsur Dinas Pendidikan, Kementerian Agama, Bappeda, DPRD, dan LPMP dari daerah mitra tersebut merumuskan dua hal utama: merumuskan perencanaan program berkaitan perpanjangan DBE3 sampai April 2011 dan merumuskan program untuk menindaklanjutinya. Beberapa karakteristik program yang muncul dalam perencanaan diantaranya adalah melakukan replikasi ke sekolah lainnya, melakukan studi banding ke sekolah mitra DBE3 di tingkat lokal, dan melibatkan para fasilitator daerah dalam kegiatan pelatihan yang diselenggarakan daerah. Pembiayaan program juga melibatkan partisipasi dana Hj. Ratu Ati Marliati, Kepala Dinas Pendidikan Kota Cilegon, Jawa Barat APBD. menjelaskan rencana implementasi program pendidikan yang disinergikan dengan program DBE3, dihadapan perwakilan 25 daerah mitra DBE3.
Utusan Gedung Putih Berkunjung ke SMP8 Bogor Peserta dibuat berdecak kagum melihat proses pembelajaran di sekolah yang dikunjungi. Siswa yang diajak berdiskusi menunjukkan kepercayaan dirinya. ”Saya merasa kagum ketika masuk kelima kelas yang berbeda di SMPN 2 Binjai. Guru berhasil berperan sebagai fasilitator, dan siswa menunjukkan partisipasi aktifnya dalam belajar,” kata Najamudin anggota DPRD Bogor.
Kunjungi website kami di www.inovasipendidikan.net
Dr. Bruce Alberts, staf khusus pemerintah AS bidang ilmu pengetahuan, didampingi isterinya berkunjung ke SMPN 8 Kota Bogor (17/05). Mereka menyaksikan langsung proses belajarmengajar di sekolah mitra DBE3 ini. Mereka secara khusus menyaksikan pembelajaran IPA dan Matematika, ruang laboratorium ICT, dan pajangan karya siswa. Selain menghargai karya siswa yang terpajang di setiap kelas/ Dr. dan Mrs. Alberts juga menyatakan kekagumannya pada SMPN 8 tentang ‘Dinding Pengetahuan.’ Pak Alberts yang juga seorang peneliti dalam bidang Dr. dan Mrs Alberts pada saat rekayasa genetika ini, merasa salut dengan inisiatif kunjungan ke SMPN 8 Bogor. SMPN 8 untuk memanfaatkan tembok sekolah sebagai sumber belajar. Bacalah lebih lanjut pada halaman 8. Kegiatan TIK diceritakan pada halaman 20, termasuk peresmian laboratorium komputer di MTs Al Ahliya Karawang oleh Dubes Amerika Serikat, serta kegiatan pelatihan pemanfaatan TIK dalam mata pelajaran umum.
Berita Utama
Hal 2
Monitoring di Sekolah Mitra Menunjukkan Hasil yang Mengesankan Hasil monitoring yang dilakukan pada sekolah mitra DBE3 pada bulan Februari dan Maret 2010 menunjukkan kemajuan yang sangat jelas di hampir semua indikator dibandingkan dengan tahun sebelumnya, apalagi kalau dibandingkan dengan sekolah yang belum pernah mengikuti program DBE3. MONITORING tersebut dilakukan di 156 sekolah dari seluruhnya 250 sekolah mitra di 25 kabupaten pemantapan (extension district). Indikator untuk sekolah-sekolah di kabupaten pemantapan dibagi menjadi tiga bagian, yang berhubungan dengan (a) pembelajaran, (b) prestasi siswa, dan (c) manajemen sekolah dan pengembangan profesional guru. Ringkasan masing-masing indikator (a) dan (c) di samping Grafik 1: Perbandingan Indikator Berkaitan dengan Pembelajaran dibagi menjadi tiga bagian, (1) keadaan dari 156 sekolah 94.2 Sekolah Mitra 2010 91.1 90.9 mitra pada monitoring tahun 2010; (2) keadaan dari 156 Sekolah Mitra 2009 Sekolah Pembanding sekolah mitra pada monitoring tahun 2009; (3) keadaan dari 20 sekolah pembanding yang belum mengikuti program DBE3. 100
a) Pembelajaran
Persentasi yang memenuhi kriteria
90 80 70 60
50.5
47.5
50 40
Grafik 1 menujukkan hasil dari tiga indikator yang berkaitan dengan pembelajaran. Ada peningkatan yang sangat jelas antara tahun 2009 dan 2010 dalam hal kegiatan guru, lingkungan kelas, kegiatan siswa. Sekolah pembanding hampir tidak menunjukkan adanya indikator tersebut. Hasil ini menunjukkan bahwa sekolah-sekolah mitra telah mencapai 90% pada semua indikator. Hasil ini mencerminkan hasil pelatihan telah difokuskan pada indikator monitoring ini. 80.0
35.5
30 20 10
2.6
2.6
1.3
0
Kegiatan Guru
Lingkungan Kelas
Kegiatan Siswa
guru
Grafik 2: Hasil Penilaian Belajar Siswa 2009-2010 73.0
b) Prestasi Siswa
RINGKASAN INDIKATOR MONITORING Kegiatan Siswa • Guru mendorong interaksi antar siswa. • Guru memberikan tugas yang menantang dan bervariasi (diskusi, percobaan, pemecahan masalah dsb). • Guru melakukan penilaian formatif. Kegiatan Guru • Kegiatan siswa bervariasi termasuk kerja kooperatif, memecahkan masalah, percobaan dsb. • Siswa mengungkapkan pemikirannya sendiri secara lisan dan tulisan. • Siswa menggunakan media yang bervariasi. Media Komunikasi SMP dan MTs
2009 2010
66.6
64.6
60.4
Skor Rata-Rata (%)
DBE3 melaksanakan penilaian dengan menggunakan sampel sebanyak 54 sekolah menggunakan tes yang lebih berfokus pada kecakapan siswa. Tes dilaksanakan di sekolah -sekolah yang sama pada tahun 2009 dan 2010 tersebut. Grafik 2 menunjukkan peningkatan yang cukup besar pada nilai tes rata-rata secara keseluruhan. Analisis data dari tes individual menunjukkan bahwa pada semua kelompok – lakilaki, perempuan, SMP, MTs, sekolah negeri dan swasta – terlihat peningkatan nilai yang substansial pada setiap tes.
70.0 60.0
51.6
49.7
50.0 41.7 38.4
40.0
38.4
32.0 30.0 20.0 10.0 0.0
B. Indonesia Membaca
B. Indonesia Menulis
Matematika
B. Inggris Menyimak, Membaca, Menulis
B. Inggris Bicara
Lingkungan Kelas • Siswa duduk dan bekerja dalam kelompok. • Ada pajangan hasil karya siswa. • Sumber belajar lebih beragam (media, lingkungan). Kepemimpinan Kepala Sekolah • Mendorong perubahan. • Menunjang pengembangan profesional guru. Pengelolaan & Pemanfaatan Perpustakaan Sekolah Pengembangan Profesional Melalui MGMP • Penyusunan program untuk menunjang perubahan. • Merancang kegiatan yang menarik dan praktis. • Mendorong perubahan di kelas. Edisi 07/ Agustus 2010
Berita Utama
Hal 3
c) Manajemen Sekolah dan Pengembangan Profesional Guru Saat monitoring tahun 2009, tidak terlalu banyak perbeGrafik 3: Perbandingan Indikator Terkait dengan Manajemen daan pada indikator terkait dengan kepemimpinan kepala 84.7 Sekolah Mitra 2010 sekolah dan MGMP antara sekolah mitra dengan sekolah Sekolah Mitra 2009 Sekolah Pembanding pembanding. Namun, peningkatan pesat terjadi pada tiap indikator saat monitoring tahun 2010, seperti yang terlihat pada 62.8 61.8 grafik 3. Peningkatan tertinggi pada indikator tentang kepemimpinan 40.0 kepala sekolah adalah pada jumlah kepala sekolah yang mela28.7 kukan monitoring saat proses pembelajaran. 23.0 Pengelolaan dan penggunaan perpustakaan sekolah mening15.9 15.0 12.0 kat dengan adanya 84,7% sekolah yang memiliki perpustakaan yang tertata rapi dan digunakan, dibandingkan dengan hanya 61,8% pada tahun sebelumnya. Namun, sebagian besar perKepemimpinan Kepala Sekolah Pengelolaan dan Pemanfaatan MGMP memenuhi kebutuhan Perpustakaan guru pustakaan masih kekurangan bahan bacaan yang memadai. Efektivitas MGMP meningkat dengan 28,7% dinilai efektif di tahun 2010, dibandingkan dengan 15,9% di tahun 2009. Kekurangan yang paling terlihat adalah frekuensi pertemuan MGMP, yang pada sebagian besar kasus kurang dari 1 kali dalam sebulan. Akses juga merupakan salah satu masalah yang dihadapi karena seringkali MGMP meliputi wilayah cakupan yang sangat luas (biasanya seluruh kabupaten) dan banyak sekolah. Terlihat pula bahwa kebutuhan pengembangan profesional guru lebih banyak terpenuhi melalui MGMP tingkat sekolah, bukan MGMP tingkat kabupaten. 90.0
Percentasi yang memenuhi kriteria
80.0
70.0
60.0
50.0
40.0
30.0
20.0
10.0
0.0
d) Monitoring Kecakapan Hidup di Kabupaten Inti DBE3 juga telah melakukan moniSiswa 2009/10 98.6% toring di 80 sekolah mitra di daerah Siswa 2008/9 95% inti (core district) untuk mengukur perkembangan Kecakapan Hidup dan Perbedaan +3.6% Kecakapan Kerja pada siswa. DBE3 menilai apakah siswa di sekolah target menunjukkan sejumlah kecakapan hidup sosial, vokasional, dan personal yang sudah ditentukan. Data yang terkumpul menunjukkan persentase yang tinggi, dimana 98,6% siswa di 5 provinsi berhasil dalam penilaian prestasi siswa. Perbandingan dengan data yang didapatkan pada tahun sebelumnya menunjukkan peningkatan secara umum, yaitu sebanyak 3,6%. Peningkatan terlihat di hampir semua provinsi. Data juga menunjukkan bahwa hasil tes siswa perempuan lebih tinggi dari siswa laki-laki, dan hasil tes siswa SMP sedikit lebih baik dibandingkan dengan siswa MTs.
Menikmati karena Banyak Praktik IMAM AlFRUQ sekarang merasakan perbedaan belajar di SMPN 1 Batang Angkola, Tapanuli Selatan, Sumatera Utara. Siswa berkacamata ini begitu menikmati praktik pembelajaran di sekolahnya. “Aku lebih suka suasana belajar sejak guru-guru di sekolah lebih banyak mengajar dengan praktik. Dulu guru banyak bicara, sangat membosankan, sekarang tidak lagi,” ungkap siswa yang mengaku gurunya telah banyak berubah. SMPN 1 Batang Angkola merupakan salah satu sekolah mitra DBE3 di Tapanuli Selatan yang telah melakukan banyak perubahan. Media Komunikasi SMP dan MTs
Pameran Karya Tahunan RIZMA RESKANANGA, siswa kelas VIII SMPN 1 Tellulimpoe Sidrap, Sulawesi Selatan, mengusulkan kegiatan pameran karya siswa diselenggarakan tiap tahun. Menurut Rizma manfaat pameran hasil pembelajaran dapat menjadi arena unjuk kompetensi siswa. Hal Ini memberikan penghargaan terhadap hasil karya yang dihasilkan selama belajar dan memotivasi untuk berkarya yang terbaik. “Saya sangat senang seandainya pameran karya siswa bisa dilaksanakan setiap tahun. Ini saya usulkan ke dinas pendidikan atau DBE3,” katanya. Edisi 07/ Agustus 2010
Berita Utama
Hal 4
Tagihan RTL DBE 3, Berhasil Mengembangkan Kecakapan Hidup Siswa Hasil Penelitian Drs. Agus Suprapto, MM Kepala SMPN 2 Kradenan PENGEMBANGAN kecakapan hidup sosial dan akademik siswa melalui pembelajaran saat ini belum efektif. Penyebabnya guru masih kurang mampu merancang dan melaksanakan pembelajaran kontekstual yang diintegrasikan dengan pengembangan kecakapan hidup. Upaya peningkatan kemampuan guru melalui pelatihan sudah dilakukan, tetapi karena tidak ada komitmen untuk berubah dari guru serta tidak adanya tagihan perubahan yang dituntut setelah pelatihan, berdampak kurang optimalnya perubahan dalam pembelajaran. Program DBE3 memfasilitasi pelatihan tentang pengajaran profesional dan pembelajaran bermakna yang mengintegrasikan pengembangan kecakapan hidup. Setelah pelatihan ditindaklanjuti dengan adanya tagihan RTL dan upaya pendampingan kepala sekolah dan fasilitator agar komitmen melakukan perubahan berjalan secara berkesinambungan. Permasalahan penelitian ini dirumuskan, apakah melalui tagihan penyusunan rencana tindak lanjut (RTL) setelah mengikuti pelatihan DBE3 akan meningkatkan kemampuan guru menerapkan pembelajaran kontekstual dalam mengembangkan kecakapan hidup siswa di SMP N 2 Kradenan? Sesuai dengan permasalahan tersebut tujuan penelitian adalah untuk meningkatkan kemampuan guru merancang dan menerapkan pembelajaran kontekstual dalam mengembangkan kecakapan hidup peserta didik melalui tagihan RTL setelah mengikuti pelatihan DBE3 di SMPN 2 Kradenan. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan (action research), dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap putaran terdiri empat tahap yaitu: perencanaan, kegiatan, pengamatan, dan refleksi. Sasaran
penelitian adalah guru SMPN 2 Kradenan yang mengikuti pelatihan DBE3. Data diperoleh melalui wawancara dan lembar observasi. Hasil analisis menunjukkan bahwa Para guru SMPN 2 Kradenan berdiskusi dalam kemampuan merancang metode pembelajaran kontekstual. pembelajaran guru mengalami peningkatan dari kondisi awal sampai siklus II, pada kondisi awal kemampuan guru merancang dan menerapkan pembelajaran kontekstual sebesar (57,27%), siklus I (73,75%), siklus II (86,02%). Peningkatan cara pembelajaran guru juga berdampak terhadap rasa kepuasan belajar siswa; pada kondisi awal (48,55%), siklus I (70,87%), siklus II (80,44%) Kesimpulan penelitian bahwa pemberian pendampingan melalui tagihan RTL setelah pelatihan dapat meningkatkan kemampuan guru menerapkan pembelajaran kontekstual dalam mengembangkan kecakapan hidup. Hasil tersebut berdampak pula pada kepuasan anak dalam belajar.
Paradigma Kami Tentang PTK Kini Berubah Penelitian Tindakan Kelas alias PTK, awalnya dipandang sebagai momok yang menakutkan oleh kedua mitraku (Budi Santoso dan Hading Rasyid) dan penelitian yang kuanggap kurang menantang. Buat kedua mitraku, PTK menjadi momok karena PTK dianggap hal yang sulit dan tak mungkin mereka mampu lakukan. Bukan karena mereka tidak pernah mau berupaya. Sudah sering mereka mengikuti workshop PTK yang akhir-akhir ini menjamur. Akan tetapi, semakin disodori teori tentang PTK mereka semakin bingung dan belum mampu menghasilkan satu pun PTK. Alhasil, kedua mitraku sampai detik ini masih bertahan pada golongan IVa. Sebaliknya, secara pribadi aku (sebagai akademisi kampus) selama ini memandang PTK kalah gaung dari penelitian eksperimen atau penelitian etnografi. Mungkin karena aku belum pernah memberi perhatian penuh, meskipun sering kulatihkan di beberapa workshop atau diklat. Tapi maaf, lebih berorientasi teori. Namun, seiring dengan pelatihan PTK program DBE3 yang kami ikuti, cara pandang kami sedikit demi sedikit bergeser dan bertemu dalam satu titik kesepahaman bahwa PTK itu penting untuk membantu memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran, harus dan dapat dilakukan oleh guru serta mengasyikkan dilakukan dengan kolaborasi antara guru dan dosen karena ada aktivitas saling mengisi dan saling mengerti. Sistem pelatihan PTK yang digulirkan oleh DBE3, secara jujur, sangat efektif diterapkan. Dengan sistem pelatihan yang lebih menitikberatkan pada aktivitas meneliti bukan sekadar berteori; Media Komunikasi SMP dan MTs
sistem pembimbingan dan pendampingan yang kuat dan kontinu; dari awal (nol), proses (siklus I dan II), sampai akhir (laporan hasil) penelitian memberi pengalaman baru buat tim kami. Hal ini aku coba Saat PTK di kelas adapatasi dalam Diklat PLPG Sertifikasi Guru Rayon 24, dan ternyata mengundang respon positif dari peserta. Satu hal yang dapat dipetik dari aktivitas kami ber-PTK bahwa masalah terbesar yang dihadapi oleh siswa kelas VII5 SMPN 5 Pirang dalam pembelajaran bahasa Indonesia, yaitu kesulitan menulis, khususnya menulis naratif, akhirnya dapat diatasi dengan pembelajaran kooperatif pola Dua-Dua-Empat melalui kegiatan PTK. Selain itu, tertanam kesadaran pada diri kamu sebagai guru dan dosen bahwa kami tidak boleh membiarkan anak didik kami terus berlarut-larut mengalami kesulitan belajar, tanpa berupaya membantunya dan setiap masalah pembelajaran dapat dipecahkan dengan cara bekerja secara sistematik, terencana, dan kolaboratif dengan menggalakkan kegiatan ber-PTK. Edisi 07/ Agustus 2010
Berita Utama
Hal 5
Hasil UN dari Peringkat 39 ke Peringkat 8 SMPN 31 Surabaya berada di pinggir Kota Surabaya arah menuju Jembatan Suramadu. Hasil ujian nasional (UN) lalu, sekolah ini berhasil menempatkan dirinya pada peringkat delapan untuk tingkat SMP/MTs Kota Surabaya. Prestasi ini bukanlah hasil kerja semalam, melainkan hasil kerja keras tak kenal lelah dari seluruh komponen sekolah. Menurut Kepala Sekolah SMPN 31, Anwaruddin, sejak sekolahnya bermitra dengan DBE3, telah banyak perubahan. Guru yang dulunya terbiasa dengan model ceramah kini telah berubah kepada student centered. Bahkan tak jarang mereka memanfaatkan lingkungan luar kelas dan masyarakat sekitar sebagai sumber belajar. Selain itu, guru-guru yang telah mengikuti pelatihan DBE3 diwajibkan untuk membagi pengetahuan pada kawan sejawatnya melalui forum MGMPS yang diadakan rutin seminggu sekali. Tak heran dengan perubahan tersebut membawa dampak bagi kemajuan sekolah. Murid-murid yang dulunya pasif kini sudah tak segan-segan lagi untuk mengungkapkan pendapatnya. ”Semangat mereka untuk belajar meningkat drastis,” tukas pak Anwarudin. Kepemimpinan Partisipatif Prestasi SMPN 31 Surabaya tak lepas dari kepemimpinan kepala sekolah, Drs. Anwaruddin, M.Si, M.Pd. Di lingkungan sekolah, pak Anwaruddin dikenal bersahaja, kalem, mudah bergaul dan enak diajak bicara. Kepala sekolah ini sangat menghargai teman bicaranya, meskipun kepada bawahan. Kepemimpinan kepala sekolah ini disamping menerapkan pola formal juga menerapkan pola informal. Pola formal dipakai seperti pada rapat-rapat dinas. Pak Anwaruddin sering
Suasana pembelajaran sehari-hari di SMPN 31 Kota Surabaya. Inzet: Pak Anwaruddin. mengumpulkan guru-guru dalam suasana informal. Dalam suasana seperti itu terasa rasa kekeluargaan terbangun, tidak canggung sehingga para guru bebas mengutarakan unegunegnya. Banyak ide-ide menarik untuk kemajuan sekolah datang dari forum seperti ini. Dalam hal pembelajaran di kelas, guru diberi kebebasan untuk berkreasi sekreatif mungkin. M. Yunus, S.Pd, MM, guru IPA di SMPN 31 mengungkapkan kebanggaannya bisa dipimpin oleh Anwaruddin, karena kepemimpinan yang diterapkannya sangat mendukung guru untuk maju. Dampaknya, SMPN 31 Surabaya berhasil melompat dengan meraih peringkat 8 hasil UN 2010. Selamat untuk SMPN 31 Surabaya.
Mengobati Penyakit Guru LAYAKNYA seorang dokter, ia mendiagnosis penyakit guru. Di awal presentasinya, Drs. H.Rusdi, M.Si, Kasek SMPN 3 Watansoppeng menguraikan 12 penyakit guru. Di antaranya yang sudah kronis: ASMA (asal masuk kelas), KUSTA (kurang strategi), TIPUS (tidak punya selera), Asam Urat (asal sajikan materi dan tak berurutan), serta TBC (tidak bisa computer). Menurutnya, isi dari paket Pelatihan Pengajaran Profesional dan Pembelajaran Bermakna 2 dan 3 DBE 3 terbukti menjadi penawar atas penyakit temuannya itu. Dirinya memastikan bahwa hasil pelatihan pembelajaran aktif berfungsi sebagai terapi mengatasi penyakit guru. “Kalau guru tidak punya perencanaan pembelajaran yang baik, ia menderita
Media Komunikasi SMP dan MTs
asma. Jika tak mampu merancang lembar kerja (LK) yang membuat siswa berpikir kritis atau miskin ide pembelajaran, pasti kena kusta. Ternyata peran fasilitator memberikan asistensi lewat pendampingan sangat efektif. Para guru terbantu menerapkan hasil pelatihan di kelas,” ungkap pak Rusdi. Bagi yang telah merubah mindsetnya, menurut pak Rusdi, mengajar tidak sekadar menggugurkan kewajiban, melainkan kewajiban mencerdaskan, maka ia pasti sembuh dari tipus. Ketidakmampuan melakukan pemetaan kompetensi dasar, mengurutkannya berdasarkan kelompok struktur di bawah standar kompetensi, berarti ia terserang asam urat. Ini perlu terapi berkelanjutan oleh fasilitator
Guru kreatif membuat siswa optimal berkarya dan berprestasi. lewat pengaktifan MGMP. Pak Rusdi optimis kalau TBC di sekolahnya dapat dihapus dengan penerapan TIK dalam pembelajaran. ”Di sekolah kami telah terjadi peningkatan performa pembelajaran. Khususnya berkaitan 7 aspek yang dikuatkan fasilitator. Kemajuan ini masih membutuhkan perawatan agar tetap berlanjut. Terutama untuk meningkatkan daya serap pembelajaran dan kecakapan hidup siswa,” tuturnya.
Edisi 07/ Agustus 2010
Berita dari Provinsi
Hal 6
Walikota Mendukung Replikasi dan Desiminasi
Sumatera Utara
WALIKOTA Tanjungbalai, Dr. Sutrisno Hadi, SP.OG menyambut positif keberhasilan DBE3 di Tanjungbalai. Dalam lokakarya yang digelar Sabtu, 26 April 2010 di Pendopo Rumah Dinas Walikota Tanjungbalai, Walikota meminta Kepala Dinas Pendidikan untuk melakukan replikasi dan diseminasi kepada sekolah non mitra DBE3. “Harus disebarluaskan,” kata Walikota. Dukungan senada juga diungkapkan Ketua DPRD Tanjungbalai, Bapak EkaHadi, SE. Saat melihat secara langsung dampak dan perubahan di sekolah-sekolah mitra DBE3, Pak Sutrino menyampaikan apresiasinya. Menurut Pak Sutrino, praktik pembelajaran di sekolah mitra DBE3, hampir sama dengan pratik di sekolah-sekolah mahal di Medan.” Kami siap mendukung pemerintah untuk meningkatkan kualitas pendidikan,” ungkap ketua DPRD. Direktur Program DBE3, Stuart Weston yang hadir dalam lokakarya juga menyampaikan apresiasi positif. Menurut Pak Stuart, sekolah mitra DBE3 di Tanjungbalai tidak kalah unggul dari sekolah lain yang ada di pulau Jawa. Ketua Dewan Pendidikan Kota Tanjungbalai, Drs. H. Arifin pada saat yang bersamaan, meminta pemerintah kota segera melakukan replikasi. Menurutnya, replikasi dan diseminasi dibutuhkan untuk mengurangi jarak antara sekolah mitra DBE3 dengan sekolah non mitra. “Agar jangan iri,” kata ketua Dewan Pendidikan itu.
1
2
3
4
PRODUK SISWA. Cahaya Putra memberikan penjelasan tentang produk siswa yang dihasilkan siswa SMPN 1 Sumbul, Dairi, kepada siswa yang mengunjungi pameran Lokakarya Keberhasilan DBE3 di Kabupaten Dairi. Media Komunikasi SMP dan MTs
5 Keterangan foto atas: 1. Walikota, Ketua DPRD (Bapak Eka Hadi, SE) mengamati proses pembelajaran di SMPN 1 Tanjungbalai. 2. Ketua DPRD mengamati proses uji coba yang dilakukan siswa SMPN 4 Tanjungbalai. Uji coba mengambil topik penyaringan (filtration) dengan menggunakan bahan sederhana akar pohon dan serabut kelapa. 3. Lokasi pameran pendidikan MTs YMPI tampak meriah. Hasil pembelajaran seperti produksi siswa dan media pembelajaran disusun sedemikian apik. 4. Bapak Jinjing Sinurat, guru SMPN 1 Tanjungbalai mempresentasikan perubahan yang dialaminya setelah mendapatkan pelatihan dari DBE3. 5. Dua siswa MTs YMPI mempresentasikan roket sederhana yang mereka buat. Roket ini berhasil memenangi kontes sains antar MTs se-Sumatera Utara. Edisi 07/ Agustus 2010
Berita dari Provinsi
Hal 7
Dana Replikasi di APBD
Sekda, Sanggam Hutagalung, MM bersama DR. Tagor Pangaribuan, Dekan FKIP Nommensen mengunjungi stand pameran pendidikan sekolah mitra DBE 3 di Kabupaten Tapanuli Utara.
SEKRETARIS DAERAH Kabupaten Tapanuli Utara (Taput), Drs. Sanggam Hutagalung, MM dalam pembukaan lokakarya keberhasilan DBE3, meminta Dinas Pendidikan menyusun program untuk menindaklanjuti program DBE3.
Menurut Pak Hutagalung, guru-guru yang dilatih DBE3 memberikan manfaat bagi Taput. Lebih lanjut Pak Hutagalung meminta Dinas Pendidikan menyusun rencana kerja minimal 5 tahun untuk memaksimalkan pemanfaatan guru-guru yang dilatih DBE3 itu. Lokakarya berlangsung pada Selasa, 4 Mei 2010 di Balai Data, Tarutung. Sepuluh sekolah mitra seantero Taput memamerkan perubahan praktik pembelajaran. Dalam sesi kunjungan sekolah, Pak Hutagalung melakukan diskusi dengan siswa SMPN 1 Tarutung. Dalam diskusi itu Pak Hutagalung menanyakan tentang hasil karya siswa. Menurut siswa, karya yang ada di sekolah dibuat oleh mereka sendiri. Dalam sesi presentasi narasumber, siswa SMPN 1 Siborong-borong melakukan wawancara dengan Dekan FKIP Universitas Nommensen, DR. Tagor Pangaribuan. Wawancara itu berlangsung dengan menggunakan bahasa Inggris. Siswa yang diwawancarai menunjukkan kemampuannya dalam berbahasa Inggris. Hal itu menunjukkan dampak positif perubahan praktik pembelajaran untuk mendorong kepercayaan diri siswa. Lokakaya ditutup dengan harapan agar pemerintah menyebarluaskan keberhasilan program DBE3. Demi melakukan hal tersebut, dinas pendidikan telah mengangarkan dana dalam APBD sebagai biaya replikasi dan diseminasi.
Lokakarya Keberhasilan DBE 3 Menuai Dukungan LOKAKARYA keberhasilan program DBE 3 yang diselenggarakan di kabupaten mitra Provinsi Sumatera Utara menuai banyak dukungan. Pemerintah dan DPRD yang menjadi bagian dalam program lokakarya tersebut mendukung program DBE 3. Ketua DPRD Dairi, Delphi Masdiana Ujung, SH, M.Si, berulang-ulang menyampaikan apresiasinya pada DBE 3 setelah melihat presentasi pak Gultom dari SMPN 1 Sumbul Dairi yang kerap membuat inovasi pembelajaran. Pak Gultom adalah satu narasumber yang dihadirkan DBE3 dalam lokakarya yang diselenggarakan di Balai Budaya, Sidikalang (12/6). DPRD dan Pemeritah Kabupaten berkomitmen untuk menyebarluaskan keberhasilan yang sudah dicapai DBE3. “Jika pemerintah mengalokasikan dalam APBD, kami akan menyetujuinya,” kata pak Dephi Ketua DPRD Dairi.
Media Komunikasi SMP dan MTs
Hearing dengan DPRD Lokakarya di Binjai Senin (3/5) dibuka secara resmi oleh Walikota Binjai, Ali Umri, SH. Sebagai langkah nyata dukungan pemangku kepentingan di Kota Binjai atas program DBE3, DBE3 diundang Komisi C DPRD Kota Binjai untuk melakukan dengar pendapat (hearing) (10/5) . Dengar pendapat diikuti juga oleh dinas Pendidikan, sekolah mitra DBE3 dan utusan dari Kementerian Agama Kota Binjai. Hasilnya, komisi C sangat mengapreasiasi dan mengharapkan praktik-praktik baik (good practices) dapat disebarluaskan ke sekolah lain yang ada di kota Binjai. Sebagai tindaklanjut, DPRD, Diknas, Depag dan DBE3 akan duduk bersama untuk membahas langkah teknisnya.
Peserta diajak berkunjung ke sekolah dan mendengarkan presentasi narasumber. Di sekolah, peserta lokakarya melihat secara langsung praktik pembelajaran aktif. Siswa tidak sekadar duduk berkelompok, tapi secara aktif menyampaikan gagasannya. Guru tidak bertindak sebagai sumber pengetahuan tunggal, namun memposisikan diri sebagai fasilitator.
Perubahan Praktik Pembeljaran Di Tapanuli Selatan, lokakarya berlangsung di MAN 2 Padangsidem- Walikota Binjai melihat langsung pameran pendidikan DBE 3. puan, Tapanuli Selatan, Kamis (6/5). Edisi 07/ Agustus 2010
Berita dari Provinsi
Hal 8
Jawa Barat-Banten Utusan Gedung Putih Terkesan dengan Pembelajaran di SMPN 8 Bogor “LIHAT! Luar biasa. Siswa yang sudah mengerti duluan, langsung mengajari siswa lain yang belum mengerti. Ini proses peer Seorang siswa sedang mengajari siswa lain teaching yang cara mengukur luas sudut segitiga melalui mengasyikpotongan kertas segitiga. kan.” Demikian seru Mrs. Alberts saat melihat siswa SMPN 8 Kota Bogor tengah belajar Matematika. Ia merasa kagum dengan cara siswa belajar aktif dan bahkan saling-mengajari satu sama lain. Dr. Bruce Alberts dan isteri, staf khusus pemerintah AS bidang ilmu pengetahuan, berkunjung ke SMPN 8 Kota Bogor (17/05). Mereka bersama rombongan menyaksikan langsung proses belajar-mengajar di sekolah mitra DBE3 ini. Mereka secara khusus menyaksikan pembelajaran IPA dan Matematika, ruang laboratorium ICT, dan pajangan karya siswa. “Ini pasti sedang belajar mengukur getaran ya,” ujar Mr. Alberts ketika memasuki ruang kelas IPA-Fisika. Saat itu tampak para siswa sedang menggunakan bandul sebagai media belajar. Pada setiap kelompok, salah seorang siswa naik kursi dan memegang tali bandul untuk kemudian diayunkan. Siswa lain mengamati ayunan bandul dan mencatat data amatannya. Di kelas IPA-biologi, keduanya mengajukan sejumlah
pertanyaan kepada siswa yang tengah melakukan percobaan fotosintesis. Siswa dengan percaya diri menjelaskan proses eksperimen yang mereka lakukan. “Kami mengamati gas yang terbentuk sebagai hasil fotosintesis. Kami juga memperhatikan 3 faktor yang mempengaruhi proses fotosintesis,” jelas salah seorang siswa. Para siswa juga tampak berdiskusi dalam kelompoknya untuk menjawab pertanyaan dalam Lembar Kerja sejalan dengan hasil pengamatan masing-masing. Selain menghargai karya siswa yang terpajang di setiap kelas, Mr. dan Mrs. Alberts juga menyatakan kekagumannya pada SMPN 8 tentang ‘Dinding Pengetahuan.’ Pak Alberts yang juga seorang doktor dalam bidang rekayasa genetika ini, merasa salut dengan inisiatif SMPN 8 untuk memanfaatkan tembok sekolah sebagai sumber belajar. Memang, pada tembok-tembok sekolah ini terpajang rumus-rumus IPA, Matematika, dan berbagai istilah keilmuan. Termasuk di salah satu tembok terpampang proses ilmiah mengenai rekayasa genetika berupa kloning, suatu hal yang tentu saja amat menarik bagi Mr. dan Mrs. Alberts, yang Dr. dan Mrs. Alberts saat mengamati seorang ahli proses pembelajaran di SMPN 8 Bogor. genetika.
Showcase DBE3 di Garut
Inspirasi Kebangkitan Dunia Belajar TEPAT di Hari Kebangkitan Nasional 20 Mei 2010, Garut menyelenggarakan Showcase DBE3, sebagai tindak lanjut dari pelatihan sebelumnya. Pada acara ini mereka juga menggelar lokakarya, kunjungan sekolah, dan pameran karya siswa dan guru. Lokakarya menampilkan siswa, guru, kepala sekolah, dan pelatih sebagai pembicara. Kunjungan dilakukan ke SMPN 5 dan MTs Al-Rahmah. Pameran melibatkan sepuluh stand yang menyajikan karya siswa dan guru, serta model lingkungan belajar di sepuluh sekolah mitra DBE3 di Garut. Showcase diselenggarakan sebagai upaya mendorong guru/ peserta pelatihan untuk menerapkan hasil pelatihan. Stand setiap sekolah tampak begitu semarak dengan karya-karya pilihan. Ini merupakan bukti bahwa sekolah mitra DBE3 bekerja keras mengaplikasikan pembelajaran aktif. Pengunjung pameran tampak antusias menyimak sajian pameran dari satu stand ke stand lainnya. Sejumlah siswa tengah asyik membaca Mitra Didaktika dan Inovasi Pendidikan. Media Komunikasi SMP dan MTs
Edisi 07/ Agustus 2010
Berita dari Provinsi
Hal 9
Pengalaman Istikomah Salamah, Guru MTs Al-Ahliyyah
Menyulap Gudang untuk Belajar Aktif SELAMA ini karya siswa masih tertumpuk di meja dan lemari di ruang guru. Hasil karya tidak tertata dan tidak bermanfaat. Atas dasar itulah saya melirik sebuah gudang. Gudang itu dicat dan ditata sedemikian rupa menjadi ruang belajar sekaligus ruang media belajar. Saya harus keluarkan kocek sendiri yang cukup lumayan untuk memperbaikinya. Semua itu tiada lain kecuali betul-betul ingin memotivasi para siswa agar dapat mengikuti pembelajaran dengan nyaman dan merasa bangga dengan hasil karya yang dibuatnya. Saya melakukan modifikasi ruang gudang itu menjadi ruang kelas bahasa inggris. Ternyata para siswa sangat senang dan lebih antusias belajar di ruang yang baru dan tampak tertarik. Mereka merasa bangga dengan hasil karyanya yang terpajang.
Hal ini menjadi motivasi bagi guruguru mata pelajaran lain. Mereka terus mengembangkan strategi pembelajaran yang lebih efektif dan efisien sehingga dapat menghasilkan karya siswa yang lebih bervariasi. Kami mengintegrasikan TIK kedalam pembelajaran mapel lain. Siswa tidak saja dapat menemukan gagasannya sendiri dan menghasilkan karya, tapi juga dapat menggunakan komputer sebagai media untuk membuat hasil karyanya. Ternyata eksperimen pengembangan media ini menjadi pemicu motivasi belajar siswa. Kami merasa beruntung mendapat bantuan laboratorium komputer dari USAID. Ini merupakan sebuah laboratorium komputer kelas dunia. Kami bertekad memanfaatkannya untuk proses belajar yang bermutu.
Gudang yang disulap Ibu Salamah berhasil membuat siswa belajar aktif, memanfaatkan TIK, dan dipenuhi pajangan karya siswa.
Husnul Khotimah Guru SMPN 2 Balongan, Indramayu
Mendorong Siswa Belajar Menulis Komik Berbahasa Inggris
SKENARIO diawali guru membacakan contoh percakapan yang menggunakan ungkapan meminta, menerima, menolak jasa, dan meminta/memberi persetujuan. Siswa meniru dan mengulang percakapan tersebut. Siswa menerima gambar sebagai LK. Melalui gambar, siswa membuat percakapan dengan menggunakan ungkapan meminta, menerima, menolak jasa secara berkelompok. Siswa juga menulis ungkapan persetujuan dan ketidaksetujuan dalam bentuk dialog pendek secara berkelompok. Meski secara grammar masih banyak kekeliruan, mereka berani menuliskan gagasan ceritanya dalam bentuk komik sederhana (lihat gambar). Lalu, guru menilainya dari segi isi dan struktur bahasa. Media Komunikasi SMP dan MTs
Edisi 07/ Agustus 2010
Berita dari Provinsi
Hal 10
Alat Distilasi ala SMPN 2 Karanggede
Tiap anggota kelompok bekerjasama untuk mengambil ekstrak dari beberapa bunga antara lain atsiri, mawar, dan kenanga. Alat distilasi dibuat dengan bahan sebagai berikut : • Teakblok (60 x 45 x 1,5) cm atau statif • Balok kayu ukuran (45 x 20 x 2) cm yang dihubungkan dengan teablok A dengan cara dipaku • Sandal karet untuk prop (sumbat/ tutup) • Botol plastik 600 ml bekas wadah minuman suplemen dilubangi 4 buah pada kedua ujungnya • Botol plastik 600 ml bekas wadah minuman dipotong, ujung atas sebagai corong (dilubangi tutupnya), ujung bawah sebagi tempat distilat • Dua potong selang plastik 5/16" masing-masing 80 cm • Botol bekas wadah sirup / tabung CDR sebagai labu didih • Lem bakar • Pembakar spiritus, dibuat dari bekas botol sirup/tinta yang diberi sumbu.
Jawa Tengah
TAK ada rotan akar pun jadi, begitu kira-kira pepatah yang digunakan oleh Suyatno,S.Pd, guru IPA dan siswa kelas IX SMP 2 Karanggede Kabupaten Boyolali. Alat-alat distilasi yang tidak tersedia di laboratorium tidak menyurutkan langkah untuk belajar mengenai pemisahan campuran berdasarkan sifat fisika dan kimia. Distilasi digunakan untuk memisahkan campuran berdasarkan titik didih. Pak Suyatno memulai pelajaran hari itu dengan melakukan brainstorming tentang proses pemisahan campuran yang terjadi sehari-hari kemudian melakukan modelling bagaimana merangkai alat distilasi. Dipandu dengan lembar kerja siswa secara berkelompok mengerjakan proyek membuat alat distilasi sederhana (bahan-bahan telah disiapkan siswa dari rumah) dan mempraktikan penyulingan minyak atsiri dari bunganya. Selain menggunakan bunga Atsiri, para siswa juga menggunakan bahan-bahan lain seperti pandan, bunga mawar, bunga melati. Distilat yang dihasilkan bisa dimanfaatkan sebagai pengharum atau essens untuk membuat lilin aroma terapi. Group 1 kelas 9A mengingatkan bahwa sebelum alat digunakan harus diperiksa untuk memastikan tidak ada kebocoran dan usahakan selang jangan sampai menyiku ketika proses penyulingan sedang dilakukan. Berapa biaya yang dibutuhkan untuk membuat alat tersebut? Menurut pak Suyatno untuk membuat distilasi tersebut tidak dibutuhkan dana yang besar. Persatu alat biayanya sekitar Rp 9.000. Hasil praktikum yang pertama ekstrak yang dihasilkan masih sebatas digunakan untuk pengharum biasa. Harapannya, ke depan siswa bisa mengembangkan penyulingan dengan menggunakan berbagai variasi bahan yang mempunyai nilai ekonomis.
Keterangan Foto: (1) Siswa menggunakan teablock untuk merangkaikan alat dan bahan. (2) Hasil karya siswa yang dirangkai dengan menggunakan statif
1
2
Gairah Replikasi KKMTs Kab. Jepara “BAGI saya rugi jika program replikasi DBE3 tidak diambil. Bayangkan kontribusi besar yang diberikan DBE3 tidak mudah didapatkan oleh madrasah. Karena itu saya tak segan memerintahkan KKMTs (KKMTs 1,2,3) agar segera memproses replikasi itu untuk semua MTs se kabupaten Jepara. Ini penting karena saya menyadari bahwa program sertifikasi itu tidak hanya sekedar pemenuhan formalitas, lebih substansial adalah mutu pembelajaran dari guru itu sendiri. Kami harapkan ini dapat dikuatkan oleh DBE3” Kalimat di atas dicuplik dari pernyataan Kasi Mapenda Kantor Kementerian Agama Kabupaten Jepara Drs. Ali Arifin, dalam satu sesi pertemuan dengan pimpinan KKMTs (Kelompok Kerja Madrasah Tsanawiyah) di kantornya.
Media Komunikasi SMP dan MTs
Pertemuan dengan Kasi Mependa dihadiri oleh Ketua KKMTs 01 Drs. Ali Musyafak (Kepala MTsN Bawu Jepara), Ketua KKMTs 02 KH. Zubaidi (Pimpinan MTs. Matholiul Huda Bugel), dan Ketua KKMTs 03, Drs. H. Khamdi (Kepala MTsN Keling), membicarakan tentang program replikasi DBE3. Pembicaraan berjalan singkat dan ketiga ketua KKMTs sepakat untuk replikasi yang kemudian digelar secara beruntun mulai bulan September 2009 hingga Januari 2010. Jumlah peserta yang berpartisipasi dalam replikasi training ini KKMTs Kabupaten Jepara sebanyak 394 guru berasal dari 88 MTs se Kabupaten Jepara (Lihat Tabel). Partisipasi ini menjangkau seluruh guru MTs dari 6 mata pelajaran (bhs. Inggris, Matematika, Bhs. Indonesia, IPA, IPS, dan PKN).
Edisi 07/ Agustus 2010
Berita dari Provinsi
Hal 11
Menjadikan LK yang Dinantikan Siswa LEMBAR kerja (LK) merupakan ‘roh’ dari sebuah pembelajaran. Ternyata dengan lembar kerja dapat mendorong siswa untuk mengeksplorasi ide -ide mereka dan berinovasi. Tidak hanya membuat tujuan pembelajaran tercapai tetapai juga sebagai senjata ampuh untuk membuat siswa terlibat langsung dalam proses pembelajaran menjadikannya bermakna. Seperti yang guru implementasikan pada pembelajaran Bahasa Indonesia dengan Kompetensi Dasar Menyampaikan persetujuan, sanggahan, dan penolakan pendapat dalam diskusi disertai dengan bukti atau alasan. Guru memulai pelajaran dengan melakukan curah pendapat dengan siswa secara lisan tentang proses suatu diskusi/debat yang pernah mereka lihat baik di lingkungan ataupun di televisi. Kemudian, secara berkelompok siswa mendiskusikan lembar kerja dengan tema diskusi yang berbeda tiap kelompok. Dalam satu kelompok dipilih
LEMBAR KERJA KELOMPOK KD 10.1. Menyampaikan persetujuan, sanggahan, dan penolakan pendapat dalam diskusi disertai bukti/ alasan ilustrasi. SAAT PARA MUSLIMAH BERGAYA Saat ini perkembangan fashion melaju dengan pesatnya. Terutama untuk para remaja. Entah sadar atau tidak, banyak para remaja yang berpakaian tidak lagi sesuai dengan tuntunan Islam. Misalnya saja ada seorang remaja putri yang memakai jilbab tetapi berbaju dan bercelana ketat. Ada juga para remaja laki-laki yang memakai celana di bawah pinggang sehingga sering menampakkan celana dalam dan perutnya. Kemukakan pendapatmu tentang ilustrasi di atas disertai dengan alasan yang logis!
ketua/moderator yang memimpin diskusi. Hasil diskusi dalam kelompok dituangkan dalam kertas plano kemudian dipresentasikan di depan kelas dengan dipimpin oleh moderator dan meminta pendapat ataupun sanggahan dari kelompok lain. Dengan jurus 3K dalam membuat lembar kerja yaitu, ketepatan stimulus,
Bu Siti Musyarofah dan tim Bahasa Indonesia memfasilitasi diskusi siswa di dalam kelas yang biasa memanfaatkan LK.
ketepatan tema dan ketepatan ilustrasi hasil positif dapat dipetik selama proses pembelajaran, antara lain: • Dengan jumlah kelas ‘besar’ siswa mudah dikondisikan • Siswa mudah berkonsentrasi • Siswa memposisikan diri sebagai diri mereka sendiri, bukan sosok ideal menurut bayangan mereka • Siswa aktif dan percaya diri dalam mengemukakan pendapat mereka • Siswa mampu menghormati proses diskusi dan pendapat orang lain • Siswa berkeinginan untuk menerapkan hasil diskusi dalam kehidupan mereka Berdasarkan hasil yang telah dicapai, guru terdorong untuk selalu menyusun lembar kerja yang akan selalu dinantikan siswa. Siti Musyarofah, Guru MTsN Kudus.
Kerja Kelompok Mengatasi Kesulitan Siswa dalam Menulis MENULIS belum menjadi budaya dan minat bagi siswa MTs NU Al Hidayah Kudus, terutama menulis dalam bahasa Inggris. Penyebabnya, pertama siswa tidak terbiasa menulis, kedua, siswa kurang biasa mengungkapkan ide-ide mereka, dan ketiga, terbatasnya vocabulary dalam bahasa Inggris yang dimiliki. Untuk mengatasinya, Sri Hartatik, S.Pd guru bahasa Inggris MTs NU Al Hidayah mencoba menggunakan pembelajaran yang mendorong siswa bekerjasama dalam kelompok pada materi descriptive text untuk kelas 7 semester 2. Pelajaran diawali dengan memberikan quiz tebak gambar dan orang dalam bahasa Inggris, guru memberikan ciri-ciri fisik dari sebuah gambar dan juga anggota kelas. Dalam kelompok, siswa berusaha menebak siapakah yang dimaksud dengan ciri-ciri tersebut, dan diminta untuk menjodohkan Media Komunikasi SMP dan MTs
ciri-ciri fisik seseorang dengan gambar yang sesuai. Setelah menguasai beberapa vocabulary yang berhubungan dengan ciri -ciri fisik tiap kelompok diberi gambar untuk membuat teks deskriptif. Setiap siswa dalam kelompok dipandu ketua kelompoknya untuk memberikan ide berupa kalimat yang berhubungan dengan gambar secara bergiliran. Kemudian dilanjutkan dengan kunjung karya ke kelompok lain. Kegiatan yang terakhir secara individu siswa diminta untuk membuat teks deskriptif dengan tema my mother. Menggunakan pembelajaran secara berkelompok guru melihat ada peningkatan dalam kemampuan dan keberanian siswa dalam mengembangkan ide-ide, dan adanya ketergantungan yang positif antar siswa dalam menyelesaikan setiap lembar kerja yang diberikan. Edisi 07/ Agustus 2010
Berita dari Provinsi
Hal 12
Asyik Mengamati Perubahan Energi dengan ‘Othok-Othok’
Dalam kelompok siswa mengamati perubahan energi. KETIKA masih kecil, mungkin kita familiar dengan ‘othok -othok’. Mainan terbuat dari bambu dengan tongkat yang didorong dan menghasilkan bunyi ‘thok-othok-othok-othok’. Bernostalgia kembali kemasa kecil, Mujiati,S.Pd guru IPA MTs NU Hasyim Asyari menggunakan mainan itu sebagai media untuk memahami bentuk dan perubahan energi. Bu Mujiati, begitu para siswa memanggil beliau, mengawali pelajaran dengan menunjukan sebuah mobil-mobilan dan
menjalankanya, ‘apa yang terjadi dengan mobil?’ Tanya guru kepada siswa untuk menggali pemahaman mereka tentang perubahan energi pada mobil-mobilan. Dengan aktif siswa mengemukakan pendapatnya, meskipun ada beberapa yang melenceng dari yang diharapkan. Untuk lebih memahami konsep perubahan energy, Bu Mujiati mengajak siswa untuk membuat ‘othok-othok’ dan melakukan pengamatan perubahan energy yang terjadi. Setelah membagi kelompok dan lembar kerja, guru menunjukan bahan dan alat yang sudah dipersiapkan siswa dari rumah, yaitu, bambu, kaleng bekas, karton bekas, karet gelang, bendrat, sandal jepit bekas dan potongan seng, martil, gunting, pisau dan spidol. Semua bahan yang digunakan adalah barang bekas yang mudah didapatkan. Dengan panduan lembar kerja, siswa merangkai alat dan bahan yang tersedia menjadi sebuah othok-othok, kemudian melakukan pengamatan perubahan energi yang terjadi ketika mainan ini digerakkan. Selama diskusi berlangsung, guru berkeliling membantu siswa menyelesaikan tugas. Dari hasil presentasi kelompok dibantu guru mereka menyimpulkan bahwa perubahan energi yang terjadi antara lain energi gerak menjadi energi bunyi. Diakhir pelajaran Bu Mujiati memberikan penguatan tentang perubahan energi. Para siswa terlihat puas dengan hasil karyanya, ”Wah ternyata mainan bisa juga dijadikan media belajar yang asyik,” ujar salah satu siswa.
Jurnal Refleksi = Modal Guru Profesional AWALNYA saya berpikir bahwa yang paling penting dalam mengajar adalah persiapan mengajar, lebih-lebih saya mengajar kelas secara pararel sehingga hal yang sama bisa diterapkan di semua kelas. Ternyata apa yang terjadi dalam pembelajaran tidak selalu sesuai dengan skenario yang telah direncanakan, dan tentu saja guru tidak ingin hal yang sama terjadi di kelas lain. Itulah awal saya menyadari betapa pentingnya menulis jurnal refleksi di setiap akhir pelajaran. Menulis refleksi membuat guru bisa mendokumentasikan dan bercerita tentang proses pembelajaran, mengungkapkan perasaan dan pikiran tentang pembelajaran, melakukan evaluasi kekurangan dan kelebihan, dan akhirnya bisa memperbaiki perencanaan pembelajaran berikutnya. Seperti pengalaman ketika pembelajaran bahasa Indonesia dengan KD “Menemukan tema, latar, penokohan pada cerpen-cerpen dalam satu kumpulan cerpen” ternyata pada saat diterapkan di kelas pertama ternyata ada beberapa kendala yang tidak sesuai dengan renMedia Komunikasi SMP dan MTs
cana seperti manajemen Contoh Jurnal Refleksi Guru termanfaatkan. Ini terjadi karena kecil berusaha secapat mungkin 2009. waktu yang tidak terpenuhi. ber pembentukan kelompok terlalu Rabu, 2 Septem menyelesaikan tugas. Semua besar sementara meja dan kursi Hari ini kegiatan pembelajaran hasil an sentasik kelompok mempre ukan tema, terlalu berat untuk diangkat. Berkaca pada pengala- dengan KD ”Menem ada kerjanya di depan kelas dengan Sebagian siswa bingung karena latar, dan penokohan pada cerpenangat. bersem dan baik sangat beberapa petunjuk yang lupa tidak dalam satu kumpulan saya man pertama itu guru dapat cerpen yang hal a Ada beberap saya tidak dan dengan an berjalan sampaik IXA saya kelas di ran cerpen tiap rasa masih kurang yaitu pengatu memberi batasan waktu untuk Pembelajaran diawali dengan meminimalisir hambatan di bagus. waktu, pengaturan perabot kelas, tugas yang dilakukan siswa. saat menyanyikan pantun yang isinya beberapa siswa masih bingung ajaran. kegiatan yang akan Untuk sesuai dengtan tujuan pembel saya jakan tigas sehingga lagi kelas berikutnya. Bisa dika- Siswa menjadi semangat. Tahapan menger datang, saya perlu lebih cermat harus memberikan petunjuk yang dalam mengatur waktu. Hal ini ajaran sudah dilaksanakan perlu dilakukan siswa saat diskusi takan bahwa jurnal refleksi pembel dapat saya lakukan dengan cara secara baik, dari apersepsi sampai nakan berlangsung. mencatat waktu yang dipergu tindak lanjut. Kebingungan siswa membuat kelompok. Siswa untuk tiap tahap pembelajaran menyempurnakan kualitas denganSiswa bekerja kelompoknya bekerja agak cermat. secara dibagi dalam tiga kelompok besar yang waktu terlambat, padahal Berkaitan dengan penataan yang terdiri atas 10 s.d 12 orang. pembelajaran di kelas. disediakan dibatasi. Ini yang i ruang, saya akan meminjam ruang r Tiap kelompok dibagi lagi menjad membuat saya tidak bisa mengatu yang lebih luas dengan tempat ok kecil terdiri atas 3 s.d 4 jarak a kelomp Akibatny baik. h. Tidak hanya refleksi orang untuk mendiskusikan tugas waktu dengan duduk yang mudah untuk dipinda dan waktu antara role table dengan Petunjuk diskusi secara terinci berbeda. Hasil kerja kelompok penempelan hasil diskusi terlalu ikan guru, refleksi siswa tentang yang jelas harus saya sampaikan sebelum kecil secara role table didiskus agar kan diulaku Ini cepat. kelompok besar untuk siswa berdiskusi. pembelajaran selesai sesuai dengan apa yang telah mereka pela- dalam selanjutnya disusun menjadi laporan waktu yang disediakan. hasil kerja kelompok. Siswa aktif yang tidak meja satu Ada k dan kreatif. Tiap-tiap kelompo jari dan rasakan ketika belajar juga menjadi salah satu amunisi bagi guru dalam merancang untuk menemukan masalah yang terjadi dalam pembelajaran. pembelajaran selanjutnya yang lebih Jurnal refleksi juga memberikan berbaik. Hanya yang perlu diperhatikan kah bagi saya. Berkat merefleksi pembeadalah bagaimana guru dapat menlajaran dan menuliskannya dalam jurnal, dorong siswa untuk menulis dengan jujur bukan semata-mata yang penting saya berhasil menjadi juara 2 Lomba Kreativitas Guru tingkat Kabupaten guru senang. Boyolali melalui mendongeng dengan Demam penulisan PTK sedang melanda di kalangan teman-teman guru,. wayang dalam pembelajaran Bahasa Indonesia. Kadang kita kesulitan untuk menentukan tema yang akan diangkat. Jurnal refleksi Dra. Eda Sukawati, dapat dijadikan embrio bahan pembuaGuru Bahasa Indonesia tan PTK. Caranya dengan membaca dan SMPN 2 Musuk mencermati jurnal refleksi, terutama Edisi 07/ Agustus 2010
Berita dari Provinsi
Hal 13
SMPN 1 Merakurak Songsong Era Baru Pembelajaran dengan TIK
Jawa Timur
SEJAK fasilitas komputer dan internet di SMPN 1 Merakurak Kabupaten Tuban semakin lengkap, dan didukung cara belajar yang bervariasi, pelajaran TIK menjadi semakin mengasyikkan dan menyenangkan. Begitu bel berbunyi tanda pergantian pelajaran, siswa siswi segera bergegas menuju Laboratorium Komputer yang sudah dilengkapi dengan akses internet. Pada pelajaran TIK di sekolah ini siswa tidak hanya belajar mengoperasikan komputer dan menggunakan programprogram yang ada dalam komputer, mereka juga belajar memanfaatkan teknologi lainnya seperti internet, perangkat LCD, dan printer. Untuk keperluan ini, sebelumnya para guru TIK SMPN 1 telah mengikuti pelatihan Toolkit Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk Kehidupan, Pembelajaran, dan Pekerjaan yang diselenggarakan DBE3. Beberapa kegiatan siswa yang dilakukan dengan bantuan komputer (internet) yaitu mencari informasi pendukung mengenai pembuatan kompos dalam mata pelajaran IPA dan Pendidikan Lingkungan Hidup, membuat puisi, dan menyusun jadwal kegiatan sehari-hari mereka dengan menggunakan program power point. Hasil-hasil ini kemudian dipresentasikan dengan bantuan LCD. Siswa juga dapat mencetak hasil karyanya dengan printer kemudian memajangnya di papan pajangan di kelas atau disimpan dalam portofolio mereka.
Siswa SMPN 1 Merakurak Kabupaten Tuban sedang di laboratorium Komputer mengikuti pembelajaran mapel yang mengintegrasikan TIK ke dalamnya. Pembelajaran mapel seperti ini telah membuat suasana belajar menjadi lebih menyenangkan siswa.
Linla Dona Triaji Swasto siswa kelas 9 mengatakan, “Kami sangat senang mengikuti pembelajaran TIK, karena kami mendapat pengetahuan yang sangat banyak dan penting dari internet yang ada di sekolah, serta mampu menguasai perangkat teknologi lain seperti printer dan LCD.”
Berkat DBE3, Saya Berhasil Menulis Buku. Dedik Kurniawan, Guru MTs Nurul Huda Kabupaten Sidoarjo
Buku-buku hasil tulisan saya yang telah beredar di pasaran. SETAHUN lalu, saya mengikuti pelatihan ‘Membuat Website Sekolah’ yang diadakan DBE3 di Skomtec Surabaya. Jujur saja, pada saat mengikuti pelatihan itu saya belum mahir membuat website, apalagi menulis buku. Namun, pelatihan dua hari tersebut benar-benar membuka wawasan saya dalam menciptakan dan mengembangkan website sekolah. Terbukti, selang beberapa hari setelah pelatihan, website MTs Nurul Huda yang mempunyai alamat www.mtsnurul huda.com telah terpampang di internet. Media Komunikasi SMP dan MTs
Sejak saat itulah, saya berusaha merangkum dan menuliskan semua pengalaman tentang cara pembuatan website yang menarik dan profesional, kemudian mengirimkan tulisan saya tersebut ke PT. Elexmedia Jakarta. Alhamdulillah, setelah melalui beberapa proses yang sangat rumit, akhirnya tulisan pertama saya diterima dan diterbitkan pada bulan Juli 2009. Terinspirasi dari pelatihan yang diadakan DBE3, saya juga sering membuat pelatihan yang ditujukan untuk siswasiswi MTs Nurul Huda. Pelatihan tersebut diantaranya adalah pelatihan Facebook, pelatihan Twitter, pelatihan membuat Blog dan pelatihan membuat Website. DBE3 telah berhasil meningkatkan mutu dan kualitas para guru di MTs Nurul Huda, terutama saya. Sekarang saya telah menjadi penulis tetap di PT. Elex Media Komputindo, Gramedia Group Jakarta. Saya berhasil menulis 12 buku bertema komputer yang bisa diperoleh di seluruh toko buku terkemuka. Beberapa judul buku saya antara lain, The Master Of 3 (Joomla, Wordpress, AuraCMS), 60 Freeware Terbaik, Jurus Terbaik Menyelamatkan Data, Keajaiban Blogger, Supermarket Online Super Oke, Teknik Mengamankan Data dan Sistem Komputer, Ramuan Sakti Pemusnah Virus, Kupas Tuntas Bisnis Online, Membangun Sekolah Online, dan lainnya. Sekali lagi, terima kasih DBE3. Edisi 07/ Agustus 2010
Berita dari Provinsi
Hal 14
Mensyukuri Anugerah Ilahi melalui Puisi BANYAK cara yang bisa dilakukan untuk mengungkapkan perasaan. Ada yang mengungkapkannya langsung dengan perkataan dan ada pula yang mengungkapkannya melalui tulisan. Salah satu cara mengungkapkan perasaan melalui tulisan adalah dengan menuliskannya ke dalam larik-larik puisi. Hal itu yang coba dikenalkan oleh Nur Lailatul Inayah, guru Bahasa Indonesia MTsN Pohjentrek Pasuruan, kepada para siswa di kelasnya. Meski sekolah terletak jauh dari hiruk pikuk perkotaan, semangat siswa dan guru-guru untuk melaksanakan pembelajaran yang bermakna tumbuh cukup tinggi. Pada suatu kegiatan pembelajaran, para siswa diajak untuk mengagumi keindahan alam dan menuangkannya melalui untaian kata-kata berbentuk puisi. Guru menggunakan kalender bekas yang memuat gambargambar keindahan alam sebagai sumber pembelajarannya. Penggunaan kalender bekas ini bukannya tanpa sebab. Hal ini bertujuan untuk membantu siswa menggali inspirasi dalam menciptakan karya. Keleluasaan diberikan kepada para siswa dalam mengerjakan tugas tersebut. Siswa boleh mengerjakan tugasnya di dalam maupun di luar kelas. Dengan cukup antusias siswa segera melaksanakan tugas tersebut. Rangkaian kata-kata pun mengalir cukup lancar dari ujung pena para siswa. ”Kami senang dengan pelajaran kali ini, karena bisa mengekspresikan rasa syukur kami pada Tuhan melalui puisi,” ujar salah seorang siswa saat ditanya kesannya tentang pembelajaran yang baru saja mereka ikuti.
Suasana pembelajaran Bahasa Indonesia saat murid mendapat tugas untuk membuat puisi yang bertemakan keindahan alam.
Belajar Bahasa Inggris dengan Media Wayang Kertas
Wayang kertas hasil karya siswa SMP Muhammadiyah 5 Tulangan Kabupaten Sidoarjo. Media ini digunakan oleh para siswa untuk belajar Bahasa Inggris. SEBAGAI bangsa yang besar, Indonesia memiliki berbagai produk seni budaya yang bervariasi. Namun saat ini makin banyak generasi muda yang tidak menunjukkan minat Media Komunikasi SMP dan MTs
yang besar terhadap budayanya. Mereka cenderung memilih produk-produk yang berasal dari luar negeri. Kenyataan ini disadari oleh Supriyanto, guru Bahasa Inggris SMP Muhammadiyah 5 Tulangan Sidoarjo. Untuk membuat siswanya lebih mencintai budaya tanah air, dirinya mengkombinasikan seni tradisi ke dalam sebuah pembelajaran. Dalam pembelajaran di kelasnya, siswa diajak untuk mengenal wayang yang dimainkan dengan menggunakan Bahasa Inggris. Kegiatan ini memiliki kompetensi dasar membaca dan menuliskan teks fungsional. Kegiatan pembelajaran ini dimulai dengan membagikan teks kepada para siswa. Setelah semua siswa membaca teks yang telah dibagikan, mereka melakukan role play dengan media wayang kertas yang telah mereka siapkan. Mengenai penggunaan wayang sebagi media pembelajaran ini, Supriyanto mempunyai alasan tersendiri. Selain untuk menumbuhkan kecintaan di kalangan siswa terhadap budaya Indonesia, penggunaan wayang juga dimaksudkan untuk menyampaikan pesan, termasuk pesan pembelajaran. Lalu apa sebenarnya isi dari teks yang dibaca oleh para siswa? Isi teks yang dibaca oleh para siswa adalah tentang pelestarian kebudayaan milik bangsa Indonesia, yang ironisnya kini banyak diklaim kepemilikannya oleh bangsa lain. Edisi 07/ Agustus 2010
Berita dari Provinsi
Hal 15
Kunjungan Margaret Sancho, Direktur Kantor Pendidikan USAID INDONESIA
Manfaatkan SDM Lokal untuk Tingkatkan Mutu Pendidikan DIREKTUR Kantor Pendidikan USAID INDONESIA, Margaret Sancho, mengunjungi DBE Jawa Timur pada 26-27 Mei 2010. Maksud kedatangannya untuk mengenal lebih dekat tim kerja DBE123 sekaligus mempelajari sistem pendidikan dasar di Indonesia dengan mengunjungi kegiatan manajemen berbasis sekolah, pembelajaran aktif, penguatan kapasitas pemerintah kabupaten/provinsi, kerjasama dengan universitas dan peran lembaga peningkatan mutu pendidikan. Di Kabupaten Sidoarjo, dengan didampingi oleh Jalu Cahyanto sebagai Education Specialist USAID INDONESIA dan Stuart Weston selaku Chief of Party DBE3, Margaret Sancho melihat proses pembelajaran di MTs Nurul Huda yang telah melaksanakan pendekatan pembelajaran aktif hasil pendampingan DBE3. Selain itu beliau melakukan dialog dengan perwakilan Dinas Pendidikan, Kantor Kementerian Agama Kabupaten Sidoarjo, komite sekolah, guru, dan perwakilan orangtua untuk mendapatkan masukan berkaitan dengan program USAID di masa mendatang. Hal penting yang disampaikan oleh Margaret Sancho pada saat dialog adalah keinginannya untuk tetap melanjutkan program USAID dengan memanfaatkan sumberdaya dan mitra yang telah ada dan terlatih baik. Selain mengunjungi MTs Nurul Huda, Margaret Sancho juga mengunjungi TK Dharmawanita, dan MI Khoirul Huda pada pagi harinya.
Direktur Kantor Pendidikan USAID INDONESIA Margaret Sancho mendapatkan penjelasan dari Riza Jatur Rahmah, siswa MTs Nurul Huda Kabupaten Sidoarjo, tentang profil sekolah tersebut.
Pembelajaran IPS yang Menyenangkan dengan Aneka Permainan BELAJAR IPS bagi sebagian siswa kelas 9 SMP sering terasa membosankan, apalagi kalau gurunya tidak pandai membawa suasana pembelajaran yang menarik. Untuk itu Alfiyah, S.Pd, guru IPS SMPN 15 Kota Surabaya, mencoba menerapkan pembelajaran yang menarik dengan melibatkan seluruh siswa untuk menciptakan permainan dalam pembelajaran IPS pada materi negara-negara Asia Tenggara. Pertama, kelas dibentuk menjadi 6 kelompok. Setiap anggota kelompok membuat pertanyaan, disertai kunci jawabannya pada kertas yang berbeda. Pertanyaan tersebut haruslah tentang keadaan negara-negara di kawasan Asia Tenggara. Kemudian seluruh anggota kelompok menyusun bentuk permainan dari pertanyaan dan jawaban tersebut. Ternyata hasilnya luar biasa. Ada beberapa jenis permainan tercipta selama proses itu, seperti Kartu Catur Asia Tenggara dari kelas 9 A, Monopoli Asia Tenggara dari kelas 9 B, UlarTangga karya kelas 9 C dan Permainan Asah Otak dari kelas 9 D. Saat mereka memainkan permainan tersebut, mereka melakukannya dengan antusias, aktif, responsif dan sportif. Bila tidak bisa menjawab pertanyaan yang diajukan, mereka akan diberi sanksi/hukuman, dengan cara menyanyi atau melakukan hal lainnya yang telah disepakati bersama. Ternyata jika diberi kesempatan dan didampingi secara intensif, siswa dapat menciptakan sesuatu yang luar biasa. Media Komunikasi SMP dan MTs
1
2
Edisi 07/ Agustus 2010
Keterangan No. 1: Permainan Monopoli Asia Tenggara No. 2: Permainan Asah Otak Asia Tenggara
Berita dari Provinsi
Hal 16
7 Langkah Menjadi guru Profesional
Sulawesi Selatan
Pengalaman yang Dibagi Lewat District Showcase LIMA puluh sekolah mitra dan tiga non mitra DBE3 di kabupaten pengembangan menggelar Pameran Daerah (District Showcase) dalam bulan Mei dan Juni. Event ini berturutturut berlangsung pada tanggal 12, 17, 22, dan 24 Mei di Palopo, Pinrang, Soppeng, Sidrap serta 1 Juni di Makassar. Pada kegiatan ini kepala sekolah, guru, dan siswa menunjukkan kemajuan penerapan Pengajaran dan Pembelajaran Kontekstual di sekolahnya. Melalui presentasi, pemutaran film pembelajaran aktif, dan pameran hasil karya siswa, mereka membagi praktik-praktik pembelajaran dan pengalaman terbaiknya kepada stakeholder pendidikan daerah yang hadir, meliputi guru dan kepala sekolah
non mitra, pengawas, dinas pendidikan, kementerian agama, DPRD komisi pendidikan, dewan pendidikan, Bappeda, bupati, dan walikota. Tentu saja praktik pembelajaran terbaik yang mereka sebarluaskan bukanlah satu-satunya yang terbaik. Tapi, dengan menunjukkan hasil keikutsertaanya dari program DBE3, mereka mengajak sekolah yang lain untuk berpikir lalu berbuat yang terbaik buat siswa-siswanya. Peserta yang berkunjung ke kelas-kelas sekolah mitra, meyimak presentasi guru, siswa, kepala sekolah dan fasilitator daerah serta pengunjung pameran karya siswa dapat memperoleh sudut pendang baru tentang pembelajaran aktif. Meninggalkan tradisi-tradisi
pembelajaran yang tidak mengembangkan kecakapan hidup siswa. Lalu menggantikannya dengan cara pembelajaran yang menghidupkan gairah belajar dan kreativitas siswa. Kegiatan ini membuka ruang bagi guru, kepala sekolah, dan pelatih daerah menyebarluaskan pengalamannya. Khususnya 7 langkah yang ditempuh untuk mendukung kualitas profesionalismenya, yakni: 1) Pemetaan Kompetensi 2) Pembuatan RPP yang baik 3) Pembuatan Lembar Kerja/ Lembar Tugas yang membantu siswa berpikir kritis 4) Media Pembelajaran yang relevan 5) Rubrik Penilaian yang terukur 6) Pembuatan dan Penilaian karya siswa serta 7) Jurnal Refleksi Guru.
MANFAAT YANG DIRASAKAN Pemetaan Kompetensi, Asthma Abduh, S.Pd, M.Pd, guru bahasa Indonesia SMPN 2 Palopo: Saya memahami makna dasar dari setiap pernyataan kompetensi, mendapatkan gambaran hubungan antara SK dan KD, mendapatkan gambaran menyeluruh tentang bangun kompetensi yang akan dicapai dalam satu semester. Saya dapat menentukan tema atau unit yang menjadi payung bahasan kompetensi dan menjadi draf untuk menyusun silabus.
RPP, Amran Muhyiddin, guru SMPN 4 Pinrang: Saya membuat silabus berdasarkan hasil telaah kurikulum, kemudian RPP saya buat sesuai silabus. RPP mencamtumkan uraian kegiatan dengan rincian waktu, metode mengajar bervariasi, LK buatan sendiri, dilengkapi dengan rubrik penilaian yang lebih terukur, di akhir pembelajaran ada refleksi pembelajaran oleh siswa. Kemudian saya mengevaluasi diri dengan membuat jurnal refleksi guru.
Lembar Kerja Siswa, Hj. Sumiati, guru IPA SMPN 1 Liliriaja, Soppeng: Saya membuat LK dengan pertanyaan singkat namun memacu siswa berfikir kritis dan kreatif, mengandung informasi berdasarkan konsep, aspek kompetensi yang saya akan kembangkan bersama siswa. Saya memberikan fleksibilitas kepada siswa gunakan dalam kegiatan pembelajaran.
Media Pembelajaran Hasrida Halimung, S.Ag. Guru MTsN Model Palopo: Materi yang saya ajarkan lebih jelas, pembelajaran berlangsung lebih menarik dan konkrit. Saya dapat mengatasi keterbatasan ruang sehingga tercipta suasana yang lebih kontekstual.
Rubrik Penilaian Sumitro, S.Pd, guru Matematika SMPN 1 Pangkajene, Sidrap: Dengan rubrik penilaian yang terukur, saya lebih fokus mengelola pembelajaran sesuai kriteria yang harus dipenuhi oleh siswa; Saya lebih mudah menetapkan standar kelulusan dan ketuntasan, serta melakukan remidial.
Jurnal Refleksi, Asma Abduh, S.Pd, M.Pd, guru bahasa Indonesia SMPN 2 Palopo: Melalui jurnal refleksi saya mengevaluasi diri apakah pembelajaran yang saya lakukan bermakna bagi siswa? Bagaimana saya melakukannya? Masalah apa yang dihadapi? Bagaimana saya menyelesaikannya?
Mulai Direktur COP DBE3, siswa, guru, sampai pemerintah daerah terlibat aktif dalam kegiatan distric showcase. Media Komunikasi SMP dan MTs
Edisi 07/ Agustus 2010
Berita dari Provinsi
Hal 17
Belajar dari Perbedaan BERBEDAKAH kondisi sebelum dan sesudah ikut pelatihan Pembelajaran Bermakna? Pertanyaan ini dijawab jelas oleh Amran Muhyiddin, guru IPA SMPN 4 Pinrang. Presentasinya
pada kegiatan lokakarya keberhasilan DBE 3 sangat singkat namun mengajak pengunjung showcase memaknai perbedaan yang ia terapkan. Berikut adalah pokok paparannya.
PRA PELATIHAN
PASCA PELATIHAN
PERANGKAT PEMBELAJARAN • Urutan KD disesuaikan dengan urutan dalam kurikulum (tidak ada pemetaan KD) • Silabus & RPP dicopy paste tanpa melihat situasi kondisi sekolah
• Urutan KD disesuaikan dg pemetaan KD dari hasil telaah kurikulum (ada pemetaan KD) • Silabus dibuat berdasarkan hasil telaah kurikulum & RPP. Dibuat sendiri dan disesuaikan denga silabus & kondisi sekolah
PERBANDINGAN RPP • • • • • •
Tidak ada rincian waktu setiap uraian kegiatan Metode mengajar dengan ceramah saja LK dicopy dari buku LK yang dijual penerbit Minus ide pembelajaran Tidak memakai rubrik penilaian yang terukur Guru tidak perlu membuat Jurnal refleksi
• • • • • •
Setiap uraian kegiatan ada rincian alokasi waktu Metode mengajar bervariasi baik di dalam atau diluar kelas LK dibuat sendiri oleh guru Menerapkan ide pembelajaran yang mendukung tujuan Ada rubrik penilaian Membuat Jurnal Refleksi guru
KEGIATAN PEMBELAJARAN • Siswa hanya mendengarkan guru menjelaskan • Siswa mencatat • Siswa mengerjakan LK berbentuk isian atau menjawab pertanyaan Ya atau Tidak • Tidak merancang LK yang mendorong untuk berkarya • Memakai sumber belajar terbatas, hanya buku paket • Tidak memberi siswa kesempatan menilai PBM
• • • • • •
Memfasilitasi siswa bekerja kelompok Siswa mengerjakan LK yang menantang Memfasilitasi siswa menghasilkan karya Memfasilitasi siswa mendiskusikan hasil karyanya Menggunakan sumber belajar kontekstual dan terjangkau Melibatkan siswa merefleksi PBM dan hasil yang dicapai
LINGKUNGAN SEKOLAH • • • • •
Belum menata bentuk bangku-meja untuk kelas aktif Belum kembangkan sumber belajar di luar kelas Tidak ada pajangan karya siswa Karya siswa berbentuk catatan PR Kurang memberikan apresiasi hasil karya
1
• Bentuk bangku dan meja untuk belajar kelompok (tidak paten berbanjar) • Memperkaya sumber belajar, di dalam dan luar kelas • Menjadikan hasil karya siswa sebagai sumber belajar baru • Karya siswa yang dipajangkan bervariasi, seperti: laporan percobaan, pengamatan dan kinerja, poster, alat peraga sederhana • Selalu menghargai hasil karya dan kreatifitas siswa
2
3
Keterangan Foto: (1 dan 2) Refleksi siswa berisi kemampuan apa yang telah siswa pelajari dan perasaan siswa sewaktu belajar (3) siswa bertugas menjelaskan hasil karyanya kepada pengunjung pameran pendidikan di Kabupaten Soppeng. Media Komunikasi SMP dan MTs
Edisi 07/ Agustus 2010
Berita dari Provinsi
Hal 18
Merancang Taman Bermain untuk Menemukan Keliling dan Luas Segi Empat
Lembar kerja yang dibuat guru mendorong siswa berpikir kritis. MELALUI kegiatan merancang taman bermain dalam pembelajaran matematika, ternyata siswa dapat mencapai kompetensi dasar menghitung keliling dan luas bangun segi empat serta menggunakannya dalam pemecahan masalah. Hal itu telah dibuktikan Hurriyah, S.Pd guru Matematika SMPN YP-PGRI Makassar Untuk mencapai kompetensi ini, pertama siswa secara berkelompok diberi tugas untuk merancang sebuah
taman bermain dengan beberapa fasilitas yang bentuknya merupakan bangun bangun segiempat yang telah ditentukan ukurannya. Siswa bebas menuangkan gagasan-gagasan mereka untuk menata bangunbangun tersebut menjadi sebuah taman bermain yang menyenangkan. Setelah itu siswa diminta untuk membuat rencana biaya yang dibutuhkan untuk membuat taman tersebut menjadi Media sebagai clue siswa bekerja. lebih sejuk dengan menghitung banyak pohon, tanaman bunga dan rumput yang diperlukan untuk taman tersebut. Pada lembar kerja digambarkan bahwa taman yang dirancang tersebut akan ditanami pohon pada sekeliling taman, tanaman bunga pada sekeliling beberapa fasilitas dan diluar semua fasilitas akan ditanami rumput. Disinilah konsep menghitung keliling dan luas bangun segiempat itu digunakan. Siswa bekerja kelompok yang difasilitasi guru Lembar Kerja Siswa (LKS) yang dibuat untuk merangsang siswa berpikir yang mereka pelajari bukan sekedar tingkat tinggi menjadi kekuatan menghapal rumus dan hanya menghitung keliling dan luas bangun pembelajaran ini. Siswa mampu menyelesaikan masalah-masalah yang persegi, persegipanjang, jajargenjang, berkaitan dengan keliling dan luas segi belah ketupat, layang-layang dan empat. trapesium, tapi mereka dapat Dengan pembelajaran ini siswa menerapkan dalam kehidupan nyata. memperoleh pengalaman bahwa apa
Saat Siswa Menilai Guru Risma Reskananga, siswa Kelas VIII SMPN 1 Tellulimpoe Sidrap mampu memukau undangan dan pengunjung showcase lewat paparan kesaksian pembelajaran yang dialami. Mengisahkan pembelajaran di sekolahnya, dirinya membandingkan masa sebelum dan sekarang tentang model mengajar guru-gurunya. Sangat percaya diri ia menganalisa lalu menilai metode pembelajaran yang terapkan gurunya. Berikut ini seperti yang dipresentasikan.
Media Komunikasi SMP dan MTs
•
•
• •
• •
Sebelum guru kami menerapkan cara pembelajaran aktif: Kami jarang diberi kesempatan untuk menyampaikan pendapat Guru lebih banyak bercerita atau memaparkan materi Diarahkan belajar atau mengerjakan tugas secara individu Tidak penting kami membuat hasil karya Guru tidak pernah memberi penghargaan atas hasil karya kami
• •
• • • • • •
Sesudah kami mengikuti pembelajaran aktif: Kami bebas aktif berpendapat, berdiskusi, dan menemukan informasi sendiri Belajar dengan cara berkelompok. Berlomba menghasilkan karya yang terbaik Kaya dengan beragam kegiatan belajar Kami diberitahu keunggulan dan kelemahan karya kami Guru aktif mendampingi kami sampai akhir Kami senang, makin percaya diri, dan makin cinta belajar
Edisi 07/ Agustus 2010
Praktik yang Baik
Hal 19
Penyebaran Praktik yang Baik Salah satu tujuan penting dari newsletter ini adalah untuk mendokumentasikan praktik yang baik khususnya di tingkat sekolah baik dalam manajemen sekolah maupun dalam pembelajaran. Dengan cara ini kami mengharapkan pembaca akan terinspirasi untuk meniru praktik-praktik tersebut di sekolah mereka sendiri. Pada halaman ini diceritakan dua contoh pembelajaran yang baik dari Tanjung Balai Sumatera Utara dan Bogor, Jawa Barat.
Mari Menghitung Tinggi Heny Kurnia, S.Pd, SMPN 4 Tanjungbalai POTONGAN kayu bisa membantu belajar matematika. Saya meminta siswa membawa pegangan (gagang) sapu yang tak terpakai. Jika tidak ada, ranting kayu lurus bisa sebagai gantinya. Panjang kayu tidak boleh lebih dari 200 cm, agar siswa tidak kerepotan membawanya. Sedangkan media pendukung lainnya, seperti alat ukur dan alat penggali tanah, DUA potong kayu diletakkan sejajar kesemua tersedia di mudian siswa menghitung tinggi kayu dan panjang bayangan yang muncul di tanah. sekolah. Saya mengatakan Kemudian siswa menghitung tinggi suatu bargeman dengan menggunakan rumus bahwa kita mampu perbandingan. menghitung tinggi suatu bangunan tanpa memanjat bagunan tersebut. Saya ajak siswa keluar kelas. Selama empat puluh menit, siswa diminta melakukan langkah-langkah pada lembaran kerja. Siswa menancapkan dua kayu yang berbeda ukuran berdekatan. Masing-masing kayu mempunyai bayangan. Siswa mengukur panjang kedua bayangan kayu. Dari sana mereka diminta untuk membuat rumus perbandingan. Setelah itu, selama 20 menit siswa mempresentasikan hasil kerja kelompok. Setelah presentasi kelompok selesai, saya memberikan penguatan kepada siswa selama lima menit. Saya kembali mempertegas metode penghitungan tinggi. Selanjutnya siswa diminta untuk membuat kesimpulan sendiri dan menuliskan jurnal refleksi. Proses pembelajaran berjalan lancar dan tepat waktu. Saya terkejut ketika siswa mengaku dapat menghitung tiang dan bangunan tinggi yang ada di di lingkungan mereka. Buktinya, sekarang mereka bisa menghitung tinggi tiang bendera sekolah. Media Komunikasi SMP dan MTs
Siswa bekerjasama melakukan percobaan fotosintesis, mengamati nutrisi dan transformasi energi.
Melalui Percobaan Fotosintesis, Siswa Amati Nutrisi dan Transformasi Energi “Mengapa kamu lebih senang duduk di dekat koperasi yang ada pepohonan ketimbang duduk-duduk di sekitar lapangan?” tanya Bu Lili mengawali proses pembelajaran IPA di kelas VIII, SMPN 8, Bogor-Jawa Barat. Siswa lalu mengutarakan alasan masing-masing secara bervariasi. Guru menggiring mereka sehingga ada yang beralasan “karena ada tumbuhan yang menghasilkan oksigen.” “Apa manfaat oksigen bagi tubuh kita?” tanya Bu Dwi. sebagai guru ‘team teaching’ Ibu Lili. Siswa pun menyampaikan penjelasan beragam. Bu Dwi lalu menjelaskan tujuan belajar: “Kalian sudah mempelajari bahwa untuk memperoleh makanan, tumbuhan melakukan proses fotosintesis. Hari ini kita akan membahas apa yang dihasilkan oleh tumbuhan saat fotosintesis selain makanan.” Siswa secara berkelompok (4 orang) melakukan percobaan fotosintesis dengan merangkai perangkat percobaan masing-masing. Mereka mengamati gas yang terbentuk sebagai hasil fotosintesis. Mereka juga memperhatikan 3 faktor yang mempengaruhi proses fotosintesis. Mereka berdiskusi dalam kelompoknya untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan LK sejalan dengan hasil pengamatan. Guru berkeliling dari kelompok ke kelompok untuk membimbing siswa dan mengajukan beberapa pertanyaan. Setiap kelompok menyusun laporan percobaan yang meliputi tujuan eksperimen, alat/bahan, cara kerja, hasil pengamatan dan analisis data, dan kesimpulan. Laporan ditulis di atas kertas plano untuk kemudian dipajang di dinding kelas. Setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusi secara bergantian. Pada saat presentasi itu, perangkat percobaan dipertunjukkan juga. Usai presentasi, guru dan siswa mencoba menarik kesimpulan hasil percobaan tersebut. Guru memberikan penghargaan kepada kelompok dengan berkinerja terbaik. Siswa lalu dianjurkan untuk melakukan percobaan masing-masing di rumahnya agar bisa lebih memahami faktor-faktor lain dalam fotosintesis. Edisi 07/ Agustus 2010
Teknologi Informasi
Hal 20
Dubes AS, Cameron Hume Resmikan Lab Komputer di Karawang “Saya kira, satu sekolah tak cukup mengubah satu bangsa. Tapi setidaknya dengan akses internet, para siswa bisa ter-hubung dengan dunia luar dan itu akan memperluas cara pandangnya tentang dunia luas,” ujar Duta Besar Amerika Serikat untuk Indonesia Cameron Hume, saat meresmikan laboratorium TIK di MTs Al-Ahliyah, Karawang, Jawa Barat, pada tgl. 26 Juli 2010. Hume menjelaskan laboratorium TIK ini terwujud melalui proses kemitraan. "Kita dapat mencapai sesuatu yang lebih baik apabila kita lakukan dengan bermitra, dari pada bila kita mengerjakannya seorang diri," tandasnya. Lab ini hasil kemitraan pemerintah AS yang membangun gedung dengan swasta yang menyediakan komputer dan alat-alat lainnya. Wakil Mendiknas, Fasli Jalal, mengingatkan memang teknologi informasi, seperti komputer dan internet, memiliki dampak buruk. Tapi, positifnya jelas sangat besar. Sisi positif
Dr. Fasli Jalal, Wakil Menteri Pendidikan dan Duta Besar AS, Cameron Hume mengamati siswa MTs Al Ahliya bekerja di lab komputer baru
TIK adalah sebagai alat dalam mengontrol perkembangan teknologi. Maka, ia berpesan pada semua guru untuk memaksimalkan sisi positifnya dan meredam sisi negatifnya.
Integrasi TIK dalam Pembelajaran Mapel DBE3 telah memberikan komputer laptop kepada sebagian sekolah mitra DBE3 untuk menunjang pengembangan pemanfaatan TIK di SMP dan MTs. Harapan program DBE3 adalah bahwa komputer dan alat TIK lainnya dipakai untuk menunjang pembelajaran semua mata pelajaran di kelas tidak hanya untuk mata pelajaran TIK. Sebagai contoh siswa bisa menulis cerita atau laporan dengan menggunakan Microsoft Word. Hasil diskusi kelompok dapat di presentasikan dengan menggunakan Powerpoint dan Infokus. Siswa dapat mencari informasi di internet. Berarti alat TIK digunakan untuk menunjang pembelajaran. Dengan demikian, pemanfaatan lab. komputer di sekolah menjadi lebih optimal. Mei 2010, para guru di sekolah mitra DBE3 mendapat pelatihan integrasi TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi) dalam pembelajaran. Mereka berdiskusi merancang dan mempraktikkan pembelajaran ber-TIK untuk membuat belajar menjadi lebih efisien dan efektif. Guru mapel yang dilibatkan adalah guru IPA, IPS, MAT, B. IND, B. ING, serta guru TIK.
Atas: Fasilitator daerah yang mengikuti pelatihan asyik mengamati siswa belajar dengan menggunakan komputer. Bawah: Dengan menggunakan laptop, siswa tampak sedang asyik bekerjasama mengerjakan hasil pengamatan dalam pembelajaran IPA.
Setelah merancang perencanaan pembelajaran yang mengintegrasikan TIK, peserta melakukan praktik pembelajaran di sekolah. Polanya dengan mengkolaborasikan guru mapel dan TIK sehingga memberikan model secara langsung integrasi guru mapel dan TIK saat menerapkannya di sekolah masing-masing. Seorang peserta guru TIK berkomentar: “Tugas saya menjadi ringan karena siwa didorong memanfaatkan ilmu TIK sewaktu belajar mapel lain”. Selepas pelatihan, mereka diproyeksikan untuk menjadi fasilitator bagi guru di daerahnya, melalui forum MGMP, memanfaatkan TIK pada mapel di daerahnya.
Inovasi Pendidikan diterbitkan oleh DBE3 dan didanai oleh USAID untuk mendokumentasikan dan menyebarkan inovasi serta praktik-praktik yang baik yang terkait dengan pendidikan dasar. Jika anda ingin berkontribusi, silakan kirim artikel berikut foto ke
[email protected].